Strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya; study Buletin Beranda dwiwulan edisi 2012-2017 dalam tinjauan teori komunikasi satu arah.

(1)

ABSTRACT

ROHMAD YASIN (B91213076)

Journalistic Concentration Program of Communication Studies and Islamic Broadcasting

Student Press Institute Strategy (LPM) Solidarity in Developing Religious Knowledge of UIN Sunan Ampel Surabaya Students (Study Bulletin Dwiwulan Home Edition 2012-2017 Edition with One Way Communication Approach)

Keywords: Strategy, Student Press Agency, Solidaritas UINSA, Knowledge Religious

The rapid development of communication and information technology is a real phenomenon due to the effects of globalization. Information as a primary commodity forms a public opinion that can influence and control the thoughts of human attitudes and behavior. The lack of priority in publishing the lack of providing religious insight into an obstacle to meet the needs of the community or readers, from which emerged an idea to show how to work in a campus press media that wrapped into a student press organization strategy.

The reason the authors chose the title of Student Press Strategy (LPM) Solidartas in Developing Religious Knowledge Student UIN Sunan Ampel Surabaya. Because the authors want to know what the message content, and how many percentage of bulletin message content bilingual by LPM Solidarity in developing the religious knowledge of UIN Sunan Ampel Surabaya students. So that journalists or readers know how the strategy used in the student press institutions (LPM). As according to A. Halim where strategy is used to achieve goals in accordance with the opportunities and threats of the external environment encountered, as well as internal resources and capabilities.

The methodology used in this research is descriptive qualitative with percentage approach that is describe how Student Press Organization strategy (LPM) in developing students' religious knowledge become motor, means or motivator for students to channel idea or an idea through writing world.

From the research which is then elaborated and analyzed, it can be concluded that the strategy of LPM Solidarity is the process or prepare the news to the audience who have the value of journalism and positive value to the students of UIN Sunan Ampel Surabaya. The results of this study resulted in the figure of 45% of the contents of 2012-2017 bulletin contains the value of da'wah and religious.

Furthermore, as the completion of this thesis can be done further research on the influence and role of LPM Solidarity in certain communities. So that can complete the shortcomings in this study.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

E. Definisi Konsep 10

F. Sistematika Pembahasan 13

BAB II: MEDIA DAKWAH DAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN

A. Pers Sebagai Media Dakwah 15

a. Pengertian Media Dakwah 15

b. Kelebihan dan Kekurangan Pers Sebagai Media Dakwah 19

B. Pengetahuan Keagamaan 27

a. Kebersihan Lingkungan 29

b. Semangat Belajar 30

C. Komunikasi Satu Arah 36


(3)

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 42

B. Kehadiran Peneliti 44

C. Setting Penelitian 44

D. Sumber Data 45

E. Teknik Pengumpulan Data 45

F. Teknik Analisis Data 48

G. Teknik Pengecekan Keabsahan data 49

H. Tahapan Penelitian 50

BAB IV: PENYAJIAN DATA LEMBAGA PERS MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

A. Setting Penelitian 57

1. Biografi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas 57

2. Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya 62

3. Perjalanan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas 65

B. Penyajian Data: Bulletin Beranda Dwiwulan 69

1. Isi pesan Keagamaan 69

2. Presentase Nilai Keagamaan 78

C. Analisis Data Teknik Komunikasi Satu Arah - Lasswell 86 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan 89

B. Saran atau Rekomendasi 90

DAFTAR PUSTAKA 92

BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Halaman webside LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya 57

4.2. Logo LPM Solidaritas 60

4.3. Susunan pengurus 2016 LPM Solidaritas 61

4.4. Kalender kerja online LPM Solidaritas 68

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu 40

3.1. Jadwal penelitian dan pelaksanaan skripsi 56

4.1 Tabel Analisis nilai keagamaan 79


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini era globalisasi sangatlah maju dan berkembang pesat, segala informasi dapat di akses dengan cepat dan mudah di seluruh dunia akibat efek globalisasi. Globalisasi sendiri adalah era dimana teknologi informasi mendomisili di segala bidang.2 Di Indonesia kebebasan pers mengalami perkembangan pesat setelah masa runtuhnya rezim orde baru pada tahun 1998, sebagaimana prinsipnya di tuangkan dalam Undang-Undang No.40 tahun 1999, selain itu pada bagaimana pelaksanaannya di atur dalam UU No.32 tahun 2002 tentang penyiaran menjadi angin segar sebagai payung hukum di bidang regulasi media. Beragam media dengan nama baru atau media yang lama mati dihidupkan untuk menyapa publik sekaligus untuk berlomba-lomba untuk menarik minat khalayak.3 Sebagaimana kewajiban manusia untuk berlomba dalam kebaikan, di jelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 148:

َف اَهيِلَوُم َوُ ٌةَهْجِو ٍلُكِلَو

ٱ

اوُقِبَتْس

ٱ

َرْ يَخْل

ُمُكِب ِتْأَي اوُنوُكَت اَم َنْيَأ ِت

ٱ

َنِإ اًعيِمَج ُهَلل

ٱ

َهَلل

ىَلَع

ٌريِدَق ٍءْىَش ِلُك

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di

2

Fathul Wahid, E-Dakwah, Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media). Hal.17


(6)

mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu”.

Seiring berkembangnya teknologi informasi, kebutuhan masyarakat akan informasi menjadi sangat penting. Informasi sebagai komoditi primer bahkan sumber kekuasaan karena informasi dapat dijadikan sebagai alat untuk membentuk opini publik (public opinion) yang dapat mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap dan perilaku manusia.4

Media massa menjalankan fungsi untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah. Lewat media pula berbagai inovasi atau pembaharuan bisa dilakukan oleh masyarakat, inilah yang menjadi peran penting dari sebuah pers. Sebagaimana di sebutkan oleh Marshall Mc. yakni media sebagai the extension of man (media adalah eksistensi manusia).5

Fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan bahwa pers di masa kolonialisme Belanda banyak berperan dalam mengobarkan semangat nasionalisme dan mengabarkan kemerdekaan Indonesia ke para pembacanya. Memang pembaca pers di masa ini hanya terdapat segelintir orang yang melek akan huruf, karena pada hanya kaum penjajah dan kaum elit bumi putera yang mendominasi melek huruf.

Pada masa Jepang, pers yang terbit mutlak didominasi oleh mobilisasi dukungan rakyat terhadap kepemimpinan 3A (Jepang memimpin Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang cahaya Asia). Represi yang ketat terhadap pers yang dilakukan oleh pemerintah Jepang menjadikan pers susah untuk berkembang secara perekonomian.

4

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Hal. 13.


(7)

Di masa Revolusi Kemerdekaan, media massa berperan besar dari memberitakan dan mempertahankan kemerdekaan, melalui berita radio, koran yang tersebar di pelosok nusantara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme bagi para penduduk Indonesia.

Masa Orde Lama, media massa kebanyakan berafiliasi dengan kepentingan politik, sejarah penting yang di tandai dengan berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Perubahan besar terjadi di masa Orde Baru, pembatasan kebebasan politik berimplikasi pada industri media. barulah pada tahun 1998 adanya pencabutan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) pada masa Presiden BJ. Habibie menjadikan pers di Indonesia terbuka seluas-luasnya.6

Dan lahirnya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) lewat Menteri Penerangan saat itu yaitu Muhammad Yunus Yosfiyah, media langsung menjamur. Lahirlah media-media baru baik itu berupa cetak maupun elektronik dengan berbagai alasan dan tujuan masing-masing, selain itu sejak itu pula semua media berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan berita kepada masyarakat.

Media cetak sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan informasi

kepada khalayak untuk melakukan “amar ma’ruf nahi munkar” memiliki

peranan yang besar. Adanya media online yang memiliki kekuatan baru-baru ini lebih besar baik dalam jangka waktu maupun batasan mengakses informasi.

Kelebihan dan kemudahan dalam media online mampu menarik masyarakat dengan cepat sehingga hal ini mengakibatkan berkurangnya para pengguna media cetak. Sebagai tambahan dalam memberikan


(8)

informasi, kini media cetak mulai mengikuti perkembangannya juga, media cetak mencoba untuk memberikan tampilan yang unik melalui koran maupun majalah yang di terbitkan ataupun dalam bentuk online.

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.7

Dakwah sendiri berasal dari fi’il yaitu da’a, yad’u, yang berarti memanggil, mengajak, atau menyeru. Sedangkan menurut istilah yakni suatu usaha aktif untuk meningkatkan tata nilai hidup keagamaan seseorang dengan ketentuan Allah SWT.8 Sebagaimana dalam Al Qur’an:

َكِئَلوُأَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َنوُعْدَي ٌةَمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْلَو

َنوُحِلْفُمْلا ُمُ

dan hendaklah di antara kamu golongan umat yang menyeru kepada

kepada kebajikan, dan menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Al Imran {3}: 104)

Seperti yang kita ketahui, H. Childs dalam bukunya “The Art of

Propaganda”, memberikan beberapa kategori mengenai teknik

propaganda yaitu: strategy of pubility, strategy of organisasi, strategy of argument, and strategy of persuasion.9

7

Muhammad Munir, Wahyu Ilaihi, Managemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006). Hal.32

8

Andi Darmawan, Dkk,(ed). Metodologi Ilmu Dakwah. (Yogyakarta: Lesfi, 2002). Hal.4


(9)

Selain itu kualitas dari dakwah adalah suatu strategi dakwah yang dapat menghasilkan out put untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

mad’u. Strategi ini memanfaatkan seluruh kemampuan atau potensi organisasi dakwah, teknologi, media, da’i, untuk menciptakan out put yang bermanfaat bagi masyarakat Islam pada umumnya.10

Banyaknya media atau lembaga pers yang bersaing, belum tentu memberikan informasi atau wawasan terkait dengan keagamaan para khalayak. Nilai-nilai dari pada keagamaan seringkali di lupakan oleh media sehingga banyak jika para khalayak lebih menyerap ilmu umum dari pada kesadaran tentang pentingnya agama. Media yang berada pada naungan instansi kampus Islam haruslah memiliki andil untuk tetap menyampaikan risalah, sebagai makna dakwah yakni syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup (amar ma’ruf nahi munkar) sebagai pembawa fitrah atau social being (makhluk sosial).11

Dalam sebuah infomasi atau berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya layak untuk di publikasikan, yaitu berita yang di sajikan harus akurat, berimbang tidak boleh memihak dan harus objektif, karena melalui berita dapat memicu opini publik, jadi sesuatu yang di tulis atau di beritahukan oleh media harus memenuhi unsur tersebut dan tidak ada pihak yang di rugikan.

Pengertian pers sendiri menurut Asmawi Murani dan Nooroso dalam bukunya bahwa pers dalam arti luas adalah media komunikasi massa yang di dalamnya mengandung semua unsur menyiarkan atau memancarkan pikiran, gagasan dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis

10

Ibid, Hal. 182

11


(10)

atau tercetak maupun dengan kata-kata lisan maupun ucapan. Sedangkan pers dalam arti sempit mengandung penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan cara terulis atau tercetak.12

Meskipun pers mempunyai pengertian seperti diterangkan diatas, pada umumnya orang masih beranggapan bahwa pers itu adalah media cetak (khususnya surat kabar). Munculnya anggapan umum seperti itu disebabkan sejarah media massa itu sendiri. Surat kabar merupakan media yang tertua didunia, bahkan surat kabar telah ada jauh sebelum ditemukannya mesin cetak oleh John Gutenberk pada tahun 1450 di Mainz, jerman kala itu surat kabar masih ditulis dengan tangan.13

Pers kampus adalah media alternatif dalam isu-isu pemberitaan yang di anggap sensitive oleh pemerintah masa Orde Baru, sebagai isu hak asasi manusia, demokrasi dan sejenisnya. Pers-pers umum terancam dicabut keberlangsungan hidupnya oleh Kementrian Penerangan jika berani bersuara kritis dalam pemberitaannya, tetapi pers kampus tampil mengemuka dengan pemberitaan yang kritis ala mahasiswa.

Kini pers kampus yang di terbitkan mahasiswa menghadapi tantangan baru, isu-isu kritis yang dulu menjadi menu utama pers kampus, pada masa reformasi 1998 sudah di angkat oleh media pers yang lebih besar. Secara modal tentu pers kampus berbasis mahasiswa tentu berada jauh kekuatannya di bawah media arus utama (mainstream), namun idealisme pers kampus tetap menjadi kekuatan utama dari media yang berangkat dari lingkungan kampus ini dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.14

12

Asmawi Murani, Nooroso, Materi Pokok Hokum Dan Etika Komunikasi Massa, (Jakarta: UT, 2000), Hal. 1.4

13

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori Dan Praktik, (Bogor, Penerbit: Ghalia Indonesia, 2014). Hal. 26


(11)

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas adalah salah satu media pers kampus yang termasuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), di bidang media cetak yang berada dalam naungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang memberikan informasi mahasiswa melalui tulisan yang berbentuk koran, majalah, maupun terdapat juga situs online sebagai pendukung dari lembaga pers kampus LPM Solidaritas yang masih aktif memberikan karya berbentuk tulisan mulai dari tahun 1991.

Dalam menyampaikan tulisan maupun persepsi media pers mahasiswa Solidaritas, tentunya berbeda jauh dengan media pers lainnya. Penyampaian hasil karya dalam kalangan mahasiswa haruslah sesuai dangan berkembangnya pola pikir mahasiswa dari tahun ke tahun, mulai dari bahasa dan penempatan fitur maupun rubrik yang di berikan haruslah tepat sasaran, selain itu sebagai media yang berada di kampus berbasis Islam tentunya Solidaritas memiliki sistem yang tidak jauh dari keIslaman yang menjadi basic dari kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Hal ini menjadi tantangan yang baru bagi LPM Solidaritas, bagaimana LPM Solidaritas memberikan informasi terkait keagamaan di dalam majalah maupun buletin yang digunakan sebagai media informasi, bukti nyata yang sampai saat ini masih bisa hidup dan memberikan wawasan kepada seluruh civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya. Melalui beberapa kegiatan maupun buletin yang di cetak dan dibagikan ketika para mahasiswa berangkat ke kampus, sampai pengkaderan anggota dan lain sebagainya untuk mempertahankan eksistensi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.


(12)

(LPM) Solidaritas Dalam Mengembangkan Pengetahuan Keagamaan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya tentu perlu diteliti oleh peneliti.

Dalam tahap penelitian akan dijabarkan oleh peneliti pada Apa isi pesan keagamaan yang terkandung dalam buletin dwiwulan LPM Solidaritas edisi 2012 sampai 2017, Bagaimana isi pesan buletin dwiwulan terhadap perkembangan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengupas strategi lembaga pers kampus ini yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagai media yang berada di lingkungan akademisi kampus yang masih eksis sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah data penelitian ini adalah bagaimana strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dalam mengembangkan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun sub masalah sebagaimana berikut:

1. Apa isi pesan keagamaan yang terkandung dalam buletin dwiwulan LPM Solidaritas edisi 2012 sampai 2017?

2. Berapa persentase isi pesan buletin dwiwulan terhadap perkembangan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana penelitian ini dilakukan oleh peneliti karena memiliki tujuan sebagai berikut:


(13)

1. Mengetahui apa isi pesan keagamaan yang terkandung dalam buletin dwiwulan LPM Solidaritas edisi 2012 sampai 2017.

2. Mengetahui Berapa persentase isi pesan buletin dwiwulan terhadap perkembangan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk masyarakat umum, lembaga pendidikan dan khususnya bagi penulis sendiri sebagaimana berikut:

1. Manfaat Teoretik

Untuk memperluas wawasan dalam bidang dakwah dan komunikasi sehingga dapat mempermudah dan membantu dalam berdakwah melalui Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Hasil dari penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangan bagi pelaku dakwah dan memberikan memberikan masukan kepada pelaku dakwah untuk mengembangkan media dakwah yang berbentuk media pers mahasiswa. Sehingga mempermudah dalam melakukan strategi dalam menyampaikan dakwah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, khususnya pada jurusan Komunikasi prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, konsentrasi Jurnalistik. Agar lebih


(14)

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sebagai bahan dalam melengkapi penelusuran koleksi pada perpustakaan umum UIN Sunan Ampel Surabaya, sehubungan dengan penelitian khusus tentang Strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas dalam Mengembangkan Pengetahuan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konsep

Dalam penelitian “Strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)

Solidaritas dalam Mengembangkan Keagamaan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya” mengandung beberapa konsep antara lain sebagai berikut:

1. Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai usaha kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer, namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiiki esensi yang relatif sama termasuk di adopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.15

Sedangkan A. Halim mengatakan bahwa strategi adalah suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal.


(15)

Lawrence R. dan William F. Glueck menjelaskan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksana yang tepat oleh perusahaan.16

Onong Uchyana E.juga menjelaskan strategi pada hakekatnya merupakan perencanaan (planning) dan managemen untuk mencapai tujuan.17 Jika di kaitkan dengan strategi dakwah memiliki arti sebagai metode, siasat, taktik, atau manuver, yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan-kegiatan) dakwah.18

2. Pengembangan Pengetahuan Keagamaan

Abdul Majid mendefinisikan pengembangan adalah suatu proses mendesain secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kemampuan jiwa.19

Pengetahuan Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, Secara terminologi pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara

16

Lawrence R. Jaunch, William F Glueck, Managemen Strategi Dan Kebijaksanaan Perusahaan (Edisi Ke Tiga), (Jakarta: Erlangga, 2001), Hal. 12

17

Efendi, onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Hal.29

18

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983). Hal. 32

19


(16)

langsung dari kesadarannya sendiri. Menurut Aristoteles pengetahuan bisa didapat berdasarkan pengamatan dan pengalaman.20

Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

Pengertian keagamaan secara etimologi, istilah keagamaan itu berasal dari kata agama yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”. Kaitannya dengan hal ini, W.J.S. Poerdawadarminta (1986: 18), memberikan arti keagamaan sebagai berikut: keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama, misalnya perasaan keagamaan, atau soal-soal agama.

Adapun secara istilah H. M. Arifin (1985: 69), memberi pengertian

“Agama” dapat dilihat dari dua aspek yaitu subjektif dan objektif.

sehingga peneliti memfokuskan pembahasan keagamaan yang dimaksudkan dalam majalah Solidaritas terhadap pengetahuan keagamaan tentang kebersihan lingkungan dan semangat belajar dari

20

Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia, (Jakarta: Bumi aksara, 2013), Hal. 55.


(17)

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya pada “Buletin dwiwulan” edisi tahun 2012 hingga tahun 2017.

Jadi Pengembangan pengetahuan keagamaan adalah suatu proses mendesain informasi secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi, kemampuan jiwa dan nilai-nilai keagamaan kepada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

F. Sistematika Pembahasan

Agar penulis skripsi ini lebih mudah di pahami maka tentunya perlu di buat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan, pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

Bab II adalah kajian pustaka, pada bab ini berisikan tentang pengertian strategi, sejarah, pengetahuan keagamaan, pesan keagamaan yang terkandung dalam buletin dwiwulan dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya.

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, subjek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan keabsahan data.

Bab IV adalah penyajian data, pada bab ini berisikan tentang penyajian data dan meliputi profil singkat, strategi, isi pesan keagamaan yang


(18)

Solidaritas dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam berita maupun pemberitaan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas. Serta beberapa temuan di lapangan terkait dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti.

Bab V adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang nantinya akan memuat kesimpulan yang merupakan jawaban langsung rumusan permasalahan, pesan, dan saran yang berkaitan dengan isi dari penelitian.


(19)

BAB II

KAJIAN LEMBAGA PERS DAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN

DALAM TINJAUAN KOMUNIKASI SATU ARAH

A. Pers Sebagai Media Dakwah

1. Pengertian Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu (median), yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara, Wilbur Schramm mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik yang dimaksud dengan media adalah alat-alat yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran seperti buku, film, video kaset, slide dan lain sebagainya.21 Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Association for Education and Communication Tecnology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan serta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat di pengaruhi efektifitas program instruksional.22

21

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Hal. 113

22


(20)

Menurut Jamaluddin Kafie dakwah adalah suatu sistem kegaiatan dari seseorang, kelompok, atau segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniyyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan bentuk tertentu, agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok, massa dan masyarakat manusia, supaya dapat terpengaruhi tingkah lakuuntuk mencapai suatu tujuan tertentu.23

Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang di gunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.24 Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.25

Macam-macam media dakwah menurut Moh. Ali Aziz dibagi menjadi tiga macam yaitu media auditif, media visual, media audiovisual.26

1) Media Auditif a) Radio

Sebuah media dakwah yang di dengarkan melalui saluran atau siaran kepada khalayak umum yang jangkauannya lumayan luas

23

Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993). Hal.28

24

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hal. 120

25

Ibid Asmuni Syukur,,, Hal. 163

26


(21)

melalui frekuensi udara yang telah dimiliki atau terdaftar sesuai dengan saluran media tersebut.

b). Cassete/tape recorder

Sebuah media yang dapat merekam suara pendakwah seperti MP3 yang dapat merekam berpuluh-puluh jam.

2) Media Visual a) Pers

Pers adalah media cetak seperti surat, majalah, tabloid, dan lain sebagainya, bisa pula meliputi media elektronik yaitu televisi, radio.

b) Majalah

Majalah biasanya sebuah cetakan berita yang fokus membagi segmentasi pada umur, tempat, dan lain sebagainya. c) Surat

Surat adalah setiap tulisan yang berisi pernyataan dari penulisnya dan di buat dengan tujuan menyampaikana informasi kepada pihak lain.

d) Poster/ Plakat

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf diatas kertas berukuran besar.

e) Buku

Kumpulan kertas atau bahan lainnyayang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dana berisi tulisan atau gambar.


(22)

f) Internet

International connection working adalah suatu sistem jaringan komunikasi atau berjuyta komputer yang terhubung diseluruh dunia.

g) SMS (Short Message Service)

Sms atau layanan pesan singkat atau surat masa singkat adalah sebuah layanan yang dilaksseseorangan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.

h) Brosur

Yakni terbitan tidak berkala yang terdapat terdiri dari satu hingga sejumlah halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam satu terbitan.

3) Media Audiovisual a) Televisi

Sebuah alat penangkap siaran bergambar, yang memberikan informasi, menghibur dan memengaruhi khalayak umum.

b) Film

Film atau gambar hidup sering di sebut movie. Bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang dihasilkan dari rekaman atau orang atau benda dengan kamera atau animasi.


(23)

Sinema elektronik atau sinema adalah sandiwara

bersambung yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi. d) Cakram Padat

yakni sebuah piringan optikal yang digunakan untuk menyimpan data secara digital.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pers Sebagai Media Dakwah a) Kelebihan Media Pers

Pada dasarnya pers dalam bidang jurnalistik memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai pemberi informasi, pemberi hiburan dan kontrol sosial di samping sebagai pendidik. Dengan fungsi-fungsi itu pers memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat. Melalui pengaruhnya, pers dapat membawa dan menhampaikan pesan-pesan maupun gagasan-gagasan pembangunan demikian pula dalam pembangunan sosial budayaatau bentuk-bentuk sosial dalam masyarakat, misalnya dalam mewujudkan terjadinya perubahan social atau peralihan masyarakat tradisional ke masyarakat modern, pers dengan pengaruhnya dapat mempercepat proses perubahan sosial maupun peralihan itu.27

Dari fungsi pers yang di sebutkan maka fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah fungsi pemberi informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak pembaca surat kabar,

27


(24)

yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Fungsi hiburan dapat ditemukan pada rubrik artikel ringan, feature, komik atau kartun atau serta cerita bersambung. Fungsi mendidik dan memengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial atau rubrik opini. Fungsi pers bertambah, yaitu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif. Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas (disebarkan kepada publik), periodisitas (diterbitkan secara teratur), universalitas (aneka ragam isinya dari berbagai wilayah), dan aktualitas (kecepatan laporannya).

Media ini amat besar pengaruhnya, jika bisa dimanfaatkan sebagai media dakwah. Ia termasuk media massa pembentuk opini masyarakat. Dakwah melalui media ini dapat berbentuk berita-berita keIslaman, penulisan artikel-artikel, konsultasi keagamaan dan sebagainya.

Pers sebagai media dakwah memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana berikut:28

1) Memberikan kesempatan untuk memilih pesan dakwah sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya, bahkan pembaca lanjut dapat membacanya setiap kali dia ingin dan kapan ia ingin berhenti membacanya. Juga dapat membuat resum bila di perlukan oleh pembaca.

28


(25)

2) Tidak terikat oleh suatu waktu dalam mencapai khalayaknya. Bahkan mereka secara bebas dapat melihat kembali material yang telah dibacanya untuk mengingatkannya, atau menguatkan ingatannya, atau kata lain pembaca dapat tetap menyegarkan ingatannya dan dapat menikmati suatu kepuasan yang pernah dinikmati sebelumnya. Dengan demikian ia dapat menimbulkan efek berganda yang bertumpu pada accumulative effect. Hal ini tidak dapat di jumpai pada media yang lain. 3) Dapat mengembangkan suatu topik yang diinginkan.

Maksudnya topik yang ada dapat di kembangkan melalui media yang lain misalnya radio, film, dan televisi.

4) Dapat hidup dan berkembang dalam keadaan yang tidak diikat oleh standar tertentu dalam hal ini keseluruhan disbanding media yang lainnya. Ia memiliki kelebihan yang lebih luas dan kebebasan gaya yang lebih besar dalam memenuhi selera pembaca. Materi yang bagaimanapun dapat lebih mudah disalurkan melalui media cetak dari pada media film.

5) Memiliki prestise yang tinggi. Justru karena dalam pembentukan prestise yang bersifat khusus, media ini dapat membentuk kebiasaan pembaca yang di dalamnya tercakup perhatian dan kesenangan untuk membaca. Atas dasar ini pula maka seseorang akan mudah di pengaruhi oleh bacaannya. (Mujiono, 1990: 59)


(26)

Suf kasman menjelaskan dalam bukunya, media pers (cetak) memiliki beberapa keunggulan yaitu:29

1) Lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli pidato, pidato lisan dari seorang orator mampu memikat jutaan massa dalam sekejap.

2) Tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu kali dan akan melekat terus dalam hati serta bisa menjadi buah tutur setiap hari.

3) Pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi 4) Lebih menguatkan jalinan atau persaksian

5) Terekam sehingga dapat di ulang, dikaji, dijadikan dokumentasi dan dapat pula dijadikan sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

6) Dapat diproduksi atau di gunakan kembali dan memudahkan mereka yang tidak berlangganan.

b) Kekurangan Media Pers

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa media pers juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:30

1) Di dunia akademik media pers mendapatkan banyak kritik keras, Vincen Maher dari Rhodes University

2) Adanya pencemaran nama baik terhadap pihak-pihak tertentu

29

Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al Qolam dalam Al

Qur’an, (Bandung: Teraju, 2004). Hal. 127

30

Didalam Skripsi Amron Nuskhy, Peran Citizen Journalism dalam www. Hidayatullah.com,


(27)

3) Kekisruhan informasi sangat rentan terjadi

4) Karena kurangnya skill yang dimiliki oleh warga dalam membuat sebuah berita, kadang terjadi kesimpangsiuran berita

Terlebih dalam aktivitas dakwah, orang harus memahami ilmu komunikasi dan hambatan-hambatan apa yang akan menjadi rintangan dalam berkomunikasi. Berkomunikasi dengan orang lain tidaklah semudah apa yang dibayangkan, terlebih untuk mengubah pandangan sikap, dan perilaku orang lain terkait dengan dakwah yang disampaikan. Untuk dapat mengkomunikasikan materi dakwah yang baik tentu harus pula mengetahui siapa yang menjadi sasaran dakwah. Dengan demikian mereka akan mampu memprediksi tentang keefektifan terhadap dakwah yang akan dilakukannya.

Sebagaimana hambatan dalam komunikasi, hambatan-hambatan dalam komunikasi dakwah itu meliputi:

1) Noise Factor

Hambatan yang berupa suara, baik disengaja ataupun tidak ketika dakwah berlangsung. Seorang yang sedang ceramah, kemudian lewat pasukan drum band atau mungkin pesawat CB masuk. Diakui atau tidak hal ini sangat mengganggu keberhasilan tidaknya proses komunikasi dakwah.

2) Semantik Faktor

Hambatan ini berupa pemakain kosakata yang tidak dipahami oleh mad’u. Di sinilah pentingnya seorang da’i dalam memahami frame of referensi dan objek dakwah. Karunia terbesar yang


(28)

diberikan oleh Allah SWT. Kepada manusia dan yang membedakan dengan hewan adalah kemampuan untuk mempelajari bahasa. Bahasa merupakan sarana utama manusia dalam berpikir dan memperoleh ilmu pengetahuan. Bahasa dalam kedudukannya sebagai simbol-simbol konsep telah emungkinkan manusia untuk membahas semua konsepsi dalam pemikiran dengan cara simbolis dan dengan demikian membantunya untuk merealisasikan kemajuan ilmu pengetahuan yang ada.

3) Interest

Dakwah harus mampu menyodorkan message yang mampu membangkitkan interest mad’u yang berbeda. Sebab pada dasarnya setiap manusia memiliki interest yang berbeda. Bagaimana keahlian seorang da’i mengepak materi dakwah sehingga mad’u tertarik menyimaknya. Kalaupun pada awalnya saja mad’u sudah tidak interest, niscaya feed back dalam dakwah akan bersifat negatif.

4) Motivasi

Motivasi ini terlihat dari sudut mad’u, bukan dari da’i artinya motivasi dapat dikatakan sebagai penghambat dalam komunikasi dakwah, jika motivasi mad’u mendatangi aktivas dakwah bersifat negatif. Motivasi itu sendiri sesungguhnya bukan merupakan hambatan, akan tetapi apabila isi komunikasi bertentangan dengan motivasi komunikan akan mengalami hambatan.


(29)

Prasangka adalah hambatan yang paling berat terhadap kegiatan komunikasi dakwah. Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan logika.

Selain hambatan-hambatan tersebut juga terdapat beberapa faktor penghambat komunikasi, yaitu:

1) Hambatan Sosio-Antro-Psikologis

Konteks komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi mata berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologi-antropologis-psikologis.

2) Hambatan sosiologis,

Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan diklasifikasikan menjadi dua yaitu gemeinschaft (pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis dan rasional). Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam berkomunikasi.

3) Hambatan antropologis,

Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam postur, warna kulit, dan kebudayaan yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup (way of life), norma kebiasaan dan bahasa.


(30)

Pada umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan komunikasi tidak mengkaji dulu diri dari komunikan. Komunikasi sulit akan berhasil jika komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, dan kondisi psikologis lainnya, juga jika komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator. 5) Hambatan Semantis

Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya pada komunikan. Demi kelancaran dalam berkomunikasi, komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantik, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).

6) Hambatan Mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.

7) Hambatan Ekologis

Hambatan ekologis disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Seperti gangguan yang diakibatkan oleh proses alam.


(31)

B. Pengetahuan Keagamaan

1. Pengetahuan Keagamaan

Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan.31 Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.

Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran

31


(32)

positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan.32 Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.

Kata agama dalam bahasa Inggris disebut “Religion”, dalam

bahasa belanda disebut “Religie”. Kedua kata tersebut terambil

dari bahasa induk yaitu bahasa latin yang memiliki arti

“Religare”,33 to treat carefully (Ciicero), Relegere, to bind together (Lactantius), atau Religare, to recover (Agustinus).

Dalam bahasa Arab, kata Agama disebut dengan “Al-Din

yang terambil dari akar kata “Dana-Yadinu” yang berarti : (1). Cara atau adat kebiasaan (2). Peraturan (3). Undang-undang (4).

Ta’at atau patuh (5). Menunggalkan Tuhan (6). Pembalasan (7). Perhitungan, (8). Hari kiamat dan (9). Nasihat.

32

The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2004), hal. 39.

33

Seyyed Hossein Nasr mengartikan Religare dengan arti “mengikat” sebagai lawan dari “membebaskan”. Dalam agama-agama india, kebebasan diidentifikasi dengan pelepasan dari ikatan semua keterbatasan, atau yang disebut ummat hindu “moksa” , dan dari perputaran roda kesusahan yang berulang-ulang, dari dari mata rantai kelahiran dan kematian di dunia yang berubah, yang ditekankan dalam agama Budha. Dalamkebanyakan kitab suci, kebebasan diidentifikasi dengan melepaskan diri dari

keterbatasan eksistensi kita sendiri dan bukan kebebasan individu, yaitu “ego”. Seperti

yang telah dikatakan oleh banyak orang suci muslim, agama adalah untuk membuat kita mampu meraih kemerdekaan dari kekuasaan diri dan bukan untuk menimbulkan kebebasan diri. Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam, (Bandung: Mizan, 2003), hal. 355.


(33)

Menurut Fachruddin Alkahiri, kata agama dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua

kata, yaitu: “a” yang berarti “Tidak” dan “Gama” yang berarti “berantakan”. Jadi kata “Agama” adalah tidak berantakan, atau

dalam pengertian lain berarti teratur. Yang dimaksud agama adalah suatu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun sesuatu yang gaib, ataupun mengenai budi-pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.34

Menurut Husain Ismail, agama adalah jalan atau metode yang bersumber dari Sang Pencipta untuk mengetahui sifat, perbuatan dan tujuan diri-Nya menciptakan makhluk secara umum dimana manusia termasuk di dalamnya.35

Jadi pengetahuan keagamaan adalah dua hal yang saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan, karena semua pengetahuan itu berasal dari agama begitu sebaliknya.

a. Kebersihan Lingkungan

Sebagaimana diterangkan dalam ayat suci Al Qur’an,:

ل رهطيلَحل هوبر تلَ ل يح لالِلءاسنلالاولَعافل ألوهللقل يح لال عل ولأسي

لا افل

اوتلالبُلَال الَالُرمألثيحل مل هوتأفل رهطت

ل يرهطت لالبُ لنب

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haidh.

Katakanlah “itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu

34

Ibid. hal.122.

35

Muhammad al-Husain Isma’il, Kebenaran Mutlak, (Jakarta: SAHARA, 2006), hal. 304


(34)

jauhilahistri pada waktu haid, dan jangan dekati mereka sebelum mereka suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS. Al Baqoroh {2}; 222).36

Ajaran kebersihan atau kesucian dalam Islam antara lain terlihat dari pensyariatan ibadah sholat yang dilakukan setiap hari. Sholat dapat mensucikan lahiriyah melalui wudlu yang meruapakan syarat sebelum melaksseseorangannya. Selain itu dapat pula mensucikan bathiniyah melalui pengesaan Allah SWT.

Kesucian secara lahiriyah adalah menghindari diri dari najis hakiki dan najis hukmi, yaitu hadas. Najis hakiki seperti kotoran hanya dapat menimpa badan, badan, pakaian, dan tempat, sedangkan najis hukmi hanya dapat menimpa badan. Adapun kesucian secara bathiniyah adalah menghindari diri dan memperserikatkan kepada Allah (Syirik) dan sifat-sifat yang tercela seperti dengki, iri hati dan lain sebagainya. Secara umum kesucian lahiriyah dan bathiniyah ini dalah sifat thaharah, sehingga dengan demikian orang yang berada dalam kondisi suci ini dapat melakukan ibadah kepada Allah SWT.37

b. Semangat Belajar

Motivasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang erat kaitannya dengan perilaku manusia, oleh karena itu dalam melaksseseorangan aktivitas perlu disertai dengan motivasi. 1) Pengertian Motivasi Belajar

36

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung, penerbit: Diponegoro, 2010). hal.35

37


(35)

Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation” dan

merupakan bentuk dari kata “motive” yang berarti “alasan atau

yang menggerakkan”.38

Clifford T. Morgan dalam buku Introduction to Psychology mengatakan :

Motivation is a general term, it refers to states within the organism, to behavior and to the goals toward which behavior is directed”.

Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan pada suatu keadaan, dalam suatu organisme untuk berbuat dan menuju suatu tujuan dimana suatu tingkah laku itu diarahkan.39

Oemar Hamalik mendefinisikan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.40 Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid dalam kitab at-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, mendefinisikan belajar adalah:41

ل ا

ليدجلاْيغتلاْفل دحيفلة باسلْخلَعلأرطيلّعت لال ه لِلْيغتلوهلّعتلا

اد

38

John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), cet. XXIV, Hal. 386.

39

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York:Mc. Grow Hill Company, 1961), Hal. 187

40

Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990), Hal. 21

41

Shaleh Abdul Aziz, Abdul Majid,At-Tarbiyah Wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir:Darul


(36)

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang di kehendaki oleh seseorang dapat tercapai.

2) Aspek-aspek Motivasi

Menurut pendapat Clifford T. Morgan, yang dikutip oleh Wasty Soemanto, menjelaskan motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:

a) Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states)

b) Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior).

c) Dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).

3) Macam-macam Motivasi Belajar

Berbicara masalah macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun pada prinsipnya dilihat dari segi muncul atau timbul dan berkembangnya motivasi dalam diri seseorang terdapat dua macam, yaitu:

a) Motivasi Intrinsik

Pada intinya, motivasi intrinsik merupakan kondisi dari dalam diri seseorang yang mendorong, menggerakkan atau membangkitkan seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu belajar.


(37)

Para ahli mendefinisikan motivasi intrinsik, sebagai berikut: Menurut Ivor K. Davies, motivasi intrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri seseorang.42 Selanjutnya Sardiman AM memandang ada dua hal yang terkandung dalam motivasi intrinsik, seperti:

(1) Mengetahui apa saja yang akan dipelajari, dan (2) Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Seseorang yang sedang belajar tanpa memahami kedua hal tersebut kegiatan belajarnya akan sulit berhasil. Artinya, tidak akan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar yang mereka ikuti dari guru. Secara lebih lanjut memahami kedua hal tersebut berarti pula memahami tujuan belajar. Jadi, motivasi intrinsik adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, menggerakkan, dan membangkitkan seseorang untuk belajar.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi belajar seorang seseorang tidaklah mesti datang dari dalam dirinya bersifat intrinsik, tetapi ada kalanya semangat belajar seseorang ditimbulkan oleh dorongan yang muncul dari luar dirinya yang biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik. Di antara definisi motivasi ekstrinsik yang sudah lazim adalah:

Menurut Nasution, mengemukakan pendapatnya tentang motivasi ekstrinsik bahwa tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri.43

42

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), cet. 11, Hal. 216.

43


(38)

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi ekstrinsik dapat didefinisikan sebagai segala hal dan keadaan yang datang dari luar diri seseorang (seseorang) yang dapat menggerakkan dan mendorong semangat dan keinginannya untuk selalu rajin mengikuti pelajaran. Dalam interaksi belajar mengajar, diharapkan guru selalu mengusahakan timbulnya motivasi pada diri seseorang, dengan berbagai cara antara lain:

(1) Menciptakan suasana belajar yang positif (2) Menciptakan keberhasilan belajar

(3) Memberi contoh yang baik dan sesuai dengan perkembangan seseorang

(4) Memberikan hasil-hasil yang dicapai seseorang

(5) Memberi penghargaan atas prestasi yang dicapai seseorang.

c) Fungsi Motivasi Belajar

Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi motivasi adalah mendorong, menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Setiap kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil pula pelajaran yang diberikan. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar bagi para seseorang.


(39)

Keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan, sangatlah ditentukan oleh kuat atau lemahnya motivasi. Prestasi yang baik akan sulit di dapat tanpa adanya usaha untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses usaha dalam menyelesaikan kesulitan tersebut memberikan dorongan yang sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa motivasi dalam usaha untuk mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah:

ۗلَالرمأل ملهوظفُلهفلخل م لهيديلنبل مل اب عملَ

ل

لىَحل و بلاملْغيلَلَال ا

لاملا ْغي

ۗلمهسفأب

ل

ۚلَل رملَفلاءوسل و بلَال ا ألا ا

ل

ا ل مله ل ملمهللام

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sebelum mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS.Ar Ra’d [13]: 11).44

Dari ayat di atas, bisa diketahui bahwa motivasi memiliki fungsi yang sangat besar dalam mencapai tujuan, yaitu mencapai cita-cita, keberhasilan atau adanya perubahan dalam diri seseorang.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor atau penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

44


(40)

(2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang seseorang yang ingin pandai, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.45

C. Komunikasi Satu Arah

Dalam memberikan semangat belajar dan wawasan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, LPM Solidaritas menggunakan buletin yang diterbitkan dalam waktu dua bulan sekali. Buletin tersebut sebagai bentuk komunikasi yang diberikan atau sebagai sarana dalam mengembangkan pengetahuan, dari buletin tersebut mahasiswa akan mendapatkan informasi baik berupa nilai agama maupun pengetahuan umum.

Hal ini tentunya tentunya akan muncul beberapa argumen, yang keluar dari hasil membaca karya buletin, tetapi pembaca atau khalayak tidak bisa langsung menanggapi atau memberikan masukan terkait penulisan maupun opini yang ada didalam buletin Solidaritas. Maka dari itu, komunikasi ini hanya berjalan satu arah dikarenakan para

45

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), cet. IX, Hal. 83.


(41)

mahasiswa atau khalayak tidak bisa langsung menanggapi tulisan atau opini yang di hasilkan dari buletin Solidaritas. Berbeda dengan komunikasi yang bermodel alur dua tahap atau banyak tahap yang langsung bisa mengembalikan argumen atau memberikan tanggapan kepada pemberi informasi atau komunikan.

Model komunikasi satu arah atau disebut dengan model jarum injeksi secara substansial, model ini adalah one step flow, artinya arus komunikasi berjalan satu arah (dari media massa ke audience). Dasar yang melatarbelakangi model ini adalah keyakinan bahwa khalayak itu bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang disebarkan atau disiarkan media massa, sebaliknya media aktif untuk memengaruhi audience. Akibatnya, berbagai informasi yang datang dari media kepada khalayak akan selalu mengenai audience. Teori ini juga disebut teori peluru (bullet theory).

Ditinjau dari segi efeknya, pesan media menurut asumsi model ini sangatlah kuat. Pesan media diibaratkan bagai melesatnya sebutir peluru yang datang mencari sasaran yang sulit bagi audience untuk menghindar. Model alir satu tahap hampir menyerupai model jarum hipodermik. Kesamaannya, saluran media massa langsung berhubungan dengan audiesnya. Dengan kata lain, pesan media mengalir tanpa perantara (audience bisa mengakses langsung media).46

Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver.

46


(42)

Aristoteles yang hidup pada saat komunikasi retorika sangat berkembang di Yunani, terutama keterampilan orang membuat pidato pembelaan dimuka pengadilan dan rapat-rapat umum yang dihadiri oleh rakyat. Atas dasar itu, Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri atas tiga unsur yakni:47

Siapa - Mengatakan Apa - Kepada Siapa

Model tersebut telah mempengaruhi Harold D. Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanya dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium (dalam media apa), to whom kepada siapa, dan dengan what effect atau apa efeknya.

Bila dilihat dengan jelas who menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi.yang memulai komunikasi ini dapat berupa seseorang dapat juga sekelompok orang seperti organisasi atau persatuan.

Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini berhubungan dengan isi komunikasi atau isi pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Pertanyaan ketiga adalah to whom, pertanyaan ini maksudnya menanyakan siapa yang menjadi audience atau penerima komunikasi atau dengan kata lain kepada siapa komunikator berbicara atau kepada siapa pesan diberikan.

47

Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), 37


(43)

Pertanyaan keempat adalah thought what atau melalui media apa. Yang dimaksud dengan media adalah apa yang digunakan atau alat komunikasi, seperti berbicara, gerak badan kontak mata, sentuhan, radio, televise, surat buku dan gambar.

Dan pertanyaan yang terakhir dari model Lasswel ini adalah what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan dua hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut. Kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi, akan tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor yang lain.48 Dalam proses komunikasi yang digambarkana Shannon, salah satu unsure yang paling penting ialah gangguan (Noise). Gangguan disini menunjukan adanya rintangan yanag terjadi pada saluran sehingga menghasilkan pesan yang berbeda seperti yang transmite oleh sumber. Sehingga Shannon dan Weaver menyarankan untuk mengatasi gangguan tersebut lebih dahulu.

Tetapi pada dasarnya untuk mengetahui kecermatan sinyal tersebut harus menggunakan kuantitatif. Dari tiga model diatas dasar komunikasi diperoleh kesan bahwa semua model tersebut memiliki sifat satu arah (linear), serta terlalu menekankan peranan sumber dan media.

Komunikasi dalam Solidaritas memiliki bentuk atau model satu arah dengan penjelasan sebagaimana sebelumnya oleh Lasswell,

48


(44)

sehingga LPM Solidaritas membahas pengetahuan keagamaan kepada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya melalui tulisan ataupun produknya sesuai dengan khalayak yang dalam persepsinya tidak sama dalam menanggapi karena tidak langsung berbeda dengan komunikasi dua arah yang bisa langsung ada timbal balik komunikasi.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan tinjauan peneliti di beberapa perpustakaan, peneliti menemukan beberapa judul penelitian yang berkaitan dengan media cetak yaitu di antaranya:

No. Nama Penyusun dan Tahun

Judul Skripsi Persamaan Perbedaan

1. Ach. Wildan Rachmana, komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya 2016

Opini mahasiswa aktifis lembaga pers mahasiswa (LPM) UIN Sunan Ampel Surabaya tentang surat kabar harian di Surabaya

Pentingnya Peran lembaga pers

mahasiswa

Fokus terhadap opini dari surat kabar harian di

Surabaya

2. Khuriyati, KPI, UIN Kalijaga Yogyakarta, 2016

Analisa wacana terhadap teks berita tuntutan pembubaran FPI pada SKH Kompas edisi februari 2012

Peran media untuk

menyampaikan berita

Terletak pada strategi yang di


(45)

3. Alfia Nurlayla, KPI, UIN Syarif Hidayatullah

Analisis isi pesan akhlak

dalam novel khadijah „ketika

rahasia mimi tersingkap

“ karya Sibel Eraslan

Analisis isi pesan

Membahas karya novel

4. Ending Astuti, KPI, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010

Mekanisme kerja redaksi surat kabar harian Jogja (HARJO) Membahas tentang lembaga pers mahasiswa Terfokus pada pengelolaan redaksi

5. Maria Ulfah, KPI, UIN Syarif Hidayatullah, 2009

Respon mahasiswa

jurnalistik fakultas dakwah dan komunikasi 2004-2007 terhadap kebebasan pers di Indonesia Media sebagai sarana pengembangan pengetahuan Fokus pengaruh atau respon yang

diberikan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan penelitian, hal ini diperlukan agar penelitian lebih terarah dan rasional. Untuk itu diperlukan metode yang sesuai dengan objek yang diangkat, karena metode berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang optimal dan dapat dipertanggung jawabkan.47

Metode deskriptif merupakan langkah tepat untuk menganalisa fenomena sosial yang terjadi, karena tidak menggunakan teknik kuantifikasi atau cara-cara statistik sebagaimana pendekatan dalam model kualitatif. Metode ini juga relatif sederhana, yakni sekedar menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu serta situasi atau kelompok tertentu dengan cara yang tidak rumit.48

Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, sedangkan definisi penelitian kualitatif adalah suatu teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkharakteristik kualitatif (misalnya data tersebut berupa data non-numerik transkripsi verbatim atas wacana subjek, cacatan lapangan dari studi observasi partisipan atau data yang berupa arsip atau dokumen).49

47

Anton Baker, Metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal.10

48

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hal 22

49


(47)

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, adalah sebagai prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.50

Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena peneliti ingin meneliti strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam hal ini pendukung dan penghambat strategi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam memberikan informasi kepada pembaca.

Selain itu, peneliti menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk mencari data-data yang dapat di jadikan bahan penelitian, baik berupa arsip maupun dokumen yang terdapat dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas, sehingga dapat menjadi rumusan masalah yang telah di ajukan oleh peneliti.

Berkaitan dengan Analisis isi (content analysis) sendiri yakni penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang.51

50

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda karya, 2002), Hal 3

51

Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995 ), hal. 89.


(48)

Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan. Menurut Mc. Quail dalam bukunya Mass Communication Theori mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah:

1. Mendeskripsikan dan memuat perbandingan terhadap isi media. 2. Membuat perbandingan antara isi media dan realitas sosial

3. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.

4. Mengetahui fungsi dan efek media.

Kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis isi sesuai dengan penelitian yang peneliti laksanakan, karena pendekatan deskriptif mendasarkan diri pada pendeskripsian peneliti dari data-data Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas yang telah terkumpul dan diklarifikasikan kebenarannya kepada pihak lembaga. Data tersebut berupa buletin dari tahun 2012 hingga tahun 2017.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena disamping kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan atau berperan serta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan dan


(49)

mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.52

Dalam hal ini peneliti akan terjun langsung ke lapangan agar mendapatkan data yang akurat. Dalam hal ini peneliti akan melakukan riset langsung dengan LPM Solidaritas. Mengikuti agenda yang telah menjadi program dari LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dikampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan di basecamp Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas yang berada di Jl. Jemurwonosari Gang IAIN No. 23 A. Lebih tepatnya peneliti akan mengikuti agenda yang dilakukan oleh pengurus LPM Solidaritas dalam proses persiapan, pencarian berita dan lain sebagainya.

D. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam penelitiannya itu. Ada pula jenis sumber data yang biasanya digunakan dalam penelitian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.53

52

Ibid Lexy J. Moleong,,,,Hal 117

53

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,


(50)

1. Data Primer

Subjek penelitian ini adalah anggota LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya mahasiswa Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah menjadi Pengurus Harian (PH) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas.

2. Data Sekunder

Yakni data yang di peroleh secara tidak langsung melaui buku-buku, dokumen, maupun melalui diklat dan sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data lengkap, objektif dan dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya sesuai dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini di lakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan, dan semua data tersebut dipandang dapat memberikan penjelasan yang utuh terkait penelitian.

Adapun data-data yang dikumpulkan agar dapat memberikan penjelasan yang utuh tentunya berdasarkan jenis sumber data yang tepat dan terarah. Dalam penelitian ini secara operasional dalam upaya mengumpulkan berbagai data yang ada, maka dilakukan teknik yang meliputi :

1. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menyelidiki buku-buku, majalah, surat kabar, laporan program,


(51)

artikel internet dan lain sebagainya.54 Berdasarkan pengertian tersebut penelitian dengan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi berarti peneliti melakukan pencarian dan pengambilan segala informasi yang sifatnya teks menjelaskan dan menguraikan mengenai hubungannya dengan arah penelitian ini.

Teknik pengumpulan data dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai gambaran umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas yang antara lain sejarah berdirinya, kepengurusan, tujuan, perekrutan anggota, sistematika dana, selain itu teknik pengumpulan data juga digunakan dalam mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian ini baik dari LPM Solidaritas atau situs-situs internet lain, majalah maupun artikel koran.

2. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap gejala-gejala yang diselidiki.55 Oleh karenanya dalam penelitian ini untuk memperoleh kelengkapan data-data mengenai strategi lembaga pers Solidaritas dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Lebih jelasnya observasi di sini adalah dengan melakukan pengamatan data pencatatan secara langsung terhadap pelaksanaan strategi dakwah melalui Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas.

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), Hal. 85

55

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983), Hal. 136


(52)

3. Wawancara

Interview atau wawancara adalah merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dan subyek yang diteliti atau informan.56 Wawancara memiliki peranan sangat penting dan bahkan dominan. Hampir sebagian isi surat kabar dan majalah di peroleh dari kerja wawancara. Wawancara dibagi menjadi dua jenis yaitu wawancara khusus dan wawancara pelengkap.

Wawancara khusus merupakan wawancara yang dilakukan secara khusus terhadap orang-orang atau profil tertentu. Biasanya kerja wawancara khusus ini dilakukan dengan terprogram dan terencana lebih dahulu. Sedangkan wawancara pelengkap adalah wawancara yang dilakukan secara spontan terhadap seseorang atau sumber berita. Wawancara ini sifatnya adalah untuk lebih melengkapi atau menyempurnakan suatu berita agar menjadi menarik dan merangsang pembaca.57

Dalam pelaksanaan interview ini, peneliti berusaha mencari suasana yang kondusif, sehingga dapat tercipta suasana psikologi yang baik dimana informan dapat diajak bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dan juga peneliti lebih cenderung banyak menggunakan wawancara atau interview tak berstruktur, karena hal ini lebih memberikan kebebasan dan keluasan hati kepada subyek penelitian sehingga tidak ada suasana terikat yang menjadikan subyek tegang dalam memberikan jawaban.

56

. Nurul Zuriah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2001), Hal 129

57


(53)

F. Teknik Analisis Data

Pengertian analisis data menurut Furchan adalah “Proses yang

memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasikan tema-tema dan menyusun hipotesa (gagasan-gagasan) yang ditampilkan oleh data serta upaya untuk menunjukkan bahwa tema dan hipotesa tersebut

didukung oleh data”.58

Pada tahap akhir adalah tahap penarikan kesimpulan dari sajian atau paparan data. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian.

Dalam melakukan analisis data, penulis mengumpulkan catatan lapangan baik berupa observasi, wawancara, ataupun dokumentasi yang diperoleh dari hasil lapangan, yang kemudian menyimpulkannya, serta menganalisis persoalan yang telah ditetapkan. Kemudian di kelompokkan sesuai dengan persoalan lalu menganalisisnya secara sistematis.

Dalam penelitian teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi dari buletin beranda dwiwulan LPM Solidaritas dari tahun 2012 sampai 2017. Penjelasan analisis isi adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable) dan sahih, dengan memperhatikan konteksnya.59

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengofserfasi dan menganalisis isi prilaku komunikasi yang terbuka dari

58

Furchan , Pengantar Metode,,,, 137

59

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001), hal. 231.


(54)

komunikator yang dipilih.60 Analisis isi kualitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedakan muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata).61

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti Surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan undang-undang, musik, theater, dan sebagainya. Bulletin tersebut akan dianalisis sejauh mana nilai keagamaan yang terkandung di dalamnya, yang setiap tahun tentu memiliki perbedaan bahkan nilai keagamaan yang di selipkan dalam tulisan LPM Solidaritas yang berbentuk bulletin melalui data yang telah dimiliki oleh peneliti.

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian, semua hal harus dicek keabsahannya agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya. Pada tahap ini langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

1. Fokus dan Ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang Strategi lembaga pers mahasiswa (LPM) Solidaritas dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran yang diteliti.

60

Ibid, hal.187.

61


(1)

2. Isi yang terkandung dalam bulletin dwiwulan LPM Solidaritas UINSA

mengandung presentase tulisan sebanyak 45% isinya mengandung

nilai agama dari tahun 2012-2017.

Beberapa kesimpulan diatas kiranya dapat memberikan gambaran

serta informasi terkait dengan lembaga pers mahasiswa (LPM) Solidaritas

dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya.

B. SARAN ATAU REKOMENDASI

1. LPM Solidaritas telah mengalami lika-liku perjalanan sebuah media

dari tahun 2001 yang cukup dinamis dikalangan mahasiswa, oleh

karena itu dibutuhkan SDM yang menyokongnya. Selain itu

kedepannya bisa menjadi media ditaraf kampus yang lebih

professional dan berkualitas.

2. Sekiranya perlu memberikan nilai lebih untuk memuat materi atau

membuat rubrik khusus keagamaan sehingga peran dari LPM

Solidaritas bisa lebih rinci tentang pesan nilai atau moral yang

memberikan wawasan keagamaan.

3. Dalam kepenulisan kritik atau muatan suara mahasiswa, perlunya

memberikan solusi atau masukan kepada pihak kampus maupun

fakultas sehingga dirasa akan lebih baik jika mengkritisi juga ada

perbaikan sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi.

4. Perlunya membangun jaringan (networking) dengan instansi ataupun

lembaga yang mempunyai peran penting, misalnya dalam bidang


(2)

menjadi lebih besar dan mandiri. Selain itu, untuk memudahkan dalam

pencarian sumber dana maupun iklan sehingga nilai atau ratingnya

bisa lebih tinggi dikalangan khalayak khususnya mahasiswa UIN

Sunan Ampel Surabaya.

C. PENUTUP

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perjuangan dan semoga

mendapatkan RidhoNya. Tak ada gading yang tak retak, penulis sekian

kali menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu sangat diperlukan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi

ini.

Penulis skripsi ini hanyalah meneliti sekelumit dari permasalahan

terkait dengan strategi LPM Solidaritas dan mungkin belum cukup ideal,

sehingga masih di perlukan penelitian-penelitian selanjutnya guna

memberikan kontribusi yang lebih baik bagi dunia pers mahasiswa,

khususnya dalam media pers islam.

Oleh karena itu besar harapan penulis, skripsi ini bisa diterima dan

bermanfaat bagi penggiat media pers pada umumnya dan lembaga pers

mahasiswa (LPM) Solidaritas pada khususnya, terlebih lagi kepada


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Rahman Ringota, Zainudin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 1997).

Abdul A’la, et Al. UINSA Emas: Menuju Word Class University, (Surabaya: Uinsa Press, 2016).

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Kompetensi

Guru), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005).

Andi Darmawan, Dkk,(ed). Metodologi Ilmu Dakwah. (Yogyakarta: Lesfi, 2002).

Anton Baker, Metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal.10

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil

Qalam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)

Asmawi Murani, Nooroso, Materi Pokok Hokum Dan Etika Komunikasi

Massa, (Jakarta: UT, 2000).

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

Ikhlas, 198).

Asnawir, Usman M Basyiruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002).

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada,2001).

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Mc. Grow Hill Company, 1961),

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung, penerbit: Diponegoro, 2010).

Didalam Skripsi Amron Nuskhy, Peran Citizen Journalism dalam www.

Hidayatullah.com, (KPI UINSA, 2016).

Efendi, onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004). Hal.29

Fajar Junaidi, Managemen Media Massa, (Yogyakarta: Mata Padi


(4)

Fathul Wahid, E-Dakwah, Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta:

Penerbit Gava Media).

Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2004),

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori Dan Praktik, (Bogor, Penerbit: Ghalia Indonesia, 2014).

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), cet. 11, Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995 ).

Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993).

John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), cet. XXIV.

Lawrence R. Jaunch, William F Glueck, Managemen Strategi Dan

Kebijaksanaan Perusahaan (Edisi Ke Tiga), (Jakarta: Erlangga, 2001),

Mashitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Depag RI,

2009).

Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kulitatif-Kuantitatif, (Yogyakarta:

UIN Maliki Press, 2008),

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media, 2009). Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004),

Muhammad al-Husain Isma’il, Kebenaran Mutlak, (Jakarta: SAHARA,

2006),

Muhammad Munir, Wahyu Ilaihi, Managemen Dakwah, (Jakarta:

Kencana, 2006).

Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012),

Nurul Zuriah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya,

2001),

Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan

Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990),

Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1938).

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi”,


(5)

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Eds. 2 (Jakarta: Bumi Aksara,

2002),

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009),

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), cet. IX,

Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam, (Bandung: Mizan, 2003),

Shaleh Abdul Aziz, Abdul Majid, At-Tarbiyah Wa Thuruqut Tadris, Juz

I, (Mesir: Darul Ma’arif,t.th.),

Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 70.

Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah

Bi Al Qolam dalam Al Qur’an, (Bandung: Teraju, 2004).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998),

Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia, (Jakarta:

Bumi aksara, 2013),

Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1995).

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1983),

The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2004),

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

1997).

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majlis Taklim,

(Bandung: Mizan, 1997).


(6)

Wawancara dengan Mohammad Iqbal, Anggota LPM Solidaritas pada 10

desember 2016

Wawancara dengan Ahmad Farid, pada 02 Januari 2016

Wawancara kepada Pimpinan Umum pada tanggal 08 Januari 2017 Pimpinan Umum tahun 2017 setelah Ahmad Farid.

Wawancara teks dengan Piminan Umum LPM Solidaritas saudara Ahmad Farid (Pim. Umum), senin, 6 janurari 2017, pukul 12.30 Wib.

Wawancara tambahan 22 Februari 2017

Sumber Online

Struktur Pengurus LPM Solidaritas yang di unduh melalui webside:

http://solidaritas-uinsa.org/susunan-pengurus/ setelah direkomendasikan

oleh Pimpinan Umum, 8 Januari 2017 6. 24 AM

Sumber skripsi

Amron Nuskhy, Peran Citizen Journalism dalam www. Hidayatullah.com, (KPI UINSA, 2016).

Ach. Wildan Rahmana, Opini Mahasiswa Aktifis Lembaga Pers

Mahasiswa (LPM) UIN Sunan Ampel Tentang Surat Kabar Harian di Surabaya, (ILKOM UINSA, 2016)


Dokumen yang terkait

ORIENTASI DAN STRATEGI KOMUNIKASI LEMBAGA PERS MAHASISWA PABELAN DALAM MENYUARAKAN Orientasi Dan Strategi Komunikasi Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Dalam Menyuarakan Pergerakan Mahasiswa(Studi Fenomenologi Pada Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Periode Kep

0 0 14

PENDAHULUAN Orientasi Dan Strategi Komunikasi Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Dalam Menyuarakan Pergerakan Mahasiswa(Studi Fenomenologi Pada Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Periode Kepengurusan 2012).

2 5 36

ORIENTASI DAN STRATEGI KOMUNIKASI LEMBAGA PERS MAHASISWA PABELAN DALAM MENYUARAKAN Orientasi Dan Strategi Komunikasi Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Dalam Menyuarakan Pergerakan Mahasiswa(Studi Fenomenologi Pada Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Periode Kep

0 3 15

Komunikasi interpersonal mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya dalam tinjauan teori fundamental internpersonal relations orientation William Schutz.

1 1 101

STRATEGI DAKWAH UKM IQMA (UNIT KEGIATAN MAHASISWA IKATAN QORI' QORI'AH MAHASISWA) UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM MEMPERSIAPKAN MAHASISWA SEBAGAI KADER DA'I.

1 7 124

KOMUNIKASI ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOMISARIAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

5 3 137

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM TINJAUAN TEORI DEVITO PADA BIMBINGAN PERWALIAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

1 1 98

HEGEMONI GADGET DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 1 94

OPINI MAHASISWA AKTIVIS LEMBAGA PERS MAHASISWA (LPM) UIN SUNAN AMPEL TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA.

0 0 111

MOTIF KOMUNIKASI PELAKU SELFIE MAHASISWA PRODI ILMU KOMUNIKASI ANGKATAN 2012 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 120