Pengaruh layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual terhadap perilaku bullying siswa kelas XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi) | Wardhani | Jurnal Konseling dan Psikoedukasi 6262 20693 1 PB
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI
(Studi di SMA Negeri 5 Sigi )
Putri Wardhani1
Muh. Mansyur Thalib
Ridwan Syahran
ABSTRAK
Kata Kunci : Media Audio Visual, Perilaku Bullying
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual terhadap perilaku bullying siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku bullying siswa sebelum
maupun sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual serta menjelaskan pengaruh layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual terhadap pengurangan perilaku bullying. Subjek penelitian ini berjumlah 13
orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Data diolah dan
dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
terdapat 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 61,5% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, 23,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang rendah. Sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual, terjadi pengurangan perilaku bullying fisik antara lain: 7,7% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang tinggi, 46,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah dan 15,4% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah. Hasil analisis inferensial menunjukan
bahwa perilaku bullying siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan
diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual lebih rendah dibandingkan
sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual.
1
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kampus FKIP Untad Bumi Tadulako Tondo
39
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan proses dimana seorang remaja sedang mencari dan
menemukan jati dirinya serta lebih suka untuk melakukan aktivitas berkelompok. Dalam
proses menemukan jati dirinya remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan hal - hal
negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain salah satunya adalah
dengan melakukan kekerasan.
Begitu banyaknya kekerasan yang terjadi, sehingga muncul kekhawatiran bahwa
kekerasan dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal dan wajar. Kasus kekerasan pada
anak di lingkungan sekolah sebenarnya sudah lama dan banyak terjadi, namun tidak
mendapat perhatian bahkan terkadang tidak dianggap sesuatu hal yang serius. Kekerasan
yang terjadi yaitu berupa kekerasan fisik
dan mental seperti perpeloncoan, bentuk
intimidasi dari teman – teman dan pengucilan diri. Kekerasan ini biasanya disebut dengan
perilaku bullying.
Bullying merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan
perlakuan secara tidak sopan dan menggunakan kekerasan/paksaan untuk mempengaruhi
orang lain. Perilaku bullying dapat mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik, psikologis
dan cyberbullying yang dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu. Pelecehan
verbal yaitu pelecehan dengan menggunakan ucapan berupa mengejek, menyebarkan gosip
serta memberi julukan. Kekerasan fisik adalah perilaku bullying yang dilakukan dengan
adanya sentuhan fisik seperti mendorong, menjambak, memukul, dll. Pelecehan secara
psikologis adalah pelecehan yang cukup sulit untuk di deteksi karena bullying ini berupa
mimik kegiatan yang secara tidak langsung diperlihatkan oleh pelaku bullying yaitu
menjulurkan lidah, memandang dengan penuh ancaman, serta memandang dengan hina,
sedangkan cyberbullying adalah bully yang dilakukan dengan menggunakan media dari
teknologi dan komunikasi seperti sms, telepon, e-mail, facebook, twitter, instagram, dsb.
Akibat dari perilaku bullying adalah anak menjadi cenderung bersifat agresif, mudah
marah, memiliki toleransi yang rendah, mempengaruhi prestasi belajar di sekolah, dapat
depresi tahap ringan dikarenakan rasa bersalah serta dapat masuk penjara. Jika perilaku
bullying ini tidak segera ditangani, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan anak
nantinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diadakan layanan diskusi kelompok
untuk mengetahui bagaimana tanggapan mereka serta memecahkan masalah perilaku
bullying fisik di sekolah. Diharapkan dari pemberian layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual, siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yang mengalami
40
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
masalah perilaku bullying fisik tidak akan melakukan perilaku bullying fisik lagi sehingga
dapat mengurangi dampak yang terjadi dari perilaku tersebut serta siswa dapat mencapai
perkembangannya secara optimal.
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok
yang dilaksanakan secara berkelompok guna membantu siswa agar dapat terhindar dari
berbagai masalah yang dapat mengganggu pencapaian perkembangan siswa baik yang
berhubungan dengan diri pribadi, sosial, belajar ataupun karirnya.
Pengertian diskusi kelompok memiliki beberapa pengertian dari para ahli seperti
menurut Tohirin (2007:291) “diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa
memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama”. Sedangkan
menurut Sukardi, D.K (2008:220) “diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang
atau lebih yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya
menghasilkan suatu keputusan bersama”.
Menurut Djaramah dan Zain (dalam Febritha D, 2014:31) bahwa “media audio
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif
(mendengar) dan visual (melihat)”.
Bullying merupakan perilaku agresif berulang yang dilakukan oleh individu atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti dan mengganggu orang lain secara fisik,
verbal, psikologis serta melalui media elektronik.
Bullying memiliki beberapa pengertian dari para ahli, diantaranya menurut Tim
Yayasan Sejiwa (2008:2) menyatakan bahwa “bullying adalah situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok”.
Sedangkan menurut Rigby (dalam Astuti, 2008:3) “bullying adalah sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi
ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment research yaitu adanya
perlakuan pada siswa yang akan menjadi pembanding, dalam pemberian layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual karena tidak semua indikator mengenai
perilaku bullying mampu dikontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Sigi Desa
Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
41
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
yang berjumlah 13 siswa. Pengambilan data dan pelaksanaan penelitian adalah pada bulan
Februari tahun 2016.
Teknik pengumpulan data ini adalah angket. Adapun jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden (subjek penelitian) atau dikumpulkan peneliti dalam berbagai sumber yang telah
ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dalam penelitian ini adalah observasi
langsung pada pelaksanaan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual serta wawancara langsung dengan guru BK. Analisis data dilakukan dengan mengacu
pada analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis data deskriptif menggunakan
rumus presentase (Anas, S 2003:40) dengan menggunakan pedoman klasifikasi (Thalib,
M.M. 2007). Sedangkan analisis inferensial menggunakan rumus uji-t. Untuk menentukan
apakah hipotesis nol ditolak atau tidak maka
distribusi
tabel
hitung
dikonsultasikan pada daftar nilai
dengan taraf signitif 95%. (α = 0,05) Jika
nol) ditolak, jika thitung ≤
tabel
hitung
>
tabel
maka H0 (hipotesis
maka H0 diterima.
HASIL
Hasil Analisis Deskriptif
Deskripsi data perilaku bullying
Untuk mengetahui frekuensi perilaku bullying siswa SMA Negeri 5 Sigi sebelum
dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
maka dibuat klasifikasi perilaku bullying siswa seperti pada tabel 1 dan 2:
Tabel 1. Klasifikasi dan Persentase Perilaku Bullying Siswa Sebelum diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
No Klasifikasi Perilaku Bullying Fisik
1
2
3
4
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
f
%
2
8
3
0
13
15,4
61,5
23,1
0
100
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukan bahwa dari 13 siswa yang menjadi subjek
penelitian, 2 atau 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 8 atau
61,5% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi , 3 atau 23,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah dan tidak ada atau 0% siswa memiliki perilaku bullying
fisik yang sangat rendah
42
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Tabel 2. Klasifikasi dan Persentase Perilaku Bullying Siswa Sebelum diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
No Klasifikasi Perilaku Bullying Fisik
1
2
3
4
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
f
%
1
4
6
2
13
7,7
30,8
46,1
15,4
100
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukan bahwa dari 13 siswa yang menjadi subjek
penelitian bahwa 1 atau 7,7% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 4
atau 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, 6 atau 46,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah dan 2 atau 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang sangat rendah.
Deskripsi Pengurangan Perilaku Bullying Fisik Sebelum dan Sesudah Diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
Berdasarkan klasifikasi tentang perilaku bullying siswa, maka dapat dilihat
pengurangan perilaku bullying siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual pada tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Pengurangan Perilaku Bullying Siswa Sebelum Dan Sesudah
diberikan Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio
Visual.
No
Klasifikasi
PBF
Sebelum
Diberikan
Layanan
(DKMMAV)
Sesudah
Diberikan
Layanan
(DKMMAV)
Peningkatan
PBF
%
1
Sangat
Tinggi
4, 10
10
0
0
2
Tinggi
2, 3, 5, 6, 7, 9,
12, 13
2, 4, 6, 9
1
7,7
3
Rendah
1, 8, 11
3, 5, 7, 8, 12,
13
5
38,46
4
Sangat
Rendah
0
1, 11
2
15,38
Jumlah
13
13
8
61,54
Keterangan : LDKMMAV (Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan
Media Audio Visual)
PBF
(Perilaku Bullying Fisik)
43
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa pengeurangan perilaku bullying
siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual adalah 1 atau 7,7% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi
yaitu siswa nomor 4. Kemudian 5 atau 38,46% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang
rendah yaitu siswa nomor 3, 5, 7, 12 dan 13. Terdapat 2 atau 15,38% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat rendah yaitu siswa nomor 1 dan 11. Sehingga siswa yang
mengalami pengurangan perilaku bullying fisik sebanyak 61,54%. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual pada
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi berpengaruh terhadap pengurangan perilaku bullying
fisik siswa.
Analisis Inferensial
Untuk menguji apakah hipotesis nol (H0) ditolak atau diterima, maka hasil
perhitungan (thitung) dikonsultasikan pada tabel t (satu ekor), dengan taraf kepercayaan 95%
(ɑ = 0,05) pada derajat bebas (db) = (n – 1) = (13 – 1) = 12. Pada tabel distribusi diperoleh
nilai t tabel sebesar 1,78. Hal ini berarti nilai thitung > nilai ttabel atau 10 > 1,78. Dengan
demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Hipotesis nol (H0) yang berbunyi perilaku bullying fisik
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual tidak lebih rendah dibandingkan sebelum diberikan
layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku bullying siswa kelas XI SMA Negeri
5 Sigi, sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual dari 13 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, 2 atau 15,4% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 8 atau 61,5% siswa memiliki perilaku bullying
fisik yang tinggi, 3 atau 23,1 % siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah, dan
tidak ada atau 0% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa di SMA Negeri 5 Sigi, terdapat siswa kelas XI memiliki
perilaku bullying fisik yang harus segera diatasi agar tidak berdampak pada temantemannya, berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan, hukum dan norma sosial yang
berlaku di lingkungan sekolah.
Pengurangan perilaku bullying fisik siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan
diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual adalah 61,54%. Pengurangan
tersebut terjadi dikarenakan siswa turut berperan aktif dalam pelaksanaan layanan diskusi
44
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
kelompok
dengan
menggunakan
media
audio
visual
serta
mendengarkan
dan
memperhatikan apa yang disampaikan oleh teman dan peneliti.
Hasil analisis inferensial memberikan gambaran yang jelas mengenai pengurangan
perilaku bullying fisik sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rata-rata skor perilaku
bullying fisik siswa sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual yaitu 38,77 sedangkan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual siswa berubah menjadi 32,77. Berarti selisih ratarata siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual yaitu 6.
Siswa mengalami pengurangan perilaku bullying fisik dikarenakan adanya kesediaan
siswa untuk mengikuti setiap sesi layanan dengan penuh perhatian dan antusias. Selain itu,
dinamika kelompok yang dibutuhkan agar terjalin interaksi yang baik antar sesama anggota
kelompok sehingga masalah perilaku bullying fisik yang dialami siswa dapat menemukan
alternatif pemecahan masalahnya. Layanan diskusi kelompok ini, menggunakan media
audio visual sebagai alat bantunya dan diberikan dalam bentuk video.
Hal ini dikemukakan pula oleh Sanjaya (dalam Mardliyah dan Sutriswo, 2015:47)
bahwa “media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar
bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan sebagainya.
Media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik”.
Pemberian layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual akan
lebih menarik siswa untuk mengikutinya dan media ini dianggap lebih baik dikarenakan
siswa dapat pula melihat secara langsung perilaku bullying fisik yang akan dibahas pada
layanan ini. Maka dapat dikatakan bahwa salah satu alternatif dalam mengurangi masalah
perilaku bullying fisik siswa di sekolah adalah dengan pemberian layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina Afriana
pada tahun 2013 yang berjudul “Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan
Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014” yang menunjukan bahwa terjadi pengurangan
perilaku bullying siswa di sekolah setelah mengikuti layanan konseling kelompok.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ellya Rakhmawati pada
tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku
Bullying Pada Siswa Kelas VIII SMP H ISRIATI Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”
45
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif layanan bimbingan kelompok terhadap
perilaku bullying siswa kelas VIII SMP H Isriati Semarang.
Dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok
cukup efektif dalam mengurangi perilaku bullying fisik siswa di sekolah. Hal ini
dikarenakan ada perubahan dalam perilaku bullying fisik siswa yang sebelumnya selalu
dilakukan, kini menjadi berkurang. Terlebih lagi, penggunaan media audio visual sebagai
alat bantu dalam pelaksanaan layanan dapat membuat siswa melihat sendiri perilaku
bullying fisik yang mereka lakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dalam hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA
Negeri 5 Sigi sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual terdiri dari 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi,
61,5% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, dan 23,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah. 2) Perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA Negeri 5
Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yaitu 7,7% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang tinggi, 46,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah, dan 15,4% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah. 3) Perilaku bullying siswa kelas XI
SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual lebih rendah dibandingkan sebelum diberikan layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual.
Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang dikemukakan, maka saran yang dapat
diberikan ialah: 1) Bagi kepala sekolah agar memfasilitasi guru pembimbing dalam
pemberian layanan bimbingan dan konseling agar frekuensi pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling dapat lebih ditingkatkan, salah satunya yaitu layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual sehingga perilaku bullying fisik dan permasalahan
lainnya di sekolah dapat segera diatasi. 2) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah
agar menindak lanjuti siswa nomor 2, 6, 9, dan 10 karena perilaku bullying fisik, ketiga
siswa tersebut masih berada dalam klasifikasi sangat tinggi dan tinggi. Diharapkan agar
46
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
guru pembimbing melaksanakan layanan konseling individual untuk mendalami masalah
dari keempat siswa tersebut sehingga perilaku bullying fisik mereka
mengalami
pengurangan. 3) Bagi siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yang telah memiliki pengurangan
perilaku bullying fisik agar terus dapat menjaga perilaku positifnya sehingga dapat menjadi
pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. 4) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian serupa, hendaknya lebih mengembangkan layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual dengan variabel yang lain dan mengembangkan metode
penelitian yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, D. (2014). Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan
Menggunakan Layanan Konseling Kelompok. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id
Di Unduh [ 23 November 2015 ]
Astuti, R.P. (2008). Meredam Perilaku Bullying. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Anas, S. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Febrita, D. (2014). Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Media Audio
Visual Terhadap Hubungan Sosial Teman Sebaya Siswa di kelas VII SMPN 4 Kota
Bengkulu. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Bengkulu.
http://repository.unib.ac.id
Di unduh [ 30 November 2015 ]
Mardliyah dan Sutiswo. (2015). Upaya Meningkatkan Minat Mengikuti Layanan Informasi
Bimbingan dan Konseling Melalui Media Audio Visual. Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling, Vol.1 (3). Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Universitas Pancasakti Tegal.
http://i-rpp.com/index.php/jptbk/article/download/334/334.
Di akses [ 30 November 2015 ]
Rakhmawati, E. (2010). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku
Bullying pada Siswa Kelas VIII SMP H ISRIATI SEMARANG Tahun Pelajaran
2009/2010. Jurnal Penelitian PAUDIA, Vol 2 (1), Mei 2013.
http://e-jurnal.upgrismg.ac.id
Di
unduh [ 12 November 2015 ]
Sukardi, D.K. (2002). Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta. PT Rineka Cipta.
Thalib, M.M. (2007). Materi Diklat PLPG Bagi Guru Pembimbing. Palu. Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 25 Sulawesi Tengah.
47
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Tohirin. (2007) . Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tim Yayasan Sejiwa. (2008). Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Anak. Jakarta. PT Grasindo.
48
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI
(Studi di SMA Negeri 5 Sigi )
Putri Wardhani1
Muh. Mansyur Thalib
Ridwan Syahran
ABSTRAK
Kata Kunci : Media Audio Visual, Perilaku Bullying
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual terhadap perilaku bullying siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku bullying siswa sebelum
maupun sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual serta menjelaskan pengaruh layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual terhadap pengurangan perilaku bullying. Subjek penelitian ini berjumlah 13
orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Data diolah dan
dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
terdapat 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 61,5% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, 23,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang rendah. Sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual, terjadi pengurangan perilaku bullying fisik antara lain: 7,7% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang tinggi, 46,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah dan 15,4% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah. Hasil analisis inferensial menunjukan
bahwa perilaku bullying siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan
diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual lebih rendah dibandingkan
sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual.
1
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kampus FKIP Untad Bumi Tadulako Tondo
39
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan proses dimana seorang remaja sedang mencari dan
menemukan jati dirinya serta lebih suka untuk melakukan aktivitas berkelompok. Dalam
proses menemukan jati dirinya remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan hal - hal
negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain salah satunya adalah
dengan melakukan kekerasan.
Begitu banyaknya kekerasan yang terjadi, sehingga muncul kekhawatiran bahwa
kekerasan dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal dan wajar. Kasus kekerasan pada
anak di lingkungan sekolah sebenarnya sudah lama dan banyak terjadi, namun tidak
mendapat perhatian bahkan terkadang tidak dianggap sesuatu hal yang serius. Kekerasan
yang terjadi yaitu berupa kekerasan fisik
dan mental seperti perpeloncoan, bentuk
intimidasi dari teman – teman dan pengucilan diri. Kekerasan ini biasanya disebut dengan
perilaku bullying.
Bullying merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan
perlakuan secara tidak sopan dan menggunakan kekerasan/paksaan untuk mempengaruhi
orang lain. Perilaku bullying dapat mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik, psikologis
dan cyberbullying yang dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu. Pelecehan
verbal yaitu pelecehan dengan menggunakan ucapan berupa mengejek, menyebarkan gosip
serta memberi julukan. Kekerasan fisik adalah perilaku bullying yang dilakukan dengan
adanya sentuhan fisik seperti mendorong, menjambak, memukul, dll. Pelecehan secara
psikologis adalah pelecehan yang cukup sulit untuk di deteksi karena bullying ini berupa
mimik kegiatan yang secara tidak langsung diperlihatkan oleh pelaku bullying yaitu
menjulurkan lidah, memandang dengan penuh ancaman, serta memandang dengan hina,
sedangkan cyberbullying adalah bully yang dilakukan dengan menggunakan media dari
teknologi dan komunikasi seperti sms, telepon, e-mail, facebook, twitter, instagram, dsb.
Akibat dari perilaku bullying adalah anak menjadi cenderung bersifat agresif, mudah
marah, memiliki toleransi yang rendah, mempengaruhi prestasi belajar di sekolah, dapat
depresi tahap ringan dikarenakan rasa bersalah serta dapat masuk penjara. Jika perilaku
bullying ini tidak segera ditangani, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan anak
nantinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diadakan layanan diskusi kelompok
untuk mengetahui bagaimana tanggapan mereka serta memecahkan masalah perilaku
bullying fisik di sekolah. Diharapkan dari pemberian layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual, siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yang mengalami
40
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
masalah perilaku bullying fisik tidak akan melakukan perilaku bullying fisik lagi sehingga
dapat mengurangi dampak yang terjadi dari perilaku tersebut serta siswa dapat mencapai
perkembangannya secara optimal.
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok
yang dilaksanakan secara berkelompok guna membantu siswa agar dapat terhindar dari
berbagai masalah yang dapat mengganggu pencapaian perkembangan siswa baik yang
berhubungan dengan diri pribadi, sosial, belajar ataupun karirnya.
Pengertian diskusi kelompok memiliki beberapa pengertian dari para ahli seperti
menurut Tohirin (2007:291) “diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa
memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama”. Sedangkan
menurut Sukardi, D.K (2008:220) “diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang
atau lebih yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya
menghasilkan suatu keputusan bersama”.
Menurut Djaramah dan Zain (dalam Febritha D, 2014:31) bahwa “media audio
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif
(mendengar) dan visual (melihat)”.
Bullying merupakan perilaku agresif berulang yang dilakukan oleh individu atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti dan mengganggu orang lain secara fisik,
verbal, psikologis serta melalui media elektronik.
Bullying memiliki beberapa pengertian dari para ahli, diantaranya menurut Tim
Yayasan Sejiwa (2008:2) menyatakan bahwa “bullying adalah situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok”.
Sedangkan menurut Rigby (dalam Astuti, 2008:3) “bullying adalah sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi
ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment research yaitu adanya
perlakuan pada siswa yang akan menjadi pembanding, dalam pemberian layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual karena tidak semua indikator mengenai
perilaku bullying mampu dikontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Sigi Desa
Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
41
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
yang berjumlah 13 siswa. Pengambilan data dan pelaksanaan penelitian adalah pada bulan
Februari tahun 2016.
Teknik pengumpulan data ini adalah angket. Adapun jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden (subjek penelitian) atau dikumpulkan peneliti dalam berbagai sumber yang telah
ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dalam penelitian ini adalah observasi
langsung pada pelaksanaan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual serta wawancara langsung dengan guru BK. Analisis data dilakukan dengan mengacu
pada analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis data deskriptif menggunakan
rumus presentase (Anas, S 2003:40) dengan menggunakan pedoman klasifikasi (Thalib,
M.M. 2007). Sedangkan analisis inferensial menggunakan rumus uji-t. Untuk menentukan
apakah hipotesis nol ditolak atau tidak maka
distribusi
tabel
hitung
dikonsultasikan pada daftar nilai
dengan taraf signitif 95%. (α = 0,05) Jika
nol) ditolak, jika thitung ≤
tabel
hitung
>
tabel
maka H0 (hipotesis
maka H0 diterima.
HASIL
Hasil Analisis Deskriptif
Deskripsi data perilaku bullying
Untuk mengetahui frekuensi perilaku bullying siswa SMA Negeri 5 Sigi sebelum
dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
maka dibuat klasifikasi perilaku bullying siswa seperti pada tabel 1 dan 2:
Tabel 1. Klasifikasi dan Persentase Perilaku Bullying Siswa Sebelum diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
No Klasifikasi Perilaku Bullying Fisik
1
2
3
4
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
f
%
2
8
3
0
13
15,4
61,5
23,1
0
100
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukan bahwa dari 13 siswa yang menjadi subjek
penelitian, 2 atau 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 8 atau
61,5% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi , 3 atau 23,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah dan tidak ada atau 0% siswa memiliki perilaku bullying
fisik yang sangat rendah
42
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Tabel 2. Klasifikasi dan Persentase Perilaku Bullying Siswa Sebelum diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
No Klasifikasi Perilaku Bullying Fisik
1
2
3
4
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
f
%
1
4
6
2
13
7,7
30,8
46,1
15,4
100
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukan bahwa dari 13 siswa yang menjadi subjek
penelitian bahwa 1 atau 7,7% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 4
atau 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, 6 atau 46,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah dan 2 atau 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang sangat rendah.
Deskripsi Pengurangan Perilaku Bullying Fisik Sebelum dan Sesudah Diberikan
Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio Visual.
Berdasarkan klasifikasi tentang perilaku bullying siswa, maka dapat dilihat
pengurangan perilaku bullying siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi
kelompok dengan menggunakan media audio visual pada tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Pengurangan Perilaku Bullying Siswa Sebelum Dan Sesudah
diberikan Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Media Audio
Visual.
No
Klasifikasi
PBF
Sebelum
Diberikan
Layanan
(DKMMAV)
Sesudah
Diberikan
Layanan
(DKMMAV)
Peningkatan
PBF
%
1
Sangat
Tinggi
4, 10
10
0
0
2
Tinggi
2, 3, 5, 6, 7, 9,
12, 13
2, 4, 6, 9
1
7,7
3
Rendah
1, 8, 11
3, 5, 7, 8, 12,
13
5
38,46
4
Sangat
Rendah
0
1, 11
2
15,38
Jumlah
13
13
8
61,54
Keterangan : LDKMMAV (Layanan Diskusi Kelompok dengan Menggunakan
Media Audio Visual)
PBF
(Perilaku Bullying Fisik)
43
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa pengeurangan perilaku bullying
siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual adalah 1 atau 7,7% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi
yaitu siswa nomor 4. Kemudian 5 atau 38,46% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang
rendah yaitu siswa nomor 3, 5, 7, 12 dan 13. Terdapat 2 atau 15,38% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat rendah yaitu siswa nomor 1 dan 11. Sehingga siswa yang
mengalami pengurangan perilaku bullying fisik sebanyak 61,54%. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual pada
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi berpengaruh terhadap pengurangan perilaku bullying
fisik siswa.
Analisis Inferensial
Untuk menguji apakah hipotesis nol (H0) ditolak atau diterima, maka hasil
perhitungan (thitung) dikonsultasikan pada tabel t (satu ekor), dengan taraf kepercayaan 95%
(ɑ = 0,05) pada derajat bebas (db) = (n – 1) = (13 – 1) = 12. Pada tabel distribusi diperoleh
nilai t tabel sebesar 1,78. Hal ini berarti nilai thitung > nilai ttabel atau 10 > 1,78. Dengan
demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Hipotesis nol (H0) yang berbunyi perilaku bullying fisik
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual tidak lebih rendah dibandingkan sebelum diberikan
layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku bullying siswa kelas XI SMA Negeri
5 Sigi, sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio
visual dari 13 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, 2 atau 15,4% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 8 atau 61,5% siswa memiliki perilaku bullying
fisik yang tinggi, 3 atau 23,1 % siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah, dan
tidak ada atau 0% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa di SMA Negeri 5 Sigi, terdapat siswa kelas XI memiliki
perilaku bullying fisik yang harus segera diatasi agar tidak berdampak pada temantemannya, berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan, hukum dan norma sosial yang
berlaku di lingkungan sekolah.
Pengurangan perilaku bullying fisik siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan
diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual adalah 61,54%. Pengurangan
tersebut terjadi dikarenakan siswa turut berperan aktif dalam pelaksanaan layanan diskusi
44
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
kelompok
dengan
menggunakan
media
audio
visual
serta
mendengarkan
dan
memperhatikan apa yang disampaikan oleh teman dan peneliti.
Hasil analisis inferensial memberikan gambaran yang jelas mengenai pengurangan
perilaku bullying fisik sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rata-rata skor perilaku
bullying fisik siswa sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual yaitu 38,77 sedangkan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual siswa berubah menjadi 32,77. Berarti selisih ratarata siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual yaitu 6.
Siswa mengalami pengurangan perilaku bullying fisik dikarenakan adanya kesediaan
siswa untuk mengikuti setiap sesi layanan dengan penuh perhatian dan antusias. Selain itu,
dinamika kelompok yang dibutuhkan agar terjalin interaksi yang baik antar sesama anggota
kelompok sehingga masalah perilaku bullying fisik yang dialami siswa dapat menemukan
alternatif pemecahan masalahnya. Layanan diskusi kelompok ini, menggunakan media
audio visual sebagai alat bantunya dan diberikan dalam bentuk video.
Hal ini dikemukakan pula oleh Sanjaya (dalam Mardliyah dan Sutriswo, 2015:47)
bahwa “media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar
bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan sebagainya.
Media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik”.
Pemberian layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual akan
lebih menarik siswa untuk mengikutinya dan media ini dianggap lebih baik dikarenakan
siswa dapat pula melihat secara langsung perilaku bullying fisik yang akan dibahas pada
layanan ini. Maka dapat dikatakan bahwa salah satu alternatif dalam mengurangi masalah
perilaku bullying fisik siswa di sekolah adalah dengan pemberian layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina Afriana
pada tahun 2013 yang berjudul “Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan
Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014” yang menunjukan bahwa terjadi pengurangan
perilaku bullying siswa di sekolah setelah mengikuti layanan konseling kelompok.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ellya Rakhmawati pada
tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku
Bullying Pada Siswa Kelas VIII SMP H ISRIATI Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”
45
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif layanan bimbingan kelompok terhadap
perilaku bullying siswa kelas VIII SMP H Isriati Semarang.
Dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok
cukup efektif dalam mengurangi perilaku bullying fisik siswa di sekolah. Hal ini
dikarenakan ada perubahan dalam perilaku bullying fisik siswa yang sebelumnya selalu
dilakukan, kini menjadi berkurang. Terlebih lagi, penggunaan media audio visual sebagai
alat bantu dalam pelaksanaan layanan dapat membuat siswa melihat sendiri perilaku
bullying fisik yang mereka lakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dalam hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA
Negeri 5 Sigi sebelum diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media
audio visual terdiri dari 15,4% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang sangat tinggi,
61,5% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang tinggi, dan 23,1% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang rendah. 2) Perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA Negeri 5
Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan media audio visual,
perilaku bullying fisik siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yaitu 7,7% siswa memiliki
perilaku bullying fisik yang sangat tinggi, 30,8% siswa memiliki perilaku bullying fisik
yang tinggi, 46,1% siswa memiliki perilaku bullying fisik yang rendah, dan 15,4% siswa
memiliki perilaku bullying fisik yang sangat rendah. 3) Perilaku bullying siswa kelas XI
SMA Negeri 5 Sigi sesudah diberikan layanan diskusi kelompok dengan menggunakan
media audio visual lebih rendah dibandingkan sebelum diberikan layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual.
Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang dikemukakan, maka saran yang dapat
diberikan ialah: 1) Bagi kepala sekolah agar memfasilitasi guru pembimbing dalam
pemberian layanan bimbingan dan konseling agar frekuensi pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling dapat lebih ditingkatkan, salah satunya yaitu layanan diskusi kelompok
dengan menggunakan media audio visual sehingga perilaku bullying fisik dan permasalahan
lainnya di sekolah dapat segera diatasi. 2) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah
agar menindak lanjuti siswa nomor 2, 6, 9, dan 10 karena perilaku bullying fisik, ketiga
siswa tersebut masih berada dalam klasifikasi sangat tinggi dan tinggi. Diharapkan agar
46
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
guru pembimbing melaksanakan layanan konseling individual untuk mendalami masalah
dari keempat siswa tersebut sehingga perilaku bullying fisik mereka
mengalami
pengurangan. 3) Bagi siswa kelas XI SMA Negeri 5 Sigi yang telah memiliki pengurangan
perilaku bullying fisik agar terus dapat menjaga perilaku positifnya sehingga dapat menjadi
pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. 4) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian serupa, hendaknya lebih mengembangkan layanan diskusi kelompok dengan
menggunakan media audio visual dengan variabel yang lain dan mengembangkan metode
penelitian yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, D. (2014). Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan
Menggunakan Layanan Konseling Kelompok. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id
Di Unduh [ 23 November 2015 ]
Astuti, R.P. (2008). Meredam Perilaku Bullying. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Anas, S. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Febrita, D. (2014). Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Media Audio
Visual Terhadap Hubungan Sosial Teman Sebaya Siswa di kelas VII SMPN 4 Kota
Bengkulu. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Bengkulu.
http://repository.unib.ac.id
Di unduh [ 30 November 2015 ]
Mardliyah dan Sutiswo. (2015). Upaya Meningkatkan Minat Mengikuti Layanan Informasi
Bimbingan dan Konseling Melalui Media Audio Visual. Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling, Vol.1 (3). Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Universitas Pancasakti Tegal.
http://i-rpp.com/index.php/jptbk/article/download/334/334.
Di akses [ 30 November 2015 ]
Rakhmawati, E. (2010). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku
Bullying pada Siswa Kelas VIII SMP H ISRIATI SEMARANG Tahun Pelajaran
2009/2010. Jurnal Penelitian PAUDIA, Vol 2 (1), Mei 2013.
http://e-jurnal.upgrismg.ac.id
Di
unduh [ 12 November 2015 ]
Sukardi, D.K. (2002). Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta. PT Rineka Cipta.
Thalib, M.M. (2007). Materi Diklat PLPG Bagi Guru Pembimbing. Palu. Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 25 Sulawesi Tengah.
47
Jurnal Konseling & Psikoedukasi
Juni 2016, Vol. 1, No. 1
ISSN: 2502 - 4000
Tohirin. (2007) . Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tim Yayasan Sejiwa. (2008). Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Anak. Jakarta. PT Grasindo.
48