PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning (PTK Pada Siswa Kelas VIIC Semester Genap SMP Negeri 22 Surakarta Tahun 2013/ 2014).

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING
(PTK Pada Siswa Kelas VIIC Semester Genap SMP Negeri 22 Surakarta
Tahun 2013/ 2014)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :
WINDHA PURI HASTUTI
A 410 100 266

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASIMATEMATIKA

MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING
BAGI SISWA SMP
Windha Puri Hastuti,windhapurihastuti@yahoo.co.id
Pendidikan Matematika, FKIP UMS
Sutama, sutama_mpd@yahoo.com
Abstract
This study aims to assess the improvement of mathematical communication skills in
students of SMP Negeri 22 Surakarta VII C class second semester of the school year
2013/2014 through strategies Problem Based Learning (PBL). The method used in this
research is classroom action research method consists of two cycles, each cycle consisting
of five stages, namely the orientation of students on issues, organize the students to learn,
guiding the investigation of individuals and groups, to develop and present the results of the
work, and to analyze and evaluate the process of problem solving. Data was analyzed using
descriptive comparative analysis that compares the ability of communication in the initial
conditions, the first cycle and the second cycle. The results showed an increase in students'
mathematical communication skills that can be seen from the increase in the indicators
include: 1) students are able to communicate verbally before actions 23.52%, 52.94% first
cycle, second cycle and 73.52%, 2) students able to communicate in writing before action
26.47%, 58.82% the first cycle, and the cycle II 73.52%, 3) the student is able to
communicate the image before actions 29.41%, 52.94% the first cycle, and the cycle II

82.35% 4) the student is able to communicate to explain the concept of prior actions
20.58%, the first cycle of 50%, and 76.47% second cycle. Based on the description above
concluded that the implementation strategy Problem Based Learning in mathematics
learning can improve students' mathematical communication.
Keywords: basedproblems, communication, discussion
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi
matematika pada siswa SMP Negeri 22 Surakarta kelas VII C semester genap tahun ajaran
2013/2014 melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dua
siklus, tiap siklus terdiri dari lima tahapan yaitu orientasi siswa pada masalah,
mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu dan kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif komparatif yaitu
membandingkan kemampuan komunikasi pada kondisi awal, siklus I dan pada siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang
dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikatornya meliputi: 1) siswa mampu
komunikasi secara lisan sebelum tindakan 23,52%, siklus I 52,94%, dan siklus II 73,52%,
2) siswa mampu komunikasi secara tertulis sebelum tindakan 26,47%, siklus I 58,82%, dan
siklus II 73,52%, 3) siswa mampu komunikasi secara gambar sebelum tindakan 29,41%,

siklus I 52,94%, dan siklus II 82,35% 4) siswa mampu komunikasi secara menjelaskan
konsep sebelum tindakan 20,58%, siklus I 50%, dan siklus II 76,47%. Berdasarkan uraian
diatas disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning

2
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
Kata kunci: berbasis masalah, komunikasi,diskusi
Pendahuluan
Kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah penting dikuasai dalam

pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan masyarakat membutuhkan kaum intelektual
yang mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan mampu menginterprestasikan ke
dalam bahasa lisan maupun tulisan yang mudah dipahami. Sutama, Sabar Narimo, dan
Haryoto (2010) menyebutkan bahwa indikator yang menunjukkan komunikasi matematika
antara lain: (1) menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan, (2)
mendeskripsikan ide ke dalam model matematika, (3) menulis ide matematika ke dalam
bentuk visual, (4) menjelaskan konsep matematika.

Berdasarkan observasi terdahulu kemampuan komunikasi matematika pada siswa
kelas VIIC SMP Negeri 22 Surakarta dengan jumlah 34 siswa sangat bervariasi, diperoleh
siswa yang mampu komunikasi secara lisan sebanyak 8 orang (23,52%), siswa yang mampu
komunikasi secara tertulis sebanyak 9 orang (26,47%), siswa yang mampu komunikasi
secara gambar sebanyak 10 orang (29,41%), dan siswa yang mampu komunikasi
menjelaskan konsep sebanyak 7 orang (20,58%).
Akar penyebab dari rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa yang
dominan yaitu kecenderungan pembelajaran berpusat pada guru, siswa cenderung pasif
dalam menerima pelajaran, kurangnya rasa tanggungjawab dalam diri siswa sehingga
mengakibatkan siswa malas dalam memecahkan masalah dan mengerjakan soal.Akinoglu
dan Tandogan (2006: 72) mengungkapkan bahwa PBL dapat dikatakan berhasil apabila
dalam pembelajarannya siswa dapat aktif dimana siswa mengambil tanggungjawab belajar
dan diberi kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai dimensi yang
menyangkut pembelajaran.
Salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi adalah strategi pembelajaran PBL. Selcuk (2010: 711) strategi
pembelajaran PBL merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan
menjadi percaya diri dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran PBL dapat mendorong
siswa aktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
Strategi pembelajaran PBL memiliki keunggulan yaitu dalam pembelajarannya

melatih siswa untuk bisa berpikir logis dan terampil berpikir rasional dalam memecahkan

3
suatu masalah. Karakteristik dalam pembelajaran PBL Sumarji (2009: 130) yaitu: (1)
pembelajaran bersifat student centered, (2) pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil,
(3) guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus, (5)
informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).
Keunggulan PBL yaitu pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator.
Langkah-langkah yang digunakan untuk pembelajaran dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran, pembelajaran yang baik akan memberikan pengaruh yang baik
pula pada pembelajaran begitupun sebaliknya. Hasrul Bakri (2009) mengungkapkan bahwa
langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi siswa pada masalah, tahap kedua
mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ketiga membimbing penyelidikan individu dan
kelompok, tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap yang
terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Artinya
langkah-langkah yang digunakan dalam strategi pembelajaran PBL dapat memberikan
pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penelitian ini didapatkan rumusan hipotesis tindakan yaitu, setelah dilakukan
pembelajaran dengan strategi berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika pada siswa. Hal ini menunjukan keberhasilan strategi
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan strategi
Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi
matematika melalui strategi Problem Based Learning bagi siswa SMP.

Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas menurut Sutama (2011: 15-21) merupakan upaya untuk
memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi efektif. Penelitian tindakan memiliki
empat langkah yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan
evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Surakarta.Penelitian dilaksanakan
selama enam bulan dimulai bulan Februari 2014sampai dengan bulan juli 2014.Siswa yang
dijadikan subjek adalah siswa kelas VIIC.Siswa yang terdapat pada kelas tersebut berjumlah
34 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif.Sumber data
primer adalah guru sebagai informan dan siswa menerima tindakan, sedang data sekunder

4
berupa data dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan

fokus dan tujuan penelitian. Data dalam penelitian dikumpulkan melalui metode observasi,
wawancara, dokumentasi, dan tes.
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan.
Analisis data dilakukan dengan metode alur, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Menurut

Sutama (2011: 101), keabsahan data dapat dilakukan

melalui obsevasi secara terus menerus dan triangulasi data. Penelitian ini, keabsahan data
dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penerapan strategi pembelajaran PBL mendapat tanggapan positif dari guru
matematika. Pada awal pembelajaran, guru melakukan tahap conditioning diantaranya
dengan salam, berdoa sebelum belajar, memeriksa kehadiran siswa, memberi kesempatan
kepada siswa untuk mempersiapkan diri dengan segala kebutuhannya.
Tahap pertama dalam pembelajaran PBL dimulai dengan orientasi siswa pada
masalah. Sesuai dengan Fatimah (2012: 42) yang mengungkapkan bahwa PBL mempunyai
ciri khas yaitu selalu dimulai dan berpusat pada masalah. Artinya dalam pembelajaran PBL
guru memulai pelajaran dengan memberikan permasalahan.

Tahap kedua yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, dalam tahap ini siswa dibagi
menjadi 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang karena pembelajaran PBL
mengarah ke pembelajaran dalam kelompok dan dalam kelompok siswa didorong untuk
aktif dalam pembelajaran. Sejalan dengan pemikiran Selcuk (2010: 711) menjelaskan
bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan
menjadi percaya diri dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran PBL dapat mendorong
siswa untuk aktif dalam belajar. Tiap kelompok diberikan permasalahan berupa soal untuk
mengukur kemampuan kelompok tersebut.
Pada siklus I, materi yang dipelajari bersama tentang definisi dan sifat-sifat bangun
segiempat antara lain persegi panjang, persegi, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, dan
layang-layang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Diberikan permasalahan kepada
siswa untuk dianalisis bersama pada pertemuan pertama.
Contoh hasil Diskusi disajikan sebagai berikut:

5
Hasil diskusi yang belum tepat

Pada siklus 1 pertemuan pertama ada beberapahasil diskusi siswa yang belum tepat,
dikarenakan keadaan kelas masih sangat gaduh ketika proses pembelajaran berlangsung dan
siswa belum terbiasa menggunakan strategi pembelajaran PBL sehingga ada siswa yang

kebingungan dengan penerapan strategi pembelajaran ini.

6
Hasil diskusi yang sudah tepat

Pada siklus 1 pertemuan pertama sudah ada beberapa hasil diskusi siswa yang sudah
tepat, dikarenakan siswa sudah mampu menggunakan strategi pembelajaran PBL sehingga
siswa sudah memahami penerapan strategi pembelajaran ini.

7
Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama pada pertemuan
kedua, apa perbedaan dan persamaan sifat belah ketupat dan layang-layang?
Hasil Diskusi pertemuan kedua

Pada siklus 1 pertemuan kedua sudah ada banyak siswa yang mampu menggunakan
strategi PBL dengan baik dan keadaan kelas sudah tidak terlalu gaduh sehingga siswa
mampu bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya.

8
Pada siklus II guru menjelaskan materi tentang luas dan keliling bangun

segiempat.Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisisbersama pada pertemuan
siklus II, Perhatikanhasil diskusi di bawah ini.

Pada siklus II guru menjelaskan materi tentang luas dan keliling pada bangun
segiempat. Rumus luas dan keliling pada bangun segiempat mempunyai rumus yang
berbeda-beda yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Tiap siswa diberi
lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara mandiri untuk mengukur tingkat
pemahaman dan kemampuan komunikasi siswa mengenai materi yang dipelajari.

9
Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok, dalam tahap
ini siswa didorong untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. Menurut Filip, dkk
(2005: 41) PBL mempunyai peranan penting dalam lingkungan belajar karena pembelajaran
tidak semata-mata menyangkut tentang konsep pembelajaran tetapi lingkungan juga
memiliki pengaruh pada pembelajaran ini. Artinya dalam pembelajaran PBL guru
membimbing siswa untuk mencari informasi, akan tetapi siswa juga harus bekerja sama dan
berdiskusi dengan teman-temannya untuk menemukan hal yang sebelumnya tidak tahu
menjadi tahu.
Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa diharapkan
dapat menyajikan pemecahan masalah yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.

Senada dengan

Abdullah dan Ridwan (2008: 4) yang mengungkapkan bahwa siswa

menuliskan rencana dan hasil pemecahan masalah kemudian mempresentasikan kepada
yang lain didepan kelas. Artinya tiap kelompok harus menyajikan laporan pemecahan
masalah kemudian dipresentasikan kepada teman yang lain didepan kelas.
Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah,
guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pemecahan masalah. Abdullah dan Ridwan
(2008: 4) menjelaskan bahwa dalam mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan sharing kepada siswa yang lain. Artinya dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama melakukan sharing untuk
memeriksa kebenaran dari pemecahan masalah.
Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam empat indikator.
a. Mampu komunikasi secara lisan
Kemampunkomunikasi siswa secara lisan dari permasalahan yang diberikan oleh
guru mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL dapat
mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara aktif dalam mengkaitkan
permasalahan dengan dunia nyata. Adanya peningkatan dapat dilihat dari data hasil
tindakan kelas. Sebelum tindakan hanya 23,52%, pada tindakan kelas siklus I mencapai
52,94%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II mencapai 73,52%.
b. Mampu komunikasi secara tertulis
Kemampuan komunikasi matematika siswa secara tertulis dari permasalahan yang
diberikan oleh guru mengalami peningkatan. Adanya kemampuan koneksi belajar
dengan memberikan pengetahuan pada siswa untuk menyelesaikan soal sehingga dapat
menyatakan hasil dari permasalahan yang diberikan. Peningkatan dapat dilihat dari data

10
tindakan kelas. Sebelum adanya tindakan hanya sebesar 26,47%, setelah siklus I
dilakukan meningkat menjadi 58,82%, dan setelah siklus II mencapai 73,52%.
c. Mampu komunikasi menggunakan gambar
Kemampuan komunikasi siswa dalam menggunakan gambar dari permasalahan
yang diberikan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL
mendorong siswa untuk mencari sendiri informasi-informasi yang dibutuhkan dan
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Dari data
peningkatan tindakan kelas terlihat sebelum tindakan hanya sebesar 29,41%, setelah
siklus I menjadi 52,94%, dan setelah dilakukan siklus II mencapai 82,35%.
d. Mampu komunikasi menjelaskan konsep
Kemampuan komunikasi siswa dalam menjelaskan konsep dari permaslahan yang
diberikan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL
mendorong siswa untuk memahami masalah agar siswa dapat membangun, mengenali
dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya. Dari data peningkatan
tindakan kelas terlihat sebelum tindakan hanya sebesar 20,58%, setelah siklus I menjadi
50%, dan setelah dilakukan siklus II mencapai 76,47%.
Berdasarkan data pelaksanaan tindakan tersebut dapat dilihat peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi
pembelajaran PBL dalam tabel1 berikut.
Tabel 1
Data peningkatan Kemampuan komunikasi Matematikasiswa
kelas VIIC SMP Negeri 22 Surakarta
No
1.

Indikator Kemampuan
komunikasi
Matematika
Mampu komunikasi
secara lisan

Sesudah Tindakan

Sebelum
Tindakan

Siklus I

Siklus II

8 siswa
(23,52%)

18 siswa
(52,94%)

25 siswa
(73,52%)

2.

Mampu komunikasi
secara tertulis

9 siswa
(26,47%)

20 siswa
(58,82%)

25 siswa
(73,52%)

3.

Mampu komunikasi
secara gambar

10 siswa
(29,41%)

18 siswa
(52,94%)

28 siswa
(82,35%)

4.

Mampu komunikasi
secara menjelaskan
konsep

7 siswa
(20,58%)

17 siswa
(50%)

26 siswa
(76,47%)

11
Gambar 1 menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa
dalam belajar matematika. Adapun data hasil peningkatan indikator kemampuan
komunikasi matematika yang diamati disajikan sebagai berikut.
30
25

Mampu bertanya,
menjawab,
menyimpulkan (lisan)

Jumlah Siswa

20
15
10
5
0
Sebelum
penelitian

Siklus I

Siklus II

Mampu menggunakan
simbol-simbol
matematika secara tepat
(tertulis)
Mampu Megubah
permasalahan kedalam
ilustrasi penyelesaian
(gambar)
Mampu menjelaskan
solusi matematika
(menjelaskan konsep)

Gambar 1 Grafik Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematika Siswa Kelas VIIC
Melalui Strategi PBL.
Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu komunikasi
secara lisan hanya 8 siswa (23,52%). Masih banyak siswa yang belum bisa
berkomunikasi secara lisan terhadap permasalahan yang diberikan. Bakri (2009)
mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk
berkomunikasi secara lisan siswa dapat bertanya, menjawab dan menyimpulkan masalah
nyata yang dihadapinya. Hasil penelitian ini, dapat dimaknai bahwa siswa dituntut untuk
bisa berkomunikasi secara lisan.
Berdasarkan tindakan siklus I, siswa yang mampu komunikasi secara lisan
sebanyak 18 siswa (52,94%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
bagus. Abdullah dan Ridwan (2008) menjelaskan bahwa PBL merupakan strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dapat mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Hasil penelitian ini, dapat dimaknai bahwa
siswa yang mampu komunikasi secara lisan mendapatkan pengetahuan baru yang
sebelumnya belum diketahui.
Berdasarkan tindakan siklus II, siswa yang mampu memahami masalah sebesar 25
siswa (73,52%). Siswa yang mampu berkomunikasi secara lisan meningkat secara
signifikan. Han dan Teng (2005) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran

PBL

12
merupakan hal yang menarik untuk diinvestigasi karena strategi pembelajaran PBL
mempunyai kemajuan pada penekanan pemahaman konsep serta makna yang lebih pada
pembelajaran dan penyelesaian masalah pada siswa. Hasil penelitian ini dapat dimaknai
bahwa semakin siswa dapat berkomunikasi secara lisan dengan tepat, semakin tinggi
pula pemahaman konsep yang dimiliki.
Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mampu berkomunikasi
matematika secara tertulis terhadap permasalahan hanya 9 siswa (26,47%). Siswa belum
bisa berkomunikasi matematika secara tertulis dengan tepat karena kemampuan
memahami masalah juga kurang. Ruspiani (Yanto Permana, 2007: 117) menyatakan
bahwa dalam belajar matematika siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematika.
Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dalam belajar matematika siswa harus memilki
kemampuan koneksi matematika agar siswa bisa berkomunikasi matematika secara
tertulis dengan tepat.
Pada siklus I, siswa yang mampu berkomunikasi matematika secara tertulis
sebanyak 20siswa (58,82%). Hal ini terlihat dari siswa yang mampu menerapkan
pengetahuan yang dimiliki untuk menggunakan simbol-simbol secara tepat. Fachrurazj
(2011: 78) kemampuan penalaran dan komunikasi menjadi fokus perhatian karena
melalui penalaran dan komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi
berfikir matematika dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika. Hasil penelitian
dapat dimaknai bahwa dalam menggunakan simbol-simbol matematika siswa harus
meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.
Berdasarkan siklus II, siswa yang mampu berkomunikasi matematika secara tertulis
sebesar 25 siswa (73,52%). Kemampuan siswa dalam menggunakan simbol-simbol
dengan tepat dapat meningkat secara signifikan karena siswa dapat mengembangkan
ketrampilan. Sumarji (2009: 132) mengungkapkan bahwa pembelajaran PBL siswa dapat
membangun pengetahuan sendiri, sehingga timbul pengetahuan baru dan ketrampilan.
Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dalam PBL dapat melatih siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk berkomunikasi
matematika secara tertulis.
Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu berkomunikasi
menggunakan gambar hanya 10 siswa (29,41%). Siswa kurang memahami permasalahan
dengan mengaitkan materi dalam dunia nyata. Sumarji (2009: 131) pembelajaran
kontruktivistik memfokuskan siswa untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian dapat dimaknai

13
bahwa

dalam

berkomunikasi

menggunakan

gambar

seharusnya

siswa

dapat

mentranformasikan informasi kedalam ilustrasi permasalahan.
Pada siklus I, siswa yang mampu komunikasi menggunakan gambar sebanyak 18
siswa (52,94%).Waminto (2011) mengungkapkan bahwa menggunakan gambar harus
dilakukan dengan mengkaitkan permasalahan dalam kehidupan nyata yang memiliki
kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan dan menyusun prosedur penyelesaian
untuk mendapat peneyelesaian. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa siswa dapat
menggunakan gambar dengan cara mengkaitkan masalah yang ada dalam kehidupan
nyata.
Berdasarkan siklus II, siswa yang mampu menggunakan gambar sebesar 28 siswa
(82,35%). Peningkatan siswa yang mampu mengunakan gambar meningkat secara
signifikan karena banyak siswa yang mencoba mengkaitkan masalah yang dihadapi
dengan masalah yang pernah ada. Tarhadi (2006: 122) menyatakan bahwa cara yang
mudah dalam mengunakan gambar untuk menyelesaikan masalah adalah memeriksa
kasus yang serupa dengan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian dapat dimaknai
bahwa untuk memudahkan dalam menggunakan gambar

siswa dapat memeriksa

masalah yang sebelumnya sudah pernah ada untuk bisa dikaitkan dengan masalah yang
akan dipecahkan.
Kondisi awal sebelum tindakan, siswa yang mampu menjelaskan konsep hanya
7siswa (20,58%). Siswa kesulitan dalam menjelaskan konsep karena belum memahami
masalah dengan baik. Bakri (2009) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran berbasis
masalah, siswa dituntut untuk memahami masalah agar siswa dapat membangun,
mengenali dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya.Hasil penelitian
dapat dimaknai bahwa semakin siswa dapat memahami masalah maka siswa dapat
memecahkan masalah dan menjelaskan konsep dengan baik.
Pada siklus I, siswa yang mampu menjelaskan konsep sebanyak 17 siswa (50%).
Siswa sudah mulai menjelaskan konsep dari pemecahan masalah, namun penjelasan
siswa

masih

memiliki

penafsiran

ganda.

Abdullah

dan

Ridwan

(2008:

4)

mengungkapkan bahwa siswa menuliskan rencana dan hasil pemecahan masalah
kemudian mempresentasikan kepada yang lain didepan kelas. Hasil penelitian dapat
dimaknai bahwa dengan menyajikan hasil pemecahan masalah, maka siswa dapat
menjelaskan konsep dari hasil pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan siklus II, siswa yang mampu menjelaskan konsep sebesar 26 siswa
(76,47%). Kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep mengalami peningkatan

14
secarasignifikan. Akinoglu dan Tandogan (2006) mengungkapkan bahwa PBL dapat
dikatakan berhasil apabila dalam pembelajarannya siswa dapat aktif dimana siswa
mengambil tanggung jawab belajar dan diberi kesempatan untuk membuat keputusan
tentang berbagai dimensi yang menyangkut pembelajaran. Hasil penelitian dapat
dimaknai bahwa apabila siswa diberikan kesempatan untuk dilibatkan aktif dalam
pembelajaran maka siswa bisa mengembangkan kemampuan menjelaskan konsep.
Simpulan
Proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu
dengan menerapkan strategi Problem Based Learning. Prosedur penelitian ini dilakukan
selama 2 siklus 3 kali pertemuan. Langkah-langkah yang digunakan untuk pembelajaran
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, pembelajaran yang baik akan
memberikan pengaruh yang baik pula pada pembelajaran begitupun sebaliknya. Hasrul
Bakri (2009) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi
siswa pada masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ketiga
membimbing penyelidikan individu dan kelompok, tahap keempat mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, dan tahap yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Artinya langkah-langkah yang digunakan dalam strategi
pembelajaran PBL dapat memberikan pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Penerapan strategi pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa kelasVIIC SMP Negeri 22 Surakarta. Peningkatan kemampuan
komunikasi matematika dapat dilihat dari prosentase peningkatan indikator-indikatornya: 1)
siswa yang mampu komunikasi secara lisan mengalami peningkatan dari 23,52% menjadi
73,52%, 2) siswa yang mampu komunikasi secara tertulis matematika mengalami
peningkatan dari 26,47% menjadi 73,52%, 3) siswa yang mampu menggunakan
gambarmengalami peningkatan dari 29,41% menjadi 82,35%, 4) siswa yang mampu
menjelaskan konsepmengalami peningkatan dari 20,58% menjadi 76,47%.

15
Daftar pustaka
Abdullah, Ade Gafar dan Taufik Ridwan. 2008. “Implementasi Problem Based Learning
(PBL) pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung”. Prosiding UPI, pp. 1-10.
Akinoglu, Orhan dan Ruhan Ozkardes tandogan. 2007. “The Effects of Problem Based
Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and
Concept Learning”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, Vol. 3, No. 1, pp. 71-81.
Bakri, Hasrul. 2009. “Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo Melalui
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa
SMK Negeri 3 Makassar”. Jurnal MEDTEK, Vol. 1, No. 1, April 2009: Diterbitkan.
Bilgin, Ibrahim dkk. 2009. “The Effects of problem-Based Learning Instruction on
University Students’ Performance of Conceptual and Quantitative Problems in Gas
Concepts”. Eurosia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol.
5, No. 2, pp. 153-164.
Dochy, Filip dkk. 2005. “Students’ Perceptions of a Problem Based Learning
Environment”. Learning Environments Research, Vol. 8, pp. 41-66.
Fachrurazj. 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk meningkatkan
kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”.
Jurnal pendidikan, No. 1, pp. 76-89.
Fatimah, Fatia. 2012. “Kemampuan Komunikasi Matematis dan pemecahan Masalah
Melalui Problem Based Learning”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi pendidikan. Vol.
16 No. 1, pp. 40-50.
Low Chin Han dan Ng Hui Teng. 2005. “Effects of Problem-Based Learning on Students’
Self-Directed Learning Behaviours in Mathematics”. International Journal of
Educational, Juni 2005: Diterbitkan
Permana, Yanto dan Utari Sumarmo. 2007. “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan
Koneksi Matematika Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Jurnal
Education UPI Vol. 1 No. 2, pp. 116-123.
Rajagukguk, Waminto. 2011. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan
Trigonometri di Kelas X SMA Negeri Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A.
2009/2019”.Jurnal Pendidikan Vol. 19, No. 1, pp. 427-442.
Selcuk, Gamze Sezgin. 2010. “The Effect of Problem Based Learning on Pre-Service
Teachers’ Achievement, Approaches and Attitudes Toward Learning Physics”.
International Journal of The Physical Sciences, Vol. 5, No. 6, pp. 711-723.
Sumarji. 2009. “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu Statika dan
Tegangan di SMK”. Jurnal Teknologi dan kejuruan, Vol. 32, No. 2, pp. 129-140.

16
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Surakarta: CV. Citra Mandiri Utama.
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kunatitatif, Kalitatif, PTK, R&D. Surakarta:
Fairuz Media.
Tarhadi, dkk. 2006. “Perbandingan Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika
Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh dengan Mahasiswa Tatap Muka”. Jurnal
pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 7 No. 2, pp. 121-133.
Yamin, Sulaiman. 2011. “The Effect of problem Based Learning on Critical Thinking
Ability: A Theoretical and Empirical Review”. International Review of Social
Scienens and Humanities, Vol.2, No.1, pp. 215-221.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1Sekampung Udik Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 9 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 14 60

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius 2 Bandarlampung Semester Genap T.P. 2014/2015)

0 6 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

0 13 64

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 11 56