Studi Deskriptif Mengenai Bentuk Agresi pada Siswa SMK "X" Cikampek.

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran bentuk agresi pada siswa SMK ‘X’ Cikampek. Penelitian ini dilakukan kepada siswa SMK ‘X’ Cikampek yang berusia 15-19 tahun. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif. Alat ukur yang digunakan merupakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Buss (1978) dan terdiri dari 60 item.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapat bahwa 49 dari 60 pernyataan pada variabel dinyatakan valid yang memiliki nilai koefisiensi pada rentang 0,300-0,799. Koefisien reliabilitas untuk variabel X diperoleh 0, 717 > titik kritis (0,700) sehingga alat ukur variabel agresi dinyatakan reliabel.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar siswa SMK ‘X’ Cikampek memiliki bentuk agresi verbal-pasif-tidak langsung sebanyak 33 siswa (63,5%).

Peneliti mengajukan saran praktis kepada pihak sekolah SMK ‘X’ Cikampek diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan kegiatan ekstrakulikuler yang dapat mengolah agresi yang dimiliki siswa-siswa SMK ‘X’ Cikampek. Bagi bimbingan konseling SMK ‘X’ mengenai bentuk agresi padasiswa SMK ‘X’ Cikampek.


(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research was carried out to know the description of the form of aggression in students of SMK ' X ' Cikampek. This research is focused on Students of SMK "X" Cikampek by the age of 15-19 years old. The design used in this study is a descriptive design. Measuring instrument used was a questionnaire compiled by the researcher based on the theory of Buss (1978) and consists of 60 items.

Data processing based on statistics, obtained that 49 of 60 statements on a variable is declared valid is has a value of coefficients in the range of 0,300-0,799 The reliability coefficient for the variable aggression obtained 0, 717 > critical point (0,700) therefore the variable X is declared to gauge reliability.

The results of this research show that students of SMK ' X ' Cikampek have verbal aggression-passive-indirect as much 33 student (63,5%).

Researcher giving practical suggestion to school side of SMK 'X' Cikampek anticipated to become a consideration material in providing extracurricular activities that can cultivate aggresion which belonged to students of SMK ' X ' Cikampek. Guidance counseling for SMK "X" about the aggression in students of SMK ' X ' as a reference material for counseling for the students of SMK ' X ' Cikampek.


(3)

v

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ... ...v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7


(4)

v

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Agresi ... 16

2.1.1 Definisi Perilaku Agresi ... 16

2.1.2 Kekerasan Dan Sifat Manusia...16

2.1.3 Agresi Manusia ... 17

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi ... 21

2.1.5 Penanganan Agresi ... 22

2.2 Remaja...23

2.2.1 Definisi Perkembangan Remaja...23

2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja...24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Dan Prosedur Penelitian...28

3.2. Bagan Rancangan Penelitian...28

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Konsetual Dan Definisi Operasional...28

3.3.1 Variabel Penelitian...28

3.3.2 Definisi Konseptual...29

3.3.3 Definisi Operasional...29

3.4 Alat Ukur...30

3.4.1 Alat Ukur Perilaku Agresi...30

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner Dan Sistem Pemberian Skor...32

3.4.3 Data Pribadi Dan Penunjang...32

3.4.4 Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur...33

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur...33

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur...34

3.5 Populasi Sasaran Dan Teknik Pengambilan Sampel...34


(5)

v

Universitas Kristen Maranatha

3.5.2 Karakteristik Populasi...34

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel...34

3.6 Teknik Analisa Data...34

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...36

4.2 Gambaran Responden...38

4.2.1 Hasil Pengolahan Data...38

4.2.2 Tabulasi Silang Perilaku Agresi Dan Faktor Penunjang...48

4.3 Pembahasan...48

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan...55

5.2 Saran...56

5.2.1 Saran Teoritis...56

5.2.2 Saran Praktis...56

Daftar Pustaka...57

Daftar Rujukan...58 Lampiran


(6)

v

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-Macam Agresi Manusia...20

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Agresi...31

Tabel 3.2 Kriteria Skor Bentuk Agresi ... 32

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...36

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...37

Tabel 4.3 Penggolongan Bentuk Agresi...38

Tabel 4.4 Frekuensi Bentuk Agresi Tunggal...38

Tabel 4.5 Frekuensi Bentuk Agresi Lebih Dari Satu...39

Tabel 4.6 Frekuensi Bentuk Agresi Tunggal Fisik-Verbal...40

Tabel 4.7 Frekuensi Bentuk Agresi Tunggal Aktif-Pasif...41

Tabel 4.8 Frekuensi Bentuk Agresi Tunggal Langsung-Tidak Langsung...42

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara bentuk Agresi dan Faktor ekonomi keluarga, Usia, dan Jenis Kelamin...43

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Agresi dan Faktor Tayangan Yang memiliki unsur kekerasan ...44

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Agresi Dengan Faktor dasar kebenaran untuk kekerasan...45

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara Agresi Dengan Faktor Reward atau punishment Untuk Mereka Yang Terlibat Dalam Kekerasan...46


(7)

v

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran...14 Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian...28


(8)

v

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 2 Kisi-kisi Alat Ukur LAMPIRAN 3 Perhitungan Statistik


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tindakan kekerasan remaja di Indonesia sekarang seperti yang banyak dikemukakan oleh berbagai media massa televisi dan surat kabar sangat memprihatinkan dan meresahkan masyarakat. Kekerasan yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja tetapi semua umur yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk dalam lingkungan pendidikan formal. Seseorang yang terpelajarpun bisa secara leluasa melakukan hal-hal yang bersikap anarkis, dan premanisme, salah satunya adalah perkelahian antar pelajar atau disebut tawuran. Aksi-aksi kekerasan atau tawuran dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan di kompleks-kompleks perumahan.

Dalam kamusbahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang, sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh pelajar. Tentu saja perilaku ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat langsung. Tawuran di kalangan pelajar cukup penting untuk mendapatkan perhatian lebih. Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar atau masal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha cenderung dianggap menjadi hal yang biasa. Tawuran pelajar terjadi antara lain karena rasa setia kawan, balas dendam, salah paham, merasa terusik, ataupun sebab-sebab sepele lainnya. Pemicu aksi tawuran biasanya berawal dari ketersinggungan salah satu pihak yang kemudian berbuntut tindak kekerasan. Sebagai akibatnya, muncul aksi solidaritas sesama teman untuk melakukan aksi balasan yang muncul lebih keras daripada aksi pertama. Begitu aksi kekerasan susulan tidak diselesaikan, dapat muncul kekerasan susulan berikutnya. Di lingkungan pelajar, kasus tawuran bahkan sampai merenggut korban jiwa. (h ttp:/ / pem odelack.blogspot.com / 20 13/ 0 2/ con toh -penu lisan -m akalah

-kasus-tawu ran .h tm l)

Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Menurut Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak, mengatakan terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering terjadi dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. ( http://hanaviyah37.wordpress.com/2013/03/28/fenomena-tawuran-akibat-kurangnya-figur-keteladanan/).

Peneliti mendapatkan data yang diperoleh dari media massa elektronik Liputan6 pada 3 Desember 2013, diungkapkan bahwa di kota Jakarta tawuran pelajar sekolah menjadi potret buram dalam dunia pendidikan Indonesia. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha pelajar. Pada Januari-Oktober 2013, kasus tawuran sebanyak 229 tawuran pelajar yang menewaskan 19 pelajar. Nampak bahwa jumlah kasus tawuran semakin meningkat dari tahun ke tahun. ( http://news.liputan6.com/read/440140/dalam-setahun-82-pelajar-tewas-akibat-tawuran).

Dari keterangan media massa cetak maupun elektronik, tawuran tidak hanya terjadi pada kota Jakarta saja. Seperti pada kasus tawuran pelajar yang terjadi di Jalan Raya Kemang, Bogor, Rabu, 12 Februari 2014. Seorang pelajar bernama Ade Sudrajat, 16 tahun, tewas dalam peristiwa itu. Sebuah celurit masih

menancap di kepalanya.

(

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/12/064553589/Tawuran-Pelajar-Tewas-dengan-Celurit-Tertancap)

Selain di kota Bogor, tawuran juga sering terjadi di kota Cikampek. Salah satu peristiwa tawuran terjadi antara siswa SMK “X” dengan SMK “Y” Cikampek pada tanggal 30 Desember 2012, yang diawali oleh pelemparan botol minuman yang dilakukan oleh siswa SMK “Y” kepada siswa SMK “X”. Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru kedua belah pihak SMK tersebut adalah membuat surat perjanjian jika ada siswa dari pihak SMK “X” ataupun SMK “Y” yang menyerang terlebih dahulu maka siswa tersebut akan di keluarkan dari sekolah. (Sumber: Guru Bimbingan Konseling SMK ‘X’ Cikampek, Febuari 2014).

Selanjutnya peristiwa tawuran kembali terjadi antara siswa SMK “X” dengan SMK “Y” pada bulan Oktober 2013. Pemicu tawuran ini terjadi karena saat dua orang siswa dan siswi SMK “X” Cikampek yang sedang mengikuti PKL (Praktik Kerja Lapangan) di PT “Z”. Siswa SMK “Y” melempar batu kepada


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha siswi SMK “X”. Keesokan harinya siswa-siswa SMK “X” menemui siswa-siswa dari SMK “Y” dan terjadi tawuran. Tawuran tersebut ditangani oleh pihak kepolisian. (Sumber: Guru Bimbingan Konseling SMK “X” Cikampek, Febuari 2014).

Dari peristiwa tawuran yang terjadi di sekolah SMK “X” yang berdiri sejak 17 Oktober 2012. SMK “X” Cikampek memiliki visi dan misi, yaitu visi pelopor pembaharuan pendidikan nasional, teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, profesional dalam pelayanan pendidikan, unggul dalam prestasi, dan penggerak kehidupan demokrasi. Misi sekolah SMK “X” Cikampek yaitu memperluas kesempatan belajar, mencerdaskan putra/putri bangsa, mengabdi dan berkarya di bidang pendidikan, mewujudkan toleransi beragama, menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkembangkan semangat belajar, mempertinggi budi pekerti, mewujudkan masa depan bangsa yang cerah, membela kehidupan demokrasi, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam sekolah SMK “X” Cikampek terdapat tiga jurusan yaitu mesin otomotif (MO), teknik komputer (TKJ), akuntansi (AK). (sumber: buku peraturan SMK “X” Cikampek).

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada Febuari 2014 terhadap sepuluh siswa SMK “X” yang terlibat dalam tawuran, diperoleh keterangan bahwa sepuluh siswa SMK “X” membawa senjata tajam saat tawuran. Senjata tersebut didapatkan dengan cara membeli dan beberapa senjata yang dibuat sendiri seperti bambu, gir yang diikatkan pada sabuk. Lima siswa dari sepuluh siswa melakukan tawuran karena diajak oleh teman sebayanya atau


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha kakak kelas, dan lima siswa lainnya melakukan tawuran karena merasa nama baik sekolah dipermalukan atau direndahkan oleh pihak lain. Tujuh siswa menyatakan, tidak jera melakukan tawuran meskipun mengalami luka. Siswa yang terluka karena terkena celurit, gir, lemparan batu, bambu, dan pisau. Lima siswa dari sepuluh siswa tersebut terlibat dalam tawuran sebanyak dua kali, dan lima siswa yang lain terlibat dalam tawuran sebanyak tiga kali. Dalam kehidupan sehari-hari enam siswa dari sepuluh siswa mengatakan bahwa perilakunya saat berada di rumah dan di sekolah itu berbeda. Saat berada di rumah mereka cenderung menjadi anak yang penurut kepada orangtuanya karena mereka merasa takut dengan orangtuanya. Tetapi ketika mereka berada di sekolah, mereka cenderung bersikap acuh tak acuh, tidak menaati peraturan sekolah, berkelahi dengan teman. Empat siswa dari sepuluh siswa tersebut menyatakan bahwa, perilaku mereka sama saja saat berada di rumah maupun sekolah yaitu bersikap acuh tak acuh, tidak menaati peraturan sekolah maupun rumah, beradu argumen dengan guru, teman, orangtua. Tujuh siswa dari sepuluh siswa ketika marah cenderung langsung mengekspresikan kemarahannya dengan cara memaki orang yang telah membuat mereka marah atau memaki orang yang ada disekitar mereka, melempar barang apapun yang ada disekitar mereka. Tiga siswa lainnya cenderung mengalihkan marahnya pada kegiatan yang positif seperti olahraga (main basket, sepak bola).

Dalam lingkungan sekolah siswa SMK “X” Cikampek selalu bertindak sesuka hati. Hal ini peneliti mendapatkan informasi yang diperoleh dari guru BK (Bimbingan Konseling) di SMK “X” Cikampek, Siswa selalu berurusan dengan


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha guru BK (Bimbingan Konseling) karena perilakunya yang sering cabut atau bolos sekolah, berkelahi dengan teman, memaki teman sehingga menimbulkan pertengkaran, dan tidak taat pada peraturan sekolah.

Pelajar yang terlibat dalam tawuran saling melukai dengan menggunakan benda-benda tajam, hal ini menunjukkan adanya perilaku agresif. Dalam ilmu Psikologi, agresi menurut Buss (1987) adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan orang lain atau objek-objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut. Dalam hal ini Buss mengelompokkan bentuk Agresi menjadi delapan bentuk yaitu Agresi Fisik Aktif Langsung, Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung, Agresi Fisik Pasif Langsung. Selain itu, bentuk perilaku Agresi lainnya yaitu Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung, Agresi Verbal Aktif Langsung, Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung, Agresi Verbal Pasif Langsung, misalnya bungkam; Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung.

Mengingat seringnya sekolah SMK “X” melakukan tawuran dan berdasarkan hasil survei awal terhadap siswa yang sering melakukan atau terlibat dalam tawuran, peneliti tertarik ingin meneliti bentuk agresi pada siswa SMK “X” Cikampek”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran bentuk Agresi pada siswa SMK “X” Cikampek.


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk Agresi pada siswa SMK “X” Cikampek.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk Agresi pada siswa SMK “X” Cikampek melalui bentuk-bentuk perilaku agresi fisik-verbal, aktif-pasif, langsung-tidak langsung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

• Memberikan sumbangan bagi ilmu pengembangan Psikologi Sosial tentang bentuk Agresi pada siswa yang melakukan tawuran.

• Memberikan informasi bagi peneliti lainnya, terutama yang berminat meneliti mengenai perilaku agresi dalam setting sosial.

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi pada orang tua mengenai bentuk Agresi dari siswa SMK “X”

• Memberikan informasi pada pihak SMK “X”, khususnya yang menangani bimbingan konseling tentang bentuk Agresi pada siswa SMK “X” sebagai bahan acuan melakukan konseling pada siswa SMK “X” Cikampek.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir

Sekolah menengah kejuruan merupakan pendidikan yang diikuti oleh siswa yang umumnya berumur 14-17 tahun. Menurut Santrock (2002), pada usia 13-18 tahun siswa berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa persiapan untuk memasuki dunia orang dewasa yang menuntut tanggung jawab dengan salah satu cirinya kemandirian (Santrock, 2002).

Menurut Santrock (2002), ciri-ciri pada masa remaja mengalami perubahan secara biologis, kognitif, dan sosial. Perkembangan yang terdiri dari perubahan kerangka tubuh dan seksual, terutama terjadi pada awal masa remaja. Dalam mengalami perubahan pubertas secara fisik, terdapat juga aspek psikologis yang menyertai. Dengan terjadinya pubertas pada remaja yang dapat membuat remaja tersebut merasa tidak nyaman dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ketidaknyamanan tersebut akan dialihkan pada perilaku agresif untuk dapat membuat remaja tersebut merasa nyaman kembali.

Selanjutnya perubahan secara kognitif yaitu pemikiran formal operasional dan pengambilan keputusan. Pemikiran formal operasional pada remaja berlangsung antara usia 11-15 tahun, pada tahapan ini pemikiran menjadi lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Masa remaja adalah masa semakin meningkatnya kemampuan dalam pengambilan keputusan. Remaja akhir lebih kompeten dalam mengambil keputusan daripada remaja awal. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin keputusan itu akan diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya kemampuan sangatlah penting. Perubahan yang terakhir adalah perubahan sosial yaitu keluarga, sekolah,


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha dan teman sebaya. Hubungan orang tua remaja tidak tergantung pada apa yang terjalin selama anak berusia remaja, tetapi hubungan orangtua anak sejak kanak-kanak. Sejalan dengan pendidikan individu menuju sekolah jenjang yang lebih tinggi, lingkungan sekolah meningkat dalam hal ruang lingkup dan tingkat kompleksitasnya. Selanjutnya teman sebaya, tekanan untuk mengikuti teman sebaya dan konformitas kuat selama masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif.

Remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif dan positif. Bentuk perilaku konformitas yang negatif seperti: menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang tua dan guru. Berdasarkan wawancara pada sepuluh siswa SMK “X” Cikampek mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari siswa SMK “X” ketika marah beberapa siswa memilih untuk mengekspresikan kemarahannya dengan cara memaki orang yang telah membuat mereka marah, merusak barang atau benda orang lain. Selain itu terdapat konformitas teman sebaya yang positif dan terdiri atas keinginan untuk dilibatkan di dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian yang sama dengan teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan informasi yang didapatkan siswa SMK “X” menyatakan bahwa delapan siswa yang bergabung dengan kelompok basket, sepak bola yang dapat membawa prestasi.

Menurut Buss, 1987 Agresi adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha yang menjadi sasaran perilaku tersebut baik secara fisik-verbal, aktif-pasif dan langsung-tidak langsung. Agresi dikelompokkan dalam delapan bentuk yaitu (1) Agresi Fisik Aktif Langsung adalah tindakan Agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung. Berdasarkan wawancara pada siswa SMK “X” melakukan tawuran dengan melakukan pemukulan, mendorong pihak siswa sekolah lain.

(2) Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung adalah tindakan Agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Berdasarkan wawancara pada sepuluh siswa SMK “X” menyatakan bahwa siswa SMK “X” ketika berselisih paham dengan salah satu temannya. Mereka pun tidak saling tegur sapa selama beberapa minggu. (3) Agresi Fisik Pasif Langsung adalah tindakan Agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya. Berdasarkan wawancara pada sepuluh siswa SMK “X” yang melakukan tawuran secara tidak langsung akan membuat tempat yang menjadi tempat tawuran tersebut rusak karena senjata yang siswa SMK “X” pergunakan untuk tawuran tersebut. (4) Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung adalah tindakan Agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Berdasarkan wawancara pada sepuluh siswa SMK “X” mengungkapkan bahwa ketika siswa SMK “X”


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha berselisih paham dengan teman, siswa tersebut memilih untuk bersikap acuh tak acuh terhadap tanggapan temannya tersebut. (5) Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan Agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain. Berdasarkan wawancara pada sepuluh siswa SMK “X” mengungkapkan bahwa ketika siswa SMK “X” melakukan tawuran, tidak hanya penyerangan secara fisik tapi juga dengan menghina, memaki, mengumpat pihak siswa sekolah lain. (6) Agresi Verbal Pasif Langsung adalah tindakan Agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain dan terjadi kontak verbal secara langsung. (7) Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung adalah tindakan Agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya. Berdasarkan wawancara pada siswa SMK “X” Cikampek menyatakan bahwa beberapa siswa menyebar fitnah terhadap siswa sekolah lain. (8) Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung adalah tindakan Agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung. Berdasarkan wawancara pada siswa SMK “X” Cikampek menyatakan bahwa alasan siswa SMK “X” mengikuti tawuran sebagian besar karena ikut-ikutan temannya.

Faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku Agresi yaitu:

(1) Status sosioekonomi dari siswa-siswa tersebut. Pada umumnya mereka yang memiliki status sosioekonomi bawah, mengalami kesulitan dalam memenuhi


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha kebutuhan hidup mereka. Mereka akan bertindak apa saja demi untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti untuk makan, untuk kegiatan bersenang-senang lainnya yang semuanya tidak bisa mereka dapatkan dari orangtua mereka. Orang-orang dari kelas bawah yang dibesarkan dalam kemiskinan seringkali berbicara kasar dengan aksen yang berat dan kosakata yang terbatas (Koeswara, 1988). Menurut Sears, Freedman dan Peplau (1994) pada seseorang dengan status sosial ekonomi atas, perilaku Agresi yang ditampilkan akan dipikirkan terlebih dahulu dampaknya. Karena perilaku Agresi tersebut dapat merusak reputasi didalam masyarakat dikarenakan memiliki kedudukan yang terhormat didalam masyarakat. (http://www.gunadarma.ac.id/library/aticles/graduate/psychology/2007/artikel_10 502102.pdt). Berdasarkan hasil wawancara kepada guru BK yang mengatakan bahwa orang tua siswa yang terlibat dalam tawuran, memiliki status perekonomian tingkat bawah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya diantaranya berjualan bubur ayam keliling, membuka warung klontong, tukang ojeg, buruh pabrik.

(2) Tayangan media massa termasuk tayangan yang memiliki unsur kekerasan berpengaruh pada perilaku Agresi. Dewasa ini tayangan-tayangan televisi banyak yang mengandung kekerasan. Menurut Iskandarsyah, (2006) kegemaran remaja menonton televisi ini, dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut dari acara yang mereka saksikan. Acara yang disaksikan oleh remaja, baik acara yang bersifat memberi informasi dan pengetahuan sampai acara televisi yang memberi tayangan tentang kehidupan remaja yang berkonotasi negatif. Tayangan televisi saat ini kurang berpihak pada kepentingan publik. Demi sebuah reting dan iklan,


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha mayoritas stasiun televisi memberikan lebih banyak dampak negatif. Dapat kita ketahui, masyarakat khususnya remaja menjadi korban karena dibiarkan memilih sendiri tayangan yang layak disaksikan dan yang tidak layak disaksikan. (http://wwwnurkomariahpm49.workpress.com/2014/05/04/pengaruh-tayangan-kekerasan-di-televisi-terhadap-perilaku-remaja/)

(3) Dasar kebenaran untuk kekerasan. Apabila kekerasan sudah dianggap sebagai pemecahan masalah yang sangat efektif, maka remaja tersebut akan melakukan pemecahan masalahnya dengan cara melakukan tindakan Agresi. Pemahaman siswa yang terlibat dalam tawuran mengenai kekerasan yang dilakukan saat tawuran itu dikarenakan untuk membela nama baik sekolah, kesetiakawanan satu dengan yang lain.

(4) Reward dan punishment untuk mereka yang terlibat dalam kekerasan. Thorndike (Koeswara, 1988) dengan law of effect menekankan bahwa dalam proses belajar atau pembentukan suatu tingkah laku, reward dan punishment memainkan peranan penting. Agresi terbentuk dan diulang dilakukan oleh individu kerena dengan Agresinya itu individu tersebut memperoleh efek atau hasil yang menyenangkan. Adapun apabila dengan Agresinya itu individu memperoleh efek yang sebaliknya, yakni efek atau hasil yang tidak menyenangkan, maka Agresi itu tidak akan diulang. (Skripsipsikologie,2010

pemberian hukuman kepada remaja berkaitan erat dengan perilaku agresi remaja). Hukuman yang diberikan dari pihak sekolah untuk siswa yang terlibat tawuran, bagi siswa tersebut sebagai hukuman seperti mendapatkan surat panggilan untuk orang tua, skorsing menjadi hukuman yang sudah biasa dan tidak


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha menjadikan hukuman yang menakutkan. Hukuman yang diberikan dari pihak sekolah untuk siswa yang melanggar peraturan sekolah yaitu seperti lari mengelilingi lapang basket sebanyak sepuluh kali, rambut di cukur oleh guru. Bagi siswa-siswa tersebut hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah tidak dapat membuat mereka jera untuk tidak melakukan tawuran kembali. Skema kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:


(23)

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Tahap Perkembangan Remaja

- Kognitif - Biologis

- Sosio-emosional

Siswa SMK ‘X’di Cikampek Perilaku Agresi

Faktor yang mempengaruhi: 1. Status sosioekonomi

2. Tayangan media massa yang memiliki unsur kekerasan

3. Dasar kebenaran untuk kekerasan.

4. Reward dan punishment untuk mereka yang terlibat dalam kekerasan.

Fisik – Aktif – Langsung Fisik– Pasif– Langsung

Fisik – Aktif – Tidak Langsung Fisik– Pasif – Tidak Langsung Verbal– Aktif – Langsung Verbal – Pasif – Langsung Verbal – Aktif – Tidak Langsung


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat diasumsikan bahwa: 1. Agresi siswa juga akan nampak pada kehidupan sehari-hari.

2. Bentuk Agresi pada setiap siswa berbeda-beda terdiri dari 8 (delapan) bentuk Agresi. Delapan bentuk Agresi tersebut adalah Agresi fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-aktif-tidak fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-pasif-fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-pasif-tidak langsung, Agresi verbal-aktif-langsung, Agresi verbal-aktif-tidak langsung, Agresi verbal-pasif-langsung, dan Agresi verbal-pasif-tidak langsung.

3. Agresi yang di tampilkan oleh siswa yang mengikuti tawuran dipengaruhi oleh faktor: Status sosioekonomi, tayangan yang memiliki unsur kekerasan, dasar kebenaran untuk kekerasan, reward dan punishment untuk mereka yang terlibat dalam kekerasan.


(25)

55

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan pembahasan terhadap 78 siswa SMK ‘X’ Cikampek, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SMK ‘X’ Cikampek memiliki bentuk agresi tunggal di dalam dirinya. Sebagian lainnya siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki lebih dari satu bentuk agresi.

2. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki bentuk agresi tunggal adalah bentuk agresi verbal pasif tidak langsung. 3. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki

bentuk agresi lebih dari satu adalah bentuk agresi fisik aktif langsung dan fisik pasif langsung.

4. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek terlibat tawuran. 5. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang terlibat tawuran


(26)

56

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian ini, disarankan untuk memperkaya item-item pernyataan untuk menggali data penunjang faktor-faktor yang mempengaruhi agresi seperti status sosioekonomi, tayangan yang memiliki unsur kekerasan, dasar kebenaran untuk kekerasan, dan reward atau punishment untuk mereka yang terlibat dalam kekerasan. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meakukan penelitian ini, ada

perbedaan antara perhitugan menggunakan Z-Score dengan data mentah maka disarankan untuk menghitung menggunakan rata-rata sampel tersebut secara keseluruhan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah SMK ‘X’ Cikampek dalam memberikan kegiatan ekstrakulikuler yang dapat menyalurkan agresi yang dimiliki siswa-siswa SMK ‘X’ Cikampek.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan pihak bimbingan konseling SMK “X” tentang bentuk agresi pada siswa SMK ‘X’ sebagai bahan acuan konseling pada siswa SMK ‘X’ Cikampek.


(27)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buss,.A.H. 1987. Psychology Behavior In Perspective. Chicester: John Wiley Sons, Inc

Dayakisni, T dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Gulford, J. P. 1959, Fundamental Statistics In Psychology And Education, 3nd ed. New york:McGraw-hill

Kaplan,Robert M dan Dennis P. Sancuzzo.2005. Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues (Sixth Edition). Belmont Thomson Wadsworth

Krahe, Barbara 2001. Buku panduan psikologi sosial perilaku agresi. Yogyakarta: Pustaka pelajar


(28)

58

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Hanaviyah, 2013. “fenomena tawuran akibat kurangnya figur keteladanan”. http://hanaviyah37.wordpress.com/2013/03/28/fenomena-tawuran-akibat-kurangnya-figur-keteladanan/ diakses pada 16 Mei 2014

Juwarni, 2010. “pemberian hukuman kepada remaja berkaitan erat dengan

perilaku agresi remaja”.

http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/07/03/pemberian-hukuman-kepada- remaja-berkaitan-erat-dengan-perilaku-agresif-remaja/ diakses pada 24 agustus 2014

Kristina, 2014. “ pengaruh tayangan kekerasan ditelevisi terhadap perilaku remaja”.

http://wwwnurkomariahpm49.workpress.com/2014/05/04/pengaruh-tayangan- kekerasan-di-televisi-terhadap-perilaku-remaja/ diakses pada 24 agustus 2014

Maulida Rahmania,2007. “Pengaruh faktor status sosial ekonomi terhadap agresi”.

http://www.gunadarma.ac.id/library/aticles/graduate/psychology/2007/arti kel_105 02102.pdt diakses pada 24 agustus 2014

Permana, Sidik, 2014. “tawuran pelajar tewas dengan celurit menancap di kepala”.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/12/064553589/Tawuran-Pelajar-Tewas-dengan- Celurit-Tertancap diakses pada 16 Mei 2014

Sembiring, 2010. “Survey tawuran dikota Jakarta”.

http://news.liputan6.com/read/440140/dalam-setahun-82-pelajar-tewas-akibat-tawuran di akses pada 3 desember 2013


(29)

59

Universitas Kristen Maranatha

Sander Diki Zulkarnaen, 2011. “Artikel mengenai tawuran”.

(h ttp:/ / pem odelack.blogspot.com / 20 13/ 0 2/ con toh -penu lisan -m akalah

-kasus-tawu ran .h tm l), diakses pada 18 febuari 2014

Pedoman Penulisan Skripsi, (Februari 2009) Edisi Revisi III. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat diasumsikan bahwa: 1. Agresi siswa juga akan nampak pada kehidupan sehari-hari.

2. Bentuk Agresi pada setiap siswa berbeda-beda terdiri dari 8 (delapan) bentuk Agresi. Delapan bentuk Agresi tersebut adalah Agresi fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-aktif-tidak fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-pasif-fisik-aktif-langsung, Agresi fisik-pasif-tidak langsung, Agresi verbal-aktif-langsung, Agresi verbal-aktif-tidak langsung, Agresi verbal-pasif-langsung, dan Agresi verbal-pasif-tidak langsung.

3. Agresi yang di tampilkan oleh siswa yang mengikuti tawuran

dipengaruhi oleh faktor: Status sosioekonomi, tayangan yang memiliki unsur kekerasan, dasar kebenaran untuk kekerasan, reward dan


(2)

55

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan pembahasan terhadap 78 siswa SMK ‘X’ Cikampek, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SMK ‘X’ Cikampek memiliki bentuk agresi tunggal di dalam dirinya. Sebagian lainnya siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki lebih dari satu bentuk agresi.

2. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki bentuk agresi tunggal adalah bentuk agresi verbal pasif tidak langsung. 3. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang memiliki

bentuk agresi lebih dari satu adalah bentuk agresi fisik aktif langsung dan fisik pasif langsung.

4. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek terlibat tawuran. 5. Sebagian besar responden siswa SMK ‘X’ Cikampek yang terlibat tawuran


(3)

56

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian ini, disarankan untuk memperkaya item-item pernyataan untuk menggali data penunjang faktor-faktor yang mempengaruhi agresi seperti status sosioekonomi, tayangan yang memiliki unsur kekerasan, dasar kebenaran untuk kekerasan, dan reward atau punishment untuk mereka yang terlibat dalam kekerasan. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meakukan penelitian ini, ada

perbedaan antara perhitugan menggunakan Z-Score dengan data mentah maka disarankan untuk menghitung menggunakan rata-rata sampel tersebut secara keseluruhan.

5.2.2 Saran Praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah SMK ‘X’ Cikampek dalam memberikan kegiatan ekstrakulikuler yang dapat menyalurkan agresi yang dimiliki siswa-siswa SMK ‘X’ Cikampek.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan pihak bimbingan konseling SMK “X” tentang bentuk agresi pada siswa SMK ‘X’ sebagai bahan acuan konseling pada siswa SMK ‘X’ Cikampek.


(4)

57

DAFTAR PUSTAKA

Buss,.A.H. 1987. Psychology Behavior In Perspective. Chicester: John Wiley Sons, Inc

Dayakisni, T dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Gulford, J. P. 1959, Fundamental Statistics In Psychology And Education, 3nd ed. New york:McGraw-hill

Kaplan,Robert M dan Dennis P. Sancuzzo.2005. Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues (Sixth Edition). Belmont Thomson Wadsworth

Krahe, Barbara 2001. Buku panduan psikologi sosial perilaku agresi. Yogyakarta: Pustaka pelajar


(5)

58

DAFTAR RUJUKAN

Hanaviyah, 2013. “fenomena tawuran akibat kurangnya figur keteladanan”. http://hanaviyah37.wordpress.com/2013/03/28/fenomena-tawuran-akibat-kurangnya-figur-keteladanan/ diakses pada 16 Mei 2014

Juwarni, 2010. “pemberian hukuman kepada remaja berkaitan erat dengan

perilaku agresi remaja”.

http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/07/03/pemberian-hukuman-kepada- remaja-berkaitan-erat-dengan-perilaku-agresif-remaja/ diakses pada 24 agustus 2014

Kristina, 2014. “ pengaruh tayangan kekerasan ditelevisi terhadap perilaku remaja”.

http://wwwnurkomariahpm49.workpress.com/2014/05/04/pengaruh-tayangan- kekerasan-di-televisi-terhadap-perilaku-remaja/ diakses pada 24 agustus 2014

Maulida Rahmania,2007. “Pengaruh faktor status sosial ekonomi terhadap agresi”.

http://www.gunadarma.ac.id/library/aticles/graduate/psychology/2007/arti kel_105 02102.pdt diakses pada 24 agustus 2014

Permana, Sidik, 2014. “tawuran pelajar tewas dengan celurit menancap di kepala”.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/12/064553589/Tawuran-Pelajar-Tewas-dengan- Celurit-Tertancap diakses pada 16 Mei 2014

Sembiring, 2010. “Survey tawuran dikota Jakarta”. http://news.liputan6.com/read/440140/dalam-setahun-82-pelajar-tewas-akibat-tawuran di akses pada 3 desember 2013


(6)

59

Sander Diki Zulkarnaen, 2011. “Artikel mengenai tawuran”. (h ttp:/ / pem odelack.blogspot.com / 20 13/ 0 2/ con toh -penu lisan -m akalah

-kasus-tawu ran .h tm l), diakses pada 18 febuari 2014

Pedoman Penulisan Skripsi, (Februari 2009) Edisi Revisi III. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.