PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN PROJECT CITIZEN :Studi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana.

(1)

PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN

PROJECT CITIZEN

( Studi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang

Pendidikan Kewarganegaraan

Promovendus

Yosaphat Haris Nusarastriya NIM: 0908378

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN

PROJECT CITIZEN

( Studi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana)

Oleh :

Yosaphat Haris Nusarastriya NIM: 0908378

Sebuah Desertasi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr) dalam Bidang

Pendidikan Kewarganegaraan

© Yosaphat Haris Nusarastriya 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

(6)

Yosaphat Haris Nusarastriya, 2013

ABSTRAK

Nusarastriya, Yosaphat Haris 2013. PENGEMBANGAN BERPIKIR

KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN PROJECT CITIZEN ( Studi

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana) Disertasi, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana: Universitas Pendidikan Indonesia Promotor: Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed, Ko.Promotor. Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, MA (Ed). Anggota: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.

Penelitian ini tentang Pengembangan Berpikir Kritis mahasiswa dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada semester I-II /2011-2012 melalui pembelajaran model Project

citizen. Penelitian ini didasarkan oleh kenyataan bahwa berpikir kritis sering

diabaikan karena proses pembelajaran yang kurang inovatif, padahal berpikir kritis merupakan unsur penting dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai tuntutan era globalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengembangan berpikir kritis antara kelas Pendidikan Kewarganegaraan yang menggunakan Project citizen dengan kelas Pendidikan Kewarganegaraan yang menggunakan cara konvensional sekaligus menjawab bagaimana pengembangan berpikir kritis menggunakan Project citizen itu dilakukan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala dan faktor yang mempermudah pengembangan berpikir kritis menggunakan Project citizen. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi experiment dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes yang kemudian dianalisa dengan statistik. Hasil analisis statistik juga diperkuat dengan data yang diperoleh melalui observasi serta didukung melalui studi dokumentasi, angket, dan wawancara. Penelitian ini didasarkan atas teori mengenai sikap positif untuk berpikir kritis dari John Langrehr (2006), kemampuan berpikir kritis dari CCEI (2004) serta karakteristik berpikir kritis dari Moore and Parker (2009) dan teori-teori yang berkaitan dengan Project citizen seperti teori-teori mengenai

research-oriented learning dan inquiry learning. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa

kelas yang menggunakan Project citizen lebih baik dibanding dengan kelas yang menggunakan cara konvensional khususnya pada elemen karakteristik berpikir kritis. Setelah dilakukan uji coba lagi dalam kelas Pendidikan Kewarganegaraan yang didahului dengan pemahaman berpikir kritis, hasilnya menunjukkan lebih maksimal untuk ketiga elemen. Hasil temuan menunjukkan bahwa Project citizen lebih maksimal untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis namun perlu ditambah dengan memberikan pemahaman tentang berpikir kritis kepada mahasiswa. Rekomendasi: Project citizen perlu diagendakan di kelas Pendidikan Kewarganegaraan dengan menambahkan pemahaman mengenai berpikir kritis tersebut dalam rangka pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.


(7)

ABSTRACT

Nusarastriya, Yosaphat Haris. 2012. DEVELOPING CRITICAL THINKING IN LEARNING CIVIC EDUCATION USING PROJECT CITIZEN ( A Study of Developing Critical Thinking in Satya Wacana Christian University). Dissertation: Civic Education Study Program, School of

Post Graduate Studies: Indonesia University of Education. Promotor: Prof. Dr. H.Sapriya, M.Ed; Co Promotor: Prof.Dr. H. Abdul Azis Wahab M.A (Ed); Member: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si

This study is about Developing Critical Thinking in learning Civic Education in Satya Wacana Christian University of Salatiga at semester I-II/2011-2012 using Project citizen model. It was grounded on the fact that critical thinking was frequently ignored in learning process due to the less innovative learning process itself, but in actual case critical thinking considered as the essential element in Civic Education, counted to the demand of globalization era. The objective of this recent research was to find out the defference between the result of o answer how is the using of Project citizen in developing critical thinking. Also, it was aimed to identify the constraint factor for critical and facilitating factor in developing critical thinking such as those in Project citizen. This research employed a quantitative approach by means of quasi experiment method in which data collection was carried out through test giving that followed by statistical analysis, reinforced by observational data, and supported by documentation, questionnaires, and interviews. Some critical thinking theories supported this research : John

Langer’s theory on positive attitude to think critically (2006), CCEI’s critical

thinking ability (2004) as well as Moore and Parker’s critical thinking characteristics (2009), and theories related to Project citizen sucs as theory on research – oriented learning and inquiry learning. The results affirmed that the Project citizen class was better than the conventional class, especially for the characteristic element of critical thinking. After a trial in a Civic Education class that had been introduced first with critical thinking, the result showed maximum ends for all three elements. Those findings indicated that Project citizen was more optimal in developing critical thinking, yet still need to be supported with giving prior understanding about critical thinking to student. Recommendation: Project citizen needs to be put into agenda in Civics Education class in order to increase an understanding about critical thinking in order to develop students ability in critical thinking


(8)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 15

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 16

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

1. Dlihat dari sisi filosofis ... 20

2. Dilihat dari segi historis-yuridis ... 24

3. Dilihat dari sisi pedagogis ... 26

B. Tentang Berpikir dan Berpikir Kritis ... 28

1. Paradigma berpikir (suatu tinjauan historis) ... 28

2. Berpikir pada umumnya ... 29

3. Berpikir ilmiah ... 31

4. Tingkat-tingkat Berpikir ... 33

5. Model-model berpikir ... 34

6. Berpikir kreatif (Creative Thinking) ... 43

7. Berpikir kritis (Critical Thinking) ... 45


(9)

C. Kaitan Antara Berpikir Kritis dan Model Pembelajaran ... 67

1. Berpikir Kritis dan Pembelajaran Konvensional ... 67

2. Berpikir Kritis dan Pembelajaran Inovatif ... 68

3. Pembelajaran PKn dan Tuntutan Berpikir Kritis ... 73

D. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam PKn Menggunakan Project Citizen ………... 79

1. Pengembangan Kemampuan Berpikir kritis di Perguruan Tinggi . 79

2. Pengembangan Menggunakan Project Citizen di Perguruan Tinggi………. 81

E. Beberapa Penelitian Terdahulu Sejenis ... 93

F. Kerangka Pemikiran……….. 95

G. Hubungan Antar variable dalam Penelitian ... 96

H. Hipotesis... 99

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Metode Penelitian ... 101

C. Tehnik Pengumpulan Data ... 102

1. Wawancara ……… 102

2. Angket ... 102

3. Observasi ... 102

4. Tes ... 103

5. Studi Dokumentasi ... 104

D. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 106

E. Sumber Data ... 106

F. Tehnik Pengolahan Data ... 107

1. Uji Validitas Data dan Reliabilitas ... 109

2. Uji Normalitas ... 109

3. Pre tes-Post Tes ... 109

4. Uji Hipotesis ... 109

G. Langkah-Langkah Persiapan penelitian ... 109

1. Pendahuluan ... 109

2. Penyusunan Instrumen ... 110

3. Pertimbangan Ahli ... 111

H. Definisi Operasional ... 111

1. Sikap Positif Dalam Berpikir Kritis ... 111

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 113

3. Karakteristik Berpikir kritis ... 116

I. Tahap-Tahap Penelitian ... 125

1. Uji Coba Menggunakan Project Citizen Tahap I ... 126

2. Pengembangan Desain Pembelajaran ... 127


(10)

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 130

5. Hasil Uji Normalitas ... 131

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 136

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 136

2. Berpikir Kritis di UKSW ... 136

3. Pendidikan Kewarganegaraan di UKSW ... 139

4. Inventarisasi Masalah dan Kebutuhan ... 140

5. Hasil Uji Coba Tahap I ... 141

6. Hasil Uji Coba Tahap II ... 158

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 182

C. Temuan Penelitian ... 206

D. Keterbatasan Penelitian ... 208

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Umum ... 209

B. Kesimpulan Khusus ... 213

C. Implikasi Hasil Penelitian ... 215

D. Rekomendasi ... 218

DAFTAR PUSTAKA ... 215

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 236


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Cara Berpikir Pada Umumnya ... ... 29

2.2 Berpikir Ilmiah ... ... 31

2.3 Komponen Struktur Ilmu ... ... 32

2.4 Fungsi Ilmu ... ... 33

2.5 Perbedaan Pemikiran Auguste Comte, Sorokin dan C.A. Van Peursen . ... 42

2.6 Ciri Berpikir Kritis ... ... 53

2.7 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berpikir Kritis ... ... 56

2.8 Pengertian Karakter dan Macamnya... 65

2.9 Karakter Individu ... ... 66

2.10 B e l a j a r M e n u r u t E r i c k F r o o m . . . . . . 7 8 2.11 Teori Bloom Mengenai Taksonomi Tujuan Pengajaran ... .... 78

3.1 Masalah Penelitian dan Tehnik Pengumpulan Data ... ... 105

3.2 Sikap Positif dalam Berpikir Kritis, Civic Knowledge, Civic Skills ... .... 112

3.3 Kemampuan Berpikir Kritis, Civic Knowledge, Civic Skills ... .... 115

3.4 Karakteristik berpikir kritis, civic knowledge, civic skills ... .... 123

3.5 Sebaran Item Tes yang Valid dan yang Gugur... 131

3.6 Uji Normalitas Kelas yang Menggunakan Project Citizen ... .... 131

4.1 Masalah dan Kebutuhan Bagi Pengembangan Berpikir Kritis ... .... 141

4.2 Uji Beda Pre test dan Post test Kelas yang Menggunakan Project Citizen... 149

4.3 Uji Beda Pre tes Pos test Kelas yang Tidak Menggunakan Project Citizen... 150

4.4 Skap Positif dalam Berpikir Kritis (T.Test.) ... .... 151

4.5 Kemampuan Berpikir Kritis (T-Test) ... .... 152

4.6 Karakteristik Berpikir Kritis (T-Test) ... .... 154

4.7 Uji Beda Pre tes Pos tes Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap II ... .... 162

4.8 Uji Beda Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan Tahap II Pada Elemen Sikap Positif dalam Berpikir Kritis ... .... 164

4.9 Uji Beda Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan Tahap II Pada Elemen Kemampuan Berpikir Kritis ... .... 166

4.10 Uji Beda Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan Tahap II Pada Elemen Karakteristik Berpikir Kritis ... .... 167

4.11 Kendala Mahasiswa dalam Berpikir Kritis ... .... 172

4.12 Faktor-Faktor yang Mempermudah Pengembangan Berpikir Kritis dengan Project Citizen ... .... 175

4.13 Project Citizen dan Berpikir Pada Umumnya Dilihatdari Kegiatan Kelompok Portofolio... 177

4.14 Project Citizen dan Berpikir Ilmiah Dilihat dari Kegiatan Kelompok Portofolio... 178


(12)

4.15 Enam Tahap dalam Project Citizen dan Unsur Berpikir Kritisnya... 179 4.16 Project Citizen dan Berpikir Kritis Dilihat dari Kegiatan Setiap

Kelompok Portofolio... 181


(13)

SKEMA

Skema Hal

2.1 Unsur Berpikir Kritis ... 53

2.2 Pemikir Kritis yang Baik ... 54

2.3 Jati Diri, Karakter dan Kepribadian ... 61

2.4 Fungsi Pendidikan ... 62

2.5 Karakter Seseorang dengan Berbagai Unsurnya ... 64

2.6 Tuntutan Nasional, Global untuk Berpikir Kritis ... 74

2.7 Tiga Komponen Pengembangan PKn ... 76

2.8 PKn Sebagai Kajian Imiah ... 80

2.9 Model Belajar Project Citizen ... 84

2.10 Fokus Perhatian Project Citizen ... 85

2.11 Kerangka Operasional Pedagogis Project Citizen ... 86

2.12 Kemasan Portofolio Project Citizen ... 87

2.13 Strategi Instruksional Project Citizen ... 88

2.14 Posisi Penelitian dalam Konteks Domain Citizenship Education ... 96

3.1 Tahap I ... 126

3.2 Desain Pembelajaran Untuk Mengembangkan Berpikir Kritis Menggunakan Project Citizen ... 128


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

3.1 Grafik Uji Normalitas Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I .... 132 3.2 Grafik Uji Normalitas Kelas Konvensional ... ... 133

3.3 Grafik Uji Normalitas Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap II.... 134 4.1 Grafik Hasil Observasi Kegiatan Kelompok dalam Kelas

Konvensional ... … 155 4.2 Grafik Hasil Observasi Kegiatan Kelompok dalam Kelas

Project Citizen (Tahap I) ... … 156 4.3 Grafik Uji t Untuk Pre tes dan Pos test Tahap II ... .... 162 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Kelompok dalam KelasProject Citizen

Tahap II ... .... 163 4.5 Grafik Uji t Untuk Variabel Sikap Positif Dalam Berpikir Kritis.

Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan II ... .... 165 4.6 Grafik Uji t Untuk Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan II ... .... 166 4.7 Grafik Uji t Untuk Variabel Karakteristik Berpikir Kritis.

Antara Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I dan II ... .... 168


(15)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Hal

4.1 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Sikap Positif

Dalam Berpikir Kritis Kelas Konvensional ... 142 4.2 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Kemampuan Berpikir Kritis”

Kelas Konvensional ... 143 4.3 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Karakteristik Berpikir Kritis”

Kelas Konvensional ... 144 4.4 Diagram Hasil Pemahaman Tentang Sikap Positif Dalam Berpikir

Kritis Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I ... 145 4.5 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Kemampuan Berpikir Kritis”

Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I ... 146 4.6 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Karakteristik Berpikir Kritis”

Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap I ... 148 4.7 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Sikap Positif Dalam

Berpikir kritis” Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap II ... 158 4.8 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Kemampuan Berpikir Kritis”

Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap II ... 159

4.9 Diagram Hasil Pemahaman Tentang “Karakteristik Berpikir Kritis” Kelas yang Menggunakan Project Citizen Tahap II ... 161


(16)

DAFTAR DENAH

Denah Hal

1 Denah Kota Salatiga ... 236 2 Denah UKSW ... 237


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

Lampiran 01 : Denah ... 236

Lampiran 02 : Surat-Surat ... 238

Lampiran 03 : Instrumen ... 242

Lampiran 04 : Pengesahan Dari Ahli ... 257

Lampiran 05 : Uji Validitas dan Reliabilitas ... 359

Lampiran 06 : Angket Hasil pemahaman Mengenai Berpikir Kritis ... 267

Lampiran 07 : Tes Tertulis ... 288

Lampiran 08 : Hasil Pre tes Kelas yang Menggunakan Cara konvensional ... 315

Lampiran 09 : Hasil Post tes Kelas yang Menggunakan Cara Konvensional ... 316

Lampiran 10 : Hasil Pre Tes Kelas Yang Menggunakan Project Citizen ... 317

Lampiran 11 : Hasil Post Tes Kelas Yang Menggunakan Project Citizen ... 329

Lampiran 12 : Hasil Pre Tes Kelas Yang menggunakan Project Citizen Tahap II 341

Lampiran 13 : Hasil Post Tes Kelas Yng Menggunakan Project Citizen Tahap II 342

Lampiran 14 : Hasil Observasi ... 343

Lampiran 15 : Managemen Pembelajaran PKn ... 385

Lampiran 16 : Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Berpikir Kritis Dalam PKn ... 389

Lampiran 17 : Latihan-Latihan ... 414

Lampiran 18 : Lembar Wawancara... 423


(18)

DAFTAR FOTO

Foto Hal

Foto 1: Suasana Rapat dan Diskusi Dosen PKn ... 426

Foto 2: Suasana Tanya-Jawab dan Diskusi ... 426

Foto 3: Sosialisasi Project Citizen ... 427

Foto 4: Diskusi dalam Kelompok Kecil ... 429

Foto 5: Diskusi dalam Kelompok Kecil ... 429

Foto 6: Diskusi dalam Kelmpok Kecil ... 430

Foto 7: Diskusi dalam Kelompok Kecil ... 430

Foto 8 Wakil Kelompok I Mengkomunikasikan Hasil Diskusi ... 432

Foto 9: Wakil Kelompok II Mengkomunikasikan Hasil Diskusi ... 432

Foto 10: Wakil kelompok III Mengkomunikasikan Hasil Diskusi ... 433

Foto 11: Wakil kelompok IV Mengkomunikasikan Hasil Diskusi ... 435

Foto 12: Mengumpulkan Informasi dari Berbagai Sumber ... 435

Foto 13: Memadukan Informasi dan Gambar ... 435

Foto 14: Sambil Berdiskusi Tentang Hasil Pengumpulan Data untuk Dibuat ... Portofolio Dokumentasi dan Tayangan ... 435

Foto 15: Tayangan Kelompok I dan II ... 437

Foto 16: Tayangan Kelompok III dan IV ... 437

Foto 17: Show Case: Tahap I: Kelompok Satu Memaparkan Hasil ... 439

Foto 18: Kelompok Lain Memperhatikan ... 439

Foto 19: Mencoba Menjelaskan dan Menjawab Pertanyaan ... 440

Foto 20: Berusaha Melihat Portofolio Untuk Menjawab Pertanyaan ... 440

Foto 21 :Melakukan Unjuk Kebolehan dengan Menyanyi Setelah Presentasi ... 441

Foto 22: Kelompok II Memaparkan Hasilnya di Depan Kelompok Lain Berusaha Menggambarkan dan Menjelaskan ... 442

Foto 23: Kelompok Lain Berusaha Melakukan Klarifikasi atau Penjelasan... Kelompok II ... 442

Foto 24: Kelompok II Berusaha Mencari Jawaban Melalui Portofolio Tayangannya ... 443

Foto 25: Melakukan Unjuk Kebolehan Baca Puisi Setelah Presentasi ... 443

Foto 26: Kelompok III Memulai Presentasi Untuk Hasil Portofolio Tayangannya.. 444

Foto 27: Kelompok Lain Terlihat Serius Mendengarkan Paparan Kelompok III .... 444

Foto 28: Kelompok III Berusaha Menggambarkan dan Menjelaskan Portofolio Tayangannya dengan Membawa Portofolio Dokumennya ... .. 445

Foto 29: Kelompok III Berusaha Mempertahankan Pendapat dengan Menunjukkan Data ... .. 445


(19)

Foto 30: Kelompok III Unjuk Kebolehan Menyanyikan Lagu ... .. 446

Foto 31: Kelompok IV Action Plan Memulai Pemaparannya ... .. 447

Foto 32: Kelompok IV Mencoba Menjelaskan Portofolio Tayangannya ... .. 447

Foto 33: Kelompok lain Mencoba Bertanya dan Mempertahankan Pendapat ... .. 448

Foto 34: Kelompok IV dalam Rangka Menjawab Pertanyaan Melakukan Koordinasi ... .. 448

Foto 35: Dalam Rangka Menjawab Melihat Tayangan ... .. 449

Foto 36: Kelompok IV Unjuk Kebolehan dengan Menyanyikan Lagu Setelah... Presentasi Selesai ... . . 449

Foto 37: Menyanyi ... ... 450

Foto 38: Refleksi Kelompok I dan Kelompok II ... ... 452

Foto 39: Refleksi Kelompok III dan IV ... ... 452

Foto 40: Membawa Tulisan Hasil Kelas Projec citizen Untuk Dibawa ke Forum thalen show antar Kelas di Balairung Utama (BU) ... ... 453

Foto 41: Foto Bersama Setelah Selesai Show case ... .... 453

Foto 42: Tahap II: Memperhatikan dan Mendengarkan ... .... 454

Foto 43: Kelompok I Presentasi ... .... 454

Foto 44: Kelompok II Presentasi ... .... 455

Foto 45: Kelompok lain Mendengarkan ... .... 455

Foto 46: Kelompok III Menjawab Pertanyaan dan Berdiskusi ... .... 456

Foto 47: Kelompok IV Menjawab Pertanyaan dan Memberi Alasan ... ... . 456

Foto 48: Yuri Minta Klarifikasi ... .... 457

Foto 49: Kelompok Lain Mendengarkan dan Mencatat ... ... 457

Foto 50: Presentasi Kelompok IV Mendengarkan dan Menjelaskan ... .... 458

Foto 51: Kelompok IV Menjelaskan dan Mempertahankan Pendapat ... .... 458


(20)

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab. I ini merupakan bagian awal disertasi berisi uraian tentang pendahuluan yang maliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian serta struktur organisasi disertasi. Dengan dikemukakan hal-hal tersebut maka akan lebih dipahami apa latar belakang dan masalah yang diangkat dalam penelitian ini serta tujuan dan manfaat atau signifikansi serta struktur organisasi disertasi ini.

A. Latar Belakang Penelitian

Pada millenium ketiga di abad ke -21 yang tengah berjalan saat ini terdapat berbagai masalah berskala lokal, nasional maupun global. Masalah-masalah global yang paling serius yang dihadapi diantaranya adalah perlunya investasi besar dalam bidang intelektual manusia menghadapi persaingan dan kompleksitas permasalahan yang ada. Toffler (1981:18) pernah mengatakan bahwa dunia sekarang ini memasuki samudera kehidupan gelombang ketiga. Dalam penjelasannya dikemukakan bahwa gelombang ketiga membawa tekanan-tekanan yang mendorong perubahan-perubahan mendasar, antara lain salah satunya di bidang sociosphere yang mengakibatkan ledakan organisasi masyarakat yang mengubah struktur dari vertikal menjadi horizontal, serta berkembangnya civil society. Suwondo (2005:18) memaknai civil society sebagai masyarakat yang beradab (civilized society) yang lebih menganut aturan-aturan yang berkaitan dengan sistem hukum dari pada aturan-aturan yang bersifat otoriter. Dalam dunia yang mengalami perubahan pesat itu Naisbit (1990:19) memberi istilah bahwa


(22)

dewasa ini banyak terjadi paradoks. Hal demikian itu bisa terjadi juga pada tataran berpikir sehingga sering muncul hal-hal yang kontroversial termasuk isu-isu yang menuntut untuk dihadapi sebagai konsekuensi dari kekompleksitasan masalah dalam realitas yang senantiasa terus mengalami perkembangan.

Pernyataan Toffler jika dicermati secara kritis dan dihubungkan dengan perkembangan di Indonesia sudah terbukti terutama setelah terjadinya reformasi di bidang politik dan hukum sehingga ledakan organisasi masyarakat sungguh terjadi dan ini menimbulkan perkembangan baru di dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga apa yang dikemukakan Soewondo tentang civil society apabila dikaitkan dengan organisasi masyarakat dan LSM di Indonesia menunjukkan bahwa ada perkembangan civil society yang cukup signifikan sebagai wujud partisipasi warga negara di negara demokrasi.

Berkaitan dengan kekompleksitasan yang berkembang di era abad ke-21 ini Habib (1994) menunjukkan kekompleksitasan di bidang ekonomi, seperti yang terjadi dalam struktur internasional yang ditandai oleh struktur multipolar. Selaras dengan kompleksitas perkembangan permasalahan kewarganegaraan, Wahab (2011:13-14) mengemukakan bahwa perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di era global telah terjadi pergeseran dari penekanan pada kebenaran yang bersifat monovision kepada multivision yang implikasinya pada tuntutan berpikir secara kompleks pula sehingga cara-cara berpikir linear sering menjadi tidak relevan lagi. Adanya sejumlah keterampilan yang dituntut untuk dimiliki setiap warga negara dalam hidup di abad ke-21 ini, sudah barang tentu memberikan implikasi pada dunia pendidikan untuk menyesuaikan dan meresponnya. Berkaitan dengan masalah itu Soemantri (2011) dalam The making of innovative human


(23)

adalah hard skills dan soft skills yang menurutnya harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.

Pendapat Habib dan Wahab di atas sebenarnya merupakan fenomena di era yang semakin mengglobal dimana kekuatan baik ekonomi maupun politik semakin mencair atau memencar akibat demokratisasi dan kebebasan yang menimbulkan persaingan di dalam masyarakat baik secara nasional maupun internasional. Dan justru itulah Soemantri memberi tekanan pada perlunya penyiapan sumber daya manusia yang inovatif melalui pendidikan dengan memperhatikan unsur hard skills dan soft skills khususnya dalam proses pembelajaran.

Berkaitan dengan hal di atas, UNESCO telah menyatakan bahwa belajar pada abad 21 harus didasarkan kepada empat pilar yaitu: (1) Learning how to know, (2) Learning

to do, (3) Learning to be , (4) Learning how to live together. Keempat hal tersebut

disebutnya sebagai empat soko guru dari pembangunan sumber daya manusia abad 21 untuk menghadapi arus informasi dan kehidupan yang terus menerus berubah. Hampir senada dengan empat pilar yang dikemukakan UNESCO itu, Maftuh (2010:5) sebagaimana juga Trilling dan Fadel (2009) mengemukakan pula sejumlah keterampilan yang harus dimiliki dalam abad ke-21, diantaranya yaitu tentang critical thinking and

problem solving. Tuntutan keterampilan abad ke 21 oleh Partnership for 21st century

dirumuskan sebagai berikut: thinking, reasoning and innovation skills, yang meliputi: (a)

critical thinking, (b) systems thinking, (c) problem solving, (d) creating and innovating.

(Maftuh:2010:5)

Empat keterampilan utama abad ke 21 oleh Metiri Group (2009) sebagaimana juga dalam Maftuh (2010:6) dirumuskan sebagai “berpikir inventif-modal intelektual” yang


(24)

meliputi: (a) adaptabilitas/mengelola kompleksitas dan kemandirian (self direction), (b) keingintahuan, kreativitas dan keberanian mengambil resiko, (c) berpikir pada tatanan yang lebih tinggi dan bernalar.

Memahami apa yang dikemukakan UNESCO, Maftuh dan Metiri Group di atas bangsa-bangsa di dunia termasuk di dalamnya bangsa Indonesia sangat bergantung pada beberapa aspek diantaranya yang menyangkut karakter seperti cara berpikir, sebaran dan keefektifan pendidikan yang diterima masyarakat dan penggunaan sains dan teknologi secara bijaksana. Oleh karena itu tujuan utama pendidikan yang diperlukan adalah mempersiapkan manusia untuk mengarahkannya dalam mengisi kehidupan secara bijaksana, efektif dan bertanggungjawab. Dalam kaitannya dengan tujuan utama pendidikan itu Wahab (2007:45) menyatakan bahwa di era globalisasi dan abad informasi ada implikasi yang menuntut kemampuan tertentu dari setiap individu dalam kedudukannya sebagai warga negara. Begitu juga NEA sejak tahun 1937 dalam (Wahab:2007:46) mengemukakan bahwa para pemuda membutuhkan sesuatu hal untuk tumbuhnya kemampuan berpikir rasional, menyatakan pikiran secara jelas, dan membaca serta mendengar dengan penuh pemahaman.

Masih kaitannya dengan tujuan utama pendidikan khususnya yang berkaitan dengan berpikir, Wahab (2007:48) menambahkan bahwa guru terkadang hanya menggunakan cara berpikir konvergen sedang berpikir divergen sangat kurang pada hal berpikir divergen sangat penting bagi siswa. Dengan demikian memperhatikan tujuan pendidikan dan berbagai tuntutan serta pandangan para ahli yang telah dikemukakan di atas, pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam semua bidang merupakan sesuatu yang menantang dan memiliki tujuan yang bersifat mendasar. Namun sayangnya sebagaimana


(25)

dikemukakan Sapriya (2008:42-43) saat ini belum banyak muncul kesadaran yang tinggi di kalangan pendidik di persekolahan untuk mengajar para siswa tentang kondisi dunia yang semakin berkembang pesat yang menuntut adanya respon dengan pemikiran secara kritis. Oleh karena itu menurutnya diharapkan pembelajaran dengan ketrampilan berpikir kritis di kelas merupakan cara yang paling tepat untuk menjawab tantangan ini.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pengembangan keterampilan berpikir kritis yang juga dapat dipandang sebagai salah satu unsur pembentukan karakter bangsa Indonesia sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 sebagai salah satu pilar kebangsaan khususnya di dalam Pembukaan UUD NKRI 1945 alinea yang keempat terdapat salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu: ”Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sudah barang tentu keterampilan berpikir kritis merupakan unsur penting bagi pembentukan karakter bangsa sangat tepat dikembangkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan karena salah satu komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah civic skills, yang termasuk didalamnya yaitu intellectual skills.

Dalam kaitannya dengan itu, Pendidikan Kewarganegaraan semestinya tidak hanya mengembangkan pemahaman/pengetahuan (civic knowledge) saja tapi juga mengembangkan berpikir kritis (civic skills) agar siswa/mahasiswa dapat berpikir bagi dirinya sendiri untuk menghadapi kehidupan menuju masa depan dan berpartisipasi secara baik (civic participation). Hal itu berarti pendidikan harus mempersenjatai peserta didik untuk dapat menghadapi perkembangan dan dunia yang semakin terbuka sehingga dimampukan berpartisipasi dalam masyarakat dan dengan demikan pendidikan juga dapat melindungi masyarakat yang semakin terbuka dan sangat kompleks.


(26)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya pengembangan berpikir kritis di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang disebabkan antara lain masih kurang dipahaminya oleh sebagian pengajar (sebagaimana yang penulis ketahui ketika melakukan studi pendahuluan penelitian ini) mengenai model pembelajaran yang bagaimana yang memberi fokus pada pengembangan berpikir kritis itu, pada hal berpikir kritis merupakan tuntutan di dalam PKn termasuk tuntutan di era globalisasi. Santoso (1992:39) menyoroti dari sisi kultural dengan mengatakan bahwa dari segi budaya, pemikiran atau sikap kritis ada yang menolak karena pemikiran kritis dianggap serangan, menjatuhkan martabat dan berbagai segi negativ lainnya terutama di dalam masyarakat yang masih feodalistis , paternalistis dan otoriter. Begitu juga yang dirasakan oleh Liliasari (2010:457) yang memprihatinkan kondisi sosial seperti tawuran pelajar, mahasiswa, antar kampung, antar etnis, sikap konsumeristis akibat iklan. Menurutnya setiap anggota masyarakat haruslah berkualitas dalam arti memiliki kemampuan berpikir (kritis) sehingga tidak gampang terpengaruh baik oleh isu-isu yang tidak jelas dan iklan-iklan yang ditayangkan di berbagai media elektronik.

Keprihatinan Liliasari mengenai kondisi sosial sebagaimana dikemukakan di atas bisa dipahami karena fenomena yang mewarnai kehidupan di dalam masyarakat Indonesia dan yang sebagaiannya terjadi di dunia persekolahan yaitu tawuran, konflik, kekerasan memang sering terjadi. Pertanyaannya apakah ini merupakan akibat dari berkembangnya radikalisme di masyarakat atau dunia persekolahan? Menurut data hasil penelitian indeks kerentanan radikalisme di Indonesia pada tahun 2011 yang dirilis oleh Birru (2011) di Media Center pada 15 Oktober 2011 adalah 43,6. Memang menurun 1,44 dibanding pada tahun sebelumnya yang memiliki indeks 45,4. Meskipun demikian,


(27)

statusnya masih rentan dan masih jauh di bawah tingkat aman yaitu pada level 33,3. Indeks radikalisme ini diperoleh dari hasil penelitian kerentanan radikalisme terhadap 33 provinsi dengan jumlah responden sebanyak 4840.

Selanjutnya Al Muhtar (2010:834) sebagaimana juga dikemukakan oleh Abdul Karim (2011:8) melalui pidato pengukuhan Guru Besarnya mencatat bahwa kualitas pendidikan masih lemah dengan ditandai oleh salah satu cirinya yaitu proses pendidikan yang memberikan sebanyak mungkin bahan pelajaran untuk mencapai target kurikulum, sedangkan kapasitas berpikir tidak ditingkatkan kepada tarap yang optimal (higher order

thinking skills). Keprihatinan semacam itu juga muncul dari Sanusi (1998:222-227)

dalam pembahasannya mengenai perspektif pendidikan Ilmu (Pengetahuan) Sosial yang mengemukakan bahwa pengajaran IPS di sekolah cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan dan pencapaian tujuan kognitif yang “mengulit bawang” dan dominannya latihan berpikir taraf rendah.

Kritikan tajam muncul dari Pitalokasari (2012) yang dimuat di media Suara Merdeka 29 September 2012 yang menyoroti proses pembelajaran kaitannya denga

kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang mengatakan: “jika dosen masih menggunakan

metode mengajar konvensional, maka kurikulum sebagus apa pun tidak bisa membentuk

lulusan yang berkualitas”. Menanggapi pernyataan yang keras tersebut penulis mengerti

maksudnya bahwa mengajar perlu variasi dalam prosesnya sehingga jangan hanya didominasi oleh guru/dosen melainkan ada inovasi sehingga terjadi keseimbangan antara pendekatan teacher centre strategies, material centre strategies dan student centre


(28)

Harapan senada juga datang dari Sumantri (2009) yang disampaikan dalam

seminar nasional: “Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina warga Negara Indonesia di masa depan” di Aula UPI Bandung yang kemudian dipertegas

dalam kegiatan Pra Kuliah S3 Sekolah Pasca Sardjana Prodi Kewarganegaraan bahwa pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan harus memperhatikan aspek psikologi dan falsafah pendidikan dengan perlu membangun spirit berpikir di dalamnya. Hal itu tentu dimaksudkan supaya mendidik itu jangan hafalan saja yang dikedepankan tetapi mengajar harus dengan pemahaman atau pengertian serta memahami jalan pikirannya.

Dari beberapa pandangan di atas sebagaimana dikemukakan Soemantri (2011), Sumantri (2009), Wahab (2010), Al Muhtar (2010), Sapriya (2008), Liliasari (2010), Abdulkarim (2010), Sanusi (1998), Santoso (1992) yang melihat kelemahan dalam proses pembelajaran, jika ditarik intinya ialah bahwa spirit berpikir dan pemberian tekanan pada berpikir kritis masih kurang.

Dari sisi lain beberapa kelemahan yang mempengaruhi pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Budimansyah (2009:18) sebagaimana telah dikemukakan dalam pidato Pengukuhan Guru Besarnya antara lain menyangkut proses pembelajaran dan penilaian yang lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content matter), atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja sehingga dimensi-dimensi lainnya seperti afektif dan psikomotorik serta pemerolehan dampak pengiring belum mendapat perhatian. Hal lain adalah menyangkut pengelolaan kelas yang dikatakan belum mampu menyiptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa/mahasiswa.


(29)

Dari studi kepustakaan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa penelitian pengembangan berpikir lebih banyak dilakukan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan sangat kurang untuk bidang studi kewarganegaraan atau bidang sosial lainnya pada hal

civic skills dalam hal ini berpikir kritis tidak boleh diabaikan karena di era global dengan

permasalahan di bidang kewarganegaraan yang kompleks pasti berdampak pada tuntutan pemikiran yang kompleks. Kecenderungan global dengan permasalahan yang kompleks itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pula konsep dan pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan khususnya yang menyangkut model pembelajaran dan

civic skills. Berdasarkan kecenderungan Pendidikan Kewarganegaraan di era global,

output dari Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat menampilkan sosok pengetahuan warga negara yang integratif dari hasil sinergi pengetahuan, keterampilan, dan civic virtue (nilai) secara fungsional.

Terintegrasinya antara pengetahuan, keterampilan, dan civic virtue secara fungsional akan menghasilkan kompetensi yang diharapkan seperti berpikir secara kritis dan bertindak secara efektif, serta pandai dalam menjawab permasalahan di seputar isu-isu sosial kemasyarakatan. Disamping dapat menjawab permasalahan di seputar isu-isu-isu-isu sosial itu, siswa/mahasiswa juga akan dapat memahami sumber isu dan alternatif jawaban terhadap isu, serta kemungkinan akibat dari jawaban-jawaban terhadap permasalahan/isu tersebut berdasarkan sosok pengetahuan warga negara ( a body of civic

knowledge) yang integratif itu.

Pendidikan kewarganegaraan di era reformasi misalnya harus dapat melakukan pergeseran paradigma pembelajarannya ke arah paradigma baru yang menunjukkan Pendidikan Kewarganegaraan di era Indonesia baru. Di dalam paradigma sekarang (era


(30)

setelah reformasi) Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab (2010:709) lebih diupayakan untuk menyiapkan warga negara yang demokratis, cerdas dan religius. Itu berarti makna “warga negara yang baik” yang merupakan arah dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan masa lalu menurutnya dapat lebih diperjelas pada pengertian “warga negara yang demokratis dan berkarakter. Untuk memenuhi tuntutan baru sebagaimana

tuntutan-tuntutan ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam hidup di abad 21 yang telah dirumuskan berbagai kalangan di atas, diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat mengembangkan dan membiasakan berpikir secara kritis.

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sadar betul mengenai pentingnya kemampuan berpikir kritis ini sehingga dimasukkan dalam statuta pendirian UKSW agar dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatannya (termasuk dalam proses belajar-mengajar). Para pendiri UKSW menempatkan pentingnya berpikir kritis ini dalam kerangka menjadi universitas magistrorum et scolarium untuk pembentukan minoritas yang berdaya cipta (creative minority) bagi pembangunan dan pembaharuan masyarakat dan negara Indonesia.

Pernah UKSW mengembangkan berpikir kritis dengan nama “dialog kritis” melalui pengajaran beregu dalam wadah Depertemen Matakuliah Umum (DMU), termasuk di dalamnya Pendidikan Kewarganegaraan yang dulu namanya masih Pendidikan Kewiraan yang nanti di dalam Bab IV penulis kemukakan secara skematis. Namun dengan adanya berbagai perubahan yang terjadi maka proses perkuliahan kembali ke proses yang lebih konvensional dengan para pengajarnya masing-masing dan pengembangan berpikir kritis kurang terwadahi secara melembaga khususnya dalam proses pembelajaran karena sudah terintegrasi dengan pengajar yang bersangkutan.


(31)

Mengapa Project citizen? Alasannya yaitu ada alasan subyektif dan alasan objektif. Secara subyektif sebagaimana yang pernah penulis lihat dan alami sendiri ketika mengikuti pelatihan Project ciizen di UPI, memang ada sesuatu yang menarik khususnya dalam kaitannya dengan pengembangan berpikir kritis. Daya tarik itu pada cara kerja baik itu dalam mencari data, membuat porto folio baik tayangan maupun dukumen sangat menunjang cara kerja ilmiah. Kemudian secara objektif telah dikemukakan oleh orang lain serta hasil penelitian terdahulu misalnya hasil penelitian dalam lingkup lokal seperti pada hasil penelitian Suabuana dan Maksum menunjukkan bahwa pada kelas-kelas

Project citizen menunjukkan lebih baik dibanding pada kelas konvesional. Begitu juga

pada aras internasional sebagaimana dilaporkan oleh International Democratic

Educational Institute (Craddock et.al, 2007) berkesimpulan bahwa Project citizen

memberikan dampak/pengaruh bagi pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan siswa. Meskipun demikian, ruang lingkup (jangkauan) dan derajad pengaruh ini sangat beragam di antara berbagai kawasan di beberapa Negara.

Disamping itu alasan yang lain sebagaimana dikemukakan Budimansyah (2009:22-25) mengenai desain pembelajarannya menarik bagi penulis karena memadukan secara sinergis model-model “social problem solving” (pemecahan masalah), social inquiry

(penelitian sosial), social involvement (perlibatan sosial) cooperative learning (belajar bersama), simulated hearing (simulasi dengar pendapat), deep dialogue and critical

thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai),

democratic teaching (pembelajaran demokratis)” sehingga menghasilkan belajar yang berbobot dan bermakna secara pedagogis value-based (berbasis nilai), challenging (menantang), activating (mengaktifkan), and joyfull (menyenangkan)”.


(32)

Dari beberapa hal di atas termasuk alasan subjektif maupun objektif mengapa

Project citizen, maka penelitian ini hendak mencoba mengembangkan berpikir kritis

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dalam hal ini UKSW juga menggunakan Project citizen. Penelitian ini dilatarbelakangi dan berkaitan dengan masalah serta tujuan sebagaimana dirumuskan di bawah ini.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas dengan berbagai tantangan ke depan serta kondisi yang ada kaitannya dengan berpikir kritis dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian sebagai berikut :Bagaimana Pengembangan Berpikir Kritis dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan Project Citizen di

Universitas Kristen Satya Wacana?

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa rumusan berikut: 1. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai elemen berpikir kritis (sikap positif

untuk berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakteristik berpikir kritis) ? 2. Adakah perbedaan yang signifikan mengenai sikap positif untuk berpikir kritis antara

mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan project

citizen dan mahasiswa yang mendapat perkuliahan secara konvensional?

3. Adakah perbedaan yang signifikan mengenai kemampuan untuk berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan project


(33)

4. Adakah perbedaan yang signifikan mengenai karakteristik berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Project

citizen dan mahasiswa yang mendapat perkuliahan secara konvensional?

5. Bagaimana pengembangan berpikir kritis menggunakan Project citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ?

6. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala bagi pengembangan berpikir kritis?

7. Faktor determinan apa yang mempermudah pengembangan kemampuan berpikir kritis menggunakan Poject Citizen?.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang:

Pengembangan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menggunakan Project Citizen di Universitas Kristen Satya Wacana. Disamping tujuan

umum penelitian ini secara khusus memaparkan tujuh hal sebagaimana dipaparkan dibawah ini yaitu untuk mengetahui:

1. pemahaman mahasiswa mengenai elemen berpikir kritis (sikap positif untuk berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakteristik berpikir kritis)

2. perbedaan sikap positif untuk berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan Project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan secara konvensional

3. perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan Project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan secara konvensional


(34)

4. perbedaan karakteristik berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan Project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan secara konvensional

5. pengembangan berpikir kritis menggunakan Project citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

6. faktor yang menjadi kendala bagi pengembangan berpikir kritis.

7. faktor determinan dalam Poject Citizen yang mempermudah pengembangan berpikir kritis.

D. Manfaat /Signifikansi Penelitian

Mengenai manfaat atau signifikansi dari penelitian ini secara teoritis ialah memperkuat sisi akademis – ilmiah bagi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), khususnya yang berkaitan dengan keterampilan (civic skills) mengingat struktur keilmuan/mata pelajaran kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge) ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter

kewarganegaraan (civic disposition). Sedangkan secara praktis penelitian ini menyumbangkan konsep pembelajaran yang mendekatkan mahasiswa dengan pemahaman dan pengalaman konkrit dalam kaitannya dengan berpikir kritis menghadapi berbagai permasalahan di bidang kewarganegaraan.

Kemampuan/ketrampilan menghadapi dan memecahkan permasalahan melalui analisis menuntut kemampuan berpikir kritis warga negara terutama sebagai wujud dari

civic skills yang juga berimplikasi pada civic disposition tanpa harus meremehkan


(35)

konsep, pengertian, teori, metode yang dapat membantu memahami, menganalisis, memecahkan masalah di bidang kewarganegaraan.

Di UKSW sendiri penelitian ini berkaitan erat dengan semangat dan cita-cita

sebagai ”universitas scientiarum” yang harus mencari kebenaran mentransenden batas-batas kelas, masyarakat dan negara. Magistra dan scholaria dituntut tidak hanya menghafalkan atau memproduksi, tetapi untuk meningkatkan pengetahuan mereka secara metodis demi mencapai cara berpikir kreatif dan kritis.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi disertasi ini mencakup Bab. I sampai Bab.V yang masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian yann mengemukakan tuntutan, keprihatinan dan realitas yang menjadi tantangan kaitannya dengan pengembangan berpikir kritis dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menarik untuk dilakukan penelitian. Selain itu juga identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian serta struktur organisasi disertasi. Dengan dikemukakan hal-hal tersebut maka akan lebih memahami apa latar belakang dan masalah yang diangkat dalam penelitian ini serta tujuan dan manfaat atau signifikansi serta struktur organisasi disertasi ini.

Bab II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian memaparkan tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan baik dilihat dari sisi filosofis, historis – yuridis dan dari sisi pedagogis. Selanjutnya mengenai berpikir dan berpikir kritis dikemukakan tentang paradigma berpikir ditinjau dari sisi historis, berpikir pada umumnya, berpikir ilmiah, tingkat-tingkat berpikir, model-model berpikir, berpikir


(36)

kreatif dan berpikir kritis itu sendiri. Dalam bab ini juga dikemukakan kaitan antara berpikir kritis dan model pembelajaran yang antara lain meliputi berpikir kritis dan pembelajaran konvensional, berpikir kritis dan pembelajaran inovatif, serta pembelajaran PKn dan tuntutan berpikir kritis. Secara konsep juga dikemukakan tentang pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam PKn menggunakan Project citizen khususnya di Perguruan Tinggi. Dalam bab ini juga dibandingkan dan dikontraskan antara hasil dan temuan para peneliti sejenis yang pernah dilakukan kemudian memposisikan penelitian ini diantara penelitian yang telah dilakukan. Hal terakhir dalam bab ini mengemukakan hubungan antar variabel dalam penelitian yaitu terutama antara aspek positif sebagai landasan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis serta karakteristik berpikir kritis dengan Project citizen.

Bab III. Metode Penelitian, menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan metodologi penelitian yang mencakup: pendekatan, metode penelitian itu sendiri, populasi dan sampel, jenis data, pengembangan instrumen dan tehnik analisa data. Bagian ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan penelitian, seperti bagaimana cara memperoleh data, dimana dilakukan penelitian, melibatkan siapa dan bagaimana data diolah. Dengan kata lain bagian ini memberi gambaran mengenai bagaimana cara penelitian itu dilakukan dan bagaimana penelitian ini mencapai hasil dan tujuan.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini berisi dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data penelitian ini dilakukan secara kuantitatif menggunakan


(37)

statistik dan uji hipotesis dilakukan sebagai bagian dari analisis data. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan atau analisis temuan yang dikaitkan dengan landasan teori sertahasil dan temuan penelitian sebelumnya.

Bab V. Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi, dalam bab ini kesimpulan dikemukakan secara umum yaitu melalui uraian padat sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Kesimpulan juga disajikan dalam bentuk rumusan khusus yang langsung mengarah pada butir-butir sebagai jawaban atas masalah. dalam penelitian ini. Bagian ini juga mengemukakan tentang implikasi hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis. Untuk rekomendasi dalam penelitian ini ditujukan kepada pembuat kebijakan, pengguna dan peneliti berikutnya khususnya yang berkaitan dengan temuan yang pokok dalam penelitian ini.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan metodologi penelitian yang mencakup: pendekatan, metode penelitian itu sendiri, populasi dan sampel, jenis data, pengembangan instrumen dan tehnik analisa data. Sudah barang tentu hal tersebut untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan penelitian sehingga dapat dipahami bagaimana cara memperoleh data, dimana dilakukan penelitian, melibatkan siapa dan bagaimana data diolah. Dengan kata lain bagian ini memberi gambaran mengenai bagaimana cara penelitian itu dilakukan dan bagaimana penelitian ini mencapai hasil dan tujuan.

A. Pendekatan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini, dilakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan pendahuluan meliputi kajian pustaka dan studi lapangan. Dalam penelitian ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan dan inventarisasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan berpikir kritis melalui wawancara dengan dosen-dosen Pendidikan Kewarganegaraan

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran pengembangan berpikir kritis antara pembelajaran yang menggunakan Project citizen dengan model pembelajaran yang dilakukan secara konvensional. Dari ini diharapkan diketahui perbedaan hasil antara kelas yang tidak menggunakan Project citizen dan kelas yang menggunakan Project


(39)

citizen. Sejauhmana efektifitas dan dimana letak kelebihan dan kelemahan sampai dua

tahap untuk mengembangkan berpikir kritis dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1. Wawancara

Wawancara (interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini kaitannya dengan menginventarisasi masalah kaitannya dengan pengembangan berpikir kritis. Wawancara dilakukan secara terstruktur supaya terarah dan fokus pada hal-hal yang hendak peneliti lakukan dan saling mendukung dengan aspek-aspek yang hendak diteliti lainnya. Peneliti sependapat dengan Sugiyono (2009:138) yang antara lain mengatakan bahwa wawancara termasuk angket ini digunakan berdasarkan anggapan bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Dalam penelitian ini wawancara dipakai untuk mengumpulkan data dari dosen dan mahasiswa. Dari dosen kaitannya dengan masalah dan kebutuhan seputar pengembangan berpikir kritis, sedangkan kepada mahasiswa wawancara untuk mengumpulkan data kaitannya dengan kendala berpikir kritis dan tentang faktor determinan apa yang mempermudah berpikir kritis menggunakan Project

citizen.

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2009:142). Dalam penelitian ini angket isinya pernyataan yang


(40)

diberikan kepada mahasiswa untuk mendapatkan informasi tentang data yang berkaitan dengan pemahaman mengenai berpikir kritis itu sendiri yang elemennya meliputi sikap positip dalam berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakter berpikir kritis. Angket yang digunakan adalah angket tertutup sehingga responden tinggal memilih salah satu alternatif dari jawaban yang tersedia. Angket yang digunakan dalam penelitian ini dengan bentuk rating scale karena responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. (Sugiyono,2009:97-98)

3. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data digunakan berkenaan dengan perilaku manusia, proses kegiatan dan tahapan-tahapannya, yang sudah barang tentu dalam penelitian dikaitkan dengan pengembangan berpikir kritis menggunakan Project

citizen. Observasi dalam penelitian ini menggunakan participant observation dengan

instrumen terstruktur. 4. Tes

Sudjana (2001:35 ) mengemukakan bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar mahasiswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan perkuliahan dan dalam batas tertentu juga dapat dipakai untuk mengukur dan menilai hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotorik. Karena dalam penelitian ini mengenai pengembangan berpikir kritis menggunakan Project citizen, maka tes dalam penelitian ini dipakai untuk menilai dan mengukur hasil belajar mahasiswa, terutama sikap positif , kemampuan dan karakter berpikir kritis yang lebih bersifat afektif dan psikomotorik tanpa meninggalkan aspek kognitifnya.


(41)

Dilihat dari bentuknya, tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian atau essay karena tes uraian jika digunakan untuk menilai atau mengukur kemampuan berpikir lebih mendukung karena dalam jawaban uraian dimungkinkan ada penalaran dan argumentasi yang cukup. Dengan kata lain jika yang hendak dilihat adalah kemampuan atau perkembangan berpikir kritis, maka tes uraian memiliki kelebihan. Kelebihan itu dikemukakan Sudjana (2001) antara lain (1) dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif yang tinggi; (2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tertulis dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar; (3) dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis; (4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang sudah diperoleh dalam rangkain /proses penelitian. Dokumentasi ini antara lain kurikulum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perkuliahan PKn di Perguruan Tinggi. Dokumen serta buku-buku di sini sebagai sumber informasi tentang pengalaman UKSW menyelenggarakan proses perkuliahan yang berkaitan dengan pengembangan berpikir kritis.

Studi dokumentasi juga digunakan untuk melihat praktek Project Citizen di praktekkan baik di aras lokal nasional maupun internasional. Dari berbagai dokumen itulah data penelitian ini semakin lengkap dan tentunya lebih memberi bobot penelitian secara keseluruhan. Walaupun kedudukan dokumentasi hanya sebagai pelengkap data yang lain, tetapi tanpa dokumen yang memadahi rasanya akan kurang berbobot. Di


(42)

bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara masalah dengan tehnik pengumpulan data yang dapat menggambarkan kejelasan hubungan keduanya:

Tabel 3. 1

Masalah Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

No Masalah Teknik

Pengumpulan Data

1 Pemahaman Mengenai Berpikir Kritis

Pemahaman ”berpikir kritis” yang dimiliki mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana sebelum dilakukan pengembangan ?

Angket

2 Mengenai Aspek positif sebagai landasan

dalam berpikir kritis antara mahasiswa yang

mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan model project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model konvensional

Pretest Posttest observasi 3 Mengenai Kemampuan berpikir kritis antara

mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan model project

citizen dengan mahasiswa yang mendapat

perkuliahan dengan model konvensional.

Pretest Posttest observasi 4 Mengenai Karakteristik berpikir kritisnya

antara mahasiswa yang mendapat perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan model project

citizen dengan mahasiswa yang mendapat

perkuliahan dengan model konvensional

Pretes Posttest observasi 5 Faktor-faktor apa pada umumnya yang menjadi

kendala bagi pengembangan berpikir kritis?

Wawancara 6 Faktor determinan apa yang mempermudah

pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui implementasi Poject Citizen di Universitas Kristen Satya Wacana?

Wawancara Observasi

D. Subyek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-58 Salatiga Jawa Tengah. Mengapa penelitian ini di UKSW ? Salah satu misi UKSW yang dituangkan dalam statutanya menyatakan mendorong dan mengembangkan sikap serta


(43)

pemikiran yang kritis prinsipiil dan kreatif-realistis berdasarkan kepekaan hati nurani yang luhur dan dibimbing oleh firman Allah. Sebagai lembaga ilmiah, Universitas dengan ilmu yang dikuasainya ada dalam posisi dan kondisi mampu untuk berpikir secara benar dan tepat dalam menanggapi keadaan dan perkembangan.

Disamping itu juga UKSW diharapkan mewujudkan pusat pemikiran dan pengalaman untuk pembinaan kehidupan yang adil, bebas, tertib dan sejahtera. Itu berarti sebagai pelaksana dari Tri Darma Perguruan Tinggi, kampus UKSW diupayakan dapat menjadi pusat dan ajang bagi munculnya pemikiran-pemikiran kritis-prinsipiil, kreatif-realistis dan terwujudnya pengalaman-pengalaman dalam membina kehidupan yang adil, bebas, tertib, serta sejahtera. Ini membawa konsekuensi bahwa di dalam kehidupan dan kegiatan di lingkungan kampus sendiri, pemikiran-pemikiran kritis-prinsipiil, kreatif-realistis, keadaan yang adil, bebas, tertib serta sejahtera itu juga harus diusahakan perwujudannya dengan sebaik-baiknya.

E. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dosen PKn dan mahasiswa yang sedang mengambil dan mengikuti perkuliahan PKn pada Tahun Ajaran 2011-2012 khusus pada kelas yang menggunakan perkuliahan secara konvensional dan kelas yang menggunakan Project

citizen. Dosen 14 dan mahasiswa dengan jumlah populasi 560 dengan sampel : untuk

kelas eksperimen berjumlah 44 mahasiswa dan kelas kontrol berjumlah 44 mahasiswa ditambah tahap kedua untuk kelas eksperimen ada 37 sehinga semuanya berjumlah: 125.

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam suatu penelitian sangat ditentukan oleh jenis datanya karena ada beberapa jenis data dan beberapa teknik pengolahannya sehingga


(44)

teknik mana yang dipakai harus memperhatikan jenis data yang mana. Penelitian eksperimen biasanya menggunakan tipe analisis statistik karena dalam eksperimen diperoleh data-data kuantitatif. Ada dua macam perhituangan statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif untuk pengukuran pretest dan posttest seperti rata-rata (means), simpangan baku, rentangan (range) serta untuk observasi. Sedangkan statistik inferensial untuk membuktikan hipotesis yang dalam penelitian ini t-test.

Pengujian signifikansi kemampuan berpikir kritis dilakukan menggunakan uji beda (t-test berpasangan/related ) dengan rumus demikian (Sugiyono:209:307-308)

t =

X1 - X2

S 2 1 + n1

S 2 2

n2

- 2r S1 n1

S2 n2


(45)

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang diproses dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS Versi 16. Data disebut valid apabila memiliki koefisien korelasi item total ≥ 0,25 (Azwar, 1999). Uji validitas dilakukan dan selanjutnya item-item yang tidak valid dikeluarkan dari analisis, dan dilakukan uji validitas kembali. Setelah diuji validitasnya kemudian item-item dari hasil tes diuji reliabilitas (keandalannya) dan perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach dan dari perhitungan itu diperoleh hasil reliabilitas.

X1 = Rata-rata sampel 1 (model konvensional)

X2 = Rata-rata sample 2 (model project citizen)

s1 = Simpangan baku sampel1 (model konvensional)

s2 = Simpangan baku sample 2 (model project citizen)

S12

= Varians sample 1

S22 = Varian sampel 2


(46)

Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Sample –

Kolmogorov – Smirnov Test. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil skor pretest yang

dapat dilihat dari besarnya koefisien kolmogorove demikian pada data posttest dapat dilihat dari besarnya koefisien kolmogorove juga.

3. Pretes-Postest

Sebelum dilakukan treatmen maka dilakukan pretest terhadap responden baik pada kelas yang menggunakan project citizen maupun yang tidak menggunakan project

citizen. Masing-masing baik kelas yang menggunakan project citizen atau kelas

eksperimen dan yang tidak menggunakan project citizen atau kelas kontrol dihitung meannya sehingga kalau dibandingkan antara keduannya akan diketahui sejauh berapa terjadinya peningkatan skor antara kedua kelas itu pada pretes dan posttesnya.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik yaitu uji t untuk mengetahui perbedaan pada sikap positif untuk berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian untuk megetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui perbedaan karakteristik berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

G. Langkah-Langkah Persiapan Penelitian 1. Pendahuluan

Studi dokumentasi dilakukan dalam mengawali penelitian ini yang tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teoritik mengenai berbagai pendapat tentang berpikir dan berpikir kritis, model-model pembelajaran serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahu yang berkaitan dengan Project Citizen. Hasil studi


(47)

ini tentu membahani dalam rangka menyusun konsep dan pengembangan model itu sendiri.

Kegiatan studi dokumentasi dilanjutkan dengan melakukan wawancara untuk lebih mendekatkan dengan masalah dan kebutuhan yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi termasuk segala potensi yang bisa dikembangkan. Tujuan kegiatan pada tahap ini ialah mengumpulkan dan mendapatkan informasi atau gambaran umum tentang berbagai hal di UKSW kaitannya dengan masalah, kebutuhan dan pengembangan yang menyangkut proses pembelajaran seperti kurikulum, aktivitas belajar mahasiswa, model pembelajaran yang berjalan, cara mengajar dosen, sumber-sumber belajar, SAP, dll.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penting dalam penelitian ini adalah angket dan tes yang akan digunakan untuk mengetahui pemahaman berpikir kritis dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Angket disusun terdiri dari beberapa pernyataan yang tujuannya untuk mngetahui bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai elemen berpikir kritis yang meliputi sikap positif untuk berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakteristik berpikir kritis. Instrumen berikutnya yaitu tes terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menjawab soal yang diberikan secara uraian yang juga mencakup elemen sikap positif dalam berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakteristik berpikir kritis.

3. Pertimbangan Ahli

Dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas dan layak maka pertimbangan para ahli di bidang ini sudah barang tentu menjadi satu bagian penting


(48)

yang tidak bisa ditinggalkan dengan cara mengkonsultasikan pada Promotor dan Ko-Promotor secara bertahap. Konsultasi berulang diperlukan untuk memperoleh umpan balik.

H. Definisi Operasional

1. Sikap Positif Untuk Bepikir Kritis

Sikap positif untuk berpikir kritis merupakan salah satu elemen yang menjadi prasyarat agar dapat berpikir kritis dengan baik. Elemen ini terdiri dari kemampuan melakukan klarifikasi, kemampuan bersikap terbuka, kemampuan berpikir obyektif dan kemampuan berpikir fleksibel. (Langrehr: 2006)

I Pengukuran

Sikap positif untuk berpikir kritis

Kemampuan mengklarifikasi

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Melakukan koreksi untuk memperjelas dan menghilangkan kekaburan/ketidak jelasan sehingga tidak terjadi salah

pengertian/tangkap/ persepsi

a. Melakukan koreksi Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b. Melakukan penjelasan Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Menghilangkan kekaburan

Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d. Menghilangkan salah pengertian/

tangkap/persepsi

Baik jika memuat empat

unsur

4

e. Mencapai kepastian maksud, pendapat dsb

Sangat Baik jika memuat

unsur a,b,c,d,e

5

Kemampuan besikap terbuka

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Sikap menerima perubahan, pendapat lain, mencari alternatif dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan

a. Tidak dogmatis/kaku Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b.Percaya terhadap kemungkinan

Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Kemampuan menerima pendapat lain

Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d. Kemampuan mencari alternatif

Baik jika memuat empat

unsur

4


(49)

menyesuaikan dengan pendapat yang berbeda

unsur a,b,c,d,e

Kemampuan berpikir objektif

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Berpikir sesuai dengan obyeknya/

kenyataan

a. Kesesuaiannya dengan objek

Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b. Sesuai dengan kenyataan Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Mampu menunjukkan ciri-ciri

Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d.Mampu menunjukkan indikator

Baik jika memuat empat

unsur

4

e Terukur Sangat Baik jika memuat

unsur a,b,c,d,e

5

Kemampuan berpikir fleksibel

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Berpikir tidak kaku dan tidak hanya berdasar pada satu hal saja (pendapat, kebenaran, sudut pandang)

a. Menerima perbedaan Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b. Menggunakan sudut pandang yang luas

Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Menentukan prioritas Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d. Mampu menyesuaikan Baik jika memuat empat

unsur

4

e. Mengarah ke hal yang baik

Sangat baik jika memuat

unsur a,b,c,d,e

5

Tabel.3.2

Sikap positif untuk berpikir kritis, Civic knowledge, Civic skills

No Item Sikap Positif Dalam berpikir Krirtis Civic Knowledge Civic Skills Soal

1 Melakukan klarifikasi Sikap demokratis Dan Pentingnya Identitas Nasional Menghadapi pertentangan karena ketidakjelasan dan dituntut mampu

melakukan klarifikasi

Bagian I

Soal no:1

2 Bersikap terbuka Sikap demokratis Dan Polemik tentang Identitas nasional

Menghadapi perbedaan pendapat dan dituntut bersikap terbuka

Bagian I

Soal no:2

3 Berpikir obyektif Indikator Pemilu yang Demokratis

Dan Nasionalisme di era

Menghadapi pendapat yang kontroversial berdasarkan pendapat pribadi dan dituntut agar bersikap objektif

Bagian I


(50)

4 Berpikir fleksibel Kualitas lembaga demokrasi

Dan Pengaruh budaya asing di era globalisasi

Menghadapi pilihan yang sulit dan harus mengambil keputusan dan dituntut mampu berfikir fleksibel

Bagian I

Soal no:4

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu elemen dalam berpikir kritis yang unsurnya mencakup melakukan identifikasi, menggambarkan dan menjelaskan, melakukan evaluasi, tuntutan kemampuan berpendapat, kemampuan mempertahankan pendapat dan kemampuan mendengar. (CCE, 2004)

II Pengukuran

Untuk Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan mengidentifiksi

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Melakukan kegiatan untuk menemukan ciri-ciri pembeda, pengkategorian, pemisahan, penggolongan dan menentukan pilihan

a. Menentukan ciri-ciri pembeda

Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b. Membuat kategori Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Memisahkan dengan yang lain

Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d. Penggolongan Baik jika memuat empat

unsur

4

e . Menentukan pilihan Sangat baik jika memuat

unsur a,b,c,d,e

5

Kemampuan Menggambarkan dan Menjelaskan

Definisi Unsur Kemampuan Keterangan

Penggambaran merupakan kegiatan membuat ilsutrasi, skematisasi atau sejenisnya dalam rangka mencapai kejelasan.

Penjelasan adalah kegiatan untuk menyampaikan sesuatu hal (biasanya pendapat) dengan maksud dapat dipahami dan dimengerti

a.Membuat ilustrasi Sangat kurang jika hanya

memuat satu unsur

1

b. Melakukan pendeskripsian Kurang jika memuat dua

unsur

2

c. Mengandung kejelasan Cukup jika memuat tiga

unsur

3

d. Dapat dimengerti Baik jika memuat empat

unsur

4

e. Penyampaiannnya mudah dipahami

Sangat baik jika memuat

unsur a,b,c,d,e

5


(1)

Soule, S. (2000) Beyond Communism and War The Effect of Civic Education on The Democratic Attitudes and Behavior of Bosnian and Herzegovinian Youth October 2000. soue@civiced.org

Suabuana, C. (2010). “Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran Project Citizen” (Studi Analitik Tentang Pengembangan Nilai dalam rangka MKU Universitas Pendidikan Indonesia. Disertasi, Bandung, Program Studi Pendidikan Umum/ Nilai, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. (1988). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung, Sinar Baru.

Sukadi. (2006). “ Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan demokrasi Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Dasar dalam Rangka ’Nation and Character Building’ dan Implikasinya terhadap Pembelajaran” dalam ”Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaran : Menyambut 70 tahun Prof.Drs.H.A. Kosasih Djahiri dengan The Asia Foundation (TAF)

Sumantri, N. (1969). Pelajaran Kewargaan Negara di Sekolah, Bandung, IKIP Bandung ---, (1998). Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(PIPS)FPIPS-Pasca Sarjana IKIP sebagai ”Synthetic Discipline”, Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.

---, (2009) “Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina warga Negara Indonesia di masa depan” : Seminar nasional, Bandung di Aula UPI.

Sumantri, M. dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar, Bandung, C.V. Maulana –.

Suryadi, K. dkk. (2010). Potret Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Bangsa: Pengalaman Indonesia dan Malaysia, Bandung, UPI Press.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta.

Suparlan, Budimansyah, D., Meirawan, D. (2007). PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PT. Genesindo.

Sunarto dan Hartono, B. Agung. (2008). Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT. Rineka Cipta.

Sulasmono, B.S. (2006). Beberapa Segi Tentang Problem Solving, cetakan pertama, Salatiga, Widya Sari.


(2)

---, (2008). Pengaruh Penggunaan Scaffolding dan Kecakapan Berbahasa Indonesia terhadap Kualitas Argumen Mahasiswa dalam Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan Disertasi.

Suryadi, A dan Tilaar H.A.R. (1994). Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

---, (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar:Konsep, Kebijakan dan Implementasi. cetaan pertama, Bandung, Widya Aksara Press.

Suryana, A. (2004). Kiat Membangun Kreativitas dalam Satu Minggu, Jakarta, Progres.

Sukhan, S. (2008). ”Transformative TVET Teacher Education Through Critical Suwondo, K. (1998). ”Negara dan Civil Society” (Kajian Teoritis dan Empiris

Perkembangan Politik Indonesia), Kritis, Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga No: 3-4, Th. IX, Januari-Juni 1998

Taba, H. (1962). Curriculum Development, Theori and Practice, New York:Harcourt Brace &World, Inc.

Tagela, U. (2003). ”Analisis Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Di Perguruan Tinggi (Studi kasus di UKSW Salatiga)”, Satya Widya Jurnal Penelitian

Pengembangan Kependidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Vol. 16 No.2 Desember 2003.

Tampubolon, M. (2002). “Paradigma Baru Pendidikan Bermutu Berdasarkan

Sistem Broad Based Education dan High Based Education Menghadapi Tantangan Abad Ke 21 Di Indonesia”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta No.034. Tahun ke-8, Januari.

Tim Dosen. (2009). Manajemen Pendidikan, Bandung, PT. Alfabeta. Toffler, A. (1981). The Third Wave, Bantam Books, Inc., New York. Tocqueville, A. de (1961). Masalah Demokrasi, Jakarta, Bratara.

Trilling, B. dan Fadel, C. (2009). 21st Century Skills, Learning for Life in Our Times. San Francisco: Jossey-Bass.

Wahab, A. A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan Pada Jurusan FIPS IKIP, Bandung.


(3)

Multidimensional”, dalam Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, Laboratorium Pendidikan kewrganegaraan (PKn)FPIPS-UPI.

---, (2008). Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung, P.T. Alfabeta. ---, (2009). “Memantapkan Kembali Jati diri Bangsa Dalam Rangka Penguatan Dasar-Dasar Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia”. Makalah disampaikan pada Seminar Pendidikan Kewarganegaraan, UPI Bandung 12 Desember 2009.

Wahyuningsih, E. (2009). Upaya Meningkatkan Aktivitas Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Tipe NHT (Numbered Head Together)

http://viewer.eprints.ums.ac.id/archive/etd/4536

White, Ch. (1997). The Moral Dimensions of Civic Education in the Elementary School: Habit or Reason, Journal of Education 179:35-46

Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran , Yogyakarta, Media Abadi Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

---, (2009). “Profilling Civic Competencies for Future School Civic Education” ALesson Learnt, Presented in the International Seminar, “Civic Education In A Globalisation Era”, Desember 12, 2009, Gd IDB FPIPS UPI Bandung.

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks

Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Sekolah Pascasarjana. Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition, edisi

terjemahan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (CIVICS), Cetakan Kedua, Bandung, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Yamin, M. dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta, Gaung Persada Press.

Yeatman, A. (2007). “The Subject of Citizenship”, Citizhenship Studies, Vol. 11, No. 1. 105-115, February 2007


(4)

RIWAYAT HIDUP

Yosaphat Haris Nusarastriya lahir di Bantul (Jogjakarta) tanggal 3 Mei 1961 sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Begdjojo Brodjokrisnoro (alm) dan Rusilah. Menikah tahun 1990 dengan Cristiana Narecwari, SE dan dikaruniai dua anak: Rosa Amelia Nareswari dilahirkan tahun 1991 dan Baskara Dwi Harnantia yang dilahirkan pada tahun 1994 tinggal di Salatiga.

Pendidikan dimulai berturut-turut dari SD sampai S2 semuanya di Jogjakarta yaitu: Sekolah Dasar Negeri Patalan II Patalan Jetis Bantul, Sekolah Menengah Pertama BOPKRI Bantul, Sekolah Menengah Atas Budya Wacana I Yogyakarta, Sarjana Muda Filsafat (1983) Fakultas Filsafat UGM Jogjakarta, Sarjana Filsafat (1986) Fakultas Filsafat UGM, S-2 Magister Ketahanan Nasional (1996) Pasca Sarjana Program Studi Ketahanan Nasional UGM Jogjakarta dan semenjak September 2009 mendapat kesempatan untuk studi lanjut S-3 Prodi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Mengawali karier sebagai dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga semenjak tahun 1986 pada waktu itu sebagai dosen di Departemen Matakuliah Umum (DMU) dalam matakuliah Pancasila, Kewiraan (Pendidikan Kewarganegaraan


(5)

sekarang), IBD- ISD. Berkaitan dengan berbagai perubahan dan perkembangan di UKSW, semenjak 1998 sebagai staf pengajar FKIP prodi PPKn dengan matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Penulisan Karya Ilmiah, Filsafat Ilmu, Otonomi Daerah.

Kegiatan Penelitian yang pernah dilakukan antara lain penelitian mengenai Profil Alumni Progdi PPKn-FKIP- UKSW sebagai Ketua Tim Peneliti. Kemudian Anggota Tim Peneliti pada Program RUKK Kementrian Ristek Tahap ke- I & II dengan judul: Eksplanasi Peranan Faktor Lingkungan Kewirausahaan Dan Kapasitas Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Tani (Studi Empiris Pada Petani – Nelayan Di Nusa Tenggara Timur) Tahun 2005-2006 Kerjasama antara Deputi Bidang Perkembangan Riset IPTEK Kementrian negara Riset dan Teknologi RI dengan Universitas Kriten Satya Wacana). Selanjutnya sebagai Anggota Tim Penyususun Master Plan Pendidikan (Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008-2028). Kerjasama antara FKIP-UKSW dan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur 2007.

Menulis di beberapa jurnal ilmiah pendidikan antara lain:Jurnal Civicus, Prospektus, Kritis, Widya Sari. Menulis Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, IBD (Anggota tim) juga Logika dan Penulisan Karya Ilmiah, Filsafat Ilmu (sebagai penulis mandiri). Beberapa tulisan dimuat di Prosiding beberapa seminar baik seminar nasional maupun Internasional yang di selenggarakan PPS- PKn – UPI Bandung.

Pengabdian Masyarakat yang pernah dilakukan antara lain sebagai Tim Pemantau Independen Ujian Akhir Nasonal Se Salatiga (Kerjasama Diknas Salatiga dengan UKSW) 2005-2006. Pembicara/ Pemakalah Pada acara sosialisasi Pemantau Independen untuk Kepala Sekolah, Tim Pengawas UAN, Guru-Guru SMP-SMA/MA/ MTs/ SMK serta seluruh anggota Tim Pemantau Independen se Kota Salatiga. Pemakalah pada


(6)

Penataran Guru-Guru Bidang IPS Tingkat Sekolah Menengah Atas se Jawa Tengah di Salatiga. Pernah mengikuti seminar di luar negeri (Malaysia) dan beberapa seminar Internasional dan nasional yang diselenggarakan PPS-UPI Bandung baik sebagai peserta maupun sebagai panelis.