PENGARUH BUDAYA PATRIARKHI, PENDIDIKAN POLITIK DAN PENDIDIKAN FORMAL TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN PADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN INDRAMAYU.

(1)

UCAPAN TERIMA KASIH... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... ... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... .

BAB I PENDAHULUAN... ... A. Latar Belakang Masalah…...………... B. Rumusan Masalah...………....…... C. Definisi Operasional…………...…...………... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……...……...…... BAB II KONSEP DASAR BIMBINGAN BAGI PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA BERBASIS NILAI SOLAT... A. Disiplin...

1. Definisi Disiplin...………... 2. Ciri-ciri Disiplin... 3. Indikator Disiplin Siswa di sekolah... 4. Faktor Pendukung dan penghambat Disiplin Siswa... 5. Perkembangan Disiplin Anak... 6. Strategi Penegakan Disiplin Siswa... 7. Tujuan Penegakan Disiplin... 8. Pentingnya Disiplin Siswa dalam Bimbingan... 9. Unsur-Unsur Disiplin... 10.Bentuk-bentuk Pelanggaran Siswa... 11.Perlunya disiplin... 12.Fungsi Disiplin... 13.Pembentukan Disiplin Siswa... 14.Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa... B. Program Bimbingan Berbasis Nilai Solat...

1. Nilai Solat... 2. Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Berbasis Nilai

Solat... BAB III METODE PENELITIAN... A. Pendekatan dan Metode Penelitian...…………... B. Subjek Penelitian……….………... C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian... D. Proses Pengumpulan Data... E. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian... BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………

A. Deskripsi Hasil Penelitian………... 1. Kondisi Objektif Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan di SMPN 2


(2)

.

4. Uji Coba Efektivitas Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Solat SMPN 2 Karangtanjung

Pandeglang……….. B. Pembahasan Hasil Penelitian………. BAB V KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI………...… A. Kesimpulan... B. Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA.


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, serta tujuan dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan kehidupan bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia. Lebih lanjut pada pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu di sekolah dikembangkan norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku untuk mengatur kedudukan dan peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Disiplin adalah bagian dari solusi yang mampu menjadikan norma-norma atau aturan-aturan dapat teraplikasi secara benar dan tepat sasaran, sehingga proses pendidikan dan pengajaran di sekolah menjadi kondusif.

Wahjoetomo (1993:2), berpendapat bahwa membudayakan disiplin dalam kehidupan di lingkungan sekolah pada siswa dapat memberi dampak yang positif


(4)

2

bagi kehidupannya di luar sekolah. Sehingga dengan disiplin yang baik akan menghasilkan kehidupan yang teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang fundamental dari moralitas. Unsur fundamental tersebut akan berpengaruh pada kemajuan pembangunan, martabat dan mengantarkan pada kesejahteraan bangsa. Dengan menanamkan sikap disiplin yang tinggi melalui institusi pendidikan diharapkan bangsa Indonesia mampu membangun sumber daya manusianya, karena untuk mengawali pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya sumber daya yang berkualitas bangsa ini akan mengalami hambatan dalam menjalankan proses akselerasi pembangunan.

Emil Durkheim menyatakan bahwa, sekolah sebagai tempat pembinaan kedisiplinan anak sangatlah tepat dibandingkan dengan pendidikan keluarga. Karena menurutnya, pendidikan formal berbeda dengan pendidikan keluarga, karena keluarga bukanlah lembaga yang didirikan dengan tujuan mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat. Sedangkan sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik. (Khalil, http/www. serantau karimun.com 2009 April 24)

E. Mulyasa (2003:4) mengatakan bahwa dunia pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan kekuatan besar untuk selalu menjaga budaya bangsa. Dunia pendidikan harus berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kemajuan bangsa, dan membangun watak bangsa (Nation Character Building).

Aturan-aturan yang berkembang dalam dunia pendidikan itu sudah sewajarnya untuk ditaati dengan baik oleh peserta didik sebagai siswa.


(5)

3

Tumbuhnya kesadaran dalam mentaati norma atau aturan yang berlaku dapat menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Peserta didik sebagai pelajar dituntut supaya dalam segala aktivitasnya mengikuti norma-norma yang berlaku di sekolah.

Ditegaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab V pasal 12 ayat 2 (a) yaitu mengenai kewajiban peserta didik menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

Namun demikian, adanya kasus sejumlah siswa yang menunjukan sikap kurang terpuji seperti siswa yang terlibat tawuran, aksi coret-coretan fasilitas umum, berkata-kata yang tak senonoh, bolos sekolah, kebut-kebutan di jalan raya, pergaulan bebas, merokok, melawan guru dan orang tua, memakai obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya, telah menunjukan rapuhnya fondasi moral generasi muda kita sehingga berimplikasi pada mentalitas bangsa yang rendah.

Beberapa berita di media masa dan hasil sejumlah penelitian memberikan gambaran yang jelas tentang tindakan pelanggaran disiplin siswa yang semakin merajalela.

(1)Tawuran pelajar antarsekolah di sekitar Lapangan Karangpawitan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Antara News, 7/12/2008), (2) hanya gara-gara tersinggung temannya diludahi, dua belas siswa sebuah SMP negeri di Balikpapan Barat terlibat perkelahian dengan tiga pelajar SMK. Akibatnya tiga pelajar SMK babak belur dikeroyok, Setelah sebelumnya terjadi kasus tiga siswi SMK kepergok pesta miras (Metro Post, 5 /9/2009), (3) terjadi perkelahian antarpelajar yang salah satunya pelajar SMPN 2 Karangtanjung Kelas 8A. Dalam perkelahian tersebut diamankan sebilah golok ( Selasa , 13 Oktober 2009 ), (4) hari berikutnya guru pun menggiring 7 pelajar yang merokok di salah satu warung di depan sekolah di saat istirahat.

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan Masngudin, peneliti pada Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial Departemen Sosial RI. Berjudul,” Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya dengan


(6)

4

Keberfungsian Sosial Keluarga.”Terhadap 30 remaja di Pondok Pinang Kota Metropolitan Jakarta, hasilnya adalah; berbohong 100%, pergi ke luar rumah tanpa pamit 100%, keluyuran 98,7, begadang 93,3%, membolos sekolah, 23,3%, berkelahi 56,7%, buang sampah sembarangan, 33,3%, membaca buku porno 16,7%, melihat gambar porno 23,3%, menonton film porno 16,7%, mengendarai tanpa SIM 70%, kebut-kebutan 63,3%, minum-minuman keras 83,3%,kumpul kebo 16,7%, hubungan seks diluar nikah 40%, mencuri 46,7%, mencopet 26,7%, menodong 10%, menggugurkan kandungan 6,7%, Memperkosa 3,3%, Berjudi 33,3% Penyalahgunaan narkotika 73,3%, dan membunuh 3,3%. (Sumber:Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial Departemen Sosial RI)

Tindakan pelanggaran disiplin secara langsung atau tidak akan mengganggu kondusivitas kegiatan belajar. Lancar atau tidak jalannya proses pembelajaran di

sekolah sangat bergantung pada kedisiplinan peserta didik pada norma pendidikan atau norma sekolah. Emil Durkheim, mengatakan bahwa ketaatan pada norma-norma yang berlaku adalah bagian dari kewajiban kita sehari-hari. Norma-norma-norma yang perlu ditaati adalah norma yang berkembang dan berlaku di mana kita berada, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. (Khalil, http/www. serantau karimun.com 2009 April 24)

Guru sudah selayaknya selalu menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan yang terbaik bagi siswanya .Dalam upaya mendidik dan membiasakan anak bertingkah laku sesuai dengan etika sosial serta membentuk kepribadian yang luhur, maka anak perlu dididik dengan disiplin. Penanaman disiplin dimaksudkan supaya siswa mampu mengendalikan dan mengarahkan dirinya sesuai dengan norma-norma serta peraturan yang berlaku dalam kelompoknya baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk menanamkan dan mengajarkan kedisiplinan. Sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan disiplin yang sudah dilaksanakan keluarganya.


(7)

5

Peran sekolah dalam mengembangakan disiplin siswa menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang mendambakan kemajuan. Sekolah-sekolah yang konsisten dengan penegakan disiplinnya mampu menjadikan lembaga pendidikan itu berkualitas dan lulusannya dibutuhkann masyarakat.

Dengan demikian Nizar ( 2002:41) berpendapat bahwa diperlukan upaya konkret dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, guru, petugas Bimbingan dan Konseling atau karyawan sekolah untuk dapat menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan di sekolahnya. Pendidik memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik siswa.

Peran yang fundamental diemban oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah, karena disamping sebagai pembimbing juga merupakan pendidik. Peran BK dalam penegakan disiplin terkadang disalahartikan dengan menganggap guru BK adalah polisi sekolah. Untuk itu pencarian program bimbingan yang lebih preventif persuasif lebih penting dibandingkan program bimbingan penegakan disiplin yang bersifat represif.

Alasan yang menjadi dasar perlunya pembentukan disiplin dalam kegiatan bimbingan di sekolah sebagai berikut: Pertama, dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, maka siswa akan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya. Kedua, tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara nyata disiplin akan memberi dukungan akan terciptanya lingkungan yang tenang dan


(8)

6

tertib bagi proses pembelajaran. Ketiga, orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, konsisten dan komitmen dalam berkegitan. Keempat, disiplin merupakan cara bagi siswa untuk sukses dalam belajar. Kesadaran pentingnya norma, aturan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang. Dengan demikian sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kedisiplinan kepada peserta didik setelah keluarga. (Tulus, 2004 : 34-35)

Siswa pada usia sekolah menengah pada umumnya dalam usia belasan tahun, yang merupakan masa remaja. Pada usia ini anak masih dalam masa transisi atau pancaroba, baik fisik, sosial, maupun emosional dalam kondisi yang rawan. Sehingga peserta didik pada usia ini perlu mendapatkan pembinaan dengan baik dari guru maupun orang tua. Dengan demikian diharapkan anak tidak terjerumus pada perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakatnya dan self Descipline selalu ada pada diri mereka.

Untuk menumbuhkan kesadaran kedisiplinan bagi anak, khususnya peserta didik terhadap norma sekolah, perlu diupayakan suatu usaha yang mendorong peningkatan kesadaran akan pentingnya disiplin bagi mereka. Salah satu di antara upaya yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan penelitian yang bermanfaat bagi peningkatan penumbuhkembangan kesadaran kedisiplinan.

Bentuk disiplin yang diharapkan tumbuh pada diri siswa adalah seperti yang dijelaskan Tulus (2004:8 ) yaitu adanya kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan, nilai-nilai serta


(9)

7

hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan diri pada masa depannya.

Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Sebagaimana John Dewey (Jalaludin,2008: 65) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang, merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal atau otodidak.

Bentuk pelanggaran yang dilakukan pelajar sebagian besar merupakan pelanggaran disiplin antara lain tawuran, berkelahi, mencoret-coret tembok, meja dan buku pelajaran, merokok, memalak, menyimpan gambar porno, menggunakan HP (handphone) saat KBM, membawa senjata tajam, berpakaian tidak sesuai Peraturan Seragam Anak Sekolah ( PSAS), rambut gondrong atau dicat, telinga pria dianting-anting, ditindik, ditato, membawa kondom, membolos, melawan guru, mengunakan narkoba, kebut-kebutan, pergaulan bebas (free sex), membentuk geng dan lain sebagainya.

Namun demikian, penegakan disiplin bila tidak tepat penangannya akan menyebabkan malleducatif yakni tindakan penghukuman yang melampaui batas kewajaran. Tindakan tersebut akan merusak disiplin itu sendiri (destructive


(10)

8

dicipline). Mulyasa (2007:26) mengungkapkan, agar tidak melakukan

kesalahan-kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah seabagai berikut ini.

1) Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang. 2) Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran. 3) Hindari menghina dan mengejek peserta didik.

4) Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat. 5) Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar Proses Belajar Mengajar (PBM) lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Menurut Soegeng Pridjodarminto (Tulus, 2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, atau keterikatan terhadap sesuatu peraturan tata tertib. Disiplin juga dapat menunjukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Perilaku disiplin sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Perlunya disiplin di sekolah adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan (Mulyasa, 2003:108). Masalah disiplin siswa di sekolah tidak dapat dipisahkan dari masalah tata tertib sekolah. Jadi disiplin siswa merupakan cerminan langsung dari kepatuhan seorang siswa dalam melakukan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah akan mendukung terciptanya kegiatan


(11)

9

belajar mengajar yang efektif dan berguna untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Kedisiplinan belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Pengaruh dari dalam individu antara lain; sifat bermalas- malas, keengganan berfokus pada pelajaran, kebiasaan melamun dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh dari luar individu misalnya; suasana di rumah, suasana di sekolah, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan kedisiplinan belajar perlu diadakan pembinaan pribadi siswa di sekolah (Hurlock,

1999:81).

Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan kesiapannya dalam mengikuti pelajaran kelas, mengerjakan tugas-tugas, PR (pekerjaan rumah) dan memiliki kelengkapan belajar, seperti buku dan alat belajar lainnya. Sebaliknya siswa yang kurang disiplin belajar, tidak menunjukkan kesiapan dalam mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas-tugas, suka membolos, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), dan tidak memiliki kelengkapan belajar (Tu’u, 2004:55).

Phenix (Sochib, 1998: 1) menjelaskan bahwa, pada dasarnya esensi pendidikan adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan yang manusiawi. Dengan demikian kesengajaan atau kesadaran (niat) mengundang tindakan belajar yang sesuai dengan tujuan. Phenik lebih lanjut mengatakan bahwa, esensi pendidikan umum mencakup dua dimensi, yaitu dimensi pedagogis dan dimensi substantif. Dimensi


(12)

10

pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi subtantif. Sedangkan dimensi substantif adalah makna-makna esensial yang meliputi makna simbolik, empirik, estetik, sintetik, etik, sinoptik (religi, filsafat dan sejarah).

Dalam pandangan Phenik, religi merupakan perspektif sosiologi karena religi dipandang sebagai bagian dari makna sinoptik. Hal ini menunjukan kelemahan yang mendasar karena religi dalam pengertian agama merupakan prinsip dari segala prinsip dan asas dari segala asas (Shochib, 1994:2).

Dengan demikian keterkaitan antara perilaku pelajar, pendidikan, dan agama seperti pasien ( pelajar ), dokter ( pendidik ) dan obatnya (religi/agama). Ini memberikan asumsi bahwa salah satu solusi dalam menangani perilaku pelajar yang negatif adalah melalui pendidikan yang di dalamnya mengalir nilai-nilai agama. Peran besar yang dapat dimainkan di sekolah selain guru agama adalah guru Bimbingan dan Konseling (BK), hal ini sesuai dengan fungsi Bimbingan, yaitu (1) Fungsi Pemahaman, (2) Fungsi Preventif, (3) Fungsi Pengembangan, (4) Fungsi Perbaikan (Penyembuhan ), (5) Fungsi Penyaluran, (6) Fungsi Adaptasi, dan (7) Fungsi Penyesuaian (Yusuf & Juntika, 2008: 16-17).

Pada fungsi perbaikan (penyembuhan) dijelaskan bahwa fungsi bimbingan bersifat kuratif, yakni fungsi yang berkaitan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remedial teaching (Yusuf & Juntika, 2008: 17).


(13)

11

Wayson (Sochib,1998: 2) menjelaskan bahwa, Disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan perilakunya.

Dalam kondisi pelajar banyak melanggar kedisiplinan inilah, peran bimbingan teramat dibutuhkan. Pelajar yang menghadapi masalah terkadang bertambah masalahnya bila salah penanganan. Seringkali pelajar yang melanggar kedisiplinan, misalnya mereka berkelahi, dipanggil oleh guru ke kantor dan tak jarang mereka langsung ditampar bahkan dikeluarkan di sekolah. Tindakan demikian adalah tidak bijaksana, masalah yang dialami pelajar bukan saja tidak terselesaikan bahkan bertambah berat.

Untuk penanganan masalah pelanggaran seperti di atas, peranan guru bimbingan sangat strategis. Secara yuridis guru BK memiliki hak dan kewajiban untuk memberikan bimbingan, juga secara professional guru BK memiliki keahlian lebih dalam bimbingan dibandingkan guru biasa (guru Mata Pelajaran).

Guru bimbingan perlu menyadari bahwa ketidakdisiplinan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang terkadang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun di luar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak.

Kenakalan para pelajar kebanyakan disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh lingkungan yang tidak baik dan pergaulan yang dapat menyebabkan pelajar menjadi brutal serta susah untuk diatur. Akan tetapi Ketidakdisiplinan para pelajar dapat diatasi dengan cara memberikan


(14)

perhatian-12

perhatian khusus, memberikan bimbingan dan pengarahan serta dengan cara memberikan pendidikan, agar anak itu dapat berperilaku lebih baik.

Penyebab terjadinya ketidakdisiplinan para siswa antara lain dikarenakan: 1) Kurangnya perhatian dari orang tua.

2) Broken home.

3) Salah pergaulan.

4) Kurangnya pendekatan diri pada ilmu agama. 5) Pengaruh dari lingkungan.

Dengan demikian bimbingan yang berfokus pada pembentukan kedisiplinan pelajar adalah salah satu bentuk yang ideal diterapkan di sekolah. Dengan demikian, program bentuk bimbingan yang tepat adalah bimbingan dalam rangka pembentukan kedisiplinan.

Kedisiplinan sebagai fokus bimbingan dirasakan relevan dengan kondisi lapangan (sekolah) saat ini. Kedisiplinan menjadi kebutuhan yang mendesak untuk diterapkan karena akan berefek langsung dengan kondusivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan juga keberlangsungan masa depan para pelajar.

Pencarian program bimbingan yang berfokus pada kedisiplinan dipandang paralel dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam pelaksanaan solat lima waktu. Terdapat banyak nilai dalam pelaksanaan solat yang dapat diupayakan memperbaiki perilaku pelajar. Nilai-nilai solat yang dinyatakan dalam Qur’an dan Hadits, secara kasat mata kita dapat melihat solat mengajarkan kedisiplinan diri: (a) Ketaatan waktu (Al-Maun: 4-5), (b) kebersihan (Al-Mudassiir : 4), (c)


(15)

13

Kesopanan (Al-Araf : 31), (d) Tertib ( HR Abu Daud dan Tarmizi ), (e) Teratur (An Nisa : 103).

Dapat disimpulkan, mengapa penelitian program bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa berbasis Nilai Solat penting dilakukan, yang melatarbelakanginya adalah hal-hal berikut ini.

1) Fenomena kenakalan pelajar yang semakin tinggi.

2) Adanya kekhawatiran peneliti akan akibat kenakalan pelajar itu menyebabkan keterancaman masa depan pelajar itu sendiri.

3) Keinginan untuk membenahi kenakalan pelajar itu dengan penegakan disiplin diri yang bersumber dari nilai solat.

4) Menyusun Program Bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat yang sepengetahuan penulis belum ada yang melakukannya.

5) Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Solat dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi merosotnya moral remaja.

Bimbingan berbasis nilai solat akan sangat tepat diterapkan di sekolah dalam upaya penegakan disiplin, sebab bimbingan berbasis nilai solat akan mengutamakan tindakan preventif persuasif dibandingkan represif. Tindakan represif dalam penegakan disiplin akan berbenturan langsung dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang belakangan ini menjadi sorotan di dunia pendidikan. Niat baik guru mendisiplinkan siswa bila salah penangannya akan menjerat guru itu ke dalam masalah hukum.


(16)

14

Untuk itu, dalam penelitian ini mencoba mengeksplorasi secara mendalam bagaimana program bimbingan berbasis nilai solat dapat mengembangkan kedisiplinan siswa. Dengan asumsi program bimbingan berbasis nilai solat bagi pengembangan disiplin ini penting, karena tidak melanggar HAM atau aturan/hukum yang berlaku.

Sebagai panduan dalam penyusunan program bimbingan yang content-nya dikembangkan dari nilai solat adalah model program program komprehensif bimbingan dan konseling (ASCA 2005). Wilayah program meliputi (a) perkembangan akademik, (b) perkembangan karir, (c) perkembangan pribadi social; sedangkan struktur komponen program meliputi (a) pernyataan definisi dan misi program, (b) fasilitas, (c) komite penasihat sekolah dan masyarakat, (d) sumber, (e) pola ketenagaan dan (f) pembiayaan; selanjutnya komponen program meliputi (a) layanan dasar, (b) perencanaan individual, (c) layanan reponsif dan (d) dukungan sistem (Rochman, 2009: 9-10).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas yang berfokus pada upaya bimbingan bagi pengembang disiplin siswa berbasis nilai solat, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang?

2. Bagaimanakah gambaran umum disiplin siswa SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang?


(17)

15

3. Bagaimanakah susunan Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Solat?

4. Bagaimanakah efektivitas Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa Berbasis Nilai Solat dalam meningkatkan disiplin siswa? C. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan bagi Pengembangan Disiplin Siswa

Program bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa adalah serangkaian rencana kegiatan pemberian bantuan oleh guru bimbingan (konselor) yang diberikan kepada siswa (konseli) dengan tujuan agar siswa memiliki sikap atau perilaku (1) taat yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang mengikuti apa-apa yang menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalaninya dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kebenaran perintah itu; (2) patuh, yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang tunduk atas segala perintah dan aturan tanpa mengkaji terlebih dahulu benar tidaknya perintah tersebut; (3) setia, yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang dengan kontinyu melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu; (4) teratur, yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang dalam melaksanakan aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap; (5) tertib yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang dalam menjalankan aturan atau perintah urutan dan tahapan yang benar; (6) Komitmen yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang dalam menjalankan aturan atau perintah penuh rasa tanggung jawab; (7) Konsisten yaitu suatu sikap atau perilaku siswa yang dalam menjalankan aturan atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh


(18)

16

pendirian. Indikator-indikator disiplin tersebut di atas disusun dalam kisi-kisi penelitian berikut ini.

2. Berbasis Nilai Solat

Berbasis nilai solat adalah serangkaian hikmah, keunggulan, dan tatanan hidup yang terdapat dalam ajaran solat yang menjadi strategi dalam pengembangan disiplin siswa meliputi: (a) sikap atau perilaku yang menghargai ketepatan waktu, (b) sikap atau perilaku yang menghargai kebersihan,(c) sikap atau perilaku yang menghargai kesopanan, (d) sikap dan perilaku yang menghargai ketertiban, (e) sikap dan perilaku yang menghargai keteraturan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk memperoleh gambaran kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang.

b. Untuk memperoleh gambaran umum disiplin siswa SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang.

c. Untuk menyusun program layanan bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat.

d. Untuk mengetahui efektivitas program bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat dalam meningkatkan disiplin siswa. 2. Manfaat Penelitian


(19)

17

1) Pengembangan khasanah baru pemberian layanan bimbingan bagi mengembangkan disiplin siswa berbasis nilai solat, sebagai bentuk layanan alternatif.

2) Memperkaya studi keilmuan tentang bimbingan berbasis nilai solat dengan tujuan yang ingin dicapai kedisiplinan siswa.

3) Merupakan paduan dari ilmu bimbingan dengan keislaman terutama masalah solat, yang kedua bidang keilmuan tersebut memerlukan keahlian khusus.

b. Secara Praktis penelitian ini bermanfaat untuk bagi:

1) Guru Bimbingan dan Konseling, dengan menggunakan kegiatan solat sebagai media Bimbingan dan Konseling untuk menjadi solusi dalam rangka mengarahkan, membantu, membimbing dan memperbaiki tindakan-tindakan yang melanggar kedisiplinan sehingga siswa berkembang secara optimal dan sukses dalam belajar.

2) Kepala sekolah, sebagai dasar dalam memberikan kebijakan yang mendukung guna terlaksananya Bimbingan dan Konseling berbasis nilai solat.

3) Wali kelas dapat memberi tugas pada siswa untuk melaksanakan solat lima waktu sebagai bentuk bimbingan dalam rangka mengembangkan kedisiplinan siswa.

4) Para siswa untuk menyadari pentingnya solat lima waktu sebagai bentuk bimbingan efektif dalam rangka perbaikan diri.


(20)

83

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang pendekatan dan metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data serta pengolahan, proses pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap penyusunan program bimbingan berbasis nilai solat, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan secara statistik variabel disiplin diri, sedangkan metoda yang digunakan adalah deskriptif analitis yang dimasudkan dalam penelitian ini peneliti menggambarkan secara rinci sejak proses perencanaan, pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data penelitian.

Ketepatan yang dimaksud terutama ditinjau dari relevansi antara metode yang digunakan dengan masalah yang diteliti. Ketepatan penggunaan metode penelitian dengan masalah yang diteliti akan mendukung efektivitas hasil penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Efektivitas hasil penelitian itu dapat diukur dari kemampuannya memecahkan masalah dan menghasilkan suatu kesimpulan yang kebenarannya tidak diragukan lagi.

Sugiono (2008: 2) menjelaskan bahwa, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ditambahkan oleh Nazir (2005: 44) bahwa, metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan masalah yang dihadapai. Seorang peneliti sebelum melaksanakan penelitiannya perlu menjawab


(21)

84

tiga buah pertanyaan pokok berikut: (1) urutan kerja apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian?, (2) alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data?, (3) bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, peneliti memerlukan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan penelitian dan karakteristik masalah yang akan diteliti agar permaslahan penelitian dapat terpecahkan.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang (1) kondisi objektif pelaksanaan bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang (2) Profil umum disiplin siswa , (3) penyusunan program bimbingan bagi pengembangan disiplin berbasis nilai solat, (4) uji coba program bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat.

Profil umum disiplin siswa dan uji coba program bimbingan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan kondisi objektif pelaksanaan bimbingan dan penyusunan program bimbingan dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Metode deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Metode deskriptif apabila penelitian berkenaan dengan bagaimana kondisi, proses, karakteristik, hasil dari suatu variabel. Hasil dan kesimpulan dari penelitian deskriptif pada umumnya hanya mendeskripsikan konsep dan variabel yang


(22)

85

diteliti, perbedaan konsep dan variabel, korelasi variabel yang satu dengan yang lainnya (Sujana, 1991: 52)

Ciri-ciri metode deskripsi antara lain; (1) memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1990: 140)

B. Subjek Penelitian

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: (1) disiplin diri siswa, (2) program bimbingan berbasis nilai solat.

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian. Untuk mendapatkan data disiplin diri siswa diperolah dari siswa SMP Negeri 2 Karangtanjung Kabupaten Pandeglang pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 yang tersebar di 12 kelas. Dengan pertimbangan efesiensi waktu, biaya dan tenaga, maka subjek penelitian (siswa) tersebut diambil sebagian saja atau wakil dari setiap tingkatan yang membentuk sampel penelitian atau unit penelitian.

Sebagai deskrips jumlah keseluruhan subjek (populasi ), dapat dilihat pada tabel berikut.


(23)

86

Tabel 3.1

SUBJEK (POPULASI) PENELITIAN DISIPLIN DIRI DAN NILAI SOLAT

NO KELAS 7 JUMLAH KELAS 8 JUMLAH KELAS 9 JUMLAH JML TOTAL

1 A 40 A 45 A 37

2 B 39 B 36 B 33

3 C 39 C 44 C 37

4 D 39 D 36 D 36

157 161 143 461

JUMLAH

Selanjutnya untuk menentukan sampel penelitian dari populasi di atas digunakan teknik quota sampling,yaitu pemilihan berdasarkan jumlah yang sudah ditetapkan. Dalam pengumpulan data, peneliti menghubungi sampel/subjek yang memenuhi persyaratan, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek, yang terpenting mudah dihubungi dan terpenuhinya jumlah quota yang ditetapkan (Arikunto, 1998:114).

Untuk menentukan besarnya subjek/sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Yamane ( Jalaludin, 1989: 82), sebagai berikut:

Keterangan: N = Ukuran Populasi

n = Ukuran Sampel Minimal d = presisi

1 = Angka konstan

Secara kuantitatif disebut kesalahan baku, standar error yang dalam penelitian sosial besarnya antara 5% sampai 10%, dan pada penelitian ini yang diambil adalah 5%, sehingga diperoleh:

N= 461 = 214,17 dibulatkan 214 461(0,05)² + 1


(24)

87

Jadi jumlah sampel penelitian 214, sedangkan untuk penentuan sampel tiap kelas ditentukan secara proposional, perhitungannya sebagai berikut:

Dengan demikian penentuan jumlah sampel untuk tiap kelas jumlahnya ditentukan secara proporsional. Penyebaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

DISTRIBUSI SAMPEL PENELITIAN

NO KELAS 7 JUMLAH KELAS 8 JUMLAH KELAS 9 JUMLAH

JML TOTAL

1

A

19

A

22

A

17

2

B

18

B

16

B

16

3

C

18

C

21

C

16

4

D

18

D

16

D

17

73

75

66

214

JUMLAH

Penentuan jumlah sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998: 120) adalah sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% -15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari (a) kemampuan peneliti

Kelas VII N= 157 X 214,17 = 72,94 dibulatkn 73 461

Kelas VIII N= 161 X 214,17 = 74,80 dibulatkn 75 461

Kelas IX N= 143 X 214,17 = 66,43 dibulatkn 66 461


(25)

88

dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana; (b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek karena menyangkut banyak sedikitnya data; dan (c) besar kecilnya resiko yang diambil peneliti.

Berpedoman pada penjelasan di atas, dengan subjek penelitian/populasi 461 siswa, maka penulis mengambil 25,16% sebagai sampel penelitian yaitu 214 siswa. Selanjutnya untuk mendapatkan data tentang program bimbingan berbasis nilai solat bagi pengembangan diri siswa, penentuan subjek penelitian terdiri atas, 1 kepala sekolah, 1 guru bimbingan dan konseling, 1 guru agama, 1 kesiswaan, 1 guru pendidikan kewarganegaraan, 1 guru pembina kerohanian, dan 3 siswa mewakili semua tingkatan dan gender. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3

SUBJEK (SAMPEL) PENELITIAN

PROGRAM BIMBINGAN BERBASIS NILAI SOLAT BAGI PENGEMBANGAN DISIPLIN DIRI SISWA

NO SUBJEK/RESPONDEN JUMLAH KETERANGAN

1 Kepala Sekolah 1

2 Guru BK 1

3 Guru Mata Pelajaran 2

6 Siswa 2

Jumlah 6

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data difokuskan untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Dalam pengumpulan data diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.


(26)

89

Seperti yang diutarakan Sugiono (2008: 137), bahwa terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian , yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan cara atau teknik pengumpulan data, dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan ) dan gabungan ketiganya. Dalam mengungkap data tentang disiplin diri dan nilai solat dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner).

Untuk mengungkap tentang kondisi objektif pelaksanaan program bimbingan berbasis nilai solat, dikonstruksikan alat pengumpul data berupa pedoman observasi yang memuat aspek-aspek yang akan diwawancarakan. Pedoman wawancara ini berdasarkan kajian kepustakaan tentang bimbingan. Berdasarkan kajian tersebut, disusun kisi-kisi pedoman wawancara yang garis bersarnya dapat dilihat berikut ini.

Tabel 3.4

KISI-KISI ALAT PENGUMPUL DATA

PROGRAM BIMBINGAN BAGI PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA BERBASIS NILAI SOLAT

TUJUAN ASPEK SUB ASPEK

RESPONDE N Memperoleh

gambaran pendapat dan saran tentang Program Bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung

1.Pendapat dan saran tentang Program Bimbingan

a. Menurut Kepala Sekolah 1) Pendapat tentang Program

Bimbingan di sekolah 2) Kebijakan tentang program

Bimbingan di sekolah

3) Prospek Program Bimbingan di sekolah

Kepala Sekolah


(27)

90

b. Menurut guru bimbingan 1) Hakikat Program Bimbingan 2) Program Bimbingan sebagai

bagian dari Program Bimbingan dan Konseling

3) Kontribusi Program Bimbingan terhadap kedisiplinan siswa 4) Faktor pendukung dan

penghambat Program Bimbingan

5) Upaya meningkatkan

pelaksanaan layanan Program Bimbingan

Guru

Bimbingan d

c. Menurut guru mata pelajaran 1) Perpaduan Program Bimbingan

dengan program sekolah lainnya

2) Kerjasama antara guru Mata Pelajaran dengan guru Pembimbing

3) Kinerja guru Pembimbing 4) Kontribusi Program Bimbingan

terhadap Disiplin diri siswa

Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Pendidikan Kewarga- negaraan

d. Menurut siswa

1) Pandangan tentang Program Bimbingan

2) Kontribusi Program Bimbingan bagi pengembangan disiplin diri siswa berbasis nilai solat

3) Faktor pendukung dan penghambat Program Bimbingan Pembina Rohis dan Siswa 2.Sistem Pengelolaan Program Bimbingan

a. Keikutsertaan personel dalam Program Bimbingan

b. Jalinan hubungan personel sekolah dengan guru pembimbing Kepala Sekolah dan Guru Pembimbing 3.Pengembang an Program Bimbingan

a. Dasar Penyusunan Program 1) Perencanaan 2) Pengorganisasian 3) Sarana 4) Anggaran 5) Koordinasi Guru Pembimbing/


(28)

91

6) Pelaksanaan 7) Penilaian

b. Keikutsertaan Personil Sekolah dalam penyusunan program. 4.Bidang

Layanan

a.Aspek-aspek isi layanan b.Keterlaksanaan penyampaian

Program Bimbingan Guru Pembimbing 5.Target Populasi layanan Program Bimbingan

a.Keluasan cakupan sasaran layanan b.Jumlah siswa yang mendapat

layanan

Guru

Pembimbing

6.Evaluasi a. Sasaran

b. Aspek layanan

c. Ketercapaian tujuan kegiatan

Guru

Pembimbing

Tabel 3.5

PEDOMAN OBSERVASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN BAGI PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWABERBASIS NILAI

SOLAT

NO TUJUAN ASPEK YANG DIOBSERVASI

KETERANGAN

ADA TIDAK

ADA 1 Mengetahui

kelengkapan program bimbingan dan konseling (BK)

a.Program Layanan BK b. Silabus

c. Program Tahunan d. Program Semester e. Program Mingguan f. Satuan Layanan g. Satuan Kunjungan

h. Instrumen Penilaian Layanan i. Program Pengembangan 2 Mengetahui

personel guru bimbingan

a. Guru berlatar belakang pendidikan bimbingan

b. Guru non pendidikan bimbingan yang ditugaskan menjadi guru bimbingan

c. tenaga administrasi yang membantu kegiatan guru bimbingan

3 Mengetahui a. Ruangan khusus BK b. Alokasi anggaran BK


(29)

92 kelengkapan

sarana prasarana

c. Alat pengumpul data d. Alat penyimpan data e. Kepustakaan BK f. Meja dan Kursi g. Papan Mading

h. kelengkapan administrasi i. kelengkapan teknis penunjang

kegiatan BK

Untuk memperoleh data tentang disiplin siswa digunakan angket (kuesioner). Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab(Sugiono, 2008: 142). Uma Sekaran (Sugiono, 2008: 142-144), memberikan sepuluh prinsip dalam penulisan angket: (1) Bila isi dan tujuan angket untuk pengukuran, maka setiap pertanyaan skala dan jumlah itemnya mencukupi variabel yang diteliti; (2) Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden; (3) tipe dan bentuk pertanyaan dapat terbuka dan tertutup, positif maupun negatif; (4) pertanyaan tidak mendua; (5) tidak menanyakan yang sudah lupa; (6) pertanyaan tidak menggiring; (7) pertanyaan tidak terlalu panjang dan jumlahnya antara 20-30 pertanyaan; (8) urutan pertanyaan dimulai dari hal yang umum ke hal yang spesifik; (9); instrumen harus diuji reliabilitas dan validitasnya; (10) penampilan fisik angket menarik.

Angket dalam penelitian ini berbentuk Forced choice, yaitu responden dimohon untuk memberikan jawaban “ ya” atau “Tidak” pada setiap pernyataan sesuai dengan kenyataan yang dialami/dilakukan responden dalam berkegiatan di sekolah.Butir-butir angket diskor secara dikotomis sesuai dengan pernyataan positif atau negatif.


(30)

93

Dalam penyekoran, instrumen yang dipergunakan dengan nilai berkisar dari 1 dengan 0. Perincian kreteria skor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.6

KRETERIA PENILAIAN (SKOR)

ALTERNATIF JAWABAN UNTUK SETIAP ITEM

NO OPTION

SKOR

POSITIF NEGATIF

1. Ya 1 0

2. Tidak 0 1

Dalam menyusun alat pengumpul data, peneliti berpedoman pada ruang lingkup variabel-variabel yang terkait. Untuk memudahkan dalam menyusun alat pengumpulan data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyusun indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan pada responden berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab II.

2) Menentukan instrumen alat pengumpul data.

3) Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel.

4) Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang telah dibuat.

5) Menetapkan kreteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban serta bobot penilaiannya.

6) Membuat petunjuk pengisian angket, responden mubuhkan tanda ceklist (√) pada jawaban yang sesuai.


(31)

94

Untuk mengukur variable disiplin siswa, para ahli memberikan pandangan tentang definisi disiplin, antara lain: (a) Becky A. Bailey (2004: 72-73) memaknai disiplin sebagai suatu keterampilan seseorang untuk: (1) tenang/sabar diwujudkan dalam integritas, (2) tegas diwujudkan dalam penghargaan, (3) membuat pilihan diwujudkan dalam komitmen, (4) membesarkan hati diwujudkan dalam saling ketergantungan, (5) niat positif diwujudkan dalam kerjasama, (6) empati diwujudkan dalam belas kasih, dan (7) konsekuensi-konsekuensi diwujudakan dalam tanggung jawab, (b) Hurlock (1980: 123-124) menjelaskan bahwa, disiplin sebagai cara masyarakat mengajarkan anak-anak perilaku moral yang diterima kelompok, tujuannya adalah memberitahukan kepada anak-anak perilaku mana yang baik dan mana yang buruk dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai dengan standar-standar ini, (c) Rachman (1999:168) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya, (d) Prijodarminto (1994:23) mengemukakan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban, dan (e) Susilowati (2005: 30) menjelaskan bahwa Individu yang memiliki nilai-nilai kedisiplinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut;(1) Ketaatan,(2) kepatuhan,(3) kesetiaan, (4) keteraturan,(5) ketertiban,(6) komitmen, dan (7) konsisten.


(32)

95

Dalam penelitian ini, definisi yang disampaikan Susilowati dipilih sebagai bahan kajian, karena mampu merangkum seluruh definisi disiplin yang telah diungkapkan para ahli. Adapun definisi operasional dari (1) ketaatan adalah suatu sikap/perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalaninya dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kebenaran perintah itu; (2) Kepatuhan, adalah sikap atau perilaku individu yang tunduk atas segala perintah dan aturan tanpa mengkaji terlebih dahulu benar tidaknya perintah tersebut; (3) Kesetiaan, adalah sikap atau perilaku individu yang dengan kontinyu melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu; (4) Keteraturan, adalak sikap atau perilaku individu yang dalam melaksanakan aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap;

(5) Ketertiban, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah urutan dan tahapan yang benar; (6) Komitmen, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah penuh rasa tanggung jawab; (7) Konsisten, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh pendirian. Indikator-indikator disiplin tersebut di atas disusun dalam kisi-kisi penelitian berikut ini.

Di bawah ini disajikan kisi-kisi instrumen alat pengumpul data yang lengkap dengan pernyataanya.


(33)

96

Tabel 3.7

KISI-KISI ALAT PENGUMPUL DATA

SEBELUM UJI VALIDITAS VARIABEL DISIPLIN SISWA

Variabel Indikator Aspek No. item Jum

Lah

+

-

Disiplin Ketaatan Ketaatan kepada aturan sekolah

1,2,3,5,6 ,8

4,7 8

Ketaatan kepada perintah guru

9,10,11, 13

12 5

Ketaatan terhadap kesepakatan kelompok

4,15,16 17 4

Kepatuhan Patuh terhadap tata tertib sekolah

18,20,21 ,22

19 5

Patuh terhadap guru 23,24,25 ,27,28

26,29 7

Kesetiaan Kesetiaan terhadap aturan sekolah

30,31,33 32 4

Kesetian terhadap perintah guru

34,35,37 ,38

36 5

Kesetiaan terhadap kelompok 41,43 39,40,42 5 Keteraturan Teratur dalam suatu kegiatan 44,45,46

,47,49,5 0,51,52, 53

48 10

Ketertiban

Tertib waktu 54,55,56

,57,58

- 5

Tertib tugas 59,60,61 - 3

Tertib belajar 62,63 2

Komitme n

Komitmen sebagai siswa 64,65,66 3

Komitmen sebagai anggota kelas

68,69,70 ,71,72

67,73,74 8 Komitmen sebagai anggota

kelompok

75,76,77 ,78,79

- 5

Konsiste n

Konsisten dalam menjalankan aturan/tata tertib sekolah

80,81,82 ,83,84,8 5,86,87

- 8

Konsisten dalam

melaksanakan perintah guru

88,89,90 ,91

- 4


(34)

97

Tabel 3.8

KISI-KISI ALAT PENGUMPUL DATA

SESUDAH UJI VALIDITAS VARIABEL DISIPLIN SISWA

Variabel Indikator Aspek No. item Jum

Lah

+

-

Disiplin Ketaatan Ketaatan kepada aturan sekolah

1,2,3,5,6 ,8

6 Ketaatan kepada perintah

guru

9,10,11, 13

12 5

Ketaatan terhadap kesepakatan kelompok

15,16 17 3

Kepatuhan Patuh terhadap tata tertib sekolah

18,20,21 ,22

4 Patuh terhadap guru 23,24

,27,28

26,29 6

Kesetiaan Kesetiaan terhadap aturan sekolah

30,31,33 32 4

Kesetian terhadap perintah guru

34,35,37 ,38

4 Kesetiaan terhadap kelompok 41,43 39,42 4 Keteraturan Teratur dalam suatu kegiatan 44,45,46

,49,50,5 1,52,53

8

Ketertiban

Tertib waktu 54,55,56

,58

- 4

Tertib tugas 59,60,61 - 3

Tertib belajar 62,63 2

Komitme n

Komitmen sebagai siswa 64,65,66 3

Komitmen sebagai anggota kelas

68,69,70 ,71,72

67 ,74 7 Komitmen sebagai anggota

kelompok

75,76,77 ,78,79

- 5

Konsiste n

Konsisten dalam menjalankan aturan/tata tertib sekolah

80,81,82 ,83,84,8 5,86,

- 7

Konsisten dalam

melaksanakan perintah guru

89,90 - 2


(35)

98 C. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mulai dengan melakukan observasi kepada pihak sekolah untuk memperoleh berbagai informasi mengenai keadaan situasi dan kondisi yang berhubungan dengan penelitian terutama subjek penelitian. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung Pandeglang. Setelah data dan keterangan yang diperlukan terkumpul, selanjutnya memohon izin untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait

2. Penyebaran dan Pengumpulan Instrumen

Ada dua kegiatan yang dilakukan penelitian sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan:

Pertama, untuk memperoleh data tentang kondisi objektif pelaksanaan layanan bimbingan dilakukan dengan observasi serta wawancara dengan responde yaitu, kepala sekolah, guru pembimbing, guru mata pelajaran, dan siswa.

Kedua, untuk memperoleh tentang disiplin siswa, dilakukan dengan menyebarkan angket. Dalam penelitian ini penyebaran angket ditujukan kepada seluruh siswa SMPN 2 Karangtanjung pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 mulai tanggal 05-15 April 2010. Penyebaran dan pengumpulan data dilakukan secara simultan. Data yang telah terkumpul dicek jumlahnya berdasarkan jumlah sampel. Jumlah instrumen angket yang disebar sebanyak 214


(36)

99

kepada responden sesuai jumlah sampel dan masuk 100% yakni 214 instrumen.Dengan demikian data yang terkumpul layak untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

D. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ukuran memadai atau tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul data yang mengukur variabel penelitian harus mempunyai syarat utama, yaitu validitas atau kesahihan dan relianilitas atau keajegan.

Sugiono (2008: 123) berpendapat bahwa, instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal adalah bila kreteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, sedangkan validitas eksternal bila kreteria yang disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada.

Validitas internal berupa pengukuran skala sikap (nontest) harus memenuhi validitas konstruk (construct validity) atau dalam Sutrisno Hadi (1986) disebut logical validity atau validity by definition.

Untuk pengujian validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat ahli (judgment experts). Setelah mendapat penilaian dari para ahli minimal 3 orang, instrumen diujicobakan terhadap sampel, selanjutnya ditabulasi dan anisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dalam suatu faktor dengan skor total.

Dalam penelitian ini instrumen yang telah dinilai ahli (judgement experts) disebarkan kepada sampel yakni siswa SMPN 2 Karangtanjung pada semester


(37)

100

genap tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 214 yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun penyebaran dan pengumpulan angket dilaksanakan pada tanggal 5 April 2010 dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas instrumen hingga tanggal 15 April 2010.

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen disiplin siswa dalam penelitian ini, sebagai berikut.

a. Uji Validitas Instrumen

Seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1998: 136) bahwa, tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana variabel data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Pada uji validitas angket disiplin siswa ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui apakah angket yang telah disusun tepat untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak.

Dalam uji validitas ini peneliti menggunakan pengujian validitas tiap butir item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir item dengan skor total dari jumlah skor seluruh item. Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian validitas instrumen ini menggunakan rumus koefisien korelasi (r) dengan teknik Spearman yang dikenal dengan ” rho Spearman”. Rumus ini digunakan untuk mengkorelasikan urutan tingkatan.(Mohamad Ali, 1993:193) rumus ” rho Spearman,” tersebut adalah sebagai berikut.


(38)

101 Arikunto (1987:211)

Keterangan:

r

hoxy = koefisien korelasi tata jenjang

D = Diference (pembeda) antarjenjang setiap subjek. N = banyaknya subjek

Selanjutnya Sugiono (2008: 127) menjelaskan bahwa bila harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS 12,0 for Windows dapat diketahui skor validitas setiap butir ítem sebagai berikut.

Dari 91 butir ítem pernyataan angket yang disebarkan kepada seluruh sampel, sebanyak 40 lembar jawaban angket siswa dianalisis. Hasil análisis menunjukan 78 butir ítem pernyataan angket valid dengan tingkat kepercayaan antara 90%-99%, dan sebanyak 13 item pernyataan angket tidak valid dengan tingkat kepercayaan 00%-89%, yaitu ítem nomor 4, 7, 14, 19, 25, 36, 40, 47, 48, 57, 73, 87, dan 88. Dengan demikian dari 91 item pernyataan angket, 78 item langsung dipakai dalam penelitian dan 13 item langsung dibuang. Oleh karena itu, instrumen alat pengungkap data disiplin siswa yang dipergunakan sebanyak 78 item pernyataan. (Uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2)

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian derajat konsistensi (keajegan) instrumen pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan setiap item yang digunakan. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan internal consistency sehingga


(39)

102

pengujian tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split half methode) Spearman Brown, yaitu membelah dua instrumen menjadi kelompok ganjil dan kelompok genap. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

(Sugiono, 2008:104)

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua

Setelah koefisiensi korelasi dan reliabilitas diperoleh,kemudian dikonsultasikan menggunakan tabel r dari product moment. Jika r hitung > dari r tabel pada taraf kepercayaan tertentu maka instrumen tersebut reliabel, dan sebaliknya, jika r hitung < dari r tabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

Untuk menunjang keakuratan juga kecepatan perhitungan data, maka dalam analisis dan pengolahan instrumen serta data lapangan yang bersifat kuantitatif menggunakan sistem SPSS 12,0 for Windows. Ini dianggap lebih efektif dan efesien dibandingkan dengan perhitungan secara manual.

Dari hasil perhitungan untuk alat pengukuran disiplin siswa dapat diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,948 dengan tingkat kepercayaan 99%.

Tabel 3.7

Uji Reliabilitas Variabel Disiplin Siswa

GANJIL GENAP

Spearman's rho

GANJIL Correlation Coefficient

1.000 .948(**)

Sig. (1-tailed) . .000

N 40 40

GENAP Correlation Coefficient .948(**) 1.000


(40)

103

N 40 40

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Kemudian hasil tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien reliabilitas total (rtt) seperti berikut.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa

r

tt sebesar 0,973 dengan tingkat kepercayaan 99% atau p < 0,01. Ini berarti bahwa alat penelitian disiplin siswa memiliki tingkat ketetapan yang sangat signifikan. Dengan demikian alat/instrumen disiplin siswa ini dapat dipergunakan untuk penelitian. (Uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat dari lampiran 2)

2. Analisis Data Penelitian

Untuk mengatur, mengolah dan mengorganisasikan data diperlukan ketekunan dengan penuh kesungguhan dalam memberikan makna. Berkaitan dengan analisis data, Patton (Nasution, 1992) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur dan mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan di antara dimensi uraian-uraian.

Dalam penelitian ini, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan secara terus-menerus, mulai tahap pengumpulan data sampai pelaporan. Sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (Sutardi,1995)bahwa, analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus.

2 x 0,948

r

tt = --- 1 + 0,948


(41)

104

Menurut mereka ada tiga tahap analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari lapangan diolah dengan menggunakan teknik yang disesuaikan dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. Teknik pengolahan data yang dipakai adalah yang mengacu kepada pertanyaan penelitian.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan di sekolah, dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara. Dengan pendeskripsian tersebut akan dapat terlihat kecenderungan kualitas pelaksanaan layanan bimbingan dalam upaya mengembangkan disiplin siswa. Juga dari deskripsi tersebut peneliti mendapat kejelasan tentang kemungkinan terlaksananya bimbingan pribadi berbasis nilai solat dalam rangka mengembangkan disiplin siswa.

Gambaran umum kondisi objektif pelaksanaan bimbingan serta kemungkinan terlaksananya bimbingan bagi pengembangkan disiplin siswa berbasis nilai solat berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala sekolah, guru pembimbing, guru mata pelajaran, dan siswa disajikan pada bab.

Untuk memperoleh gambaran disiplin siswa dilakukan dengan penyebaran angket disiplin siswa yang terdiri dari 7 indikator disiplin yang direalisasikan ke dalam 17 aspek dan 91 item pernyataan. Kemudian setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari 91 item pernyataan terpakai 78 item pernyataan dan 13 item pernyataan dibuang. Data yang telah diuji validitas dan reliabilitas dihitung dari seluruh sampel penelitian yang berjumlah 214 siswa.


(42)

105

Dalam menguji normalitas distribusi data pada pengukuran disiplin siswa. dideskripsikan pada tabel berikut.

Tabel 3.8

NORMALITAS DISTRIBUSI SKOR DISIPLIN SISWA

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dapatlah dilakukan beberapa perhitungan sebagai berikut.

1) Menghitung rentang – data terbesar (skor maksimal) – data terkecil (skor minimal), yaitu: Skor maksimal 78 dan skor minimal 10, jadi rentang (r) r = 78 – 10 = 68

NO SKR NO SKR NO SKR NO SKR NO SKR NO SKR NO SKR NO SKR

1 58 28 58 55 51 82 62 109 21 136 28 163 30 190 28

2 39 29 25 56 15 83 40 110 38 137 12 164 74 191 35

3 19 30 77 57 53 84 28 111 10 138 48 165 53 192 26

4 57 31 20 58 46 85 24 112 52 139 22 166 44 193 58

5 40 32 49 59 31 86 46 113 53 140 51 167 48 194 36

6 49 33 18 60 64 87 32 114 40 141 25 168 60 195 26

7 22 34 39 61 28 88 35 115 26 142 76 169 39 196 38

8 35 35 30 62 47 89 64 116 37 143 20 170 46 197 53

9 29 36 33 63 46 90 26 117 31 144 43 171 23 198 48

10 52 37 78 64 25 91 37 118 63 145 13 172 33 199 24

11 33 38 26 65 29 92 19 119 38 146 32 173 64 200 53

12 26 39 76 66 62 93 70 120 22 147 21 174 34 201 23

13 78 40 41 67 25 94 48 121 40 148 58 175 47 202 66

14 21 41 47 68 36 95 44 122 31 149 32 176 14 203 58

15 39 42 37 69 24 96 34 123 54 150 15 177 74 204 24

16 30 43 30 70 55 97 27 124 39 151 51 178 25 205 32

17 74 44 69 71 26 98 61 125 63 152 10 179 47 206 37

18 54 25 72 52 99 52 126 23 153 47 180 11 207 36

19 43 46 54 73 18 100 31 127 34 154 29 181 38 208 44

20 47 47 34 74 38 101 11 128 70 155 30 182 20 209 44

21 60 48 21 75 17 102 52 129 71 156 37 183 45 210 20

22 57 49 47 76 26 103 32 130 52 157 52 184 51 211 53

23 56 50 54 77 67 104 50 131 37 158 33 185 33 212 28

24 28 51 34 78 46 105 28 132 46 159 25 186 19 213 71

25 50 52 13 79 18 106 68 133 60 160 78 187 44 214 14

26 53 53 64 80 55 107 18 134 56 161 22 188 23


(43)

106

2) Untuk menghitung mean, median, mode, standar deviasi, dan nilai ”t” dideskripsikan terlebih dahulu distribusi frekuensi disiplin siswa, seperti pada tabel berikut

Tabel 3.9

DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR ANGKET DISIPLIN SISWA

a) Menghitung rata- rata skor disiplin siswa, yaitu: Mean = 8351 = 39,02

214

b) Menghitung median skor disiplin siswa, yaitu:

Median = 34,50 + ( 40-35) x 5 = 34,50 + 5 x 5 = 34,5 + 1 = 35,5 25 25

c) Menghitung modus (mode) skor disiplin siswa,yaitu Modus = 24,50 + (__5__ ) x 5 = 24,50 + 2,50 = 27

Interval skor f X fX x fX²

.10-14 9 12 108 -27.02 730.26 6572.360 14-19 12 16 192 -23.02 530.08 6360.904 20-24 23 22 506 -17.02 289.79 6665.284 25-29 26 27 702 -12.02 144.56 3758.594 30-34 23 32 736 -7.02 49.33 1134.536 35-39 25 37 925 -2.02 4.09 102.350 40-44 18 42 756 2.98 8.86 159.486 45-49 20 47 940 7.98 63.63 1272.534 50-54 23 52 1196 12.98 168.39 3873.041 55-59 10 57 570 17.98 323.16 3231.594 60-64 9 62 558 22.98 527.93 4751.332 65-69 4 67 268 27.98 782.69 3130.769 70-74 6 72 432 32.98 1087.46 6524.751 75-79 6 77 462 37.98 1442.22 8653.349

214 622 8351 56190.883

Mean 39.02

Median 35.5

Modus 27


(44)

107 5 + 5

3) Untuk menghitung prosentase indikator disiplin siswa dideskripsikan pada tabel berikut.

Untuk mengelompokkan perolehan skor disiplin siswa, dilakukan kategorisasi berdasarkan kualitasnya, yaitu kategori sangat baik, apabila siswa memperoleh skor prosentase sama dengan atau lebih besar dari 75%, kategori baik apabila siswa memperoleh skor prosentase antara 50% sampai dengan 74%, dan kategori kurang baik, yaitu apabila siswa memperoleh skor kurang atau sama dengan dari skor 49%. secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10

KATEGORISASI PEROLEHAN SKOR DISIPLIN SISWA

NO RENTANGAN PROSENTASE (%) KUALIFIKASI/KATEGORI

1 ≥ 75 Sangat Baik

2 50 - 74 Baik

3 ≤ 49 Kurang Baik

(Uman Suherman, 2009: 106)

Setelah menetapkan pengkategorian perolehan skor, maka dilakukan perhitungan data angket perolehan skor dan diprosentasekan, hasilnya seperti terdeskripsikan pada tabel berikut.

Tabel 3.11

Kategori Prosentase Disiplin Siswa

NO KATEGORI ∑SISWA %

1 Sangat Baik 45 21,03

2 Baik 80 37,38

3 Kurang Baik 89 42,59

Jumlah 214 100

(data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7)

Intepretasi data kategorisasi kualitas disiplin siswa, prosentase terbesar adalah 42,59% atau 89 dari 214 siswa disiplinya kurang baik, 37,38% atau 80


(45)

108

dari 214 siswa disiplinya baik, dan 21,03% atau 45 dari 214 siswa disiplinnya sangat baik. Pembahasan selengkap ada pada bab IV.

Untuk mengetahui deskripsi disiplin siswa berdasarkan masing-masing indikator serta aspeknya, dilakukan dengan cara menghitung perolehan skor per aspek dan per indikator serta diprosentasekan. Deskripsi terinci dilihat pada tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.12

DESKRIPSI UMUM DISIPLIN SISWA

No Komponen Aspek Penelitian Skor %

Pemba gi

Siswa

1 Ketaatan

Ketaatan kepada aturan sekolah 1284 583 45,40% Ketaatan kepada perintah guru 1070 480 44,86% Ketaatan terhadap kesepakatan

kelompok

642 307 47,82%

Jumlah per indikator 2996 1370 45,73%

2 Kepatuhan

Patuh terhadap tata tertib sekolah

856 410 47,90%

Patuh terhadap guru 1284 582 45,33%

Jumlah per indikator 2140 992 46,36%

3 Kesetiaan

Kesetiaan terhadap aturan sekolah

856 456 53,27% Kesetian terhadap perintah guru 856 439 68,38% Kesetiaan terhadap kelompok 856 441 51,52%

Jumlah per indikator 2568 1336 52,02%

4 Keteraturan Teratur dalam suatu kegiatan 1712 773 45,15%

Jumlah per indikator 1712 773 45,15%

5 Ketertiban

Tertib waktu 856 379 44,28%

Tertib tugas 642 264 41,12%

Tertib belajar 428 224 52,34%

Jumlah per indikator 1926 867 45,02%

6 Komitmen

Komitmen sebagai siswa 642 309 48,13%


(46)

109 kelas

Komitmen sebagai anggota kelompok

1070 538 50,28%

Jumlah per indikator 3210 1557 48,50%

7

Konsisten

Konsisten dalam menjalankan aturan/tata tertib sekolah

1498 817 54,54% Konsisten dalam melaksanakan

perintah guru

856 523 54,52%

Jumlah per indikator 2354 1340 54,53%

Jumlah Total Variabel Disiplin Siswa 16692 8062 48,30% (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4)

Hasil pengolahan data disiplin siswa tersebut di atas, maka dapat diketahui tingkat kedisiplinan siswa prosentase tertinggi ada pada aspek konsisten dan aspek disiplin yang prosentase terendah ada pada aspek ketertiban. Yang apabila diurutkan dari mulai prosentase yang tertinggi sampai prosentase yang terendah; Konsisten 54,53%, mean 5.45, median 5, nilai minimal 0, nilai maksimal 11, dan standar deviasi 2.91. Kesetiaan 52,02%, mean 6.24, median 6, nilai minimal 0, nilai maksimal 12, dan standar deviasi 3.15. Komitmen 48,50%, mean 7.28, median 7, nilai minimal 0, nilai maksimal 15, dan standar deviasi 4.60. Kepatuhan 46,36%, mean 4.64, median 4, nilai minimal 0, nilai maksimal 10, dan standar deviasi 3.00. Ketaatan 45,73%, mean 6,40, median 6, nilai minimal 0, nilai maksimal 14, standar deviasi 4,68. Keteraturan 45,15%, mean 3,61, median 3, nilai minimal 0, nilai maksimal 8, standar deviasi 2,73. Ketertiban 45,02%, mean 4,05, median 4 nilai minimal 0, nilai maksimal 9, dan standar deviasi 2,93. Secara perhitungan data ini terdapat pada lampiran

Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program bimbingan bagi pengembangan disiplin, maka dilakukan treatment atau bimbingan terhadap


(47)

110

10% siswa yang disiplinnya terendah berdasarkan hasil perhitungan angket tahap 1 (sebelum bimbingan ), kemudian dikorelasikan dengan skor angket tahap 2 (setelah bimbingan ). Dari 214 sampel siswa dilakukan treatment terhadap 22 siswa. Dalam pengolahan data ini akan dihitung, mean, median, modus, standar deviasi, tes ”t”, dan korelasinya. Berikut tabel perhitunganya.

Tabel 3.13

PERHITUNGAN KORELASI ANTARA SKOR DISIPLIN SISWA SEBELUM UJI COBA PROGRAM BIMBINGAN (X) DAN SESUDAH UJI COBA

PROGRAM BIMBINGAN (Y)

\

No.Urut Siswa X Y x y xy

1 14 27 0.27 4.41 1.19 0.07 19.45

2 10 21 -3.73 -1.59 5.93 13.91 2.53

3 15 25 1.27 2.41 3.06 1.61 5.81

4 10 22 -3.73 -0.59 2.20 13.91 0.35

5 13 25 -0.73 2.41 -1.76 0.53 5.81

6 13 22 -0.73 -0.59 0.43 0.53 0.35

7 13 17 -0.73 -5.59 4.08 0.53 31.25

8 16 26 2.27 3.41 7.74 5.15 11.63

9 18 29 4.27 6.41 27.37 18.23 41.09

10 16 18 2.27 -4.59 -10.42 5.15 21.07

11 19 28 5.27 5.41 28.51 27.77 29.27

12 11 22 -2.73 -0.59 1.61 7.45 0.35

13 18 25 4.27 2.41 10.29 18.23 5.81

14 10 19 -3.73 -3.59 13.39 13.91 12.89

15 17 23 3.27 0.41 1.34 10.69 0.17

16 12 20 -1.73 -2.59 4.48 2.99 6.71

17 10 22 -3.73 -0.59 2.20 13.91 0.35

18 15 24 1.27 1.41 1.79 1.61 1.99

19 10 22 -3.73 -0.59 2.20 13.91 0.35

20 10 22 -3.73 -0.59 2.20 13.91 0.35

21 16 26 2.27 3.41 7.74 5.15 11.63

22 16 26 2.27 3.41 7.74 5.15 11.63

302 511 123.33 194.36 220.80

Mean 13.73 23.23

Median 13 22

Modus 10 22 Keterangan:

Standar

Deviasi 3.042 3.176 X: Skor sebelum bimbingan

Koefesien

varian 22.162 13.675 Y: Skor sesudah bimbingan


(48)

111

Dengan perhitungan sistem excel, maka pada tabel tersebut dapat diketahui; (a) rentang nilai maksimal dan minimal, untuk X (skor sebelum uji coba) = 9, dan untuk Y (skor sesudah uji coba) = 13; (b) skor rata-rata (mean) x= 13,37

dan y= 23,23; (c) skor tengah (median) X= 13 dan Y=22; (d) mengetahui skor yang paling sering muncul (modus) X= 10 dan Y = 22; (e) mengetahui standar deviasi SD =3,042 dan SD =3,176; dan untuk mengetahui koefesien varian (KV) X=22,165 dan Y= 13,675; dan (f) untuk mengetahui standar deviasi gabung SD = 0,580

(g) untuk mengetahui nilai ”t” menggunakan rumus

Interpretasi hasil pengujian antara skor disiplin siswa sebelum uji coba program bimbingan dengan skor disiplin siswa sesudah uji coba program bimbingan, maka diperoleh korelasi gabung (r hitung) sebesar + 0,580 sedangkan skor r tabel dengan tingkat kepercayaan 99% adalah 0,515 dan r tabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 0,404. Karena skor r hitung lebih besar daripada r tabel dengan tingkat kepercayaan 99%-95% , maka terdapat korelasi yang positif dan signifikan pada taraf yang sedang.


(49)

175

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

1. Kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan di SMPN 2 Karangtanjung berdasarkan hasil observasi dan wawancara dinilai belum optimal, antara lain disebabkan karena: (a) belum ada kebijakan pimpinan untuk mengoptimalkan program bimbingan dan konseling (BK) ke dalam keseluruhan program kegiatan sekolah, (b) satu guru BK melayani 461 siswa, (c) ketiadaan ruang BK, (c) minimnya anggaran BK (bahkan nyaris tidak ada), (d) penyusunan program BK hanya sekedar formalitas administrasi saja, (e) belum terjalin secara erat kerjasama guru BK dengan personel lain, (f) sosialisasi peran dan fungsi BK masih minim.

2. Hasil sebaran angket disiplin siswa menghasilkan beberapa temuan antara lain: (a) berdasarkan persentase ketujuh indikator disiplin yang tertinggi pada indikator konsisten dan terendah pada indikator ketertiban, namun skor prosentase rata-rata indikator berada pada kategori rendah. Untuk pengkategorian berdasarkan perolehan skor sampel, maka 45 siswa atau 21,03% sangat baik, 80 siswa attau 37,38% baik, dan 89 siswa atau 42,59% kurang baik.

3. Dengan mempertimbangkan kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan dan hasil pengolahan angket disiplin siswa, maka dibutuhkan suatu program bimbingan yang berfokus pada pengembangan disiplin siswa. Kondisi disiplin siswa dipandang akan berkembang efektif bila


(50)

176

dipadukan dengan kegiatan solat dan menggali di dalamnya nilai-nilai yang selaras dengan disiplin siswa. Untuk itulah disusun suatu program yang dinamakan dengan program bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat.

4. Hasil uji coba program bimbingan bagi pengembangan disiplin siswa berbasis nilai solat terhadap + 10% sampel atau 22 siswa, maka terjadi kenaikan 12,18% , yaitu dari 17,66% menjadi 29,78% . Dengan demikian dianggap efektif program bimbingan ini dalam mengembangkan disiplin siswa.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian, membahas dan kemudian menyimpulkan hasil penelitian, di akhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang sebagai berikut.

Bagi Kepala Sekolah, hendaknya memberikan penugasan secara komprehensif kepada guru BK untuk aktif dalam keseluruhan proses kegiatan di sekolah, menambah personel guru BK mendekati rasio kecukupan yakni 1: 150 siswa, tersedianya ruang BK dengan dengan fasilitas pendukungnya, dan mensosialisasikan peran dan fungsi BK ke segenap personel dan siswa.

Bagi Guru Bimbingan, menyusun program layanan bimbingan untuk membantu meningkatkan kedisiplinan, menjaga tingkat kedisiplinan melalui penerapan program layanan bimbingan bagi peningkatan disiplin siswa berbasis nilai solat, menangani secara tepat siswa-siswa yang mengalami permasalahan dalam kedisiplinan, berkoordinasi dengan guru agama dalam mengembangkan


(1)

Daftar Pustaka.

Al Qur’an & Hadits

A. Juntika Nurihsan.(2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono.(1991). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonym, (2009). Menggagas Arti Disiplin. (Online) tersedia: http/ www. amazon com/html. ( 1 Februari 2009. jam 11:54)

Abdul Hadis. (2008). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Adi, AW. (1985). Hubungan antara Keteraturan Menjalankan Sholat dengan Kecemasan. Skripsi. Fak. Psikologi UGM. Yogyakarta

Amir Muallim, (2010). Peran Nilai-Nilai Shalat dalam Etos Kerja. Email info @ msi-uii net. website. (online) tersedia:http: www.msi-uii.net (23 Mei 2010)

Anas Sudijono. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Andi Mappiare AT, (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah . Surabaya: Usaha Nasional.

Aunur Rahim Faqih.(2001). Bimbingan dan Konseling dalam Islam” UII Press Yogyakarta .

Atkinson, et al. (1993). Pengantar Psikologi. Batam : Interaksara

Becky A. Bailey.(2004). Easy to Love Difficult to Dicipline. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Baihaqi. (2008). Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat untuk Menumbuhkan Optimisme. Bandung : Rosda

Bimo Walgito.(2004). Bimbingan dan Konseling di sekolah. Yogyakarta: ANDI OFFSET

_________.(2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Basri, (2009). Kedisiplinan di sekolah. (online) tersedia http: //basri05. multiply. com/journal


(2)

Beomoesa, (2010). Apa Saja Indikator Disiplin itu? (Online) Tersedia: : http/

www.edu.com/ boemoesa/html (2 November 2009 jam 7:01)

Bruce Shertzer and Shelly C.Stone. (1974). Fundamental of Counseling. Boston: Ho ugton Mifflin Company.

C. Asri Budiningsih.(2004). Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Cornelius Trihendradi.(2005). SPSS 12 Statistik Inferen Teori Dasar dan Aplikasi.Yogyakarta: Andi Offset.

C.H. Patterson (Ed.), (1967). The conselor in the school .New York:MCGraw-Hill Book Company.

Dewa Ketut Sukardi, (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

DPR-RI, (2003).Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Djamaluddin Ancok dan Suroso. (1994). Psikologi Islami. Edisi III Tahun 1992. Yogyakarta : Keluarga Muslim Fak. Psikologi UGM.

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Elizabeth B. Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

E. Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gerald Corey.(2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi (Theory and Practice of Counseling and Psycotherapy) . Bandung: Rafika Aditama Gunarsa Singgih D et al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta H.M. Arifin. (2003). Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT

Golden Terayon Press.

I.Djumhur & Drs.Moh.Surya, (1994). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah . Bandung:


(3)

Khalil, (2009), Disiplin dan Peran Bimbingan di sekolah. (Online). Tersedia : http/www. serantau karimun.com/.html (24April 2009)

James Kaufman.(1989). Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth, Merril Publishing Company, Columbus, London, Toronto Kottler Jeffry & Brown Robert.W.(1985). Introduction to therapeutic Counseling

California:Cole Publishing Company.

Lexy J. Moleong. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lemhanas, (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Melly Sri SR. (1993). Tugas-tugas Perkembangan dalam Rangka Bimbingan Perwatakan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

M. Quraish Shihab.1997). Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, cetakan VIII, Bandung: Mizan.

M. Sholeh. (2007). Terapi Solat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta: Mizan Publika.

M.Hamdani Bakran Adz-Dzaky.(2001). Psikoterapi dan Konseling Islam .Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Moh. Shochib.(1998). Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Muhammad Bahnasi.( 2004). Shalat sebagai Terapi Psikologi. Bandung: Mizani Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih Sukmadinata.(2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan .Bandung : PT Remaja Rosda.

Nandang Rusmana. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah Teori dan Aplikasi. Bandung: UPI

Nazir. (1985). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Ngalim purwanto.(1996). Psikologi pendidikan remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(4)

Puan Amal Hayati. (2009). Pendidikan berbasis keislaman. Kedepankan nilai kemaslahatan (online) tersedia http:// www.dutamasyarakat. com/1/02dm.php? mdl=dtlartikel&id=1009

Rachmat Djatnika. (1987). Sistem Etika Islami ( Akhlak Mulia) Surabaya: PT.Pustaka Islam.

Rochman Natawijaya.( 1987). Pendekatan – pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok Bandung: CV Diponegoro.

________.( 2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi

Sri Esti WD. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Save M. Dagun. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarniyati Sartono.(1985). Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI, Jakarta

Suharsimi Arikunto.(1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Susilowati. (2005). Pengaruh Disiplin Belajar lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar kelas X semester 1 tahun ajaran 2004-2005 SMAN 1 Gemolong Kabupaten Sragen (skripsi)

http:// digilib. unnes.ac.id/ gsdl/collect/ skripsi/ index/ assoc/ HASH01c6 .dir/doc.pdf

Singgih Gunarsi.(1995). Psikologis Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia,.

Sofyan S. Willis. (2004). Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

Soetjipto dan Raflis Kosasi.(2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta Sugiono. (2008). Metoda Penelitian kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung:

Alfabeta

Subino.(1987). Konstruksi Analisis Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. (1983). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.


(5)

________, 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sunarto dan Agung Hartono.( 2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Sulaiman Rasjid.(1996). Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar Baru Algensind Offset.

Suherman (Eds). (2008). Aplikasi dan Konsep Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Syaikh Jalal M.Syafi’i. (2006). The Power Of Shalat ( Mengajak Kita Merasakan Dasyatnya Gerakan Shalat bagi kesehatan Jasmani dan Ruhani). Bandung: MQ Publishing.

Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan.(2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

________.( 2007). Teori Kepribadian. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

________.( 2005). Psikologi Belajar Beragama (Perspektif Agama Islam)., Bandung: Pustaka Bani Quraisy

________.( 2008). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

________.(2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.. Bandung : Rizqi Press.

Thohari Musnamar.(1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: UII Press.

Tulus Tu’u.(2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Uman Suherman AS. (2007). Materi Layanan Informasi dalam Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

________.(2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rizqi Press. W.S.Winkel.(1992). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta:

Gresindo.

Yusuf Gunawan.(2001). Pengantar Bimbingan dan Konseling Jakarta: PT.Prenhallindo.

William J. Gnagey.(1981). Motivating Classroom Dicipline. New York: Macmillan Publishing Co., Inc


(6)

Rudolf Drikurs and Pear Cassel. (1972). Dicipline Without Tear. New York: A division of Elsevier-dutton

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung


Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik Pasca Munculnya Kasus Korupsi Di Indonesia (Studi Deskriptif di Kelurahan Asam Kumbang,Kecamatan Medan)

2 87 76

Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kantor kelurahan Kendana Kabupaten Labuhan Batu)

15 92 101

UPAYA PARTAI POLITIK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK DAN PEMILU 2004 (Studi pada DPC PKB Kabupaten Bangkalan)

0 3 1

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Studi pada DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Ngawi)

1 19 2

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 17

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 12

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTISIPASI POLITIK DITINJAU DARI BUDAYA PATRIARKHI DAN IKATAN PRIMORDIAL DI KOTA MEDAN.

0 1 14

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA LEGISLATIF KABUPATEN CIANJUR: Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Politik Bagi Kader Perempuan di Partai Politik.

1 1 63

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MENGEMBANGKAN KERAMPILAN PARTISIPASI WARGA MELALUI PENDIDIKAN POLITIK.

0 0 17

Pendidikan Politik oleh Partai Politik

0 0 4