PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SDN 3 KEBAGUSAN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA

SDN 3 KEBAGUSAN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN

2012/2013 Oleh

Apriyana

Penelitian berlatar belakang dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran khususnya pada mata pelajaran Matematika. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika melalui pengguaan model pembelajaran contextual teaching and learning(CTL) dengan media realia.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), Tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflection). Teknik pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar, dengan menggunakan lembar observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kualitatif dan t test.

Persentase aktivitas siswa siklus 1 adalah 61,01%, siklus II meningkat menjadi 70,00%, dan siklus III meningkat menjadi 82,75%. Hasil belajar siswa dengan KKM >55 siklus I adalah 17,39%, siklus II meningkat menjadi 60,87%, dan siklus III meningkat 82,61%. Peningkatan hasil belajar siswa didukung dengan uji perbedaan nilai tes formatif menggunakan uji t pada siklus I dan II diperoleh thitung 5,01 > ttable 2,074, siklus II dan III diperoleh hasil thitung 8,49 > ttable 2,074 pada α=0,05.Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran CTL dengan media realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003, Bab I, pasal I). Berdasarkan bunyi pasal tersebut jelas bahwa pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan karakter dan kepribadian seseorang.

Seperti telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(3)

Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan mutu proses pembelajaran. Dalam proses ini guru merupakan figur sentral, ditangan gurulah letak berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar, dan melatih, tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas, kondisi siswa dalam menerima pelajaran, untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika

Secara lebih khusus pembelajaran Matematika hendaknya disesuaikan dengan kompetensi siswa. Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep-konsep yang lebih sulit, selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada yang abstrak (Suwangsih, dkk., 2006: 25). Dengan demikian diharapkan akan terdapat keserasian dalam pembelajaran, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih berfikir secara konkret.

Menyadari akan peran penting Matematika dalam kehidupan, maka belajar Matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Selain itu, guru juga berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran. Pengaruh itu dapat ditunjukkan guru dengan usaha mencari cara mengajar yang lebih baik. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan (Wahab, 2008: 52). Penggunaan model


(4)

pembelajaran dan media pembelajaran yang baik akan membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

Selain itu di dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan media pembelajaran. Karena dengan media pembelajaran, segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru berguna untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan (Audio Visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan (Hanafiah, 2009: 59-60).

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru Kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 1, 7 dan 8 November 2012. Hasil belajar matematika siswa pada mid semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu ˃ 55. Dari 23 siswa hanya 11 siswa yang nilainya di atas KKM yaitu hanya 47% dari jumlah siswa 23 orang dengan nilai rata-rata 57. Rendahnya penguasaan siswa terhadap pemahaman materi matematika serta kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, seperti banyak diantara siswa yang mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan materi, siswa kurang antusias bahkan terkesan pasif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kondisi siswa yang kurang aktif, kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran serta pembelajaran yang masih bersifat teacher centre atau pembelajaran yang berpusat pada guru, serta guru pun minim menggunakan


(5)

media atau memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dan kurang berpartisipasi serta tidak aktif dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya yang pada akhirnya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga hasil belajar kurang dari KKM yang ditentukan. Melihat hal itu, diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi siswa.

Masalah yang dikembangkan diatas ada untuk diperbaiki, pembelajaran Matematika diperlukan model pembelajaran, seperti Contextual Teaching and Learning (CTL) disertai penggunaan media realia. CTL adalah pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 109).

Pembelajaran dengan model CTL, siswa dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sesuai minat dan pengalaman siswa . Media sebagai alat bantu dalam proses belajar dapat digunakan yaitu berupa media realia. Media realia adalah semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun diawetkan. Ketika guru menerapkan model


(6)

pembelajaran dengan menggunakan media realia diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang model pembelajaran CTL dengan media realia terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan pengerjaan soal pada pembelajaran Matematika pada siswa kelas VA SD N 3 Kebagusan Pesawaran .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar dalam proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil pada pembelajaran Matematika dilihat dari hasil penilaian guru yang masih dibawah KKM (55) dan rendahnya nilai rata-rata kelas.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

3. Guru belum menerapkan model pembelajaran dengan media yang variatif di dalam pembelajaran seperti model pembelajaran CTL dengan media realia.

4. Siswa terlihat jenuh dan bosan terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan.

5. Aktivitas siswa dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya hanya sedikit yang mengakibatkan siswa tidak dapat menyelesaikan soal.


(7)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran CTL dengan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika kelas VA SD N 3 Kebagusan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013?.

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran CTL dengan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika kelas VA SD N 3 Kebagusan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013?.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN 3 Kebagusan Peasawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia.


(8)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Melalui penerapan model pembelajaran CTL dengan media realia diharapkan meningkatnya pemahaman siswa dan lebih termotivasi serta meningkatnya kemampuan berfikir yang lebih baik sehingga dapat memperoleh pengalaman belajar melalui aktivitas belajar.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan guru terhadap penguasaan penggunaan model pembelajaran CTL dengan media realia secara tepat, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan profesional guru dalam proses pembelajaran.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi model pembelajaran, yakni model pembelajaran CTL dengan media realia khususnya dalam pembelajaran Matematika.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan PTK menggunakan model pembelajaran CTL dengan


(9)

media realia serta menambah pengalaman sehingga nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 2.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.


(11)

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah mutu landasan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

2.1.2 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual atau CTL bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14) mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL.

Jhonson (2006: 65) CTL sebuah sistem yang menyeluruh CTL terdiri dari bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan .


(12)

Suprijono (2009: 79) CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar Nurhadi (dalam Muslich, 2011: 41).

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga kerja (Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006: 109) CTL adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan.


(13)

2.2 Karakteristik CTL

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.

Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran CTL sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together). 7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning

as an enjoy activity).

Sedangkan menurut Sanjana (http://azidafbudi.wordpress.com, 2013) ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis CTL yaitu :

1) Pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada.

2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (Acquiring Knowledge).

3) Pemahaman pengetahuan (Understanding Knowledge).

4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (Applying Knowledge).

5) Melakukan refleksi (Reflecting Knowledge).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran CTL adalah pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang


(14)

bermakna, membentuk kelompok untuk menciptakan kerjasama antar siswa, dan mencipatkan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang bermakna.

2.3 Komponen CTL

Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1) konstruktivisme (constructivism), (2) bertanya (questioning), (3) inkuiri (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) permodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian autentik (authentic assessment).

Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit melalui sebuah proses.

2) Bertanya (questioning)

Bertanya yaitu kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

3) Inkuiri (inquiry)

Inkuiri merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.


(15)

4) Masyarakat Belajar (learning community)

Masyarakat belajar yaitu hasil belajar yang diperoleh dari kejasama dengan orang lain. Dalam praktiknya ”masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, bekerja sama dengan masyarakat.

5) Permodelan (modeling)

Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh model nyata. Dalam penerapannya guru mencontohkan dengan menggunakan alat bantu.

6) Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.

7) Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Dalam pembelajaran akan


(16)

memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil belajar mereka.

2.4.Langkah-langkah Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran CTL.

Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat (Trianto, 2009: 107) secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut :

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru.

2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa.

3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan mengomentari.

4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.

Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu (a) saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, (b) membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi, (c) bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga


(17)

bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, (d) mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.

2.5 Pengertian Media Realia

Media realia adalah benda nyata yang digunakan bahan atau sumber belajar Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya (Solihatin & Raharjo, 2007: 27). Media Realia adalah semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun keadaan diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, hewan, herbarium, air, sawah dan sebagainya (Asra, dkk., 2007: 5.9)

Menurut Henick dkk., (http://younscientist.blogspot.com, 2011) media realia yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya.

Pengertian media realia di atas pada dasarnya sama sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa kedua-duanya menjelaskan bahwa media realia adalah media yang bersifat langsung dalam bentuk objek nyata,sehingga akan memberi rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal.


(18)

2.6 Langkah-langkah Penggunaan Media Realia

Sumarno (http://elearning.unesa.ac.id, 2011) mengemukakan ada tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan dalam penggunaan media, adapun termasuk media realia yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut .

1). Persiapan

Persiapan berupa menyiapkan materi dan media realia, media realia yang digunakan adalah benda yang berada disekitar lingkungan siswa. Guru sebelum memulai menggunakan media, guru menjelaskan dan memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

2). Pelaksanaan

Guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. Media sebagai alat bantu digunakan saat bekerja berkelompok guna menggali pengetahuan . Guru mengawasi siswa yang bekerja dalam kelompok dan membantu siswa jika mengalami kesulitan.

3). Tindak lanjut

Aktivitas ini perlu dilakukan untuk menetapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media..


(19)

Berdasarkan uraian di atas media realia adalah media yang bersifat langsung dalam objek nyata, sehingga akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam berbagai hal dengan indikator dengan indikator keberhasilan (a) menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media realia, (b) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media realia, (c) memberikan kesan dan pesan yang menarik dengan media yang digunakan, dan (d) menggunakan media secara efektif dan efisien.

2.7..Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 2.7.1 Pengertian Aktivitas

Menurut Poerwadarminta (2003: 23) aktivitas adalah kegiatan. Sedangkan menurut Kusnandar (2010: 277) aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat. Aktivitas yang diharapkan muncul dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (1) aktif mengajukan pertanyaan, (2) merespon aktif pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru dan teman, (3) berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk memecahkan masalah pembelajaran, (4) melaksanakan instruksi/perintah, dan (5) semangat/antusias dalam mengikuti kegaiatan pembelajaran memberikan pendapat saat diskusi.

Diendrich dalam (Sardiman, 1994: 99) menggolongkan aktivitas yang melibatkan fisik dan mental dalam pembelajaran menjadi 8 bagian yaitu (1) Visual Activities (2) Oral Activities (3) Listening


(20)

Activities (4) Metric Activities (5) Drawing Activities (6) Mental Acivities (7) Writing Activities (8) Emotional Activities.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dengan indikator (1) Aktif mengajukan pertanyaan, (2) Merespon aktif pertanyaan dari guru dan teman, (3) Berpartisipasi aktif dalam kelompok, (4) melaksanakan instruksi, (5) semangat dalam pembelajaran.

2.7.2 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses dimana seseorang mengubah pandangan tentang dirinya dan lingkungannya. Brownell (Karso, 2002: 1.22) mengemukakan teori makna (meaning theory) anak harus memahami makna dari topik yang sedang dipelajari, memahami simbol tertulis, dan apa yang diucapkan. Memperbanyak latihan (drill) merupakan jalan yang efektik. Tetapi latihan-latihan yang dilakukan haruslah didahului dengan pengalaman makna yang tepat.

Arsyad (2007: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu [ertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadunya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya Menurut Skiner (Wahyudin, 2006: 3.31) belajar adalah suatu perubahan prilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, seseorang tidak belajar, maka responnya


(21)

cenderung menurun. Pandangan skinner ini terkenal dengan teori skinner yaitu “conditioning operent”.

Dari beberapa pengertian peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi siswa dengan lingkungan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik.

2.8 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati (2002: 3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan perolehan nilai dari proses evaluasi hasil belajar. Selanjutnya Bloom (dalam Suprijono, 2009: 5 – 7) mengatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Domain afektif yaitu sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinezed. Ada empat aspek ranah psikomotorik yaitu menirukan, memanipulasi, pengalamiahan dan artikulasi. Sedangkan menurut Anitah (2009: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar yang kesemuanya itu dapat dinyatakan dengan adanya perubahan tingkah laku dan dapat dinyatakan dengan angka.


(22)

Menurut pendapat Winkel (1983: 48) Menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Abdurahman (dalam Nazhar, 2006: 34) menyatakan bahwa aktifitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa meliputi kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran yang diharapkan. Adapun indikator hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini dari aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis. Untuk aspek afektif meliputi kesadaran dan perhatian terhadap stimulan, memberikan tanggapan secara verbal dengan tindakan, penentuan sikap, organisasi dalam kelompok, pembentukan pola hidup. Sedangkan dari ranah psikomotor adalah kemampuan mengenal objek motorik dengan panca indra, kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan, kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh.

2.9 Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathemetike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike


(23)

berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang hubunganya dengan idea, proses, dan penalaran (Ruseffendi, 1988: 148).

Ruseffendi (1988: 23) menyatakan bahwa metematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenerannya berlaku secara umum, karena itulah matematika disering ilmu deduktif.

Selanjutnya James dan James (Suwangsih, 2006: 4) mengatakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, sususnan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubung dengan lainnya.

Penulis menyimpulkan bahwa Matematika adalah bidang studi yang dipelajari di SD yang mencangkup ilmu yang mempelajari logika, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang telah dibuktikan kebenarannya siswa pun harus memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan angka-angka.

2.10 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas berikut: Apabila dalam pembelajaran Matematika kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran menggunakan model pembelajaran CTL


(24)

dengan media realia dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tahun pelajaran 2012/2013.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan (classroom action research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral (a spiral of steps) yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dan Tagart dalam Wiraatmadja, 2006: 66).

Arikunto (2006: 2-3) mengemukakan bahwa, penelitian tindakan kelas atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Classroom Action Research (CAR) yaitu, sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, (3) kelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Prosedur ini merupakan pedoman wajib dalam melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai peneliti guna evaluasi pembelajaran sehingga lebih optimal. Secara garis besar di dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui


(26)

yaitu, (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting) (Arikunto, 2006: 20).

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Prosedur Penelitian Modifikasi dari Arikunto (2006: 20)

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VA SDN 3 Kebagusan Pesawaran Jumlah siswa adalah 23 orang siswa, dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Perencanaan I

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan I

Pengamatan I Perencanaan II

Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II Pengamatan II


(27)

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 3 Kebagusan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Waktu pelaksanaan adalah kurang lebih empat bulan, yaitu bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Kegiatan penelitian ini dari persiapan yaitu penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan, pemetaan, silabus dan RPP dan lembar kerja siswa secara kolaboratif dan partisipasif dengan guru kelas, sampai pada tahap pelaksanaan dan pelaporan.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan teknik tes dan nontes.

3.3.1 Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia. Data yang diperoleh melalui teknik tes berupa data kuantitatif.

3.3.2 Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerlinger dalam Annurrahman,


(28)

dkk. (2009: 8-9) mengemukakan bahwa, secara sederhana observasi dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia di kelas VA akan lebih efektif, apa pengaruhnya untuk siswa serta bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Obervasi dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3.4 Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu lembar panduan observasi untuk panduan data non tes, dan tes hasil belajar untuk teknik pengumpulan data tes.

1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti dan berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan data kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran CTL dengan media realia.

2) Tes formatif, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia.


(29)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

3.5.1 Analisis Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu observasi Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data di dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan makna secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu tentang kinerja guru dan aktivitas belajar.

Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik persentase:

Keterangan:

NP : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM :_skor maksimum penilaian aktivitas 100 : bilangan genap

Adaptasi dari Purwanto (2008: 102)

Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

X = Nilai rata-rata yang dicari Σx = Jumlah nilai

R

NP = X 100% SM


(30)

n = Jumlah aspek yang dinilai (sumber dari Muncarno, 2009: 15)

Setelah diperoleh persentase hasil aktivitas siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

Tabel 1. Kualifikasi hasil observasi aktivitas siswa Nilai Aktivitas yang diperoleh Kualifikasi

75% ≤ NP< 100% Aktif 60% ≤ NP < 75% Cukup Aktif 40% ≤ NP < 60% Kurang Aktif

0% ≤ NP < 40% Sangat Kurang Aktif (Modifikasi Prayitno, 2010: 49)

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. analisis kualitatif pada lembar observasi kinerja guru menggunakan teknik persentase.

NK = Nilai Kinerja

TS = Total Skor yang diperoleh

SM = Total Skor Maksimum ideal dari aspek yang diamati (sumber Aqib, 2009: 41)

Tabel 2. Kualifikasi hasil observasi kinerja guru Nilai kinerja (NK) Yang

Diperoleh

Kualifikasi

80 % ≤ NK ≤ 100 % Sangat Baik 60 % ≤ NK < 80 % Baik NK =

x

100%


(31)

40 % ≤ NK < 60 % Cukup 20 % ≤ NK < 40 % Kurang

0 % ≤NK < 20 % Sangat kurang (sumber Prayitno, 2010: 49)

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemajuan kualitas belajar siswa yang sesuai dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitaif dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus:

R

S = X 100% N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Untuk Diadopsi dari Herryanto, dkk (2009: 4.2)

b. Untuk hasil belajar siswa merupakan akumulasi dari hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor dengan persentase kognitif 70%,


(32)

afektif 10%, dan psikomotor 20%. Sehingga nilai akhir hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NP = 70% K + 10% A + 20%P

Apabila nilai akhir yang diperoleh > 55 maka dikategorikan tuntas, sedangkan jika < 55 dikategorikan tidak tuntas

c. Menghitung ketuntasan belajar siswa klasikal digunakan rumus: Jumlah yang tuntas belajar

Ketuntasan Klasikal = x100% Jumlah seluruh siswa

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75% Ketuntasan Klasikal: Jika ≥ 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan ≥ 75%

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Tabel 3 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam % Tingkat Keberhasilan (%) Arti >80% 60-79% 40-59% 20-39% <20% Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Diadopsi dari Aqib,dkk., (2009: 41)

3.5.3 Analisis t test

Uji hipotesis untuk menentukan peningkatan secara signifikan hasil tes formatif siklus I dengan tes formatif siklus II dan tes formatif siklus II dengan tes formatif siklus III, menggunakan rumus :

� = �


(33)

Keterangan :

Md : Mean dari perbedaan tes formatif siklus I dengan tes formatif siklus II dan tes formatif siklus II dengan tes formatif siklus III.

Xd : Deviasi masing-masing subjek (d – Md) ∑xd2

: Jumlah kuadrat deviasi d.b : Ditentukan dengan N-1

Pengambilan keputusan menggunakan angka perbandingan t tabel dengan kreteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel Ho ditolak; Ha diterima; dan b. Jika thitung < ttabel Ho diterima; Ha ditolak

(sumber: Muncarno, 2008: 26-32) 3.6 Rincian Prosedur Penelitian Tindakan

3.6.1 Siklus I

Dalam tiap siklus direncanakan dilakukan dua kali pertemuan, pada siklus pertama ini kegiatan pembelajaran di awali dengan:

1. Perencanaan

Kegiatan dalam tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan materi pembelajaran.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada siklus I yaitu pemetaan, ---silabus, RPP, media dan Instrument soal dengan KD “mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar”.


(34)

c. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia.

2. Pelaksanaan

Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan pada tahap ini. Secara garis besar kegiatannya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas untuk siap menerima pelajaran (berdoa dan mengabsen siswa).

2. Guru membagikan nomor dada untuk mempermudah mengamati aktivitas siswa.

3. Melakukan apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media realia dan menggali pengetahuan awal siswa.

4. Memotivasi Siswa. b. Kegiatan Inti

1).Eksplorasi

Dalam kegiatan eklsplorasi :

a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar”.

b. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang akan diajarkan.


(35)

2).Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

a. Melaksanakan kegiatan model pembelajaran CTL dengan media realia sesuai dengan tahap-tahap yang benar.

b. Guru memberikan tugas berupa LKS kepada siswa.

c. Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.

d. Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi.

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi:

a. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

b. Guru memberikan motivasi agar siswa senantiasa rajin dan giat belajar terus menerus.

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keatfifan siswa serta kegiatan diskusi siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran, aktivitas dan kinerja guru diamati dengan memberikan panduan lembar observasi dan memberi tanda check list .


(36)

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi tindakan yang dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksi tentang berhasil atau tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II.

3.6.2 Siklus II

Siklus ini dilaksanakan setelah merefleksi siklus I. Pada siklus kedua ini kegiatan pembelajaran diawali dengan:

1. Perencanaan

Peneliti merancang rencana pelaksanaan perbaikan kegiatan pembelajaran secara kolaborasi antara guru dan peneliti. Kegiatan dalam tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan materi pembelajaran.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada siklus II yaitu pemetaan, silabus, RPP, media dan isntrument soal dengan KD “mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang”

c. Menyiapkan lembar observasi untuk melihar aktivitas siswa dengan model pembelajaran CTL dengan media realia.


(37)

2. Pelaksanaan

Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan pada tahap ini. Secara garis besar kegiatannya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas untuk siap menerima pelajaran (berdoa dan mengabsen siswa).

2. Guru membagikan bintang bernomor untuk mempermudah mengamati aktivitas siswa.

3. Melakukan apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media realia dan menggali pengetahuan awal siswa.

4. Memotivasi Siswa. b. Kegiatan Inti

1).Eksplorasi

Dalam kegiatan eklsplorasi :

a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang”.

b. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang akan diajarkan.

2).Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

a. Melaksanakan kegiatan model pembelajaran CTL dengan media realia sesuai dengan tahap-tahap yang benar.


(38)

b. Guru memberikan tugas berupa LKS kepada siswa.

c. Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.

d. Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi.

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi:

a. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

b. Guru memberikan motivasi agar siswa senantiasa rajin dan giat belajar terus menerus..

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran aktivitas dan kinerja guru diamati lalu pada panduan lembar observasi dan memberi tanda check list .

4. Refleksi

Berdasakan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi tindakan yang dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksi tentang berhasil atau tidaknya apa yang telah dilakukan dalam


(39)

siklus II. Hasil dari siklus II digunakan sebagai acuan apakah diperlukan pelaksanaan siklus berikutnya atau tidak.

3.6.3 Siklus III

Siklus ini dilaksanakan setelah merefleksi siklus II. Pada siklus ketiga ini kegiatan pembelajaran diawali dengan:

1. Perencanaan

Peneliti merancang rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara kolaborasi antara guru dan peneliti. Kegiatan dalam tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan materi pembelajaran.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada silus III yaitu pemetaan, silabus, RPP, media dan instrument soal dengan KD “menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana”.

c. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa yang mengacu pada model pembelajaran CTL dengan media realia.

2. Pelaksanaan

Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan pada tahap ini. Secara garis besar kegiatannya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan diawali dengan pembuatan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) secara kolaborarif antara guru dan peneliti.


(40)

a. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas untuk siap menerima pelajaran (berdoa dan mengabsen siswa).

2. Guru membagikan bintang bernomor untuk mempermudah mengamati aktivitas siswa.

3. Melakukan apersepsi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media realia dan menggali pengetahuan awal siswa.

4. Memotivasi Siswa. b. Kegiatan Inti

1).Eksplorasi

Dalam kegiatan eklsplorasi :

a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi “Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana”.

b. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang akan diajarkan.

2).Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

a. Melaksanakan kegiatan model pembelajaran CTL dengan media realia sesuai dengan tahap-tahap yang benar.


(41)

c. Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.

d. Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi.

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi:

a. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

b. Guru memberikan motivasi agar siswa senantiasa rajin dan giat belajar terus menerus..

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan siswa serta kegiatan diskusi siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran aktivitas siswa dan kinerja guru diamati lalu pada panduan lembar observasi dan memberi tanda check list.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh penulis dan guru untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran.


(42)

3.6 Indikator keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa mencapai nilai KKM yaitu ≥ 55 secara klasikal tingkat keberhasilan siswa minimal mencapai 75% dan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal pada setiap siklusnya.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV, maka dirumuskan kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran CTL dengan media realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi bangun datar dan bangun ruang kelas V SDN 3 Kebagusan Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013,sebagai berikut :

5.1.1 Rata-rata persentase aktivitas siswa siklus 1 adalah 61,01%, siklus II meningkat menjadi 70,00%, dan siklus III meningkat menjadi 82,75%.

5.1.2 Nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan KKM >55 siklus I dengan jumlah siswa tuntas 4 orang siswa (17,39%) dengan nilai rata-rata 38,82, siklus II meningkat menjadi 14 siswa yang tuntas (60,87) dengan nilai rata-rata 53,04, dan siklus III meningkat menjadi 19 siswa (82,61%) dengan nilai rata-rata 83,70.

5.1.3 Dengan analisi uji perbedaan hasil tes formatif menggunakan uji t pada siklus I dan II diperoleh thitung 5,01 > ttable 2,074, siklus II dan III diperoleh hasil thitung 8,49 > ttable 2,074.


(44)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran dalam menerapkan model pembelajaran CTL dengan media realia, yaitu :

5.2.1 Kepada Siswa

5.2.1.1 Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

5.2.1.2 Siswa haru bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

5.2.2 Kepada Guru

5.2.2.1 Lebih kretif melaksanakan pembelajaran dan mengaitkan dunia nyata siswa dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

5.2.2.2 Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia pada mata pelajaran yang lain.

5.2.3 Kepada Sekolah

5.2.3.1 Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan media, LKS dan model pembelajaran yang selain model pembelajaran CTL, untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran.


(45)

5.2.4 Kepada Peneliti Berikutnya

Penelitian ini mengkaji tentang implementasi perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada materi Bangun Ruang. Untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CTL dengan media realia pada mata pelajaran lain dan kelas lain.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Annurrahman, dkk. 2009. Penelitian pendidikan SD. Depdiknas. Jakarta. Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Angkowo, Robertus dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pebelajaran. PT.

Grasindo. Jakarta

Aqib, Zainal,dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. . Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta..2007.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Arsyad,Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Direktoral Jendra Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran SD. Depdiknas. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamnuri. 2011. Strategi Pembelajaran. Insan Madani :Yogyakarta

Hanafiah, Nanang dan Suhana. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Henick, dkk. 2011. Media Pembelajaran.

http://younscientist.blogspot.com/2011/media-pembelajaran.html. Diakses 28 November 2012. Pukul 14.45 WIB.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Jhonson, B. Elain. 2006. Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung


(47)

Kusnandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Muncarno, 2008. Statistik 2.Bahan Ajar Pendidkan. PGSD. Metro

Nazhar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual.. PT. Grasindo. Jakarta

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Rohani, Ahmad. (2003) Pengelolahaan Pengajara. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung

.... 1972. Pendidikan Matematika 3. Debdikbud. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media : Jakarta

....2013.Karakteristik CTL. http://azidafbudi.wordpress.com. Diakses 2 Mei 2013. Pukul 13.35 WIB.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta Sriyono. 2009. Pengertian Aktivitas Belajar. http://id. Shvoong.

Com/social-sciences/aktivitas-belajar. Diakses tanggal 23 Oktober 2012 pukul 18.35 WIB

Sumarno, Alim. 2011. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran.

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkah-penggunaan-media-pembelajaran. Diakses 28 November 2012. Pukul 14.38 WIB


(48)

Pustaka Pelajar. Surabaya.

Suwangsih,dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung. Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana Prenada Medioa Group. Jakarta

UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Rineka Cipta. Jakarta.

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan model-model mengajar. Alfabeta. Bandung.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan & Evaluasi Belajar. Jakarta. PT. Gramedia

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Rosdakarya. Bandung.


(49)

(1)

78

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran dalam menerapkan model pembelajaran CTL dengan media realia, yaitu :

5.2.1 Kepada Siswa

5.2.1.1 Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

5.2.1.2 Siswa haru bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

5.2.2 Kepada Guru

5.2.2.1 Lebih kretif melaksanakan pembelajaran dan mengaitkan dunia nyata siswa dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

5.2.2.2 Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran CTL dengan media realia pada mata pelajaran yang lain.

5.2.3 Kepada Sekolah

5.2.3.1 Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan media, LKS dan model pembelajaran yang selain model pembelajaran CTL, untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran.


(2)

79

5.2.4 Kepada Peneliti Berikutnya

Penelitian ini mengkaji tentang implementasi perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada materi Bangun Ruang. Untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CTL dengan media realia pada mata pelajaran lain dan kelas lain.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Annurrahman, dkk. 2009. Penelitian pendidikan SD. Depdiknas. Jakarta. Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Angkowo, Robertus dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pebelajaran. PT.

Grasindo. Jakarta

Aqib, Zainal,dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. . Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta..2007.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Arsyad,Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Direktoral Jendra Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran SD. Depdiknas. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamnuri. 2011. Strategi Pembelajaran. Insan Madani :Yogyakarta

Hanafiah, Nanang dan Suhana. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Henick, dkk. 2011. Media Pembelajaran.

http://younscientist.blogspot.com/2011/media-pembelajaran.html. Diakses 28 November 2012. Pukul 14.45 WIB.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Jhonson, B. Elain. 2006. Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung


(4)

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Rafika Aditama. Jakarta.

Kusnandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Muncarno, 2008. Statistik 2.Bahan Ajar Pendidkan. PGSD. Metro

Nazhar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual.. PT. Grasindo. Jakarta

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Rohani, Ahmad. (2003) Pengelolahaan Pengajara. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung

.... 1972. Pendidikan Matematika 3. Debdikbud. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media : Jakarta

....2013.Karakteristik CTL. http://azidafbudi.wordpress.com. Diakses 2 Mei 2013. Pukul 13.35 WIB.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta Sriyono. 2009. Pengertian Aktivitas Belajar. http://id. Shvoong.

Com/social-sciences/aktivitas-belajar. Diakses tanggal 23 Oktober 2012 pukul 18.35 WIB

Sumarno, Alim. 2011. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran.

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkah-penggunaan-media-pembelajaran. Diakses 28 November 2012. Pukul 14.38 WIB


(5)

Sumiati, dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Suwangsih,dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung. Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana Prenada Medioa Group. Jakarta

UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Rineka Cipta. Jakarta.

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan model-model mengajar. Alfabeta. Bandung.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan & Evaluasi Belajar. Jakarta. PT. Gramedia

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Rosdakarya. Bandung.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IVA SDN 2 BANJAR NEGERI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 14 46

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 33 62

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

6 29 61

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 62

PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 2 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SDN 3 KEBAGUSAN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 18 49