TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN.
DAERAH BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA
SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHANSKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh
gelar sarjana pada FISIP UPN “ VETERAN “ Jawa Timur
Oleh :
LUSI MELISA
0643010325
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2010
(2)
SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN
Disusun Oleh:
LUSI MELISA NPM 0643010325
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui Pembimbing
Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 198402 1 00 1
Mengetahui DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 19550718 198302 2 00 1
(3)
SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN
Oleh: LUSI MELISA NPM: 0643010325
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 November 2010.
Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua
Drs. Kusnarto, Msi Ir.Didiek tranggono,Msi NIP. 1958080119840 2001 NIP.195812251990011001
2. Sekertaris
Drs. Kusnarto.Msi
NIP. 1958080119840 2001
3. Tim anggota
DR. Catur Suratnoaji,Msi
NIP. 368049400281
Mengetahui, DEKAN
Dra. Ec. Hj.Suparwati, Msi NIP. 19550718 198302 2001
(4)
i
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga
Tentang Gizi Di Kecamatan Kenjeran Daerah Bulak Banteng
Surabaya Setelah Penyuluhan” dengan baik.
Sejujurnya penulis akui bahwa skripsi ini jauh dari kebenaran dan banyak mengalami kesulitan, tetapi faktor kesulitan inilah yang menjadikan kebanggaan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya diri sendiri. Semua kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama penyelesaian skripsi ini, penulis diwajibkan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, dan melimpahkan begitu banyak kasih sayang_Nya pada penulis.
2. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Buat Suamiku thanks a lot cause da always temenin diriQ selama ini,
semangat juga buat skripsi na moga bisa sama-sama lu2s na yW..
4. Bapak Kusnarto selaku pembimbing yang baik dan sabar dalam membimbing penulis.
(5)
ii Politik UPN “ Veteran “ Jatim.
6. Buat semua Temen-temen seangkatan semoga sukses selalu.GBU all.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu, kririk dan saran yang membangun bagi penulis sangat diharapkan bagi pembaca, guna kesempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita.
Surabaya, 14 April 2010
Lusi Melisa
(6)
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... vi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Landasan Teori ... 7
2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 7
2.1.2. Komunikasi Kesehatan ... 8
2.1.3. Komunikasi Efektif ... 9
2.1.4. Komunikasi Publik ... 9
2.1.5. Komunikasi Interpersonal ... 10
2.1.6. Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak... 10
2.1.7. Kegiatan Penyuluhan Gizi dan Posyandu Sehat ... 11
2.1.8. Penyuluhan sebagai Media Komunikasi ... 12
2.1.9. Kegiatan Revitalis Posyandu ... 13
2.1.10.Perkembangan Gizi Yang Terjadi di Indonesia ... 14
(7)
2.1.12.Komunikasi Kelompok ... 18
2.1.13.Tingkat Pengetahuan ... 19
2.1.14.Pentingnya ASI dan MTP ... 23
2.1.15.Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi………. 24
2.2. Teori S-O-R ... 26
2.3. Kerangka Pikir ... 30
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 32
3.1. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1. Penyuluhan Secara Konsep ... 32
3.2. Tingkat Pengetahuan ... 33
3.3. Pengukuran Variabel ... 35
3.4. Populasi, Sampel & Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.4.1. Populasi ... 37
3.4.2. Sampel & Teknik Penarikan Sampel... 38
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.6. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Bulak Banteng ... 41
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
(8)
v
5.2 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER LAMPIRAN
(9)
Gambar Model Teori S-O-R ... 28
Gambar Kerangka Berpikir ... 31
4.1. Tabel Responden Berdasarkan Usia ... 43
4.2. Tabel Responden Berdasarkan Pendidikan………. 44
4.3. Tabel Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan………... 45
4.4. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang Gizi………. 46
4.5. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu……… 47
4.6. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Manfaat ASI Ekslusif………. 48
4.7. Tabel Responden Atau Ibu Tentang PMT Pendamping ASI………... 49
4.8. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Makanan Yang Diperlukan Anak… ………... 50
4.9. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat Anak Yang Kurang Gizi ……… 52
4.10Tabel Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Yang Baik Bagi Bayi………. 53
4.11Tabel Responden Atau Ibu Tentang Larangan Jajan……….. . 54
4.12Tabel Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara Kebersihan………. 56
4.13Tabel Rekapitulasi Jawaban Responden Berdarkan Tinggkat Pengetahuan ………. 57
(10)
LUSI MELISA, TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK
BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah masalah gizi buruk yang telah menjadi isu hangat selama ini. Pembangunan kesehatan semakin kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, termasuk di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya. Hal ini terbukti dari anak- anak yang kurang gizi di kawasan tersebut semakin bertambah. Keadaan inilah yang membuat peneliti melakukan penelitian di kawasan Bulak Banteng, karena di daerah tersebut satu bulan sekali mendapat penyuluhan tentang gizi.
Penelitian ini menggunakan Teori S-O-R ( Stimulus,Organism,Respon) Stimulus dalam penelitian ini adalah isi pesan tentang pengetahuan gizi buruk. Sedangkan Organism dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dan Respon yang didapat dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di daerah bulak banteng tentang gizi buruk.
Obyek pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya yang mendapat penyuluhan, sedangkan sampelnya adalah ibu – ibu rumah tangga yang mempunyai balita dengan kasus gizi buruk. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling atau Sampling kebetulan. Metode pengumpulan datanya adalah melalui kuisioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan nampak bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar ibu rumah tangga yang menjadi responden berada pada kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan ibu rumah tangga ini kurang mendengarkan,memperhatikan,dan merealisasikan di dalam kesehariannya. Sehingga para ibu rumah tangga ini susah untuk menganalisa berbagai informasi yang diberikan di waktu penyuluhan.
Kesimpulan dan saran yang diambil dari penelitain ini adalah bahwa tingkat pengetahuan yang tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng sebagian besar berada pada kategori rendah, setelah mendapatkan penyuluhan, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai gizi anak serta upaya meningkatkan gizi keluarga.
(11)
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Informasi menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari semua kalangan masyarakat. Masyarakat dalam kehidupannya sangat membutuhkan informasi untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam. Pesan informasi yang disampaikan tidak terlepas dari proses komunikasi.
Dalam proses tersebut, memerlukan adanya media sebagai saran untuk menyampaikan pesan. Informasi selalu berkembang dengan seiring perkembangan jaman. Termasuk informasi gizi dan pertumbuhan sang anak di masa dini. Karena banyak sekali terjadi gizi buruk terutama diwilayah kenjeran Surabaya data dari ( Jawa pos, Senin 21 Desember 2009) .
Kecamatan kenjeran menempati peringkat pertama dari 10.115 balita tercatat 1.186 di antaranya menderita gizi buruk, selanjutnya kecamatan semampir, dari 6.696 balita. Tercatat 927 balita mengalami gizi buruk. Bahkan kecamatan tersebut kusus gizi buruk merata hampir di setiap kelurahan, antara lain kelurahan pegirian, ujung, sidotopo, ampel dan donokusumo.
Kecamatan sukomanunggal menduduki peringkat ketiga.Dari 4..072 balita tercatat 531 diantaranya mengalami gizi buruk. Kemudian kecamatan
(12)
simokerto, dengan 465 balita menderita gizi buruk dari 4.188 balita. Urutan kelima Kecamatan Lakarsanti,dari 1.891balita tercatat 225 balita mengalami gizi buruk. Data dari Dinas Kesehatan di dalam berita ( Jawa pos, senin 21 Desember 2009 ).
Sebenarnya daerah Bulak Banteng sudah mendapatkan penyuluhan yang dilakukan setiap bulan, bertepatan pada pelaksanaan posyandu. Namun mengapa angka balita gizi buruk di Surabaya masih tinggi. Terutama di kecamatan kenjeran daerah Bulak Banteng Surabaya merupakan data dari .
Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan cara penyuluhan, karena penyuluhan menjadi suatu media komunikator yang dipercaya untuk menyampaikan pesan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan penyuluhan tersebut.
Sebagai bentuk komunikasi, kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari para penyuluh kepada para ibu rumah tangga khususnya di daerah Bulak Banteng Surabaya..
Penyuluhan tersebut di harapkan agar tingkat pengetahuan ibu - ibu rumah tangga sebagai peserta penyuluhan dapat lebih meningkat demi terciptanya masyarakat yang sehat.
Berdasarkan uraian di atas maka kegiatan penyuluhan merupakan satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil ( small group communication ) , karena jumlah orang yang terlibat dalam sebuah penyuluhan tergolong sedikit yaitu hanya melibatkan beberapa penyuluh sebagai komunikator serta beberapa peserta penyuluhan sebagai
(13)
komunikan. Selain itu dalam kegiatan penyuluhan, komunikator dalam hal ini adalah para penyuluh, menunjukkan pesannya berupa informasi kepada benak atau pikiran komunikan dalam hal ini adalah peserta. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Sedangkan ciri yang kedua ialah bahwa prosesnya berlangsung dialogis, tidak liniear, melainkan sirkulasi. Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.
Penyuluhan melibatkan dua aspek komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Terdapat pernyataan bahwa konsep pendidikan dewasa ini harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai dan adaptif. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan itu harus mampu mempersiapkan kader- kader yang siap pakai. Untuk tenaga penyuluh, konsep ini cukup relevan karena mereka mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang sifatnya formal. Tenaga penyuluh ini mempunyai kemampuan untuk memberikan kegiatan pendidikan berupa pengetahuan khususnya tentang gizi kepada masyarakat. Beberapa konsep di atas menunjukkan bahwa penyuluhan dianggap sebagai suatu proses memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Pada konsep pemberian pengetahuan inilah komunikasi mempunyai peranan yang strategis.
Peran penting komunikasi tersebut tertentu akan semakin lengkap bila disertai denagn kemampuan penyuluhan yang baik. Kemampuan disini dapat dipahami sebagai kualitas dari penyuluh itu sendiri. Jadi penyuluh
(14)
dituntut mempunyai kemampuan – kemampuan dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat memiliki kemampuan berswakarsa untuk memecahkan persoalan – persoalannya sendiri. Inti dari kegiatan penyuluhan adalah penyampaian informasi. Penyampaian informasi berarti informasi yang masih tersimpan dapat diketahui dan dimanfaatkan semua lapisan masyarakat secara bersama – sama baik oleh sumber informasi maupun sasaran informasi.
Dalam penyuluhan terdapat bentuk sosialisasi terhadap semua kalangan. Maka sosialisasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan informasi oleh lembaga tertentu kepada masyarakat. Sosialisasi merupakan proses yang amat besar signifikannya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya, melalui proses sosialisasi inilah norma –norma sosial dapat diwariskan pada generasi ke generasi (dengan ataupun tanpa perubahan ).
Sosialisasi adalah suatu proses yang diikuti secara aktif oleh kedua belah pihak yang bersangkutan., pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas yang mensosialisasi disebut aktivitas melaksanakan sosialisasi, sedangkan aktivitas pihak yang disosialisasi disebut aktivitas internalisasi. (
http://www.litbang.depkes.go.id./actual/anak/gizi buruk 280406 )
Maka dalam penelitian ini peneliti memilih Kecamatan Kenjeran terutama daerah Bulak Banteng sebagai obyek penelitian ini disebabkan karena daerah tersebut memang mengalami gizi buruk yang sangat tinggi,
(15)
menurut sumber dari jawa pos ( Senin, 21 Desember 2009), yang menjadi penyumbang tertinggi kasus gizi buruk. Ternyata di jaman informasi seperti sekarang ini masih banyak balita yang menderita gizi buruk. Gizi buruk adalah salah satu masalah gizi yang berkaitan erat dengan tingkat kesehatan dan umur harapan hidup masyarakat. Yang kemudian akan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini diadakan di Bulak Banteng karena tingkat gizi buruk yang paling tinggi di kecamatan kenjeran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi setelah mendapatkan penyuluhan di daerah Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya ?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sampai dimana tingkat pengetahuan ibu tentang gizi setelah mendapat penyuluhan, Sehingga hal tersebut dapat diatasi orang tua dengan baik. Karena sesungguhnya pertumbuhan anak sangat bergantung pada gizi dan asupan makanan yang diberikan ibu kepada sang anak.
(16)
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis yaitu dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan pengetahuan kepada ibu – ibu tentang tanda – tanda gizi yang baik pada anak. Sehingga para ibu – ibu dapat mengenali Bagaimana ciri – ciri anak – anak yang bergizi baik, sehingga dapat mencegah sedini mungkin resiko gizi buruk pada anak setelah mendapat penyuluhan .
(17)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi ( to communicate ), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan (Soewandi, 1986:13). Komunikasi juga dapat dilihat dari keterlibatan dua person yang sedang melakukan aktivitas komunikasi. Dalam komunikasi tersebut keterlibatan yang cukup jelas adalah keterlibatan dalam hal informasi. Keterlibatan ini dipahami oleh Siregar ( 1985:7 ) sebagai keterlibatan seseorang terhadap informasi.
Definisi lain tentang komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Moor (1993:78) yaitu komunikasi adalah penyampaian pengertian antar individu. Dikatakan semua manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lain. Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerimaan tersebut.
(18)
Ada juga yang memahami komunikasi dari definisi penciptaan pesan bersama dari sumber kepada penerima. Maksudnya antara penyampaian pesan dan penerima pesan sama- sama.
2.1.2 Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai “modifikasi perilaku manusia serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku, yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau melindungi individu-individu terhadap bahaya “( Elder dkk dalam Judith,1993:25)
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktik-praktik kesehatan populasi-populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktik dan pada gilirannya status kesehatan (Elder dkk dalam Judith,1993:18 ).
Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu. Komunikator kesehatan sepakat bahwa proses komunikasi harus merupakan kegiatan mendengar dan bekerja secara bergantian (penelitian dan tindakan). Komunikator masuk kedalam sebuah dialog bersama komunitas melalui penggunaan penelitian sistematis bersama wakil-wakil audiens sasaran secara terus – menerus ( Elder dkk dalam Judith,1993:18 )
(19)
2.1.3 Komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang paling penting dalam membangun hubungan antar manusia yang baik. Komunikasi dapat di lakukan dalam bentuk verbal dengan bahasa, bisa juga non verbal, dengan isyarat – isyarat dan bahasa tubuh kalau komunikasi tidak efektif, maka akan terjadi salah paham dan pengertian ( Maramis,2007:225 )
2.1.4 Komunikasi Publik
Komunikasi public ( Public Communication )adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikannya yang berjumlah besar yang tidak bisa dikenali satu persatu ( Mulyana,2002:74 ). Dalam komunikasi publik, biasanya berlangsung secara formal. Komunikasi publik juga membutuhkan persiapan dalam penyampaian pesan.
Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan mempunyai tujuan yang sama, yakni agar setiap informasi yang disampaikan mempunyai tujuan yang sama, yakni agar setiap informasi yang disampaikan dapat diterima oleh publiknya. Komunikasi publik bertujuan untuk memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan dan membujuk ( Mulyana, 2002:53 ). Adapun ciri – ciri dari komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum ( Area publik ) dan dihadiri oleh sejumlah orang dalam jumlah besar, telah terencana dan terstruktur dengan baik.
(20)
2.1.5 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan antar perorangan, baik secara langsung ( tanpa medium )ataupun secara tidak langsung ( melalui medium ). Teori – teori antar pribadi umumnya memfokuskan pada bentuk – bentuk dan sifat hubungan ( relationship ), percakapan, ineraksi dan karakteristik komunikator. ( Bungin, 2006:252 )
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Komunikasi interpersonal dapat dijadikan sebagai wahana untuk saling belajar dalam mengembangkan wawasan, pengetahuan dan kepribadian ( Hardjanah, 2007:90). Bagi pihak yang menyampaikan pesan harus berusaha yang sebaik-baiknya agar pesan dapat sampai dan dimengerti dengan pas, saerta mengirimkanya dengan media yang sesuai. Sedangkan sebagai pihak yang menerima, harus mengerti dan memahami pesab yang di sampaikan selanjutnya melakukan umpan balik yang diperlukan.
2.1.6 Ibu Rumah Tangg Sebagai Khalayak
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupataatakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar – pencar,
(21)
dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam berbagai jenis kelamin, usia,agama,ideologi,pekerjaan,pendidikan,pengalaman,pandangan
hidup,keinginan,cita –cita dan lain sebagainya ( Effendy,1993:25 )
2.1.7 Kegiatan Penyuluhan gizi dan Posyandu sehat
Kegiatan penyuluhan gizi dilakukan setiap 1 bulan sekali. Di setiap kali kesempatan penyuluhan selalu disisipkan pengertian gizi buruk. Hal tersebut selalu disampaikan agar para ibu waspada terhadap gizi sang anak. Sedangkan pengertian Gizi adalah makanan yang cukup kwalitas dan kawantitasnya serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan syarat makanan bergizi meliputi : mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang cukup, mengenyangkan, termasuk dalam 4 sehat 5 sempurna, bersih dari bakteri dan kuman atau penyakit, makanan yang tidak mengandung bahan adittif dan kimia.
Kegiatan Posyandu Sehat dan Penyuluhan Manfaat ASI serta Susu Cair tersebut bertempat di Balai RW I Bulak Banteng. Satu jam sebelum acara penyuluhan dimulai, para ibu dan balita anggota Posyandu Tulip mengikuti kegiatan Posyandu Sehat yang diadakan rutin sebulan sekali yang meliputi penimbangan berat badan balita, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), konsultasi gizi balita, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini, diharapkan Kader
(22)
maupun para ibu anggota Posyandu-nya dapat memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kesehatan.
2.1.8 Penyuluhan Sebagai Suatu Media Pendidikan
Secara harfiah penyuluhan bersumber dari kata suluh berarti obor atau alat untuk menyinari keadaan yang gelap. Kata disini bermakna sebagai petunjuk bagi masyarakat dari tidak tahu menjadi mengerti, dari mengerti menjadi lebih mengerti lagi (Nasution, 1996:11). Dikemukakan Samsudin (1977:4), penyuluhan merupakan sistem pendidikan non formal tanpa paksaan yang menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang diajarkan itu membawa kearah perbaikan dari hal – hal yang dikerjakan atau dilaksanakan sebelumnya. Pendidikan non formal ini menempati posisi yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar di luar sekolah. Dengan pendidikan masyarakat mempunyai pengalaman terutama dalam hal bagaiamana meningkatkan kualitas hidup mereka.
Seperti yang di ungkap oleh Omar Malik (1990:4) bahwa konsep pendidikan dewasa ini harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai adaptif. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan itu harus mampu mempersiapkan kader-kader yang siap pakai. Untuk tenaga penyuluh, konsep ini cukup relevan dikarenakan mereka mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang sifatnya formal. Tenaga penyuluhan ini mempunyai kemampuan untuk memberikan kegiatan pendidikan kepada masyarakat. Beberapa konsep diatas menunjukan bahwa penyuluhan di anggap sebagai
(23)
sesuatu proses memberikan pengetahuan kepada masyararakat. Pada konsep pemberian pengetahuan inilah komunikasi mempunyai peranan yang strategis.
2.1.9 Kegiatan Revitalis Posyandu
Kemampuan kader merupakan salah satu factor yang berpengaruh pada kualitas Posyandu. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja Posyandu adalah dengan melakukan pelatihan kader Posyandu. Transformasi pengetahuan yang berjenjang dari pangkal yaitu di Tingkat Kota Surabaya sampai dengan di ujung yaitu para kader Posyandu yang ada di RT dan RW, baik dari segi substansi maupun metode penyampaian pesan dapat ditekan sekecil mungkin ( Sumber : Dinas Kesehatan 2007 ).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam kegiatan revitalisasi Posyandu Kota Surabaya akan dilaksanakan kegiatan revitalisasi Posyandu sebagai salah satu upaya pelatihan kader Posyandu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surabaya dalam rangka meningkatkan kinerja Posyandu.
Tujuan diadakannya kegiatan Revitalisasi posyandu ada beberapa diantaranya adalah (Sumber : Dinas Kesehatan 2007)
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih pada substansi kegiatan Posyandu.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih tentang manajemen Posyandu.
(24)
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih tentang teknik / metode penyampaian pesan.
2.1.10 Perkembangan Gizi yang Terjadi Di Indonesia
Anak – anak dengan status gizi kurang atau buruk tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak – anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak akan bersaing.
Supaya hal itu tidak terjadi, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menurunkan angka gizi buruk di Tanah Air. Pemerintah berusaha menurunkan jumlah anak dengan gizi kurang dari 27,5 % saat ini menjadi 20 % pada 2009. Guna mencapai target nasional itu, pemerintah telah membuat Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi yakni sistem informasi yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi di wilayahnya. Melalui sistem itu pemerintah daerah akan mengumpulkan, menyajikan serta mengkaji data tentang pangan gizi dan masyarakatnya.
Data itu selanjutnya akan digunakan pemerintah pusat sebagai acuan untuk menyusun program penanggulangan masalah gizi nasional. Pemerintah daerah bisa memantau kondisi kesehatan serta gizi masyarakat di wilayahnya dengan memberdayakan masyarakat. Posyandu harus
(25)
diperkuat agar mampu mendeteksi dan menangani kasus-kasus gizi buruk dan kurang secara cepat. Selain itu pemerintah juga telah membuat Rancangan Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk pada juli 2005. Aksi itu dilakukan dengan memberikan makanan tambahan kepada balita, fortifikasi (pengayaan) nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi dan melakukan revitalisasi Posyandu. Namun upaya – upaya tersebut hingga saat ini belum dapat menaggulangi masalah- masalah gizi buruk di Tanah Air, kasus – kasus gizi buruk masih di laporkan di berbagai daerah.
Hal itu di antaranya terjadi karena belum semua kepala daerah mempunyai komitmen untuk mengatasi maslah tersebut, serta untuk menaggulangi masalah gizi buruk diperlukan upaya yang terpadu dan berkesinambungan dari semua pihak, utamanya pemerintah daerah. Karena perawatan atau usaha yang bersifat kuratif lainnya tidak akan berarti kalau tidak ada upaya preventif. Faktor-faktor lain seperti pola pengasuhan, tingkat pendidikan ibu dan faktor sosial budaya dalam masyarakat juga menjadi penyebab timbulnya masalah gizi dalam masyarakat. Oleh karena itu, semua komponen dalam masyarakat harus bekerja bersama untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi di Tanah Air.
(26)
2.1.11 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Kesehatan
Pentingnya kesehatan di masa sekarang ini memang kurang diperhatikan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Masyarakat cenderung menyepelekan kesehatan dengan artian banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mengesampingkan kesehatan. Faktor – faktor tersebut antara lain ekonomi, pendidikan, kualitas SDM, tingkat pengetahuan, sumber informasi, saluran komunikasi dan lain-lain. Dengan adanya faktor – faktor diatas maka masyarakat cenderung belum mengerti pentingnya kesehatan. Adapun penjelasan pengaruh dari faktor – faktor tersebut terhadap seseorang individu dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Faktor ekonomi : dengan keadaan ekonomi dalam keluarga yang kurang memenuhi syarat, maka individu cenderung untuk mengoptimalkan kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan dan mengabaikan kesehatan pribadinya.
2. Faktor pendidikan : jika seorang individu mempunyai kualitas sumber daya manusia ( SDM ) yang rendah, maka individu tentunya minim sekali akan konsep kesehatan itu sendiri.
3. Tingkat pengetahuan : seorang individu yang berada di daerah pelosok biasanya kurang memperhatikan dan mendengarkan di waktu penyuluhan.
(27)
4. Sumber informasi : keterbatasan sumber informasi yang didapat oleh seseorang individu akan menghambat proses penyampaian terhadap individu itu sendiri.
5. Saluran komunikasi : makin sedikit media yang dimiliki oleh seseorang individu maka semakin sedikit pula informasi yang didapatkannya.
Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk bisa dilakukan dengan aksi memberikan makanan tambahan kepada balita, fortifikasi atau pengayaan nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi
Untuk mengatasi dan mencegah masalah gizi buruk di Indonesia, perlu adanya peningkatan Kontrol terhadap upaya penanggulangan masalah gizi buruk dan melakukan pembenahan dari sistem kinerja pelayanan kesehatan. Penanggulangan masalah gizi buruk harus dilakkan secara merata mulai dari tingkat rumah tangga, Posyandu, Puskesmas hingga lintas sektoral. Beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
Di dalam penyuluhan pun biasanya para ibu – ibu di berikan pengetahuan tentang makanan dan asupan- asupan yang bergizi misalnya : makanan 4 sehat 5 sempurna. Tujuannya adalah agar anak – anak di berikan gizi yang cukup. Para kader pun tidak hanya asal-asalan dalam memberikan penyuluhan kepada ibu rumah tangga. Para ibu rumah tangga juga
(28)
mendapatkan pelatihan – pelatihan tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk dari kader – kader dan petugas kesehatan di wilayah setempat.
Untuk mengatasi hal tesebut di atas, setiap kali mengadakan penyuluhan di daerah bulak banteng tentang gizi buruk hal ini dimaksudkan agar para ibu mengerti tentang pentingnya gizi bagi anak.
Penyuluhan merupakan tempat atau wadah bagi para orang tua khususnya ibu, berusaha mensosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan anak dengan cara memberikan gizi yang cukup bagi anak – anak. Namun pada kenyataannya, masih banyak ibu – ibu yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan anak- anak, terutama tentang gizi yang mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di Bulak Banteng tentang gizi buruk. Karena semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat khususnya para ibu rumah maka, diharapkan akan dapat menekan angka penderita gizi buruk di daerah tersebut. ( Sumber : Dinas Kesehatan 2007 )
2.1.12 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari 2 orang ( Effendi 2003:75 ). Apabila jumlah komunikasi lebih dari 3 orang maka cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil. Sedangkan komunikasi kelompok besar disebut sebagai komunikasi publik. Dalam
(29)
komunikasi kelompok, komunikator relative mengenal komunikan dan dengan demikian juga antar komunikan.
2.1.13 Tingkat Pengetahuan
Tingkat adalah ukuran tinggi rendahnya sesuatu misalnya derajat, kelas, taraf, pendidikan, dan pengetahuan. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata “ tahu “, dimana arti pengetahuan itu sendiri adalah segala apa yang diketahui atau akan diketahui yang berkenaan suatu hal, dalam hal ini yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan. Definisi pengetahuan mengacu apakah seseorang cukup intens untuk mengetahui informasi dari suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut bagaiamana orang tersebut menanggapi dan memecahkan masalah tersebut secara jelas.( Eriyanto,2000:239 )
Tingkat pada tingkat pengetahuan di sini adalah variabel ; pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu atribut dari perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami / dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan , ketrampilan atau informasi. (Rakhmat, 2004 : 219). Efek kognitif berkaitan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti dan yang hanya bingung menjadi jelas.
(30)
Pengertian lain menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipesepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan penstrasmian pengetahuan (Rakhmat, 2001 : 67).
Dengan diadakannya penyuluahan tersebut diharapkan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sebagai peserta penyuluhan dapat lebih meningkat demi terciptanya masyarakat sehat. Tingkat pengetahuan ini akan di ukur berdasarakan kemampuan ibu- ibu dalam menerima informasi yang disampaikan oleh para penyuluh. Para ibu – ibu biasanya kurang mengetahui fungsi dan manfaat posyandu. Terkadang ibu – ibu juga merasa enggan untuk datang ke posyandu. waktu yang diluangkan untuk datang pun sangat minim. Hal ini juga menjadi penyebab.
Di dalam penyuluhan posyandu sebelum dimulai anak –anak usia balita selalu ditimbang terlebih dahulu kemudian dicatat dalam KMS ( Kartu Menuju Sehat ). Apabaila pada waktu posyandu anak tersebut mengalami sakit maka pihak posyandu akan memberikan surat pengantar untuk bisa ditujukan langsung kepada puskesmas terdekat.
Penyuluhan biasanya dilakukan secara terkonsep oleh para kader agar materi yang disampaikan nantinya akan bisa diterima oleh para ibu- ibu. Materi yang disampaikan adalah materi tentang gizi :
(31)
1. Kekuarngan protein : Istilah untuk kurang gizi. Cara mengetahuinya adalah denagn melihat catatan KMS apabila berat balita di bawah ( BGM ) berarti anak kurang gizi atau menderita KEP.
2. Lumpuh layu ( Polio ) : Penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus volio yang menyebabkan kaki anak menjadi layu atau lemas dan biasanya datang mendadak. Hal ini akan menjadi cacat pada anak samapi ia dewasa ( seumur hidup ). Cara mencegahnya adalah dengan memberikan imunisasi polio pada anak.
3. Asi ekslusif : Pemberian asi saja pada bayi berumur 0-4atau 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap berbagai penyakit pada usia selanjutnya.
4. Makanan pendamping ASI : Makanan lain selain ASI yang diberiakn untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI dianjurkan sampai bayi berusia 2 tahun. Tetapi setelah bayi berusia diatas 4 atau 6 bulan sampai 2 tahun, kebutuhan gizi bayi tidak lagi bisa terpenuhi oleh ASI saja sehingga harus diberi MP-ASI yang sesuai tingkat usia bayi.
5. Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) : Pemberian makanan tambahan , khususnya bagi yang kekurangan gizi.
(32)
6. Berikan ASI saja secara eksklusif pada bayi berusia 0 samapi 4 atau 6 bulan karena gizinya cukup dan akan meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit.
7. Berikan bubur beras merah sebagai makanan pertama bayi karena bahan ini merupakan makanan yang sangat baik bagi gizi bayi. 8. Jangan biasakan anak jajan, karena nantinya mereka menjadi tidak
suka sayuran atau makanan dirumah yang rasanya tidak segurih makanan jajanan.
9. Peliharalah kebersihan lingkungan dengan cara memanfaatkan dan merawat jamban agaranak tidak kurang gizi akibat penykit cacingan atau mencret.
Hal tersebut dilakukan oleh para kader agar bisa bermanfaat dan dilakukan oleh para ibu-ibu di dalam kehidupan sehari – hari. Agar tidak ada lagi perihal gizi buruk di Indonesia.
Penyampaian pesan tersebut dilakukan agar anak – anak di usia dini tidak terserang gizi buruk. Fenomena dalam penelitian ini adalah penyampaian pesan dari para penyuluh atau para kader posyandu agar ibu- ibu tetap memperhatikan tumbuh kembang anak di usia dini.
(33)
2.1.14 Pentingnya Asi Ekslusif dan Makanan Tambahan Pendamping Asi ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.. Faktor penghambat berupa keyakinan yang keliru tentang makanan bayi, promosi susu formula, dan masalah kesehatan pada ibu dan bayi juga menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif. Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui hingga umur dua tahun. Apabila karena beberapa hal ASI tidak dapat diberikan, gantikan dengan susu formula secara eksklusif hingga enam bulan. Kemudian lanjutkan bersama MTPASI sampai dengan umur setahun. Setelah setahun susu formula tidak perlu, dan bisa diganti dengan susu sapi. Bayi yang mendapat ASI akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas. Faktor makanan (gizi) dan genetis merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada masa-masa ini. Gizi yang seimbang akan menjamin tubuh anak memperoleh semua asupan yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Selain itu, gizi juga berkaitan dengan faktor genetis. Pasalnya, faktor genetis yang memengaruhi pertumbuhan anak hanya dapat muncul secara optimal jika didukung oleh asupan gizi yang benar. Karena itu, gizi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap anak.
(34)
Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan anak mengalami growth faltering (gagal tumbuh). Berat badan yang kurang dibandingkan dengan berat badan standar merupakan indikator pertama yang dapat dilihat ketika seorang anak mengalami kurang gizi. Dalam jangka panjang, kurangnya asupan gizi akan menghambat pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan mental-intelektual seorang anak.
Pada dasarnya, sampai usia 6 bulan, bayi masih memiliki pertumbuhan badan sesuai dengan kurva standar. Pada masa ini, bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari air susu ibu (ASI) yang diberikan sang ibu. Akan tetapi, setelah melewati usia 6 bulan, bayi harus diberikan makanan tambahan pendamping ASI. ASI sendiri harus masih diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Pemberian ASI sejak bayi lahir akan menjamin seorang bayi berkembang menjadi anak yang cerdas. Pasalnya, kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terkandung di dalam ASI sangat
berperan dalam penyusunan sel-sel otak. (
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=97984)
2.1.15 Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi
Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan (diet), sinar matahari, lingkungan
(35)
yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Diatas kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua. Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus (gizi kurang/ buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia
(36)
(kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D). ( www.Dinas Kesehatan 2007 )
2.2 Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu : manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen ; sikap, opini, perilaku, kognisi, dan konasi (Effendy, 2003 : 115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.
Unsur – unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimlus), merupakan pesan yang di sampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa lambang atau tanda.
(37)
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator di terima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini di artikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda atau lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c. Efek (Response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif,kognitif,dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditmbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi , 2003 : 118)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam ligkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalh konsep yang komplek, yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan Organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manefestasi dari keadaan internal organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu tehadap peristiwa / stimulus. Menurut stimulus
(38)
– Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, seingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dlihat melalui gambar sebagai berikut :
Organisme: -Perhatian -Pengertian -Penerimaan
Response STIMULUS
Gambar 2.1 Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Teori S – O – R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian antara unsur – unsur dari teori tersebut dengan topik yang diangkat, yaitu tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi buruk dikecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng Surabaya. Kesesuain yang dimaksud :
1. Stimulasi, berupa isi pesan dari kader penyuluh tentang tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang gizi buruk.
2. Organisme, berupa komunikan ibu rumah tangga di Bulak Banteng di Surabaya sebagai pendengar yang memperhatikan, mengerti kemudian menerima isi pesan.
(39)
3. Respon, berupa efek pengetahuan dengan tingkat tertentu dari kader posyandu yang kemudian disampaikan kepada para ibu-ibu rumah tangga, sehingga setelah hal tersebut ibu-ibu rumah tangga diharapkan mengerti tentang gizi buruk.
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah di sampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003 : 56)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap objek, dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap objek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat, 1999 : 68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia menyimpan ke dalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya, timbullah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Individu akan menyelesaikan atau memilih, dan dari pilihan tersebut
(40)
diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya (Effendy, 1993 : 256)
2.3 Kerangka Pikir
Fenomena komunikasi dalam penelitian ini adalah adanya penyampaian pesan dari pihak posyandu yang merupakan tempat atau sumber informasi di tingkat yang rendah untuk memberikan penyuluhan kepada para ibu – ibu tentang gizi buruk pada balita. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang gizi buruk merupakan hal yang membuat terjadinya gizi buruk pada para balita. Namun pada kenyataannya, masih banyak ibu – ibu di Indonesia yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan si anak. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga wilayah Bulak Banteng tentang asupan gizi pada balita, karena semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang memiliki balita tentang pentingnya pemberian gizi seimbang bagi balita diharapkan akan dapat menekan angka penderita gizi buruk di Indonesia. Selanjutnya tingkat pengetahuan masyarakat akan digolongkan pada kategori tinggi, sedang atau rendah.
Dalam hal ini Teori S-O-R menyebutkan bahwa efek yang ditimbulkan merupakan reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Efek yang ditimbulkan dari media massa salah satunya adalah efek kognisi.
(41)
Dan efek kognitif tersebut berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu drai rangsangan tertentu (Sendjaja, 1997: 71). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.
Stimulus
Penyuluhan gizi buruk yang berupa : Isi pesan tentang pengetahuan gizi buruk
Respon
Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga daerah Bulak Banteng tentang gizi tinggi, sedang, rendah setelah mendapat penyuluhan
Organisme
Ibu Rumah Tangga 1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan
Gambar :
Bagan kerangka berpikir tingkat pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga di Bulak Banteng di Surabaya tentang “Gizi Buruk”
(42)
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variable-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22 ). Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan para ibu rumah tangga tentang penyuluhan para kader posyandu yang berkaitan dengan gizi buruk. Untuk dapat mempermudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :
3.1.1 Penyuluhan Sebagai Suatu Media Pendidikan
Penyuluhan adalah kegiatan komunikasi yang melibatkan dua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan dalam proses penyampaian pesan. Penyuluhan pada penelitian ini yaitu kegiatan pemberian semua informasi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya selaku penyelenggara kepada ibu-ibu kader Posyandu di Surabaya tentang kegiatan penyuluhan revitalisasi Posyandu. Seperti yang diungkap oleh Omar Malik (1990:4) bahwa konsep pendidikan dewasa ini harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai dan adaptif. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan itu
(43)
harus mampu mempersiapkan kader-kader yang siap pakai. Untuk tenaga penyuluh, konsep ini cukup relevan dikarenakan mereka mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang sifatnya formal.
3.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah sejauh mana para ibu rumah tangga Bulak Banteng Surabaya menerima pesan berupa segala informasi yang berkaitan dengan penyuluhan tentang gizi buruk yang disampaikan pada aat penyuluhan berlangsung.
Pengertian Gizi buruk sendiri adalah keadaan kekurangan zat gizi tingkat berat akibat kurang makan dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Dalam melakukan penyuluhan para kader memberikan materi secara terkonsep. Materi yang disampaikan seperti berikut ini :
1. Kekuarngan protein : Kekurangan protein adalah Istilah untuk kurang gizi. Cara mengetahuinya adalah denagn melihat catatan KMS apabila berat balita di bawah ( BGM ) berarti anak kurang gizi atau menderita KEP.
2. Lumpuh layu ( Polio ) : Penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus volio yang menyebabkan kaki anak menjadi layu atau lemas dan biasanya datang mendadak. Hal ini akan menjadi cacat pada anak samapi ia dewasa ( seumur hidup ). Cara mencegahnya adalah dengan memberikan imunisasi polio pada anak.
(44)
3. Asi ekslusif : Pemberian asi saja pada bayi berumur 0-4atau 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap berbagai penyakit pada usia selanjutnya.
4. Makanan pendamping ASI : Makanan lain selain ASI yang diberiakn untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI dianjurkan sampai bayi berusia 2 tahun. Tetapi setelah bayi berusia diatas 4 atau 6 bulan sampai 2 tahun, kebutuhan gizi bayi tidak lagi bisa terpenuhi oleh ASI saja sehingga harus diberi MP-ASI yang sesuai tingkat usia bayi.
5. Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) : Pemberian makanan tambahan , khususnya bagi yang kekurangan gizi.
6. Berikan ASI saja secara eksklusif pada bayi berusia 0 samapi 4 atau 6 bulan karena gizinya cukup dan akan meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit.
7. Berikan bubur beras merah sebagai makanan pertama bayi karena bahan ini merupakan makanan yang sangat baik bagi gizi bayi.
8. Jangan biasakan anak jajan, karena nantinya mereka menjadi tidak suka sayuran atau makanan dirumah yang rasanya tidak segurih makanan jajanan.
9. Peliharalah kebersihan lingkungan dengan cara memanfaatkan dan merawat jamban agaranak tidak kurang gizi akibat penykit cacingan atau mencret.
(45)
Dalam penyuluhan selalu berkaitan dengan gizi karena jumlah atau angka anak – anak yang kurang gizi memang memprihatinkan di daerah bulak banteng.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan penyuluhan dilakukan setiap 1 bulan sekali di setiap RW di kawasan Bulak Banteng.
Sebagai bentuk komunikasi, kegiatan penyuluhan revitalisasi posyandu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu rumah tangga dan kemampuan dari para kader Posyandu tentang posyandu, untuk peningkatan gizi. Namun tujuan utama yang ingin dicapai dari kegiatan revitalisasi posyandu yang diadakan oleh posyandu adalah untuk memberikan pesan atau informasi tentang gizi buruk yang didalamnya terdapat grafik pertumbuhan balita dan catatan pemberian imunisasi bayi. Selain itu bagi para ibu-ibu Rumah Tangga diberikan pula informasi tentang cara pencatatan meningkatkan gizi keluarga.
3.3 Pengukuran Variabel
Untuk mengukur tingkat pengetahuan, peneliti menggunakan skala nominal yaitu untuk membedakan antara responden yang menjawab tahu dan tidak tahu.
Bagi yang menjawab tahu, peneliti akan memberikan skor 2 Bagi yang menjawab tidak tahu, peneliti akan memberikan skor 1
(46)
Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing – masing responden, Nilai yang diperoleh dari masing – masig indikator variabel kebutuhan dijumlahkan lalu ditentukan apakah termasuk dalam jenjang kelas tinggi dan rendah. Penentuannya dengan mencari lebar interval kelas dari masing- masing variabel tersebut dengan rumus :
Interval :
diinginkan
yang
Jenjang
rendah
jawaban te
Skor
-rtinggi
jawaban te
Skor
Keterangan :
a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai ( tahu : 2 ) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai ( tidak tahu : 1 ) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi,sedang dan rendah.
Jadi jenjang yang ditemukan disini digunakan untuk melihat Bagaiamana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi buruk dikecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng Surabaya.
(47)
Interval =
3
3
9
3
)
9
(
)
18
(
3
)
1
9
(
)
2
9
(
x
x
Kategori tinggi : 15 – 18 Kategori sedang : 12 – 14 Kategori rendah : 9 – 11
Penjelasan :
Di kategorikan tinggi dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini aktif dan kooperatif.
Di kategorikan sedang dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini memperhatikan dan menjelaskan dengan seksama, tetapi di dalam realisasinya belum di lakukan sepenuhnya.
Di kategorikan rendah dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini kurang mendengarkan dan kurang memperhatikan di dalam penyuluhan.
3.4 Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya yang mengikuti penyuluhan tentang gizi berjumlah 113 ibu – ibu rumah tangga. Karena dalam penyuluhan tersebut para ibu – ibu rumah tangga di berikan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi si anak, agar anak tersebut tidak mengalami gizi buruk. Responden sasaran dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga, dikarenakan para ibu adalah sosok atau
(48)
peran utama dalam keluarga yang berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak ,serta sistem kekebalan tubuh dan juga kekurangan energi protein pada semua anggota keluarga.
3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
alah menggunakan sampling kebetul
3.5 Teknik Pengumpulan Data
ngumpulan data, dalam penelitian ini akan dipergu
Sampel dalam penelitian ini ad
an atau Accidental sampling , karena pada penarikan teknik sampling ini bisa memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Karena pada waktu diadakan penyuluhan jumlah yang datang hanya sebanyak 52 orang atau ibu – ibu rumah tangga di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling kebetulan atau Accidental sampling adalah teknik yang dilakukan dengan memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel ( Rachmat Kriyanto 2007 : 156 )
Untuk kepentingan pe
nakan beberapa cara. Pertama, untuk data primer dilakukan dengan teknik survey, yaitu melakukan pengumpulan data dari responden dengan
(49)
menyebarkan data kuisioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar pernyataan. Dalam penyebaran kuisioner yang di ajukan terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat dijelaskan peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam memahami pernyataan yang di ajukan, sehingga jawaban adalah valid.
Kedua, untuk pengumpulan data sekunder, data- data yang bersum
.6 Teknik Analisis Data
data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuen
yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk m
ber dari perpustakaan maupun dokumentasi atau data-data tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini juga dimanfaatkan.
3
Teknik analisis
si yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
Data
endiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara dekskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus):
P = N
F
(50)
eterangan
e responden K
P : Persentas
F : Frekuensi Responden N : Jumlah responden
(51)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Daerah Bulak Banteng
Data demografis seperti tingkat pendidikan, kelompok usia, jenis kelamin dan pekerjaan atau profesi dapat digunakan untuk menjelaskan yang terdapat diantara responden di kecamatan kenjeran serta dapat menjelaskan tentang gambaran umum, maka penulis bermaksud memberikan gambaran tentang penduduk wilayah kecamatan kenjeran khususnya Kelurahan Bulak Banteng.
Bulak Banteng merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Kenjeran yang ada di Kotamadya Surabaya, Bulak Banteng letaknya dekat dengan Kenjeran. Sebagian besar penduduk atau mayoritas Bulak Banteng adalah orang Madura. Karena letak geografisnya juga berdekatan dengan pulau Madura.
Adapun gambaran demografis tersebut meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat kecamatan kenjeran khususnya kelurahan Bulak Banteng surabaya
Kelurahan Bulak Banteng Surabaya :
a. Kelurahan Bulak Banteng mempunyai luas wilayah seluas 266.716 H, terletak Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
(52)
b. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk kelurahan Bulak Banteng sampai akhir 2008 adalah : Laki-laki : 6928 jiwa
Perempuan : 6719 jiwa Jumlah seluruhnya 16647
Jumlah kepala keluarga 3727 kk c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan warga Kelurahan Bulan Banteng adalah sebagai berikut :
Pendidikan Umum : 16.853 orang Pendidikan Khusus : 1012 orang d. Mata pencaharian
Mata pencaharian penduduk Bulak Banteng adalah : - Karyawan : 3.145
- Wiraswasta : 1.122 - Tani : 14 - Pertukangan : 59 - Buruh tani : - - Pensiunan : 632 - Nelayan : 16 - Pemulung : 24 - Jasa : 12
(53)
4.2. Penyajian Data dan Analisa Data. 4.2.1. Identitas Responden
Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi : usia, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan selengkapnya tertera pada tabel berikut :
TABEL 4.1
Deskripsi Responden Berdasakan Usia
No Usia Responden Frekuensi Prosentase(%)
1 15-20 13 25
2 21-25 8 15,38
3 26-30 19 36,53
4 >30 12 23,07
Jumlah 52 99,99
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berusia antara 26 – 30 tahun dengan jumlah sebanyak 19 orang atau sebesar 36,53%. Hal tersebut dikarenakan bahwa ibu – ibu rumah tangga yang datang pada waktu peyuluhan kebanyakan berusia 26 – 30, mereka mengikuti kegiatan tersebut dengan tujuan agar mengetahui semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak. Sedangkan responden yang berusia antara 15 – 20 tahun sebanyak 13 orang atau sebesar 25 %. Dapat dikarenakan mereka yang tidak mengetahui tentang kegiatan posyandu yang diadakan oleh para kader sehingga mereka mengikuti kegiatan tersebut agar pengetahuan
(54)
mereka tentang dan kesehatan anak di usia dini bisa tumbuh dengan baik. Kemudian responden yang berusia > 30 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar
23,07 %, Sedangkan sisanya adalah responden yang berusia 21 – 25 tahun sebanyak 8 orang atau 15,38 %. Hal tersebut dikarenakan di usia – usia seperti tersebut sibuk dengan anak – anaknya yang lain.
TABEL 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakir Frekuensi Prosentase(%)
1 SD 29 55,76
2 SMP 20 38,46
3 SMU 3 5,76
Jumlah 52 99,99
Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 29 responden atau sebesar 55,76 %. Dimana mereka yang memiliki pendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan mereka pun juga minim. Responden yang memiliki pendidikan SMP adalah sebanyak 20 responden atau 38,46% karena daya penerimaannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan pendidikan SD. Sedangkan yang berpendidikan SMA sebanyak 3 atau 5,76% tingkat penerimaannya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ibu – ibu yang berpendidikan SD dan SMP.
(55)
TABEL 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%)
1 Jualan 11 21,15
2 Ibu rumah tangga 37 71,15
3 Pegawai 4 7,69
Jumlah 52 99,99
Jenis pekerjaan responden yang paling dominan yaitu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 37 responden atau sebanyak 71,15 %. Hal tersebut dikarenakan mereka hanya ingin menjadi ibu rumah tangga dengan baik pula yaitu merawat anak – anaknya, suami dan sebagainya. Responden sesuai dengan jenis pekerjaannya yaitu sebagai wirausaha atau berjualan sebanyak 11 responden atau sebanyak 21,15 % . Dapat dikarenakan mereka juga ingin merasakan sendiri bagaimana mencari uang dengan hasil keringatnya sendiri sehingga para ibu rumah tangga tidak menggantungkan uang dari suaminya untuk kebutuhan sehari – harinya. Dan responden yang memiliki jenis pekerjaan yaitu sebagai pekerja pabrik sebanyak 4 responden atau sebesar 7,69 %. Hal tersebut dapat disebabkan mereka mempunyai cita – cita yang tinggi yaitu menjadi wanita karier. 1. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang informasi yang berkaitan dengan gizi anak setelah penyuluhan Bulak Banteng Surabaya, dimana tingkat pengetahuan tersebut
(56)
dibedakan menjadi 9 (Sembilan ) pertanyaan dengan perincian sebagai berikut :
2. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang Gizi.
Hasil rekapitulasi jawaban responden mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui istilah kurang gizi?” dapat diperinci dari tabel sebagai berikut :
TABEL 4.4
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang gizi.
No Kategori jawaban Frekuensi Prosentase(%)
1 Tahu 14 26,92
2 Tidak Tahu 38 73,09
JUMLAH 52 99,99
Sumber : kuisioner pertanyaan 5
Sebagaian besar responden dalam penelitian ini yakni 38 orang atau sebesar 73,07 % menyatakan bahwa mereka tidak tahu tentang istilah kurang gizi. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang kurang memperhatikan penyuluhan tentang asupan kurang gizi yang diberikan kepada anak, sehingga masih banyak terjadi kasus seperti ini atau kekurangan gizi. Sedangkan sebanyak 14 responden atau sebanyak 26,92 % menyatakan bahswa mereka tahu. Ibu – ibu yang memberikan pernyataan tahu, mereka selalu aktif di waktu
(57)
penyuluhan hal ini dikarenakan mereka aktif dan berusaha untuk mengetahui semua pengetahuan tentang gizi anak dan tumbuh kembang anak di masa dini
3. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu ( Polio )
Berdasarkan jawaban kuisioner maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui penyebab lumpuh layu ( polio ) ?” dapat dirinci sebagai berikut :
TABEL 4.5
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu ( Polio )
No Kategori jawaban Frekuensi Prosentase(%)
1 Tahu 27 51,92
2 Tidak Tahu 25 48,07
Jumlah 52 99,99
Sumber : kuisioner pertanyaan 6
Responden ingin mengetahui tentang penyebab lumpuh layu, sebagaian besar responden dalam penelitian ini menyatakan tahu yakni sebanyak 27 orang atau sebesar 51,92 %. Hal tersebut dapat dikarenakan para ibu sering mendapatkan keterangan tentang penyebab lumpuh layu. Maka para ibu – ibu ini berusaha agar anak – anak mereka terhindar dari penyakit lumpuh layu. Sedangkan
(58)
sebanyak 25 orang atau sebanayk 48,07 % menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut dapat disebabkan mereka yang kurang tanggap terhadap masalah yang berhubungan dengan kesehatan anak kurang sehingga mereka tidak terlalu memperdulikannya.
4. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Manfaat Asi Eksklusif Untuk mengetahui rincian frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui tentang manfaat ASI eksklusif ?” dapat dirinci sebagai berikut :
TABEL 4.6
PENGETAHUAN RESPONDEN ATAU IBU TENTANG MANFAAT ASI EKSKLUSIF
No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase(%)
1 Tahu 40 76,92
2 Tidak Tahu 12 23,07
Jumlah 52 99,99
Sumber: kuisioner pertanyaan 7
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 40 orang atau sebesar 76,92 % menyatakan bahwa mereka tahu tentang manfaat ASI eksklusif, hal tersebut dikarenakan Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah utama untuk semua bayi. ASI dianggap sebagai nutrisi terbaik bagi
neonatus dan infant. Selain itu, anak yang diberikan ASI secara penuh
(59)
perkembangan mental yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI. Sedangkan sebanyak 12 orang atau sebesar 23,07 % menyatakan tidak mengetahui akan manfaat ASI EKSKLUSIF. Hal tersebut dapat disebabkan kurang mengertinya orang tua tentang ASI eksklusif terhadap sang anak, bisa juga karena kesibukan orang tua yang akhirnya mereka cenderung menggunakan susu formula.
5. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pentingnya Makanan Tambahan Pendamping Asi
Untuk mengetahui rincian frekuensi dari responden maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui tentang pentingnya makanan tambahan pendamping ASI ? “ dapat diketahui melalui tabel di bawah ini :
TABEL 4.7
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pentingnya Makanan Tambahan Pendamping ASI
No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tahu 16 30,76
2 Tidak Tahu 36 69,23
Jumlah 52 99,99
(60)
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 69,23% menyatakan tidak mengetahui tentang pentingnya makanan pendamping ASI. Hal tersebut dikarenakan para ibu menganggap dengan memberikan ASI EKSKLUSIF, maka sudah kecukupan gizi anak tersebut. Sedangkan sebanyak 16 orang atau 30,76% menyatakan mengetahui, karena makanan tambahan pendamping ASI adalah makanan suplay atau makanan pokok ke 2 yang di butuhkan oleh anak setelah pemberian Asi Ekslusif.
6. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pemberian Makanan Yang Diperlukan Bagi Anak Yang Kurang Gizi
Berikut ini akan disajikan rekapitulasi data mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui pemberian makanan tambahan yang diperlukan bagi anak yang kurang gizi ?” dapat dirinci sebagai berikut :
TABEL 4.8
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pemberian Makanan Yang Diperlukan Bagi Anak Yang Kurang Gizi
No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tahu 20 38,46
2 Tidak Tahu 32 61,53
Jumlah 52 99,99
Sumber : pertanyaan kuisioner 9
(61)
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini sebanyak 32 orang atau sebesar 61,53% tidak mengetahui seberapa pentingnya makanan tambahan yang diperlukan bagi anak. Para responden hanya mengandalkan ASI sebagai makanan pokok bagi para balita. Karena para responden atau ibu – ibu menganggap ASI sudah cukup untuk memenuhi gizi anak. Tidak hanya hal tersebut para orang tuapun kurang menyadari tentang pentingnya gizi itu sendiri bagi anak mereka. Sedangakan sebanyak 20 orang atau 38,46% mengetahui tentang pentingnya makanan tambahan bagi anak, hal tersebut dikarenakan para orang tua ini selalu memperhatikan tumbuh kembang sang anak sehingga dimasa – masa pertumbuhan anak mendapatkan asupan yang lebih dan gizi seimbang. 7. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat Anak Yang
Kurang Gizi
Pengetahuan responden tentang pertanyaan “Apakah ibu mengetahui cara melihat anak yang kurang gizi ?” dapat diketahui frekuensinya secara terperinci sebagaimana dijabarkan pada tabel dibawah ini :
(62)
TABEL 4.9
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat anak yang kurang gizi
No Kategori Jawaban Frekuensi Presentasi
1 Tahu 13 25
2 Tidak tahu 39 75
Jumlah 52 99,99
Sumber : kuesioner pertanyaan no 10.
Keingintahuan responden tentang cara melihat anak yang kurang gizi dinyatakan tahu sebanyak 13 orang atau sebesar 25%. Hal tersebut dapat dikarenakan mereka ketika mendapatkan penjelasan tentang tanda – tanda kurang gizi untuk keluarga dari pihak penyuluh mereka memperhatikan dengan seksama dan dipahami, kemudian mereka mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan tersebut lebih luas lagi. Sedangkan sebanyak 39 orang atau sebesar 75% menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut, dikarenakan ketika diberi keterangan dari penyuluh mereka tidak mendengarkan ataupun memperhatikan dengan seksama dan tidak memahami serta tidak diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
(63)
8. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Merupakan Makanan Pertama Yang Baik Bagi Bayi
Berikut ini akan disajikan rekapitulasi data mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui bubur beras merah merupakan makanan pertama yang baik bagi bayi ?”dapat dirinci sebagai berikut :
TABEL 4.10
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Merupakan Makanan Pertama Yang Baik Bagi Bayi No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tahu 27 51,92
2 Tidak Tahu 25 48,07
Jumlah 52 99,99
Sumber : kuisioner pertanyaan 11
Sesuai dengan hasil rekapitulasi jawaban pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 27 orang atau sebesar 51,92% menyatakan mengetahui bahwa bubur beras merah merupakan makanan pertama yang baik bagi bayi. Pengetahuan tersebut didapat dari penyuluhan posyandu setempat mengenai tujuan dan manfaat bubur beras merah yang baik bagi bayi, karena menjaga keluarga dari kekurangan gizi dan berguna untuk menjaga kesehatan keluarga sangat jelas sehingga
(64)
mereka dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam keluarga ataupun terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan sebanyak 25 orang atau sebesar 48,07% menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut. Dikarenakan para ibu malas membuatkan bubur beras merah buat anak – anak mereka, ibu - ibu ini hanya memberikan makanan seadanya.
9. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Larangan Untuk Membiasakan Anak Jajan
Untuk mengetahui hasil jawaban dari responden maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui larangan untuk membiasakan anak jajan ?” dapat dirinci sebagai berikut :
TABEL 4.11
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Larangan Untuk Membiasakan Anak Jajan
No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tahu 27 51,92
2 Tidak Tahu 25 48,07
Jumlah 52 99,99
Sumber : kuisioner pertanyaan 12
(65)
Sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 27 orang atau sebesar 51,92% menyatakan bahwa mereka tahu informasi mengenai larangan untuk membiasakan anak jajan, hal tersebut dapat disebabkan mereka mendapatkan informasi tersebut dari dokter atau penyuluhan – penyuluhan warga serta buku panduan gizi yang diberikan untuk para responden khususnya ibu, tidak hanya itu dikarenakan jajanan di luar belum tentu mengandung gizi justru mengandung zat – zat kimia yang berbahaya bagi pertumbuhan anak – anak ataupun balita. Sedangkan sebanyak 25 orang atau sebesar 48,07 % tidak mengetahui bahaya jajanan luar. Dikarenakan ibu – ibu kurang memperhatikan gizi dan pertumbuhan anak, sebab ibu – ibu tersebut membiarkan anak-anak mereka jajan sembarangan asalkan anak mereka diam dalam artian biar tidak menangis, atau terkadang ibu-ibu tersebut sibuk mengurusi anak – anak mereka yang lainnya, atau terkadang para ibu atau responden sibuk dengan pekerjaannya dengan kata lain ibu-ibu ini tidak terlalu mementingkan gizi anak. 10. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara
Kebersihan
Pengetahuan responden tentang mengenai pertanyaan “Apakah ibu mengetahui cara memelihara kebersihan?”dapat diketahui frekuensinya secara terperinci sebagaimana dijabarkan pada tabel di bawah ini :
(66)
TABEL 4.12
Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara Kebersihan NO Kategori Jawaban Frekuensi Presentase
1 Tahu 24 46,15
2 Tidak Tahu 28 53,84
Jumlah 52 99,99
Sumber : kuisioner pertanyaan 13
Sesuai dengan hasil rekapitulasi jawaban pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 24 orang atau sebesar 46,15% menyatakan mengetahui hal tersebut dikarenakan para ibu atau responden sadar akan pentingnya kebersihan bagi anak – anak karena faktor kebersihan juga merupakan satu hal yang berpengaruh bagi pertumbuhan dan kesehatan anak. Informasi tersebut bisa didapat dari berbagai pihak, salah satunya penyuluhan. Sedangkan 28 orang atau 3,84% menyatakan tidak tahu karena responden tidak begitu memperhatikan sekitar, mereka menganggap jika anak sehat maka kebersihan tidak perlu dijaga. Justru pengertian seperti itulah yang menyebabkan penyakit bagi anak. Hal tersebut juga bisa menghambat pertumbuhan anak.
(67)
TABEL 4.13
Rekapitulasi Jawaban Responden
Berdasarkan Kategori Mengenai Tingkat Pengetahuan
No Kategori Jumlah %
1 Tinggi 13 25
2 Sedang 14 26,92
3 Rendah 39 48,07
Jumlah 52 99,99
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari masyarakat mengenai tingkat pengetahuan tentang gizi sebagian besar berada pada kategori rendah dengan jumlah sebanyak 39 responden atau sebesar 48,07%. Hal tersebut dapat dikarenakan responden dapat merasakan adanya tingkat pengetahuan yang mereka miliki rendah walupun sudah ada penyuluhan – penyuluhan yang telah diberikan atau disampaikan pada orang tua khususnya para ibu-ibu rumah tangga. Semua yang mempengaruhi adalah pendidikan yang kurang atau bisa dibilang pendidikannya rendah, hal ini yang menyebabkan penyuluhan yang disampaikan kepada ibu-ibu kurang di dengar dan kurang dipahami sehingga penyampaian pada waktu penyuluhan tidak diterapkan kepada anak-anak
(68)
mereka. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak kurang gizi. Biasanya para ibu-ibu ini membiarkan anak tersebut asalkan anak tersebut sehat. Tapi tanpa mereka sadari bahwa gizi yang terdapat di dalam tubuh anaknya sangat kurang.
Sedangkan tingkat pengetahuan pada kategori sedangkan sebanyak 14 responden atau sebesar 26,92%. Hal ini dikarenakan para ibu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama tapi di dalam realisasinya belum dilakukan sepenuhnya oleh ibu rumah tangga tersebut. Karena ibu-ibu tersebut beranggapan bahwa anak yang sehat atau dikategorikan tidak sakit, mereka berarti tidak kekurangan gizi.
Dan tingkat pengetahuan pada kategori tinggi yakni dengan jumlah 13 responden atau sebanyak 25%. Dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini aktif dan kooperatif di dalam mendengarkan penyuluhan. Hal ini dimaksudkan agar ibu – ibu ini mengetahui tentang gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam realisasinya para ibu ini melaksanakan dengan baik apa saja penyuluhan yang telah diberikan. Hal ini yang membuat anak-anak mereka terhindar dari kekurangan gizi.
(69)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng sebagian besar berada pada kategori rendah, setelah mendapatkan penyuluhan, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai gizi anak serta upaya meningkatkan gizi keluarga.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan maka penelitian dapat mengajukan beberapa saran antara lain :
1. Diharapkan bagi pihak Penyuluh lebih memberikan penyuluhan lebih intens dan pendampingan bagi ibu-ibu rumah tangga tentang gizi, agar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi lebih meningkat.
(70)
2. Bagi penelitian yang akan datang disarankan agar menggunakan obyek penelitian yang mempunyai permasalahan lebih dalam, serta dapat menambah sampel yang digunakan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih tergeneralisasi dengan baik di semua kalangan, tidak hanya dikalangan ibu-ibu saja.
(71)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :Bungin, Burhan prof.Dr.H.M.S,S.Sos.MSI,2006,Metodologi Penelitian Kuantitatif, kencana Prenada Media, Jakarta
Effendy, 1993, TV Siaran, Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju Bandung.
Effendy, Onong uchjana, 2003 Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ketiga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Eriyanto,2000,Metodologi polling,Bandung,PT.Remaja Rosdakarya.
Maramis, 2007, Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Penerbit Airlangga University Press.
Moor,1993, Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan Masalah, Bandung, Rosda Karya
Mulyana, Deddy, 2001 Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nasution, 1996, Komunikasi Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Omar Malik, 1990, Pendidikan Tenaga Kerja Nasional, Bandung, Citra Aditya
Bhakti.
Rakhmat, Jalalludin, 1999, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda karya, Bandung.
Rakhmat, Jalaludin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Rakhmat, Jalaludin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
Samsudin, 1997, Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian, Bandung, Binacipta
Siregar, 1985, Komunikasi Sosial, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan
(72)
Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1997, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka.
Sugiyono, 2007 Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Alfabeta, Bandung.
NON BUKU
Dinas Kesehatan, 2007
( http://kitapastibisa.woodpress.com/2008,01/19/44-balita-surabaya-derita-gizi-buruk/)
(http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=97984 )
(1)
TABEL 4.13
Rekapitulasi Jawaban Responden
Berdasarkan Kategori Mengenai Tingkat Pengetahuan
No Kategori Jumlah %
1 Tinggi 13 25
2 Sedang 14 26,92
3 Rendah 39 48,07
Jumlah 52 99,99
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari masyarakat mengenai tingkat pengetahuan tentang gizi sebagian besar berada pada kategori rendah dengan jumlah sebanyak 39 responden atau sebesar 48,07%. Hal tersebut dapat dikarenakan responden dapat merasakan adanya tingkat pengetahuan yang mereka miliki rendah walupun sudah ada penyuluhan – penyuluhan yang telah diberikan atau disampaikan pada orang tua khususnya para ibu-ibu rumah tangga. Semua yang mempengaruhi adalah pendidikan yang kurang atau bisa dibilang pendidikannya rendah, hal ini yang menyebabkan penyuluhan yang disampaikan kepada ibu-ibu kurang di dengar dan kurang dipahami sehingga penyampaian pada waktu penyuluhan tidak diterapkan kepada anak-anak
(2)
58
mereka. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak kurang gizi. Biasanya para ibu-ibu ini membiarkan anak tersebut asalkan anak tersebut sehat. Tapi tanpa mereka sadari bahwa gizi yang terdapat di dalam tubuh anaknya sangat kurang.
Sedangkan tingkat pengetahuan pada kategori sedangkan sebanyak 14 responden atau sebesar 26,92%. Hal ini dikarenakan para ibu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama tapi di dalam realisasinya belum dilakukan sepenuhnya oleh ibu rumah tangga tersebut. Karena ibu-ibu tersebut beranggapan bahwa anak yang sehat atau dikategorikan tidak sakit, mereka berarti tidak kekurangan gizi.
Dan tingkat pengetahuan pada kategori tinggi yakni dengan jumlah 13 responden atau sebanyak 25%. Dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini aktif dan kooperatif di dalam mendengarkan penyuluhan. Hal ini dimaksudkan agar ibu – ibu ini mengetahui tentang gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam realisasinya para ibu ini melaksanakan dengan baik apa saja penyuluhan yang telah diberikan. Hal ini yang membuat anak-anak mereka terhindar dari kekurangan gizi.
(3)
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng sebagian besar berada pada kategori rendah, setelah mendapatkan penyuluhan, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai gizi anak serta upaya meningkatkan gizi keluarga.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan maka penelitian dapat mengajukan beberapa saran antara lain :
1. Diharapkan bagi pihak Penyuluh lebih memberikan penyuluhan lebih intens dan pendampingan bagi ibu-ibu rumah tangga tentang gizi, agar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi lebih meningkat.
(4)
60
2. Bagi penelitian yang akan datang disarankan agar menggunakan obyek penelitian yang mempunyai permasalahan lebih dalam, serta dapat menambah sampel yang digunakan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih tergeneralisasi dengan baik di semua kalangan, tidak hanya dikalangan ibu-ibu saja.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :Bungin, Burhan prof.Dr.H.M.S,S.Sos.MSI,2006,Metodologi Penelitian Kuantitatif, kencana Prenada Media, Jakarta
Effendy, 1993, TV Siaran, Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju Bandung.
Effendy, Onong uchjana, 2003 Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ketiga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Eriyanto,2000,Metodologi polling,Bandung,PT.Remaja Rosdakarya.
Maramis, 2007, Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Penerbit Airlangga University Press.
Moor,1993, Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan Masalah, Bandung, Rosda Karya
Mulyana, Deddy, 2001 Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nasution, 1996, Komunikasi Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Omar Malik, 1990, Pendidikan Tenaga Kerja Nasional, Bandung, Citra Aditya
Bhakti.
Rakhmat, Jalalludin, 1999, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda karya, Bandung.
Rakhmat, Jalaludin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Rakhmat, Jalaludin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
Samsudin, 1997, Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian, Bandung, Binacipta
Siregar, 1985, Komunikasi Sosial, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan
(6)
Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1997, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka.
Sugiyono, 2007 Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Alfabeta, Bandung.
NON BUKU
Dinas Kesehatan, 2007
( http://kitapastibisa.woodpress.com/2008,01/19/44-balita-surabaya-derita-gizi-buruk/)
(http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=97984 )