PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIK

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

Oleh Ayu Sekar Rini

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan realistik. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk mengomunikasikan pemikiran matematis secara jelas kepada orang lain menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide secara tepat. Desain yang digunakan adalahone group pretest-postest control designdengan populasi seluruh kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII-I yang ditentukan dengan tekhnik cluster sampling. Data kemampuan komunikasi matematis diperoleh dari tes uraian. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan realistik mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIK

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

Oleh Ayu Sekar Rini

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIK

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

(Skripsi)

Oleh Ayu Sekar Rini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 10

B. Pendekatan Matematika Realistik ... 13

C. Pembelajaran Kooperatif... 17

D. Kerangka Pikir... ... 19

E. Anggapan Dasar... ... 20

F. Hipotesis... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 25

E. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 31

F. Langkah-langkah Penelitian ... 32

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis . ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian . ... 38


(7)

vi V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 47 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus ... 51

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Realistik ... 55

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 87

B. Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal (Pretest)... 129

B.2 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal (Posttest) ... 135

B.3 Form Validasi InstrumenPretest... 142

B.4 Form Validasi InstrumenPosttest... 143

C. Analisis Data C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ... 145

C.2 Analisis Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Tes ... 146

C.3 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ... 147

C.4 Analisis Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Tes ... 148

C.5 Skor Per Indikator Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa... 149

C.6 Skor Per Indikator Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa .. 151

C.7 Uji Normalitas Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ... 153

C.8 Uji Normalitas Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis ... 157

C.9 Uji Homogenitas Varians antara Kemampuan Awal dan Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa ... 161


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 24

Tabel 3.2 Kriteria Reabilitas ... 28

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda... 29

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 30

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal Tes Kemampuan Awal ... 30

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Tes Kemampuan Akhir... 31

Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Penelitian ... 35

Tabel 3.8 Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 36

Tabel 4.1 Data Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 38

Tabel 4.2 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Komunikasi Matematis Siswa... 39


(10)

(11)

Moto

Kesempatan tak akan pernah lenyap sama sekali hanya

karena kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat,

maka teruslah melakukan yang terbaik untuk mengejar

kesempatan-kesempatan lainnya karena yang terpenting

adalah mencoba


(12)

P

ersembahan

Alhamdulillahirobbil Alamin.

Rasa syukur yang begitu besar kuucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepadaku untuk menuliskan ungakapan rasa terima kasih dari hatiku yang

terdalam.

Tulisan ini ku persembahkan kepada:

Ibu dan Bapak tercinta: Sunarni dan Suyitno yang selalu memberikanku doa, cinta, kasih sayang, motivasi, dan

semangat.

Beliau berdua yang senantiasa mendukungku dalam segala hal dengan segenap hati tanpa mengeluh betapapun letihnya

beliau selalu memikirkan kebahagiaanku.

Kedua adik kembarku tersayang, Ningsih dan Ningrum yang memberi semangat serta senantiasa menghiburku

setiap saat.

Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya dalam mendidik dan membimbingku.

Sahabat-sahabat seperjuangan yang menyayangiku dengan segala kekuranganku

dan


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayu Sekar Rini lahir di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 27 Juli 1993. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suyitno dan Ibu Sunarni, memiliki dua orang adik bernama Ayu Setianingsih dan Ayu Setianingrum.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 03 Ganjaran dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01 Pringsewu dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 01 Pagelaran dan lulus pada tahun 2011.

Melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) Universitas Lampung pada tahun 2011, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama kuliah, penulis pernah bergabung menjadi Eksakta Muda Himasakta Unila periode 2011-2012. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di pekon Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung sekaligus melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Darussholihin pada tahun 2014.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayu Sekar Rini lahir di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 27 Juli 1993. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suyitno dan Ibu Sunarni, memiliki dua orang adik bernama Ayu Setianingsih dan Ayu Setianingrum.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 03 Ganjaran dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01 Pringsewu dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 01 Pagelaran dan lulus pada tahun 2011.

Melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) Universitas Lampung pada tahun 2011, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama kuliah, penulis pernah bergabung menjadi Eksakta Muda Himasakta Unila periode 2011-2012. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di pekon Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung sekaligus melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Darussholihin pada tahun 2014.


(15)

i

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Realistik (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2014-2015)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta, mamakku Sunarni dan Bapakku Suyitno serta

adik-adikku tersayang Ayu Setianingsih dan Ayu Setianingrum yang senantiasa mendoakanku, memberi motivasi dan semangat bagiku.

2. Bapak Drs.Erimson Siregar, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, menyemangati dan memberikan dukungan selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tanpa hambatan.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku dosen pembimbing I sekaligus selaku ketua program studi pendidikan matematika yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini, dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah


(16)

dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku pembahas sekaligus ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis, dan mem-berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Ibu Supriyati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

9. Sahabat-sahabatku tercinta: Ade Irmayanti, Florensia Evindonta, Dwi Laila, Siti Laelatul, Yola Citra atas semangat, motivasi, doa, dan kebersamaan terindah yang telah diberikan.

10.Sahabat hatiku tercinta “Mamas” yang selalu menyemangati dan menemaniku dalam susah maupun senang, dan selalu menghiburku.

11. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pendidikan Matematika angkatan 2011 atas motivasi, persahabatan, semangat, doa, dan kebersamaanya selama ini. 12. Kakak tingkat angkatan 2008, 2009, dan 2010 serta adik tingkat angkatan

2012, 2013, dan 2014 atas kebersamaannya.

13. Bapak Bakri M,Pd.I dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dan doa selama melaksanakan KKN


(17)

14. Sahabat-sahabat KKN Pekon Hujung dan PPL MTs Darussholihin: Fitayah Ramdhani, Fiya Sholatunnisa, Siti Nurhasanah, Ani Sulistiani, Lia, Nana Susanti, Sandi, Andre Faysol, Oka, Kakak Septian Dwi Cahyo, dan Bapak Ajroni S,Pd atas semangat, kebersamaan, dan kasih sayang yang kalian berikan.

15. Siswa-siswi MTs/Ma Darussholihin dan SMP Negeri 1 Pagelaran. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman maka diperlukan satu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Ketiga hal tersebut akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin penting yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.

Pengertian pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan


(19)

2 kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas. Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab.

Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan bahwa manusia yang ingin dihasilkan dari sistem pendidikan di Indonesia adalah manusia yang mumpuni, yang mampu menjawab tantangan zaman namun tetap berakar pada nilai-nilai moral yang dianut oleh bangsa Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam membangun manusia seutuhnya.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Pendidikan informal mencangkup ilmu mengenai sosial dan budaya, tata krama, sopan santun serta cara berperilaku yang mereka peroleh dari kebiasaan sehari-hari baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar. Sedangkan dalam pendidikan formal, ilmu pengetahuan yang diajarkan meliputi Ilmu Sosial, Kewarganegaraan, Kesenian, Ilmu Alam, Matematika dsb. Dari mata pelajaran yang disebutkan matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi siswa. Karena pada dasarnya semua aspek kehidupan tidak lepas dari ilmu matematika. Pada setiap jenjang pendidikanpun terdapat mata pelajaran


(20)

3 matematika yang selalu diajarkan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Hal tersebut memberi arti bahwa matematika merupakan ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Untuk itu pelajaran matematika merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan proses pembelajarannya untuk memperoleh hasil belajar yang baik yaitu siswa dapat memahami materi yang diberikan.

Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia yang tercantum dalam Buku Standar Isi SMP (2006: 148) adalah agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan matematis. Kemampuan yang dimaksud antara lain yaitu kemampuan memahami konsep matematika, kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, kemampuan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, dan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memerjelas masalah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis termasuk ke dalam tujuan pembelajaran matematika di Indonesia. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan komunikasi matematis itu sangat penting dimiliki oleh siswa karena dengan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa mampu secara lisan dan tertulis mengkomunikasikan gagasan/ide-ide matematika dengan simbol, tabel, grafik, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Di samping itu, mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi sangat penting karena aspek


(21)

4 komunikasi matematis masuk dalam standar proses pembelajaran yang harus dikuasai oleh setiap siswa agar dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa SMP kelas VII, masih banyak siswa yang mengaku bahwa mereka merasa kesulitan dalam memahami pelajaran matematika yang diberikan. Akibatnya, kebanyakan dari mereka merasa bingung saat menghadapi soal-soal matematika karena mereka tidak dapat memahami maksud dari soal tersebut. Selain itu dalam artikel Natiputu (2012: 3) mengenai hasil penelitian Trends in Mathematics and Science Study yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011, disebutkan bahwa penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Menanggapi hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia memang masih rendah. Kebanyakan pembelajaran di Indonesia menekankan menghapal rumus-rumus dan menghitung. Padahal, belajar matematika haruslah mengembangkan logika dan berargumen yang prosenya tidak hanya dengan memberikan materi dan rumus-rumus matematika kepada siswa saja, melainkan siswa harus dibantu dan diarahkan untuk mampu mengkomunikasikan sendiri masalah-masalah matematis yang diberikan sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran matematika tersebut


(22)

5 berdasarkan pemikiranya sendiri. Rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia dibidang matematika memungkinkan terjadi karena kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan oleh guru untuk lebih memperhatikan pengembangan kemampuan komunikasi siswa dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di Indonesia. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Negeri 1 Pagelaran juga perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu dengan mengambil data ujian akhir semester ganjil siswa kelas VII-A dan VII-J, data menunjukan bahwa lebih dari 50% niai siswa kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dengan KKM pembelajaran matematika kelas VII di SMP Negeri 1 Pagelaran yaitu lebih dari atau sama dengan 68.

Model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru di SMP Negeri 1 Pagelaran adalah model pembelajaran langsung dengan metode tanya jawab. Model ini hanya dapat memberi kesempatan kepada siswa yang aktif di kelas untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya dan akan berdampak sebaliknya bagi siswa yang tidak aktif di kelas. Untuk itu dalam pembelajaran perlu diterapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara menyeluruh.

Menurut Widjajanti (2010: 4) aktivitas siswa seperti mengomunikasikan hasil-hasil pikiran mereka kepada yang lain secara oral atau dalam tulisan dan menjelaskannya, mendengarkan penjelasan dari orang lain dapat meningkatkan


(23)

6 komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu setiap siswa perlu diberikan kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan yang lain. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan dengan pendekatan pembelajaran yang membuat setiap siswa lebih mudah mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran yang dimiliki dalam bentuk lisan dan tulisan.

Pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengomunikasi-kan hasil pikiran atau ide-ide mereka salah satunya adalah pendekatan pem-belajaran realistik. Menurut Husna (2014:184) Pempem-belajaran dengan pendekatan matematika realistik merupaka pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar dan konteks dapat menjadi alat untuk pembentukan konsep, dimulai dengan suatu hal yang bersifat kontekstual dan dekat dengan siswa, maka siswa dapat mengembangkan sendiri model matematika. Pada pendekatan matematika realistik siswa dapat menambah pemahaman mereka tentang matematika. Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang memberikan kesempatan, atau membantu siswa untuk menciptakan dan menjelaskan simbolik dari kegiatan kemampuan matematika informalnya. Pernyataan tersebut sejalan degan pendapat Anisa (2014:8), dari hasil penelitian yang pernah dilakukannya mengenai peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis melalui pembelajaran pendidikan matematika realistik bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis melalui pembelajaran pendidikan matematika realistik


(24)

7 lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis melalui pembelajaran langsung.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, diduga penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran.

B. Rumusa Masalah

Berdasarkan latar belakang tesebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?”.

Agar permasalahan menjadi lebih jelas, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian yaitu “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pem-belajaran matematika dengan pendekatan realistik.


(25)

8 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dan hubungannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga mempengaruhi tingkat pola pikir dalam menyelesaikan suatu masalah yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, dapat memberdayakan guru matematika sekaligus memberikan inovasi baru dalam pembelajaran matematika di kelas, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah terutama dalam pembelajaran matematika, serta diharapkan dapat menambah ilmu dan pengalaman tentang pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik sekaligus dapat mempratikkan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan dalam pembelajaran matematika bagi peneliti.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Peningkatan dalam hal ini merupakan perubahan yang ditimbulkan dari penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan hasil-hasil pemikiran dan pemahamannya tentang konsep dan


(26)

9 proses matematika yang mereka pelajari. Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komunikasi tertulis. Hal ini dilihat melalui kemampuan siswa dalam:

a. Mengemukakan masalah dan menyatakan solusi masalah melalui bahasa matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara tulisan. c. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.

3. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan suatu pembelajaran yang menekankan proses belajar pada hal-hal yang terkait dengan kehidupan nyata atau kejadian yang dialami sehari-hari. Pada penelitian ini, siswa diajak melakukan simulasi terkait materi yang diajarkan, siswa diajak bersama-sama menemukan masalah dan mencari penyelesaian masalah. Dalam aktivitas belajar seperti ini siswa diberi kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan siswa lain atau guru. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Umar (2012: 6) kemampuan komunikasi matematis siswa adalah bagaimana siswa mengomunikasikan ide-idenya dalam usaha memecahkan masalah yang diberikan guru, berpartisipasi aktif dalam diskusi, dan mempertanggung jawabkan jawaban mereka terhadap masalah. Dengan demikian melalui komunikasi siswa dapat dengan bebas menyampaikan pemikiran-pemikiran, ide-ide yang mereka peroleh serta siswa menjadi lebih mudah dalam memahami dan menyelelesaikan masalah matematika. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi hal yang sangat penting untuk ditingkatkan.

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi yaitu dengan pemberian tes setelah proses belajar ataupun setelah materi pelajaran diberikan kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Untuk menentukan perkembangan yang dicapai maka harus ada kriteria atau indikator yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Menurut W. Winkel (1989: 82) hasil belajar siswa adalah


(28)

11 keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Menurut Surakhmad (1980: 25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan, ujian atau tes tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam me-nentukan keberhasilan siswa. Furchan (1982: 256) menyatakan bahwa tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Skor yang didasarkan pada sampel yang representatif dari tingkah laku pengikut tes itu merupakan indikator tentang seberapa jauh orang yang dites itu memiliki karakteristik yang sedang diukur. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat ukur hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai siswa setelah pembelajaran berdasarkan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Untuk mengemangkan kemampuan komunikasi matematis siswa Darkasyi dkk (2014: 29) dalam penelitiannya terhadap materi himpunan menggunakan contoh soal yang salah satunya yaitu dalam mendefinisikan himpunan, menentukan anggota dan bukan anggota himpunan. Berikut adalah contoh masalah yang digunakan:

Nyatakan anggota kumpulan di bawah ini!

a. Kumpulan siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe kelas VII1, yang memakai

kacamata.

b. Kumpulan buah yang lezat. c. Kumpulan alat dapur.

d. Kumpulan bunga yang indah

e. Kumpulan makanan yang dijual di kantin.

Manakah kumpulan di atas yang sulit ditentukan anggotanya?Mengapa?

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa diperlukan indikator sebagai tolak ukur dalam pemberian skor. Adapun indikator untuk mengukur


(29)

12 kemampuan komunikasi matematis menurut Latifah (2011: 21) adalah: (1) Menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika; (2) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik; (3) Memberikan penjelasan ide, konsep, atau situasi matematika dengan bahasa sendiri dalam bentuk tulisan matematika. Selanjutnya pencapaian siswa dalam kemampuan komunikasi matematis, menurut National Center Teaching Mathematics(2003: 2), dapat dilihat dan diukur dari indikator berikut:

a. Communicate their mathematical coherently and clearly to peers, faculty, and others.

b. Use the language of mathematics to express ideas precisely. c. Organize mathematical thinking through communication.

d. Analyze and evaluate the mathematical thinking and straregies of others.

Dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berupa mengomunikasikan pemikiran matematis mereka secara jelas kepada rekan-rekannya yang lain, menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-idenya secara tepat, mengorganisasi pemikiran matematisnya melalui komunikasi, dan menganalisis serta mengevaluasi pemikiran dan strategi matematis orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengemuka-kan ide-ide mengenai konsep materi pelajaran matematika yang dipelajari dengan indikator yang dikembangkan sebagai berikut: a) Mengomunikasikan situasi dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa, simbol, ide, model matematika; b) Menuliskan ide-ide, gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika; dan c) Mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika


(30)

13 B. Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Suryani (2012: 5) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Rusman (2012: 380) menyatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan ini akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan ditangani.

Di Indonesia pembelajaran selama ini telah didominasi oleh sistem lama, yaitu sistem yang lebih menekankan pada tingkat hafalan tinggi. Dengan demikian, kebanyakan siswa hanya dapat memecahkan masalah yang sama. Siswa tidak memahami konsep dasar dalam materi, di sisi lain tingkat pemahaman siswapun semakin berkurang sehingga pada kenyataannya timbul kebosanan pada siswa. Mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia seperti ini, maka perlu diadakan strategi baru dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika. Untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat melekat pada diri siswa salah satunya dalah dengan menciptakan pembelajaran melalui pendekatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar


(31)

14 yang pasti siswa juga mengalami dalam kehidupan sehari-harinya. Melakukan pembelajaran dengan melalui pendekatan seperti ini pasti akan lebih evektif dan menyenangkan ketimbang guru hanya bertindak sebagai penceramah.

Salah satu pendekatan yang memang merujuk pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan realistik yaitu suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswa dengan menampilkan hal-hal yang nyata yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharta (2006: 2) yang mengatkan bahwa pendekatan matematika realisik merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang harus dikaitkan dengan realita karena matematika merupakan aktivitas manusia. Hal ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Senada dengan ini, Zulkardi (2005: 2) mengemukakan dua pandangan penting tentang Freudenthal dalam pembelajaran matematika, bahwa “Mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity” yang artinya yaitu pendekatan matematika realistik lebih menampilkan kepada model pembelajaran yang nyata berdasarkan kenyataan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan matematik realistik tidak dimulai dengan memberikan definisi, teorema atau rumus-rumus kepada siswa kemudian memberi contoh soal seperti yang biasa terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Melainkan konsep matematika akan ditemukan sendiri oleh siswa dari proses pemecahan masalah matematika seperti permasalahan kontekstual. Dalam pembelajaran ini,


(32)

15 secara perlahan siswa dibimbing untuk mengembangkan pengetahuan matematika kearah yang lebih formal. Pembelajaran matematika dengan pendekatan relistik dapat membantu siswa dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan penalaran dan ide-ide yang ada dalam benak siswa itu sendiri sehingga siswa dapat perfikir kreatif dan kemudian menuntun mereka menemukan konsepnya sendiri.

Suherman (2001: 128) menjelaskan bahwa terdapat lima karakteristik dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, yaitu 1) menggunakan masalah kontekstual; 2) pengguanaan model pembelajaran yang telah disepakati sebelumnya; 3) menggunakan kontribusi siswa; 4) interaktivitas; dan 5) berkaitan dengan topik pembelajaran lainnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan menggunakan masalah kontekstual yaitu matematika harus dihubungkan dengan dunia nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran matematika harus disituasikan dalam realitas. Penggunaan model pembelajaran berfungsi sebagai penghubung antara dunia konkret dengan abstrak, yang disajikan dalam bentuk gambar, benda tiga dimensi, atau symbol dalam rangka membantu siswa mengembangkan kemampuan matematis. Kemudian karekteristik yang selanjutnya adalah menggunakan konstribusi siswa yang artinya dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik hasil yang diperoleh dan dikonstruksikan oleh siswa pada suatu pelajaran harus dapat membimbing mereka dari matematika informal ke matematika formal. Karekteristik yang lain yaitu interaktivitas. Interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal penting dalam pendekatan matematika realistik karena dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan


(33)

16 realistik, siswa bergabung melakukan aktivitas-aktivitas seperti menjelaskan, menyetujui atau tidak menyetujui, bertanya dan sebagainya. Karkteristik selanjutnya yaitu berkaitan dengan topik pembelajaran lainnya. Artinya, pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik membutuhkan adanya keterkaitan dengan unit atau topik pembelajaran yang lain.

Dari karakteristik pendekatan matematika realistik yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan matematiak realistik siswa dituntut untuk membangun pengetahuan dari suatu masalah informal yang nyata melalui kegiatan aktif dalam belajar dan dibimbing oleh guru yang berperan sebagai fasilitator. Kemudian membawa masalah informal tersebut kedalam masalah yang formal dengan menggunakan bahasa matematika sehingga dapat di selesaikan dengan cara matematis.

Dengan demikian dapat pula disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan PMR menjadikan pemahaman siswa lebih berkembang karena proses pembelajaran yang baik. Dalam PMR guru tidak memberikan penjelasan materi terlebih dahulu akan tetapi pembelajaran dimulai dari masalah-masalah real bagi siswa, menekankan keterampilan, berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman sekelas sehingga siswa dapat menemukan sendiri cara penyelesaian permasalahan sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika dengan pendeatan realistik sebagai upaya meningkatkan kemampuan


(34)

17 komunikasi siswa sangat mengutamakan siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk membangun pemahaman matematis secara bersama-sama. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif yaitu dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam rangka melakukan diskusi.

C. Pembelajaran Kooperatif

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainya dan kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kerjasama tersebut nampak dari adanya interaksi antara individu dalam suatu lingkungan. Proses pembelajaran yang menekankan pada kerjasama individu dalam suatu kelompok dikenal dengan istilah pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin (2009: 1) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 dampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil denngan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pem-belajaran kooperatif merupakan model pempem-belajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(35)

18 Suryani (2012: 83) menyatakan bahwa ada banyak keuntungan dengan penerapan pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenal sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuknya dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komintmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois. f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa.

g. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan daan dipraktikan.

h. Meningkatkan rasa percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagain perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemam puan, jenis kelamin,normal atau cacat yang dirasakan lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menghargai adanya perbedaan dalam kelompok, tetapi dengan perbedaan tersebut, setiap anggota tetap memiliki tanggung jawab untuk memahami materi yang diberikan sehingga setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, agama yang berbeda. Dengan latar belakang tersebut, setiap anggota kelompok akan bekerjasama dan saling bergantungan positif, bertangung jawab menyelesaikan tugasnya melalui interaksi tatap muka yang dilakukan untuk mengkomunikasikan ide-ide yang mereka miliki dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan demikian, melalui pembelajaran koopertif siswa mampu secara bebas mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.


(36)

19 D. Kerangka Pikir

Penelitian tentang peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan komunikasi siswa.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan pembelajaran yang menampilkan masalah berdasarkan kenyataan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, siswa dituntut untuk membangun pengetahuan dari suatu masalah nyata melalui kegiatan aktif dalam belajar dan dibimbing oleh guru.

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik diawali dengan mengenalkan masalah matematika yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa, guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa untuk terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah. Kemudian siswa diarahkan untuk mengkomunikasikan permasalahan yang telah diberikan menggunakan bahasa mereka sendiri dalam bentuk tulisan. Pada tahapan ini, kemampuan komunikasi matematis siswa terutama indikator mengomunikasikan situasi dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa, simbol, ide, model matematika dan indikator menuliskan ide-ide, gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika dapat ditingkatkan.


(37)

20 Selanjutnya siswa diberi kebebasan dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan pemikiranya seendiri. Kemudian siswa dibibimbing untuk mengemukakan atau mempersentasikan hasil pemikiran mereka di depan kelas, guru membantu mengarahkan siswa untuk mengaitkan hasil pemiikiran siswa dalam memecahkan masalah dengan materi yang diberikan sehingga siswa mampu memecahkan masalah lainnya dengan aturan matematika secara tepat. Pada tahapan ini, kemampuan komunikasi matematis siswa terutama indikator mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMPN 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014-2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum 2013. 2. Pembelajaran yang diterapkan sebelum penelitian bukan merupakan

pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik.

3. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa selain pendekatan pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat diabaikan.


(38)

21 F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir dan anggapan dasar yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotes Umum

Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran. 2. Hipotesis Khusus

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik lebih tinggi dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik.


(39)

22

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran yang terbagi dalam sepuluh kelas yaitu kelas VII-A sampai dengan kelas VII-J. Berdasarkan keterangan dari guru mitra, di SMP Negeri 1 Pagelaran tidak terdapat kelas unggulan, karena siswa dibagi ke dalam kelas-kelasnya secara acak tanpa mengelompokan siswa yang berprestasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan pilihan yang diberikan secara langsung. Kemudian dari pemilihan yang dilakukan, terpilihlah kelas VII-I dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan sebagai kelas eksperimen.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu (quasi experiment) yang melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan pendekatan realistik, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Melalui metode quasi experiment ini pembelajaran berlangsung secara alami sehingga siswa tidak merasa dieksperimenkan, dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat kevalidan penelitian. Desain yang digunakan dalam


(40)

23 penelitian ini adalah One Group Pretest-Postest Control Design. Pada penelitian ini, akan diberikan pretest sebagai tes kemampuan awal komunikasi matematis siswa. Soal pretest yang digunakan memiliki indikator komunikasi matematis yang sama dengan soal posttest, namun materi yang digunakan pada soal pretest dan postest berbeda. Soal pretest yang digunakan adalah materi yang telah dipelajari siswa dan berkaitan dengan materi yang akan diujikan pada soal posttest dengan reabilitas sangat tinggi, berkriteria daya pembeda yang sama yaitu baik dan sedang serta memiliki kriteria tingkat kesukaran yang sama pula yaitu mudah dan sedang. One Group Pretest-Postest Control Design menurut Fraenkel dan Wallen (1993: 246) merupakan desain yang digunakan dalam penelitian pada 1 (satu) kelas eksperimen (E) yang akan diberikan 3 (tiga) perlakuan yaitu memberi tes kemampuan awal komunikasi matematis siswa (O1), kemudian memberi

perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik (X) dan terakhir adalah memberi tes kemampuan akhir komunikasi matematis siswa (O1).

C.Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu data awal dan data akhir kemampuan komunikasi matematis siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa diawal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Data diperoleh dari pemberian skor terhadap hasil pretest dan posttest yang. Berikut akan disajikan Tabel 3.1 yang merupakan tabel pedoman penskoran soal kemampuan komunikasi matematis siswa.


(41)

24

Tabel 3.1 Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matemati Skor Mengomunikasikan

situasi dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa, matematika Menuliskan ide-ide, gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika Mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika

0 Tidak mengomunikasi-kan, situasi dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa, matematika. Tidak menuliskan ide-ide, gagasan pemikir-an dalam bentuk tulis-an matematika. Tidak mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika.

1 Mengomunikasikan, situasi dalam kehidup-an sehari-hari dalam bahasa, matematika. sesuai dengan informasi yang diberikan.

Hanya sedikit menuliskan ide-ide, gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika.

Hanya sedikit evaluasi dan meng-analisis serta

menyelesaikan masalah matematika.dan tidak melakukan perhitungan.

2 - Menuliskan ide-ide,

gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika, namun kurang lengkap dan benar.

Mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika dengan tidak lengkap dalam memberi penjelasan namun melakukan perhitungan dengan benar.

3 - Penjelasan dalam

menuliskan ide-ide, gagasan pemikiran dalam bentuk tulisan matematika masuk akal, tersusun secara logis, dan jelas

Mengevaluasi dan menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika dengan lengkap dalam memberi penjelasan namun salah dalam melakukan perhitungan.

4 - - Menengevaluasi dan

menganalisis serta menyelesaikan masalah matematika dengan benar, dan melakukan perhitungan dengan tepat..

Skor maks

1 3 4


(42)

25 D.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dengan bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah uraian karena dengan soal tipe ini langkah-langkah penyelesaian siswa yang mengandung indikator kemampuan komunikasi matematis dapat terlihat dengan jelas sehingga data tentang kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diperoleh. Materi yang diujikan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Aritmatika Sosial. Dalam penelitian ini, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes kemampuan awal (pretest) dan tes kemampuan akhir (posttest) dengan indikator yang sama tetapi materi materi yang diujikan berbeda. Pada pretest, peneliti menggunakan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PLSV), sedangkan posttest peneliti menggunakan materi Aritmatika Sosial. Terpilihnya kedua materi tersebut dikarenakan kedua materi tersebut masih saling berkaitan.

Suatu tes yang baik adalah tes yang memenuhi kriteria valid dan reliabel agar kesimpulan dalam suatu penelitian tidak keliru. Selain itu, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu butir tes dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kesukaran maupun daya pembeda soal. Instrumen tes yang baik adalah instrumen yang memenuhi beberapa syarat, yaitu validitas isi, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai rumusan-rumusan yang akan digunakan untuk mengukur validitas isi, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal.


(43)

26 1. Validitas Isi

Validitas yang digunakan penelit dalam penelitian inii adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang didasarkan atas kerepresentatifan pengukuran. Menurut Arikunto (2010: 67), sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Cara mengetahui validitas isi dari tes komunikasi matematis siswa adalah dengan cara membandingkan isi dari tes komunikasi matematis siswa dengan indikator komunikasi matematis yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini, soal yang akan diujikan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran mengetahui dengan pasti indikator komunikasi matematis yang sesuai dengan standar. Validitas instrumen ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes dikatakan valid apabila butir-butir tesnya telah dikategorikan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan daftar cek list oleh guru mitra. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi. Setelah semua butir soal telah dinyatakan valid, maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel yang telah mempelajari pokok bahasan materi yang akan diujikan. Data yang diperoleh dari


(44)

27 hasil uji coba kemudian diolah menggunakan bantuan Software microsoft excel untuk mengetahui realibilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal. 2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang mesti diukur dan seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2010: 86). Bentuk soal tes yang akan diujicobakan kepada siswa berupa soal tes tipe uraian. Menurut Arikunto (2010: 109) untuk mencari koefisien reliabilitas soal tes tipe uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:

11 = �

� −1 (1−

��2 ��2 ) Keterangan :

r11 : koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n : banyaknya butir soal

2

i

 : jumlah varians skor tiap-tiap item

t

 2

: varians skor total

Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan pendapat Arikunto (2010: 75) seperti yang terlihat dalam Tabel 3.2. Kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0,60 ≤ r11.


(45)

28 Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11≤ 0,20 Sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan reliabilitas soal yang telah diujicobakan dan disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Hasil perhitungan reliabilitas soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.3. 3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai ke siswa yang memperoleh nilai terendah. Setelah itu, diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Arikunto (2011:213), rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:

= − Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah


(46)

29 IA : Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang terte-ra dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0,00 Sangat buruk

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

0,20 < DP ≤ 0,30 Cukup baik, perlu direvisi

0,30 <DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal dengan nilai daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,2. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh daya pembeda butir item soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan C.4.

5. Tingkat Kesukaran

Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:

� = �

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh


(47)

30 Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008:372) yang tertera pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0,00 < TK 0,15 Sangat Sukar 0,15 < TK 0,30 Sukar 0,30 < TK 0,70 Sedang 0,70 < TK 0,85 Mudah 0,85 < TK 0,100 Sangat Mudah

Dalam penelitian ini kriteria butir soal yang akan dipilih adalah soal dengan tingkat kesukararan variatif, yaitu dalam rentang 0,16 < IK ≤ 0,85 dengan interpretasi sukar, sedang, dan mudah. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh tingkat kesukaran butir soal yang disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.2 dan Lampiran C.4.

Setelah dilakukan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes kemampuan awal komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.5, sedangkan hasil tes uji coba soal tes kemampuan akhir komunikasi matematis siswa disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Tes Kemampuan Awal

No. Soal

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan

1a

0,82 (sangat tinggi)

0,53 (Baik) 0,77 (Mudah) Dipakai

1b 0,31 (Sedang) 0,66 (Sedang) Dipakai

2 0,69 (Baik) 0,70 (Sedang) Dipakai

3 0,69 (Baik) 0,79 (Mudah) Dipakai

Dari Tabel 3.5, dapat dilihat bahwa soal memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0,89 dengan daya pembeda dan tingkat kesukaran soal telah memenuhi syarat,


(48)

31 sehingga dapat dikatakan bahwa soal tes kemampuan awal telah layak untuk digunakan mengumpulkan data.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Tes Kemampuan Akhir No.

Soal

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan

1

0,81 (sangat tinggi)

0,38 ( Sedang) 0,80 (Mudah) Dipakai

2 0,47 (Baik) 0,66 (Sedang) Dipakai

3 0,57 (Baik) 0,58 (Sedang) Dipakai

4 0,63 (Baik) 0,64 (Sedang) Dipakai

Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,93 yang berarti soal memiliki reliabilitas sangat tinggi. Soal telah dinyatakan valid dan memenuhi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran yang ditentukan, maka soal tes kemampuan akhir komunikasi matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

E.Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bertujuan untuk merancang proses pembelajaran yang akan dilakukan di dalam kelas. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini, RPP disusun untuk empat kali pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan sistem penilaian.


(49)

32

2. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

LKK yang diberikan kepada siswa dalam penelitian kali ini disusun dengan rumusan permasalahan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. LKK digunakan untuk mengetahui bagaimana cara siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan penelitian pendahuluan.

b. Membuat bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian.

c. Menguji coba instrumen penelitian kemudian merevisi instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan realistik pada kelas eksperimen.

c. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen. 6. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Mengambil kesimpulan.


(50)

33 G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis, penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap pelaksanaan. Prosedur yang dilalui pada tahap pendahuluan meliputi:

1. Melakukan penelitian pendahuluan ke sekolah yang akan ditentukan sebagai populasi penelitian, melihat kondisi sekolah dan memilih sampel penelitian serta melihat kemampuan siswa dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi Arutmatika sosial untuk kelas sampel.

3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) sebagai bahan ajar untuk kelas sampel.

4. Membuat instrumen tes awal dan tes akhir kemampuan komunikasi matematis siswa beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

5. Melakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran terhadap instrumen tes awal dan tes akhir yang telah dibuat..

Selanjutnya prosedur pada tahap pelaksanaan meliputi:

1. Pemberian tes kemampuan awal pada kelas sampel untuk melihat kemampuan awal komunikasi matematis siswa.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik pada kelas sampel dengan materi Aritmatika Sosial sebagai materi yang disajikan pada kegiatan pembelajaran.

3. Pemberian posttest pada kelas sampel untuk melihat kemampuan akhir komunikasi matematis siswa.


(51)

34 4. Pengumpulan, pengolahan data penelitian, analisis data dan penarikan

kesimpulan.

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik di kelas eksperimen adalah data kuantitatif yang terdiri dari nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai kemampuan awal komunikasi matematis dan nilai kemampuan akhir komunikasi matematis.Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatif dari kelas eksperimen yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data skor rata-rata aktivitas sampel.

a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf Kepercayaan


(52)

35

c. Statistik Uji

Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:

�ℎ� ��2 =

( )2 � �=1 Keterangan:

�= frekuensi pengamatan (observasi) �= frekuensi yang diharapkan (expectation) = banyaknya pengamatan

d. Kriteria Pengujian

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika �ℎ� ��2 �2 .

Dalam penelitian ini, uji Chi Kuadrat menggunakan Software Microsoft Excel 2007. Hasil uji normalitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.7 dan data selengkapnya pada Lampiran C.7 dan C8.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Penelitian Sumber Data Banyak

Siswa χ 2

ℎ� �� χ2 � Ho Kemampuan Awal

Komunikasi Matematis 32 6,51 7,81 Diterima Kemampuan Akhir

Komunikasi Matematis 32 5,82 7,81 Diterima

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data kemampuan awal komunikasi matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jadi, untuk data kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis selanjutnya akan diuji homogenitasnya.


(53)

36 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak.

a. Hipotesis

H0: �12 = �22 (varians kedua populasi homogen) H1: �12 �22 (varians kedua populasi tidak homogen) b. Taraf Kepercayaan

Taraf Kepercayaan pada penelitian ini adalah α= 0,05.

c. Statistik Uji

Menurut Sudjana (2005: 250), untuk menguji hipotesis di atas menggunakan rumus:

Fhitung =

Varians terbesar Varians terkecil

c. Kriteria Uji

Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika Fhitung 1/2�(�1−1 ,�2−1).

Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007. Uji homogenitas dilakukan pada data yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, data yang berdistribusi normal adalah data awal dan akhir kemampuan komunikasi siswa. Sehingga, data yang lainnya tidak perlu diuji homogenitasnya. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 3.8 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran C.9.

Tabel 3.8 Uji Homogenitas Variansi Populasi

Sumber Data Sumber Data Fhitung � / �(� − ,� − ) H0 Kemampuan

Komunikasi Siswa

Kemampuan Awal

0,98 2,05 Diterima


(54)

37 Berdasarkan hasil uji homogenitas, nilai Fhitung < 1/2�(�1−1 ,�2−1).. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari kedua kelompok populasi dengan varians yang homogen.

Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis. Adapun penjelasan dari uji hipotesis adalah sebagai sebagai berikut.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Pada penelitian ini, data yang diperoleh berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka dilakukan uji t untuk menguji kesamaan dua rata-rata. a. Hipotesis

H0: μ1 = μ2, ( kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan realistik.sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik )

H1: μ1 > μ2, ( kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan realistik.lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik )

b. Taraf Kepercayaan

Taraf Kepercayaan pada penelitian ini adalah α= 0,05.

c. Statistik Uji


(55)

38 = � 1−� 2

1

�1+ 1 �2 dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

� 1 = rata-rata skor kemampuan awal x 2 = rata-rata skor kemampuan akhir

n1 = banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan awal

n2 = banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan akhir

s12 = varians sebelum pembelajaran dengan pendekatan realistik s22 = varians setelah pembelajaran dengan pendekatan realistik s2 = varians gabungan

d. Kriteria Uji

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < 1−� , (1−�) didapat dari distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2).

Dalam penelitian ini, untuk menghitung uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan bantuan Software.


(56)

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa pebelajaran dengan pendekatan realistik dapat meningkatnkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 1 Pagelaran. Kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik.

B.Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, disarankan untuk menggunakan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas.

2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan tentang peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan realistik disarankan untuk melalukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal.


(57)

48

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Anisa, Witri Nur.2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1.Tersedia:http//download.portalgaruda.org/ [29 juli 2015]

BSNP.2006.Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. Tersedia:http://matematika.upi.edu [27 Januari 2015]

Darkasyi, Muhammad dkk.2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe.

Tersedia:http://www.jurnal.unsyiah.ac.id [04 Febuari 2015]

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E.2008.How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Husna, Raudatul.2014.Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa SMP Kelas VII Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. Tersedia:http.digilib.unimed.ac.id [29 juli 2015]

Latifah.2011.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terdapat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa.

Tersedia:http://repository.uinjkt.ac.id [27 Januari 2015]

Napitupulu, Ester Lince.2012.Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Tersedia:http://edukasi.kompas.com [27 Januari 2015]

NCTM.2003.Standards for Secondary Mathematics Teachers. Tersedia:http://www.ncate.org [27 Januari 2015].


(58)

49 Puspaningtyas, Nicky Dwi.2012.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.(Skripsi). Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Roestiyah, N.K. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rusman.2012.Model-model Pembelajaran Mengembengkan Profesionalisme Guru (Edisi ke 2).Jakarta: Rajawali Pers

Slavin.2009.Metode Pembelajaran Kooperatif.

Tersedia:http://ipotes.wordpress.com (20 Desember 2014)

Sudijono, Anas.2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana.2005.Metoda Statistika.Bandung: PT. Tarsito

Suherman, Erman dkk.2001.Strategi Pembelajaran Kontemporer.Bandung: FPMIPA Upi

.2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP

Suharta, I Gusti Putu.2006.Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana?. Tersedia:.www.depdiknas.go.id [27 Januari 2015]

Surakhmat, Winarno.1980.Interaksi Belajar Mengajar.Bandung: Jemmars. Suryani, Nunuk & Leo Agung.2012.Strategi Belajar Mengajar.Yogyakarta:

Penerbit Ombak

Umar, Wahid.2012.Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Dalam Infinity: Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol. 01 No. 01.

Tersedia:http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id [20 Desember 2014] Widjajanti, Bondan D. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. [Online].

Tersedia:http://staff.uny.ac.id [13 Januari 2015].

Yosmarniati.2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.


(59)

50 Zulkardi.2003.How to Design Mathematics lessons based on the Realistic


(1)

Berdasarkan hasil uji homogenitas, nilai Fhitung < 1/2�(�1−1 ,�2−1).. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari kedua kelompok populasi dengan varians yang homogen.

Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis. Adapun penjelasan dari uji hipotesis adalah sebagai sebagai berikut.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Pada penelitian ini, data yang diperoleh berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka dilakukan uji t untuk menguji kesamaan dua rata-rata. a. Hipotesis

H0: μ1 = μ2, ( kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik.sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik )

H1: μ1 > μ2, ( kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik.lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik )

b. Taraf Kepercayaan

Taraf Kepercayaan pada penelitian ini adalah α= 0,05.

c. Statistik Uji


(2)

= � 1−� 2

1 �1+

1 �2 dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

� 1 = rata-rata skor kemampuan awal x 2 = rata-rata skor kemampuan akhir

n1 = banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan awal n2 = banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan akhir s12 = varians sebelum pembelajaran dengan pendekatan realistik s22 = varians setelah pembelajaran dengan pendekatan realistik s2 = varians gabungan

d. Kriteria Uji

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < 1−� , (1−�) didapat dari distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2).

Dalam penelitian ini, untuk menghitung uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan bantuan Software.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa pebelajaran dengan pendekatan realistik dapat meningkatnkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 1 Pagelaran. Kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik.

B.Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, disarankan untuk menggunakan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas.

2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan tentang peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan realistik disarankan untuk melalukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Anisa, Witri Nur.2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1.Tersedia:http//download.portalgaruda.org/ [29 juli 2015]

BSNP.2006.Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. Tersedia:http://matematika.upi.edu [27 Januari 2015]

Darkasyi, Muhammad dkk.2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe.

Tersedia:http://www.jurnal.unsyiah.ac.id [04 Febuari 2015]

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E.2008.How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Husna, Raudatul.2014.Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa SMP Kelas VII Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. Tersedia:http.digilib.unimed.ac.id [29 juli 2015]

Latifah.2011.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terdapat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa.

Tersedia:http://repository.uinjkt.ac.id [27 Januari 2015]

Napitupulu, Ester Lince.2012.Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Tersedia:http://edukasi.kompas.com [27 Januari 2015]

NCTM.2003.Standards for Secondary Mathematics Teachers. Tersedia:http://www.ncate.org [27 Januari 2015].


(5)

Puspaningtyas, Nicky Dwi.2012.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.(Skripsi). Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Roestiyah, N.K. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rusman.2012.Model-model Pembelajaran Mengembengkan Profesionalisme Guru (Edisi ke 2).Jakarta: Rajawali Pers

Slavin.2009.Metode Pembelajaran Kooperatif.

Tersedia:http://ipotes.wordpress.com (20 Desember 2014)

Sudijono, Anas.2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana.2005.Metoda Statistika.Bandung: PT. Tarsito

Suherman, Erman dkk.2001.Strategi Pembelajaran Kontemporer.Bandung: FPMIPA Upi

.2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP

Suharta, I Gusti Putu.2006.Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana?. Tersedia:.www.depdiknas.go.id [27 Januari 2015]

Surakhmat, Winarno.1980.Interaksi Belajar Mengajar.Bandung: Jemmars. Suryani, Nunuk & Leo Agung.2012.Strategi Belajar Mengajar.Yogyakarta:

Penerbit Ombak

Umar, Wahid.2012.Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Dalam Infinity: Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol. 01 No. 01.

Tersedia:http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id [20 Desember 2014] Widjajanti, Bondan D. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. [Online].

Tersedia:http://staff.uny.ac.id [13 Januari 2015].

Yosmarniati.2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.


(6)

Zulkardi.2003.How to Design Mathematics lessons based on the Realistic Approach.Tersedia:www.geocities.com/ratuilmu.co.id. [27 Januari 2015]


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 17 87

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 32 89

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS VII SMP

0 1 11