PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SMP AL HIKMAH CILACAP.

(1)

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY,

INTELLECTUALLY, REPETITION) DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA

SMP AL HIKMAH CILACAP

SKRIPSI

Oleh:

KHIRZA MUMTAZA

NIM. D71212135

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Khirza Mumtaza. 2016. Pengaruh implementasi model pembelajaran air (auditory, intellectualy, repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar pai siswa smp al hikmah cilacap.

Kata kunci : Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton), prestasi belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada pembelajaran PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap.? (2) Bagaimana prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap.? (3) Bagaimana Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap?.

Adapun sampelnya adalah 27,04 % dari 104 siswa yaitu 26 siswa, teknik pengambilan sampel adalah teknik startified proportional random sampling yaitu mengacak sampel pada setiap strata dengan pembagian yang sama.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif , dan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah (1) Rumus presentase sederhana, yaitu menganalisis data tentang penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) di SMP AL Hikmah Cilacap (2) Rumus prosentase sederhana, yaitu untuk menganalisis data tentang prestasi belajar pada studi bidang studi pendidikan agama islam di SMP AL Hikmah Cilacap (3) Rumus korelasi product moment, yaitu untuk menganalisis data tentang ada atau tidaknya PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada pembelajaran PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap tergolong cukup. Hal ini di buktikan dari hasil prosentase ( 69,2% ) %) adalah berada pada interval 56% -75% yang berarti cukup. (2) Prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap sebelum diterapkannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada kelas VIII dengan siswa 104 memiliki rata-rata nilai (6,5), yang artinya berada pada interval 6-7 yang berarti rendah. (3) Setelah di terapkannya MODEL PEMBELAJARAN AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) maka prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap menjadi meningkat, dilihat dari nilai rata-rata yang semula (6,5) menjadi (8,1), dan hal ini juga bisa kita buktikan dengan perhitungan rumus rxy ( 0,4246 ) adalah lebih besar dari hasil perhitungan

tabel rt baik pada taraf signifikasi 5 % ( 0,3882 ) maupun pada taraf signifikasi 1

% ( 0,3927 ) yang artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho), ditolak, berarti terdapat pengaruh yang signifikasi antara variabel x (Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa) di SMP AL HIKMAH Cilacap.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN LOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional... 6

F. Hipotesis ... 7

G. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectuly, Repetition) ... 11

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 11

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran ... 13

3. Pola-Pola Pembelajaran ... 16


(8)

5. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectuly, Repetition) ... 20

6. Langkah-Langkah Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectuly, Repetition)... 26

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectuly, Repetition)... 27

B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 29

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 29

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 30

3. Teknik Membina dan Meningkatkan Prestasi Belajar ... 33

4. Mengukur Prestasi Belajar ... 41

C. Pembahasan Pengaruh Implementasi Belajar dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 43

D. Hipotesis ... 45

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 47

2. Rancangan Penelitian ... 48

3. Populasi dan Sampel ... 49

4. Metode Pengumpulan Data ... 51

5. Instrumen Penelitian ... 52

6. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV : LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

1. Data Profil Sekolah ... 59

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 60

3. Sarana Prasarana ... 63

4. Guru dan Siswa ... 65

5. Sasaran Program Sekolah ... 69

6. Strategi Sekolah ... 70


(9)

B. Penyajian dan Analisis Data ... 71 1. Data tentang Implementasi Model Pemebelajaran AIR

(Auditory, Intellectuly, Repetition) ... 71 2. Data tentang Prestasi Belajar Siswa ... 72 3. Analisis tentang Implementasi Model Pemebelajaran AIR

(Auditory, Intellectuly, Repetition) ... 73 4. Analisis Prestasi Belajar ... 75 5. Pengujian Hipotesis ... 76 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan itu peserta didik di harapkan mengetahui potensinya dan menjadi manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul serta akhlak yang mulia.

Sedangkan definisi Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tunutunan untuk mnghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antarumat beragam dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.1

1 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja


(11)

2

Pendidikan agama Islam adalah ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat khususnya masyarakat yang beragama Islam. Dalam pendidikan Islam di ajarkan bagaimana hidup dengan nilai-nilai Islami yang bersumber dari kitab suci Al Qur’an dan Al Hadist. Sehingga dalam hidup di dunia ini dapat memiliki pedoman yang bisa membimbing di jalan yang baik yang di ridhoi Allah SWT.

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.2

Dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah memiliki berbagai masalah, salah satunya rendahnya daya serap dan daya ingat peserta didik terhadap materi yang di sampaikan oleh guru. Hal ini bisa kita liat dari penguasaan peserta didik terhadap materi pendidikan agama Islam yang masih sangat rendah.

Lemahnya daya serap dan daya ingat peserta didik terhadap materi pendidikan agama islam yang di sampaikan oleh guru mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Oleh sebab itu, guru perlu mengupayakan perbaikan dengan suatu pembelajaran yang berbeda dengan biasanya. Sehingga peserta


(12)

3

didik lebih aktif dalam pembelajaran dan peserta didik lebih memiliki lebih banyak kesempatan dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara komperhensif, yang memugkinkan peserta didik dapat menyerap dan mengingat materi yang di sampaikan oleh guru dengan baik.

Dalam mengupayakan perbaikan kegiatan pembelajaran sehingga dapat berbeda dengan biasanya sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dana dapata mnyerap materi yang disampaikan guru dengan baik, model pembelajaran yang tepat adalah salah satu alat yang diperlukan oleh seorang guru.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetiton) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI

Siswa SMP AL HikmahCilacap”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di tuliskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada pembelajaran PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap?


(13)

4

3. Bagaimana Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pengaruh Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada pembelajaran PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap. 3. Untuk mengetahui Pengaruh Implementasi Model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peserta Didik

Dengan adanya model pembelajara AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) di harapkan peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya, di samping itu peserta didik juga akan memiliki lebih banyak kesempatan dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan secara komperhensif.3

3 Aris Shoimin, 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013(Yogyakarta:Ar-ruzz


(14)

5

2. Bagi Guru

Dengan adanya model pembelajara AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) di harapkan Guru dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi, Guru dapat lebih leluasa dapat memilih materi yang akan di sampaikan, Guru tidak merasa terbebani dengan adanya perbedaan kemampuan peserta didik, Guru lebih mudah membangun interaksi dengan siswa, Dapat memberdayakan guru dalam menerapkan model pembeajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton).

3. Bagi Sekolah

Dengan adanya model pembelajara AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) di harapkan Adanya model pembelajaran yang efektif dan efisien, Meningkatkan prestasi peserta didik dalam pembelajaran PAI, Di harapkan mampu solusi atas kelemahan-kelemahan dalam proses belajar mengajar. 4. Bagi peneliti

Dengan adanya model pembelajara AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) di harapkan dapat Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam menggunakan model pembeajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI, Menjadi bahan melatih diri untuk lebih kreatif dalam pembuatan karya ilmiah dan sebgai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi.


(15)

6

E. Definisi Operasional

1. Implementasi: menurut bahasa adalah sebuah penerapan atau pelaksanaan terhadap sebuah permasalahan guna meneliti permasalahan tersebut secara mendalam.4 Sedangkan menurut istilah implementasi merupakan proses penerapan ide, kebijakan atau motivasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap.5

2. Pembelajaran: rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.6

3. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) a. Auditory: berbicara dan mendengarkan. b. Intellectually: kemampuan berpikir. c. Repetition: pengulangan.7

4. Prestasi: Prestasi adalah hasil yang tercapai atau hasil yang sebenarnya dicapai. 8

5. Belajar: suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah di pelajari9

4 Pius A.Partanto, Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), H. 247 5 E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi: konsep, karakteristik dan

implementasi,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004). H. 93

6 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012), cet. ke-1, hlm. 269

7 Aris Shoimin, 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013(Yogyakarta:Ar-ruzz

Media, 2014) cet. ke-1, hlm. 29

8 M. Bukhori, Tekhnik Evaluasi dalam pendidikan,, (Bandng : Jemars, 1983),hlm. 178 9 Ibid, hlm. 21


(16)

7

6. Pendidikan Agama Islam: upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tunutunan untuk mnghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antarumat beragam dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa10

Yang peneliti maksudkan mengenai judul Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP AL Hikmah Cilacap”

adalah rangkaian penerapan yang mempengaruhi proses belajar dengan model berbicara, kemampuan berpikir, dan pengulangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menegenal dan mempelajari agama Islam di SMP AL Hikmah Cilacap.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara mengenai suatu objek/subjek yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Peneliti tidak bermaksud membuktikan hipotesisnya tetapi mengumpulkan

10 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja


(17)

8

data yang menyokong /menerima atau menolaknya.11 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat memberikan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Adanya peningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP AL Hikmah Cilacap setelah implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton)

Ho : Tidak adanya peningkatan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP AL Hikmah Cilacap setelah implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton).

G. Sistematika Penulisan

Dengan tujuan supaya pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini jelas mengarah pada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, maka penulis membagi pembahasan ini dalam bab yang meliputi: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, , definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

11 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Bandung : Alfabeta, 2013),


(18)

9

Bab ini memuat segala hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah peneliti pelajari dari literatur-literatur yang ada. Pada bab ini akan dibahas mengenai

1. Tinjauan Tentang Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) : Pengertian pendidikan agama islam, Pengertian pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton), Langkah-langkah pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton).

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar: Pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, tehnik membina dan meningkatkan prestasi belajar, mengukur prestasi belajar.

3. Pembahasan implementasi pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. 4. Hipotesis Penelitian

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penilaian, teknik analisis data. BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian. Mengenai hasil penelitian ini penulis membagi menjadi dua sub bab antara lain:


(19)

10

1. Gambaran umum objek penelitian, yang memaparkan tentang Profil SMP AL Hikmah Cilacap, Visi, Misi dan Tujuan SMP AL Hikmah Cilacap, Keadaan Sarana dan Prasarana, Keadaan Guru dan Siswa, Ekskul siswa. 2. Penyajian analisis data, yang berisi tentang penerapan pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetiton)¸ Penyajian data, pengujian hipotesa dan analisis data.

BAB V : PENUTUP


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetiton)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Kemp, strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sedangakan Metode adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan atau mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.12

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy kellen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan berpusat pada guru (teacher centered approaches), dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered

12

Kemp : 1995 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 132.


(21)

12

approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instuction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekpositori. Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif.13

Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, anaisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung14. Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelaas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai

13

Roy Kellen : 1998 dalam Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 132.

14 Joyce and Weil : 1980 dalam Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan


(22)

13

tujuan pendidikanya. Secara rinci tentang model-model pembelajaran ini akan dibahas di bagian akhir setelah pendekatan pembelajaran.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain sehingga dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dikelas dengan tujuan supaya proses belajar mengajar dikelas dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:

a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif, atau psikomotor?

2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? 3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan ketrampilan


(23)

14

b. Pertimbangkan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?

2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?

3) Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?

c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa:

1) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?

2) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?

3) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

d. Pertimbangan lainya yang bersifat nonteknis:

1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?

2) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model pembelajaran yang dapat digunakan?

3) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?


(24)

15

Dalam menetukan atau mempertimbangkan model pembelajaran yang akan di bawakan di dalama kelas, dapat disimpulkan bahwa dalam mempertimbangkan model pembelajaran yang akan di bawakan peserta didik di dalam, yaitu sebagai berikut: 1) Tujuan yang hendak di capai.

Jadi hendaknya guru dapat meninjau dulu tujuan yang ingin dicapai, apakah itu bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Sehigga guru dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang ingi dicapai.

2) Mempertimbangkan hubungan dengan materi yang akan disampaikan.

Guru harus melihat terlebih dahulu apakah materi yang akan dibawakan itu bersifat fakta, teori, atau konsep. Sehingga guru dapat menentukan apakah materi yang akan dibawakan relevan atau tidak dan mempyunyai asar yang kuat atau tidak.

3) Mempertimbangkan dari sudut peserta didik.

Guru juaga harus memperhatikan dari sisi peserta didik, guru juga harus mempertimbangkan dahulu model manakah yang diminati siswa dan sesuai dengan bgaya belajar siswa, sehinga siswa tidak merasa terbebani dana siswa dapat aktif saat proses pembelajaran. 4) Memepertimbangkan dari sisi lain yang bersifat nonteknis.


(25)

16

Pendidik juga dapat meninjau lagi model pembelajaran yang sudah ditentukan, guru harus melihat kembali mseberapa efektif model pembelajaran tersebut didalam kelas, dan guru juga harus kreatif untuk menyatukan model pembelajaran lain sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lebih menarik dan variatif.

3. Pola-pola Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamanya dalam berinteraksi dengan lingkungan, belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiaan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.

Barry Morris mengklasifikan empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.15

a. Pola pembelajaran Tradisional 1

15

Barry Morris (1963:11) dalam Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 136.

TUJUAN PENETAPAN ISI

DAN METODE


(26)

17

b. Pola pembelajaran Tradisional 2

c. Pola pembelajaran Guru dan Media

d. Pola pembelajaran bermedia

Pola-pola berikut pembelajaran di atas memberikan bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyimpanan pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi berbagai media dan sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media berbasis komputer (CBI), baik model drill, tutorial, simulasi maupun instructional games ataupun dari internet. Sekarang ini atau di masa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebgai pengajar (transmitter), tetapi ia harus mulai berperan sebagai director of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi

TUJUAN PENETAPAN ISI

DAN METODE

GURU SISWA

TUJUAN PENETAPAN ISI

DAN METODE

GURU

SISWA

TUJUAN PENETAPAN ISI

DAN METODE

MEDIA SISWA


(27)

18

berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based insruction), di sini peran guru hanya sebagai fasilitator.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pola pembelajaran adalah kegiatan interaksi anatara guru dan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung, dan seiring kemajuan zaman guru tidak lagi sebagai satu-satunya penyimpan pesan dan sumber ilmu. Siswa dapat memperoleh ilmu juga dari media pembelajaran ataupun dari sumber-sumber belajar yang lain.

4. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan pross berpikir induktif.


(28)

19

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

d. Memiliki bagian-bagian model yag dinamakan: (1) urutan langkah- langkah pembelajaran (synetic); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4)sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (design instruksionl) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.16

Dari ciri-ciri model pembelajaran di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran memiliki ciri yaitu berangkat dari teori pendidikan dan dapat memmbantu guru dalam kegitan belajar mengajar di kelas, baik sebagai acuan ataupun pdoman dalam mengajar.

16 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Bandung: Raja Gravindo Persada, 2013), cet ke-6,


(29)

20

Dan dari penjelasan ciri-ciri model pembelajaran di atas kita juga dapat membedakan anatara model, metode maupun strategi pembelajaran. Supaya kita dapat memilih model yang pas untuk kegiatan belajar mengajar.

5. Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton)

Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectual, dan Repetiton. Gaya pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran somatic, auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) . Perbedaanya hanya terletak pada pengulangan (repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis.

a. Auditory

Dave Meier pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari belajar auditoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat. Selanjutnya, Wenger dalam Rose dan Nichol, menegaskan: “Kunci belajar terletak pada artikulasi rinci. Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi kita akan mempertajam persepsi dan memori kita tentangnya, ketika kita membaca sesuatu yang baru, kita harus menutup mata dan


(30)

21

kemudian mendiskrikan dan mengucapkan apa yang telah di baca tadi.”17

Belajar bermodel auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti.18 Sementara menurut Erman Suherman, auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.

Gaya belajar auditoral adalah gaya belajar yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diigat. Karena siswa yang auditoris lebih mudah belajar dengan cara bediskusi dengan orang lain, maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini, maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini, seperti: 1) melaksanakan diskusi kelas atau debat; 2) meminta siswa untuk presentasi; 3) meminta siswa untuk membaca teks dengan keras 4) meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal ; dan 5) melaksanakan belajar kelompok.

17

Dave Meier : 2000 dalam Miftahul Huda Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 289.

18 Dave Meier, The Accalerates Learning Handbook, terj, Rahmani Astuti, (Bandung: kaifa,


(31)

22

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa auditory atau gaya belajar auditoral adalah gaya belajar dengan cara mendengarkan dan berbicara.

Gaya belajar seperti sudah sangat lama di ajarkan, dan sangat mudah dipahami oleh para siswa, apalagi dengan siswa yang suka kegiatan belajar dengan cara diskusi.

b. Intellectually

Menurut Meier19, intelektual bukanlah “pendekatan emosi, rasionalitas, akademis, dan terkotak-kotak. Kata ‘intelektual’ menunjukan apa yang dilakukan pembelajar dalam pkiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung kan suatu pengalman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman terebut”. Jadi intelektualitas adalah sarana penciptaan makna, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan syaraf. Proses ini tentu tidak berjalan dengan sendirinya; ia dibantu oleh faktor mental, fisik, emosional, dan intuitif. Inilah sarana yang digunakan pikiran untuk mneguah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan.

19 Dave Meier, 2003, 99 dalam Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam


(32)

23

Menurut Dave Meier, intellectualy menunjukan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan dan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit yang diberikan, maupun ketika dianggap perlu penggulangan. Intellectually juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsetrasi pikiran dan berlatih menggunakan melalui bernalar, menyelididki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah, dan menerangkan.20

Untuk itulah, seorang guru, menurut Meier, haruslah berusaha mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual, seperti: 1) memecahkan masalah; 2) menganalisis pengalaman; 3) mengerjakan perencanaan strategis; 4) melahirkan gagasan kreatif; 5) mencari dan menyaring informasi; 6) merumuskan pertanyaan; 7) menciptakan model mental; 8) menerapkan gagasan baru pada pekerjaan; 9)menciptakan makna pribadi; dan 10) meramalkan impikasi suatu gagasan.21

20 Ibid., 21 Ibid.,


(33)

24

Dari uraian para tokoh tokoh diatas, sangat jelas bahwa Intellectually adalah sebuah proses pembelajaran melalui pikiran dengan cara internal dan sesuai dengan kecerdasan individu siswa.

Jadi menurut penulis, intelektualitas adalah sarana penciptaan makna, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan syaraf. Proses ini tentu tidak berjalan dengan sendirinya, ia dibantu oleh faktor mental, fisik, emosional, dan intuitif.

Dari situlah siswa akhirnya mencoba untuk memahami materi yang disampaikan guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

c. Repetition

Repetisi bermakna pengulangan. Dalam konteks pembelajaran, ia merujuk pada pendalaman, perluasaan, dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Menurut Erman Suherman, repectition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Pengulangan dalam kegiatan pemblajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Dengan pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat


(34)

25

apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.22

Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, ia harus mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan siswa tidak selalu stabil. Mereka tak jarang mudah lupa. Untuk itulah, guru perlu membantu mereka dengan mengulangi pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan.

Pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahakan masalah. Ulangan semacam ini bisa diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau tiap unit di berikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu.23

Dari sudut penulis dapat menyimpulkan, repetition adalah pengulangan, dalam konteks belajar mengajar yaitu mengulang atau memperdalam materi yang disamaikan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih memahami apa yang telah disampaikan guru didalam kelas.

22 Ibid.,

23 Slamet, 2003: 37 dalam Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran,


(35)

26

Gaya belajar Repetition sendiri dapat digunakan dengan dalam kelas dapat menggunakan cara pekerjaan seperti: soal, pemberian tugas dan kuis.

Dengan tujuan dapat memperluas pemahaman siswa dana meningkatkan daya ingat siswa ketika ujain kelak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, meodel pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) model pembelajaran yang memiliki 3 aspek utama pada proses pembelajaran yaitu: a. Daya serap dan berbicara (auditory), proses berpikir dan menciptakan gagasan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki (Intellectualy), pengulangan dengan cara pemberian tugas atau kuis dengan tujuan supaya siswa dapat memperluas pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh guru (Repetition).

6. Langkah-langkah Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetiton)

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.

2. Siswa mendengaran dan memperhatikan penjelasan dari guru.

3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selajutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory),


(36)

27

4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.

5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectual),

6. Setelah selesei berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

Dari langkah di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) sebagai berikut: setelah guru menyampaikan materi di depan kelas, siswa di bagi menjadi beberapa kelaompok, setiap kelompok mendiskusikan materi yang telah disampaikan oleh guru untuk setelah itu di presentasikan di depan kelas yang juga di sebut (auditory), setelah itu setiap kelompok diberian soal dan permsalahan sesuai materi (Intellectualy, dan setelah selesei siswa diberi tugas atau kuis untuk mengulangi materi secara individu (repetition).

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetiton)

a) Kelebihan Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton)

1) Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.


(37)

28

2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan secara komperhensif.

3) Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4) Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.

5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Dari uaraian di atas, dapat kita ketahui bahwa model pembelajaran AIR sangat mendukung kegiatan proses belajar mengajar yang tidak hanya berpusat pada guru, Karena model pembelajaran AIR sangat membantu siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan siswa dapat dengan leluasa memahami dan menyelasaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

b) Kekurangan Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton)

1) Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.


(38)

29

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.

3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.24

Selain kelebihan model pembelajaran AIR juga memiliki kekurangan seperti yang telah di kemukakan di atas.

Dalam penerapan model pembelajaran AIR guru harus benar-benar memilih materi yang tepat untuk di kemukakan di depan kelas, dan guru juga harus dapat menegmukakan masalah yang mudah dipahami siswa sehingga siswa dapat dengan mudah merespon masalah yang dikemukakan oleh guru.

B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni pretasi dari segi bahasa adalah hasil yang telah dicapai sedangkan belajar adalah setiap usaha untuk mencapai kepandaian.25

Sedangkan dalam arti istilah secara sederhana prestasi belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu, itu nantinya akan

24 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013, (yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 29-31


(39)

30

mempengaruhi pola pikir individu dalam berbuat dan bertindak. Perubahan itu sebagai hasil dari pengalaman individu dalam belajar.

Dari pemahaman tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang di peroleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.26

Konteks prestasi belajar memang jika dikaitkan dengan pengalaman siswa dalam belajar tentunya ada kaitan yang erat diantaranya. Oleh karena itu penulis dapat memahami bahwa prestasi belajar adalah ukuran penilaian siswa dari hasil belajar yang meliputi pengalaman kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setelah kita membahas dan memahami tentang belajar mulai dari pengertian hingga bagaimana hasil perbuatan belajar itu bisa dimanifestasikan dalam kehidupan real di masyarakat, maka dalam bahasa ini perlu kita kaji masalah-masalah yang menjadi faktor penentu dalam belajar karena keberhasilan belajar ittu sangat penting berkaitan erat dengan faktor yang mendukung.

Menurut sumadi surya brata dalam bukunya psikologi pendidikan dia membagi dua faktor yang mempengaruhi belajar:


(40)

31

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri belajar dan ini masih lagi dapat digolongkan dengan catatan tetap ada yaitu, faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor sosial.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu, faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis.27

Menurut Muhibbin Syah, dia membagi tiga faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di seitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to loarning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi metode dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.28

Pendapat lain mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga di bagi 2 yaitu:

a. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibagi dua yaitu jasmani dan rohani.

1) Faktor jasmani: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

27 Sumadi Surya Brata, Psikologis Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 1908),

hlm. 233.


(41)

32

2) Faktor pskologis: intelegensi, bakat, perhatian, motif, minat, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan. b. Faktor-faktor ekstern:

1) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, relasi antar keluarga-keluarga, perhatian orang tua, suasana rumah dn latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah: metode mengajar/standart pelajaran di atas ukuran, kurikulumkeadaan gedung, relasi antara guru dan siswa/metode belajar, relasi siswa dengan siswa/tugas rumah,disiplin siswa, alat pelajaran dan waktu sekolah.

3) Faktor masyarakat: keadaan siswa dalam masyarakat, masalah media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.29

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian di atas pada dasarnya sama, makna subtansif dari para ahli itu sama yaitu ada dua faktor yang mempengaruhi belajar:

a. Faktor internal adalah fator yang berasal dari diri siswa itu sendiri, dan keberadaanya mempengaruhi belajar siswa atau bisa dikatakan apabila faktor tersebut berjalan dengan baik dan optimal, maka hasil belajar siswa akan bagus dan berlaku jga untuk sebaliknya.

29 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (jakarta:Rienaka Cipta, 1995),


(42)

33

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari atau terjadi di luar siswa atau bisa disebut lingkungan sebagaiman pengertian lingkungan sesuatu yang berada di luar individu atau siswa yang keberadaanya mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3. Teknik Membina dan Meningkatkan Prestasi Belajar

Kegiatan belajar merupakan upaya untuk mencapai tujuan tertentu untuk mencapai tujuan itu tentunya melalui tahap-tahap dan bahkan tak terhindar dari rintangan dan hambatan di dalamnya. Sehingga seorang pelajar perlu mempunyai teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan kondisi siswa utuk melakukan seuatu dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Dalam bahasa ini penulis akan mencoba menguraikan di bawah ini beberapa teknik pembinaan dan peningkatan prestasi belajar menurut para ahli:

a. Meningkatkan motivasi belajar

Dalam bahasa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar telah disinggung bahwa belajar aktif bisa terjadi apabla orang terdorong oleh motivasi yang kuat dengan kata lain merupakan motivasi ini menjadi power dalam diri kita kan menggerakan organisme tubuh kita akan melakukan aktifitas kalau kita analogikan pesawat, maka motivasi ibarat mesin yang menggerakan onderdil pesaat itu sampai pesawat tersebut dapat terbang sampai tujuan.


(43)

34

Motivasi berasal dari kata inggris yaitu motivation yang berarti dorongan pengulasan dan motivasi. Dalam belajar mengajar juga dikenal adanya motivasi belajar artinya motivasi ang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Ivor K.Davies ialah kekuatan tesembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri dan kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut.30

Dalam klasifikasinya motivasi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang yaitu:

1) Motivasi instrinsik

Adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk mlahirkan sesuatu, artinya motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu itu sendiri yang sudah menjadi bawaan manusia.

2) Motivasi ekstrinsik


(44)

35

Adalah motif-motif yang katif berfungsi karena adanya perangsang dari luar, artinya motif ini bisa tumbuh jika ada faktor perangsang dari luar manusia31

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa posisi motivasi dalam proses belajar mengjar sangat diperlukan dan dibutuhkan sebab seseorang yang tidak mempuyai motivasi belajar tentunya ia tidak akan melakukankegiatan belajar.

Dan sebaliknya orang yang mempunyai motivasi belajar akan mempengaruhi pencapaian tujuan belajar dengan lebih baik. Disinilah letak pentingnya

Dan dari kesimpulan penulis di atas sangat menegaskan bahwa untuk mencapai prestasibelajar yang bagus perlu ada peningkatan motivasi belajar. Pernyataan yang perlu di ajukan adalah bagaimana cara atau langkah meningkatkan motivasi belajar siswa?

Berkaitan dengan hal ini Ali Imron mengusulkan metode memotivasi siswa untuk belajar diantaranya:

1) Kelakan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. 2) Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya.

3) Tunjukan kegiatan atau aktifitas yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar.


(45)

36

4) Kenalkan siswa pada hal-hal baru.

5) Buatlah variasi dalam kegiatan belajar mengajar. 6) Adakan evaluasi terhadap materi peajaran. 7) Memperbaiki faktor kesehatan.

b. Menetapkan lingkungan yang kondusif

Di tengah kegiatan belajar dan disaat kita mendapat gangguan yang terkadang membuat kita merasa gagal dalam belajar, mugkinakan muncul di benak kita sebuah pertanyaan apa yang membuat prestasi belajar yang bagus, sehingga pertanyaaan ini puzzle yang selalu kita cari jawaban-jawabanya ringkas untuk pertanyaan ini yaitu lingkungan belajar yang kondusif.

Lingkungan belajar yang kondusif, penulis maksudkan adalah situasi atau keadaan yang terjadi atau ada disekitar individu yang keberadaannya dapat mengimbangi kebutuhan dalam belajar dan menunjang kelancaran proses belajar guna mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Para ahli dalam bidang belajar banyak mengemukakan bahwa lingkungan termasuk faktor yang dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan belajar, diantaranya sesuai dengan pendapat Hasbulloh Tabrani. Beliau berpendapat bahwa:

“lingkungan seseorang siswa dapat mempunyai pengaruh ini bisa positif dan bisa negatif tergantung mana yang kuat atau menang


(46)

37

secara naluriah setiap siswa mesti menyadari pengaruh tersebut hanya yang jadi masalah tersebut adalah ke tidak mampuan keluar dan pengaruh uruk atau masuk ke dalam pengaruh baik”

Lebih lanjut Hasbulloh Tabrani mengatakan lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga ia mencontoh kalau siswa bergaul dengan orang pandai dia bisa ikut pandai. Tetapi kalau ia bergaul dengan teman yang nakal maka prestasi belajarna jga tergantung.32

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa uraian di atas sesuai atau sejalan dengan hadis Nabi SAW: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual miyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Ali Imron mengatakan bahwa lingkungan fisik siswa yang meliputi tempat belajar, sarana dan yang lain. Apakah sudah tertata rapi atau belum kemudian lingkungan sosial siswa yang meliputi

32 Hasbulloh. Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Gravinndo persada, 1999),


(47)

38

teman sepermainan kelompok belajar dan yang lain juga menenentukan prestasi belajar sehingga ia menganalogikan bila lingkungan siswa tidak bisa belajar, sebutlah belajar belum membudayakan maka seorang individu yang ada dilingkungan itu akan terpengaruh dan enggan untuk belajar namun bila lingkungan sosial siswa itu lingkungan yang kompetitif dan selalu membudayakan belajar, maka individu yang ada di lingkungan itu akan terpengaruh hingga tanpa disadari akan belajar dengan sendirinya.33

Bahasan tentang lingkungan di atas dapat di fahami, bahwa keberadaan lingkungan baik dan buruk sangat mempengaruhi percapaian prestasi belajar. Kesimpulanya bagi pelajar tentunya dituntut untuk menciptakan lingkngan yang kondusif yaitu lingkungan yang sesuai tuntutan belajar dan mendukung belajar dalam rangka mencapai prestasi belajar yang optimal.

c. Mempersiapkan belajar

Setiap pekerjaan yang dilakukan untuk pendidikan perlu diadakan persiapan yang mata agar tujuan dari pekerjaan itu tercapai secara optimal suatu contoh, kita akan bepergian jauh dengan naik pesawat dalam bepergian kita perlu mengadakan persiapan mulai dari perbekalan sampai bagaimana agar kita tidak takut. Begitu pula dalam belajar perlu ada persiapan yang matang untuk menjalakannya.


(48)

39

Hasbulloh Tabrani mengatakan seorang yang akan melakukan kegiatan belajar perlu mempersiapkan dau macam persiapan yaitu, persiapan diri dan prasarana:

1) Persiapan Diri

Persiapan diri dimaksudkan bagaimana seorang yang akan belajar bisa menumbuhkan tekad, motivasi, dan yang lain untuk benar-benar siap menghadapi belajar tanpa ada keraguan-keraguan dan ketakutan, di balik belajar itu sebab dengan persiapan yang matang itu membuat orang menjadi optimis dan kat menjalni hambatan yang melintang.

Sebaliknya orang yang kurang mempersiapkan mental dalam dirinya untuk belajar akan menimbulkan rasa ragu, minder dan cepat lelah dalam belajar.34

Kedua kondisi siswa antara yang mempunyai persiapan diri yang matang dan yang belum mempersiapkan keduanya akan mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar sesuai dengan periapan yang ada.

2) Persiapan Sarana

Setelah kita persiapkan dalam bentuk software perlu juga persiapan dalam bentuk hardware yang berupa sarana yag mendukung lancarnya proses belajar dalam hal ini Hasbulloh


(49)

40

mengatakan untuk menghadapi belajar perlu mempersiapkan beberapa sarana diantaranya:

a) Ruang belajar

Ruang belajar juga mempengaruhi dan menantikan hasil belajar siswa oleh karena itu untuk belajar yang memenuhi sarat dan kondusif untuk belajar. Sedangkan ruang belajar yang memenuhi syarat ialah urang yang bebas dari gangguan suhu udara yang stabil dan penerangan yang baik.

b) Perlengkapan yang memadai dan baik

Untuk melakukan belajar tentunya ada beberapa alat atau fasilitas yang diperlukan seperti meja belajar, pensil, buku bacaan, buku catatan dan lainnya, yang keberadaannya juga mempengaruhi lancarnya proses belajar. Sehingga seorang yang akan belajar perlu mempersiapkan perlengkapan belajar itu.35

Uraian di atas dapat difahami, bahwa kedua persiapan antara persiapan sarana, mempunyai pengaruh yang kuat dalam menunjang pencapaian prestasi belajar siswa. Dan di antara keduanya harus ada keseimbangan serta hubungan yang harmonis. Dengan kata lain, seorang yang akan belajar tidak


(50)

41

hanya mempersiapkan diri dengan matang tanpa mempersiapkan sarana.

Di samping persiapan yang terurai di atas, ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu mengatur waktu, membuat jadwal aktifitas belajar.

4. Mengukur Prestasi Belajar

Melihat arti dan fungsi evaluasi dan pengukuran terhadap kegiatan belajar di atas, memberi arti atas titik urgen dari pengukuran prestasi belajar siswa.

a. Definisi evaluasi atau pengukuran

Evaluasi atau asesment dalam kontek belajar adalah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seseorang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dari ungkapan di atas dapat dipahami, pengukuran atau evaluasi belajar adalah proses penilaian yang dilakukan subyek belajar dengan tujuan untuk mengidentifikasi pencapaian target atau tujuan dari kegiatan belajar dengan menggunakan alat-alat pengukur tertentu.

b. Tujuan Evaluasi

1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam satu kurun waktu belajar.


(51)

42

2) Untuk mengatahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelas.

3) Untuk mengetahui sejauh mana siswa mendayagunakan kapasitas kognitifnya, kemampuan, kecerdasan yang dimilikinya untuk keperluan belajar.

4) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat daya guna metode mengajar seorang guru.

5) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Penilaian siswa dari hasil belajar yang meliputi pengalaman kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa, mengukur prestasi atau evaluasi adalah proses mengukur hasil belajar siswa dalam waktu tertentu yang dilakukan oleh subyek belajar atau disini disebut guru atau pendidik.

Dengan tujuan untuk mengetahui sampai manakah pencapaian peserta didik dalam memenuhi target, dapat juga untuk mengetahui kemajuan yang sudah di capai siswa, untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa, sejauh mana tingat daya kapasitas kognitif siswa, dan untuk mengetahui tingkat efektifitas model atau metode yang dibawakan guru di dalam kelas.

Sehingga dapat membantu pendidik dalam memilih materi dan model pembelajaran yang akan dibawakan guru di dalam kelas, sehingga materi


(52)

43

dapat mudah di terima oleh peserta didik dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif.

C. Pembahasan Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetiton) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam.

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih nampak bila ditinjau dengan sistem pendidikan yang sesuai dan dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan baik, maka model belajar mengajarlah yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Pengaruh Implementasi pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam merupakan kegiatan yang mendorong untuk melaksanakan pola interaksi edukatif secara lebih aktif sehingga di pandang sebagai langkah-langkah yang harus ada dalam pelaksanaan metode pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton).

Pada dasarnya Implementasi pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) selalu memberikan langkah-langkah dan pola belajar yang jelas bagi siswa dengan tujuan yang jelas juga, bahan atau materi yang terencana, dan sarana yang menunjang. Dalam penerapan metode pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) mencerminkan


(53)

44

kreatifitas maksimum pada pihak siswa dalam belajar, dan untuk meningkatkan kreatifitasnya tersusunlah langkah-langkah dalam penerarapan tersebut. Dengan cara semacam ini diharapkan hasil belajar lebih baik dan diketahuinya keberhasilan siswa melalui suatu penilaian yang dilakukan diakhir pelajaran. Atas dasar itulah merupakan upaya mempertemukan dua kutub yaitu guru aktif siswa aktif, guru pasif siswa aktif, sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.36

Dari uraian di atas peranan guru sebagai orang yang selalu berupaya untuk memberikan rangsangan atau stimulus agar siswanya melakukan proses belajar dengan aktif, guru membimbing kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sehingga yang bersangkutan mampu memecahkannya, disamping itu gurupun mengarahkan siswa belajar sehingga mencapai tujuan tertentu dan dia berupaya agar siswanya termotivasi untuk belajar. Cara itu siswa lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh guru. Hal itulah yang menunjukkan keseimbangan yang aktif baik dari guru maupun dari siswa. Disamping itu terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa pada saat pelaksanaan berlangsung, komunikasi ini adakalanya dilakukan dengan searah misalnya pada tahapan kegiatan inti yang mana dalam kegiatan mendengarkan, memperhatikan, memahami, dan menyimpulkan. Sedangkan komunikasi dua

36 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar


(54)

45

arah dalam pengajaran menunjukkan terjadinya arus balik dalam siswa kepada guru, komunikasi semacam ini terjadi bila pelaksanaan dilakukan dengan metode tanya jawab. Penilaian merupakan kegiatan terpenting dalam proses belajar mengajar, karena dengan penilaian diketahui tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Penilaian dalam Implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dijadikan dasar sebagai tolak ukur keberhasilan belajar yang mencakup berbagai aspek pemahaman siswa melalui penilaian terhadap proses belajar atau hasil yang dicapai.

Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dapat membantu siswa lebih kreatif dan lebiih aktif saat proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dana guru tidak hanya satu-satunya sumber belajar. Siswa dapat belajar dari media pemebelajaran seperti komputer, majalah, buku pendidikam dan lain-lain. Sehingga implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban atau kesimpulan sementara terhadap masalah yang diteliti dan harus di uji dengan data yang terkumpul melalui kegiatan penelitian. Hipotesis merupakan dasar untuk membuat


(55)

46

kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau generalisasi. Ada dua hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

1. Hipotesis kerja atau yang disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan dua kelompok.

2. Hipotesis Nihil disingkat Ho. Hipotesis ini sering disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan statistik. Hipotesis ini menyatakan tidak adanya perbedaan dua variabel atau tidak adanya pengaruh variable X dan Y.37

Berdasarkan pengertian di atas serta berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang ada kaitannya dengan pembahasan judul di atas maka penulis menurunkan dua hipotesis ini :

1. Hipotesis Kerja ( Ha ) yang berarti ada pengaruh model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMP Al Hikmah Cilacap.

2. Hipotesis Nihil ( Ho ) yang berarti tidak ada pengaruh model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SMP Al Hikmah Cilacap.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi, yakni rencana pemecahan bagi persoalan yang dihadapi.34 Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, jenis dan sumber data, pengumpulan data, teknik analisa data.

Adapun jika dilihat dari analisi data maka penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif karena data dianalisis dengan menggunakan data statistik Regresi Linear. Dan berdasarkan sumbernya jenis data dapat digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan sumber data daam penelitian ini adalah dari mana data dapat diperoleh35

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian: kuantitatif

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang mengguanakan data

34 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

1982), hlm. 50.

35 Anas Sujiono. Pengantar Statisik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008),


(57)

48

kuantitatif (data yang berbentuk angka atau data yang di angkakan)36 dari satu variabel untuk di kaji secara terpisah dan keudian di hubungkan.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yng dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yng telah ditentukan.

Pelaksanaan penelitian membutuhkan banyak waktu, tenaga, alat, sarana, prasarana dan dana. Tanpa didukung syarat-syarat di atas dengan memadai, penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang baik. Agar pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik tanpa menghambur-hamburkan tenga, pikiran, waktu, sarana, prasaran maupun dana maka diperlukan perencanaan penelitian yang baik dan sistematis dalam bentuk rancangan penelitian.

Sebagai bentuk rancangan penelitian yang bertujuan memberikan pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil . rancangan penelitian pada dasarnya merupakan proses pemikiran dan penentuan secara optimal dengan hal yang akan dilakukan dan yang akan dijadikan pedoman.

Suatu rancangan penelitian harus memperkirakan hal yang akan dilakukan selama melaksanakan penelitian. Oleh karena itu perumusannya sebagai berikut:

36 Hamid Darmadi , Dimensi-Dimensi metode penelitian pendidikan dan social,


(58)

49

1. Mencakup segala kegiatan yang dilakuakan, termasuk masalah tujuan, sumber prasarana.

2. Disusun secara logis dan sistematis sehingga memberikan kemungkinan kemudahan bagi peneliti dalam melaksanakan peneltian.

3. Harus sejauh mungkin membatasi hal yang berhubungan dengan data, sumber data, sarana dan prasarana.

4. Harus dapat memberikan sejauh mana hasil yang akan diperoleh serta usaha-usaha yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deduktif-induktif yaitu pendekatan dari teori ke praktek dan menggunakan analisis statistik yaitu menggunakan rumus product moment. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas (x): Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton)

b. Variabel terikat (y): Prestasi belajar PAI.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah


(59)

50

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).37

Adapaun populasi dalam penelitian ini ada dua yaitu: seluruh siswa SMP AL Hikmah yang berjumalah 254 yaitu meliputi dari kelas VII-IX (A-D) dan juga siswa kelas VIII (A-D) yang berjumlah 104 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti atau obyek yang diambil dan dapatkan mewakili populasi.38 Adapun jumlah sampel adalah 27.04 % dari jumlah populasinya yaitu 104 siswa kelas VIII (A-D).

Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.39

37 Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 81.

38 Suharsini Arikunto. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Edisi Revisi VI).

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 109

39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka


(60)

51

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian sangat di tentukan kevalidannya tergantung pada jenis pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian. Ada beberapa jenis pengumpulan data dalam sebuah penelitian.

Berikut metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yang meliputi:40

a. Angket/kuesioner: salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penlitian pendidikan maupun penelitian sosial yang paling popular digunakan kuesioner. Dalam anget terdapat beberapa macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. 41

b. Observasi: Instrumen yang lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian kuantitatif, Instrumen Observasi lebih sering di gunakan sebagai alat pelengkap instrument lain.42

c. Interview/wawancara: Instrument ketiga yang juga berfungsi untuk pengambilan data di lapangan adalah menggunakan tekhnik wawancara. Pada tekhnik ini peneliti. Pada tekhnik ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek yang diteliti43

40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2006), cet ke-13, hlm. 134.

41 Hamid Darmadi , Dimensi-Dimensi metode penelitian pendidikan dan social

(Bandung:Alfabeta, 2013), cet ke-1, hlm. 302

42 Ibid., hlm. 305 43 Ibid.


(61)

52

d. Dokumentasi: Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan tekhnik dokumentasi. Pada tekhnik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.44

5. Instrumen Penilaian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, dalam suatu pengukuran pasti terdapat alat ukur. Alat ukur dalam sebuah penelitian disebut instrumen penelitian. Jadi, Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur alam atau sosial yang diamati.

Dalam penelitian ini penulis memakai instrument angket yaitu unuk mengetahui implementasi pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP AL Hikmah Cilacap. Selain itu, peneliti menggunakan instrument interview untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum mengenai sekolah. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati situasi dan kondisi sekolah. Dokumentasi digunakan untuk mendukung instrument yang lain.

Adapun menegenai skor dari jawaban pertanyaan angket mengenai penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) yang


(62)

53

berjumlah 9 pertanyaan yang disebarkan pada 26 responden penelitian adalah sebagai berikut:

a. Jika menjawab Selalu, maka diberi skor 4 b. Jika menjawab Sering, maka diberi skor 3

c. Jika menjawab Kadang-kadang, maka diberi nilai 2. d. Jika menjawab Tidak Pernah, maka diberi nilai 1.

Adapun mengenai Instrumen Y (prestasi belajar siswa) adalah dengan melihat nilai ulangan siswa pada mata pelajaran PAI yang kemudian di ambil rata-ratanya dengan menggunakan rumus:

=∑

Keterangan:

= Median dari Variabel y (presatasi belajar siswa)

∑ = Jumlah nilai prestasi siswa

N = Jumlah frekuensi atau banyaknya sempel penelitian

Kemudian dari nilai rata-rata di atas dimasukkan pada kategori-kategori nilai sebagai berikut:

NILAI KATEGORI NILAI KATEGORI

10 Istimewa 5 Hampir

9 Sangat Baik 4 Kurang

8 Baik 3 Kurang sekali

7 Cukup Baik 2 Buruk


(63)

54

6. Teknik Analisis Data

Dari data yang telah didapat dan dikumpulkan peneliti, maka peneliti akan menganalisa data tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menganalisa data tentang penerapan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetiton), penulis menggunakan rumus prosentase sederhana, yaitu dengan rumus:

� =� %

Keterangan:

P = Angka prosentase

F = Frekuensi jawaban yang akan dicari prosentasenya N = Jumlah frekuensi atau banyaknya sampel penelitian

Tetapi sebelumnya penulis mengelompokkan nilai variabel X (penerapan menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) kedalam kategori-kategori ( baik, cukup, kurang), yaitu dengan menggunakan rumus:

� = � − +

Keterangan:

R = Angka kategori

H = Jumlah skor pernyataan angket L = Jumlah pernyataan angket


(64)

55

Kemudian untuk mencari nilai variabel x (penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton), maka hasil prosentase tertinggi dikonsultasikan dengan intrepretasi prosentase, yaitu sebagai berikut: Sangat Baik  Interval Nilai 31-36

Baik  Interval Nilai 24-30 Cukup  Interval Nilai 17-23 Kurang  Interval Nilai 16-9

2. Untuk menganalisis data tentang prestasi belajar siswa , penulis menggunakan nilai ulangan siswa, yaitu dengan menghitung rata-ratanya dengan rumus:

=∑

Keterangan:

= Median dari Variabel y (presatasi belajar siswa)

∑ = Jumlah nilai prestasi siswa

N = Jumlah frekuensi atau banyaknya sempel penelitian

3. Untuk menganalisis data tentang ada atau tidaknya pengaruh variabel X (penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) terhadap Y (prestasi belajar siswa), penulis menggunakan rumus product momen karena ingin mengetahui hubungan antara variabel X (penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa). Rumus yang pada penelitian ini adalah:


(65)

56

� = ∑ − ∑ ∑

√[ ∑ 2 − ∑ 2][ ∑ 2− ∑ 2]

Keterangan :

Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment. N = Number of Cases.

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y45

Dalam memberikan interpestasi secara sederhana terhadap Angka Indeks

Korelasi “r” Product Moment (RXY), pada umumnya dipergunakan pedoman atau

ancar-ancar sebagai berikut:46

Tabel 3.1

Interpretasi Nilai “r” Product Moment

Besarnya “r” Product Moment (Rxy)

Interpretasi

0,00 - 0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi tetapi korelasi itu sangat lemah sehingga korelasi itu diabaikan (Dianggap tidak ada korelasi antara

45 Anas sudjiono, Pengantar statistic Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo, 2012), cet ke-24.

hlm 206.


(66)

57

variabel X dan Y)

0,20 - 0,40 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau sedang

0,40 - 0,70 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan

0,70 - 0,90 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 - 1,00 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Selanjutnya untuk mengetahui lebih detail mengenai peningkatan prestasi belajar PAI siswa, peneliti menruskan dengan rumus persamaan regresi linear sederhana.

Y = a + bX

Keterangan:47

Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a : Harga Y bila X=0 (Harga konstan)


(67)

58

b : Angka arah/koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang di dasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Untuk hasil peneitian, peneliti akan memaparkan tiga sub bab yang meliputi gambaran umum obyek penellitian, penyajian data, dan analisis data. Berikut ini hasil penelitian yang meliputi:

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Profil Sekolah

a) Nama Sekolah : SMP AL HIKMAH

KAWUNGANTEN CILACAP

b) Alamat (Jalan/Kec./Kab./Kota) : Jl. Raya Tegalsari Kawunganten Lor Kawunganten Cilacap 53253

c) Nama Yayasan : AL HIKMAH

d) Alamat Yayasan dan No. Telp : Jl. Raya Tegalsari Kawunganten Lor Kawunganten Cilacap 53253

e) No. Telp. : (0282) 611593

f) Nama Kepala Sekolah : AHMAD MARZUKI, S.Ag

g) No.Telp./ HP : 081 327 089 565

h) Kategori Sekolah : Reguler i) Tahun didirikan : 2002 j) Kepemilikan Tanah / Bangunan : Yayasan

a. Atas Nama : Wakaf


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran dari uraian-uraian pada bab sebelumnya. Baik yang berupa teori maupun data hasil penelitian.

1. Implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada pembelajaran PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap, sebagai berikut:

a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

kelompok 4-5 anggota.Siswa mendengaran dan memperhatikan

penjelasan dari guru.

b) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka

pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selajutnya

untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory)

c) Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau

permasalahan yang berkaitan dengan materi.

d) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil

diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk

menyelesaikan masalah (intellectual).

e) Setelah selesei berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi


(2)

80

2. Prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap sebelum

diterapkannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) pada kelas VIII dengan siswa 104 memiliki rata-rata nilai (6,5), yang artinya berada pada interval 6-7 yang berarti rendah.

3. Setelah di terapkannya Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) maka prestasi belajar PAI siswa SMP AL Hikmah Cilacap menjadi meningkat, dilihat dari nilai rata-rata yang semula (6,5) menjadi (8,1), dan hal ini juga bisa dibuktikan dengan perhitungan rumus rxy ( 0,4246 ) adalah lebih besar dari hasil perhitungan tabel rt baik pada taraf signifikasi 5 % ( 0,3882 ) maupun pada taraf signifikasi 1 % ( 0,3927 ) yang artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho), ditolak, berarti terdapat pengaruh yang signifikasi antara variabel x (Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa) di SMP AL HIKMAH Cilacap.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan penulis di SMP AL HIKMAH Cilacap dengan judul Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP AL HIKMAH Cilacap. Penulis mendapatkan hasil yang cukup baik yaitu adanya pengaruh Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP AL


(3)

81

HIKMAH Cilacap dan juga dapat membangkitkan semangat siswa dalam mempelajari mata pelajaran PAI di SMP AL HIKMAH Cilacap.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan pentingnya penerapan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam mata pelajaran PAI di SMP AL HIKMAH Cilacap, maka dari itu penulis memberikan saran dan masukan dengan tujuan supaya proses pembelajaran PAI di SMP AL HIKMAH Cilacap bisa berjalan dengan lebih baik, yaitu:

1. Bagi para pendidik, dalam menerapkan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) dalam mata pelajaran PAI hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar siswa, seperti:

a. Para pendidik, dalam menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton) hendaknya memilih materi yang tepat sehingga dalam pelaksanakaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan mudah diterima oleh para siswa.

b. Dalam pelaksanaannya para pendidik juga harus lebih mempertimbangkan lagi dalam pengalokasian waktu, pembagian waktu antara auditory, intellectually, dan repetiton supaya siswa lebih maksimal dalam proses pembelajaran.

c. Para pendidik, hendaknya juga selalu memperhatikan perkembangan prestasi siswa. Sehingga dalam pelaksanaannya para pendidik dapat membagi kelompok dengan adil dan dapat membagi tugas kepada para siswa dengan tepat.


(4)

82

2. Bagi peserta didik, hendaknya selalu memperhatikan arahan dari para pendidik, sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan maksimal.

3. Untuk pihak sekolah, hendaknya juga memperhatikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan para pendidik, sehingga para pendidik dapat lebih maksimal dalam proses pembelajaran.

4. Untuk pihak keluarga, hendaknya selalu mengevaluasi marteri putra-putrinya yang di dapatkan di sekolah, dan juga memberikan suasana yang baik di rumah yang dapat mendukung proses pembelajaran siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Brata, Sumadi Surya. 1908. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Bukhori, M. 1983. Tekhnik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Jemars.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Social.

Bandung: Alfabeta

Davies, Davis K. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Djara,arah, Saiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabya: Usaha Nasional.

Hasbulloh. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Hud, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yoyakarta:

Pustaka Pelajar.

Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustak Pelajar.

Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdalarya.

Meier, Dave. 2002. The Accalerates Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Konsep, Karakteristik dan Implementasi.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


(6)

84

Poerwadaminto. 1993. Kamus-Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajarn Inovatif dalam Kurikulum. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Slamet. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rienika Cipta.

Sohimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Rembang: Ar Ruzz Media.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sujiono, Anas. 2008. Pengantar Statisik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 19

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 45

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 14

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 21

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD ISLAM AL-BADAR KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6