PROGRAM SEMBAKO MURAH DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS ANGGOTA KJKS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA.

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI SISTEM INFORMASI

PERPUSTAKAAN

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

QONITATIN NISA

NIM. D03212055

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan Di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya

Oleh: QONITATIN NISA NIM. D03212055

Di zaman global seperti sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat dicapai, di antaranya melalui perpustakaan, karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

Penelitian ini tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya dengan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian deskriptif juga tidak terbatas hanya pengumpulan data saja melainkan meliputi analisis dan interpretasi data, yang ditujukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Khadijah Surabaya mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Sedangkan keberadaan sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya berjalan cukup baik. Sementara dalam peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya, para siswa memiliki tekat dan keinginan yang kuat untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran yang tinggi dari dalam diri siswa untuk menggali ilmu sebanyak mungkin, sehingga mereka dapat menguasai bidang-bidang keilmuan yang menjadi tugas mereka sebagai pelajar. Kata Kunci: Peningkatan, Prestasi Belajar Siswa, Sistem Informasi, Perpustakaan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERESETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Operasional ... 13

F. Penelitian Terdahulu ... 17

G. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB III : KAJIAN PUSTAKA ... 23

A. Konsep Dasar Prestasi Belajar Siswa ... 23

1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 23

2. Teori-Teori Belajar ... 27

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 31

4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 36

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar ... 38

6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa ... 39

B. Konsep Dasar Sistem Informasi Perpustakaan ... 44

1. Pengertian Sistem Informasi Perpustakaan ... 44

2. Indikator Sistem Informasi Perpustakaan ... 57

3. Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar ... 65


(8)

C. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi

Perpustakaan ... 76

BAB III : METODE PENELITIAN ... 83

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 86

B. Informan Penelitian ... 87

C. Jenis Data dan Sumber Data ... 88

1. Jenis Data ... 88

2. Sumber Data ... 88

D. Teknik Pengumpulan Data ... 88

1. Metode Interview atau Wawancara ... 92

2. Metode Observasi ... 94

3. Metode Dokumentasi ... 95

E. Teknik Analisis Data ... 98

1. Analisis Selama Pengumpulan Data ... 96

2. Reduksi Data ... 97

3. Penyajian Data ... 97

4. Menarik Kesimpulan ... 98

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 100

1. Sejarah SMA Khadijah Surabaya ... 100

2. Lokasi SMA Khadijah Surabaya ... 103

3. Lambang SMA Siti Khadijah ... 103

4. Visi dan Misi SMA Khadijah Surabaya ... 104

5. Struktur Organisasi dan Administrasi SMA Khadijah Surabaya ... 105

6. Keadaan Guru dan Siswa SMA Khadijah Surabaya ... 106

7. Tujuan dan Kurikulum Pendidikan SMA Khadijah Surabaya ... 106

8. Sarana dan Prasarana SMA Khadijah Surabaya ... 110

9. Selayang Pandang Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya ... 118

B. Penuajian Data... 119

1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya . 119 2. Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 122

3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 128


(9)

C. Analisis Data ... 132

1. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMA Khadjah Surabaya ... 132

2. Analisis Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 137

3. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya ... 141

BAB V : PENUTUP ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean (D&M IS Success Model) Tahun 1992 ... 57 Gambar 2.2 : Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean

(D&M IS Success Model) Tahun 2003 ... 59 Gambar 4.1 : Lambang SMA Siti Khadijah Surabaya ... 103 Gambar 4.2 : Struktur Organisasi dan Administrasi SMA Khadijah Surabaya 106


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apalagi membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.

Dalam dunia pendidikan, perpustakaan terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.


(12)

Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan nasional menjadi salah satu prioritas yang mendapat perhatian serius dari pemerintah RI. Keseriusan itu diwujudkan dengan disahkan dan diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menjadi dasar pijakan yang kuat bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu hal yang sangat penting untuk dilihat dari undang-undang tersebut adalah ditetapkannya standar nasional pendidikan yang mencakup antara lain sarana dan prasarana pendidikan sebagai acuan pengembangan pendidikan. Di antara sekian banyak sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang kualitas pendidikan adalah perpusatakaan. Dengan demikian, perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang strategis dan mempengaruhi mutu pendidikan. Lebih jelas tentang pentingnya peranan perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan kembali ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah bagian dari sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh sekolah atau madrasah.1

Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat dicapai, diantaranya melalui perpustakaan. karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh.

1

Badan Litbang dan Diklat DEPAG RI, Pembelajaran Berbasis Perpustakaan di Madrasah Aliyah, “http://www.kampusislam.com/cetak.php?id=198”, hal. 9. Diakses 1 Oktober 2015.


(13)

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Pemerintah dalam hal ini Menteri

Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002; dan lebih berfokus lagi setelah diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2

Pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah banyak menyebabkan terjadinya pembatalan program-program pembangunan, baik yang telah direncanakan, bahkan program-program yang tengah berjalan. Hal ini juga tidak dapat dielakan dalam program-program peningkatan mutu pendidikan, terutama masalah pengembangan perpustakaan. Padahal keberadaan perpustakaan bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu keharusan. Ahmad Saefudin menyatakan bahwa di dunia Barat perpustakaan dianggap sebagai suatu bagian yang penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka bahkan ada yang berpendapat sebagai lambang kesuksesan kerja suatu instansi atau organisasi.

Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, memiliki peran yang sangat penting pada dunia pendidikan, misalnya pada mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Perpustakaan berfungsi memotivasi siswa, penunjang kegiatan siswa, serta membantu siswa dan guru untuk memacu tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan.

2

Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 31.


(14)

Dengan adanya perpustakaan, siswa diharapkan bisa mengembangkan keterampilan untuk mencari informasi bagi keperluan mereka sendiri. Hal ini tentunya dengan cara memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin, yaitu dengan membaca dan memahami buku-buku yang tersedia untuk menambah pengetahuannya, baik buku pelajaran, buku agama, dan buku-buku umum.

Keberadaan perpustakaan di suatu lembaga pendidikan adalah sangat penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah dapat dilihat dalam pasal 45 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa: “setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya potensi didik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan peserta didik.3

Demikian juga dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan pada pasal 42 (2) disebutkan: “setiap

satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruangan bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.4

3

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: CV. Aneka Ilmu), hal. 25-26.

4

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Bp. Citra Jaya, 2005), hal. 24.


(15)

Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, selain menunjang, mendukung, dan melengkapi kegiatan belajar-mengajar, kegiatan kurikuler, dan ekstrakurikuler, juga diharapkan dapat menumbuhkan minat baca dan mengembangkan bakat siswa. Berbagai jenis layanan yang diberikan perpustakaan dalam menunjang ketercapaian pembelajaran antara lain pengadaan bahan-bahan pembelajaran yang menunjang kurikulum. Itu dimaksudkan tidak hanya mempertinggi daya serap dan penalaran proses pendidikan, tetapi juga memperluas wawasan, dan kreativitas siswa, dan memperluas wawasan guru yang berguna untuk mengajar.5

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat ternyata berdampak pula pada dunia usaha, intansi atau lembaga kemasyarakatan lainnya. Dampak kemajuan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya orang menggunakan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pengetahuan teknologi komputer, karena teknologi tersebut berguna sebagai alat bantu pengolahan data di perusahaan, instansi maupun kegiatan lainnya.

Salah satu contoh dari penggunaan teknologi informasi saat ini adalah penerapan teknologi informasi pada dunia perpustakaan, atau sering disebut sistem informasi perpustakaan atau sistem automasi perpustakaan. Karena kelebihan teknologi informasi ini adalah kemampuannya memproses data secara cepat, media penyimpanan yang memadai data terotomatisasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung

5


(16)

keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi perpustakaan.6 Sedangkan menurut Riyanto, sistem informasi perpustakaan adalah suatu penerapan teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya.7

Kebutuhan akan teknologi informasi sangat berhubungan dengan peran perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Karena pada dasarnya kegiatan teknologi informasi dan perpustakaan memiliki kesamaan, yakni proses penyimpanan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi.

Perpustakaan Yayasan SMA Khadijah sebagai salah satu perpustakaan yang bertujuan mendukung visi, misi dan kegiatan di SMA Khadijah serta membantu mensukseskan pendidikan bagi segenap civitas akademika dengan pelayanan bahan pustaka secara efektif dan efisien. Untuk tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam visi dan misi SMA Khadijah Surabaya, pengelola perpustakaan senantiasa dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.

Koleksi buku-buku yang ada di sana sangat beragam, meliputi buku-buku referensi, agama, sastra, bahasa, sains, ilmu bumi, ilmu sosial dan tak lupa

6

Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi,(Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 173.

7

Riyanto, Manajemen Perpustakaan Sekolah Berbasis Komputer, (Bandung: Fokus Media, 2012), hal. 12.


(17)

buku umum seperti novel dan pengetahuan umum. Pengadaan bahan pustaka buku untuk koleksi perpustakaan secara teratur dilakukan dengan pembelian dan juga dari hibah atau pemberian dari yayasan internasional seperti yang sudah ada, yaitu, mendapat sekitar 500 ekspemplar buku dari Singapore Library, kenang-kenangan dari Duta Besar Amerika, serta Royal Navy Inggris.

Buku-buku yang tersedia di perpustakaan selalu up to date, sehingga pengunjung bisa menemui novel terbaru karya pengarang ternama yang bisa pinjam tanpa dipungut biaya. Tidak hanya buku saja yang ada di perpustakaan ini, karena Perpustakaan SMA Khadijah Surabaya juga dilengkapi oleh sarana komputer yang lengkap dengan saluran internet. Jadi, para siswa yang berkunjung perlu merasa khawatir kalau mereka tidak menemukan buku yang cocok, sebab mereka bisa langsung mengaksesnya lewat internet. Komputer yang tersedia pun cukup banyak, yaitu ada 6 buah komputer khusus siswa dan 2 buah komputer untuk operator perpustakaan yang siap digunakan.

Selain untuk menambah referensi, perpustakaan ini juga bisa dijadikan sarana untuk berdiskusi dan belajar antar murid dan Guru. Karena tempatnya yang sangat nyaman, terlebih juga dilengkapi AC, dan penjaga perpustakaan yang ramah dan selalu siap mencarikan buku yang diperlukan. Dengan demikian betapa perlunya sistem informasi perpustakaan sebagai penerapan teknologi informasi yang digunakan untuk mempermudah kegiatan administratif perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan, katalogisasi, sirkulasi, pengelolaan keanggotaan, penelusuran informasi atau bahan pustaka dan sebagainya. Akan lebih mudah pelayanan kegiatan administrasi perpustakaan tersebut diatas dengan menggunakan device barcode.


(18)

SMA Khadijah dari tahun ke tahun telah mendapat kepercayaan dari masyarakan luas khususnya masyarakat Jawa Timur. Dukungan dan kepercayaan dari masyarakat itulah yang mengantar SMA Khadijah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. SMA khadijah tidak mau mengecewakan masyarakat dan berusaha mempertahankan kepercayaan yang sudah ada. Saat

ini SMA Khadijah berusaha menghapus huruf “R” di jajaran kata RSBI sehingga menjadi SBI (SMA Khadijah Bertaraf Internasional). Menghapus huruf “R” membutuhkan proses yang panjang dan sebuah keseriusan. Salah satu keseriusan SMA Khadijah adalah peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan

terutama bagi SMA Khadijah yang berusaha menghilangkan huruf “R”. Bekal dari pelatihan, workshop dan seminar tentang pengembangan kurikulum adaptif, MGMP guru mata pelajaran berusaha mengembangkan kurikulum yang ada di SMA khadijah dengan kurikulum adaptif yang salah satunya mengacu pada Cambridge University.

Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan secara sentralistik yang menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebagai pelaksana yang sangat tergantung pada keputusan yang di ambil pada tingkat pusat yang kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sekolah pada dataran realitasnya. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, kreatifitas, inovasi dan daya inisiatifnya untuk mengelola dan menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan sekolah tidak punya keleluasaan bertindak, kewenangan


(19)

menentukan program dan kegiatan lainnya yang diharapkan mampu meningkatkan mutu output pendidikan yang dihasilkan.

Kebijakan dan penyelengaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Dengan pendekatan ini fungsi lembaga pendidikan dilihat sebagai pusat produksi yang apa bila semua kebutuhan

input dipenuhi sebagai output yang diharapkan akan meningkat pula. Murid diperlakukan row-input sementara guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input.8 Dalam pendekatan ini pemenuhan segala kebutuhan input seperti pelatihan guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana lebih ditekankan tanpa melihat proses sebagai bagian dari sebuah kegiatan pendidikan yang lebih penting.9

Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Hal ini muncul karena sekolah dipandang sebagai sebuah perusahaan industri yang melayani kebutuhan individu. Dengan pandangan demikian, sekolah lebih bersifat frahmented dan menganggap sekolah sebagai lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat sekitarnya.10 Partisipasi masyarakat yang selama ini terjadi lebih banyak pada dukungan input dana tanpa memperhatikan proses seperti: pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas.11 Dalam keadaan seperti ini

8

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta; Bigraf Publishing, 2000), hal. 4.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000 ), hal. 2.

10

Zamroni, Paradigma Pendidikan…, h. 43.

11


(20)

sekolah menjadi tidak punya beban untuk mempertanggungjawabkan program-program yang dilakukanya. Pada masyarakat sebagai salah satu pihak yang berkepentingan (stakholder) harus ikut mengontrol apa yang terjadi di sekolah.

SMA Khadijah juga memberikan materi martikulasi yang diberikan dikelas siang. Materi martikulasi berisi pembekalan agama dan bahasa inggris. Materi tambahan ini bertujuan memberikan pembekalan dan ketrampilan tentang keagamaan dan kemampuan bahasa Inggris siswa. Cambridge Sertificate di SMA Khadijah bekerjasama dengan Darul Ulum Jombang sebagai center penyelenggara ujian Cambridge. Alhamdulilah tahun ajaran 2008-2009 periode oktober/November telah meluluskan 5 siswa.12

Untuk membentuk citra yang baik terhadap lembaga dalam rangka menarik minat sejumlah siswa dan meningkatkan mutu sekolah maka lembaga pendidikan mengembangkan berbagai inovasi dalam kurikulum. Seperti halnya dengan SMA Khadijah. SMA Khadijah Surabaya merupakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tingkat menengah atas yang berada di bawah naungan lembaga pendidikan berbasis NU yang dalam usaha peningkatan mutunya telah megimplementasikan International Standards Organization (ISO 9001).

Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, usaha yang dilakukan SMA Khadijah Surabaya dapat dilihat dalam Evaluasi Diri Sekolah (EDS), yang merupakan bagian penting dalam penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan. EDS adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku

12


(21)

kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan monitoring kinerja sekolah oleh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.13

Keuntungan yang akan diperoleh sekolah dari EDS adalah sekolah mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut, sekolah mampu mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada. Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan. Sekolah dapat mengetahui tingkat pencapaian kinerja berdasarkan SPM dan SNP. Sekolah dapat menyediakan laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil yang dicapai. Sekolah melakukan proses EDS setiap tahun sekali.14

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah salah satu bagian dari sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan proses pendidikan itu sendiri. Dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan, maka seluruh komponen pendidikan harus terintegrasi dengan baik,

13

Nur Faizah, “Inovasi Kurikulum Total Quality Management (TQM) di SMA Khadijah Surabaya”. Skrispi , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya), hal. 133.

14


(22)

termasuk perpustakaan. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Sistem Informasi Perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka pada penelitian ini rumusan masalah yang akan diangkat adalah :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya?

2. Bagaimana sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

2. Untuk mengetahui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya.


(23)

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

a. Dapat menambah ilmu tentang sistem informasi perpustakaan.

b. Menerapkan ilmu yang pernah didapat penulis di bangku perkuliahan. 2. Bagi Perpustakaan

a. Dapat menerapkan sistem informasi perpustakaan yang terkomputerisasi untuk mempermudah kegiatan administratif perpustakaan.

b. Dapat memberi pelayanan yang lebih efektif dan efisien bagi para pengguna di lingkungan sekolah.

E. Definisi Operasional

Soedarmayanti mengatakan bahwa definisi operasional adalah definisi yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya merupakan merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan tegas dari suatu konsep.15 Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian yang dimaksud dalam judul penelitian di atas, maka penulis memberikan batasan dan penjelasan pada beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian berikut:

1. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat

15


(24)

yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode tertentu.16 Dan belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.17

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan, interaksi dengan lingkungan, pengalaman selama periode waktu yang cukup panjang. Jadi, yang dimaksud penngkatan prestasi belajar siswa mealui sistem informasi perpustakaan adalah peningkatan hasil prestasi belajar siswa yang ditempuh oleh siswa-siswa khususnya di perpustaaan melalui sisem informasi perpustakaan sehingga akan menjadikan kualitas pembelajaran di SMA Khadijah Surabaya menjadi meningkat.

2. Sistem Informasi Perpustakaan

Oetomo mendefinisikan bahwa sistem informasi perpustakaan adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung keputusan pada kegiatan manajemen perpustakaan seperti perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam suatu organisasi perpustakaan.18 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam sistem informasi perpusatakaan, yaitu:

a. Kualitas sistem, dengan indikator antara lain: 1) Kekinian data diusulkan.

16

Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50.

17

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet-3, 2.

18


(25)

2) Waktu respon dan keakuratan data.

3) Keandalan dan kelengkapan sistem. 4) Keluwesan dan kemudahan pengguna. b. Kualitas informasi, dengan indikator, antara lain:

1) Akurasi dan tepat pada waktunya.

2) Kelengkapan informasi. 3) Keringkasan dan kesesuaian.

c. Kualitas pelayanan, dengan indikator, antara lain: 1) Reliabilitas dan daya tanggap yang cepat. 2) Jaminan dan empati.

3) Adanya bukti fisik.

d. Minat penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain: 1) Penggunaan nyata.

2) Persepsi penggunaan.

e. Kepuasan penggunaan sistem, dengan indikator, antara lain:

1) Kebenaran dan efisiensi. 2) Keefektifan dan kepuasan. 3. Mutu Lembaga Pendidikan

Dedy mengemukakan bahwa, mutu lembaga pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap norma atau standar yang


(26)

berlaku.19 Adapun yang menjadi sub variabel dan indikator dalam mutu lembaga pendidikan, meliputi:

a. Input, dengan indikator, antara lain:

1) Kualitas peserta didik baru yang diterima. 2) Kualifikasi dan kompetensi guru meningkat. 3) Kecukupan ruang belajar beserta kelengkapannya.

4) Kecukupan peralatan praktik dan laboratorium. 5) Ketersediaan bahan praktek dan buku pelejaran. 6) Ketersediaan dana operasional pendidikan. b. Proses, dengan indikator, antara lain:

1) Ketepatan waktu belajar mengajar guru.

2) Kesiapan dan kelengkapan bahan mengajar guru. 3) Kesiapan alat dan bahan pada waktu diperlukan. 4) Keterlaksanaan pengawasan pengajaran guru. 5) Keteraturan pelaksanaan evaluasi formatif. 6) Iklim belajar mengajar yang kondusif. c. Output, dengan indikator, antara lain:

1) Prosentase kelulusan.

2) Nilai UN rata-rata terendah dan tertinggi.

3) Nilai UN rata-rata sekolah dibandingkan dengan nilai UN rata-rata kabupaten, provinsi dan nasional.

19

Achmad Dedy, “Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12. No 1, April 2011, hal. 5.


(27)

4) Prosentase peserta didik yang tinggal di kelas.

5) Prosentase peserta didik yang mengulang dan prosentase peserta didik yang drop-out.

d. Outcome, dengan indikator, antara lain:

1) Prosentase lulusan yang diterima dijenjang pendidikan yang lebih tinggi (unggulan).

2) Prosentase lulusan yang tidak melanjutkan pendidikan. e. Benefit, dengan indikator, antara lain:

1) Adanya pujian/penghargaan dari pengguna tamatan. 2) Adanya pujian dan penghargaan dari orang tua tamatan. 3) Adanya perhatian dari alumni sekolah.

4) Meningkatnya animo calon siswa baru. f. Impact, dengan indikator, antara lain:

1) Banyaknya studi banding yang dilakukan oleh sekolah lain. 2) Banyaknya alumni sekolah menjadi kader pemimpin bangsa. 3) Banyaknya alumni sekolah yang menjadi aset bangsa, menjadi

manusia produktif dan tidak menjadi manusia beban.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:


(28)

Penelitian tentang kesuksesan sistem informasi pernah dilakukan oleh

Surachman (2007) dengan judul “Analisis Penerimaan Sistem Informasi

Perpustakaan (SIPUS) Terpadu Versi 3 (Tiga) di Lingkungan Universitas Gadjah

Mada”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna sistem informasi perpustakaan terhadap SIPUS Terpadu Versi 3 (tiga) dengan menggunakan Technology Acceptance Model, dan untuk mengetahui penerimaan staf perpustakaan terhadap penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) di Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kebermanfaatan dan kemudahan berpengaruh terhadap variabel penerimaan, baik secara individu (dengan Uji-T) maupun secara bersama-sama (Uji-F). Secara statistik deskriptif menunjukan bahwa persepsi pengguna terhadap kebermanfaatan dan kemudahan SIPUS Terpadu versi 3 (tiga) adalah cukup. Dari pengujian model diperoleh bahwa kedua variabel merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap SIPUS sebesar 63,8%, sedangkan sisanya sebesar 36,2% adalah faktor lain, seperti kualitas software, kualitas informasi, kepuasan pengguna, kenyamanan, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Amirotus Sholichah (2008), berjudul

“Studi tentang Manajemen Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan

Implikasinya terhadap Pelayanan Mahasiswa dalam Memanfaatkan Sumber

Belajar di IAIN Walisongo Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

manajemen perpustakaan berbasis Teknologi Informasi (TI) secara umum, manajemen perpustakaan yang berbasis Teknologi Informasi (TI) di IAIN Walisongo Semarang, dan Implikasi manajemen perpustakaan berbasis Teknologi


(29)

Informasi (TI) terhadap pelayanan mahasiswa, sebagai pemanfaatan sumber belajar di IAIN Walisongo Semarang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, setiap lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi harus memiliki perpustakaan. Hal ini megingat pentingnya perpustakaan sebagai “Jantungnya

Perguruan Tinggi” yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan Tri Dharma kampus. Secara keseluruan perpustakaan IAIN Walisongo berbasis Teknologi Informasi (TI) sudah memenuhi standar perpustakaan yang baik, sebab pengelolaan perpustakaan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, yang meliputi; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluating). Selain itu, Teknologi Informasi (TI) yang diaplikasikan oleh perpustakaan IAIN Walisongo untuk melayani mahasiswa adalah layanan sirkulasi: berupa layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan. Faksimil dan internet; berupa kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil penelitian dalam bentuk digital. Layanan jurnal/majalah/berkala; berupa jurnal-jurnal elektronik. Layanan multimedia/audiovisual; berupa informasi dalam bentuk kaset video, kaset audio, microfilm, mocrofische, compact disk, laser disk, DVD, home movie, home theatre. Layanan internet dan computer station; berupa website perpustakaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zulfikar Husain (2009) berjudul

“Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web terhadap

Kemudahan Penelusuran di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Hasil analisis data diperoleh harga rxy 0,981 dikonsultasikan dengan r tabel pada N = 30


(30)

dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,361, maka 0.981 menunjukkan rxy > r-tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara pemanfaatan sistem informasi berbasis web terhadap kemudahan penelusuran di UPT Perpustakaan IKIP PGRI Semarang.

Penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3) terhadap Kinerja Pelayanan Sirkulasi di Perpustakaan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”, yang dilakukan oleh Haryanta (2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Sistem Informasi Perpustakaan terhadap kinerja Pelayanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Model penelitian ini, menggunakan variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3) sebagai variabel independen, dan variabel kinerja pelayanan sirkulasi sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif yang ditunjukan dengan angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (signifikan) dan koefisien regresi sebesar 0,175 (positif) antara penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3) dan Kinerja Pelayanan Sirkulasi. Berdasarkan pedoman Uji Signifikansi korelasi

Product Moment, diperoleh koefisien determinasi Adjusted R2sebesar 0,413 yang termasuk dalam kategori sedang. Dari pengujian model diperoleh bahwa variabel penggunaan Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS Terpadu Versi 3) mempengaruhi kinerja pelayanan sirkulasi sebesar 41,3% sedangkan sisanya 58,7% (100% - 41,3%) dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar model.

Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu tentang


(31)

Sistem Informasi Perpustakaan. Akan tetapi dari penelitian-penelitian tersebut tidak ditemukan adanya permasalahan Sistem Informasi Perpustakaan yang dihubungkan dengan Mutu Lembaga Pendidikan sebagaimana permasalahan yang hendak diteliti. Sehingga penelitian yang berjudul “Hubungan Sistem Informasi Perpustakaan terhadap Mutu Lembaga Pendidikan di SMA Khadijah Surabaya” inidapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi skripsi ini, maka penulis membagi pembahasan tersebut ke dalam lima bab yang terdiri dari sub-sub pembahasan tersendiri. Adapun kelima bab tersebut tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Merupakan gambaran yang memuat pola dasar penelitian, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, definisi operasional, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini mencakup tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan kajian pustaka yang digunakan sebagai pijakan peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lapangan. Adapun kajian pustaka ini berisi tentang: konsep dasar prestasi belajar siswa, konsep dasar sistem informasi perpustakaan dan


(32)

peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya.

Bab III : Metode Penelitian

Menjelaskan tentang penyajian data-data empiris yang berhasil dihimpun dari hasil penelitian yang akan dilakukan peneliti di antaranya: jenis penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat tentang gambaran umum obyek penelitian yang terdiri dari sejarah SMA Khadijah Surabaya, lokasi SMA Khadijah Surabaya, lambang SMA Khadijah Surabaya visi dan misi, struktur organisasi dan andministrasi, keadaan guru dan siswa, tujuan dan kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana, selayang pandang perpustakaan SMA Khadijah Surabaya, penyajian data dan analisis data tentang peningkatan prestasi belajar siswa melalui sistem informasi perpustakaan di SMA Khadijah Surabaya.

Bab V : Penutup

Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran hasil penelitian, yang mungkin bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.


(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi

Penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang menyatakan dalam bentuk huruf, simbol, angka maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam metode tertentu.20 Jadi prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.

b. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Karena pengajaran adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Begitu pentingnya proses belajar mengajar dalam pendidikan, maka perlu dijelaskan tentang pengertian belajar serta hal-hal yang terkait dengannya.

Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,

20


(34)

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.21

Menurut I.L. Pasaribu, Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.22

Menurut Wasty Sumanto, Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.23

Agama Islam menyatakan, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Dalam surat Al- Mujadalah ayat 11 dijelaskan:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat……….”24

21

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 21.

22

I.L. Pasaribu. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Tarsito, 1982), hal. 59 23

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 103. 24


(35)

Ahmad Tafsir mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan yang permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan (reinforce).25

Menurut Mustaqim Belajar merupakan suatu aktifitas yang menuju ke arah tertentu. Bagi aliran Psyco reflksiologi menurut Mustaqim, belajar dipandang sebagai usaha untuk membentuk reflek-reflek baru.26 Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah: 1) Suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman: jika

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi, tidak dianggap sebagai hasil belajar.

2) Untuk dapat disebut belajar, maka memiliki perubahan relatif lama dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.27

3) Suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.28 Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi

25

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 60.

26

Mustaqim, Psikogi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84. 27

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84. 28

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hal. 3.


(36)

perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan, interaksi dengan lingkungan, pengalaman selama periode waktu yang cukup panjang.

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Ngalim

Purwanto, “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat diperjelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat).29 Belajar dapat dikatakan jika dalam situasi tertentu, seseorang akan mengalami perubahan yang murni, tidak ada pengaruh oleh keadaan yang muncul dalam waktu yang sesaat.

Jadi pengertian prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.30

Menurut Arifin prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat abadi, dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.31

29

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 204. 30

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 50. 31

Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rodakarya, 1991), hal. 5.


(37)

2. Teori-Teori Belajar

Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar menyebutkan bahwa teori belajar ada tiga, yaitu:

a. Teori Classical Conditioning (Pavlow dan Watson)

Pelopor dari teori conditioning ini adalah Pavlow seorang ahli psikologi-refleksiologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlow dapat diuraikan sebagai berikut: Seekor anjing dimasukkan ke ruangan yang gelap, yang telah dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada diluar pipinya. Di ruangan itu hanya ada satu lubang yang terletak didepan moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan percobaan.

Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah selang yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar ruangan. Maka dapat diketahui apakah air liur anjing tersebut keluar apa tidak pada waktu diadakan percobaan. Alat yang digunakan pada percobaan-percobaan itu adalah makanan, lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna dan sebuah bunyi-bunyian.

Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing itu dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan.Dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioning refleks), keluar air liur ketika melihat makanan yang


(38)

lezat dan refleks bersyarat (conditioned-refleks) keluar karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu.

Demikian maka menurut teori conditioning belajar itu adalah waktu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan secara terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

b. Teori Conditioning dari Guthri

Teori Guthrie mengemukakan bagaimana cara untuk menguasai kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, berdasarkan teori conditioning. Guthrie mengemukakan bahwa:

“Tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi/respon dari perangsangan/stimulus sebelumya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya.32 Respon dari tingkah laku manusia ditimbulkan dari respon yang sudah diterima dari tingkah laku sebelumnya, yang ditangkap oleh stimulus yang akan menjadikan respon dari tingkah laku berikutnya secara terus-menerus.

32


(39)

Metode-metode Guthrie antara lain yakni:

1) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Manusia itu adalah suatu organisme yang selalu menciptakan reaksi dari rangsangan tertentu yang telah diterima. Jika suatu reaksi terhadap perangsang-peragsang telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan menghubungkan perangsang (stimulus) dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkan.

2) Metode Membosankan (Exchaustion Method)

Hubungan antara perangsangan dari reaksi pada tingkah laku yang buruk itu dibiarkan saja, semakin lama maka seseorang itu menjadi bosan. Sebagai contoh, umpamakan seorang anak yang berumur 3 tahun bermain-main dengan korek api. Pada waktu itu disuruh menghabiskan kepala korek api satu pak, maka anak tersebut akan menjadi bosan. Juga untuk menjinakkan kuda liar tunggangan umpamanya, kita dapat menggunakan cowboy-cowboy dengan bergantian melatih menunggangi kuda itu dalam waktu berturut-turut, akhirnya kuda itu menjadi jinak.

3) Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method) Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara stimulus dan menghilangkan respon yang buruk. Yakni menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang dengan merubah perangsangannya itu sendiri. Sebagai contoh umpamanya kita akan merubah tingkah


(40)

laku/kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak disekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah yang lain. c. Teori Operant Conditioning (Skinner)

Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

1) Respondent response (reflexive response) yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Misalnya keluarnya air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkan.

2) Operant response (instrumental response) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya seorang anak yang belajar dengan rajin kemudian menerima hadiah, maka ia akan menjadi rajin belajar, karena responnya menjadi lebih intensif/kuat.

d. Teori Systematic Behavior (Hull)

Prinsip-prinsip yang digunakannya mirip dengan yang dikemukakan para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan adanya reinforcement. Chark C. Hull mengemukakan teorinya bahwa: “Suatu kebutuhan atau

“keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi)

harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon

dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.”33

33


(41)

Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh respon-respon yang dibuat individu itu. Setiap kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu untuk melakukan respon.

Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang bermotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi). Jadi prinsip yang utama adalah: suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum belajar, dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar untuk memilih tindakan tersebut bisa mengurangi kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut M. Dalyono, dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya sseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.34

34


(42)

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa Karena konflik dengan pacar, orang tua atau sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Jadi kesehatan jasmani dan rohani adalah dua hal yang penting untuk diperhatikan karena dua hal tersebut merupakan faktor yang sangat menentukan peningkatan dan penurunan prestasi belajar. 2) Inteligensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Misalnya


(43)

belajar main piano, apabila dia berbakat musik, akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.

Seseorang memiliki inteligensi tinggi dan bakatnya ada pada bidang yang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses dia dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat bakat saja tetapi inteligensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat dan pintar (inteligensi tinggi) kebanyakan orang yang sukses dalam karirnya. 3) Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga pesat minat pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang dimintai itu.

Motivasi berbeda dengan minat.Ia adalah daya penggerak pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari dalam sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.


(44)

Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) dorongan yang keluar dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. 4) Cara Belajar

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan pada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Selain teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan /kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran. b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)

1) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam belajar.Tinggi rendahnya pendidikan


(45)

orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup dan kurang perhatian, dan bimbingan orang tua. Rukun atau tidaknya kedua orang tua dengan anak-anak, tenang dan tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidaknya peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidaknya kamar atau meja belajar dan sebagainya, semua itu turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian kurikulum, dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid jadi acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah.


(46)

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar rumah tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah, dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar.Keadaan lingkungan bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat akan mengganggu belajar, keadaan lalu lintas yang membisingkan suara hiruk pikuk orang disekitar, suasana pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang prestasi belajar.

4. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi tiga ranah yakni, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Namun pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif)


(47)

sangat sulit.Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar tersebut ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba), oleh karena itu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang guru adalah cuplikan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar.35

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.36

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.37

Tes prestasi belajar merupakan cara untuk mengukur dan evaluasi tingkat keberhasilan belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis penilaian, yakni:

a. Tes Formatif

Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

35

Nasution, Materi Pokok…, hal. 195.

36

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 120.

37

Pupuh Fathur Rohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum danKonsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 113.


(48)

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada bahan tertentu dan dalam waktu tertentu pula.

b. Tes Sub-Sumatif

Tes Sub-Sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hasil Sub-Sumatif dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.

c. Tes Sumatif

Tes Sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pengajaran. Tujuannya adalah untuk memperoleh tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes Sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.38

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Fungsi dan kegunaan prestasi belajar yang utama antara lain : a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan

yang telah dikuasai anak didik.

38


(49)

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.39

6. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Siswa

Tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan.

Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom berikut:

39


(50)

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1) Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Pemahaman (Comprehension). Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

2) Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.


(51)

3) Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

4) Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b. Affective Domain (Ranah Afektif)

Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara


(52)

penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:

1) Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup kepekaan akanadanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

2) Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima.

3) Menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.

4) Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.

Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value orValue Complex) memiliki sistem nilai yang mengendalikan


(53)

tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik.karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan otomatisme, yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.40

40


(54)

B. Konsep Dasar Sistem Informasi Perpustakaan 1. Pengertian Sistem Informasi Perpustakaan

Sebelum menjelaskan pengertian sistem informasi perpustakaan, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dari masing-masing istilah yang terdiri dari sistem, informasi dan perpustakaan itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli.

a. Sistem

Sistem pada dasarnya merupakan susunan atau obyek-obyek yang teratur dari kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang mempermudah kegiatan organisasi. Menurut Azhar, sistem adalah kumpulan atau group dari bagian atau komponen apapun baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.41

Sudirjo berpendapat bahwa sistem adalah setiap sesuatu yang terdiri atas obyek-obyek, atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang bertata kait dan bertata hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu.42 Sedangkan Kumorotomo dan Margono mengatakan bahwa definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi secara sederhana sistem diartikan sebagai suatu

41

Azhar, Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000), hal. 3.

42

Tata Subadri Sudirjo, Analisa Sistem Informasi dan Rancangan Model Sistem, (Yogyakarta: Andi Ofset, 2006), hal. 21.


(55)

kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen/variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.43

Menurut Nur Fuad, sistem adalah kumpulan dari beberapa prosedur yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mencapai suatu sasaran (objective) yang telah ditetapkan.44 Sedangkan Indrajit mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterikatan antara satu dan lainnya.45 Sementara menurut Jogiyanto sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu obyek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.46

Dengan demikian sistem merupakan sekumpulan unsur (elemen) yang saling berinteraksi sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dalam usaha mencapai tujuan. Sekolah merupakan suatu sistem, karena sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari masukan (input), pengolahan (proce1ing), dan keluaran (output). Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya karena

43

Wahyudi Kumorotomo & Subando Agus Margono, Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Pre1, 2001), hal. 8.

44

Noor Fuad, Analisis dan Perancangan Sistem, (Jakarta: Intermedia, 1988), hal. 1. 45

Richardus Eko Indrajit, Pengantar Konsep Dasar Manajemen SistemInformasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), hal. 2.

46

Jogiyanto, Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2005), hal. 2.


(56)

merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan.47

Menurut Moekijat, sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah variabel yang berinteraksi suatu sistem pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan dengan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan kegiatan utama dari suatu organisasi.48 Sedangkan menurut FitzGerald, sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.49

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang saling terstruktur dan terpadu serta saling bekerja sama untuk melakukan fungsi dari sistem sehingga adanya ketercapaian tujuan dari sistem. b. Informasi

Informasi pada dasarnya merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan. Menurut Azhar, informasi adalah data yang diolah menjadi

47

Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), hal. 13.

48

Moekijat, Pengantar Sistem Informasi Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 2005), hal. 35. 49

Jerry FitzGerald, Fundamentals of System Analysis, (New York: John Willey & Sons, 1997), hal. 14.


(57)

suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil suatu keputusan untuk saat ini dan mendata.50

Jogiyanto berpendapat bahwa informasi (information) adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.51

Menurut Sudirjo, informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Kualitas suatu informasi harus akurat, tepat waktu, relevan dan yang menentukan nilai dari informasi adalah manfaat dan biaya untuk mendapatkan data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian memberi informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang membuat sejumlah data kembali.52

Notohadiprawiro berpendapat bahwa istilah sistem informasi menyiratkan suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tata cara penggunaannya yang mencakup lebih jauh daripada sekadar penyajian. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai

50

Azhar, Sistem Informasi Manajemen..., hal. 3. 51

Jogiyanto, Analisis & Disain Sistem Informasi..., hal. 8. 52


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rodakarya.

Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ashad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

_________. 2000. Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Azwar, Syaifudin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Litbang dan Diklat DEPAG RI, Pembelajaran Berbasis Perpustakaan di Madrasah Aliyah, “http://www.kampusislam.com/cetak.php?id=198”, hal.

9. Diakses 1 Oktober 2015.

Bafadal, Ibrahim. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Basuki, Sulistiyo. 1993. Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Terj. Eddy. Jakarta: Arcan.

Dalyono, M. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.

Darmono. 2007. “Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar”.

Jurnal Perpustakaan Sekolah. Th. 1 No. 1. April 2007.

_________. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Sarana Indonesia.

Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


(2)

_________. Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar,

[http//library. um.ac.id.imagesgbjpsart01dar.pdf.pdf]. Diakses Hari Senin 2 Mei 2016, hal.3-4.

De Porter, Dobbi. 2001. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenagkan. Bandung: Kaifa.

Dedy, Achmad. 2011. “Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung”.

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12. No 1, April 2011.

DeLone, W. and McLean, E.R. 1992. “Information System Succes: The Quest for The Dependent Variabel”. Information System Researc. Vol. 3. No. 1 Th. 1992.

_________. 2003. “The DeLone and McLean Model of Information System Success: A Ten Year Update. Journal of Management Information Systems, Vol. 19. No. 4. Spring. 2003.

Departemen Agama RI. 2002. Development of Madrasah Aliyahs Project, Panduan Tekhni Pengelolaan Perpustakaan Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB)/MAN Model. Jakarta: Depag. RI.

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

_________. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dody dan Zulaikha. 2007. Pengujian Model DeLone and McLean dalam Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (Kajian Sebuah Kasus). Semarang: Universitas Diponegoro.

Faisal,Sanapiah. 1982. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Faizah, Nur. 2009. “Inovasi Kurikulum Total Quality Management (TQM) di SMA

Khadijah Surabaya”.Skrispi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya. FitzGerald, Jerry. 1997. Fundamentals of System Analysis. New York: John


(3)

Fuad, Noor. 1988. Analisis dan Perancangan Sistem. Jakarta: Intermedia.

Furkhan, Arif. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Gie, The Liang. 1994. Cara Belajar Efisien. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.

Gino. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Jogjakarta: Yayasan Penelitian

Fakultas Ilmu Psikologi UGM.

Hak, Ade Abdul. 2005. Rencana Strategis dan Standar Cobit untuk Sistem Informasi Perpustakaan Terintegrasi dalam Mewujudkan Universitas Bertaraf Internasional.Jakarta: t.p.

HS., Lasa. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher

http://www.smakhadijah.com/hal-implementasi-kurikulum-adaptif.html, diakses 12 Agustus 2016.

Indrajit, Richardus Eko. 2000. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Jogiyanto. 2005. Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur

Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis.Yogyakarta: Andi.

_________. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Karya, Gede. 2004. “Pengembangan Model Audit Sistem Informasi Berbasis

Kendali”.JurnalIntegral. Vol. 9 No. 1. Maret 2004.

Khozin, et-al. 2006. Manajemen Pemberdayaan Madrasah. Malang: UPT. Universitas Muhammadiyah.

Komariyah, Aan dan Triatna, Cepi. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Akasara.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Moekijat. 2005. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Mandar Maju.

Moleong, Lexi J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(4)

Mulyadi. 2012. Otomasi Perpustakaan Berbasis Web. Palembang: Noer Fikri. Mulyasa, Enco. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mustaqim. 2004. Psikogi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar Offset.

Narbuko, Cholid. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Budi Aksara. _________. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Muhammad. 1988. Metodologi Penelitian. Bandung: Tarsito. NC., Fatah Syukur. 2004. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1990. “Sistem Informasi dan Kepentingannya”. Makalah Seminar Nasional Plantagama. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM. 27 Oktober 1990.

NS., Sutarno. 2005. Tanggung Jawab Perpustakaan dalam Mengembangkan Masyarakatat Informasi. Jakarta: Pantai Rei.

_________. 2012. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2006. Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi.Yogyakarta: Andi.

Pasaribu, I.L. 1982. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Tarsito.

Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Bp. Citra Jaya.

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riyanto. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Berbasis Komputer. Bandung:

Fokus Media.

Rohani, Ahamad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Rohman, Pupuh Fathur, dkk. 2011. Strategi Belajar Mengajar: Melalui


(5)

Saleh, Abdul Rahman dan Fahidin. 1995. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Saleh, Ibnu Ahmad. 1999. Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.

Scott, George M. 1997. Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siregar, A. Ridwan. 2006. Perpustakaan: Energi Pembangunan Bangsa.Medan: USU Press.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________. 2001. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarmayanti. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudirjo, Tata Subadri. 2006. Analisa Sistem Informasi dan Rancangan Model Sistem. Yogyakarta: Andi Ofset.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sulistyo, Basuki. 1994. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suprayono, Imam & Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Supriyanto, dkk. 2008. Teknologi dan Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Surakhmat, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiyah. Bandung: Tarsito. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tafsir, Ahmad. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trimo, Soejono. 1985. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: Remadja Karya.


(6)

Tulus, Moh. Agus. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Wahyudi, Kumorotomo & Margono, Subando Agus. 2001. Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yusup, Pawit M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.