Analisis Bushu Shimesuhen 礻dan Koromohen 衤 Dalam Bahasa Jepang : Kajian Morfologi dan Semantik.

(1)

日本語

漢字

部首

類纂研究

形態論

意味論

スタン

1142008

教大学

文学部

日本文学科

バン


(2)

1. 序論

各国 文字 持 日本 ひ 漢字

あ 漢字 中国 借用文字 あ 二 以 合わせ 漢

字 新 い意味 持 複合語 言う 複合語 合わせ方 色々あ

為 方 言葉 合わせ方 違う 和語 和語 言葉 合わ

せ 訓 け 漢語 漢語 言葉 合わせ 音

こ 日本語 け く 外来語 日本語 和語 漢語

合わせ 言葉 あ 合わせ 漢字 出来 言葉 二 意味 持 こ

可能 明示的意味 暗示的意味 出来

さ 漢字 七 部首 あ 部首 編 旁 冠 脚

垂 繞 構 あ 編 部 首 少 似 い 形 部 首 あ

示編 編 あ 日本語 初級学習者 ほ こ 似

い 部首 良く迷う 二 部首 本当 関係 い

こ 研究 目的 :

1) 示編 編 漢字 成 立 明

2) 示編 あ い 編 含 漢字 含 い漢字

生成さ 複合語 い 後者 意味 変化 明


(3)

2. 本論

ここ 集 タ 分折 日本語 漢字 あ 示編

編 使い 部首 掛け 漢字 生成 明

1) 祖母

Kunyomi Onyomi

Leluhur - SO

(Nagasawa, 1990: 901)

Kunyomi Onyomi

Ibu Haha BO

(Nagasawa, 1990: 986)

„祖‟ 字 且 合わせ 漢字 あ 何代 重 昔 人

神棚 祭 先祖 字 あ 藤 堂 1999:724

„祖‟ 漢字 形成 作 音読 且 字 音読 出来

い „祖‟ 意味 先 人 „母‟ 意味 あさ 祖母

自分 両親 母さ いう意味 あ そ 言葉 意味

編 神 意味 明 的 い „祖‟ 漢字 神棚 祭 先祖

書 さ 祖 母 両方音読 読 そ 言


(4)

2) 褐色

Kunyomi Onyomi

Coklat Tua - KATSU

(Nagasawa, 1990: 950)

Kunyomi Onyomi

Warna Iro SHOKU

(Nagasawa, 1990: 303)

褐 字 曷 合わせ 漢字 あ 草や木

繊維 作っ 服 そ 服 色 感

茶 色 あ 藤 堂 1999:827 „褐‟ 漢 字 形 成

作 音読 曷 字 音読 出来 い „褐‟ 意

味 茶色 „色‟ 意味 い 褐色 茶色 意味

あ そ 言葉 意味 編 着 物 布 意味 明 的

い „褐‟ 漢字 草や木 作っ 服 元色

書 さ 褐 色 両方音読 読 そ 言葉

漢語 複合語 あ

示編 編 全く違い 意味 部首 成 立 見

全然 関係 い 祈藤 堂明保 示 編 “神 祭 え い 示 部 字 神 や祭 関係 あ ” 藤堂

1999:723 明 い 示編 漢字 例 え 神 意味


(5)

願うこ こ 二 漢字 示編 意味 神や祭壇 関係

あ こ 分 部 字 着 物 や 布 関 係 あ ” 藤 堂 1999:821 明 い 編 漢字 例 え 襟

意味 首 わ 取巻く 服 部分 称 あ 袴

編 漢字 意味 和服 一 腰 着 物 こ 二

漢字 編 意味 着物や布 関係 あ こ 分 ネ

字 示 漢字 略体 字 漢字 略

体 あ

3. 結論

1) 編 編 漢字 形成 作 そ 合わせ 字 音読 読

方 借 く そ 字 意味 さ 強

出来 う 使う

2) 編 編 漢字 独立 立 そ 部首 意味 持っ い

そ 部首 含 い漢字 合わせ 意味 強

出来


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...ii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...11

1.3 Tujuan Penelitian...11

1.4 Metode dan Teknik Penelitian...12

1.5 Organisasi Penulisan...13

BAB 2 KAJIAN TEORI...15

2.1 Morfologi...14

2.1.1 Kata Majemuk...18

2.2 Semantik...19

2.3 Kanji...21

2.4 Bushu...23


(7)

2.6 Bushu Koromohen...27

BAB 3 ANALISIS...29

3.1 Kanji Berbushu Shimesuhen...30

3.1.1 Kanji yang Bermakna Ketuhanan...30

3.1.2 Kanji yang Tidak Bermakna Ketuhanan...41

3.2 Kanji Berbushu Koromohen...50

3.2.1 Kanji yang Bermakna Pakaian...50

3.2.2 Kanji yang Tidak Bermakna Pakaian...58

BAB 4 SIMPULAN...69

DAFTAR PUSTAKA...71

LAMPIRAN...viii

SINOPSIS...xxii


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua bahasa di dunia memiliki huruf atau abjadnya masing-masing yang tidak sama. Begitu juga bahasa Indonesia, huruf yang digunakan adalah huruf alfabet yang sama dengan bahasa Inggris. Bahasa Tiongkok memiliki huruf sendiri, yang disebut han zi (漢字(tradisional)→汉字(aksara kini)). Berbeda dengan

Tiongkok, Jepang belum memiliki huruf sendiri. Oleh karena itu, untuk keperluan

tulis menulis, Jepang meminjam huruf han zi dari Tiongkok, yang akhirnya disebut kanji (漢 字) oleh Jepang, seperti yang diungkapkan oleh Matsumoto sebagai berikut.

人 数 実 多 数 言語 生 出 し 固有 文字 作 言語 限

多く 借 用 文 字 獲得し 日 本語 そ うし 言 語

一 中国語 漢字 借 初 書記 可能

Jinsuu wa jitsu ni tasuu no gengo wo umidashita ga koyuu no moji wo tsukutta gengo wa kagirarete ori, ooku wa shakuyou ni yotte moji wo kakutokushita. Nihongo mo sou shita gengo no hitotsu de chuugoku kara kanji wo karite hajimete shoki ga kanou ni natta.

Jumlah populasi manusia melahirkan banyak sekali bahasa, tetapi jumlah bahasa yang membuat hurufnya itu sendiri terbatas sehingga banyak kelompok yang meminjam dan menggunakan huruf dari luar. Begitu juga dengan Jepang, Jepang memulai untuk meminjam huruf kanji dari Tiongkok dan mulai menggunakannya dalam surat-menyurat.


(9)

Mengenai kapan pastinya huruf kanji datang ke Jepang, hingga saat ini masih dipertanyakan. Ada teori yang mengatakan bahwa huruf kanji datang dari Tiongkok ketika Jepang mulai berkomunikasi dengan Korea pada abad ke lima. Sementara itu kojiki (karya sastra Jepang pertama) menjelaskan bahwa huruf kanji didapat dan dibawa dari semenanjung Korea pada masa kekaisaran Oujin-tennou.

Masuk abad keenam, masyarakat Jepang kelas bangsawan mulai mempelajari kanji, serta penggunaannya menjadi luas dan dikenali oleh masyarakat Jepang bukan kelas bangsawan. Sejak saat itu, huruf kanji digunakan oleh masyarakat Jepang layaknya manyougana (huruf dan kosakata dari Tiongkok yang diadopsi oleh Jepang) untuk menulis kosakata dan bahasa Jepang. (Ichida, 1995: 96)

Bukan hanya kanji, pada bahasa Jepang juga terdapat huruf hiragana dan katakana. Berbeda dengan hiragana dan katakana yang hanya merupakan fonetik atau bunyi ucapan saja, huruf kanji merupakan ideografik atau huruf dalam bentuk simbol atau lambang yang mengandung makna. Berikut adalah penjelasan dari Mitamura mengenai perbedaan antara huruf kanji dengan huruf hiragana dan katakana.

Kanji is ideographic, not phonetic, wich means that each character represents a concept or an idea rather than a sound. In contrast, the Hiragana and Katakana syllabaries, created by the Japanese, have no fixed meaning, and are instead phonetic symbols that represent pronounciation. Both Hiragana and Katakana developed from Kanji; Hiragana is a cursive from of the entire character, while Katakana is derived from one portion of the original character. Today, all form of modern written Japanese use these three writing systems in combination. Kanji merupakan huruf ideografik, bukan fonetik, yang berarti setiap karakternya mewakilkan konsep-konsep dan ide daripada bunyinya. Sebaliknya, huruf hiragana dan katakana dibuat oleh orang Jepang, tidak


(10)

memiliki makna tetap, dan bukan merupakan simbol fonetis yang mewakili pengucapan. Hiragana dan Katakana keduanya dikembangkan dari Kanji; Hiragana adalah kursif dari seluruh karakter, sementara Katakana berasal dari salah satu bagian dari karakter asli. Kini, semua bentuk tulis menulis dalam bahasa Jepang modern kini mengombinasikan ketiga huruf tersebut.

(Mitamura, 1997: xi) Dalam bahasa Jepang terdapat kata yang terdiri dari dua atau lebih huruf kanji. Gabungan dari kanji yang membentuk sebuah kosakata bahasa Jepang tersebut disebut 熟語 jukugo. Jukugo terdiri dari empat cara baca, yakni 音読

onyomi yang merupakan cara baca sino (漢語 kango), misalnya 学校 gakkou yang

berarti sekolah, 訓読 kunyomi yang merupakan cara baca Jepang (和語 wago) misalnya 父親 chichioya yang berarti ayah, 重箱読 juubako yakni kanji yang kata pertamanya dibaca secara onyomi sedangkan berikutnya dibaca secara

kunyomi misalnya 毎 朝 maiasa yang berarti setiap pagi, 湯 桶 読 yutouyomi

yakni kanji yang kata bagian awalnya dibaca secara kunyomi sedangkan bagian akhirnya dibaca secara onyomi misalnya 親分oyabun yang berarti bos atau tuan. (Yasu, 1991: 1030)

Setiap huruf kanji memiliki makna dan arti. Jika sebuah kanji digabung dengan kanji lain, maka tentu akan melahirkan sebuah makna baru. Dalam hal gabungan huruf kanji, ada dua jenis makna yang berpotensi muncul yakni makna leksikal dan makna gramatikal. Djajasudarma menjelaskan bahwa makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa yang terlepas dari konteks. Ia juga mengungkapkan bahwa makna leksikal dikenal juga dengan sebutan makna kamus. Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat dari berfungsinya suatu kata dalam kalimat. (Djajasudarma, 2013:16)


(11)

Meskipun Jepang telah memiliki huruf hiragana dan katakana, huruf kanji tetap digunakan oleh masyarakat. Pada awalnya huruf kanji yang masuk dan digunakan di Jepang berjumlah sekitar 50.000 huruf kanji. Akan tetapi, setelah melalui berbagai pertimbangan, pada zaman showa tahun ke 56 pemerintah Jepang merintis huruf kanji yang disebut dengan 常 用 漢 字 jouyoukanji, yakni huruf kanji yang digunakan Jepang sehari-hari dan terdiri dari 1945 huruf kanji. (Ichida, 1995: 95)

Setiap kanji memiliki komponen utama pembentuk kanji, yang dikenal dengan sebutan 部首bushu. Nomura mengatakan bahwa bushu terdiri dari tujuh kelompok berdasarkan letak dan posisinya, yakni hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyou dan kamae.

hen tsukuri kanmuri ashi tare nyou kamae

Hen adalah nama bagi bushu yang berposisi di bagian kiri dari sebuah huruf kanji, contohnya 仕 代 休 memiliki komponen utama人 yang bernama ninben. Tsukuri adalah bushu yang berposisi di sebelah kanan dari sebuah huruf

kanji, contohnya 歌 欲yang memiliki komponen utama yang bernama

akubi. Kanmuri adalah sebutan bagi bushu yang berposisi di bagian atas sebuah huruf kanji, contohnya 宝 yang memiliki komponen utama 宀 yang bernama ukanmuri. Ashi adalah sebutan bagi bushu yang terletak di bawah huruf


(12)

kanji, misalnya 思 悲 急 dan sebagainya yang memiliki komponen utama 心 yang bernama kokoro. Tare adalah sebutan bagi bushu yang terletak di bagian atas dan kiri huruf kanji, misalnya 広 店 度 yang memiliki komponen utama 广 yang dinamakan madare. Nyou adalah sebutan bagi bushu yang berposisi di kiri dan bawah huruf kanji, sebagai contoh 建 yang memiliki komponen utama廴 yang bernama ennyou. Kamae adalah jenis bushu yang terletak di bagian kiri, atas, dan kanan dari huruf kanji, atau bahkan semua sisi huruf kanji (melingkupi bagian kiri, kanan, atas dan bawah huruf kanji), misalnya 固 困 囲 dan lain sebagainya yang memiliki komponen utama 囗 dan diberi nama kunigamae. (Nomura, 1992: 189)

Bushu memang menarik dan ketika bushu berbeda, maka makna dari huruf kanji pun dapat berbeda. Dalam kelas bushu-hen terdapat dua bushu yang sangat menarik, yakni bushu-koromohendan bushu-shimesuhen 礻. Melihat kedua bushu ini tentu saja pembelajar bahasa Jepang tingkat pemula akan mengatakan bahwa kedua bushu tersebut merupakan bushu yang sama, tetapi jika diperhatikan secara seksama ada satu garis yang membuat bentuk kedua bushu tersebut terlihat sangat mirip.

Meskipun hanya dengan keberadaan sebuah garis kecil, ternyata kedua bushu koromohen dan shimesuhen memiliki makna tersendiri yang sangat membedakan arti. Bushu shimesuhen lebih memiliki makna yang berhubungan dengan “keTuhanan, suci dan ritualis” seperti yang dikemukakan oleh Todo (1999: 723)


(13)

祭 え い 示す 部 字 や 祭 関

係 あ

Kami wo matsuru saidan wo egaitamono. [Shimesu no bu] no ji ha, kami ya matusri ni kankei ga aru.

(Shimesuhen) merupakan bushu yang menggambarkan altar untuk menyembah dewa. Bushu bagian „shimesu‟ ini memiliki hubungan dengan dewa dan penyembahan.

Contoh kanji dari bushu shimesuhen:

1.

Onyomi : SHUKU (shimesuhen) arti: dewa, penyembahan

Kunyomi : iwai

Arti : berdoa, merayakan 兄 (ani) arti : Kakak laki-laki

Dalam kanji tersebut digunakan kanjiani yang berarti kakak laki-laki. Akan tetapi kanji digunakan untuk melambangkan seorang pendeta Shinto yang tentu saja seorang laki-laki, sedang memimpin sebuah doa di altar. Oleh sebab itu, kanji memiliki makna berdoa atau merayakan suatu perayaan (Todo, 1999: 725). Contoh kosakata yang menggunakan huruf kanji tersebut misalnya shukuten yakni upacara perayaan.

Huruf kanj dibaca TEN (onyomi) dan tidak memiliki cara baca kunyomi. Huruf kanji terdiri dari dua bagian kanji. Bagian pertama yakni bagian atas, menggambarkan kondisi buku yang berjajar dalam sebuah rak yang terbuat dari kayu. Sedangkan bagian berikutnya, yakni bagian bawah merupakan bushu (bushu yang bermakna delapan landasan dharma buddha) menggambarkan sebuah


(14)

landasan untuk berdirinya rak buku yang terbuat dari bambu pada bagian atas

kanji. Kanji 典memiliki makna buku dan landasan. (Izumi, 1993: 401)

Contoh kalimat yang menggunakan kanji shukuten, misalnya:

1. 私 そ 典 出席

Watashi wa sono shukuten ni shusseki dekinakatta. Saya tidak bisa hadir pada perayaan tersebut.

JED

2. 社

Onyomi : SHA (shimesuhen) arti: dewa, penyembahan

Kunyomi: yashiro

Arti: kuil, kantor 土(tsuchi) arti: tanah

Jadi, makna dari kanji tersebut adalah tanah milik Tuhan, dimana orang-orang berkumpul di tempat tersebut. Contoh kosakata yang menggunakan kanji tersebut adalah 社 交 shakou yakni pergaulan. Huruf kanji dibaca KOU (onyomi) dan majiwa-ru (kunyomi). Huruf kanji terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yakni bushu ( bushu yang menggambarkan tutup panci), sedangkan bagian bawah kanji menggambarkan seorang manusia yang mencampurkan posisi kaki kiri dan kanannya, sehingga berbentuk silang. Bushu di atas lenyap makna, dan hanya menggambarkan kepala manusia, guna menggambarkan manusia utuh yang sedang menyilangkan kakinya. Kanji 交 memiliki arti mencampurkan, menghubungkan. (Izumi, 1993: 134)


(15)

Contoh kalimat yang menggunakan kanji社交 shakou misalnya:

2. 彼 社交好 だ

Kare wa shakou suki da. Dia sangat gemar bersosial.

JED

Berbeda dengan shimesuhen, bushu koromohen memiliki makna yang berhubungan dengan “kain, baju” dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pakaian, seperti yang telah dijelaskan oleh Todo (1999: 821) :

着 物 え え い 衣 部 字 着物 や布 関係 あ

Kimono no eri wo egaita mono. [koromo no bu] no ji ha, kimono ya nuno ni kankei ga aru.

(Koromohen) merupakan bushu yang menggambarkan kerah baju. Bushu bagian ‘koromohen’ ini memiliki arti yang berhubungan dengan kimono dan kain.

Contoh kanji dari bushu koromohen:

3. 初

Onyomi : SHO (koromohen) arti: kimono, pakaian, kain

Kunyomi: hajime

Arti: awal, pertama 刀(katana) arti : pedang

Makna yang terkandung dari kanji 初 hajime adalah awal, atau pertama, dengan dasar pemikiran bahwa untuk membuat pakaian, maka kain harus dipotong terlebih dahulu (Todo, 1999: 828). Contoh kosakata yang menggunakan


(16)

huruf kanji tersebut adalah kanji 初期 shoki yang memiliki arti masa permulaan.

Huruf kanji terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yakni bagian kiri atas, yang menggambarkan sebuah keranjang berbentuk segiempat, bagian kedua yakni bagian kiri bawah (八) yang menggambarkan landasan untuk keranjang tersebut dapat berdiri, dan bagian terakhir adalah bushu yang berada di kanan, 月 (bulan) yang memberi makna pembatasan waktu pada sebuah benda, dari bulan purnama ke bulan purnama berikutnya. Kanji 期 memiliki arti waktu periode. (Izumi, 1993: 234)

Contoh kalimat dari kosakata初期shoki, misalnnya:

3. 病気 初期 段階 す

Byouki wa mada shoki no dankai desu.

Penyakit tersebut masih berada pada tahapan awal. JED

4. 裸

Onyomi : RA (koromohen) arti: kimono, pakaian, kain

Kunyomi: hadaka

Arti: telanjang 果(KA) arti: buah

Jadi, makna dari kanji tersebut adalah telanjang. Orang Jepang pada zaman dahulu melepas pakaian kimono, untuk membungkus buah. (Todo, 1999: 825). Contoh kosakata yang menggunakan kanji tersebut adalah 裸眼ragan yakni mata telanjang, atau mata tanpa disertai benda apapun.


(17)

Huruf kanji terdiri dari dua bagian, yakni bagian atas yang menggambarkan buah, serta bagian bawah yang menggambarkan pohon dari buah tersebut. Bushu dari kanji tersebut adalah , dan Kanji果memiliki arti buah dari pohon, sebab dari suatu perkara, dan juga akhir waktu. (Izumi, 1993: 337)

Contoh kalimat yang menggunakan kata裸眼 ragan, misalnya:

4. 近 く 裸 眼 楽 に 見 え い 近 く を 見 時 メ ガ ネ を

Chikaku ga ragan de raku ni mieteireba, chikaku wo miru toki wa megane wo hazusu.

Ketika dapat melihat (benda) dari jarak dekat dengan nyaman, maka saya melepas kacamata.

JED

Jika dilihat secara seksama, huruf kanji gabungan yang telah dipaparkan sebelumnya memiliki arti yang berbeda dengan masing-masing kanji sebelum bergabung. Kanji 眼merupakan kanji yang menggambarkan mata yang ditikam dengan

alat runcing semacam garpu. Kanji tersebut memiliki makna bola mata, yakni benda yang

ditunjuk oleh garpu tersebut. Kanji 裸 眼 ragan memiliki bushu koromohen yang

bermakna pakaian, akan tetapi memiliki arti yang berlainan dengan makna bushunya.

Kemiripan antara kedua bushu beserta masing-masing makna yang terkandung pada kosakata dengan bushu tersebut membuat penulis menjadi tertarik untuk meneliti mengenai penggunaan kedua bushu tersebut.


(18)

Sepengetahuan penulis, laporan penelitian dan tulisan ilmiah tentang bushu kanji di Universitas Kristen Maranatha adalah skripsi yang berjudul Analisis Jukugo Kanji yang Menggunakan Bushu Ito karya Joan Lois 0642006.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pembentukan huruf kanji berbushu shimesuhen 礻 dan

koromohen衤dalam bahasa Jepang?

2. Apakah huruf kanji yang memiliki bushu shimesuhenatau koromohen 衤 berpengaruh terhadap makna pada huruf kanji yang tidak memiliki

bushu shimesuhendan koromohen?

3. Apakah bushu shimesuhendan koromohen 衤 memiliki relasi atau

hubungan satu sama lain?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, berikut ini akan dikemukakan tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini:


(19)

1. Mendeskripsikan pembentukan bushu shimesuhendan koromohenmenjadi sebuah bushu dalam huruf kanji.

2. Mendeskripsisikan pengaruh pada perubahan makna dari huruf kanji yang memiliki bushu shimesuhenatau koromohen衤terhada huruf kanji yang tidak memiliki bushu shimesuhendan koromohen衤.

3. Merumuskan ada atau tidaknya relasi antara kanji dengan bushu

shimesuhendan koromohen衤.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

1.4.1. Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek, situasi, atau suatu peristiwa pada masa kini, dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antarfenomena yang diselidiki. (Nazir, 2003: 54)

Penelitian ini bersifat kualitatif atau tidak berdasarkan data yang berapa angka-angka. Wibowo menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif pada penelitian di bidang humaniora (bahasa, sastra, budaya, seni, sejarah dan filsafat), ialah metode penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan ungkapan bahasa atau wacana, melalui interpretasi yang tepat dan sistematis. (Wibowo, 2011: 41) Melalui metode ini, penulis akan mengungkapkan apa yang menjadi dasar pemikiran terbentuknya


(20)

bushu shimesuhen dan koromohen berdasarkan fakta-fakta yang ada pada masanya. Melalui penelitian ini juga penulis akan membuat deskripsi yang akurat mengenai makna yang terkandung dari kanji yang memiliki bushu shimesuhen dan koromohen.

1.4.2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka: 1. Mencari referensi bahan yang berhubungan dengan tema penelitian.

2. Mencari teori-teori yang berhubungan dengan tema penelitian.

3. Mencari data-data yang mendukung dan berhubungan dengan tema penelitian.

4. Mengelompokkan dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. 5. Mencatat hasil penelitian dan menyimpulkannya.

1.5 Organisasi Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini terdiri atas empat bab yang masing-masing babnya membahas pokok bahasan yang berbeda. Bab I pada bab ini berisi tentang alasan melakukan penelitian dan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik kajian, serta organisasi penulisan. Bab II mengenai kajian teori, pada bab ini akan diuraikan teori dasar yang mendukung penelitian ini, yaitu pengertian kanji, pengertian bushu. Bab III


(21)

akan diisi dengan analisis bushu kanji yang menggunakan bushu (shimesuhen) dan 衤(koromohen). Bab IV kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kemudian berikutnya adalah sinopsis, daftar pustaka, serta biografi penulis.

Demikianlah organisasi penulisan ini dibuat untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah penelitian, sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Melalui organisasi penulisan ini, pembaca dapat memahami isi dari penelitian ini.


(22)

BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dalam menganalisis data kanji berbushu shimesuhen dan koromohen, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kanji berbushu shimesuhen dan koromohen terbentuk berdasarkan

kombinasi bentuk huruf kanji dengan cara bacanya. Huruf kanji yang diambil cara baca onyominya saja pada gabungan kanji tersebut dipilih dari kanji yang bersuara sama, tetapi dapat menggambarkan atau memberi makna sehingga ada hubungannya dengan arti kanji tersebut.

2. Bushu shimesuhen memberi makna ketuhanan, dan bushu koromohen

memberi makna pakaian pada setiap kanji yang berdiri sendiri. Tetapi ketika kanji tersebut bergabung dengan kanji lain, maka kanji berbushu shimesuhen dan koromohen hanya berfungsi menggambarkan atau memberikan perumpamaan untuk memperkuat arti.

Makna kanji dengan bushu shimesuhen sebagian besar bermakna kebahagiaan, umur panjang dan lain sebagainya, serta dapat digunakan untuk nama seseorang, sehingga dengan kata lain bushu shimesuhen masih berperan memberikan makna ketuhanan untuk nama orang. Berbeda dengan kanji berbushu shimesuhen, beberapa kanji dengan bushu


(23)

koromohen terdiri dari kanji-kanji untuk menamai pakaian atau pun bagian dari pakaian tradisional Jepang yang umum dikenakan pada jaman dahulu.

3. Bushu shimesuhen dan bushu koromohen tidak memiliki hubungan sama

sekali, baik dari makna maupun proses pembentukkannya. Bentuk bushu

shimesuhen didapat dari penyederhanaan kanji 示 yang menggambarkan

sebuah altar, sedangkan bentuk bushu koromohen didapat dari penyederhanaan kanji 衣 yang berarti pakaian, dan menggambarkan


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Makna dan Fungsi Edisi Kedua. Jakarta: Grasindo

Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik I. Bandung: Refika Aditama. Ichida, Toshiki. 1995. Nihongo Kyoujuhou, Tokyo: Taishuukanshotern.

Izumi, Shinichi. 1993. Kumon no Gakushu Kanji Jiten. Tokyo: Kumon Publishing. Juhara, Erwan dkk. 2005. Cendikia Berbahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta Selatan :

PT. Setia Purna Inves.

Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, Gorys. 1969. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah. Korompai, Attila. 2013. JED – Japanese English Dictionary. Diakses pada

19Nov2014 08:23p.m http://umibouzu.com/JED

Matsumoto, Shigaku. 1993. Nihongo Yosetsu. Japan: Leo Product. Machida, Ken. 2004. Gengogaku Nyumon. Tokyo: Kenkyusha.

Mitamura, Yasuko. 1997. Kanji Wo Benkyou Shimashou. Tokyo: Kondansha International.

Nagasawa, Kikuya. 1990. Shinmeika Kanwa Jiten. Tokyo: Japan Sanseido. Nomura, Masaaki. 1992. Nihongo Jiten. Tokyo: Tokyo Shuppan.

Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono

Shirakawa, Shizuka. “Jigen.net”. 15Nov2014 11.20 p.m.http://jigen.net/

Taniguchi, Goro. 1964. Indonesia-go Jiten. Jakarta: Japan Indonesia Association. Todo, Yasuaki. 1999. Kanji Jiten Shougakukan. Tokyo: Shougakukan.

Tsujimura, Natsuko. 1999. An Introduction to Japanese Linguistic. Malden: Blackwell Publishers.


(25)

Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Gramedia. http://english-writing-theaters.com/4_app_wor.html (Diakses pada 13Okt2014).


(26)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PENULIS

Nama Lengkap : Aldo Kristanto Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Jl. Gg. H. Bakri no.15, Tasikmalaya, Indonesia Tempat Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 10 Oktober 1993

Email : kristantoaldo@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2005 – 2008 // SMP BPK Penabur Tasikmalaya 2008 – 2011 // SMA BPK Penabur Tasikmalaya

2011- sekarang // Jurusan Sastra Jepang, Universitas Kristen Maranatha

September-Desember 2013 Belajar di Hokusei Gakuen University, Sapporo, Jepang selama 14 minggu.


(1)

akan diisi dengan analisis bushu kanji yang menggunakan bushu (shimesuhen) dan 衤(koromohen). Bab IV kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kemudian berikutnya adalah sinopsis, daftar pustaka, serta biografi penulis.

Demikianlah organisasi penulisan ini dibuat untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah penelitian, sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Melalui organisasi penulisan ini, pembaca dapat memahami isi dari penelitian ini.


(2)

69 BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dalam menganalisis data kanji berbushu shimesuhen dan koromohen, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kanji berbushu shimesuhen dan koromohen terbentuk berdasarkan kombinasi bentuk huruf kanji dengan cara bacanya. Huruf kanji yang diambil cara baca onyominya saja pada gabungan kanji tersebut dipilih dari kanji yang bersuara sama, tetapi dapat menggambarkan atau memberi makna sehingga ada hubungannya dengan arti kanji tersebut.

2. Bushu shimesuhen memberi makna ketuhanan, dan bushu koromohen memberi makna pakaian pada setiap kanji yang berdiri sendiri. Tetapi ketika kanji tersebut bergabung dengan kanji lain, maka kanji berbushu shimesuhen dan koromohen hanya berfungsi menggambarkan atau memberikan perumpamaan untuk memperkuat arti.

Makna kanji dengan bushu shimesuhen sebagian besar bermakna kebahagiaan, umur panjang dan lain sebagainya, serta dapat digunakan untuk nama seseorang, sehingga dengan kata lain bushu shimesuhen masih berperan memberikan makna ketuhanan untuk nama orang. Berbeda dengan kanji berbushu shimesuhen, beberapa kanji dengan bushu


(3)

koromohen terdiri dari kanji-kanji untuk menamai pakaian atau pun bagian dari pakaian tradisional Jepang yang umum dikenakan pada jaman dahulu. 3. Bushu shimesuhen dan bushu koromohen tidak memiliki hubungan sama

sekali, baik dari makna maupun proses pembentukkannya. Bentuk bushu shimesuhen didapat dari penyederhanaan kanji 示 yang menggambarkan sebuah altar, sedangkan bentuk bushu koromohen didapat dari penyederhanaan kanji 衣 yang berarti pakaian, dan menggambarkan bentuk kerah pakaian tradisional Jepang jaman dahulu.


(4)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Makna dan Fungsi Edisi Kedua. Jakarta: Grasindo

Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik I. Bandung: Refika Aditama. Ichida, Toshiki. 1995. Nihongo Kyoujuhou, Tokyo: Taishuukanshotern.

Izumi, Shinichi. 1993. Kumon no Gakushu Kanji Jiten. Tokyo: Kumon Publishing. Juhara, Erwan dkk. 2005. Cendikia Berbahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta Selatan :

PT. Setia Purna Inves.

Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, Gorys. 1969. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah. Korompai, Attila. 2013. JED – Japanese English Dictionary. Diakses pada

19Nov2014 08:23p.m http://umibouzu.com/JED

Matsumoto, Shigaku. 1993. Nihongo Yosetsu. Japan: Leo Product. Machida, Ken. 2004. Gengogaku Nyumon. Tokyo: Kenkyusha.

Mitamura, Yasuko. 1997. Kanji Wo Benkyou Shimashou. Tokyo: Kondansha International.

Nagasawa, Kikuya. 1990. Shinmeika Kanwa Jiten. Tokyo: Japan Sanseido. Nomura, Masaaki. 1992. Nihongo Jiten. Tokyo: Tokyo Shuppan.

Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono

Shirakawa, Shizuka. “Jigen.net”. 15Nov2014 11.20 p.m.http://jigen.net/

Taniguchi, Goro. 1964. Indonesia-go Jiten. Jakarta: Japan Indonesia Association. Todo, Yasuaki. 1999. Kanji Jiten Shougakukan. Tokyo: Shougakukan.

Tsujimura, Natsuko. 1999. An Introduction to Japanese Linguistic. Malden: Blackwell Publishers.


(5)

Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Gramedia. http://english-writing-theaters.com/4_app_wor.html (Diakses pada 13Okt2014).


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PENULIS

Nama Lengkap : Aldo Kristanto Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Jl. Gg. H. Bakri no.15, Tasikmalaya, Indonesia Tempat Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 10 Oktober 1993

Email : kristantoaldo@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2005 – 2008 // SMP BPK Penabur Tasikmalaya 2008 – 2011 // SMA BPK Penabur Tasikmalaya

2011- sekarang // Jurusan Sastra Jepang, Universitas Kristen Maranatha

September-Desember 2013 Belajar di Hokusei Gakuen University, Sapporo, Jepang selama 14 minggu.