Pengaruh Kepribadian Big Five terhadap Gaya Kepemimpinan Servant Leadership (Suatu Studi pada Pemimpin Kelompok Sel di Gereja Mawar Sharon Bandung).

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif. Salah satu faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan adalah diri pemimpin dalam arti kepribadiannya. Penelitian ini menggunakan Teori Kepribadian Big Five (Costa & McCrae, 1997) dan Teori Servant Leadership (Patterson, 2003) untuk mengetahui pengaruh kepribadian big five terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

Terdapat 52 orang yang saat dilakukan penelitian menjadi pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh, semua pemimpin kelompok sel berpartisipasi sebagai responden. Setiap responden mengisi dua kuesioner. Kuesioner pertama yaitu Big Five Inventory terdiri dari 44 item. Sedangkan kuesioner kedua yaitu kuesioner Servant Leadership terdiri dari 55 item. Skor Big Five pada masing-masing domain-nya dikorelasikan dengan skor Servant Leadership dengan menggunakan uji regresi linier sederhana di dalam program SPSS 22.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, kepribadian big five secara bersama-sama memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership (ΔR2 = 0,584). Selain itu, domain agreeableness mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap gaya kepemimpinan servant leadership (β = 0,363). Domain neuroticism mempunyai pengaruh yang tidak searah / negatif terhadap gaya kepemimpinan servant leadership (β = -0,235). Domain openness to experiences juga memengaruhi servant leadership (β = 0,247). Sedangkan untuk domain extraversion dan conscientiousness tidak memengaruhi servant leadership.

Kesimpulan yang diperoleh adalah kepribadian memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung. Peneliti mengajukan saran agar pihak gereja dapat mempertimbangkan aspek kepribadian dalam memilih seorang pemimpin sehingga proses kepemimpinan di gereja dapat berjalan dengan lebih efektif. Selain itu, untuk lebih lanjut perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh big five terhadap servant leadership pada gereja lain dan juga organisasi yang lain selain gereja untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang pengaruh tersebut.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

Leadership is believed to be a key in an effective organization management. One of the factor that effects leadership style is the personality of the leader him/herself. This research uses Big Five Personality Theory (Costa & McCrae, 1997) and Servant Leadership Theory (Patterson, 2003) in order to identify the effects of big five personality to servant leadership style in cell group leaders of Gereja Mawar Sharon Bandung.

When this research was held, there are 52 people that serve as cell group leaders in Gereja Mawar Sharon Bandung. Sampling method used is census sample, all cell group leaders participated as respondents. Each of them filled two questionnaires. First questionnaire is Big Five Inventory consists of 44 items. Next questionnaire is Servant Leadership questionnaire consists of 55 items. Big Five scores on each domain were correlated with Servant Leadership scores using simple linear regression in SPSS 22 program.

On the basis of data processing statistically, big five personality also effects servant leadership style (ΔR2 = 0.584). Agreeableness domain effects servant leadership style mostly (β = 0.363). Neuroticism domain has negative effects on servant leadership style (β = -0.235). Openness to experiences domain also effects servant leadership (β = 0.247). While extraversion and conscientiousness domains has no effects on servant leadership.

The conclusion is personality effects servant leadership style of cell group leaders of Gereja Mawar Sharon Bandung. The researcher suggests church can consider personality aspects in choosing a leader that leadership process in the church can be more effective. For a further study, it is needed to do research on big five effects to servant leadership in other churches and organizations to get a better description.


(3)

Universitas Kristen Maranatha ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

1.6 Asumsi ... 15


(4)

Universitas Kristen Maranatha x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Kepemimpinan Servant Leadership ... 16

2.1.1 Kepemimpinan ... 16

2.1.1.1 Organisasi ... 16

2.1.1.2 Kepemimpinan dan Pemimpin ... 17

2.1.1.3 Gaya Kepemimpinan ... 18

2.1.2 Servant Leadership ... 22

2.1.2.1 Awal Mula Servant Leadership ... 22

2.1.2.2 Servant Leadership dari Patterson ... 24

2.1.3 Servant Leadership vs Transformational Leadership ... 30

2.2 Kepribadian Big Five ... 31

2.2.1 Kepribadian ... 31

2.2.2 Big Five ... 33

2.3 Keterkaitan antara Kepribadian Big Five dengan Gaya Kepemimpinan Servant Leadership ... 38

2.4 Gereja Mawar Sharon ... 39

2.5 Tahap Perkembangan ... 41

2.5.1 Tahap Perkembangan Remaja ... 41

2.5.1.1 Pengertian Remaja ... 41

2.5.1.2 Tugas pada Tahapan Perkembangan Remaja ... 42

2.5.2 Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 43

2.5.1.1 Pengertian Dewasa Awal ... 43


(5)

Universitas Kristen Maranatha xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 46

3.2 Rancangan Penelitian ... 46

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Konseptual ... 47

3.3.3 Definisi Operasional ... 47

3.4 Alat Ukur ... 49

3.4.1 Alat Ukur Variabel Tipe Kepribadian Big Five ... 49

3.4.2 Alat Ukur Variabel Gaya Kepemimpinan Servant Leadership ... 50

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 51

3.4.4 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 51

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.5.1 Populasi Sasaran ... 53

3.5.2 Karateristik Populasi ... 53

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.6 Hipotesa Statistik ... 53

3.7 Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ... 56

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Uji Analisis Big Five terhadap Servant Leadership ... 57

4.2.2 Korelasi Big Five dan Servant Leadership ... 60


(6)

Universitas Kristen Maranatha xii

4.3 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

5.2.1 Saran Teoretis ... 67

5.2.2 Saran Praktis ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(7)

Universitas Kristen Maranatha xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Karakteristik Sifat Five Factor Models ... 34

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Big Five ... 50

Tabel 3.2. Kisi-kisi Alat Ukur Servant Leadership ... 51

Tabel 4.1. Gambaran Responden Penelitian ... 56

Tabel 4.2. Uji Regresi Linier Big Five dan Servant Leadership ... 58

Tabel 4.3. Uji Korelasi Big Five dan Servant Leadership ... 60


(8)

Universitas Kristen Maranatha xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran ... 14 Bagan 2.1. Komponen Servant Leaderhip ... 30 Bagan 3.1. Prosedur Penelitian ... 46


(9)

Universitas Kristen Maranatha xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LOC dan Alat Ukur

Lampiran 1.1. Kata Pengantar Lampiran 1.2. LOC

Lampiran 1.3. Alat Ukur Kuesioner Big Five

Lampiran 1.4. Alat Ukur Kuesioner Servant Leadership

LAMPIRAN 2 Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 2.1. Kisi-kisi Alat Ukur Big Five

Lampiran 2.2. Kisi-kisi Alat Ukur Servant Leadership

LAMPIRAN 3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 3.1. Validitas dan Reliabilitas Big Five

Lampiran 3.2. Validitas dan Reliabilitas Servant Leadership

LAMPIRAN 4 Uji Hasil Penelitian

Lampiran 4.1. Uji Asumsi Klasik Lampiran 4.2. Uji Regresi

Lampiran 4.3. Uji Korelasi Big Five dengan Servant Leadership

Lampiran 4.4. Uji Korelasi Data Penunjang dengan Servant Leadership


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya kepemimpinan. Menurut Yukl (2010) kepemimpinan adalah suatu proses untuk memengaruhi orang lain agar memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan, serta memahami bagaimana suatu tugas dilakukan secara efektif. Kepemimpinan juga merupakan proses untuk memfasilitasi upaya individu dalam mencapai tujuan secara bersama. Kepemimpinan juga merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Gereja, selain merupakan tempat beribadah juga merupakan suatu organisasi. Gereja sebagai organisasi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan gereja. Organisasi gereja memiliki karakteristik yang berbeda dari organisasi-organisasi lainnya. Organisasi gereja masuk ke dalam kategori organisasi nirlaba atau organisasi non-profit. Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (Komang, 2008).

Unsur-unsur yang ada pada kepemimpinan menurut Narwawi (2005) yaitu, adanya seorang pemimpin, adanya orang lain yang dipimpin, adanya kegiatan menggerakan orang lain, serta adanya tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin adalah seseorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya di satu bidang, sehingga ia mampu memengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono, 2003).


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

Peran sebagai seorang pemimpin tidaklah mudah, karena setiap kesuksesan organisasi ditentukan oleh para pemimpinnya. Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang tepat yang dapat mengisi peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus merupakan orang yang benar-benar siap untuk menjadi pemimpin. Di samping itu juga seorang pemimpin sebisa mungkin merupakan orang berpengalaman dan memiliki wawasan luas, sehingga dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Selain itu, seorang pemimpin juga adalah orang yang dilihat menjadi model bagi bawahannya, sehingga diharapkan dapat menjadi panutan bagi bawahannya.

Pada konteks gereja berarti seorang pemimpin adalah seorang yang dinilai memiliki kerohanian yang memenuhi standard, siap untuk mengerjakan tugas sebagai seorang pemimpin, memiliki hati yang ingin melayani, dan yang memiliki pengertian tentang ajaran agamanya juga lebih dalam. Jadi orang-orang yang menjadi pemimpin adalah orang-orang yang dinilai memiliki sesuatu yang lebih di dalam dirinya dibandingkan dari orang lain. Di samping itu, untuk menjadi seorang pemimpin dalam gereja, seseorang harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap gereja tersebut.

Seorang pemimpin di dalam organisasi gereja perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai agar dapat memimpin organisasi gereja secara efektif, dan tujuan organisasi gereja dapat tercapai. Sebagian besar teori tentang gaya kepemimpinan berkaitan erat dengan kekuasaan, posisi, atau jabatan (Yulk, 2010). Tapi tidak demikian dengan kepemimpinan melayani (servant leadership), Greenleaf (dalam Nixon, 2005) menyatakan servant leadership

dipandang sebagai salah satu pelopor revolusi baru dalam pemikiran kepemimpinan. Prinsip yang paling penting dinyatakan oleh Greenleaf (2005) adalah bahwa servant leadership

berdasarkan pada tanggung jawab utama dalam pelayanan terhadap bawahan dengan meletakkan kepentingan bawahan diatas kepentingan pemimpin.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

Menurut Sendjaya (1997) servant leadership melayani bukan semata-mata hanya untuk mendapat hasil, tetapi perilaku untuk melayani adalah hasilnya. Menurut Patterson (2003) pemimpin yang melayani adalah seseorang yang cenderung melayani, dan kecenderungan ini didasarkan pada prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan keyakinan. Secara khusus Patterson mengembangkan model servant leadership yang didasarkan pada 7 komponen, yaitu: kasih agape, kerendahan hati, altruisme, visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan.

Hasil studi yang dilakukan oleh Tannenbaum dan Schmid (dalam Kadarman, et.al, 1996) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh diri pemimpin, ciri atasan, ciri bawahan, persyaratan tugas, iklim organisasi dan kebijakan, serta perilaku dan harapan rekan. Salah satu faktor dalam diri pemimpin adalah kepribadiannya. Setiap manusia pasti memiliki tipe kepribadian tersendiri. Tipe kepribadian seseorang bervariasi dan unik satu dengan yang lainnya. Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Feist, 2006) adalah sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.

Pada teori-teori kepribadian ada yang disebut sebagai teori trait. Menurut Gordon W Allport (dalam Pervin, 1996), trait merupakan disposisi untuk berperilaku dengan cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Kepribadian big five

merupakan salah satu tipe kepribadian yang dijelaskan dalam teori trait. Kepribadian big five

adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (Costa & McCrae, 1997). Lima trait atau domain tersebut adalah

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjiwanati (2008) tentang pengaruh tipe kepribadian

big five terhadap gaya kepemimpinan transformasional karyawan PT Arta Boga Cemerlang Surabaya, menemukan pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian big five terhadap gaya


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

kepemimpinan transformasional. Lebih lanjut lagi dalam penelitian itu dijelaskan bahwa tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian tesebut semuanya diterima. Hipotesis pertama yang diterima yaitu semua tipe kepribadian big five secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya kepemimpinan transformasional. Hipotesis kedua yang diterima yaitu masing-masing dari lima tipe kepribadian big five secara mandiri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya kepemimpinan transformasional. Dan hipotesis ketiga yang diterima adalah tipe kepribadian conscientiousness yang paling dominan berpengaruh kepada gaya kepemimpinan transformasional.

Banyak ahli yang membandingkan servant leadership dengan bentuk kepemimpinan yang lain. Bass (2000) dalam diskusinya tentang transformational leadership dengan bentuk kepemimpinan yang lain menyatakan bahwa terdapat banyak kesamaan servant leadership

dengan transformational leadership. Transformational leadership dan servant leadership

mengungkapkan banyak kesamaan mendasar, diantaranya adalah sama-sama visioner, menghasilkan tingkat kepercayaan yang tinggi, berfungsi sebagai model peran, menunjukkan pertimbangan bagi orang lain, mendelegasikan tanggung jawab, memberdayakan pengikut, mengajar, berkomunikasi, mendengarkan, dan memengaruhi pengikutnya. Kedua gaya kepemimpinan itu saling melengkapi karena keduanya menggambarkan bentuk yang sangat baik dari kepemimpinan. Meskipun demikian, ada poin penting yang menunjukkan perbedaannya. Perbedaan yang paling penting, transformational leadership cenderung lebih fokus pada tujuan organisasi, sementara servant leadership lebih fokus pada orang-orang atau pengikutnya. Kedua kepemimpinan tersebut menawarkan kerangka kerja konseptual untuk kepemimpinan yang dinamis. Transformational leadership telah diteliti dengan baik, dan telah menjadi populer dalam prakteknya. Seperti transformational leadership, servant leadership

dapat membawa perubahan nyata dalam organisasi, meskipun melalui cara-cara yang berbeda (Stone, Russell & Patterson, 2003).


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

Hogan, Curphy, dan Hogan (1994) mengemukakan bahwa efektivitas servant leadership di antaranya sangat dipengaruhi oleh faktor conscientiousness dan agreeableness. Kedua faktor tersebut juga merupakan dua domain dalam tipe kepribadian big five.

Agreeableness pada intinya membahas tentang kualitas orientasi interpersonal dan conscientiousness pada intinya membahas motivasi dalam mencapai tujuan. Jadi, bila dibandingkan antara penelitian Sudjiwanati (2008) dengan teori dari Hogan (1994), dapat dikatakan bahwa transformasional membutuhkan conscientiousness sebagai faktor yang dominan, sedangkan servant leadership membutuhkan lebih dari sekedar conscientiousness

karena membutuhkan juga agreeableness.

Gereja Mawar Sharon (biasa disingkat GMS) berpusat di kota Surabaya. GMS sudah memiliki cabang-cabang yang berada di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah GMS Bandung. Setiap visi, misi, nilai-nilai, dan pengajaran di GMS Bandung sendiri selalu mengikuti dari gereja pusat. Seluruh Gereja Mawar Sharon memiliki satu visi dan misi. Visi ini telah diaplikasikan dalam hidup berjemaat lewat kelompok sel yang saat ini dikenal sebagai

Connect Group (biasa disingkat CG). Setiap CG dipimpin oleh pemimpin kelompok sel yang dinamakan fasilitator. Menurut penuturan dari salah satu gembala di GMS Bandung, saat ini diperkirakan jumlah pemimpin kelompok sel di GMS Bandung adalah sekitar kurang lebih 50 orang.

Di GMS Bandung, menjadi seorang pemimpin merupakan salah satu pelayanan, yaitu dengan melayani anak-anak rohaninya yang merupakan anggota jemaat di GMS Bandung, di dalam kelompok-kelompok sel atau CG. Pemimpin di dalam kelompok sel tersebut melayani dengan kerelaan hati karena tidak dibayar, memberikan perhatian kepada anak-anak rohaninya, mengorbankan energi dan waktunya di samping kesibukannya sendiri. Berdasarkan pengalaman salah seorang pemimpin di GMS Bandung, tugas dan kewajiban sebagai pemimpin


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

yang terutama adalah untuk menjaga kehidupan anak-anak rohaninya dengan menjadi teladan atau contoh bagi hidup anak-anak rohaninya, sehingga mereka dapat belajar banyak dari sosok pemimpinnya. Seorang pemimpin diharapkan dapat memengaruhi anak rohaninya sehingga termotivasi untuk memiliki hidup kerohanian yang benar, bahkan diharapkan anak rohaninya suatu saat nanti dapat juga menjadi seorang pemimpin. Selain itu seorang fasilitator juga digembalakan oleh pemimpin-pemimpin di atasnya, yang di GMS Bandung disebut sebagai penilik, asisten gembala, dan gembala.

Survei awal juga dilakukan sekitar bulan Mei 2014 kepada beberapa pemimpin kelompok sel di GMS Bandung, yang dilakukan kepada lima orang melalui metode observasi dan wawancara singkat. Hasil survei awal menunjukkan bahwa semua pemimpin kelompok sel tersebut memiliki dan menjalankan prinsip servant leadership dalam kepemimpinannya, yaitu dengan cara menjadi teladan dan melayani anak-anak rohaninya dan memfokuskan perhatian terhadap kebutuhan anak-anaknya dalam memimpin. Hal ini terlihat dalam beberapa hal seperti, dengan memberikan tema sharing dalam CG yang sesuai dengan kebutuhan anak rohani, menyediakan waktu untuk anak rohaninya yang sedang dalam masalah dan ingin bercerita, mengajarkan dan membimbing anak rohaninya sesuai dengan pengajaran dalam gereja serta dalam Alkitab.

Berdasarkan hasil observasi mengenai tugas, kewajiban, dan aktivitas kerja yang ditampilkan oleh pemimpin kelompok sel di GMS Bandung, peneliti berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan sebagian besar adalah gaya kepemimpinan servant leadership. Pada dasarnya setiap tugas dan tanggung jawab setiap aktivitas kerohanian di dalam organisasi gereja, disebut sebagai pelayanan. Selain itu di dalam buku pengajaran kepemimpinan yang digunakan oleh GMS Bandung juga menyatakan bahwa kepemimpinan yang dilaksanakan sesuai dengan gaya kepemimpinan melayani, yaitu memfokuskan kepemimpinannya terhadap anak-anak rohaninya, mejadi seorang supporting ligament. Menjadi supporting ligament berarti


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

orang yang bertanggung jawab atas kehidupan anak-anak rohaninya. Adapun hal-hal yang dilakukan sebagai supporting ligament intinya terdiri dari tiga tahapan, yaitu pertama mengajarkan, kemudian memberi contoh, dan terakhir melibatkan anak rohaninya untuk melakukan sesuatu yang awalnya seorang anak tidak mampu melakukannya.

Penelitian tentang servant leadership ini masih jarang dilakukan di Indonesia ataupun di dalam organisasi gereja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kepribadian big five terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana pengaruh kepribadian big five terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan gambaran mengenai kepribadian big five dan gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepribadian big five

terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

a. Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi serta bidang ilmu Psikologi Kepribadian mengenai pengaruh kepribadian big five

terhadap gaya kepemimpinan servant leadership.

b. Memberikan informasi kepada ilmu psikologi mengenai gaya kepemimpinan

servant leadership.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi kepada Gereja Mawar Sharon Bandung mengenai pengaruh kepribadian big five terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel. Sehingga dapat digunakan dalam membimbing pemimpin kelompok sel dan memilih pemimpin kelompok sel yang tepat.

b. Memberikan informasi kepada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung pengaruh kepribadian big five terhadap gaya kepemimpinan servant leadership. Sehingga mereka dapat mempertahankan atau mengoptimalkan gaya kepemimpinan servant leadership.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pada hakikatnya, tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya kepempimpinan. Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yulk 2010). Gereja, selain merupakan tempat beribadat juga merupakan suatu organisasi. Organisasi gereja masuk ke dalam kategori organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (Komang, 2008).

Gereja sebagai organisasi juga mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan gereja. Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Di dalam suatu organisasi pasti diperlukan seorang pemimpin. Seorang pemimpin perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai agar dapat memimpin organisasi gereja secara efektif. Berbagai gaya kepemimpinan telah dibahas dalam literatur teori dan perilaku organisasi. Sebagian besar teori kepemimpinan berkaitan erat dengan kekuasaan, posisi, atau jabatan (Yulk, 2010). Tapi tidak demikian dengan kepemimpinan melayani (servant leadership).

Di GMS Bandung, menjadi seorang pemimpin merupakan salah satu pelayanan, yaitu dengan melayani anak-anak rohaninya yang merupakan jemaat di GMS Bandung, dengan kerelaan hatinya, memberikan perhatian kepada anak-anaknya, mengorbankan energi dan waktunya disamping kesibukannya sendiri, tanpa mendapatkan keuntungan finansial. Berdasarkan pengalaman salah seorang pemimpin di GMS Bandung, tugas dan kewajiban sebagai pemimpin kelompok sel atau yang disebut sebagai fasilitator, yang terutama adalah untuk menjaga kehidupan anaknya dengan menjadi teladan atau contoh bagi hidup anak-anaknya, sehingga anak-anak dapat belajar banyak dari sosok pemimpinnya. Seorang pemimpin diharapkan dapat memengaruhi anak rohaninya sehingga termotivasi untuk memiliki hidup kerohanian yang benar, bahkan diharapkan anak rohaninya suatu saat nanti dapat juga menjadi seorang pemimpin. Selain itu seorang fasilitator juga digembalakan oleh pemimpin-pemimpin di atasnya, yang di GMS Bandung disebut sebagai penilik, asisten gembala, dan gembala.

Menurut Patterson (2003) servant leadership adalah tentang fokus, fokus pada pengikutnya dan setiap perilaku dimana sikap pemimpin kongruen dengan fokusnya pada


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

pengikut. Pada penulisan ini, peneliti akan membahas gaya kepemimpinan servant leadership

pada pemimpin kelompok sel GMS Bandung. Secara khusus Patterson mengembangkan model

servant leadership yang didasarkan pada 7 komponen servant leader dalam oganisasi, yaitu: kasih agape, kerendahan hati, altruisme, visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan.

Pertama, kasih agape yaitu bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak rohaninya daripada organisasi gerejanya, menunjukkan kasih yang asli dan nyata tidak pura-pura, memberikan apresiasi, merayakan perkembangan, bersimpati, mendengarkan secara aktif, berkomunikasi dan berempati. Kedua, kerendahan hati yaitu, bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung bertindak percaya diri serta sederhana, menjaga citra diri yang sehat, tidak bersikap angkuh, sombong, dan bermegah atas dirinya sendiri. Ketiga, altruisme yaitu, bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk anak-anak rohaninya daripada untuk dirinya sendiri.

Keempat, visi yaitu bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung melayani dengan cara belajar untuk mengetahui kemampuan anak-anak rohaninya dan melihat kemana tujuan anak rohaninya tersebut ke depan. Kelima, kepercayaan yaitu bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung percaya pada potensi dari anak-anak rohaninya yang belum terlihat, percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuannya, pemenuhan diri. Keenam, pemberdayaan yaitu bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung dapat memberikan kendali dan membiarkan anak-anak rohaninya bertanggung jawab sesuai dengan kebutuhannya untuk pertumbuhan dan perkembangan anak rohaninya. Ketujuh, pelayanan yaitu bagaimana pemimpin kelompok sel GMS Bandung memberikan dan melibatkan dirinya untuk melayani, menjadi teladan melalui tingkah laku dan gayanya dalam melayani.

Peran sebagai seorang pemimpin tidaklah mudah. Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang yang tepat yang dapat mengisi peran seorang-orang pemimpin dalam suatu organisasi gereja.


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Tannenbaum dan Schmid, dalam melaksanakan gaya kepemimpinannya, seorang pemimpin dipengaruhi oleh enam faktor yaitu diri pemimpin, ciri atasan, ciri bawahan, persyaratan tugas, iklim organisasi dan kebijakan, serta perilaku dan harapan rekan (Kadarman, et.al, 1996).

Salah satu faktor yang berada dalam diri pemimpin adalah kepribadiannya. Setiap manusia pasti memiliki tipe kepribadian tersendiri. Oleh karena itu, tipe kepribadian pemimpin bervariasi dan unik satu dengan yang lainnya. Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Feist, 2006) adalah sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (Costa & McCrae, 1997). Lima trait atau domain tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences. Hogan, Curphy, dan Hogan (1994) mengemukakan bahwa conscientiousness dan agreeableness merupakan salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas servant leadership.

Extraversion adalah seberapa besar kecenderungan pemimpin kelompok sel GMS Bandung memiliki kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, memiliki level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas kesenangan. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik extraversion dengan skor tinggi misalnya akan berperilaku mudah bergaul, aktif, optimis, menyenangkan, bersahabat, ramah terhadap orang lain, memiliki antusiasme yang tinggi, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Sedangkan seorang pemimpin yang memiliki karakteristik extraversion dengan skor rendah misalnya akan berperilaku tidak ramah, tidak periang,


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

menyendiri, pemalu, dan pendiam. Hal ini berkaitan dengan komponen kasih agape dan kerendahan hati pada servant leadership.

Agreeableness adalah seberapa besar kecenderungan pemimpin kelompok sel GMS Bandung memiliki kualitas orientasi interpersonal, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaan, dan tindakan. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik agreeableness dengan skor tinggi misalnya akan berperilaku berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, cenderung mengalah, menghindari konflik, cenderung untuk mengikuti orang lain. Sedangkan seorang pemimpin yang memiliki karakteristik agreeableness dengan skor rendah misalnya akan berperilaku sinis, kasar, curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, dan manipulatif. Hal ini berkaitan dengan komponen kasih agape, kerendahan hati, dan altruisme pada servant leadership.

Conscientiousness adalah seberapa besar kecenderungan pemimpin kelompok sel GMS Bandung memiliki tingkat keteraturan, ketahanan, dan motivasi dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik conscientiousness dengan skor tinggi misalnya akan berperilaku teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, teliti, tekun, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Sedangkan seorang pemimpin yang memiliki karakteristik

conscientiousness dengan skor rendah misalnya akan berperilaku malas, tidak bertujuan, tidak dapat dipercaya, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, dan lebih suka bersenang-senang. Hal ini berkaitan dengan aspek visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan pada ciri servant leadership.

Neuroticism adalah seberapa besar kecenderungan pemimpin kelompok sel GMS Bandung memiliki distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan atau keinginan yang berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik neuroticism dengan skor tinggi misalnya akan berperilaku kuatir, merasa tidak


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

nyaman, kurang penyesuaian, mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, memiliki kecenderungan emotionally reactive, memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, dan juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Sedangkan seorang pemimpin yang memiliki karakteristik neuroticism dengan skor rendah misalnya akan berperilaku tenang, santai, tidak emosional, tabah, nyaman, dan puas terhadap diri sendiri. Hal ini bertentangan dengan aspek kasih agape, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan pada ciri servant leadership.

Openness to experiences adalah seberapa besar kecenderungan pemimpin kelompok sel GMS Bandung memiliki keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, serta senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik

openness to experience dengan skor tinggi misalnya akan berperilaku rasa ingin tahu yang tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, mudah bertoleransi, memiliki kapasitas untuk menyerap informasi, dan bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Sedangkan seorang pemimpin yang memiliki karakteristik openness to experience

dengan skor rendah misalnya akan berperilaku mengikuti apa yang sudah ada, tertarik hanya pada satu hal, kurang memiliki jiwa seni, dan kurang analitis. Hal ini berkaitan dengan aspek visi dan pemberdayaan pada ciri servant leadership.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, karakteristik-karakteristik dan faktor-faktor yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa kepribadian big five akan berpengaruh kepada gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Gaya Kepemimpinan Servant Leadership Pemimpin kelompok sel di GMS Bandung Domain - Extraversion - Agreeableness - Conscientiousness - Neuroticism

- Openness to experiences

Komponen

- kasih agape - kerendahan hati - altruisme - visi

- kepercayaan - pemberdayaan - pelayanan

Faktor yang memengaruhi: - diri pemimpin - ciri atasan - ciri bawahan - persyaratan tugas - iklim organisasi dan

kebijakan

- perilaku dan harapan rekan Traits Kepribadian Big Five Ada pengaruh Tidak Ada pengaruh


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi Penelitian

1. Setiap pemimpin kelompok sel Gereja Mawar Sharon Bandung memiliki tipe kepribadian yang berbeda menurut teori kepribadian big five.

2. Terdapat lima trait atau domain kepribadian berdasarkan teori kepribadian big five

adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences.

3. Setiap pemimpin kelompok sel Gereja Mawar Sharon Bandung diharapkan melaksanakan gaya kepemimpinan servant leadership. Terdapat 7 komponen dalam gaya kepemimpinan servant leadership, yaitu: kasih agape, kerendahan hati, altruisme, visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan.

4. Gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh enam faktor yaitu, diri pemimpin, ciri atasan, ciri bawahan, persyaratan tugas, iklim organisasi dan kebijakan, serta perilaku dan harapan rekan.

1.7. Hipotesis Penelitian

Kepribadian big five memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.


(25)

66 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kepribadian terhadap

gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon

Bandung, diperoleh hasil bahwa:

1. Domain-domain kepribadian big five memengaruhi gaya kepemimpinan servant

leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

2. Tipe kepribadian agreeableness, neuroticism, dan openness to experiences

memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di

Gereja Mawar Sharon Bandung. Sedangkan tipe kepribadian extraversion dan

conscientiousness tidak memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

3. Tipe kepribadian agreeableness mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya

kepemimpinan servant leadership dari pada tipe kepribadian extraversion, neuroticism,

conscientiousness, dan openness to experiences pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

4. Tipe kepribadian neuroticism mempunyai pengaruh yang tidak searah terhadap gaya

kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar


(26)

67

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1. Saran Teoretis

a. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian di tempat lain, baik itu di Gereja

Mawar Sharon lainnya, atau di gereja lain selain Gereja Mawar Sharon, atau juga di organisasi lainnya selain gereja.

b. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dari faktor-faktor lain yang

memengaruhi servant leadership, di samping faktor kepribadian.

5.2.2. Saran Praktis

Bagi Gereja Mawar Sharon Bandung, hasil penelitian dapat digunakan dalam membimbing pemimpin kelompok sel dan memilih pemimpin kelompok sel yang tepat.


(27)

Universitas Kristen Maranatha

68

DAFTAR PUSTAKA

Bass, B M. (1985a). Leadership And Performance Beyond Expectations. New York: The Free Press.

Bass, B M. (1985b). Leadership: Good, Better, Best. Organizational Dynamics, ed 13, page 26-40.

Bass, B M. (1990a). Bass and Stogdill’s Handbook Of Leadership: Theory, Research, & Managerial Applications third edition. New York: The Free Press.

Bass, B M. (1990b). From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share The Vision. Organizational Dynamics, 18, 19-31.

Bass, B M. (2000). The Future of Leadership in Learning Organizations. Journal of Leadership Studies, 7, 18-40.

Cooper, C L & Payne, R. (1991). Personality and Stress: Individual Differences in The Stress Process. England: John Wiley & Sons Ltd.

Covey, S T. (2005). The 8th Habit: Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dennis, R & Bocarnea. (2006). Development of the Servant Leaderhsip Assesment Instrument. Leadership & Organization Development Journal, 26, 8, 600-615.

Feist, J & Feist, G J. (2006). Theories of Personality sixth edition. New York: McGraw-Hill Inc.

Greenleaf, R. (1977). Servants Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness. New York: Paulist Press.

Gujarati, Damodar. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Gunarsa, S D. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Gutierrez, J. L. G., B. M., Jimenez, E. G., Hernandez, & Puente, C. P. (2005). Personality and

subjective well-being: big five correlates and demographic variables. Personality and Individual Differences, 38, 1561-1569.

Hjelle, L A & Ziegler, D J. (1992). Personality Theories. Singapore: McGraw Hill Book. Hogan, R, Curphy, G J & Hogan, J. (1994). What We Know About Leadership: Effectiveness

and Personality. Journal of American Psychological Association, 49, 6, 493-504.

House, R J. (1977). A Theory of Charismatic Leadership. Carbondale: Southern Illinois University Press.

John, O P, Donahue, E M & Kentle, R L. (1991). The Big Five Inventory versions 4a and 54. Berkeley, CA: University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research.

John, O P, Naumann, L P & Soto, C J. (2008). Paradigm Shift to The Integrative Big Five Trait Taxonomy: History, Measurement, And Conceptual Issues. Dalam O. P. John, R. W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook of Personality: Theory and Research (114-158). New York, NY: Guilford Press.


(28)

Universitas Kristen Maranatha

69 Kadarman, A.M., et.al. (1996). Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Gramedia.

Kartono, Kartini. (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Keith Davis. (1962). Human Relations at Work. (New York, San Francisco, Toronto, London).

Hlm.15-19

Lemme, B H. (1995). Development in Adulthood. Boston: Ally & Bacon.

Linzey & Hall. (1993). Theories of Personality 4th ed. New York: John Wiley & Sons. Maxwell, J C. (2001). 21 Hukum Kepemimpinan Sejati. Batam: Interaksa.

McCrae, R.R., & Costa, P.T. (1997). Personality Trait Structure as Human Universal. American Psychologist, 52, 509-516.

McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of Personality Across Cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.

Nawawi, Hadari. (1995). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada Unisity Press. Northouse, P G. (2004). Leadership, Theory and Practise. Thousand Oaks: Sage Publication. Papalia, D E, Olds, S W, & Feldman, R D. (2007). Human Development. New York:

McGraw-Hill.

Patterson, K & Russell, R.F. (2004). Transformational Versus Servant Leadership – A Difference In Leader Focus. Leadership & Organization Development Journal, 25, 4. Patterson, K. (2003). Servant Leadership: A Theoretical Model. Virginia Beach: Proceeding,

Servant Leadership Roundtable, Regent University.

Pervin, L.A., et.al. (2005). Personality: Theory and Research. New York: John Wiley & Sons. Pranaya, Nyi R D Susatya. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan yang Ditampilkan oleh Atasan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawannya: Studi Kasus Karyawan pada PT X. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Spears, L C. (1995). Servant Leadership and the Greenleaf Legacy. NY: John Wiley & Son. Sudjiwanati. (2010). Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five terhadap Gaya Kepemimpinan

Transformasional Karyawan PT Arta Boga Cemerlang Surabaya. Jurnal Aplikasi Manajemen, 8 (3), pp: 642-652.

Sugiyono. (2001). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Thoha, Miftah. (2007). Kepemimpinan dalam Manajemen edisi 12. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tjiptono, Fandy. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo.

Tornroos, Maria. 2015. Personality and Work Stress: The Role of Five-Factor Model Traits and Cynicism in Perceptions of Work Characteristic. Faculty of Behavioural Sciences University of Helsinki Finland.

Winardi. (2000). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(29)

Universitas Kristen Maranatha

70

DAFTAR RUJUKAN

http://bee-mo.blogspot.com/2009/07/sistem-pengukuran-kinerja-organisasi.html/ http://gms.or.id

http://id.shvoong.com/social-sciences/2068184-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-gaya/[5/15/2014 11:17:46 PM]

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi/

http://komangadi.wordpress.com/2007/11/22/mengelola-organisasi-nonprofit/

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact= 8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.psikologi.ugm.ac.id%2Findex.php%2 Ffpsi%2Farticle%2Fdownload%2F154%2Fpdf_13&ei=j9naVMCWBdC7uATSvIE4&usg =AFQjCNGbM4WtkBslcYYWAPP5gYaKiUghOQ&sig2=MXYbHs7_tBJGgeDbivSm6 Q&bvm=bv.85761416,d.c2E

http://www.ocf.berkeley.edu/~johnlab/bfi.php/ (Oliver P. John, 1991, University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research)


(1)

15 1.6. Asumsi Penelitian

1. Setiap pemimpin kelompok sel Gereja Mawar Sharon Bandung memiliki tipe kepribadian yang berbeda menurut teori kepribadian big five.

2. Terdapat lima trait atau domain kepribadian berdasarkan teori kepribadian big five adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences.

3. Setiap pemimpin kelompok sel Gereja Mawar Sharon Bandung diharapkan melaksanakan gaya kepemimpinan servant leadership. Terdapat 7 komponen dalam gaya kepemimpinan servant leadership, yaitu: kasih agape, kerendahan hati, altruisme, visi, kepercayaan, pemberdayaan, dan pelayanan.

4. Gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh enam faktor yaitu, diri pemimpin, ciri atasan, ciri bawahan, persyaratan tugas, iklim organisasi dan kebijakan, serta perilaku dan harapan rekan.

1.7. Hipotesis Penelitian

Kepribadian big five memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kepribadian terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung, diperoleh hasil bahwa:

1. Domain-domain kepribadian big five memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

2. Tipe kepribadian agreeableness, neuroticism, dan openness to experiences memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung. Sedangkan tipe kepribadian extraversion dan conscientiousness tidak memengaruhi gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

3. Tipe kepribadian agreeableness mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan servant leadership dari pada tipe kepribadian extraversion, neuroticism, conscientiousness, dan openness to experiences pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.

4. Tipe kepribadian neuroticism mempunyai pengaruh yang tidak searah terhadap gaya kepemimpinan servant leadership pada pemimpin kelompok sel di Gereja Mawar Sharon Bandung.


(3)

67

5.2 Saran

5.2.1. Saran Teoretis

a. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian di tempat lain, baik itu di Gereja Mawar Sharon lainnya, atau di gereja lain selain Gereja Mawar Sharon, atau juga di organisasi lainnya selain gereja.

b. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dari faktor-faktor lain yang memengaruhi servant leadership, di samping faktor kepribadian.

5.2.2. Saran Praktis

Bagi Gereja Mawar Sharon Bandung, hasil penelitian dapat digunakan dalam membimbing pemimpin kelompok sel dan memilih pemimpin kelompok sel yang tepat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bass, B M. (1985a). Leadership And Performance Beyond Expectations. New York: The Free Press.

Bass, B M. (1985b). Leadership: Good, Better, Best. Organizational Dynamics, ed 13, page 26-40.

Bass, B M. (1990a). Bass and Stogdill’s Handbook Of Leadership: Theory, Research, &

Managerial Applications third edition. New York: The Free Press.

Bass, B M. (1990b). From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share The Vision. Organizational Dynamics, 18, 19-31.

Bass, B M. (2000). The Future of Leadership in Learning Organizations. Journal of Leadership Studies, 7, 18-40.

Cooper, C L & Payne, R. (1991). Personality and Stress: Individual Differences in The Stress Process. England: John Wiley & Sons Ltd.

Covey, S T. (2005). The 8th Habit: Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Dennis, R & Bocarnea. (2006). Development of the Servant Leaderhsip Assesment Instrument. Leadership & Organization Development Journal, 26, 8, 600-615.

Feist, J & Feist, G J. (2006). Theories of Personality sixth edition. New York: McGraw-Hill Inc.

Greenleaf, R. (1977). Servants Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness. New York: Paulist Press.

Gujarati, Damodar. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Gunarsa, S D. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Gutierrez, J. L. G., B. M., Jimenez, E. G., Hernandez, & Puente, C. P. (2005). Personality and

subjective well-being: big five correlates and demographic variables. Personality and

Individual Differences, 38, 1561-1569.

Hjelle, L A & Ziegler, D J. (1992). Personality Theories. Singapore: McGraw Hill Book. Hogan, R, Curphy, G J & Hogan, J. (1994). What We Know About Leadership: Effectiveness

and Personality. Journal of American Psychological Association, 49, 6, 493-504.

House, R J. (1977). A Theory of Charismatic Leadership. Carbondale: Southern Illinois

University Press.

John, O P, Donahue, E M & Kentle, R L. (1991). The Big Five Inventory versions 4a and 54. Berkeley, CA: University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research.

John, O P, Naumann, L P & Soto, C J. (2008). Paradigm Shift to The Integrative Big Five Trait Taxonomy: History, Measurement, And Conceptual Issues. Dalam O. P. John, R. W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook of Personality: Theory and Research (114-158). New York, NY: Guilford Press.


(5)

69 Kadarman, A.M., et.al. (1996). Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Gramedia.

Kartono, Kartini. (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Keith Davis. (1962). Human Relations at Work. (New York, San Francisco, Toronto, London).

Hlm.15-19

Lemme, B H. (1995). Development in Adulthood. Boston: Ally & Bacon.

Linzey & Hall. (1993). Theories of Personality 4th ed. New York: John Wiley & Sons. Maxwell, J C. (2001). 21 Hukum Kepemimpinan Sejati. Batam: Interaksa.

McCrae, R.R., & Costa, P.T. (1997). Personality Trait Structure as Human Universal. American Psychologist, 52, 509-516.

McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of Personality Across Cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.

Nawawi, Hadari. (1995). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada Unisity Press. Northouse, P G. (2004). Leadership, Theory and Practise. Thousand Oaks: Sage Publication. Papalia, D E, Olds, S W, & Feldman, R D. (2007). Human Development. New York:

McGraw-Hill.

Patterson, K & Russell, R.F. (2004). Transformational Versus Servant Leadership – A Difference In Leader Focus. Leadership & Organization Development Journal, 25, 4. Patterson, K. (2003). Servant Leadership: A Theoretical Model. Virginia Beach: Proceeding,

Servant Leadership Roundtable, Regent University.

Pervin, L.A., et.al. (2005). Personality: Theory and Research. New York: John Wiley & Sons.

Pranaya, Nyi R D Susatya. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan yang Ditampilkan oleh

Atasan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawannya: Studi Kasus Karyawan pada PT X. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Spears, L C. (1995). Servant Leadership and the Greenleaf Legacy. NY: John Wiley & Son.

Sudjiwanati. (2010). Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five terhadap Gaya Kepemimpinan

Transformasional Karyawan PT Arta Boga Cemerlang Surabaya. Jurnal Aplikasi

Manajemen, 8 (3), pp: 642-652.

Sugiyono. (2001). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Thoha, Miftah. (2007). Kepemimpinan dalam Manajemen edisi 12. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tjiptono, Fandy. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo.

Tornroos, Maria. 2015. Personality and Work Stress: The Role of Five-Factor Model Traits

and Cynicism in Perceptions of Work Characteristic. Faculty of Behavioural Sciences University of Helsinki Finland.

Winardi. (2000). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

http://bee-mo.blogspot.com/2009/07/sistem-pengukuran-kinerja-organisasi.html/ http://gms.or.id

http://id.shvoong.com/social-sciences/2068184-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-gaya/[5/15/2014 11:17:46 PM]

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi/

http://komangadi.wordpress.com/2007/11/22/mengelola-organisasi-nonprofit/

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact= 8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.psikologi.ugm.ac.id%2Findex.php%2 Ffpsi%2Farticle%2Fdownload%2F154%2Fpdf_13&ei=j9naVMCWBdC7uATSvIE4&usg =AFQjCNGbM4WtkBslcYYWAPP5gYaKiUghOQ&sig2=MXYbHs7_tBJGgeDbivSm6 Q&bvm=bv.85761416,d.c2E

http://www.ocf.berkeley.edu/~johnlab/bfi.php/ (Oliver P. John, 1991, University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research)