EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK): Studi quasi eksperimen di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada materi menjela

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH

KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

(Studi quasi eksperimen di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada materi menjelaskan fungsi dan menggunakan menu pokok program aplikasi pengolah

kata)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Oleh

Gita Permatasari

0904034

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL

BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA

PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

(TIK)

(Studi quasi eksperimen di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada materi menjelaskan fungsi dan menggunakan menu pokok program aplikasi pengolah

kata)

Oleh Gita Permatasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Gita Permatasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Gita Permatasari 0904034, Efektivitas Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Pada Mata PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK).(Penelitian quasi eksperimen pada matapelajaran TIK kompetensi dasar menjelaskan fungsi dan menggunakan menu pokok program aplikas ipengolah kata kelas VII di SMP Negeri 43 Bandung).

Skripsi, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, tahun 2013.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pembelajaran yang cenderung bersifat konvensional.Pembelajaran ini menekankan kepada pencapaian tujuan pembelajaran saja dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri, cara penyampaian guru yang begitu singkat dan hanya berjalan satu arah maka pembelajaran yang digunakan hanya ceramah saja agar siswa dapat menghapal materi pembelajaran tanpa langsung melakukan praktik sehingga siswa tidak dapat memahaminya secara langsung dan dalam penerapannya pun tidak maksimal terutama pada matapelajaran TIK.

Penelitian ini bertolak pada rumusan masalah umum, yaitu: “Apaka hmodel pembelajaran Contextual Teaching Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaranTeknolog iInformasi dan Komunikasi (TIK).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

Contextual Teaching Learning dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional untuk meningkatkan hasi l belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Lokasi penelitian di SMP Negeri 43 Bandung dengan menggunakan teknik sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Non Random dan instrument penelitian berupa tes objektif (pilihanganda). Pengujian hipotesis menggunakan uji t independensampel dengan SPSS 20.

Simpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran

Contextual Teaching Learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran

konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaranTeknologi Informasi dan Komunikasi.

Kata Kunci :Model pembelajaran Contextual Teaching Learning, model


(5)

ABSTRACT

Gita Permatasari 0904034 , Effectiveness Model Learning Contextual Teaching Learning Against Improved Student Learning Outcomes Cognitive Domains On Eye PelajaranTeknologi Information and Communication Technology (ICT ) . ( Quasi-experimental research on the subjects of ICT competency describes the basic functions and main menu program using a word processing application class VII in SMP Negeri 43 Bandung ) .

Thesis, Department of Curriculum and Technology Education Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia , in 2013 .This research is motivated by the problem of learning tend to be conventional . These lessons emphasize the achievement of learning objectives have compared how the stages or the contents of the learning process itself , the way teachers are so short and only one way of learning to use the lecture only course for students to memorize material without direct instructional practices that students can not understand it directly and in its implementation was not optimal , especially in ICT subjects .

This study contradicts the general problem formulation , namely : " Is Contextual Teaching Learning instructional model is more effective than conventional learning models to improve student learning outcomes in eyes pelajaranTeknologi Information and Communication Technology (ICT ) . The purpose of this study was to determine the effectiveness of Contextual Teaching Learning instructional model compared with conventional learning models to improve student learning outcomes in subjects of Information Technology and Communication .

Research sites in SMP Negeri 43 Bandung by using purposive sampling technique sampling . This study uses a quasi-experimental research design with pretest - posttest control group Non-Random and research instruments in the form of objective tests. Hypothesis testing using independent sample t test with SPSS 20 . General conclusions obtained from this research is Contextual Teaching Learning learning model is more effective than conventional learning models to improve student learning outcomes in information and communications technology subjects

Keywords : Contextual Teaching Learning instructional model , conventional learning models .


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

UCAPAN TERIMAKASIH ………...…. ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ……….……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….………….…….…. x

DAFTAR GRAFIK ……….………..……..… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...…… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ………...……… 6

D. Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II Kajian Pustaka A. Hakikat Belajar ……….. 8

1. Konsep Belajar ………. 8

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ……...…….………...……… 9

B. Model Pembelajaran …………..…..……….… 11

C. Pembelajaran Contextual Teaching Learning ……….. 12

1. Tinjauan Teori Belajar Contextual Teaching Learning ………. 12

2. Perkembangan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning 13 3. Prinsip Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning ……… 15

4. Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning ….. 17

5. Kekurangan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning … 18 D. Hasil Belajar ………. 18


(7)

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa …..………. 20

E. Mata Pelajaran TIK dan Kompetensi Dasar ………...…….… 21

1. Mata Pelajaran TIK ………...…. 22

2. Kompetensi Dasar ……….. 25

F. Hubungan Model Pembelajaran CTL dengan Hasil Belajar Siswa …….. 26

G. Kerangka Pemikiran ……….… 27

H. Asumsi dan Hipotesis penelitian ……….. 27

1. Asumsi ……… 27

2. Hipotesis ………. 28

BAB III Metode Penelitian A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi ……….. 30

2. Sampel ……… 31

B. Desain Penelitian ……….……. 31

C. Metode Penelitian ……….……… 32

D. Definisi operasional ………. 34

1. Model Pembelajaran ……….. 34

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning ……… 35

3. Pembelajaran Konvensional ………... 36

4. Hasil Belajar Ranah Kognitif ………. 37

5. Teknologi Informasi dan Komunikasi ………... 39

E. Instrumen Penelitian ………..………..…. 39

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas ………..…. 40 2. Uji Reliabilitas ………...… 42

3. Daya Pembeda ……….….. 42

4. Tingkat Kesukaran ………...………. 43

G. Hasil uji Coba Instrumen .……….…. 44

1. Uji Validitas ……….……….. 44


(8)

3. Daya Pembeda ……… 46

4. Tingkat Kesukaran ………. 46

H. Teknik Pengumpulan Data ………... 48

I. Analisis Data ………..….… 48

J. Prosedur Penelitian ………..………..……. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……….……….…. 52

1. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Umum ……….………… 53

2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pertama ……….…. 55

3. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Kedua ………….……… 57

4. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Ketiga ……….…… 58

B. Pengujian Hipotesis ……….……… 60

1. Uji Normalitas ………...………… 60

2. Uji Homogenitas ….……….. 61

3. Uji Hipotesis …….……….. 63

a. Uji Hipotesis Umum ……… 63

b. Uji Hipotesis Pertama ……….. 64

c. Uji Hipotesis Kedua ………. 65

d. Uji Hipotesis Ketiga ………. 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 68

1. Pembahasan Hipotesis Umum ……….. 68

2. Pembahasan Hipotesis Pertama ………. 70

3. Pembahasan Hipotesis Kedua ……….. 71

4. Pembahasan Hipotesis Ketiga ……….. 72

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ……….………. 74

B. Rekomendasi ……….……….. 75


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fokus Pembelajaran TIK ………...… 24

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ……….. 25

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ………... 30

Tabel 3.2 Desain Penelitian control group pretest-posttest Non Random … 32 Tabel 3.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian ……….… 34

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ……….. 41

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ……….………..… 43

Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ………. 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Alat Ukur ………... 45

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ………. 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar ……….……….. 47

Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Pretest-Posttest ...………. 52

Tabel 4.5 Rata-rata Aspek Mengingat, Aspek Memahani, dan Aspek Menerapkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….………53

Tabel 4.6 Rata-rata Gain Hasil Belajar ………..… 54

Tabel 4.7 Rata-rata Gain Aspek Mengingat ……….….. 56

Tabel 4.8 Rata-rata Gain Aspek Memahami ……….. 57

Tabel 4.9 Rata-rata Gain Aspek Menerapkan ……… 59

Tabel 4.10 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan KelasKontrol ………….. 60


(10)

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Aspek Mengingat ………. 62

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Aspek Memahami ……….... 62

Tabel 4.14 Uji Homogenitas Aspek Menerapkan ……….. 62

Tabel 4.15 Uji Hipotesis Umum ……… 64

Tabel 4.16 Uji Hipotesis Aspek Mengingat ……….……….. 65

Tabel 4.17 Uji Hipotesis Aspek Memahami ……….. 66


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Ketiga Aspek ………...………. 24

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ……….. 27


(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rata-rata Gain Aspek Mengingat, Aspek Memahami dan Aspek Menerapkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ………...… 53

Grafik 4.2 Rata-rata Gain Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ………. 55

Grafik 4.3 Rata-rata Gain Aspek Mengingat Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ……….……… 56

Grafik 4.4 Rata-rata Gain Aspek Memahami Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ……….……… 58

Grafik 4.5 Rata-rata Gain Aspek Menerapkan Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ………. 59


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Pembelajaran yang baik terjadi melalui suatu proses. Gagne, Briggs, dan Wager (Winataputra dkk, 2007:19) mengemukakan bahwa „pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa‟. Proses pembelajaran yang baik hanya bisa diciptakan melalui perencanaan yang baik dan tepat, karena perencanaan pembelajaran merupakan salah satu unsur utama bagi guru dalam proses mengajar. Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu faktor penting dalam proses mengajar adalah bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Dewasa ini untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan karakter serta kebutuhan siswa masih banyak permasalahan yakni diantaranya lemahnya proses pembelajaran. Dalam PP No. 19 Tahun 2005, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.


(14)

2

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dengan melihat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru TIK terhadap siswa yang berjumlah 30 orang di SMP Negeri 43 Bandung, kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran TIK diperoleh fakta bahwa guru selalu langsung ke inti pembelajaran tanpa memotivasi terlebih dahulu sehingga siswa tidak akan muncul rasa keingintahuan untuk memperhatikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, selain itu penerapan pembelajaran yang bersifat konvensioanal yang lebih menekankan kepada pencapaian tujuan saja tanpa memikirkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri, sehingga model pembelajaran yang digunakan hanya ceramah atau metode penyampaian saja agar siswa dapat menghapal materi pembelajaran. Terlebih pada mata pelajaran TIK yang seharusnya siswa dapat melakukan pembelajaran langsung dengan melakukan praktik namun siswa cenderung jarang melakukan praktik langsung dimana siswa tidak diikutsertakan secara aktif dalam membangun pengetahuannya. Jika hal seperti itu terjadi interaksi didalam proses pembelajaran tidak akan efektif dan akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar disini lebih ditekankan pada aspek mengingat, memahami, dan menerapkan.

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai KKM. Standar ketuntasan kriteria minimal (KKM) merupakan tolak ukur ketuntasan belajar, yang merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar. KKM mata pelajaran TIK di SMP Negeri 43 Bandung yakni 75. Berdasarkan wawancara dengan guru, dari jumlah siswa 309 orang sebagian besar siswa memperoleh hasil belajar dengan nilai dibawah KKM yaitu 60. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa didalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Menurut Bloom hasil belajar dapat dikelompokan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta berkembangnya tuntutan komunitas pendidikan, David R. Kratwohl, salah seorang anggota tim Bloom, mengajukan revisi Taksonomi ini (Anderson,2001).


(15)

3

Anderson dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing:

A revision of Bloom’s Taxonomi of Educational Objectives (2001)

mengemukakan bahwa:

Dimensi kognitif yang enam tingkatan diubah dari kata benda menjadi kata kerja yakni yang asalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pengetahuan yang siswa dapatkan sangatlah minim karena cara penyampaian guru yang begitu singkat dan hanya berjalan satu arah, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka kurang memahami materi yang disampaikan dan dalam penerapannya pun tidak maksimal khususnya pada mata pelajaran TIK.

Dalam proses belajar mengajar, antara guru, siswa, kurikulum, dan sarana prasarana yang dipakai mempunyai kaitan yang sangat erat. Guru memiliki tugas untuk memilih model pembelajaran apa yang sesuai dengan materi maupun mata pelajaran agar tercapai tujuan pendidikan.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan pembelajaran yang lebih terkonsep lagi, dimana guru dapat mengaitkan antara materi yang akan dibahas dengan langsung melakukan praktik sehingga siswa dapat langsung memahami apa yang guru sampaikan tidak hanya dengan bayangan semata.

Model pembelajaran Contextual Teaching Learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. (Elaine B.Johnson, 2011:67).

Pembelajaran ini dapat diterapkan dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, karena dalam model pembelajaran Contextual

Teaching Learning siswa dapat langsung praktik sesuai dengan materi


(16)

4

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching

Learning yaitu proses belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya

sekedar menghapal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authenthic assessment).

Model pembelajaran contextual teaching learning dapat diterapkan dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, karena dalam model pembelajaran contextual teaching learning siswa secara aktif dapat menegembangkan potensi dirinya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan mata pelajaran yang ada di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran ini akan membantu siswa untuk belajar teknologi informasi dan komunikasi, dan dapat mengembangkan potensi diri agar lebih berkembang.

Hal tersebut sesuai dengan visi mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar. Siswa juga diharapkan dapat menggunakan segala potensi yang ada untuk mengembangkan kemampuan diri, dengan demikian proses pembelajaran bukanlah transfer pengetahuan dari guru terhadap siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan pengetahuan yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.

Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Contextual

Teaching Learning, siswa dapat lebih memahami mengenai teknologi

informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan sumber yang relevan berkaitan dengan model pembelajaran contextual teaching learning didapatkan hasil bahwa Edya Muhsin dengan menggunakan model pembelajaran CTL menunjukan bahwa implementasi pembelajaran dengan pendekatan


(17)

5

kontekstual (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar pada program teknik mesin perkakas. Implikasi dari penelitian ini adalah memberikan kesempatan pada guru produktif mesin perkakas khususnya untuk mengembangkan penggunaan model pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini, adapun judul yang akan dikedepankan oleh penulis adalah : “Efektivitas Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan secara umum dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching

learnig lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi?”.

Adapun rumusan masalah secara khusus adalah :

1. Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek mengingat pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek memahami pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek menerapkan pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi?


(18)

6

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching learnig lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

Adapun tujuan penelitian khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching

learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional

untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek mengingat pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

2. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching

learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional

untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek memahami pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

3. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran contextual teaching

learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional

untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek menerapkan pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diungkapkan, diharapkan hasil dari penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak, khususnya dalam bidang pendidikan secara langsung maupun tidak langsung. Terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Penelitian diharapkan memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran contextual

teaching learning ini jika terbukti lebih efektif dibandingkan model


(19)

7

penelitian ini akan memperkuat dan mendukung teori yang terkait dengan pengaruh penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada khasanah kajian keilmuan tentang pembelajaran. Penguatan dan dukungan terhadap teori tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang efektivitas pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, dengan menggunakan model pembelajaran contextual

teaching learning ini diharapkan dapat memberikan variasi dan inovasi

dalam proses pembelajaran, serta meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

b. Bagi Sekolah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi sekolah untuk senantiasa menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa untuk ketercapaian tujuan pembelajaran.

c. Bagi jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan, diharapkan dapat menambah kajian keilmuan dalam disiplin ilmu kurikulum dan Teknologi Pendidikan tentang strategi-strategi pembelajaran.


(20)

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiono (2010:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi dalam suatu penelitian adalah keseluruhan objek yang dijadikan sumber penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 43 Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 309 siswa.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. VII 1 30 Siswa

2 VII 2 32 Siswa

3 VII 3 31 Siswa

4 VII 4 32 Siswa

5 VII 5 30 Siswa

6 VII 6 32 Siswa

7 VII 7 30 Siswa

8 VII 8 30 Siswa

9 VII 9 32 Siswa

10 VII 10 30 Siswa


(21)

31

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2010:118). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah teknik

purposive sampling. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang

diambil dengan pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

Berdasarkan pendapat tersebut maka ditetapkan 2 kelas sebagai sampel yang diharapkan dapat mempresentasikan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 43 Bandung, yaitu kelas VII 1 dan VII 7. Kelas VII 1 sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional. Dan kelas VII 7 sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran contextual teaching learning.

B. Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran contextual teaching learning jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada aspek mengingat, memahami, dan menerapkan.

Dalam penelitian ini digunakan 2 kelas yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Pada kelompok eksperimen digunakan model pembelajaran contextual teaching learning, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control

Group Pretest – Postest Non Random. Pada desain ini, sampel yang diambil

tidak acak karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas.


(22)

32

Pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal kedua kelompok

sedangkan Posttest digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

Tabel 3.2

Desain penelitian Control Group Pretest Posttest Non Random dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A (Kelas Eksperimen) Y1 x Y2

B (Kelas Kontrol) Y1 Y2

(Sudjana dan Ibrahim, 2010:44) Keterangan :

A : Kelompok Eksperimen

YI : Pretest untuk kelompok eksperimen

X :Perlakuan dengan menggunakan strategi CTL Y2 : Posttest untuk kelompok eksperimen

B : Kelompok Kontrol

YI : Pretest untuk kelompok control Y2 : Posttest untuk kelompok control

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu diberikan

pretest, kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu model

pembelajaran contextual teaching learning dan kelompok kontrol diberi perlakuan model pembelajaran konvensional. Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan perlakuan lalu berikan posttest.

C.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi (Nana syaodih,2009:52). Metode penelitian diperlukan agar tujuan penelitian dapat tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, maka untuk memperoleh hasil yang baik harus digunakan metode penelitian yang tepat.


(23)

33

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Quasi eksperimen hampir mirip dengan eksperimen sebenarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali (2003: 140) yang menyatakan:

Quasi ekperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya perbedaannya terletak pada penggunaan subjek yaitu pada kuasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact group).

Metode ini menggunakan kolompok yang sudah ada namun memiliki karakteristik yang homogen sehingga memudahkan dalam pengontrolan variabel penelitian. Karena penelitian yang dilakukan hanya untuk mengukur peningkatan variabel terikat setelah dilaksanakan perlakuan (treatment) berupa model pembelajaran dan tidak meneliti faktor lain selain perlakuan (treatment), maka metode penelitian yang akan digunakan adalah metode quasi eksperimen (Quasi Eksperimental), dimana kuasi eksperimen hanya mengontrol faktor yang paling dominan mempengaruhi terhadap hasil penelitian yaitu perlakuan yang diberikan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sudjana dan Ibrahim (2010:12):

Dalam penelitian terdapat dua variabel utama, yakni variabel bebas atau variabel predictor (independent variable) sering diberi notasi X adalah penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain, dan variabel terikat atau variabel respon (dependent

variable) sering diberi notasi Y, yakni variabel yang ditimbulkan atau efek

dari variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Pembelajaran dengan model pembelajaran contextual teaching learning dilaksanakan di kelompok eksperimen sedangkan pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan di kelompok kontrol. Secara lebih khusus variabel terikat ini dibagi menjadi tiga sub variabel, yaitu hasil belajar pada aspek mengingat, memahami, dan menerapkan.


(24)

34

Tabel berikut ini adalah penjelasan hubungan antar variabel yang akan diteliti:

Tabel 3.3

Hubungan antar Variabel Penelitian Variabel Bebas

Variabel Terikat

Kelompok Eksperimen

(X1)

Kelompok Kontrol

(X2)

Aspek Pengetahuan (Y1) (X1 Y1) (X2 Y1)

Aspek Pemahaman (Y2) (X1 Y2) (X2 Y2)

Aspek Penerapan (Y3) (X1 Y3) (X2 Y3)

D. Definisi Operasional

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan model contextual

teaching learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, sesuai dengan masalah tersebut penulis dapat merumuskan definisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

Tujuan utama dari pembelajaran di sekolah adalah agar terjadi perubahan baik secara mental maupun intelektual dari seorang siswa sebagai subjek yang belajar. Di sekolah seorang guru bertugas membimbing siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara optimal. Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tergantung pada sesuai atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan guru terhadap karakteristik mata pelajaran dan siswa mengikuti pembelajaran tersebut.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau


(25)

35

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran yaitu model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, dan model modifikasi tingkah laku (Rusman, 2009:223).

Menurut Johnson (Trianto, 2009:55) untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang prosedurnya sistematis dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran atau guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

US Department of Education (Elin Rosalin, 2008:26) mengemukakan bahwa:

Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Jadi, pengertian CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

36

Ditjen Dikdasmen (2003: 10-19) menyebutkan ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual, yaitu: Constructivism, Inquiry, Questioning,

Learning Community, Modelling, Reflection, dan Authentic Assesment.

Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar

lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimiliknya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

3. Pembelajaran Konvensional

Menurut Dajamarah (Abu Ahmadi, 2005) mengemukakan bahwa:

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan model ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Dalam pembelajaran sejarah model konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.


(27)

37

Model pembelajaran konvensional lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri. Terlebih dalam model pembelajaran konvensional pemilihan informasi ditentukan oleh guru, cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu, memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan, dan penilaian hasil belajar hanya ditentukan melalui kegiatan akademik berupa ujian atau ulangan. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari model pembelajaran konvensional:

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

2. Belajar secara individual

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan

5. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 6. Interaksi di antara siswa kurang

7. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

4. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa di dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Seseorang dikatakan telah belajar apabila ia telah memperoleh hasil belajar yang telah dicapai yakni perubahan tingkah laku. Hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar yang dilaksanakan. Hasil belajar tersebut akan terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar.


(28)

38

Hasil belajar menurut Sudjana (2009:3) adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang dicapai sisa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut (Sudjana, 2009:56-57):

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Menurut Bloom, dalam bukunya yang sangat terkenal Taxonomi of

Educational Objectives, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus

dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga domain, yaitu domain

kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik. Hasil belajar yang akan

diukur dalam penelitian ini yaitu hasil belajar domain kognitif. Anderson dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomi of Educational Objectives (2001), tingkatan

dalam domain kognitif adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Tingkatan Domain Kognitif

Mengingat

Memahami

Menerapkan

Menganalisis

Mengevaluasi

Mencipta

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, dikatakan tujuan kognitif taraf rendah, sedangkan tiga tingkatan berikutnya yaitu analisis, sintesis dan evaluasi


(29)

39

dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan tujuan tingkat rendah karena tujuan kognitif ini hanya sebatas kemampuan untuk mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya serta menerapkan sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang sifatnya pasti, sedangkan tujuan kognitif tingkat tinggi seperti menganalisis dan menyintesis bukan saja hanya berupa kemampuan mengingat, akan tetapi didalamnya termasuk kemampuan berkreasi dan kemampuan mencipta. Oleh karenanya, tujuan ini sifatnya lebih kompleks dari sekedar hanya mengingat.

5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain. Menurut Puskur Diknas Indonesia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.

1) Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi.

2) Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu kelainnya.

Jadi, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan dan transfer/pemindahan informasi antar media.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah


(30)

40

diolah (Arikunto, 2006:160). Aspek yang dinilai dalam penelitian yang dilaksanakan ini adalah peningkatan hasil belajar siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Tes Hasil Belajar adalah tes objektif untuk memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa. Instrumen berupa soal pilihan ganda yang diujikan pada saat

pretest dan posttest. Pengembangan dalam menyusun instrumen hasil belajar

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum KTSP mata pelajaran TIK. b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. c. Mengonsultasikan instrumen yang telah dibuat dengan dosen pembimbing. d. Melakukan uji coba instrumen penelitian yang telah dibuat kepada siswa. e. Melakukan analisis berupa uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran,

dan uji reliabilitas soal. Setelah instrumen yang diujicobakan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Khusus untuk instrumen berupa tes, dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum instrumen tersebut diberikan pada kelompok eksperimen. Uji coba instrumen dilakukan yaitu dengan memberikan soal instrumen kepada siswa pada kelas yang lebih tinggi dan sederajat atau pada kelas yang tingkatannya sama tetapi telah memperoleh materi dalam soal yang diberikan. Uji coba instrumen ini dilakukan untuk melihat kualitas instrumen tes yaitu melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal instrumen.

Berikut adalah teknik analisis instrumen penelitian berupa soal tes:

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.


(31)

41

Uji validitas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu validitas alat ukur dan validitas butir soal. Validitas alat ukur digunakan untuk mengetahui validitas tes secara keseluruhan sedangkan validitas butir soal digunakan untuk mengetahui butir-butir soal manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan memiliki validitas yang rendah.

Cara mengetahui validitas adalah dengan menggunakan teknik korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, adapun rumus untuk

menguji validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

(Arikunto, 2010:72) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas

Nilai r Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah


(32)

42

Selanjutnya untuk menguji signifikansi item-item pada instrumen penelitian dihitung dengan uji-t dengan rumus :

(Sudjana dan Ibrahim, 2010:149) Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf nyata (0,05) dengan derajat bebas = n-2. Apabila thitung ≤ ttabel berarti korelasi tersebut tidak ada perbedaan yang berarti (tidak valid), sebaliknya apabila thitung ≥ ttabel , berarti korelasi tersebut terdapat perbedaan yang berarti (valid).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178).

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half) dan menggunakan rumus Spearman Brown. Adapun rumus Spearman

Brown adalah:

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan reabilitas instrumen akan dibandingkan dengan rtabel . Apabila nilai rhitung lebih besar dari dari nilai rtabel maka instrumen dinyatakan reliabel.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan


(33)

43

siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto. 2010:211). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

Keterangan :

D = Daya pembeda butir soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda (D) Butir Soal

Nilai DP Tingkat Kesukaran

0,40 – Di atas Sangat Baik

0,30 – 0,39 Baik

0,20 – 0,29 Cukup

Di bawah – 0,19 Jelek

(Arifin, 2009:274)

4. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 2010:207).


(34)

44

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.6

Interpretasi Tingkat Kesukaran (P) Butir Soal

Nilai P Tingkat Kesukaran

1,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2010:210)

G. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen (tes) dipakai dalam penelitian, maka instrumen disusun terlebih dahulu kemudian di uji coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengukur kelayakan instrumen yang akan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa kelas VII-8 SMP 43 Bandung sebanyak 30 orang dengan menggunakan tes belajar bentuk objektif sejumlah 30 soal. Berdasarkan hasil uji coba, dapat diketahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya beda instrumen. Berikut adalah ringkasan data hasil penghitungan, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

1. Uji Validitas

a. Validitas alat ukur

Perhitungan validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor soal ganjil dengan soal genap. Setelah itu diuji tingkat signifikansinya, sehingga diperoleh data pada tabel berikut:


(35)

45

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Alat Ukur

R Kriteria thitung ttabel Keterangan

0.790 Tinggi 6.817 1.701 Valid

Kriteria pengujian adalah jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel pada taraf kepercayaan 95% (0,05) dengan derajat bebas 30 (dk-2) maka instrumen dinyatakan valid dan sahih. Dari perhitungan di dapat t-hitung sebesar 6.817 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.701. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa uji signifikansi alat pengumpul data adalah valid.

b. Validitas butir soal

Berdasarkan uji validitas butir soal sejumlah 30 soal dapat diketahui ada beberapa soal yang tidak valid. Soal-soal yang tidak valid berjumlah 7 soal yaitu soal-soal yang nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel. yaitu soal nomor 3,5,8,15,18,20,26. Untuk melihat soal-soal yang tidak akan digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Untuk mengukur reliabilitas instrumen hasil belajar digunakan uji korelasi

Product Moment Korelasi. Dengan hasil pengujian sebagai berikut: Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

rhitung rtabel Interpretasi

0.862 0.361 Reliabel

Hasil uji coba reliabilitas dengan menggunakan split half dari spearman

brown diperoleh indeks sebesar 0.862. Alat pengumpul data dikatakan


(36)

46

bebas 30. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dilihat bahwa rhitumg > rtabel (0.862 > 0.361) maka berdasarkan kriteria dapat dikatakan bahwa item yang digunakan reliabel.

3. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang atau belum menguasai kompetensi.

Butir soal yang digunakan pada instrumen penelitian dikategorikan baik jika > 0 dan jika daya pembeda < 0 maka butir soal tersebut harus direvisi atau diganti. Berdasarkan hasil perhitungan daya beda dari jumlah soal keseluruhan sejumlah 30 soal, berdasarkan data yang diperoleh soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 3 soal, daya beda cukup sebanyak 10 soal, daya beda baik sebanyak 7 soal, dan daya beda sangat baik sebanyak 10 soal. Soal dengan daya beda jelek tidak digunakan dalam penelitian.

4. Tingkat Kesukaran Soal

Berdasarkan hasil pengujian maka menjelaskan kategori soal bahwa 5 soal yang Mudah dan 25 soal yang sedang. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:2017) “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Data selengkapnya dimasukan dalam lampiran. Hasil uji coba instrumen dapat dirangkum pada tabel berikut:


(37)

47

Tabel 4.3

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar

No Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keputusan

Nilai Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 4.16 Valid 0.40 Sangat Baik 0.53 Sedang Digunakan

2 2.06 Valid 0.33 Baik 0.56 Sedang Digunakan

3 0.62 Tidak Valid 0.14 Jelek 0.60 Sedang Tidak

Digunakan

4 3.91 Valid 0.33 Baik 0.56 Sedang Digunakan

5 1.57 Tidak Valid 0.20 Cukup 0.50 Sedang Tidak

Digunakan

6 2.13 Valid 0.27 Cukup 0.73 Mudah Digunakan

7 4.28 Valid 0.34 Baik 0.70 Mudah Digunakan

8 1.50 Tidak Valid 0.27 Cukup 0.60 Sedang Tidak

Digunakan

9 4.56 Valid 0.47 Sangat Baik 0.70 Sedang Digunakan

10 2.93 Valid 0.40 Sangat Baik 0.60 Sedang Digunakan

11 2.60 Valid 0.34 Baik 0.43 Sedang Digunakan

12 7.76 Valid 0.47 Sangat Baik 0.63 Sedang Digunakan

13 3.46 Valid 0.27 Cukup 0.73 Mudah Digunakan

14 1.98 Valid 0.07 Jelek 0.63 Sedang Digunakan

15 0.14 Tidak Valid 0.07 Jelek 0.53 Sedang Tidak

Digunakan

16 2.60 Valid 0.20 Cukup 0.43 Sedang Digunakan

17 2.44 Valid 0.33 Baik 0.56 Sedang Digunakan

18 1.48 Tidak Valid 0.20 Cukup 0.50 Sedang Tidak

Digunakan

19 2.26 Valid 0.20 Cukup 0.50 Sedang Digunakan

20 0.91 Tidak Valid 0.27 Cukup 0.46 Sedang Tidak Digunakan

21 3.59 Valid 0.40 Sangat Baik 0.60 Sedang Digunakan

22 2.19 Valid 0.27 Cukup 0.53 Sedang Digunakan

23 2.86 Valid 0.40 Sangat Baik 0.53 Sedang Digunakan

24 4.05 Valid 0.67 Sangat Baik 0.53 Sedang Digunakan

25 4.46 Valid 0.60 Sangat Baik 0.63 Sedang Digunakan

26 1.57 Tidak Valid 0.30 Baik 0.73 Mudah Tidak

Digunakan

27 2.51 Valid 0.40 Sangat Baik 0.60 Sedang Digunakan

28 2.84 Valid 0.27 Cukup 0.73 Mudah Digunakan

29 2.28 Valid 0.33 Baik 0.56 Sedang Digunakan


(38)

48

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dari 30 soal yang diujicobakan hanya 27 soal yang digunakan dalam penelitian soal no 3,5,,8,15,18,20,26 tidak digunakan karena tidak valid.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melalui tes hasil belajar yang berbentuk tes objektif.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian berupa tes objektif diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretest dan Posttest 1) Memeriksa jawaban siswa 2) Menghitung skor jawaban

3) Menghitung skor total siswa dengan menjumlahkan skor masing-masing soal

b. Menghitung rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata dari skor baik pretest maupun posttest, digunakan rumus:

Keterangan :

× = Rata-rata atau nilai x xi = Skor atau nilai siswa ke 1 n = Jumlah siswa

c. Menghitung gain atau selisih dari Pretest dan Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain adalah selisih antara skor awal dan skor akhir. Nilai gain dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:


(39)

49

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh tersebar secara normal atau untuk memeriksa keabsahan atau normalitas sampel. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program pengolah data SPSS 20 (Statistical Product and

Service Solution) dengan uji normalitas kolmogorov smirnov. Kriteria

pengujiannya adalah jika nilai Sig (signifikansi) atau nilai probabilitas < (0,05) maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai Sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > (0,05) maka distribusi adalah normal. (Santoso,2010:91)

e. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ditunjukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Sig (signifikansi) atau nilai probabilitas < (0,05) maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi tidak sama, sedangkan jika nilai signifikansi atau probabilitas > (0,05) maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama. (Santoso, 2010:91)

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t independen satu arah untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata (mean) yang terdapat pada program pengolah data SPSS. Adapun yang diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah gain skor posttest dan pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol,baik secara keseluruhan ataupun setiap aspek (mengingat, memahami, dan menerpkan). Kriteria pengujian untuk hipotesis adalah H0 ditolak jika thitung < ttabel (Santoso, 2010:92).


(40)

50

J. Prosedur penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Tahap persiapan adalah tahapan pertama dalam penelitian ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan permasalahan yang akan dikaji

b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji

c. Studi pendahuluan ke sekolah yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian untuk mengetahui keadaan sekolah (populasi) dan sampel penelitian (kelas yang akan diuji coba)

d. Membuat proposal penelitian

e. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk menentukan materi yang akan diuji cobakan dan mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai

f. Merumuskan indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, skenario pembelajaran, serta media dan sarana pembelajaran yang terangkum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

g. Membuat dan menyusun instrumen penelitian yaitu soal tes hasil belajar siswa.

h. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian dan pengolahan uji coba, untuk mengetahui kelayakan instrumen yang dibuat (validitas dan reliabilitas)

i. Membuang instrumen yang jelek (soal yang tidak valid dan daya pembeda yang jelek) dan memilih soal yang baik (valid, reliable, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik) sebagai instrumen penelitian.


(41)

51

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest) sesuai pokok bahasan yang disampaikan pada saat pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menerapkan strategi pembelajaran contextual teaching learning sebanyak dua kali pembelajaran di kelompok eksperimen.

c. Memberikan perlakuan (treatment) dengan menerapkan strategi model pembelajaran biasa di kelompok kontrol sebanyak dua kali.

d. Memberikan tes akhir (posttest) setelah perlakuan (treatment) sesuai pokok bahasan yang disampaikan pada saat pembelajaran untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

3. Tahap Akhir (pengolahan data, analisis data, dan membuat kesimpulan) Pada tahapan terakhir ini kegiatan yang akan dilakukan anatara lain:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian, untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran contextual

teaching learning yaitu dengan menghitung gain ternormalisasi,

selanjutnya melakukan uji normalitas dan uji homogenitas tiap gain sebagai prasyarat sebagai hipotesis

b. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis data penelitian.


(42)

74

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan perolehan data dari hasil penelitian, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran contextual

teaching learning lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan model

pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dilihat dari perolehan gain hasil belajar baik aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek menerapkan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran contextual

teaching learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Secara khusus, kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek mengingat pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek memahami pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa aspek menerapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(43)

75

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkap bahwa model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif daripada pembelajaran konvensional, maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi model pembelajaran Contextual Teaching learning tidak hanya dapat diterapkan pada domain kognitif yang rendah saja yaitu, aspek mengingat, memahami, dan menerapkan melainkan dapat pula diterapkan pada domain kognitif yang tingkatannya lebih tinggi yaitu pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi. Namun, karena analisis mempunyai tujuan pembelajaran yang lebih kompleks lagi yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan, memahami dan menerapkan, maka sebaiknya diterapkan terlebih dahulu ketiga aspek terendah yaitu aspek mengingat, memahami, dan menerapkan

2. Model pembelajaran Contextual Teaching learning tidak tepat jika diterapkan pada domain afektif dan domain psikomotorik karena domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi, sedangkan domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Aspek ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan olahraga, dll.

3. Dalam penelitian ini yang menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching Learning terdapat beberapa kekurangan, yaitu bagi siswa yang

tidak dapat mengikuti pembelajaran tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri, perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompoknya, banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ali, M. (2003). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anderson, R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. Modison: American Society for Training and Development.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Baharudin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruz media group.

Ditjen Dikdasmen. (2003). Prinsip-Prinsip Contextual Teaching Learning.

Fudyartanto, Ki RBS. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jogjakarta.: Global Pustaka Ilmu.

Johnson, E. (2002). Contextual Teaching Learning. California: Corwin Press.

Johnson, E. (2011). Contextual teaching Learning. Bandung: Kaifa Learning.

Muhsin, Edya. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Program Diklat produktif Teknik Mesin Perkakas.[Jurnal pendidikan], Vol 4 (4), 12 halaman.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunkiasi. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah No.19. (2005). Proses Pembelajaran pada Satuan

Pendidikan.


(45)

Pusat Kurikulum. (2003). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi. Jakarta.

Pusat Kurikulum. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran TIK. Jakarta.

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual . Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, S. (2010). Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan

implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Winataputra. (2007). Teori Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(46)

(1)

51

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest) sesuai pokok bahasan yang disampaikan pada saat pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menerapkan

strategi pembelajaran contextual teaching learning sebanyak dua kali pembelajaran di kelompok eksperimen.

c. Memberikan perlakuan (treatment) dengan menerapkan strategi model pembelajaran biasa di kelompok kontrol sebanyak dua kali.

d. Memberikan tes akhir (posttest) setelah perlakuan (treatment) sesuai pokok bahasan yang disampaikan pada saat pembelajaran untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

3. Tahap Akhir (pengolahan data, analisis data, dan membuat kesimpulan) Pada tahapan terakhir ini kegiatan yang akan dilakukan anatara lain:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian, untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran contextual teaching learning yaitu dengan menghitung gain ternormalisasi, selanjutnya melakukan uji normalitas dan uji homogenitas tiap gain sebagai prasyarat sebagai hipotesis

b. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis data penelitian.


(2)

74

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan perolehan data dari hasil penelitian, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dilihat dari perolehan gain hasil belajar baik aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek menerapkan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Secara khusus, kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk

meningkatkan hasil belajar siswa aspek mengingat pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk

meningkatkan hasil belajar siswa aspek memahami pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3. Model pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk

meningkatkan hasil belajar siswa aspek menerapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(3)

75

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkap bahwa model

pembelajaran contextual teaching learning lebih efektif daripada pembelajaran konvensional, maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi model

pembelajaran Contextual Teaching learning tidak hanya dapat diterapkan pada domain kognitif yang rendah saja yaitu, aspek mengingat, memahami, dan menerapkan melainkan dapat pula diterapkan pada domain kognitif yang tingkatannya lebih tinggi yaitu pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi. Namun, karena analisis mempunyai tujuan pembelajaran yang lebih kompleks lagi yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan, memahami dan menerapkan, maka sebaiknya diterapkan terlebih dahulu ketiga aspek terendah yaitu aspek mengingat, memahami, dan menerapkan

2. Model pembelajaran Contextual Teaching learning tidak tepat jika diterapkan pada domain afektif dan domain psikomotorik karena domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi, sedangkan domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Aspek ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan olahraga, dll.

3. Dalam penelitian ini yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning terdapat beberapa kekurangan, yaitu bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri, perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompoknya, banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ali, M. (2003). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anderson, R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. Modison: American Society for Training and Development.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Baharudin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruz media group.

Ditjen Dikdasmen. (2003). Prinsip-Prinsip Contextual Teaching Learning.

Fudyartanto, Ki RBS. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jogjakarta.: Global Pustaka Ilmu.

Johnson, E. (2002). Contextual Teaching Learning. California: Corwin Press.

Johnson, E. (2011). Contextual teaching Learning. Bandung: Kaifa Learning.

Muhsin, Edya. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Program Diklat produktif Teknik Mesin Perkakas.[Jurnal pendidikan], Vol 4 (4), 12 halaman.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunkiasi. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah No.19. (2005). Proses Pembelajaran pada Satuan Pendidikan.


(5)

Pusat Kurikulum. (2003). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta.

Pusat Kurikulum. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta.

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual . Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, S. (2010). Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 62

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SDN 3 KEBAGUSAN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 18 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU GUNA MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NATAR LAMPUNG

1 17 105

EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 2 WELAHAN EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI

2 14 144

EFEKTIVITAS PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SD

0 0 45

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD 1 KARANGBENER

0 0 22

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS 3 SD GUGUS RA KARTINI BANCAK

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD 2 BACIN SKRIPSI

0 1 19

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 10