PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Savitri Stratavia

NPM : 0853021047

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan

Savitri Stratavia NPM. 0853012047


(2)

Savitri Stratavia

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

SAVITRI STRATAVIA

Pendekatan resource based learning (RBL) merupakan suatu pendekatan pembe-lajaran dengan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaat-kan untuk membangun pemahaman, sehingga siswa dapat memiliki rasa ingin ta-hu, aktif, mandiri, dan kemampuan berpikir kritis dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan RBL terhadap kemampuan ber-pikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung tahun pela-jaran 2011/2012. Sampel diambil dengan cara purposive sampling dari tujuh ke-las, dan diperoleh kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan VIII F sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah posttest-only. Data penelitian berupa ke-mampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui posttest.


(3)

Savitri Stratavia Berdasarkan uji hipotesis diperoleh rata-rata nilai posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL lebih dari pendekatan non-RBL dengan taraf sig-nifikansi 5%. Dengan demikian, pendekatan RBL berpengaruh terhadap kemam-puan berpikir kritis siswa, selain itu pendekatan RBL meningkatkan aktifitas sis-wa didalam kelas.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Kegiatan Pembelajaran ... 7

B. Pembelajaran dengan Pendekatan Resource Based Learning ... 9

C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 15

D. Kerangka Pikir ... 21

E. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

C. Data Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 33

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36


(5)

B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ... 21

2. Rata-rata nilai ujian mid semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 .... 23 2. Desain Penelitian ... 24 3. Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 28 4. Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 34


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 40

2. Hasil Tes Kelas VIII C dan VIII F... 41

3. Uji Normalitas Data ... 42

4. Uji Homogenitas Data ... 47

5. Uji Hipotesis Penelitian ... 48

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan RBL ... 49

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan non-RBL ... 95

8. LKS ... 135

9. Kisi-kisi Soal ... 147

10.Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 152

11.Rencana Judul Skripsi ... 153

12.Surat Kesediaan Membimbing ... 154

13.Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 157

14.Surat Keterangan Penelitian ... 158

15.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 159

16.Daftar Hadir Seminar Hasil ... 160

17.Kartu Kendali Skripsi ... 162


(8)

19.Undangan Ujian Skripsi ... 165 20.Saran-Saran Perbaikan Skripsi ... 166 21.Rekomendasi Cetak Skripsi ... 169


(9)

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Savitri Stratavia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(10)

Judul Skripsi : PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Savitri Stratavia Nomor Pokok Mahasiswa : 0853021047

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dra. Nurhanurawati, M.Pd.

NIP 196710041993031004 NIP 196708081991032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. ………...

Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ………... Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Tina Yunarti, M.Si. ………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 26 Juli 1990, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Sardjono dan ibu Istiati dengan dua adik laki-laki yang bernama Mohammad Sainer dan Muhammad Harvest Mutaqin.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Al-Azhar 2 Way Halim tahun 1995/1996, Sekolah Dasar Al-Azhar 2 Bandar Lampung pada tahun 1996-2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2002-2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008.

Pada Tahun 2008 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Program Studi Pendidikan Matematika melalui jalur Mandiri. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Brigda BEM FKIP 2008/2009, Staf Bidang Eksternal BEM FKIP 2009/2010, dan asisten praktikum Pembelajaran Berbasis ICT semester genap 2010/2011.

Pada semester tujuh, penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) di desa Brabasan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Tanjung Raya, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.


(13)

PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang tak

terhitung. Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini dengan keikhlasan hati dan mengharap

Ridho Allah SWT, sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Mami dan Babe yang telah menjaga, mengasuh, mendidik,

membimbing dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih

sayangnya dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas demi

kebahagiaan dan keberhasilanku. Sungguh aku tak akan pernah

bisa membalas itu semua dengan sempurna.

Adik-adikku “nanung dan empes” yang telah memberikan

dukungan selama ini dan seluruh keluarga besarku.

Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan

dan ilmu yang sangat berharga melalui ketulusan dan

kesabaranmu.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala

kekuranganku.


(14)

Motto

“Berniat untuk kebaikan, bersikap sopan, bertutur

jujur, berusaha sebaik yang kau bisa, berdoa setulus

hatimu, bersedekah, dan berserah diri pada takdir

ALLAH SWT, maka ridho ALLAH dan sukses kan kau

raih”

“Takdir manusia sudah disiapkan sejak dalam kandungan,

tetapi jalan hidup dan kesuksesan adalah pilihan yang

harus ditentukan”

“Hidup adalah pilihan”

(Mami)


(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Resource Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Univer-sitas Lampung, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi


(16)

4. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik baik selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, motivasi, dan pandangan hidup yang baik kepada penulis.

7. Ibu Suzana, S.Pd. M.M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Ibu Ina Mutmainah, S.Pd. selaku Wakil Kepala SMP Negeri 29 Bandar

Lam-pung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Nanik Sutarni, S.Pd., selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 29 Bandar Lampung serta siswa-siswi kelas VIII C dan VIII F yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Bapak dan ibu tercinta, adik-adikku tersayang, serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu memberikan dukungan moril dan materil untuk kesuksesanku.

11. Yaya yang telah menjadi sahabat terbaikku dalam tangis dan tawa, semoga persahabatan kita terjaga dengan baik selamanya.

12. Sahabat seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Mandiri: Tutik “my beb”, ama Susi, bu Rini, mbak Dwi “maisali”, Qori super sibuk, Andyka “Thatha”, om Adhi, Taufik “papay”, Mulyanah “Nay”, yayang Dila, Ferni, Cici, Evi, Meta, Siska, Ratna, Neliyan “tante angge”, bude Nia, bule Yuni,


(17)

muli Lina, Martina, Persie, Helda, Dewi Herlinda, Fepy, Eka, Kiki, mas Rico, Riko “jawa”, Reza, Yeni, Decki, om Dedy, Antoni, Agita, Ari, Endah, tante Amel, Asep, Elva, Martono “mete”, Radit, Mahardika, Agung, Nyoman, Dina Masreni, Arif, Alvi, dan teman-teman 2008 Reguler. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin.

13. Teman-teman KKN desa Brabasan dan PPL SMAN 1 Tanjung Raya Mesuji. 14. Kakak tingkat 2004 sampai 2007 dan adik tingkat 2009 sampai 2012.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis,


(18)

38

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Prestasi Pustakaraya: Jakarta. Anonim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen

Pendidikan Kebudayaan.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Yrama Widya: Bandung.

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.

Hasnunidah, Neni. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dengan Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis.

Jurusan PMIPA. Unila: Bandar Lampung.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikan dan Bermakna/ Penerjemah Ibnu Setiawan. Mizan Learning Center: Bandung

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung.

Marpaung, Rini Rita T. 2009. Penggunaan Model Student Teams Achievement (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Biologi Tahun Ajaran 2009/2010.

Jurusan PMIPA. Unila: Bandar Lampung.

Miarso, Yusufhadi. 2008. Pengembangan Terkini Sistem Pendidikan dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Makalah: Semiloka Pengajaran dan Program Magang, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP-UI, 2 Mei 2008.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Alfabeta: Bandung.

Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.


(19)

39

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bumi Aksara: Jakarta.

Sudiarta, I Gusti Putu. 2007. Pengembangan Pembelajaran Berpendekatan Tematik Berorientasi Pemecahan Masalah Matematika Terbuka untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Divergen Kritis dan Kreatif. Jurusan PMIPA. Undiksha: Singaraja.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluas Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru,

Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus.

Rineka Cipta: Jakarta.

Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Jurusan PMIPA. Unila: Bandar Lampung.


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pa-sal 31 menjadi dasar pendidikan nasional. Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa seperti bertakwa ke-pada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan mandiri. Pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan, membentuk watak, dan membangun peradaban bangsa yang bermartabat. Peningkatan mutu pendidi-kan diarahpendidi-kan untuk meningkatpendidi-kan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam meng-hadapi tantangan global, terutama matematika dan bahasa. Sebagaimana yang di-nyatakan Fathani (2009: 25) bahwa matematika adalah queen of science, karena matematika akan terus mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta perubahan zaman.

Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena da-pat membantu ketajaman berpikir secara logis (masuk akal) serta membantu mem-perjelas dalam menyelesaikan permasalahan. Matematika melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkon-sistensi. Pembelajaran matematika mengembangkan ke-mampuan memecahkan


(21)

2 masalah, kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ber-bagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembi-caraan lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram.

Mata pelajaran matematika termasuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB yang bertujuan untuk membudayakan ber-pikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Hal ini sesuai dengan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1 butir C, yaitu:

“Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/ SMPLB/Paket B atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri”.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 berimplikasi pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 yang menegaskan bahwa:

“Mata pelajaran matematika perlu diberkan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif”.

Siswa yang dapat memanfaatkan informasi dari berbagai sumber belajar yang te-rus berkembang akan memiliki kemampuan logis, analitis, sistematis, berpikir kri-tis, dan kreatif.

Kemampuan berpikir adalah salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu di-kembangkan melalui proses pendidikan. Kemampuan berpikir seseorang dapat menentukan keberhasilan hidupnya, karena kemampuan berpikir dapat membantu seseorang untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang untuk


(22)

menca-3 pai kesimpulan yang logis, menentukan tindakan diberbagai keadaan, dan menye-lesaikan masalah-masalah kehidupan yang dihadapi. Johnson (2007:185) meng-ungkapkan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak akan menerima secara seketika tentang sesuatu yang mereka liat dan dengar. Kemampuan berpi-kir kritis sangat penting dalam mempelajari materi baru dan mengaitkannya deng-an apa ydeng-ang telah siswa ketahui. Meskipun siswa tidak mengetahui semudeng-anya, siswa dapat belajar untuk bertanya secara efektif dan mencapai kesimpulan yang konsisten dengan fakta.

Terdapat beberapa pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemam-puan berpikir kritis siswa, misalnya adalah pendekatan Resource Based Learning (RBL). Menurut Miarso (2008), RBL menganut teori psikologi konstruktivistik dan teori komunikasi konvergensi. RBL menggunakan banyak sumber belajar relevan yang dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam suatu pembelajaran, dan menempatkan guru sebagai fasilitator (membimbing siswa jika diperlukan). Menurut Nasution (2010: 30), pendekatan RBL diawali dengan menentukan ma-teri, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan penyediaan bahan pembela-jaran. Pendekatan RBL dapat digunakan guru untuk mengajak siswa untuk mem-berikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, ataupun memilih kemungkinan-kemungkinan yang ada, dan memberikan kesim-pulan berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru dan data yang di-peroleh siswa.


(23)

4 Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan kemampuan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk men-dapatkan pengetahuan yang baru. RBL membangun siswa untuk memiliki rasa ingin tahu, aktif, mandiri, dan kemampuan berpikir kritis dalam belajar. Siswa juga perlu diberikan kesempatan untuk aktif mencari materi pelajaran dari berba-gai sumber yang tersedia dan mengkonstuksi sumber tersebut agar dapat melaku-kan evaluasi dan kesimpulan atas kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran secara mandiri dengan

didampingi guru, dapat disimpulkan bahwa pendekatanRBL dapat

memberdaya-kan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hasil obsevasi awal di SMP Negeri 29 Bandar Lampung kelas VIII pada Januari 2012, menunjukan bahwa SMP Negeri 29 Bandar Lampung memiliki 80% siswa berasal dari golongan menengah ke atas. Di SMP Negeri 29 Bandar Lampung proses pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Aktivitas guru masih dominan dan belum banyak melibatkan siswa di kelas. Guru menjelaskan materi pelajaran yang diselingi tanya jawab yang berlangsung pasif dan pemberian soal-soal tugas harian. Proses pembelajaran tersebut kurang melatih kemampuan ber-pikir kritis siswa. Diketahui bahwa siswa dengan kemampuan berber-pikir kritis akan memiliki pemahaman yang mendalam, kesadaran, dan tanggungjawab belajar de-mi masa depannya. Dari uraian tersebut diketahui bahwa tingkat kemampuan ber-pikir kritis yang dimiliki siswa masih rendah.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan RBL memiliki pengaruh


(24)

5 terhadap kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul

“Pengaruh Pendekatan Resource Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam pene-litian ini: “Apakah pendekatan RBL memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan RBL dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoritis, hasil penelitian untuk pengembangan ilmu yang berguna men-jelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala selama proses peneli-tian.

2. Secara praktis, hasil penelitian untuk membantu memecahkan masalah ten-tang adanya pengaruh penerapan pendekatan RBL terhadap kemampuan ber-pikir kritis siswa dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang dite-liti.


(25)

6 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Pengaruh dalam hal ini merupakan daya yang ditimbulkan dari penerapan pendekatan RBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung.

2. Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk me-mudahkan siswa dalam belajar dengan keanekaragaman sumber-sumber in-formasi yang dapat dimanfaatkan untuk membangun pemahaman dan meli-batkan keikutsertaan siswa secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang tersedia berupa buku, multimedia, dan web.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dimaksud disini yaitu: (1) kemampuan memberikan argumen (argumen dengan alasan, menunjukan perbedaan dan persamaan argumen yang utuh); (2) kemampuan melakukan deduksi (mende-duksikan secara logis, kondisi logis, dan melakukan interpretasi terhadap per-nyataan); (3) kemampuan melakukan induksi (melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik); (4) kemampuan melakukan evaluasi (evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedo-man atau prinsip serta memberikan alternatif); (5) kemampuan melaksanakan dan memutuskan (memilih kemungkinan solusi dan menentukan kemungkin-an-kemungkinan yang akan dilaksanakan).


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Kegiatan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif atau yang lebih baik.

Perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, terus-menerus, bersifat positif, aktif, bertujuan, dan mencangkup seluruh aspek kehidupan. Belajar sebagai sebuah aktivitas, sehingga belajar sangat dipengaruhi faktor intern dan faktor ekstern diri seseorang. Faktor intern berupa kesehatan, cacat tubuh, inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif atau tujuan, kesiapan, kecakapan dan kelelahan baik berupa jasmani atau rohani. Faktor ekstern berupa cara orang tua mendidik, perhatian orang tua, relasi antara anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana tempat belajar, cara guru mengajar, kurikulum, relasi siswa dengan guru, relasi antar siswa, peraturan sekolah, media belajar, waktu belajar, media masa, dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Jadi, belajar adalah sebuah proses seseorang untuk merubah prilaku, pengetahuan, pola pikir atau sudut pandang,


(27)

8

wawasan, dan kendali diri kearah yang lebih baik, serta terjadi pada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas, 2003). Rumusan itu menunjukan bahwa siswa tidak dapat dikatakan telah belajar karena berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada hal penting yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Hal itu adalah adanya interaksi antara pelajar (learner) dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiat-an belajar pada para siswa.

Pembelajaran oleh seorang guru merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi para siswa agar dapat belajar dengan efekif dan efisien. Istilah pembelajaran merupakan paradigma baru yang menekankan pada prinsip keragaman siswa, dan menggantikan istilah “pengajaran” atau “mengajar” yang menekankan pada prinsip keseragaman. Isti-lah pengajaran lebih banyak berarti sebagai upaya penyampaian informasi kepada pihak lain. Latar belakang konsep pengajaran didasarkan pada teori psikologi be-havioristik dan teori komunikasi searah, sedangkan konsep pembelajaran didasar-kan pada teori psikologi konstruktivistik dan teori komunikasi konvergensi. Kon-sep pembelajaran ini merupakan inti pada lapis pengalaman belajar, yaitu siswa membangun diri sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diper-olehnya melalui interaksi dengan lingkungannya.


(28)

9

Pembelajaran sebagai kegiatan yang mengembangkan kemampuan untuk menge-tahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengak-tualisasi diri siswa. Kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas peserta didik, mencip-takan kondisi yang menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, estetika, logi-ka, dan kinestetilogi-ka, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Britis Audio Association (dalam Daryanto, 2010: 71) menyatakan bahwa “75% pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan, 13% indera pendengaran, 6% indera peraba, 6% indra penciuman dan indera pengecap”, dan menurut Daryanto (2010: 71) memperoleh pengetahuan dari proses belajar melalui cara:

“(1) Membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10%; (2)

Mendengarkan saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 20%; (3) Melihat saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 30%; (4) Melihat dan mendengar, maka pengetahuan yang mengendap bisa 50%; (5) Mengungkapkan sendiri, pengetahuan yang mengendap bisa 80%; (6) Mengungkapkan sendiri dan meng-ulang pada kesempatan lain 90%”.

Dari penjelasan diketahui bahwa pengetahuan yang diperoleh para siswa sangatlah sedikit jika guru tidak pandai memilih dan mengkombinasikan pendekatan, mo-del, strategi atau,metode belajar dan sumber belajar yang ada.

B. Pembelajaran dengan Pendekatan Resource Based Learning

Sumber belajar dapat dipilih, dibuat, dikembangkan, atau diterapkan secara tepat untuk mencapai proses pembelajaran yang baik. Menurut Association

Educational Communication and Technology (dalam Daryanto, 2010: 60), “Sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau ben-da yang ben-dapat digunakan untuk fasilitas (kemuben-dahan) belajar bagi peserta didik,


(29)

10

baik secara terpisah maupun secara kombinasi, sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya”.

Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar relevan harus memuat pesan pembalajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Sumber belajar dapat juga berarti satu set bahan atau situasi yang seng-aja diciptakan untuk menunjang peserta didik belseng-ajar.

Asal usul sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk bertujuan instruksonal. Rancangannya adalah isi, tujuan ku-rikulum, dan ciri-ciri siswa tertentu. Sumber belajar yang dirancang ini biasa di-sebut sebagai bahan instruksional (instructional materials). Kedua, sumber bela-jar yang mudah tersedia, sehingga tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization) dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang setara dengan sumber belajar by design.

Siswa adalah bagian dari masyarakat, calon penerus bangsa dan negara. Dalam upaya mewujudkan masyarakat belajar (learning community) yang terbiasa belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar secara berkesinam-bungan. Perlu ada proses pembelajaran dengan membuat kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar melalui berbagai sum-ber, baik sumber yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by uti-lization) untuk keperluan pembelajaran. Di sisi lain tuntutan pendidikan seperti kebutuhan akan kurikulum yang berbasis kompetensi, belajar terbuka, belajar


(30)

ja-11

rak jauh dan belajar secara luwes, mendorong dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara luas.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa praktek pendidikan sekarang sifatnya hanyalah proses pengalihan informasi dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa, sehingga siswa kurang mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada dan memiliki kemandirian secara utuh. Siswa yang memiliki kemandirian secara utuh adalah siswa yang memiliki pengetahuan, kemampuan memecahkan masa-lah, dan kesanggupan untuk menerapkan pengetahuan yang dikuasainya, baik ma-salah yang tengah dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, maupun mama-salah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, dengan kondisi tersebut diperlukan suatu pendekatan yang cocok untuk pembelajaran saat ini, yaitu pendekatan RBL. Pendekatan RBL membimbing setiap siswa dapat mencari informasi mengenai materi yang dibutuhkan melalui berbagai sumber belajar relevan. RBL bukanlah sesuatu yang baru karena siswa telah lama menggunakan sumber belajar seperti buku, kemudian terjadi peningkatan penggunaan media termasuk bahan-bahan be-lajar terbuka, petunjuk bebe-lajar, petunjuk buku teks, buku kerja, video, audio, web, dan masyarakat.

Widarti (dalam Suryosubroto, 2009: 215) juga berpendapat bahwa:

“Segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan itu, bukan dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid”.

Dalam RBL guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar, sehingga siswa itu sendiri aktif, apakah dia belajar menurut langkah-langkah tertentu seperti


(31)

da-12

lam belajar berprogram, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu pada proses pembelajaran.

Menurut Suryosubroto (2009:215) yaitu:

“Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memu-dahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luas dan keanekara-gaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar”. Sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa buku, jurnal, multimedia, alat peraga, vidio, dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan Baswick (dalam Suryosubroto, 2009: 216) yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran berdasarkan sumber (resource based learning) melibatkan keikut-sertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal, surat kabar, multimedia, web, dan masyarakat), di mana para siswa akan termotivasi untuk be-lajar dengan berusaha meneruskan informasi sebanyak mungkin”.

Dari berbagai pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan RBL merupakan suatu pendekatan yang menggunakan berbagai sarana atau alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara komunikasi dalam menyampaikan isi materi pelajaran dan siswa terlibat langsung, secara aktif mempelajari dan menganalisa bahan ajar melalui berbagai sumber belajar untuk mendapatkan tujuan pembelajaran. Belajar berdasarkan sumber atau RBL bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan sejumlah perubahan-perubahan dengan pembinaan kurikulum.

Merujuk dari pernyataan tersebut, Nasution (2010: 19) menyatakan perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum, yaitu:

a) Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia;

b) Perubahan alam masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntunannya;


(32)

13

d) Perubahan dalam media komunikasi.

Pendekatan RBL memanfaatkan segala informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio-visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan ke-giatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran berbentuk ceramah ditiadakan, berbagai macam meto-de yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. Penmeto-dekatan RBL memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber infor-masi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual, dan sebagainya. Siswa harus diajarkan teknik melakukan kerja lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, sehingga mereka lebih percaya diri.

Pendekatan RBL berusaha mengurangi pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dengan keterlibatan diri siswa dalam pendidikannya. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna ba-ginya dan penuh variasi. Pendekatan RBL berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, meto-de kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali meto-dengan kelas konvensional yang mengharuskan para siswa belajar yang sama dengan cara yang sama dan le-bih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar, sehingga dapat

mengembangkan kepercayaan diri siswa dalam hal belajar yang memungkinkan-nya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupmemungkinkan-nya.


(33)

14

Pendekatan RBL dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, mendorong pengembangan kemampuan berpikir kritis, menganalisa, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan keterampilan mengevaluasi. Mendorong sis-wa untuk bertanggung jasis-wab terhadap belajarnya sendiri, dan melatih sissis-wa man-diri dalam belajar, sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna, lebih tertanam dalam pada dirinya karena dia sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman. Serta menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna teknologi informasi dan komunikasi yang efektif.

Pendekatan RBL diharapkan dapat membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) dan generasi muda akan mampu menemukan, menda-patkan, memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, narasumber, atau tempat. Kemudian memilih informasi yang tepat, menggunakan informasi terse-but, mengolah, dan menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi tersebut serta menyebarluaskan atau menyajikan kembali informasi tersebut kepada orang lain. Mengakibatkan terangsang daya penalaran, kemampuan berpikir kritis dan kreativitas karena berhubungan langsung dengan berbagai sumber informasi da-lam pembelajaran. Jadi, RBL dapat membekali siswa kemampuan berpikir kritis, kreatif dan memiliki ide-ide orisinil.

Langkah-langkah pendekatan RBL menurut Nasution (2010:30-31) dalam pelak-sanaan RBL perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengetahuan yang ada, ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang


(34)

15

2. Tujuan pelajaran, guru harus merumuskan dengan jelas tujuan yang apa yang

ingin dicapai dengan pelajaran itu.

3. Memilih metode dan model pembelajaran, metode pembelajaran banyak

di-tentukan oleh tujuan.

4. Koleksi dan penyediaan bahan, harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki.

5. Penyediaan tempat.

C. Kemampuan Berpikir Kritis

Ahli psikologi menganggap berpikir adalah kelangsungan tangapan-tanggapan di-mana subjek yang berpikir pasif. Woodworth dan Marquis (dalam Suryabrata, 2007: 54) menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas, jadi subjek berpikir aktif, dan bahwa aktifitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berpikir itu mempergunakan abstraksi-abstraksi atau ide-ide.

Tujuan berpikir adalah mendapatkan hubungan antara bagian-bagian pengeta-huan. Bagian-bagian pengetahuan yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga berupa anggapan-anggapan. Proses atau jalannya berpikir memilki tiga langkah pokok, yaitu: (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) penarikan

kesimpulan.

Pembentukan pengertian atau pengertian logis dibentuk melalui tiga tingkatan. Pertama menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Kedua memban-dingkan ciri-ciri tersebut untuk menemukan ciri-ciri yang sama, tidak sama, selalu


(35)

16

ada, tidak selalu ada, hakiki ataupun tidak hakiki. Ketiga mengabstraksi, yaitu menyisihkan atau membuang ciri-ciri yang tidak hakiki, dan menangkap ciri-ciri yang hakiki.

Pembentukan pendapat adalah mengaitkan hubungan atara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) pendapat positif, (2) pendapat negatif, dan (3) pendapat modalitas. Pendapat positif adalah pendapat yang menyatakan suatu keadaan secara tegas, contohnya Riyan anak pandai. Pendapat negatif adalah pendapat yang menindakan atau menerangkan secara tegas tentang tidak adanya sifat tertentu pada suatu hal, contohnya Riyan tidak bodoh. Pendapat modalitas adalah pendapat yang menerangkan kemung-kinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal, contohnya Riyan mungkin anak pandai.

Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan yaitu keputusan induktif, deduktif, dan analogis. Ke-putusan induktif adalah keKe-putusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Keputusan deduktif adalah keputusan yang dita-rik dari hal umum ke hal khusus, jadi keputusan deduktif merupakan lawan dari keputusan induktif. Keputusan analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

Kemampuan berpikir (soft skill) adalah kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) dan kelanjutan dari kompetensi dasar (basic skill) terutama dalam


(36)

17

palajaran matematika. Basic skill dalam pelajaran matematika biasanya hanya be-rupa latihan-latihan soal-soal yang bersifat algoritis, mekanistis, dan rutin. Pela-jaran matematika tidak hanya untuk mencari sebuah jawaban yang benar, tetapi juga bertujuan bagaimana siswa dapat memikirkan segala kemungkinan prosedur penyelesaian dari sebuah jawaban dan pendapat mereka tentang mengapa prose-dur dan jawaban tersebut masuk akal dan logis. Kemampuan ini sangat diperlu-kan, karena masalah di dunia nyata yang akan dihadapi para siswa tidaklah seder-hana, tetapi cenderung tidak terduga dan kompleks.

Soft skill memiliki beberapa kemampuan diantaranya inisiatif, kemauan, komit-men, motivasi, kreatifitas, komunikasi, berpikir kritis, mandiri, integritas diri, dan disiplin. Kemampuan berpikir kritis selain salah satu soft skill, juga termasuk je-nis berpikir yang konvergen. Starnberg dan Lubart (dalam Sudiarta, 2007) mene-mukan bahwa pengukuran kemampuan siswa berdasarkan tes standar tidak mam-pu mengukur kemammam-puan peserta didik secara menyeluruh. Karena tidak dapat mengukur kemampuan berpikir kritis dengan jelas dan imajinatif dari ide-ide yang diungkapkan, saat menilai bukti yang baik dan buruk, bermain logika yang kuat, membedakan antara fakta dan pendapat.

Definsi berpikir kritis sangat beraneka ragam tergantung sudut pandang para ahli, diantaranya sebagai berikut:

1. (1) bersifat tidak lekas percaya; (2) bersifat selalu berusaha menemukan

kesalahan atau kekeliruan; (3) tajam dalam penganalisisan (KKBI, 2005: 601).


(37)

18

2. Kemampuan untuk menganalisa fakta, mengorganisasi ide-ide,

memperta-hankan pendapat, membuat perbandingan, membuat suatu keputusan, mem-pertimbangkan argument, dan memecahkan masalah (Parnes, dalam Sudiarta, 2007).

3. Berpikir logis dan masuk akal yang difokuskan pada pengambilan keputusan

tentang apa yang dipercaya dan dilakukan (Enis dalam Marpaung, 2011).

4. Cara berpikir logis yang memfokuskan pada apa yang harus dipercayai atau

dilakukan (Hiebert, J. dan Carpenter, T. P., dalam Sudiarta, 2007).

5. Sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri, atau sebuah proses ter-organisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Adapun tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam dalam mengung-kapkan makna dibalik suatu kejadian (Hasnunidah, 2011).

6. Proses kognitif yang aktif dan disiplin serta digunakan dalam aktivitas mental

seperti melakukan konseptulisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi (Michael Scriven dan Richard Paul, dalam Yunarti, 2011).

7. Aktivitas mental sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang toleran

dengan pikiran terbuka untuk memperluas pemahaman mereka (Johnson, 2007: 210).

8. Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya yaitu

meng-analisa argumen dan memberikan interprestasi bedasarkan persepsi yang be-nar dan interprestasi logis (Ahmadi, 2011: 110).


(38)

19

9. Keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk

memutus-kan hal-hal yang diyakini dan dilakumemutus-kan (Spliter, dalam Komalasari, 2010: 266)

Jadi berpikir kritis adalah proses berpikir logis menggunakan logika dengan menginduksi, mendeduksi, mengevalusi informasi, memberikan argumen, me-mutuskan kesimpulan, dan melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, bertujuan mencapai pemahaman yang mendalam untuk mengung-kapkan makna dari suatu kejadian (masalah).

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya. Berpikir kritis memungkinkan seseorang menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik kesim-pulan yang cerdas. Seseorang yang tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri mengenai apa yang harus dipikirkan, apa yang harus di-percaya, atau bagaimana harus bertindak. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain ( Johnson, 2002: 183), dengan kemampuan berpikir kritis siswa dapat mem-pelajari masalah secara sistematis, merumuskan pertanyaan dan mencari solusi dengan baik.

Ennis (dalam Komalasari, 2010: 266) mengemukakan ada 12 indikator berpikir kritis yang dikelompokannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi:


(39)

20

b. Menganalisis pertanyaan dan bertanya.

c. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun ketrampilan dasar, yang terdiri atas:

a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.

b. Mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas:

a. Kegiatan mendeduksi atau mempertim-bangkan hasil deduksi.

b. Meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi.

c. Membuat serta menentukan nilai pertimbangan.

4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas:

a. Mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga

dimensi.

b. Mengidentifikasi asumsi.

5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas:

a. Menentukan tindakan.

b. Berinteraksi dengan orang lain.

Berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Kemampuan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel 2.1 dibawah ini:


(40)

21

Tabel 1 Kemampuan dan Indikator berpikir kritis

No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator

1 Memberikan argumen Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.

2 Melakukan deduksi Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.

3 Melakukan induksi Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik.

4 Melakukan evaluasi Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif.

5 Memutuskan dan melaksanakan

Memilih kemungkinan solusi dan menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan.

Ennis, (dalam Marpaung, 2009: 50-51) D. Kerangka Pikir

Pendekatan RBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan berbagai sarana atau alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai perantara ko-munikasi dalam menyampaikan isi materi pelajaran dan siswa terlibat langsung, secara aktif mempelajari bahan ajar melalui berbagai sumber belajar. Pendekatan RBL berbasis paradigma konstruktivisme, yaitu yang berfokus pada siswa dan be-orientasi pada proses belajar siswa, karena siswa menggunakan banyak sumber belajar, melakukan observasi, menganalisis secara deduksi dan induksi, mengeva-luasi, dan menentukan kesimpulan terhadap tujuan materi pembelajaran, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam proses belajar siswa, baik secara kelompok maupun individual yang berfokus dalam memaksimalkan peng-gunaan sumber belajar. Siswa mencari informasi dari berbagai sumber berlajar


(41)

22

untuk memperkaya wawasan dan kemampuan melalui upaya yang aktif dan man-diri, sedangkan guru menjadi fasilitator.

Kegiatan siswa dalam mendapatkan bahan-bahan pembelajaran dan menemukan inti dari bahan pembelajaran. kegiatan belajar seperti ini, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa akan meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan un-tuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan menggunakan pendekatan RBL. Penerapan pendekatan RBL yang tepat akan mempengaruhi ca-ra berpikir siswa dan menciptakan proses pembelajaca-ran yang kondusif, artinya sis-wa terlibat langsung, secara aktif mempelajari materi pelajaran matematika dalam proses pembelajaran, dan secara kritis dalam bahan materi pelajaran matematika. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis akan memiliki pemahaman yang menda-lam, kesadaran, dan tanggung-jawab terhadap masa depannya. Berpikir kritis me-mungkinkan siswa menganalisis pemikirannya sendiri untuk memastikan bahwa dia telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan yang cerdas. Dengan de-mikian, jika pembelajaran matematika dengan pendekatan RBL diterapkan, maka rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih baik. Jadi, penerap-an pendekatpenerap-an RBL diharapkpenerap-an memiliki pengaruh terhadap kemampupenerap-an berpikir kritis.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

”Pendekatan resource based learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa”.


(42)

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan RBL memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didasarkan pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran dengan bahwa pendekatan RBL memiliki pengaruh lebih baik dari pendekatan non-RBL.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, maka penulis memberikan sa-ran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan RBL dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ke-mampuan berpikir kritis siswa dengan memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam pro-ses pembelajaran dengan baik.

2. Agar pembelajaran dengan pendekatan RBLdapat berjalan dengan baik, guru


(43)

ber-37 bagai sumber belajar relevan yang akan digunakan saat proses KBM, ber-bagai pertanyaan yang efektif untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa, mental guru dan pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis selu-ruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah-sekolah

yang memiliki sumber belajar yang kurang memadai guru dapat mengguna-kan metode diskusi pada proses pembelajaran yang dilengkapi dengan latihan soal-soal tentang kemampuan berpikir kritis, meskipun tidak seefektif pende-katan RBL namun metode diskusi jika dilakukan dengan maksimal dapat menghasilkan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang tidak terlampau jauh dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini yaitu seluruh seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 224 siswa yang terdistribu-si dalam tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan pertimbangan peneliti dan guru kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung, artinya setiap sampel yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan perorangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan sampel.

Tabel 2. Rata-rata nilai ujian mid semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kelas Jumlah Siswa tiap Kelas Rata-Rata Nilai Kelas

VIII A 33 41,51

VIII B 30 58,83

VIII C 30 56

VIII D 34 43,97

VIII E 34 60

VIII F 30 57

VIII G 33 53,78

Rata-rata Nilai SMPN 29 Bandar Lampung

untuk Kelas VIII 53,01

Dari tujuh kelas di SMP Negeri 29 Bandar Lampung diambil dua kelas yang rata-rata nilai kelas mendekati rata-rata-rata-rata nilai SMPN 29 Bandar Lampung untuk kelas VIII dan memiliki rata-rata nilai ujian mid semester genap yang relatif sama. Ke-las yang diambil adalah VIIIC dan VIIIF sebagai sampel, setelah itu ditentukan kelas VIIIF sebagai kelas kontrol (pembelajaran dengan pendekatan non-RBL)


(45)

24 dan kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan RBL).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan RBL terhadap ke-mampuan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Pene-litian ini adalah penePene-litian kuasi ekperimen, karena peneliti melakukan kontrol atau manipulasi terhadap kelompok-kelompok sampel dengan suatu perlakuan dan mengukur pengaruh hasil perlakuan terhadap kelompok-kelompok tersebut atau untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2009: 107).

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Posttest

E X1 O

K X2 O

Keterangan:

E = kelas eksperimen K = kelas kontrol

X1 = perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan RBL

X2 = perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan non-RBL

O = tes kemampuan berpikir kritis

Mulyatiningsih (2011: 2) mengemukakan bahwa :

“Variabel adalah sebuah karakteristik yang terdapat pada individu atau benda yang menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai atau kondisi yang dimiliki”. Variabel dalam penelitian ini adalah nilai posttest kemampuan berpikir kritis, ke-mudian dilakukan perbandingan antara nilai posttest kemampuan berpikir kritis pada kelas RBL dan kelas non-RBL.


(46)

25 Sebelum penelitian dilaksanakan, kedua kelompok kelas tersebut diambil data awal berupa hasil ujian mid semester genap untuk memastikan kedua kelompok kelas memiliki rata-rata nilai awal yang relatif sama di awal penelitian. Karena, jika kedua kelompok kelas memiliki rata-rata nilai awal yang relatif sama, maka peneliti dapat melihat dengan baik perbedaan pengaruh perlakuan pada masing-masing kelompok kelas tersebut. Pada akhir pembelajaran, siswa dari kedua kelas akan diberi posttest kemampuan berpikir kritis, kemudian nilai posttest tersebut dianalisis untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini, siswa tidak diberi tes awal (pretest) dengan beberapa pertimbangan. Pertama, pengerjaan tes kemampu-an berpikir kritis memerlukkemampu-an penguasakemampu-an materi dkemampu-an daya nalar ykemampu-ang baru akkemampu-an dipelajari siswa dalam proses pembelajaran, akibatnya akan banyak siswa yang ti-dak bisa mengerjakan soal pretest. Kedua, kurangnya efisiensi waktu, sebab pe-nelitian ini menyinggung proses KBM di sekolah yang memiliki alokasi waktu terbatas. Ketiga, pemberian pretest dikhawatirkan akan mempengaruhi nilai post-test, terutama jika pretest dan posttest bersifat ekuivalen. Sehingga, pemberian

pretest dirasa tidak perlu.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari posttest ke-mampuan berpikir kritis yang diperoleh setelah siswa diberi perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah siswa mengikuti pembelajaran dengan pendekatan RBL dan pendekatan non-RBL.


(47)

26

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dalam penelitan ini untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir kri-tis siswa dilakukan melalui posttest. Instrumen posttest yang digunakan adalah tes uraian bentuk terbuka. Untuk mendapatkan instrumen posttest yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus bersifat valid dan reli-abel.

1. Uji Validitas Instrumen

Penelitian ini menggunakan pengujian validitas secara rasional yang berupa validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi dijalankan dengan meminta pendapat dan rekomendasi terhadap isi atau materi yang terkandung dalam perangkat tes kepada para ahli berhubungan dengan mata pelajaran yang di-ujikan. Validitas konstruksi dilakukan dengan penganalisaan untuk menco-cokan antara aspek-aspek yang terkandung dalam perangkat tes dengan aspek atau ranah berpikir yang dikehendaki untuk diungkap melalui bantuan para ahli (Sudijono, 2008: 163-167), untuk mendapatkan perangkat tes yang mem-punyai validitas isi dan validitas konstruksi yang baik dilakukan langkah- langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen yang dipandang ahli untuk mendapat kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

d. Memperbaiki soal berdasarkan saran dari ahli hingga perangkat tes mempunyai validitas isi dan validitas konstuksi yang baik.


(48)

27 Sebelum instrumen posttest digunakan pada kelas yang dijadikan sampel, terlebih dahulu diujikan pada kelas lain yang berada di luar populasi, yang berarti di luar sampel. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reli-abilitas instrumen.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Setiap alat pengukur sebaiknya memiliki kehandalan atau dapat dipercaya ter-hadap alat ukur yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Reliabilitas merupakan suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kemantapan. Reliabilitas posttest diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat interpretasi suatu posttest. Suatu tes dikatakan rili-able jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang te-tap sama atau sifatnya stabil. Untuk mengetahui reliabilitas hasil tes bentuk uraian digunakankan Rumus Alpha (Sudijono, 2008: 207) sehingga memiliki sifat riliable.

11= ( − 1) 1 −∑ 2 2

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes ∑ 2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

2 = Varians total

Patokan pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (harga r11)


(49)

28 1. r11 ≥ 0,7

Berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memi-liki reliabilitas yang tinggi (riliable).

2. r11 < 0,7

Berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memi-liki reliabilitas yang tinggi (un-riliable).

Perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan dapat dilihat pada Lampiran, didapatkan data pada tabel 4.

Tabel 4. Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Test No Soal Validitas Reliabilitas

Uji Coba

1 Valid

0,71683 (riliable)

2 Valid

3 Valid

4 Valid

5 Valid

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, seluruh butir soal telah me-menuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Sebelum sampel menerima perlakuan, data sampel dianalisis terlebih dahulu un-tuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari kondisi awal yang sama. Data yang digunakan adalah nilai ujian mid semester genap kelas VIII. Proses analisis dengan menghitung nilai rata-rata setiap kelas. Setelah diketahui bahwa ke dua sampel berasal dari kondisi yang sama, kedua sampel diberi


(50)

perla-29 kuan yang berbeda, data yang diperoleh dari nilai posttest kemampuan berpikir kritis dianalisis untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan pendekatan RBL dan pendekatan non-RBL terhadap kemampuan berpikir kritis. Data nilai rata-rata nilai posttest kemampan berpikir kritis yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan rata-rata dan simpangan baku kedua kelas sampel dan analisis induktif dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dila-kukan uji t. Untuk meladila-kukan uji t harus dipenuhi dua syarat yaitu: sampel bera-sal dari populasi yang terdistribusi normal dan kedua kelas memiliki dan mem-punyai varians yang homogen.

1. Uji Normalitas

Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal populasi ber-distribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan rumus Chi-kuadrat (Sudjana, 2005: 273) sebagai berikut:

Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval

   k i Ei Ei Oi X 1 2


(51)

30 Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ2 ≤ 2 dengan taraf nyata

peng-ujian α = 5% (Sudjana, 2005: 273).

Setelah dilakukan perhitungan, untuk kelas RBL dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh ℎ2 = 5,976 dan dari tabel chi kuadrat diperoleh 2 = 7,81.

Pada kelas non-RBL dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh diperoleh 2 =

6,818 dan 2 = 7,81. Sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima Ho

jika 2 2 maka data kelas RBL dan kelas non-RBL berada pada

daerah penerimaan Ho sehingga data kedua kelas tersebut berdistribusi nor-mal. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran. Karena populasi berdasar-kan kemampuan berpikir kritis siswa untuk kedua pendekatan pembelajaran berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji homogenitas varians.

2. Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas menggunakan uji F. Uji F menurut Sudjana (2005: 250) adalah sebagai berikut.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : 12 22

H1 : 12 22

Keterangan:

σ12 = varians posttest tes kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL.

σ22 = varians posttest tes kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

non-RBL.


(52)

31 Kriteria pengujian : tolak H0 jika ℎ ≥ ½ ( 1 , 2)dimana ½ ( 1 , 2)

didapat dari distribusi F dengan peluang ½, derajat kebebasan 1 = 1− 1

dan 2 = 2− 1, dan taraf nyata  = 0,1.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh ℎ = 1,268686 dan

, ( , ) = 1,85. Karena ℎ < maka tidak ada perbedaan

vari-ans antara kelas dengan pendekatan RBL dan kelas dengan pendekatan

non-RBL. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran.

3. Uji Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

RBL tidak lebih baik dari pendekatan non-RBL.

H1 : Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

RBL lebih baik pendekatan non-RBL.

Apabila data yang diperoleh normal dan homogen maka digunakan uji satu sisi sebelah kanan atau uji kesamaan dua rata-rata satu pihak. Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, menurut Sudjana (2005: 243) adalah:

0 ∶ 1 2 1 ∶ 1 > 2

Keterangan:

1 = Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

RBL

2 = Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan non-RBL


(53)

32 Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menghasilkan data berdistribusi nor-mal dan kedua kelompok data homogen, sehingga dalam pengujian hipotesis statistik digunakan adalah uji t.

= −

1 + 1

dengan

2=( 1− 1) 12+ ( 2− 1) 22 1+ 2− 2

keterangan:

1 = nilai posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen 2 = nilai posttest kemampuan berpikir kritis kelas kontrol

n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ < , dengan derajat kebebasan

dk = (n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 0,05. Untuk harga-harga t lainnya

H0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).

Dari hasil perhitungan dengan uji t, diperoleh = 3,258002719 deng-an α = 5%, dk = 58 dari daftar distribusi t didapat = 1,67. Karena

> , hipotesis nol ditolak dan terima hipotesis satu yaitu

rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL le-bih dari pendekatan non-RBL. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran.


(1)

27

Sebelum instrumen posttest digunakan pada kelas yang dijadikan sampel, terlebih dahulu diujikan pada kelas lain yang berada di luar populasi, yang berarti di luar sampel. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reli-abilitas instrumen.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Setiap alat pengukur sebaiknya memiliki kehandalan atau dapat dipercaya ter-hadap alat ukur yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Reliabilitas merupakan suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kemantapan. Reliabilitas posttest diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat interpretasi suatu posttest. Suatu tes dikatakan rili-able jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang te-tap sama atau sifatnya stabil. Untuk mengetahui reliabilitas hasil tes bentuk uraian digunakankan Rumus Alpha (Sudijono, 2008: 207) sehingga memiliki sifat riliable.

11= ( − 1) 1 −∑

2 2

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes ∑ 2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

2 = Varians total

Patokan pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (harga r11) menurut Sudijono (2008: 209), dengan kriteria sebagai berikut:


(2)

28 1. r11 ≥ 0,7

Berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memi-liki reliabilitas yang tinggi (riliable).

2. r11 < 0,7

Berarti tes hasil belajar yang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memi-liki reliabilitas yang tinggi (un-riliable).

Perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan dapat dilihat pada Lampiran, didapatkan data pada tabel 4.

Tabel 4. Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Test No Soal Validitas Reliabilitas

Uji Coba

1 Valid

0,71683 (riliable)

2 Valid

3 Valid

4 Valid

5 Valid

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, seluruh butir soal telah me-menuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Sebelum sampel menerima perlakuan, data sampel dianalisis terlebih dahulu un-tuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari kondisi awal yang sama. Data yang digunakan adalah nilai ujian mid semester genap kelas VIII. Proses analisis dengan menghitung nilai rata-rata setiap kelas. Setelah diketahui bahwa ke dua sampel berasal dari kondisi yang sama, kedua sampel diberi


(3)

perla-29 kuan yang berbeda, data yang diperoleh dari nilai posttest kemampuan berpikir kritis dianalisis untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan pendekatan RBL dan pendekatan non-RBL terhadap kemampuan berpikir kritis. Data nilai rata-rata nilai posttest kemampan berpikir kritis yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan rata-rata dan simpangan baku kedua kelas sampel dan analisis induktif dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dila-kukan uji t. Untuk meladila-kukan uji t harus dipenuhi dua syarat yaitu: sampel bera-sal dari populasi yang terdistribusi normal dan kedua kelas memiliki dan mem-punyai varians yang homogen.

1. Uji Normalitas

Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal populasi ber-distribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan rumus Chi-kuadrat (Sudjana, 2005: 273) sebagai berikut:

Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval

k

i Ei

Ei Oi X

1

2


(4)

30

Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ2 ≤ 2 dengan taraf nyata

peng-ujian α = 5% (Sudjana, 2005: 273).

Setelah dilakukan perhitungan, untuk kelas RBL dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh ℎ2 = 5,976 dan dari tabel chi kuadrat diperoleh 2 = 7,81.

Pada kelas non-RBL dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh diperoleh 2 =

6,818 dan 2 = 7,81. Sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima Ho

jika 2 2 maka data kelas RBL dan kelas non-RBL berada pada

daerah penerimaan Ho sehingga data kedua kelas tersebut berdistribusi nor-mal. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran. Karena populasi berdasar-kan kemampuan berpikir kritis siswa untuk kedua pendekatan pembelajaran berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji homogenitas varians.

2. Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas menggunakan uji F. Uji F menurut Sudjana (2005: 250) adalah sebagai berikut.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : 12 22

H1 : 12 22 Keterangan:

σ12 = varians posttest tes kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL. σ22 = varians posttest tes kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

non-RBL.


(5)

31 Kriteria pengujian : tolak H0 jika ℎ ≥ ½ ( 1 , 2) dimana ½ ( 1 , 2) didapat dari distribusi F dengan peluang ½, derajat kebebasan 1 = 1− 1

dan 2 = 2− 1, dan taraf nyata  = 0,1.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh ℎ = 1,268686 dan

, ( , ) = 1,85. Karena ℎ < maka tidak ada perbedaan

vari-ans antara kelas dengan pendekatan RBL dan kelas dengan pendekatan non-RBL. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran.

3. Uji Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

RBL tidak lebih baik dari pendekatan non-RBL.

H1 : Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan

RBL lebih baik pendekatan non-RBL.

Apabila data yang diperoleh normal dan homogen maka digunakan uji satu sisi sebelah kanan atau uji kesamaan dua rata-rata satu pihak. Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, menurut Sudjana (2005: 243) adalah:

0 ∶ 1 2 1 ∶ 1 > 2

Keterangan:

1 = Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL

2 = Rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan non-RBL


(6)

32 Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menghasilkan data berdistribusi nor-mal dan kedua kelompok data homogen, sehingga dalam pengujian hipotesis statistik digunakan adalah uji t.

= −

1 + 1

dengan

2=( 1− 1) 12+ ( 2− 1) 22

1+ 2− 2

keterangan:

1 = nilai posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen 2 = nilai posttest kemampuan berpikir kritis kelas kontrol

n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ < , dengan derajat kebebasan

dk = (n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 0,05. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).

Dari hasil perhitungan dengan uji t, diperoleh = 3,258002719 deng-an α = 5%, dk = 58 dari daftar distribusi t didapat = 1,67. Karena

> , hipotesis nol ditolak dan terima hipotesis satu yaitu

rata-rata data posttest kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan RBL le-bih dari pendekatan non-RBL. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 68

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61