MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR : UPAYA PENDAMPINGAN DALAM MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT KAMPUNG KUMUH DI BULAK BANTENG LOR I KELURAHAN BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA.

(1)

MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR

(Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng Lor I Kelurahan Bulak Banteng

Kecamatan Kenjeran Surabaya) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh :

Aprilia Ainnur Cahya B02212003

Dosen Pembimbing :

Moh. Anshori, S.Ag., M.Fil.I. NIP. 197508182000031002

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Aprilia Ainnur Cahya, NIM B02212003. (2016) : MEMBANGUN KAMPUNG HIJAU BERSINAR (Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng Lor I Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya)

Kata Kunci : Pendampingan, Lingkungan Kumuh, Kelestarian Lingkungan

Skripsi ini membahas tentang upaya pendampingan dalam membangun kesadaran masyarakat kampung kumuh yang tidak peduli pada kelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan pola perilaku masyarakat kampung kumuh terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini diakibatkan karena muncul dampak dari perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh. Belum terbentuknya kegiatan kebersihan lingkungan secara terjadwal, minimnya kepedulian masyarakat akan pentingnya penciptaan lingkungan yang bersih, serta belum ada kerjasama antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan masyarakat mengenai penataan rombeng adalah bebetapa faktor yang menyebabkan menurunnya pola perilaku masyarakat terhadap kelestarian lingkungan di Bulak Banteng Lor I, Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, Surabaya.

Dalam proses pendampingan berbasis riset aksi partisipatoris ini mendorong masyarakat untuk aktif dalam memecahkan masalah tersebut melalui beberapa alat analisa. Dengan demikian, masyarakat dapat mengidentifikasi problem secara mandiri bersama-sama dan menemukan solusinya. Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08, sebuah kampung yang terkenal padat penduduknya berada diujung utara terletak di Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Dalam riset pendampingan ini peneliti bersama local leader berdiskusi

terkait kondisi lingkungan sampai muncul gagasan “masyarakat peduli lingkungan bersih dan sehat” dengan mengadakan kampanye pendidikan lingkungan dan

membentuk kegiatan kebersihan lingkungan secara terjadwal guna mempermudah pengorganisasian elemen-elemen masyarakat secara partisipatif. Cara tersebut diharapkan mampu menjaga kualitas lingkungan sehingga dapat membangun perilaku masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Realitas Problematik ... 1

B. Fokus Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Strategi Mencapai Tujuan dalam Pendampingan ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12

G. Definisi Konsep ... 20

H. Analisis Stakeholders ... 25

I. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II KONSEP TEORITIS ... 31

A. Teori Partisipasi Masyarakat ... 31

1. Pengertian Partisipasi ... 31

2. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 31


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ii

C. Hubungan Kependudukan, Pembangunan, dan

Kerusakan Lingkungan ... 41

1. Tekanan Kependudukan ... 43

2. Tekanan Pembangunan ... 44

3. Tekanan Lingkungan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan ... 51

B. Ruang Lingkup ... 52

C. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan ... 52

D. Subjek Pendampingan ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 56

F. Teknik Analisa Data ... 59

G. Teknik Validasi Data ... 61

BAB IV MENEROPONG POJOK KAMPUNG BULAK BANTENG... 63

A. Bulak Banteng Secara Geografis ... 63

B. Bulak Banteng Secara Demografis ... 67

C. Pendidikan ... 68

D. Ekonomi ... 70

E. Kesehatan ... 71

F. Sosial ... 73

G. Adat Istiadat Masyarakat Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08 ... 75

BAB V POTRET PROBLEM MASYARAKAT KAMPUNG KUMUH ... 78

A. Terbatasnya Lahan Pekarangan ... 78

B. Penataan Rombeng yang Tidak mengindahkan Lingkungan ... 80


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iii

BAB VI DINAMIKA PROSES PERENCANAAN AKSI

PERUBAHAN ... 95

A. Membangun Gagasan Bersama Masyarakat ... 95

B. Meraih Harapan Menuju Perubahan ... 101

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI ... 109

A. Perubahan Kesadaran Masyarakat ... 109

B. Belajar Bersama Dengan Mewujudkan Lingkungan yang Bersih dan Sehat ... 111

C. Konsep Islam tentang Lingkungan Bersih dan Sehat ... 116

BAB VIII PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota

Surabaya menurut wilayah bagian utara ... 4 Tabel 1.2 Jumlah penduduk Kelurahan Bulak Banteng ... 5 Tabel 1.3 Penelitian terdahulu yang relevan ... 14 Tabel 2.1 3 Model tingkatan partisipasi masyarakat menurut

para ahli ... 32 Tabel 4.1 Pembagian RT di Kelurahan Bulak Banteng ... 64 Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Bulak Banteng ... 67 Tabel 4.3 Tingkat pendidikan kepala keluarga Bulak Banteng

Lor I RT 03 RW 08 ... 69 Tabel 5.1 Transek wilayah RT 03 RW 08 ... 85 Tabel 5.2 Kecenderungan dan perubahan pada wilayah pemukiman


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 5.1 Analisis Pohon Masalah

Pola Perilaku Masyarakat Kampung Kumuh terhadap


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Delapan tangga partisipasi masyarakat Amstein ... 36

Gambar 2.2 Tiga Komponen dalam membangun good society ... 40

Gambar 2.3 Relasi pemenuhan lapisan pada tiga komponen dalam membangun good society ... 40

Gambar 2.4 Hubungan kependudukan, pembangunan, dan kerusakan lingkungan ... 42

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Bulak Banteng ... 63

Gambar 4.2 Peta wilayah RT 03 RW 08 ... 65

Gambar 4.3 Pemantauan jentik-jentik ... 73

Gambar 5.1 Kondisi jalan dan bangunan di wilayah RT 03 RW 08 ... 78

Gambar 5.2 Maimunah(60) salah satu warga yang suka menanam Toga ... 80

Gambar 5.3 Barang rongsokan di sepanjang jalan Bulak Banteng ... 81

Gambar 5.4 Taman yang berada di depan wilayah RT 03 RW 08 ... 81

Gambar 5.5 Kondisi selokan yang tersumbat ... 83

Gambar 5.6 Tempat penyaringan sampah ... 84

Gambar 5.7 Diskusi bersama masyarakat ... 86

Gambar 5.8 Peta Gang Rawan Banjir ... 88

Gambar 6.1 Koordinasi Kader bersama masyarakat mengenai Kegiatan kampanye pendidikan lingkungan ... 98

Gambar 6.2 Anggota karang taruna membersihkan selokan ... 102

Gambar 6.3 Piloting project kegiatan kerja bakti diawali pada gang Reformasi 3 ... 103

Gambar 6.4 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan lingkungan ... 104

Gmabar 6.5 Ari (40) menyampaikan materi tentang tanaman obat keluarga ... 105

Gambar 6.6 Macam-macam tanaman obat keluarga ... 106


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Realitas Problematik

Surabaya merupakan salah satu dari empat kota yang menjadi kutub pertumbuhan di negara Indonesia. Saat ini Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang merasakan dampak negatif dari tingginya tingkat urbanisasi. Salah satu daerah di Surabaya Utara yang dipengaruhi oleh urbanisasi adalah Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran. Dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa yang bagi penduduk untuk berpindah dari desa ke kota (urbanisasi). Jo Susanto1 berpendapat bahwa untuk menampung pertumbuhan penduduk urban yang begitu cepat, Indonesia dalam waktu 25 tahun yang akan datang membutuhkan sekitar 1 juta hektar tambahan luas lahan pemukiman diperkotaan.

Ini artinya jumlah penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Dalam jurnalnya, Heni Suhaeni2 mengatakan bahwa jumlah penduduk yang terus bertambah dan lahan perkotaan yang dimanfaatkan semakin penuh sesak, sehingga kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi di kawasan perkotaan terbentuk tanpa dapat dihindari.

1

Jo Susanto, Menyiasati Kota Tanpa Warga, (Jakarta: KPG dan Centropolis, 2006), Hal. 48.

2

Heni Suhaeni, “Tipologi Kawasan Perumahan Dengan Kepadatan Penduduk Tinggi

dan Penangannya”, Jurnal Pemukiman, Vol.5 No.3 November 2010, Hal. 116-117.


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Ike Andini3 juga mengatakan dalam jurnalnya bahwa letak persebaran permukiman kumuh ini beredar hampir merata di seluruh kawasan Kota Surabaya. Apalagi pada kawasan utara kota Surabaya teridentifikasi lebih banyak titik-titik kawasan kumuhnya dibandingkan dengan kawasan lainnya, daerah Bulak Banteng salah satu contoh kawasan kumuh. Isu lingkungan pada kawasan pemukiman di Bulak Banteng umumnya muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali.

Meningkatnya populasi penduduk berarti meningkat pula kebutuhan hidup. Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dan peningkatan produksi pangan akan mempengaruhi kualitas hidup manusia. Jumlah penduduk yang bertambah dengan luas lahan tetap menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk. Akibatnya, makin besar perbandingan antara jumlah penduduk dan luas lahan. Pada akhirnya, lahan untuk perumahan makin sulit didapat. Itulah sebabnya di kota-kota besar yang sangat padat penduduknya, dapat dilihat dari banyaknya yang mendirikan bangunan tidak resmi atau semi permanen.4

Konsekuensi ekonomis yang harus disandang adalah harga lahan semakin meningkat dan rendahnya kemampuan untuk memiliki rumah, terutama bagi para pendatang dan juga penduduk kota yang status

3

Ike Andini, “Sikap dan Peran Pemerintah Kota Surabaya dalam Perbaikan Daerah

Kumuh di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol.1 No.1 Januari 2013, Hal. 37.

4

Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur, Mencari solusi kepadatan penduduk terhadap lingkungan, Bulletin Kependudukan, Edisi 9, 2014, Hal. 14-16.


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

ekonominya lemah. Dampak yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya kepadatan bangunan permukiman dan ini berakibat pada menurunnya kualitas permukiman, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan seperti membuat jemuran pakaian atau membuka usaha dagang di depan rumah. Selain itu, saluran drainase semakin sempit dan sering meluap ke jalan pemukiman sehingga menyebabkan bau tidak sedap. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pada lingkungan, seperti penyakit epidemik yaitu demam berdarah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sandy (30)5 bahwa di wilayah Bulak Banteng beberapa bulan yang lalu tercatat 2 anak terkena demam berdarah dan harus dirawat inap di rumah sakit. Ini artinya, lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat setempat.

Oleh karena itu, dapat dilihat dari kepadatan penduduk Surabaya pada sensus BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2016 yakni 2.959.232 jiwa/km².6 Surabaya merupakan wilayah yang memilikipenduduk sangat padat. Menurut Komaruddin yang dikutip oleh Aryani Kurniati dalam jurnalnya7 berpendapat bahwa yang disebut lingkungan permukiman kumuh adalah lingkungan permukiman yang berpenghuni padat melebihi 500 orang perHa. Terutama Surabaya sering dikatakansebagai kota yang kaya akan kepadatan penduduk. Kota yang terkenal dengan sebutan kota pahlawan ini terdiri atas 31 kecamatan dan 163 kelurahan.

5

Hasil wawancara dengan Sandy (30) pada tanggal 2 maret 2016 di Puskesmas Bulak Banteng.

6

www.BPS.go.id dilihat pada tahun 2016.

7

Aryani Kurniati, Kajian Persebaran Permukiman Kumuh di Surabaya Pusat,


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Tabel 1.1

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Surabaya menurut Wilayah Bagian Utara

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) 1990 2000 2010

Pabean Cantikan

6,8 20,937 10,698 10,222

Semampir 8,76 19,578 17,632 17,28

Krembangan 8,34 14,296 13,730 12,71

Kenjeran 7,77 5,850 9,144 21,368

Bulak*) 6,72 - 5,584

Jumlah 38,32 60,661 51,204 67,164

Sumber : BPS, Surabaya dalam angka tahun 1990-2000-2010

Dapat dilihat pada tabel 1 tersebut, diketahui bahwa wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terpadat adalah Kecamatan Kenjeran dengan jumlah penduduk 21,368 jiwa/Km2. Kecamatan Kenjeran merupakan salah satu Kecamatan di Kota Surabaya yang mengalami proses migrasi yang cukup tinggi. Secara umum Kecamatan Kenjeran memiliki batas atministratif 4 Kelurahan yaitu Tanah Kali Kedinding, Tambak Wedi, Sidotopo Wetan dan Bulak Banteng. Menurut sumber laporan kependudukan Kelurahan Bulak Banteng pada bulan Februari 2016 terdapat 143 orang pendatang yang dilaporkan menurut jenis kelamin. Berikut ini merupakan data mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kelurahan Bulak Banteng pada bulan Februari 2016 berikut ini :


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Bulak Banteng

No. Uraian Penduduk

Awal Bulan ini

Lahir Mati Datang Pindah Penduduk

Akhir Bulan

1. Laki-laki 12937 28 5 67 18 13009

2. Perempuan 12607 26 5 76 22 12682

Jumlah (L+P) 25544 54 10 143 40 25691

Sumber : Laporan Kependudukan Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran bulan Februari 2016

Hal ini jelas menunjukkan bahwa di Kelurahan tersebut jumlah penduduknya dari tahun ke tahun semakin meningkat dan meningkatnya jumlah penduduk di kawasan ini salah satunya dikarenakan banyaknya jumlah penduduk yang datang dan pindah cukup besar. Oleh karena itu, semakin banyaknya penduduk pendatang di suatu kawasan dan kurang maksimalnya prasarana permukiman serta fasilitas-fasilitas untuk permukiman yang layak huni dan sehat, ditambah kemampuan ekonomi serta keterampilan penduduk pendatang yang sangat terbatas menyebabkan suatu kawasan menjadi kumuh.

Sebagaimana Syamsul mengutip pernyataan T. Mc.Gee, bahwa kota yang tumbuh menjadi metropolis ternyata di saat yang sama harus berhadapan dengan masalah keterbatasan biaya pembangunan dan kemampuan kota untuk menyediakan lapangan kerja bagi kaum urbanis yang berbondong-bondong memasuki berbagai kota besar. Di berbagai kota besar, kesempatan kerja yang tersedia biasanya lebih banyak di sektor formal dan jasa yang menuntut prasyarat pendidikan tinggi. Padahal, ciri-ciri migran


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

yang melakukan urbanisasi ke kota besar umumnya adalah berpendidikan rendah, relative tua, dan sudah berkeluarga.8 Seperti pada RT 3 RW 8 rata-rata masyarakatnya berasal dari Sumenep, Bangkalan dan sekitarnya. Kaum urbanis datang ke Surabaya ingin merantau dengan bekerja sebagai buruh, pedagang, tukang las, tukang becak dan khusunya pengepul barang bekas (rongsokan) yang paling dominan.

Banyak alasan mengapa penduduk Madura berbondong-bondong untuk bermigrasi ke kota Surabaya khusunya di Bulak Banteng. Tidak lain karena di tempat tersebut banyak pilihan untuk memperoleh berbagai kesempatan dalam memperbaiki kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh pendatang dari Bangkalan mempunyai persepsi dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada di daerah asalnya.9 Namun, menurut Sandy (30) selaku ahli Kesehatan Lingkungan bidang Sanitasi dari Puskesmas Bulak Banteng, banyak diantara mereka yang tidak memiliki KTP asli Surabaya, hampir rata-rata mereka mengurus KTP musiman di kelurahan setempat. Sebab, mereka tidak membangun rumah secara permanen akan tetapi menyewa rumah paling lama 2 tahun atau kos untuk berdomisili di daerah tersebut.10

Suwandi (37) mengatakan bahwa di RW 08 terdapat 12 RT, sebagaimana RT 03 merupakan RT yang terbanyak jumlah penduduknya. Yaitu 200 KK penduduk asli dan 200 KK pendatang. Maka dapat diartikan

8

M. Syamsul Huda, Komunitas Urban Clean, (Surabaya: LSAS, 2006), Hal. 24-25.

9

Hasil wawancara dengan Siti (38) pada tanggal 16 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

10

Hasil wawancara dengan Sandy (30) pada tanggal 2 maret 2016 di Puskesmas Bulak Banteng.


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

prosentase antara penduduk asli dan pendatang seimbang. Selain itu dengan jumlah keseluruhan 400 KK terbagi atas 5 gang.11 Berbicara para pendatang sesuai wawancara dengan Siti (42) bahwa mayoritas daerah Surabaya Utara di dominasi oleh penduduk Madura. Maka dari itu, banyak orang di luar sana

yang mengenal daerah Bulak Banteng dengan sebutan “Blok M”.12

Sebagai penduduk desa maupun kota pada umumnya sifat gotong royong merupakan ciri khas yang ada pada masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08. Hal ini dapat dilihat pada setiap 3 bulan sekali minggu ke 2, masyarakat saling bekerja sama untuk melaksanakan kerja bakti sosial seperti membersihkan selokan, membersihkan pekarangan dan lain sebagainya. Adapun hubungan individu baik penduduk asli maupun pendatang berjalan sebagaimana layaknya makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tolong menolong.13 Akan tetapi kegiatan kerja bakti tersebut justru seringkali berdampak pada saluran air yang sering tersumbat dan air meluap ke jalan.

Sebagaimana dikatakan oleh Nur14 bahwa

“kerja bakti biasae 2-3 bulan sekali mbak, soale nek diagendakan seminggu pisan wong-wong e podho kerjo. Nek missal e got e mampet utowo amber amargo banyu karo sampah yo diresik.i. kerja bakti nang kene gak tau rutin pokok e. (Dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti biasanya dilaksanakan selama 2-3 bulan sekali. Jika kerja bakti diagendakan seminggu sekali orang-orangnya sibuk bekerja. Semisal, jika saluran drainase tersumbat atau air meluap ke

11

Hasil wawancara dengan Suwandi (37) pada tanggal 21 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

12

Hasil wawancara dengan Siti (42) pada tanggal 16 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

13

Hasil wawancara dengan Suwandi (37) pada tanggal 21 Maret 2016 di rumah Ketua RT 03.

14


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

jalanan karena sampah barulah dibersihkan. Kegiatan kerja bakti di sini tidak pernah rutin pelaksanaannya).

Hal ini dapat merusak lingkungan sekitar, karena perilaku mereka yang mencerminkan ketidakpedulian dalam menjaga lingkungan. Padahal dalam Firman Allah Swt Surat Ar-Rum ayat 41- 42 dijelaskan bahwa Allah Swt mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam ini. Sehingga akan tercapai kemakmuran dan kebahagiaan bagi umat manusia itu sendiri. Manusia dilarang merusak alam dan lingkungannya karena akan berakibat merugikan bagi umat manusia serta alam dan lingkungannya.

                                         

Artinya : 41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 42. Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. Ar-Rum[30] : 41-42)

Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas, memanfaatkan, mengelola dan memelihara. Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam


(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.

Maka dapat dilihat di sepanjang jalan Bulak Banteng banyaknya orang yang bekerja sebagai rombeng atau rongsokan dan meletakkan barang-barangnya bersebelahan dengan adanya taman. Selain itu adapun fasilitas umum yang ada terhambat sehingga menambah permasalahan seperti apabila musim penghujan sistem drainase tidak berjalan lancar sehingga air meluap ke jalan dan mengakibatkan banjir. Di sisi lain, di RT 03 RW 08 belum maksimalnya dalam melaksanakan kegiatan terbarukan, seperti masyarakat peduli lingkungan sehat melalui menanam Toga. Hal ini dikarenakan oleh kesadaran masyarakat masih minim akan keberagaman Toga. Ari(40) menyampaikan pendapatnya bahwa banyak manfaat dalam menanam Toga bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.15

Hal ini tentulah sesuai dengan kondisi real yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, dari hasil observasi kepada masyarakat Bulak Banteng Lor yang terbanyak penduduknya dan relatif kumuh lingkungan pemukimannya adalah RT 03 RW 08. Sehingga pendamping tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan lebih luas tentang kehidupan masyarakat Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08, dilihat dari sisi pendidikan, sosial, agama, ekonomi serta budayanya. Selain itu pendamping juga ingin mengetahui potensi Sumber

15


(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08. Apabila pendamping menemukan potensi yang ada maka harapannya dapat membangun kesadaran kritis kepada masyarakat dan lebih menghargai lingkungan sekitar. Berawal dari realitas problematik diatas, peneliti tergerak untuk melakukan pendampingan pada komunitas tersebut.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan fokus pendampingan:

1 Apa dampak yang muncul dari perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng Lor I ?

2 Bagaimana proses pendampingan dalam membangun kesadaran

masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam pendampingan ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak yang muncul dari perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng Lor I.

2. Untuk mengetahui munculnya kesadaran masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I dalam menjaga kelestarian lingkungan pemukiman setempat.


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

D. Strategi Mencapai Tujuan Dalam Pendampingan

Aspek Karakteristik yang

diinginkan

Strategi yang ditempuh Sumber Daya

Manusia

Kesejahteraan masyarakat merata

Membangun kepedulian

masyarakat dengan aktif

mengikuti kegiatan yang ada pada lingkungan setempat

Sumber Daya Alam

Terwujudnya saluran air lancar, lingkungan sehat dan bersih, penghijauan dimana-mana merata

Melakukan analisis persoalan dan aset SDA, merumuskan dan merancang program aksi bersama melibatkan, ToMas, ToGa, RT-RW

Sosial Politik Masyarakat memiliki

peran dalam tata kelola

lingkungan dan

kebijakan publik lainnya

Membangun kepercayaan diri

masyarakat untuk melakukan

perubahan dan melakukan

analisis perubahan sosial

Budaya Perubahan kesadaran dan

budaya masyarakat yang positif dan mendukung terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dengan memaksimalkan kerja bakti secara rutin dan berkala

Mengembangkan diskusi-diskusi kelompok bersama masyarakat melalui program-program jangka pendek seperti kerja bakti, penghijauan dan lain sebagainya

Daya Dukung Lainnya

Adanya hubungan sosial

yang erat antara

masyarakat dengan aparat Kelurahan

Pendekatan personal terhadap

kelompok masyarakat, tokoh

masyarakat, aparat pemerintah, RT-RW

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penulisan di atas maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan program studi Pengembangan Masyarakat Islam.


(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi program studi Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

2. Secara praktis

a. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan awal informasi penelitian sejenis.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang membangun kesadaran dalam menjaga lingkungan pada kampung kumuh.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menganggap penting terhadap penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap tema penelitian ini, karena dengan adanya hasil penelitian terdahulu akan mempermudah peneliti dalam melakukan penilaian, minimal menjadi acuan penelitian. Maksud dari penelitian yang terdahulu adalah memuat tentang hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian ini berjudul Membangun Kampung Hijau Bersinar (Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng RT 03 RW 08 Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya) berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan sebagai berikut :


(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Jurnal : Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, oleh Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan.16

2. Skripsi : Proses Perubahan Sosial dalam Pengelolaan Lingkungan yang Kumuh Menjadi Lingkungan yang Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, oleh Fifin Sethiya Ningrum.17 3. Skripsi : Studi Program Pemberdayaan Lingkungan Bersih dan Sehat

Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya, oleh Aning Kristiowati.18

4. Skripsi : Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Desa Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, oleh Isna Ainnur Fitria Z.K.19

16

Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan, “Identifikasi Karakteristik Lingkungan

Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat”, (Jurnal, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurnal Teknik PomitsVol.3 No.2, 2014).

17

Fifin Sethiya Ningrum, Proses Perubahan Sosial dalam Pengelolaan Lingkungan yang Kumuh Menjadi Lingkungan yang Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya,2010).

18

Aning Kristiowati, Studi Program Pemberdayaan LingkunganBersih dan Sehat Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

19

Isna Ainnur Fitria Z.K., Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Desa Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, (Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).


(27)

14

Tabel 1.3

Penelitian Terdahulu yang Relevan

No .

Penelitian Terdahulu Fokus Masalah Tujuan Metode

Penelitian

Temuan/Hasil Judul

1. Jurnal : Identifikasi Karakteristik

Lingkungan Permukiman

Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, oleh Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan

Bagaimana proses identifikasi

karakteristik pemukiman kumuh di wilayah Kelurahan Kapuk

Mengetahui beberapa

kecendurangan yang kemudian

membentuk karakter spesifik di masing-masing permukiman kumuh

Kuantitatif Permukiman kumuh yang terdapat di Kelurahan Kapuk memiliki karakteristiknya masing-masing, seperti pada pemukiman kumuh

ringan (keberadaan kegiatan

ekonomi disekitarnya

mempengarui karakter yang

dimiliki oleh pemukiman

tersebut), pemukiman kumuh

sedang (hampira sama dengan pemukiman kumuh ringan, hanya saja terdapat beberapa aspek yang

memiliki kesamaan dengan

pemukiman kumuh berat), dan

pemukiman kumuh berat

(kecenderungannya semakin berat apalagi dalam hal penyediaan sarana dan prasarana, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

2. Skripsi : Proses Perubahan

Sosial dalam Pengelolaan

Bagaimana proses perubahan sosial

Mengetahui proses

perubahan sosial

Kualitatif Keberadaan Local Leader


(28)

15

Lingkungan yang Kumuh

Menjadi Lingkungan yang

Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, oleh Fifin Sethiya Ningrum

dalam pengelolaan lingkungan yang

kumuh menjadi

lingkungan yang bersih, rapi dan sehat

dalam pengelolaan

lingkungan dari

lingkungan sosial yang kumuh menjadi

lingkungan yang

bersih, rapi dan sehat

perubahan sosial Kelurahan

Gundih dalam pengelolaan

lingkungan mampu membawa dampak positif bagi warganya.

Selain itu dengan adanya

pengolahan daur ulang sampah juga bisa menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

sehingga berdampak kepada

menurunnya angka pengangguran.

Hal lain yang juga

menguntungkan dalam

pemanfaatan sampah di Kelurahan

Gundih adalah dikarenakan

adanya tenaga kerja yang banyak sehingga dalam proses pengerjaan sampah menjadi barang kerajinan tidak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menggunakan peralatan yang mahal.

3. Skripsi : Studi Program

Pemberdayaan Lingkungan

Bersih dan Sehat Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan

Surabaya, oleh Aning

Kristiowati

1. Sejauh mana respon

masyarakat terhadap kinerja pemerintah kelurahan Petemon kecamatan Sawahan 1.Mengetahui tingkat kinerja pemerintah kelurahan dalam program pemberdayaan lingkungan bersih dan sehat di

kelurahan Petemon Sawahan Surabaya,

Kuantitatif 1.Kinerja Pemerintah Kelurahan yang ada di Kelurahan Petemon

dikatakan berhasil dalam

menjalankan program

pemberdayaan lingkungan bersih dan sehat walaupun tingkatannya lemah sekali. 2.Relevansi dengan Pengembangan Masyarakat Islam adalah pedoman bagi pemerintah


(29)

16

Surabaya dalam

program pemberdayaan lingkungan bersih dan sehat.

2.Relevansi kinerja pemerintah

kelurahan dalam program

pemberdayaan lingkungan bersih

dan sehat di

kelurahan Petemon kecamatan Sawahan

Surabaya dengan fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat Islam. 2.Mengetahui relevansinya dengan fakultas dakwah jurusan pengembangan masyarakat Islam

atau dalam suatu kepemimpinan

haruslah bertanggung jawab

kepada semua elemen sebagai wujud pelaksanaan suatu tugas

yang diberikan kepada

Pemerintahan tersebut.

4. Skripsi : Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat Di Desa Pliwetan

1.Bagaimana proses

pendampingan dalam mencapai masyarakat yang

1.Mengetahui proses pengorganisasian

dalam mencapai

masyarakat yang

sadar bersih dan

PAR

(Participat

ory Action Research)

Dari FGD diketahui bahwa riset pendampingan ini fokus pada

situasi sosial masyarakat

pinggiran pantai utara yang pembahasannya mengarah pada


(30)

17

Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, oleh Isna Ainnur Fitria Z.K

sadar bersih dan sehat

2.Bagaimana cara membangun kesadaran

masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

sehat

2.Mengetahui cara membangun

kesadaran

masyarakat untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat

kebiasaan masyarakat dalam

membuang sampah sembarangan

yang mengakibatkan adanya

penumpukan sampah di beberapa tempat. Yang kedua, cara yang dilakukan guna menumbuhkan

kesadaran masyarakat dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu dengan memberikan aksi pendidikan kepada masyarakat untuk peningkatan pengetahuan,

sekaligus memberikan

pengetahuan akan dampak yang terjadi. Aksi ini diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat supaya berperilaku hidup bersih dan sehat. Adanya

aksi pendidikan diharapkan

sedikit banyak juga bisa

menumbuhkan rasa peduli


(31)

18

Dari beberapa judul penelitian di atas telah diuraikan oleh peneliti, bahwa dari judul penelitian no.1-no.3 merupakan penelitian murni yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif memiliki tujuan yang sama yaitu ingin menjelaskan dan memahami kehidupan sosial (realitas sosial), sama-sama melakukan pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis. Keduanya berangkat dari penentuan dan perumusan masalah yang berada pada konteks sosial (pengalaman manusia, masyarakat), menggunakan kerangka teori dan mengoperasikan metodologi.

Bedanya, ada pada data dan prosedur (tatacara) memperlakukan data tersebut (pengolahan, analisis data) yang meliputi penggunaan teori (peranan teori), asumsi atau hipotesis dan mengoperasikan metodologi, sehingga karakter dan kedalaman hasilnya berbeda. Hasil akhir sama-sama menjelaskan realitas sosial, namun rasa dan kedalaman penjelasannya berbeda. Selanjutnya dalam judul penelitian no.4 menggunakan metode penelitian PAR (Participatory Action

Research). Fokus pendampingan no.4 ini, dimaksudkan untuk menjaga

lingkungan tambak agar tidak tercemar oleh pembuangan sampah sembarangan dan tinja manusia. Dengan tujuan masyarakat harus sadar betul bahwa perilaku membuang sampah dan buang air besar secara sembarangan dapat merugikan lingkungan sekitarnya. Selain itu proses pendampingan aksi ini dilakukan secara partisipatif melalui pendidikan lingkungan bersih dan sehat.

Sementara penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Fokus penelitian ini adalah bagaimana dampak yang muncul dari


(32)

19

perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng Lor I dan bagaimana proses pendampingan dalam membangun kesadaran masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I. Dengan tujuan munculnya kesadaran masyarakat mengenai dampak dari perilaku ketidakpedulian masyarakat kampung kumuh pada kelestarian lingkungan Bulak Banteng Lor RT 03 RW 08 dan terwujudnya lingkungan yang bersih dengan partisipasi aktif dari masyarakat.

Pada penelitian ini subyek pendampingannya yaitu masyarakat kampung kumuh Bulak Banteng Lor I RT 03 RW 08 baik penduduk asli Surabaya maupun penduduk musiman yang didominasi oleh para pendatang dari pulau Madura seperti Bangkalan, Sumenep dan lain sebagainya. Kaum urban sendiri termasuk tipologi masyarakat perkotaan, sebab memiliki tatanan yang lebih cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang budaya, asal dan kepentingan. Namun tujuan mereka melakukan urbanisasi ke wilayah Kelurahan Bulak Banteng adalah sama, yakni mencari kehidupan yang lebih layak. Mereka berusaha keras dengan menekuni berbagai macam bidang pekerjaan di wilayah Kelurahan Bulak Banteng.

Pendampingan ini menggunakan metode PAR (Participatory Action

Research), dengan tujuan masyarakat kampung kumuh mempunyai keterlibatan

yang utuh sehingga mampu menyadari permasalahannya dan memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.


(33)

20

G. Definisi Konsep

1. Pendampingan Masyarakat

Pendampingan adalah interaksi yang intensif antara pendamping dengan kelompok masyarakat, sehingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok. Tujuannya yaitu peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan.20 Dalam proses pendampingan masyarakat para pendamping memiliki empat peran utama, yaitu:21

a. Peran Fasilitatif b. Peran Edukatif c. Peran Perwakilan d. Peran Teknis

Program pendampingan merupakan suatu sistem pembangunan yang berorientasi pada manusia, dengan mengedepankan asas partisipasi, musyawarah dan keadilan sebagai akses untuk mencapai kemajuan dan kemandirian masyarakat. Melalui pendampingan ini masyarakat diharapkan dapat berdayaguna, dalam artian mampu menolong dirinya sendiri dan secara bertahap mampu mengurangi ketergantungannya pada pihak lain.22

20

Yanuarini Astuti Dewi dan Ikrar Dinata, Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Sarjana,

(Jakarta: Kementrian Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2013), Hal. 17.

21

Ibid.

22


(34)

21

2. Membangun Kesadaran

Dalam proses membangun kesadaran masyarakat, secara lebih rinci Freire23 menjelaskan tentang kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri menjadi 3 golongan yaitu kesadaran magis

(magical consciousness), kesadaran naif (naival consciousness), dan

kesadaran kritis (critical consciousness).

a. Kesadaran magis, yakni suatu kesadaran, suatu teori perubahan sosial yang tidak mampu mengetahui hubungan atau kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Kesadaran magis lebih mengarahkan penyebab masalah dan ketakberdayaan masyarakat dengan faktor-faktor di luar manusia, baik natural maupun super natural.

b. Kesadaran naif, yaitu keadaan yang lebih melihat „aspek manusia’ sebagai akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini

„masalah etika, kreativitas, need for achieverment’ dianggap sebagai penentu dalam perubahan sosial. Jadi, dalam menganalisis mengapa suatu masyarakat miskin, bagi analisis kesadaran ini adalah disebabkan oleh kesalahan masyarakat sendiri, yakni mereka malas, tidak memiliki

jiwa kewiraswastaan, atau tidak memiliki budaya „pembangunan’, dan

seterusnya. Paradigma inilah yang dikategorikan sebagai paradigma

23

Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: INSIST PRESS, 2001), Hal. 31.


(35)

22

perubahan yang bersifat reformatif dan bukanlah paham perubahan yang bersifat transformatif.

c. Kesadaran kritis, yaitu lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Paradigma kritis dalam teori perubahan sosial memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengiidentifikasi

„ketidakadilan’ dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu

melakukan analisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja serta bagaimana mentransformasikannya.24

3. Kampung Kumuh

Isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah

sampah, sehingga identik dengan sebutan “kampung kumuh atau kawasan kumuh”. Menurut Aisyah Nur Hadryant25 dalam Jurnal yang berjudul pemukiman kumuh, sebuah kegagalan pemenuhan aspek pemukiman islami menyatakan bahwa kawasan kumuh dapat diartikan sebagai kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun

24

Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi,... Hal. 32.

25

Aisyah Nur Hadryant, “Pemukiman kumuh, sebuah kegagalan pemenuhan aspek


(36)

23

persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Telaah tentang permukiman kumuh (slum area), pada umumnya mencakup tiga segi, yaitu Pertama, kondisi fisik, Kedua kondisi sosial, ekonomi,budaya komuniti yang bermukim di sana, dan Ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi, serta sampah belum terkelola dengan baik. Sementara itu, kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan permukiman kumuh, antara lain memiliki tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupan yang tampak dari sikap dan perilaku yang apatis.26 Disamping itu berkaitan mengenai pemukiman kumuh tentu tidak terlepas dengan pencemaran lingkungan.

26 Aisyah Nur Hadryant,“Pemukiman kumuh, sebuah kegagalan pemenuhan aspek


(37)

24

Masyarakat tentu mempunyai berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman, barang, dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain, aktivitas tersebut menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, namun di sisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang tidak diinginkan. Makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk.27

Sedikitnya ada dua faktor penting yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Faktor yang pertama adalah pesatnya peningkatan jumlah penduduk. Hampir di semua belahan bumi ini jumlah penduduk semakin padat. kepadatan itu menambah beban yang amat berat bagi lingkungan karena daya dukung sumber alam ternayat semakin tidak seimbang dengan

27

Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan aplikasi, (Jakarta: Salembada Medika, 2009), Hal. 275.

Sumber daya alam Bahan buangan

Manusia dan aktivitasnya


(38)

25

lajunya tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup. Faktor lain adalah perkembangan industri. Perkembangan industri memang telah terbukti mampu menjawab persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial, tetapi ternyata harus dibayar amat mahal karena memiliki dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.28

H. Analisis Stakeholders

Dalam proses penelitian sekaligus pendampingan ini, agar program-program itu bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Maka peneliti memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak. Keterlibatan dari berbagai pihak inilah yang nantinya akan terus mendorong program-program pemberdayaan itu tercapai sesuai rencana. Jika tidak ada pihak yang dilibatkan maka secara tidak langsung program-program itu hanya omong kosong saja. Sebagaimana yang selama ini telah terjadi, dimana-mana banyak program bantuan dari pemerintah. Namun karena tidak ada yang dilibatkan dari konteks masyarakatnya,maka program-program itu hanya membuang angaran saja, karena program-program itu tidak sama sekali berjalan di masyarakat.

Stakeholder-stakeholder nantinya yang akan kita jadikan informan saat kita melakukan pemberdayaan. Informan sendiri adalah pihak yang dapat memberikan informasi-informasi tentang gejala-gejala yang terlihatdan diartikan sesuai dengan kebudayaan yang mereka punyai.Informan sendiri dibagi menjadi

28

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Hal. 225-226.


(39)

26

dua yaitu informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang pembicara asli yang mempunyai status sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya, kebiasaan penduduknya, dan juga dianggap sebagai tokoh oleh penduduk di daerah tersebut. Sedangkan informan biasa adalah penduduk setempat sebagai pelaku dari keadaan social di daerah yang bersangkutan yang biasa di kategorikan berdasarkan status yang diperolehnya seperti pengkategorian jenis kelamin, usia, pekerjaan dan sebagainya.29

Adapun pihak-pihak yang terlibat atau informannya dan bentuk keterlibatannya adalah sebagai berikut;

1. Masyarakat Kampung Kumuh RT 03 RW 08

Di mana masyarakat ini adalah pihak yang paling penting dan yang paling terlibat dalam program pemberdayaan ini. Hal ini karena masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaan dan yang akan menjadi pelaku perubahan social di masyarakatnya sendiri. Jika masyarakat kampung kumuh ini tidak ada keterlibatan dalam program pemberdayaan ini maka sama dengan program pemberdayaan ini hanya sebagai wacana saja. Belum bisa menyelesaikan problem yang selama ini masyarakat rasakan. Dalam hal ini masyarakat kampung kumuh sangat diperlukan partisipasinya karena mereka sendiri yang akan menjadi pelaku perubahan pada kondisi lingkungan perkampungan kumuh tersebut.

29

Bambang Rudito dan Melia Famiola, Social Mapping, (Bandung : Rekayasa Sains, 2013), Hal. 124.


(40)

27

Partisipasinya baik secara materi, ide, tenaga dan lain-lainnya yang bersangkutan dengan program pemberdayaan ini.

Selama ini peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi

masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program,

masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam

dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”

akhirnya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran diri.30

2. Organisasi-organisiasi yang ada RT 03 RW 08

Organisaisi atau biasa disebut dengan perkumpulan yang ada di desa ini adalah organisasi kemasyarakatan yang keterlibatannya sangat berpengaruh teradap masyarakat yang tinggal di kampung kumuh tersebut. Diantara organisasi-organisasi disini adalah karang taruna, ibu-ibu PKK, kelompok arisan, jamaah yasin dan tahlil baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, dan organisasi lainnya.

3. Perangkat Desa

Perangkat desa adalah mereka yang menjabat pada susunan kepengurusan desa. Mereka yang memimpin dan mengatur lembaga

30

Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), Hal. 90.


(41)

28

pemerintahan desa setempat. Sebagaimana di pimpin oleh kepala desa dan di bawahi ada beberapa perangkat lainnya. Peran mereka dalam program pemberdayaan ini adalah keterlibatan mereka dalam mengambil kebijakan desa yang nantinya menjadi sebuah aturan atau perdes. Harapannya pengaruh serta dukungan dari perangkat-perangkat desa inilah yang nantinya bisa menjadi pendukung para masyarakat. Sudah semestinya perangkat-perangkat desa ini mendukung dan membantu menyelesaikan problem yang ada di masyarakatnya. Karena kamajuan dan kesejahteraan desa tergantung pada perangkat yang memimpinnya. 4. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat ini adalah mereka yang mempunyai pengaruh penting dalam masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi panutan atau yang menjadi orang terpercaya. Baik itu sesepuh, ataupun pemimpin atau ketua masjid dan lain sebagainya. Keterlibatannya adalah sebagai penggerak utama untuk menjalankan program pemberdayaan ini. 5. Puskesmas Bulak Banteng

Puskesmas ini adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi pusat kesahatan masyarakat yang dipercaya dapat melayani kesehatan di bidang lingkungan khususnya pada penelitian ini. Keterlibatannya sebagai Pembina peran kesehatan lingkungan dalam menjalankan program pemberdayaan ini.


(42)

29

I. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang berkaitan tentang judul proposal skripsi, mulai dari latar belakang masalah, fokus permasalahan, tujuan pendampingan, manfaat pendampingan, definisi konsep, dan sistematika pembahasan yang menjelaskan gambaran dari masing-masing bab.

BAB II : KONSEP TEORITIS

Bab ini merupakan bab yang akan menjelaskan teori yang berkaitan dan referensi yang kuat dalam memeparkan data yang sesuai dengan penelitian pendampingan ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode penelitian PAR. Didalamnya pendamping akan menyajikan konsep pengertia PAR, ruang lingkup, prosedur, strategi mencapai tujuan, subjek pendampingan, teknik pengumpulan data dan sumber data serta analisis stakeholders yang terkait dalam proses pendampingan. BAB IV : MENEROPONG POJOK KAMPUNG BULAK BANTENG

Bab ini berisi tentang analisis situasi kehidupan masyarakat kampung kumuh. Dari aspek geografis, kondisi demografis, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.


(43)

30

Bab ini merupakan uraian dari temuan masalah di wilayah tersebut. Di dalamnya juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat dengan menganalisis problematik dari beberapa temuan.

BAB VI : DINAMIKA PERENCANAAN AKSI PERUBAHAN

Bab ini berisi perencanaan program yang berkaitan dengan temuan masalah hingga muncul gerakan aksi perubahan.

BAB VII : SEBUAH CATATAN REFLEKSI

Bab ini berisi perubahan yang muncul setelah proses pendampingan dilakukan, selain itu juga pencapaian yang ada setelah proses tersebut dilakukan dan menjelaskan konsep Islam tentang lingkungan sehat. BAB VII : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap pihak-pihak terkait mengenai hasil pendampingan di lapangan.


(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

BAB II

KONSEP TEORITIS

A.Teori Partisipasi Masyarakat 1. Pengertian partisipasi

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa

Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian,

pengikutsertaan.1 Slamet mengatakan bahwa partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat secara aktif dari proses perumusan kebutuhan, perencanaan, sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan baik melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik.2

2. Bentuk-bentuk partisipasi

Masyarakat dalam berpartisipasi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Adapun Robert Chambers menyebutkan ada 3 model partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli.3 Seperti menurut Arnstein yang mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat terdapat 8 tingkatan, berbeda dengan Kenji dan Greenwood justru dalam membagi jenjang partisipasi dipersempit menjadi 5 tingkatan. Sedangkan VeneKlasen dengan Miller membagi jenjang partisipasi berjumlah 7 tingkatan. Dari

1

Pius A. Partan dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola, 2006), Hal. 655.

2

Y. Slamet, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994), Hal. 7.

3

Robert Chambers, Ideas For Development, (London: Earthscan, 2005), Hal. 105.


(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

beberapa pendapat para teoritis, pada intinya goal yang diinginkan dari partisipasi masyarakat yaitu munculnya kemandirian masyarakat dalam mengontrol atau memobilisasi diri. Berikut tabel yang menunjukkan model partisipasi masyarakat menurut para ahli :

Tabel 2.1

3 Model Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Para Ahli

Jenjang partisipasi masyarakat dapat direncanakan sesuai dengan konteks dan kebutuhan tertentu. Dari ketiga model partisipasi masyarakat tidak ada klaim yang menegaskan sebagai satu-satunya jenjang yang paling benar dan yang paling otoritatif.4 Definisi dari “partisipasi” masyarakat adalah sebuah bentuk pemaknaan tentang praktek yang baik.5 Individu atau kelompok dapat diikutsertakan untuk membangun partisipasi mereka sendiri. Jenjang partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa kata

4

Robert Chambers, Ideas For Development, (London: Earthscan, 2005), Hal. 106.

5


(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

“partisipasi” dapat digunakan untuk aktivitas dan hubungan yang berbeda.

Jenjang partisipasi masyarakat juga dapat menunjukkan bahwa masing-masing model partisipasi merupakan semuanya berbicara tentang kekuasaan. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan dan memperbaiki kebiasaan masyarakat untuk lebih baik.

Menurut pernyataan Sherry R Arnstein yang dikutip oleh Sigit, bahwa membagi jenjang partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam 8 tingkat partisipasi masyarakat dengan berdasarkan kekuasaan yang diberikan kepada masyrakat.6 Tingkat partisipasi dari tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut:

a. Citizen control, masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan

mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini masyarakt memiliki kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingannya. Masyarakat mempunyai wewenang dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihakpihak luar yang hendak melakukan perubahan. Usaha bersama warga ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk memperoleh bantuan tanpa melalui pihak ketiga.7

b. Delegated power, pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan

kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana tertentu. Untuk

6

Sigit Wijaksono, “Pengaruh lama tinggal terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pemukiman”, Jurnal ComTech Vol.4 No.1 Juni 2013, Hal. 27.

7


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

menyelesaikan permasalahan, pemerintah harus mengadakan negosiasi dengan masyarakat tidak dengan tekanan dari atas, dimungkinkan masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan pemerintah.

c. Partnership, masyarakat berhak berunding dengan pengambil

keputusan atau pemerintah, atas kesepakatan bersama kekuasaan dibagi antara masayrakat dengan pemerintah. Untuk itu, diambil kesepakatan saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan serta pemecahan masalah yang dihadapi.8

d. Placation, pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu menunjuk

sejumlah orang dari bagian masyarakat yang dipengaruhi untuk menjadi anggota suatu badan publik, di mana mereka mempunyai akses tertentu pada proses pengambilan keputusan. Walaupun dalam pelaksanaannya usulan masyarakat tetap diperhatikan, karena kedudukan relatif rendah dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan anggota dari pemerintah maka tidak mampu mengambil keputusan.9

e. Consultation, masyarakat tidak hanya diberitahu tetapi juga diundang

untuk berbagi pendapat, meskipun tidak ada jaminan bahwa pendapat yang dikemukakan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Metode yang sering digunakan adalah survei tentang arah

8

Ibid, Hal. 28.

9


(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

pikiran masyarakat atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public

hearing atau dengar pendapat dengan masyarakat.10

f. Informing, pemegang kekuasaan hanya memberikan informasi kepada

masyarakat terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan untuk mempengaruhi hasil. Informasi dapat berupa hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari masyarakat. Informasi diberikan pada tahapan akhir perencanaan dan masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi rencana yang telah disusun.11

g. Therapy, pemegang kekuasaan memberikan alasan proposal dengan

berpura-pura melibatkan masyarakat. Meskipun terlibat dalam kegiatan, tujuannya lebih pada mengubah pola pikir masyarakat daripada mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri.12

h. Manipulation, merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah, di

mana masyarakat hanya dipakai namanya saja. Kegiatan untuk melakukan manipulasi informasi untuk memperoleh dukungan publik dan menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun tidak akan pernah terjadi.13

Sejalan dengan penjelasan 8 tingkatan partisipasi, Sigit mengutip pernyataan Arnstein yang berkaitan dengan tipologi di atas di mana terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu tidak ada partisipasi sama sekali (non

10

Ibid, Hal. 28.

11

Ibid.

12

Ibid.

13


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

participation), yang meliputi: manipulation dan therapy, partisipasi

masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa ketentuan (degrees

of tokenism), meliputi informing, consultation, dan placation, partisipasi

masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan (degrees of citizen

power), meliputi partnership, delegated power, dan citizen power.14

Gambar 2.1 : Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Arnstein

Dua tangga terbawah dikategorikan sebagai “non partisipasi”

dengan menempatkan bentuk-bentuk partisipasi yang dinamakan terapi dan manipulasi. Sasaran dari kedua bentuk ini adalah mendidik dan mengobati masyarakat yang berpartisipasi. Tangga ketiga, keempat dan kelima sebagai tingkat Tokenism yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak

14


(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

boleh memiliki kemampuan untuk mendapat jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.15

Menurut pernyataan Arnstein yang dinukil oleh Sigit, jika partisipasi hanya dibatasi pada tingkatan ini, maka kecil kemungkinannya ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Termasuk dalam tingkat Tokenism adalah penyampaian informasi

(informing), konsultasi, dan peredaman kemarahan (placation).

Selanjutnya Arnstein mengkategorikan tiga tangga teratas ke dalam tingkat kekuasaan masyarakat (citizen power). Masyarakat dalam tingkatan ini memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kemitraan (partnership) dengan memiliki kemampuan tawar menawar bersama-sama pengusaha atau pada tingkatan yang lebih tinggi pendelegasian kekuasaan (delegated power) dan pengawasan masayrakat

(citizen control). Pada tingkat ke 7 dan 8, masyarakat (non elite) memiliki

mayoritas suara dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bahkan sangat mungkin memiliki kewenangan penuh mengelola suatu objek kebijakan tertentu.16

Delapan tangga partisipasi yang telah dijelaskan ini memberikan pemahaman bahwa terdapat potensi yang sangat besar untuk manipulasi program partisipasi masyarakat menjadi suatu cara yang mengelabui

(devious methods) dan mengurangi kemampuan masyarakat untuk

mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Sebagaimana Hessel

15

Ibid, Hal. 29.

16


(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

mengutip pernyataan Nelson yang menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi17, yaitu :

1. Partisipasi horizontal, yaitu partisipasi diantara sesama warga atau anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan.

2. Partisipasi vertikal, yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan di mana masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Jadi, seseorang dikatakan berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembangunan jika individu itu benar-benar melibatkan diri secara utuh dengan mental dan emosinya, bukan sekedar hadir dan bersikap pasif terhadap aktivitas tersebut. Adapun rasa tangung jawab sebagai salah satu unsur dari partisipasi, sebagaimana merupakan aspek yang menentukan dalam pengambilan keputusan individu untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan. Pendapat dari Hicks juga dikutip oleh Hessel terkait merumuskan rasa tanggung jawab sebagai suatu kualitas masyarakat untuk berkembang secara mandiri, tatkala yang bersangkutan secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui semua hal, menyerap suatu nilai, atau menerima suatu tugas.18

Rasa tanggung jawab ini memliiki implikasi positif yang luas bagi proses pembangunan, sebab didalamnya masyarakat berkesempatan

17

Hessel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Publik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), Hal. 323-324.

18


(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

belajar dari hal-hal yang kecil untuk kemudian ditingkatkan ke hal-hal yang lebih besar, memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri, mempunyai kesempatan memutuskan sendiri apa yang dikehendakinya, dan lebih jauh lagi masyarakat merasa memiliki hasil-hasil dari pembangunan itu.

B.Kesadaran Kolektif Menuju Perubahan Sosial

Dalam membangun kesadaran masyarakat secara umum, maka seringkali dijumpai suatu kelompok atau komunitas. Di manapun individu itu tinggal, pasti berinteraksi dengan individu yang lainnya sehingga membentuk sebuah komunitas. Jim Ife dalam mengartikan sebuah komunitas yaitu seseorang yang melakukan kegiatan secara bersama-sama dalam beberapa waktu.19 Dalam membangun good society tentu harus didasari dengan kesadaran secara kolektif, pemahaman secara kolektif, memiliki pengalaman atau saling membagi pengalaman secara kolektif dan melakukan sebuah tindakan juga secara kolektif. Itulah kesadaran yang harus dibangun dalam sebuah komunitas secara umum bukan malah individualisme yang merupakan inti dari sifat egoisme dalam melakukan atau merencanakan sebuah kegiatan.

Di samping itu, ada tiga komponen menuju perubahan sosial dalam membangun good society. Komponen pertama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada masyarakat seperti pelayanan sosial, ekonomi, keamanan, pendidikan dan kesehatan. Selanjutnya komponen kedua yaitu hubungan kerja sama atau sering disebut istilah asosiasi dengan orang lain

19

Jim Ife, Human Right From Bellow Achieving rights Through Community Development, (New York: Cambridge University Press, 2009), Hal. 11.


(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

seperti menghormati dan menghargai budaya orang lain, peduli dan berbagi antar sesama. Komponen ketiga tentang partisipasi pada kuasa atas tata kelola masyarakat. Tiga komponen terkait dapat dilihat pada gambar di bawah ini.20

Gambar 2.2 : Tiga Komponen dalam membangun good society Adapun hubungan terkait pemenuhan setiap lapisan mempunyai harapan untuk terwujud dalam indikator ini dan memiliki hasil.

Gambar 2.3 : Relasi pemenuhan lapisan pada tiga komponen dalam membangun good society

20

Barry Knight, Hope Chigudu, dan Rajesh Tandon, Reviving Democrary Citizen at the Heart of Goverence, (London:Eartscan, 2002), Hal. 65.


(54)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

Dari tiga komponen di atas, maka ada relasi dalam pemenuhan antar lapisan, diantaranya ketika kebutuhan dasar terpenuhi maka orang-orang memiliki mata pencaharian yang aman dan berkelanjutan, standar hidup yang layak, akses terhadap air, kesehatan dan pendidikan. Mereka merasa aman dan aman di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Kemudian ketika ada asosiasi maka orang mengalami rasa yang kuat seperti rasa memiliki, rasa peduli dan bertetangga. Terakhir, ketika ada partisipasi yang muncul maka orang merasa cukup dan adil diperlakukan dan tidak mengalami diskriminasi sosial, orang merasa terlibat dalam urusan publik.21

Social current atau arus kelompok mempunyai arti bahwa kesadaran kolektif yang terdapat dalam diri seseorang hanya ada pada saat orang itu berkumpul tapi apabila orang tersebut keluar dari kelompok itu maka hilanglah kesadaran kolektif yang ada pada diri orang tersebut. Maka dari itu untuk membangun kesadaran kolektif dibutuhkan partisipasi masyarakat yang aktif dalam melakukan setiap kegiatan atau urusan publik.

C.Hubungan Kependudukan, Pembangunan, dan Kerusakan Lingkungan

Masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya selalu menjalankan kegiatan seperti kegiatan di lingkungan pemukiman, pabrik, perdagangan dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan mereka adalah pemanfaatan berbagai sumber daya yang berperan sebagai pendukung kehidupan (life support).22 Dalam setiap aktivitasnya masyarakat selalu menghadapi resiko atau bahaya dari lingkungannya. Namun demikian masyarakat juga memberikan resiko

21

Ibid, Hal. 65.

22


(55)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

bahaya dan kerusakan terhadap lingkungan akibat dari pekerjaan itu sendiri. Masyarakat memandang lingkungan hidup hanya dari sisi kebutuhan manusia itu sendiri.

Gambar 2.4 : Hubungan Kependudukan, Pembangunan, dan Kerusakan Lingkungan

Adapun hubungan kependudukan dengan pembangunan yang berdampak pada kerusakan lingkungan akan dijelaskan sebagai berikut :

PERTUMBUHAN POPULASI

PERTUMBUHAN EKONOMI

-BIAYA KESEHATAN -KEMISKINAN

-KETIDAKADILAN -POLUSI

KERUSAKAN

LINGKUNGAN

-SUSTAINABILITY -KESERAKAHAN

-KEUUNTUNGAN YANG TIDAK MERATA

-KERUSAKAN HUTAN -LAHAN BASAH

-KERUSAKAN TERUMBU KARANG DAN DAERAH PESISIR

-KEPUNAHAN SPESIES -POLUSI


(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

1. Tekanan Kependudukan

Kepadatan populasi penduduk berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang merupakan media dimana segala kebutuhan masyarakat didalamnya diperoleh. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk maka pada gilirannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang tersebut memicu terjadinya eksploitasi berlebih terhadap sumber daya alam, sehingga terjadilah kerusakan bahkan kehancuran sumber daya di sekitar mereka.23 Adapun permasalahan kependudukan di Indonesia yang berpengaruh terhadap tekanan pada lingkungan adalah :

a. Jumlah penduduk yang semakin bertambah b. Sebagian penduduk berusia muda

c. Persebaran penduduk yang tidak merata membawa dampak tersendiri dalam kontribusinya terhadap kerusakan lingkungan. d. Besarnya penduduk yang memperoleh pendapatan dari sektor

pertanian 52,2% penduduk hidup di pedesaan. e. Meningkatnya penduduk yang masuk pasar kerja.

Seiring dengan kepadatan penduduk semakin meningkat, maka memicu tumbuhnya pemukiman kumuh yang merupakan akibat dari urbanisasi, migrasi yang tinggi, masyarakat berbondong-bondong datang ke kota untuk mencari nafkah. Hidup di kota sebagai warga dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor informal. Pada dasarnya pertumbuhan

23


(57)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

sektor informal bersumber pada urbanisasi penduduk dari pedesaan ke kota, atau dari kota satu ke kota lainnya. Hal ini disebabkan oleh lahan pertanian di mana mereka tinggal, sudah terbatas, bahkan kondisi desapun tidak dapat lagi menyerap angkatan kerja yang terus bertambah, sedangkan yang migrasi dari kota ke kota lain, kota tidak lagi mampu menampung, karena lapangan kerja sangat terbatas. Akhirnya dengan adanya pemanfaatan ruang yang tidak terencana di beberapa daerah, terjadi penurunan kualitas lingkungan bahkan kawasan pemukiman, terutama di daerah perkotaan yang padat penghuni, berdekatan dengan kawasan industri, kawasan bisnis, kawasan pesisir dan pantai yang dihuni oleh keluarga para nelayan, serta di bantaran sungai, dan bantaran rel kereta api.

2. Tekanan Pembangunan

Pemenuhan kebutuhan masyarakat ditunjukkan adanya kegiatan dalam bentuk yang lebih umum disebut pembangunan.24 Pembangunan sebagai kegiatan untuk menyejahterkan masyarakat selalu ditingkatkan akselerasinya. Pembangunan sendiri berarti terjadinya perubahan besar yang meliputi perubahan struktur ekonomi, perubahan fisik wilayah, perubahan pola konsumsi, perubahan sumber alam dan perubahan lingkungan hidup. Padahal semua kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak akan terlepas dari pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga secara pasti terjadinya sumber daya alam terutama yang tidak terbaharui akan terus menipis.

24


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

banyak diminati karena sesuai kebutuhan keluarga mereka. Tidak lain

upaya dari pendidikan lingkungan yaitu mengajak masyarakat untuk

peduli terhadap lingkungan yang sehat.

B. Saran

Pendampingan yang telah direncanakan dalam diskusi bersama

masyarakat menghasilkan kegiatan terbarukan dalam kebersihan

lingkungan seperti pemaksimalan kerja bakti setiap 1 bulan sekali dan

pengadaan kampanye pendidikan lingkungan. Pendekatan top down adalah

bukan suatu langkah yang tepat, tentunya harus ada bentuk keterlibatan

masyarakat kampung kumuh dengan stakeholders agar program-program

yang digalakkan akan lebih efektif. Sebab dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat harus mereka sendiri yang mengendalikannya. Oleh karena

itu, dalam mewujudkan kampung yang bersih dan sehat, maka dibutuhkan

keterlibatan maupun peran dari berbagai lapisan masyarakat untuk saling

membangun kesadaran lingkungan yang bersih dan sehat.

Melihat realitas di lapangan, pendamping memberikan saran

kepada local leader yaitu sebagaimana karang taruna sebagai motor

penggerak dalam memaksimalkan kerja bakti dan terus melakukan

evaluasi setiap selesai kegiatan. Agar nantinya kegiatan kerja bakti

menjadi maksimal dan rutin setiap bulannya. Begitupun juga untuk

keberlanjutan mengenai kampanye pendidikan lingkungan diharapkan


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

maupun praktek penanaman Toga secara berkala, maka dengan sendirinya


(3)

123

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku :

Afandi, Agus, dkk., Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, Surabaya: IAIN

Sunan Ampel Press, 2013.

_______________, Modul Paticioatory Action Researc, Surabaya: LPPM UIN Sunan

Ampel, 2014.

Astuti, Dewi Yanuarini dan Ikrar Dinata, Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja

Sarjana, Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2013.

Chambers , Robert, Ideas For Development, London: Earthscan, 2005.

Daniel, Moehar, dkk., PRA (Participatory Rural Apraisal), Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2008.

Fakih, Mansour, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta:

INSIST PRESS, 2001.

Huda, M. Syamsul, Komunitas Urban Clean, Surabaya: LSAS, 2006.

Ife, Jim, Human Right From Bellow Achieving rights Through Community

Development, New York: Cambridge University Press, 2009.

Kurniati, Aryani, Kajian Persebaran Permukiman Kumuh di Surabaya Pusat,

Surabaya: Unesa, 2014.

Knight, Barry , Hope Chigudu, dan Rajesh Tandon, Reviving Democrary Citizen at

the Heart of Goverence, London:Eartscan, 2002.

Koentjaraningrat, Metode- metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia,

1983.

Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan, Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003.


(4)

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin, Ilmu kesehata nmasyarakat: teori dan aplikasi, Jakarta: Salembada Medika, 2009.

Nasdian, Fredian Tonny, Pengembangan Masyarakat,Jakarta :Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014.

Nogi, Hessel S Tangkilisan, Manajemen Publik, Jakarta: PT. Grasindo, 2005.

Partan, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,

2006.

Rohardjo, Toto, dkk, Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis,

Yogyakarta: INSIST Press, 2010.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, Social Mapping, Bandung : Rekayasa Sains,

2013.

Salim, Agus, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus

Indonesia, Yogya: PT. Tiara Wacana, 2002.

Saruji, Didik, Wawasan lingkungan, Surabaya: CV. Media Ilmu, 2006.

Slamet, Y., Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, Surakarta: Sebelas

Maret University Press, 1994.

Sumantri, Arif, Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Kencana, 2013.

Susanto, Jo, Menyiasati Kota Tanpa Warga, Jakarta: KPG dan Centropolis, 2006.

TSSM Provinsi Jawa Timur, Materi Dakwah Sanitasi : Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat, Surabaya: No Place, 2009.

Uchjana, Onong Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009.

Usman, Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998.

Sumber dari dokumen :


(5)

125

Laporan Kependudukan Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Bulan Februari 2016

Sumber dari internet :

www.BPS.go.id (dilihatpadatanggal 12 Maret 2016 Pukul 18.30)

Sumber dari jurnal :

Andini, Ike, “Sikap dan Peran Pemerintah Kota Surabaya dalam Perbaikan Daerah

Kumuh di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol.1 No.1, Januari 2013.

Fitria, Niken, dkk.,“Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di

Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat”, Jurnal Teknik Promits Vol.3 No.2, 2014.

Hadryant, Aisyah Nur, “Pemukiman Kumuh, Sebuah Kegagalan Pemenuhan Aspek

Pemukiman Islami”, Jurnal Teknik Arsitektur Vol.1 No.3, 2011.

Suhaeni, Heni, “Tipologi Kawasan Perumahan Dengan Kepadatan Penduduk Tinggi

dan Penangannya”, Jurnal Pemukiman Vol.5 No.3, November 2010.

Wijaksono, Sigit, “Pengaruh Lama Tinggal Terhadap Tingkat Partisipasi

Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Pemukiman”, Jurnal ComTech Vol.4 No.1 Juni 2013.

Harahap, Rabiah Z., “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup”, Jurnal

EduTech, Vol.1 No.1 Maret 2015

Sumber dari majalah :

Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Pemerintahan Provinsi Jawa

Timur, Mencari solusi kepadatan penduduk terhadap lingkungan, Bulletin

Kependudukan, Edisi 9, 2014.

Sumber dari skripsi :

Kristiowati, Aning, Studi Program Pemberdayaan LingkunganBersih dan Sehat

Terhadap Kinerja Pemerintah Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Surabaya, Skripsi, FakultasDakwahdanKomunikasi UIN SunanAmpel Surabaya, 2010.


(6)

Ningrum, Fifin Sethiya, Proses Perubahan Sosial dalam Pengelolaan Lingkungan yang Kumuh Menjadi Lingkungan yang Bersih, Rapi dan Sehat di RT VII RW X Kelurahan Bubutan Surabaya, Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.

Z.K, Isna Ainnur Fitria, Pendampingan Sadar Sehat : Upaya Membangun Kesadaran

Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Desa Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Sumber dari wawancara :

Wawancara dengan Ma’ud(55) pada tanggal 20 April 2016 Wawancara dengan Mas’ud (48) pada tanggal 12 April 2016

Wawancara dengan Muslih(45) dan Sahid(42) pada tanggal 17 April 2016

WawancaradenganNuryanti (32) padatanggal 16 Maret 2016

Wawancaradengan Sandy (30) padatanggal 2 maret 2016

Wawancara dengan Siti (38) pada tanggal 16 Maret 2016

Wawancara dengan Sufriyah(39) pada tanggal 15 April 2016


Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK KURANG GIZI (Studi kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Mempunyai Anak Kurang Gizi di Kelurahan Kedinding dan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran).

1 1 72

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN.

1 3 72

ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TENTANG LEGALITAS PRAKTIK POLIGAMI DI BULAK BANTENG WETAN KECAMATAN KENJERAN KOTA SURABAYA.

0 3 81

PENDAMPINGAN PROBLEM STATUS GIZI BALITA DI BAWAH GARIS MERAH (BGM) DAN GIZI KURANG PADA BALITA KOMUNITAS KAMPUNG KUMUH MELALUI SEKOLAH BALITA DI KELURAHAN BULAK BANTENG, KECAMATAN KENJERAN, KOTA SURABAYA.

2 7 168

KONSELING KELUARGA MELALUI TEHNIK POSITIVE PARENTING DALAM MENGATASI POLA ASUH OTORITER PADA ORANG TUA SISWA DI TK DARUSSALAM DESA BULAK BANTENG PERINTIS KECAMATAN KENJERAN SURABAYA.

0 2 104

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya

1 1 5

POLA MAKAN MASYARAKAT NELAYAN KEJAWAN LOR : Kampung Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak Kenjeran, Kotamadya Surabaya Jawa Timur Repository - UNAIR REPOSITORY

0 2 117

Aktivitas Nelayan di Kampung Nelayan Kerang Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya

0 0 10

Strategi Adaptasi Pedagang Di Sentra Ikan Bulak Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya

0 0 12

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI DAERAH BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA

0 0 16