Deteksi Virus Dengue dari Nyamuk Vektor Aedes aegypti di Daerah Endemik Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Padang dengan Metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

(1)

ARTIKEL ILMIAH

Deteksi Virus Dengue dari Nyamuk Vektor Aedes aegypti di Daerah Endemik Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Padang dengan Metode

Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Hasmiwati1, Dahelmi2 dan Nurhayati1

1Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang 2Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang

Abstrak

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) salah satu penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi virus dengue pada nyamuk vektor yang di koleksi di rumah pasien dan sekitarnya serta di sekolah pasien dimana kasus DBD terjadi dan pasien dirawat rumah sakit yaitu: RS Yos Sudarso, RSU BMC dan RSUD kota Padang, dengan metode Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR). Lima macam primer spesifik digunakan yaitu yaitu DF, DR1, DR2, DR3 dan DR 4. Hasil penelitian menunjukan terbentuknya gambaran pita yang sesuai dengan pasangan basa virus dengue serotype 2 (DEN-2) pada kelompok nyamuk ♀, ♂ dan kelompok campuran ♂ dan ♀. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nyamuk Ae.agypti

mempunyai potensi dalam menularkan virus dengue secara vertikal (transovarial) dan perlu penelitian lanjutan untuk menganalisis diversitas genetiknya serta mendapatkan informasi penting untuk studi epidemiologi.

Kata Kunci : Demam Berdrah Dengue (DBD), Ae.aegypti, RT-PCR, Transovarial. Abstract

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of an importat arboviral disease transmitted by

Aedes aegypti dan Ae.albopictus. The puposes of this studyis to detect dengue viruses on mosquitoes that collected at houses and schools where DHF cases occurred. Virusses were detected using Reserve Transcriptase Polymerase Chain (RT PCR). In this study, five primers were used such us DF, DR1, DR2, DR3 dan DR 4. The study result showed that formation of bands to each base pair of dengue viral serotype 2 in mosquitoes group ♀, ♂ and mixed group ♀, ♂. On the basis of study, it is concluded that mosquito Ae. agypti has a potential to transmit transovarially and continuing study is needed to analyze genetic diversity and providing important information for epidemiological studies.


(2)

PENDAHULUAN

Penyakit DBD endemik di banyak kota di Indonesia termasuk di kota Padang. Secara nasional, kejadian luar biasa (KLB) DBD yang terjadi dalam jangka waktu 1-2 tahun di semua propinsi di wilayah Indonesi (WHO, 2000). Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk A.aegypti dan

Ae.albopictus sebagau vektor utama dan Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris dan Ae (Finlaya) niveus (WHO,2000). Nyamuk yang mengandung virus dengue dengan kepadatan populasi yang tinggi menyebabkan nyamuk kontak dengan manusia semakin banyak dan kemungkinan manusia terserang virus semakin tinggi juga (Anggraini,1998). Diduga terjadi diversitas virus dengue dan diversitas genetik nyamuk vektor. Terjadinya diversitas genetik nyamuk vektor secara langsung akan memungkinkan terjadinya diversitas genetik serotype virus dengue. Virus dengue adalah virus RNA (virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya) yang bermutasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan virus DNA (Utama, 2004). Virus dengue dapat ditularkan secara horizontal dari manusia pembawa virus ke nyamuk vektornya maupun secara vertikal dari induk ke keturunannya (transovarial). Secara percobaan nyamuk dapat menularkan virus dengue secara vertikal/ transovarial (Agoes,1996 dan Freier and Rosen, 1988). Genom virus dengue mempunyai berat molekul 11 kb yang tersusun dari protein struktural (protein E,prM dan C) dan protein non struktural (NS1 –NS5) (Henchal and Putnak,1990). Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotype yaitu DEN-1, 2, 3 dan 4. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotype ini tidak hanya menyangkut antar serotype tetapi juga didalam serotype itu sendiri, tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Fenomena ini mengindikasikan munculnya varian-varian baru hasil evolusi genetik virus. Virus DEN-3 di Indonesia telah terjadi variasi genetiknya (Raekiansyah, 2003). Variasi genetik baru berasal dari perubahan-perubahan pada urutan DNA , sumber variasi genetik itu berasal dari rekombinasi dan Mutasi (Ayala ,1982).

Penelitian tentang penularan virus secara vertikal pernah dilakukan oleh Watts et al., 1985) di Thailand, oleh Joshi et al. (1996) di India dan oleh Ahmad et al. (1997) di Malaysia,dilaporkan bahwa terdeteksinya virus dengue pada nyamuk Ae.aegypti dan


(3)

melakukan deteksi virus dengue dalam spesimen klinis dan nyamuk dengan Single-Tube Multiplex RT PCR and Johnson dkk ( 2005) juga telah melakukan penelitian deteksi virus dengue dalam Fourplex Real Time RT PCR. Liotta at al.(2005) telah melakukan deteksi secara molekuler virus dengue di dalam nyamuk Ae. Aegypti yang di tangkap di lapangan dari bagian Timur Laut Argentina diadapatkan 99,5% terdeteksi virus dengue dari sampel nyamuk yang diperiksa (207/208 sampel nyamuk positif virus dengue). Gunther et al (2007) dari penelitiannya melaporkan bahwa 6 kelompok dari 43 kelompok nyamuk sampel terdeteksi virus dengue serotype 2, 3 dan 4. Akbar (2003) mendeteksi virus dengue serotype 2 pada nyamuk Ae.aegypti di kota Bandung.

Berbagai metode dan tekhnik yang dikembangkan untuk deteksi dan isolasi virus dengue ini telah banyak dikembangkan. Kemajuan tekhnologi tersebut dapat untuk menentukan serotype virus yang menginfeksi manusia maupun pada vektornya yaitu dengan metode RT-PCR ( Harris et al.1998 and Johnson et al. 2005) %. Untuk mengetahui diversitas genetik nyamuk vektor dapat dilakukan dengan RAPD-PCR (William et al 1990). Anggraini (1998) dan Efriwati (1999) melaporkan bahwa terdapat polymorfisme nyamuk Ae.aegypti di kota bandung dan di Jogjakarta. Untuk itu, Informasi tentang variasi virus dengue pada nyamuk vektor di suatu daerah endemik perlu diketahui yang berguna sebagai landasan dalam pengendalian dan pengontrolan vektor serta untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD sehingga angka kejadian penyakit DBD dapat di tekan dan tidak terjadi KLB (outbreak).

Dalam paper ini akan dideskripsikan kegiatan deteksi virus dengue dari nyamuk

Ae.aegypti yang dikoleksi dari daerah endemik kota Padang. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk penentuan serotype virus dengue pada nyamuk vektor didaerah yang sudah ditentukan dan mengisolasi virus dengue dari nyamuk vektor kemudian diamplifikasi dengan metode RT-PCR. Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Lokasi Penelitian


(4)

ditentukan berdasarkan kasus DBD yang dirawat di RSUD Kota Padang, RS Yos Sudarso dan RS BMC Padang dan informasi kasus DBD dari DKK Kota Padang. Untuk penentuan lokasi penelitian yang terpilih adalah : Perumahan Belimbing Kuranji Kecamatan Kuranji( Kasus DBD tertinggi), Komplek SD Islam Budi Mulia Simpang Haru Kecamatan Padang Timur (Kasus DBD sedang ) dan Komplek Perumahan Unand (Kasus rendah /sporadik).

Pelaksanaan Penelitian a.Pengambilan Sampel

Pengoleksian sampel nyamuk dilakukan di rumah pasien yang terdiagnosa positif DBD dan dirawat di RS Yos Susarso, BMC, dan RSUD Kota Padang dari bulan Januari 2009 – Mei 2009. Koleksi nyamuk dilakukan untuk mendapatkan nyamuk dewasa, larva dan pupa dikoleksi dari habitatnya. Telur didapatkan dengan memasang perangkap telur (ovitrap), sedangkan nyamuk dewasa ditangkap dengan aspirator dan jala serangga. Larva dan pupa dikoleksi dari habitatnya dengan menggunakan larva dipper dan pipet hisap.

b. Pemeliharaan dan Identifikasi nyamuk.

Nyamuk yang didapat dari koleksi dilapangan baik stadium telur maupun stadium larva serta stadium pupa selanjutnya dipelihara di Insektarium laboratorium Taxonomi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas Padang hingga menjadi stadium dewasa dengan cara sebagai berikut : Larva ,pupa maupun telur diletakan dalam mangkuk yang berisi air sumur dan diletakan dalam kandang berukuran 80 x 80 x 80 cm yang ditutupi kain kasa.Larva nyamuk yang dikoleksi dipisahkan berdasarkan waktu pengoleksian dan tempat koleksi. Larva nyamuk diberi makan dengan pelet ayam yang ditambah hati ayam yang dihaluskan, larva dipelihara hingga menjadi dewasa. Air pemeliharaan diganti setiap hari.Setelah dewasa nyamuk diberi makan dengan larutan glukosa 10% sampai berumur 7 – 14 hari. Setelah itu nyamuk di Identifikasi menggunakan pedoman Kunci Identifikasi Aedes, Jentik dan Dewasa di Jawa (DepKes,1989).Nyamuk dipisahkan berdasarkan daerah pengkoleksian,spesies dan jenis kelamin.Dari satu kelompok (30 ekor) dimasukan kedalam tabung mikro (ependorf) dan langsung dilakukan isolasi virus dengue,jika ada yang belum dilakukan isolasi virusnya ,tabung yang berisi nyamuk disimpan di freezer -20ºC atau di -70ºC.


(5)

c. Isolasi virus

Nyamuk dewasa yang telah dikelompokan(♂, ♀ dan campuran ♂ dan♀ ) dilakukan isolasi RNA virus dengue. Untuk Isolasi RNA virus dengue dilakukan dengan menggunakan kit Isolasi RNA Viral Qiagen (QiAmp Viral RNA mini Kit). Secara ringkas prosedur nya adalah sebagai berikut :

Sampel nyamuk dewasa yang segar atau yang telah disimpan di freezer -20C atau – 70C sebanyak 20 sampai 30 ekor dimasukan kedalam tabung mikro (eppendorf),direndam dengan 50 ul buffer PBS (Posfat Buffer Salin) dan digerus dengan pistil plastik. Setelah digerus ditambahkan 560μl buffer AVL yang disiapkan telah mengandung RNA carrier. Vortex selama 45 detik. Inkubasi 10 menit pada suhu kamar. Sentrifus tabung secara singkat untuk membuang tetesan pada tutup tabung. Kedalam sampel tambahkan 560 μl etanol (96-100%) di vortex selama 15 detik dan sentrifus singkat. Pipet 630 μl larutan masukan kedalam tabung pengumpul, sentrifus 8000 rpm selama 1 menit. Ulangi sampai semua lisat habis. Buang tabung yang berisi filtrat, ganti tabung pengumpul yang baru, tambahkan 500 μl buffer AW1 sentrifus 8000 rpm selama 1 menit. Buang tabung yang berisi filtrat dan ganti dengan tabung baru. Tambahkan 500 μl buffer AW2 sentrifus 14.000 rpm selama 3 menit. Buang tabung yang berisi filtrat dan ganti dengan tabung yang baru. Tambahkan 60 μl buffer AVE, inkubasi pada suhu kamar selama 1 menit. Sentrifus 8000 rpm selama 1 menit. RNA virus hasil isolasi disimpan di freezer -20°C.

d. Amplifikasi dan Sequensing RNA virus Dengue.

Sebelum dilakukan amplifikasi RNA hasil Isolasi dicek dengan gel agarosa 1%/BBE .Amplifikasi RNA virus dengue dilakukan dengan tekhnik RT-PCR ( Harris et al. 1998 ; Johnson et al. 2005) yaitu menggunakan primer spesifik serotype. Untuk ini adalah dengan menggunakan kit Qiagen RT PCR (One Step RTPCR) dengan komposisi mix seperti pada Tabel 1.


(6)

Tabel 1: Komponen reaksi untuk one step RTPCR

Komponen Volume/Raksi

Rnase free water 7,5 μl

5x Qiagen 1 step RT PCR buffer 10,0 μl

D NTP Mix 2,0 μl

5x q solution 10,0 μl

Primer DF 3,0 μl

Primer DR1 3,0 μl

Primer DR 2 1,5 μl

Primer DR 3 1,5 μl

Primer DR 4 1,5 μl

Qiagen one step RT PCR enzyme 2,0 μl

RNA (Template) 8,0 μl

T o t a l 50,0 μl

Program amplifikasi dengan menggunakan kondisi PCR sebagai berikut: Tabel 2 :Program Reverse Transkriptase dan amplifikasi adalah:

Reaksi Suhu(ºC ) Waktu (menit) Jumlah siklus

Reverse Transcriptase (RT) 50 30

Initial PCR 95 15

Denaturation 94 1

40 x

Annealing 55 1

Extension 72 1

Final extension 72 10

Primer yang digunakan adalah :

DF: 5’ TCA ATA TGC TGA AAC GCG CGA GAA ACC G 3’ DR1: 5’ CGT CTC AGT GAT CCG GGG G 3’

DR2: 5’ CGC CAC AAG GGC CAT GAA CAG 3’ DR3: 5’ TAA CAT CAT CAT GAG ACA GAG C 3 DR4 : 5’ TGT TGT CTT AAA CAA GAG AGG TC 3 e.Elektroforesis

Fragmen DNA hasil amplifikasi dielektofpresis pada gel agarosa 2% yang diberi pewarnaan dengan ethidium bromid dalam buffer 0,5x TBE (Tris-Borate EDTA) dengan tegangan 60 Volt ( Sambrook et al.1989,dan diamati dengan UV.


(7)

Untuk penentuan keberadaan virus dengue pada nyamuk menggunakan tekhnik RT-PCR didasarkan pada gambaran fragmen (band) pada pasangan basa (bp) yang sesuai setelah dilakukan elektroforesis .Ukuran pita yang diharapkan dari hasil amplifikasi yang diharapkan adalah 486 bp (DEN1), 119 bp DEN 2 , 290 bp DEN 3, dan 389 bp DEN 4. Sepuluh mikroliter dari total 50 ul ul PCR mix dielektroforesis pada 2% agarose gel dalam 1 x TBE (89 mM Tris Borate,2 mM EDTA pH 8,3) dengan DNA standar marker sebagai patokan untuk melihat ukuran berat molekul sampel. Ukuran pita yang diharapkan dari hasil amplifikasi yang diharapkan adalah 486 bp (DEN1), 119 bp DEN 2 , 290 bp DEN 3, dan 389 bp DEN 4. Pita yang jelas dan ukuran yang sesuai dengan pita yang dibandingkan dengan pita marker yang dipakai dianggap hasil positif dan didokumentasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Survei dan distribusi kasus DBD di Kota Padang

Dari hasil survei kasus DBD dari bulan Januari sampai bulan Mei 2009 di 3 Rumah Sakit Kota Padang di dapatkan hasil sebagai berikut: 1.RSU BMC didapatkan 19 kasus pada bulan Januari 2009, 20 kasus pada bulan Februari, 14 kasus bulan Maret, 16 kasus pada bulan April dan 20 kasus pada bulan Mei 2009. 2. RS Yos Sudarso didapatkan 24 kasus bulan Januari, 47 kasus bulan Februari, 26 kasus bulan Maret dan 35 kasus bulan April 2009.3. RSUD kota Padang 22 kasus bulan Januari, 25 kasus bulan Februari, 17 kasus bulan Maret, 33 kasus bulan April dan 23 kasus bulan Mei 2009. Dari hasil survei kasus ini dapat dilihat juga daerah asal pasien, ternyata pasien yang di rawat di ke 3 rumah sakit berasal hampir dari semua kecamatan yaitu 11 kecamatan di kota Padang. Berdasarkan komonikasi dengan DKK kota Padang bahwa Kota Padang dengan 11 Kecamatannya sudah dinyatakan daerah endemik DBD. Berdasarkan data ini maka dipilih 3 lokasi penelitian yang berdasarkan tingkat endemisitasnya yaitu : Komplek Perumahan Belimbing Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji (kasusnya paling banyak), Komplek SD Islam Budi Mulia Simpang Haru Kecamatan Padang Timur (kasus sedang) dan Komplek Perumahan Unand Gadut Kecamatan Lubuk Kilangan (kasus rendah), dalam pemilihan lokasi ini juga dipertimbangkan keadaan lingkungan daerah yang dipilih.


(8)

b. Jenis dan karakteristik Sampel.

Dari ketiga lokasi penelitian dipasang ovitrap untuk pengoleksian telur namun dari hasil pemasangan ovitrap jumlah telur yang didapat sedikit sekali, ini mungkin disebabkan karena sewaktu ada laporan kasus petugas dari dinas kesehatan langsung melakukan penyemprotan dan nyamuk dewasa langsung mati sedangkan dari pengoleksian larva didapatkan : 283 ekor larva dari Komplek Perumahan Belimbing 302 ekor larva dari Komplek SD Islam Budi Mulia Simpang Haru dan 299 ekor larva dari Komplek perumahan Unand Gadut.

Untuk penangkapan nyamuk dewasa dari rumah pasien serta disekitar rumah pasien juga tidak didapatkan ini disebabkan karena setiap ada kasus DBD maka dinas Kesehatan Kota Padang selalu melakukan pengasapan atau foging.

Semua larva dan pupa nyamuk yang didapat dipelihara sampai dewasa dengan memberi makan buatan dilaboratorium. Setelah mencapai stadium dewasa dilakukan Identifikasi spesies atau jenis nyamuk dengan menggunakan kunci Identifikasi. Jenis /spesies nyamuk, Jenis kelamin dan jumlah nyamuk dewasa yang didapat, seperti tercantum pada Tabel 3. Dilihat pada tabel 3 diatas jenis nyamuk yang didapatkan 2 jenis nyamuk yaitu Ae.aegypti

dan Ae.albopictus. Dilokasi komplek perumahan Unand gadut didapatkan 2 jenis nyamuk yaitu Ae.aegypti dan Ae.albopictus. Jika dibandingkan antara ke 3 lokasi penelitian dan dihubungkan dengan karakter lingkungan seperti ketinggian dari permukaan laut memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ke 2 lokasi. Berdasarkan hal ini maka tempat hidup dari nyamuk Ae.albopictus memang cocok karena nyamuk Ae.albopictus termasuk jenis nyamuk yang hidup di hutan dan telah beradaptasi dilingkungan manusia di pedesaan, semi perkotaan dan perkotaan (WHO,2003) Disamping itu Ae.albopictus juga dinyatakan sebagai vektor dan

Tabel 3. Jenis dan Jumlah sampel nyamuk di 2 lokasi penelitian

Jenis nyamuk Lokasi Jumlah individu

♂ ♀ Jumlah

Aedes aegypti Belimbing* 104 179 283

Aedes aegypti SD I B. Mulia* 152 150 302

Aedes aegypti Gadut* 94 94 188


(9)

Aedes aegypti SD Buhi Mulia** 78 65 140

Aedes aegypti Gadut** 102 194 264

Total 585 696 1288

Keterangan: * Penangkapan pertama, ** Penangkapan kedua

penyebab epidemi DB dan DBD di Asia dan di Seycheles walau tidak sepenting Ae.agypti. Nyamuk ini lebih dominan ditemui di daerah perkotaan yang penduduknya lebih padat pada umumnya didapatkan di kota-kota yang berada di dekat pantai.

c. Pengelompokan Sampel Penelitian

Untuk melakukan isolasi virus dengue, nyamuk dikelompokan berdasarkan lokasi , jenis nyamuk , jenis kelamin (♀, ♂ dan campuran ♂ dan♀), yaitu 30 ekor nyamuk. Dilakukan isolasi virus dengue pada kelompok nyamuk yang cukup besar ini adalah dengan tujuan supaya mendapatkan RNA yang lebih banyak karena beberapa peneliti terdahulu melaporkan sulit mendeteksi adanya keberadaan virus dengue ini seperti dilaporkan oleh : Ramalinggam et al. (1986) di Malaysia mendapatkan hasil yang negatif dari deteksi virus dengue walaupun nyamuk di koleksi di daerah yang sedang berlangsung DD dan DBD.

d. Isolasi Virus Dengue pada nyamuk

Setelah nyamuk diidentifikasi dan dikelompokan maka dilakukan isolasi RNA virusnya dengan menggunakan kit dari Qiagen (QIAamp Viral RNA Mini Kit). Prosedur kerja dilakukan sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan pabrik.. Dari hasil isolasi tersebut didapatkan RNA virus dengue seperti pada Gambar 1. Informasi ini dapat dilihat dengan hasil elektroforesis RNA dengan menggunakan gel agarose1% yang diberi pewarnaan dengan Etidium Bromida dalam buffer 1% BBE. Dengan adanya didapat RNA Virus Dengue ini dan menunjukan hasil yang menunjukan terjadinya penularan secara vertikal. Karena RNA mudah terkontaminasi , mudah terdegradasi dan juga harus dilakukan dengan perlakuan khusus Untuk melakukan isolasinya harus dengan perlakuan khusus karena RNA virus dengue hanya terdiri dari single strainded. Untuk perlakuan terhadap RNA semua peralatan dan larutan harus bebas dari RNase. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan air deion yang mengandung DEPC (dH2O- DEPC,Di Etyl Pyro Carbonat)0,1). dan pipet yang dipakai khusus hanya untuk perlakuan terhadap RNA supaya tidak terkontaminasi dengan DNA.


(10)

Gambar 1: Elektroferogram RNA virus dengue pada nyamuk Ae.aegypti- Lokasi Gadut. .

Dilihat pada Gambar 1, sebagai perbandingan disamping isolasi dilakukan pada kelompok nyamuk Ae.aegypti juga dicoba dilakukan isolasi pada serum darah pasien DBD yang sudah dinyatakan positif yang diperiksa secara serologis yaitu yang dinyatakan Ig M nya positif (lajur1 ). Adanya didapatkan RNA virus dengue pada kelompok nyamuk jantan ternyata disini terbukti bahwa penularan virus dengue oleh nyamuk juga terjadi secara vertikal (transovarial) yaitu dari induknya ke keturunannya baik secara percobaan maupun secara lami sesuai dengan yang didapatkan oleh Gunther at al (2007). Kow et al (2001) di Singapura juga melaporkan virus dengue dapat dideteksi dengan metode PCR pada nyamuk jantan.

e. Amplifikasi RNA Virus Dengue untuk penentuan serotype.

Penentuan keberadaan virus dengue pada nyamuk dengan menggunakan tekhnik RT PCR adalah berdasarkan pada gambaran pita yang dihasilkan yang sesuai setelah dilakukan elektroforesis. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya pita 100 – 500 bp dengan rincian sebagai berikut : yaitu 486 bp (DEN1), 119 bp DEN 2 , 290 bp DEN 3, dan 389 bp DEN 4. Sedangkan hasil negatif tidak membentuk pita pada gambaran elektroforesis. Dengan pemeriksaan menggunakan tekhnik RT PCR tersebut diperoleh gambaran seperti gambar dibawah ini.


(11)

Gambar 2: Elektrofotogram pemeriksaan virus dengue dengan RT PCR pada nyamuk Ae.aegypti dari lokasi Perumahan Unand Gadut. M = Marker, 1. RNA virus dengue dari serum, 2 dan5 RNA virus dengue kelompok nyamuk ♀,3 dan 6 RNA virus dengue kelompok nyamuk ♂dan 4dan7 kelompok campuran ♂ dan♂.

Gambaran hasil elektroforesis pada Gambar 2 merupakan sampel dari lokasi perumahan Gadut yang terdiri dari kelompok ♀ ,♂dan campuran ♂ dan ♀. Dari hasil ini diduga bahwa serotype virus Dengue yang didapatkan adalah Virus Dengue serotype 2 karena terdapat diantara 100 bp dan 200 bp jika dibandingkan dengan marker dimana diperkirakan terdapat pada 119 bp. Hasil yang didapatkan ini sama dengan yang didapatkan oleh Akbar, (2003) di Bandung pada satu kelompok dari 48 kelompok sampel yang diperiksa dan peneliti lain juga telah menemukan keberadaan virus dengue pada nyamuk seperti yang didapatkan oleh Ahmad


(12)

kelompok Ae.aegypti dan Ae.albopictus yang dilakukan dengan tekhnik PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) dan RT PCR. Khin dan Than (1983) juga telah melaporkan terdeteksinya virus dengue 2 pada nyamuk Ae.aegypti di Myanmar. Joshi et al. (1996) juga telah mendapatkan virus dengue 3 pada Ae.agypti di India.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian tahun I ini menunjukan bahwa:

1.Seluruh wilayah Kecamatan (11 kecamatan) di Kota Padang sudah dinyatakan endemis Dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

2.Jenis nyamuk yang didapatkan sebagai vektor adalah nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus. 3.Serotype virus dengue yang terdeteksi pada nyamuk Ae.aegypti yang berasal dari lokasi Perumahan Unand Gadut adalah: vierus dengue srotype 2

Saran-saran .

Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Sequensing fragmen virus dengue yang dideteksi pada nyamuk harus dilakukan untuk mengetahui diversitas genetik virus dengue tsb.

2. Untuk mendapatkan hasil yang dapat untuk pengambil kebijakan dalam pengendalaian dan pengontrolan vektor DBD harus dilakukan dengan sampel yang dikoleksi setiap bulan dalam 1 tahun.

3. Pengamatan diversitas genetik nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus perlu juga dilakukan karena virus dengue secara biologis bisa di transmisikan ke

keturunannya. DAFTAR PUSTAKA

Akbar,M.R.,R.Agoes,Tj.Djatie,S.Kodyat. 2008. PCR Detection of Dengue Transovarial Transmissibibility in Aedes aegypti in Bandung Indonesia.Proc.ASEAN Cong.Trop.Med.Parasitol.3:84-9.

Agoes, R. 1996. Studi bionomik nyamuk Aedes aegypti (Linneus,1762) strain geografis Bandung: Pola pengembangbiakan pada berbagai temperatur dan jenis media air Serta kemampuannya dalam mentransmisikan virus dengue secara transovarial. Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung.


(13)

Anggraini, E. 1998. Tingkat Keanekaragaman Genetik nyamuk Aedes agypty dari Kotamadya Bandung Dengan Menggunakan Metoda Random Amplified Polymorpic DNA RAPD} PCR. Tesis S2 Institut Tekhnologi Bandung.

Ahmad,R.,Ismail,A.,Saat,Z.,Lim,H. 1997.Detection of dengue virus from field Ae.aegypti And Ae.albopictus adult and larvae.Southeast Asian.J.Trop.Med.Public Healt (28): 138-142.

Ayala, F.J. 1982. Population and Evolutionary Genetic. A Primer. The Benjamin/Cumming Publishing Company, California.32-38.

DEPKES.RI. 1989.Kunci Identifikasi Aedes, jentik dan dewasa di Jawa. Jakarta. DEPKES, RI. 2007.Data Kasus Demam Berdarah Dengue per Bulan per Propinsi. Efriwati. 1999. Analisis Polimorfisme Genetik Aedes aegypti dari Daerah Endemis dan Non Endemis DBD Dengan RAPD-PCR. Tesis S2 Program Studi Biotekhnologi Universitas Gajah Mada.

Freier, J.E., Rosen, L. 1988. Vertical transmission of degue virus by Ae.mediovittatus. Am. J. Trop. Med. Hyg. 32 (2): 218-222.

Gubler,D.J.1998.Dengue and Dengue Hemorhagic Fever.Clinical Microbiology Reviws 11(3):480-496.

Gunther, J., J.P. Martinez-Munoz, D. G., Perez-Ishiwara., J. Salass-Benito. 2007. Intervirology. 50:347-352.

Harris, E., Robert, T.G., Smith, L. Selle, J. Kramer, L.D., Valle, S., Sandova, E., and Balmaseda, A. 1998. Typing of Dengue Viruses in Clinical Specimen ano Mosquitoes by Single-Tube Multiplex Reverse Transcriptase PCR. Journal of Clinical Microbiology. Sept. 1998. Vol. 36. No. 9. p. 2634-2639.

Henchal, E. A., Putnak, J. R., 1990. The Dengue Virus. Clinical Microbiology Revius. Vol 3 No 4. p. 376-396.

Johnson, B.W., Russel, B.J. and Lanciotti, R.S. 2005. Serotype Specific Detection of De Ngue Viruses in Fourplex Real-Time Reverse Transcriptase PCR assay. Journal Of Clinical Microbiology. Oct. 2005. Vol. 43. No 10. p. 4977-4983.

Joshi, V.,Singhi, M., Chaudhary, R.C. 1996. Transovarial transmission of dengue-3 virus by Ae.aegypti. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 90: 643-644.


(14)

Kow, C.Y.,Koon, L.L.,Yin, P.F. 2001. Detection of gangue viruses in field caught male Ae.aegypti and Ae. Albopictus (Diptera :Culicidae) in Singapure by type specific PCR. Journal of Medical Entomology 38 :475-479.

Liotta, D.J.,G. Cabane, R.Camfos, S.E. Tonon. 2005. Microbiologia. Vol.47(3-4):82-87. Rakeinsyah, M. 2003. Variasi Genenetik Virus Dengue Type 3. Tesis S2 .Perpustakaan Pusat UI. www.digilab.ui.edu. Diakses Mei 2008.

Ramalinggam, S., Chandra ,S. K., Pang, T., Rampal, L. 1986. Does transovarial trans Mission of dengue viruses occur in Malaysia. Trop. Biomed. 3:87-88.

Roseen, R. and Gubler, D.J. 1974. The use Mosquitoes to detect and propagative dengue Viruses. Am. J. Trop. Med. Hyg.23. 1153.

Utama, A. 2004. Dengue, Permasalahan dan Solusinya. Kompas : www.kompas-online.com. Diakses Mei 2008.

World Health Organization (WHO). 1997. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment Prevention and control 2nd ed, Genewa.

Wolrd Health Organization (WHO). 2000. Pencegahan dan Penanggulan Penyakit demam Berdarah Dengue. Petunjuk Lengkap. Terjemahan oleh Suroso, T. dkk dari Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO dan Departemen Kesehatan.

Wolrd Health Organization (WHO). 2003. Pencegahan dan Penanggulan Penyakit demam Berdarah Dengue. Petunjuk Lengkap. Terjemahan oleh Suroso, T. dkk dari Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO dan Departemen Kesehatan.

Sambrook, J., Fritscly, EF. And Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning, Laboratory Manual. Second Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press. New York,

Williams, J.G.K.,Kubelic, A.R., Livak, K.J.,Rafalsky, J.A. And Tingey, S.V. 1990. DNA polymorphism Amplified by Arbitary Primers Are Useful as Genetic Markers. Nucl. Acid. Res. 22(18): 6531-6535.


(1)

Aedes aegypti SD Buhi Mulia** 78 65 140

Aedes aegypti Gadut** 102 194 264

Total 585 696 1288

Keterangan: * Penangkapan pertama, ** Penangkapan kedua

penyebab epidemi DB dan DBD di Asia dan di Seycheles walau tidak sepenting Ae.agypti. Nyamuk ini lebih dominan ditemui di daerah perkotaan yang penduduknya lebih padat pada umumnya didapatkan di kota-kota yang berada di dekat pantai.

c. Pengelompokan Sampel Penelitian

Untuk melakukan isolasi virus dengue, nyamuk dikelompokan berdasarkan lokasi , jenis nyamuk , jenis kelamin (♀, ♂ dan campuran ♂ dan♀), yaitu 30 ekor nyamuk. Dilakukan isolasi virus dengue pada kelompok nyamuk yang cukup besar ini adalah dengan tujuan supaya mendapatkan RNA yang lebih banyak karena beberapa peneliti terdahulu melaporkan sulit mendeteksi adanya keberadaan virus dengue ini seperti dilaporkan oleh : Ramalinggam et al. (1986) di Malaysia mendapatkan hasil yang negatif dari deteksi virus dengue walaupun nyamuk di koleksi di daerah yang sedang berlangsung DD dan DBD.

d. Isolasi Virus Dengue pada nyamuk

Setelah nyamuk diidentifikasi dan dikelompokan maka dilakukan isolasi RNA virusnya dengan menggunakan kit dari Qiagen (QIAamp Viral RNA Mini Kit). Prosedur kerja dilakukan sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan pabrik.. Dari hasil isolasi tersebut didapatkan RNA virus dengue seperti pada Gambar 1. Informasi ini dapat dilihat dengan hasil elektroforesis RNA dengan menggunakan gel agarose1% yang diberi pewarnaan dengan Etidium Bromida dalam buffer 1% BBE. Dengan adanya didapat RNA Virus Dengue ini dan menunjukan hasil yang menunjukan terjadinya penularan secara vertikal. Karena RNA mudah terkontaminasi , mudah terdegradasi dan juga harus dilakukan dengan perlakuan khusus Untuk melakukan isolasinya harus dengan perlakuan khusus karena RNA virus dengue hanya terdiri dari single strainded. Untuk perlakuan terhadap RNA semua peralatan dan larutan harus bebas dari RNase. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan air deion yang mengandung DEPC (dH2O- DEPC,Di Etyl Pyro Carbonat)0,1). dan pipet yang dipakai khusus hanya untuk perlakuan terhadap RNA supaya tidak terkontaminasi dengan DNA.


(2)

Gambar 1: Elektroferogram RNA virus dengue pada nyamuk Ae.aegypti- Lokasi Gadut. .

Dilihat pada Gambar 1, sebagai perbandingan disamping isolasi dilakukan pada kelompok nyamuk Ae.aegypti juga dicoba dilakukan isolasi pada serum darah pasien DBD yang sudah dinyatakan positif yang diperiksa secara serologis yaitu yang dinyatakan Ig M nya positif (lajur1 ). Adanya didapatkan RNA virus dengue pada kelompok nyamuk jantan ternyata disini terbukti bahwa penularan virus dengue oleh nyamuk juga terjadi secara vertikal (transovarial) yaitu dari induknya ke keturunannya baik secara percobaan maupun secara lami sesuai dengan yang didapatkan oleh Gunther at al (2007). Kow et al (2001) di Singapura juga melaporkan virus dengue dapat dideteksi dengan metode PCR pada nyamuk jantan.

e. Amplifikasi RNA Virus Dengue untuk penentuan serotype.

Penentuan keberadaan virus dengue pada nyamuk dengan menggunakan tekhnik RT PCR adalah berdasarkan pada gambaran pita yang dihasilkan yang sesuai setelah dilakukan elektroforesis. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya pita 100 – 500 bp dengan rincian sebagai berikut : yaitu 486 bp (DEN1), 119 bp DEN 2 , 290 bp DEN 3, dan 389 bp DEN 4. Sedangkan hasil negatif tidak membentuk pita pada gambaran elektroforesis. Dengan pemeriksaan menggunakan tekhnik RT PCR tersebut diperoleh gambaran seperti gambar dibawah ini.


(3)

Gambar 2: Elektrofotogram pemeriksaan virus dengue dengan RT PCR pada nyamuk Ae.aegypti dari lokasi Perumahan Unand Gadut. M = Marker, 1. RNA virus dengue dari serum, 2 dan5 RNA virus dengue kelompok nyamuk ♀,3 dan 6 RNA virus dengue kelompok nyamuk ♂dan 4dan7 kelompok campuran ♂ dan♂.

Gambaran hasil elektroforesis pada Gambar 2 merupakan sampel dari lokasi perumahan Gadut yang terdiri dari kelompok ♀ ,♂dan campuran ♂ dan ♀. Dari hasil ini diduga bahwa serotype virus Dengue yang didapatkan adalah Virus Dengue serotype 2 karena terdapat diantara 100 bp dan 200 bp jika dibandingkan dengan marker dimana diperkirakan terdapat pada 119 bp. Hasil yang didapatkan ini sama dengan yang didapatkan oleh Akbar, (2003) di Bandung pada satu kelompok dari 48 kelompok sampel yang diperiksa dan peneliti lain juga telah menemukan keberadaan virus dengue pada nyamuk seperti yang didapatkan oleh Ahmad et al. (1997) di Malaysia memperlihatkan hasil positif pada 3 kelompok nyamuk dari 1664


(4)

kelompok Ae.aegypti dan Ae.albopictus yang dilakukan dengan tekhnik PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) dan RT PCR. Khin dan Than (1983) juga telah melaporkan terdeteksinya virus dengue 2 pada nyamuk Ae.aegypti di Myanmar. Joshi et al. (1996) juga telah mendapatkan virus dengue 3 pada Ae.agypti di India.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian tahun I ini menunjukan bahwa:

1.Seluruh wilayah Kecamatan (11 kecamatan) di Kota Padang sudah dinyatakan endemis Dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

2.Jenis nyamuk yang didapatkan sebagai vektor adalah nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus. 3.Serotype virus dengue yang terdeteksi pada nyamuk Ae.aegypti yang berasal dari lokasi Perumahan Unand Gadut adalah: vierus dengue srotype 2

Saran-saran .

Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Sequensing fragmen virus dengue yang dideteksi pada nyamuk harus dilakukan untuk mengetahui diversitas genetik virus dengue tsb.

2. Untuk mendapatkan hasil yang dapat untuk pengambil kebijakan dalam pengendalaian dan pengontrolan vektor DBD harus dilakukan dengan sampel yang dikoleksi setiap bulan dalam 1 tahun.

3. Pengamatan diversitas genetik nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus perlu juga dilakukan karena virus dengue secara biologis bisa di transmisikan ke

keturunannya. DAFTAR PUSTAKA

Akbar,M.R.,R.Agoes,Tj.Djatie,S.Kodyat. 2008. PCR Detection of Dengue Transovarial Transmissibibility in Aedes aegypti in Bandung Indonesia.Proc.ASEAN Cong.Trop.Med.Parasitol.3:84-9.

Agoes, R. 1996. Studi bionomik nyamuk Aedes aegypti (Linneus,1762) strain geografis Bandung: Pola pengembangbiakan pada berbagai temperatur dan jenis media air Serta kemampuannya dalam mentransmisikan virus dengue secara transovarial. Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung.


(5)

Anggraini, E. 1998. Tingkat Keanekaragaman Genetik nyamuk Aedes agypty dari Kotamadya Bandung Dengan Menggunakan Metoda Random Amplified Polymorpic DNA RAPD} PCR. Tesis S2 Institut Tekhnologi Bandung.

Ahmad,R.,Ismail,A.,Saat,Z.,Lim,H. 1997.Detection of dengue virus from field Ae.aegypti And Ae.albopictus adult and larvae.Southeast Asian.J.Trop.Med.Public Healt (28): 138-142.

Ayala, F.J. 1982. Population and Evolutionary Genetic. A Primer. The Benjamin/Cumming Publishing Company, California.32-38.

DEPKES.RI. 1989.Kunci Identifikasi Aedes, jentik dan dewasa di Jawa. Jakarta. DEPKES, RI. 2007.Data Kasus Demam Berdarah Dengue per Bulan per Propinsi. Efriwati. 1999. Analisis Polimorfisme Genetik Aedes aegypti dari Daerah Endemis dan Non Endemis DBD Dengan RAPD-PCR. Tesis S2 Program Studi Biotekhnologi Universitas Gajah Mada.

Freier, J.E., Rosen, L. 1988. Vertical transmission of degue virus by Ae.mediovittatus. Am. J. Trop. Med. Hyg. 32 (2): 218-222.

Gubler,D.J.1998.Dengue and Dengue Hemorhagic Fever.Clinical Microbiology Reviws 11(3):480-496.

Gunther, J., J.P. Martinez-Munoz, D. G., Perez-Ishiwara., J. Salass-Benito. 2007. Intervirology. 50:347-352.

Harris, E., Robert, T.G., Smith, L. Selle, J. Kramer, L.D., Valle, S., Sandova, E., and Balmaseda, A. 1998. Typing of Dengue Viruses in Clinical Specimen ano Mosquitoes by Single-Tube Multiplex Reverse Transcriptase PCR. Journal of Clinical Microbiology. Sept. 1998. Vol. 36. No. 9. p. 2634-2639.

Henchal, E. A., Putnak, J. R., 1990. The Dengue Virus. Clinical Microbiology Revius. Vol 3 No 4. p. 376-396.

Johnson, B.W., Russel, B.J. and Lanciotti, R.S. 2005. Serotype Specific Detection of De Ngue Viruses in Fourplex Real-Time Reverse Transcriptase PCR assay. Journal Of Clinical Microbiology. Oct. 2005. Vol. 43. No 10. p. 4977-4983.

Joshi, V.,Singhi, M., Chaudhary, R.C. 1996. Transovarial transmission of dengue-3 virus by Ae.aegypti. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 90: 643-644.


(6)

Kow, C.Y.,Koon, L.L.,Yin, P.F. 2001. Detection of gangue viruses in field caught male Ae.aegypti and Ae. Albopictus (Diptera :Culicidae) in Singapure by type specific PCR. Journal of Medical Entomology 38 :475-479.

Liotta, D.J.,G. Cabane, R.Camfos, S.E. Tonon. 2005. Microbiologia. Vol.47(3-4):82-87. Rakeinsyah, M. 2003. Variasi Genenetik Virus Dengue Type 3. Tesis S2 .Perpustakaan Pusat UI. www.digilab.ui.edu. Diakses Mei 2008.

Ramalinggam, S., Chandra ,S. K., Pang, T., Rampal, L. 1986. Does transovarial trans Mission of dengue viruses occur in Malaysia. Trop. Biomed. 3:87-88.

Roseen, R. and Gubler, D.J. 1974. The use Mosquitoes to detect and propagative dengue Viruses. Am. J. Trop. Med. Hyg.23. 1153.

Utama, A. 2004. Dengue, Permasalahan dan Solusinya. Kompas : www.kompas-online.com. Diakses Mei 2008.

World Health Organization (WHO). 1997. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment Prevention and control 2nd ed, Genewa.

Wolrd Health Organization (WHO). 2000. Pencegahan dan Penanggulan Penyakit demam Berdarah Dengue. Petunjuk Lengkap. Terjemahan oleh Suroso, T. dkk dari Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO dan Departemen Kesehatan.

Wolrd Health Organization (WHO). 2003. Pencegahan dan Penanggulan Penyakit demam Berdarah Dengue. Petunjuk Lengkap. Terjemahan oleh Suroso, T. dkk dari Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO dan Departemen Kesehatan.

Sambrook, J., Fritscly, EF. And Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning, Laboratory Manual. Second Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press. New York,

Williams, J.G.K.,Kubelic, A.R., Livak, K.J.,Rafalsky, J.A. And Tingey, S.V. 1990. DNA polymorphism Amplified by Arbitary Primers Are Useful as Genetic Markers. Nucl. Acid. Res. 22(18): 6531-6535.


Dokumen yang terkait

Gambaran Klinis Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP H. Adam Malik Medan

3 57 83

Deteksi Dan Penentuan Virus Gengue Serotpe 1 Dari Serum Penderita Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Shain Reaction

0 43 61

Deteksi Dan Penentuan Virus Dengue Serotipe 3 Dari Serum Penderita Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction

1 39 65

Deteksi Dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe 1 Dari Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Di Kota Medan

1 38 80

Deteksi Dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe 4 Dari Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Menggunakan Metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (Rt-Pcr) Di Kota Medan

2 68 68

Deteksi Dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe-3 (Den-3) Dari Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Menggunakan Reverse Transcriptase- PCR (RT-PCR) Di Kota Medan

1 52 82

ringkasan - DIVERSITAS GENETIK VIRUS DENGUE DAN NYAMUK VEKTOR DI DAERAH ENDEMIK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR).

0 0 1

DIVERSITAS GENETIK VIRUS DENGUE DAN NYAMUK VEKTOR DI DAERAH ENDEMIK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR).

0 1 32

Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Padang

0 0 6

AEDES AEGYPTI SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 7