PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TWO STAY TWO STRAY
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
CLARA DWI ALFIONITA

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS. Desain penelitian ini adalah the pretest-posttest control
group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
21 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 192 siswa yang
terdistribusi dalam delapan kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF
dan VIIIG yang diambil dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis, diketahui bahwa peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sama
dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak ada
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe TSTS.

Kata kunci : Komunikasi Matematis, Konvensional, TSTS

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Clara Dwi Alfionita dilahirkan pada tanggal 26 September 1992
di Tanjung Karang, Bandarlampung, sebagai anak kedua dari lima bersaudara
buah hati dari Bapak Beny Trisna, HR dan Ibu Narti Beny.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Assalam Korpri
pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Sukarame pada
tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Bandarlampung pada
tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Perintis 1
Bandarlampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui
jalur penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Universitas Lampung 2010.

Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) Tematik tahun 2013 di desa
Kegeringan Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat dan pada tahun
yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN
1 Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.

Moto
Jalani saja, apapun yang terjadi yang penting jujur
(Ibu)
Terkadang yang terlihat buruk belum tentu sebenarnya
buruk tetapi malah sebaliknya
Doa, usaha, usaha, usaha, tawakal
Jangan katakan tidak bisa, tetapi belum bisa karena kita
tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya

PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Khalik Allah SWT dan Rasulullahku

Muhammad SAW

Ku persembahkan karya kecilku ini untuk:
Orangtuaku tersayang, Mama Narti dan Babe Beny yang membesarkanku
dengan curahan kasih sayangnya, selalu mendoakanku, memberiku semangat
dan selalu sabar menemaniku disaat aku senang dan sedih.
Semoga Nita bisa buat Mama dan Babe bangga.
Kakak Andri dan adik-adikku tercinta 3R (Rama, Reza, dan Rio) serta sanak
saudara baik dari Mama dan Babe yang selalu mendoakan dan memberiku
semangat.
Para guru dan dosenku yang selalu sabar dalam mendidikku, terimakasih atas
ilmu yang diberikan
Para sahabat terbaikku baik di kampus maupun di luar kampus yang tidak
pernah mengeluh atas banyaknya kekuranganku, terimakasih atas
kebersamaan, tawa, canda, semangat dan doa yang selalu kalian berikan.
Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga sampai kapanpun.
Almamater Universitas Lampung Tercinta

SANWACANA


Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri
21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus ikhlas kepada:

1. Orangtuaku Mame Narti Beny dan Babe Beny Trisna, yang selalu
memberikan segenap kasih sayang, doa, dan pengorbanan tanpa pernah
merasa lelah untuk memberikan yang terbaik.
2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Utama atas kesabaran
dan kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
3. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Ketua
Jurusan PMIPA atas kesabaran dan kesediaan memberikan bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


4.

Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Penguji Utama dan Pembimbing
Akademik atas masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

5.

Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika;

6. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya;
7.

Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8.


Ibu Khusnul Khatimah, M.Pd., selaku guru mitra dan guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung yang telah banyak
membantu penulis selama melakukan penelitian.

9.

Ibu Hj. Yuliati, S. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 21 Bandarlampung beserta
Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan
selama penelitian.

10. Kakak dan adik-adikku tersayang: Kak Andri, Reza, Rio, dan Rama
terimakasih atas semangat dan kasih sayangnya selama ini.
11. Sahabat-sahabatku: Nda, Tante, Ibund, Bungsu, Abi, Kakak, Kakung, Datuk,
Wak, dan Oom terimakasih atas semangat, doa, tawa, canda, motivasi, serta
rasa kekeluargaan yang kalian berikan selama ini.
12. Teman-teman tidak terduga: Tri Fauji, Nando, Rusdi, Aan, Kak Kiki, Mb
Citra, dan Kak Wayan terimakasih atas kebersamaan dan bantuannya selama
ini.
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Matematika 2010: Rianita, Ria
Anzani Artha, Nurul, Mella, Liza, Suke, Mb Ira, Ardiyanti, Woro, Resti,


iii

Noviana, Engla, Elfira, Anniya, Silo, Tika, Mb Anggi, Febby, Rika, Desi,
Ayu, Qori, Yulisa, Imas, Rini, Dea, Sulis, Endang, Fertil, Arif, Beni, Novrian,
Hasanah, Rohmah, Andri, Lia, Iga, Ebta, Hesti, Utari, Asih, dan Tri yang
memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.
14. Kakak tingkat serta adik tingkat atas bantuan dan kebersamaannya.
15. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMP Negeri 1 Batu Brak
Kabupaten Lampung Barat (BBC): Sofia Luthfita, Rianita Afrilia, Liza Fitri,
Siska Yanti, I Wayan Swastika, Resti Febtrina, M. Burhan, Endang Lastriana,
Nita Purnama Sari, Azmi Syahid, Ranissa Dellafini, dan Mei Aryanti atas
persaudaraannya selama ini, dan semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga
selamanya.
16. Siswa-siswi SMPN 1 Batu Brak dan SMPN 21 Bandarlampung.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,

Juli 2014

Penulis,

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
I.

ix


PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah ......................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

1
7
7
7
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .........................................................................................
1. Kemampuan Komunikasi Matematis .............................................
2. Model Pembelajaran Kooperatif .....................................................
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS .................................
B. Kerangka Pikir .....................................................................................
C. Hipotesis Penelitian ..............................................................................

9
9
14
16
20
22

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.


Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian .................................................................................
Prosedur Penelitian ...............................................................................
Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................
1. Data Penelitian ................................................................................
2. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
E. Instrumen Penelitian ............................................................................
1. Validitas Isi ....................................................................................
2. Validitas Butir Soal ........................................................................
3. Reliabilitas ......................................................................................
F. Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis ....................................
1. Uji Normalitas ...............................................................................
2. Uji Homogenitas ............................................................................
3. Teknik Pengujian Hipotesis ............................................................

23
24
24
26
26
26
26
26
27
28
29
29
30
31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ..........................
2. Uji Hipotesis ..................................................................................
B. Pembahasan .........................................................................................

33
33
35
36

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 41
B. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil ................................................
3.2 Desain Penelitian ..................................................................................
3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas .......................................................
3.4 Uji Normalitas Data Gain Nilai ..........................................................
3.5 Uji Homogenitas Data Gain Nilai ........................................................
4.1 Rekapitulasi Data Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ....................................................................................................
4.2 Rekapitulasi Data Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ....................................................................................................
4.3 Rekapitulasi Data Gain Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ....................................................................................................
4.4 Uji Hipotesis Gain Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

23
24
28
30
31
33
34
34
35

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1Skema Penerapan Model Pembelajaran TSTS ......................................... 19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1
A.2
A.3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas TSTS ................. 45
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional ..... 77
Lembar Kerja Siswa (LKS) .............................................................. 109

B. PERANGKAT TES
B.1
B.2
B.3
B.4
B.5

Kisi-kisi Soal Tes .............................................................................
Soal Pretest-Posttest ..........................................................................
Rubrik Pensokran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ............
Kunci Jawaban Soal Pretest-Posttest ................................................
Form Penilaian Soal Pretest-Posttest ................................................

129
130
132
133
140

C. ANALISIS DATA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
C.1
C.2
C.3
C.4
C.5
C.6

Analisis Validitas Butir Soal Instrumen ............................................
Analisis Reliabilitas Instrumen .........................................................
Hasil Pretest, Posttest, dan Gain Kelas Eksperimen .........................
Hasil Pretest-Posttest, dan Gain Kelas Kontrol ...............................
Analisis Gain Nilai ............................................................................
Uji Homogenitas dan Hipotesis .........................................................

142
144
145
146
147
148

1

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara komunikan dan komunikator.
Komunikasi meliputi penyampaian informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Interaksi yang terjadi antara komunikan dan komunikator disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan dan membangun hubungan antara komunikator dan komunikan. Selain itu,
komunikasi juga dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi, mengajar,
menghibur, mendorong dan mengubah sikap.

Proses komunikasi dapat dila-

kukan dengan menggunakan alat atau sarana elektronik seperti surat kabar, majalah, radio, telepon, fax, e-mail,juga dapat dilakukan dengan bahasa atau isyarat
seperti gambar, warna, dan sebagainya. Proses komunikasi biasanya dilakukan
antar individu, antar kelompok atau antara individu dengan kelompok.

Komunikasi antar individu biasanya berupa percakapan, sedangkan komunikasi
dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat berupa pidato, seminar, kuliah
umum, ataupun sekolah.

Komunikasi yang terjadi di sekolah antara lain komu-

nikasi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran diantaranya interaksi

2
tanya jawab yang dilakukan guru kepada siswa atau sebaliknya. Dalam
pembelajaran, kemampuan komunikasi yang dimiliki seorang guru hendaklah
meliputi kecakapan seorang guru dalam menyampaikan materi serta mendorong
agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan berikteraksi sepenuhnya dalam aktivitas
belajar seperti yang diungkapkan oleh Fachrurrazi (2011: 86).

Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman siswa dalam berpikir secara logis (masuk akal) serta
membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006). Matematika melatih cara berpikir
dalam menyelesaikan masalah sampai menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan dan eksperimen.

Pembelajaran matematika menuntun

siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
menyampaikan informasi atau mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat
dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram.

Dalam pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk dapat berpikir kemudian
mengomunikasikan kepada siswa lain sehingga mereka saling memahami satu
sama lain. Selama komunikasi terjadi siswa dituntut untuk dapat menginterpretasikan bahasa matematika kedalam bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti sehingga tujuan pembelajaran matematika tercapai. Selain itu, pembelajaran saat ini
berpusat pada siswa (Student Centered Learning).

Dalam pembelajaran yang

berpusat pada siswa ini siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan mengomunikasikan informasi-informasi yang siswa peroleh kepada guru

3
ataupun siswa lainnya. Dengan demikian, kemampuan komunikasi yang dimiliki
siswa menjadi lebih baik dan proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Kenyataannya kemampuan matematis siswa di negara kita selama ini belum
memuaskan. Hal ini berdasarkan hasil survei internasional terhadap kemampuan
memecahkan masalah, bernalar dan berkomunikasi yang dilakukan oleh OECD
tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan
rata-rata skor 375 (OECD, 2012).

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terjadi di SMP Negeri
21 Bandarlampung sebagai subjek penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
pretest kemampuan komunikasi dalam konsep persamaan kuadrat di kelas VIII
SMP Negeri 21 Bandarlampung dengan contoh soal sebagai berikut:
“Sebuah taman berbentuk persegipanjang dengan ukuran panjangnya (x + 2) m.
lebar taman tersebut 7 m lebih pendek dari panjangnya. Jika luas taman itu 60 m2,
hitunglah kelilingnya”
Jawaban dari beberapa siswa sebagai berikut :
Siswa 1:

4
Siswa 2:

Siswa 3:

Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua
pertanyaan kemampuan komunikasi matematis siswa salah satunya mengubah
soal ke dalam model matematika dapat dijawab secara baik oleh siswa. Dari hasil
penelitian pendahuluan, hanya sekitar 10% siswa yang mampu menjawab soal
tersebut dengan benar. Selain itu, pada saat peneliti melakukan pengamatan di
kelas, menunjukkan bahwa siswa belum berani mengungkapkan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan guru, siswa hanya berani menyampaikan jawabannya
kepada teman sebelahnya. Kemudian guru di kelas sudah menerapkan
pembelajaran berkelompok sehingga siswa terbiasa berdiskusi mengerjakan LKS.

5
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika di SMP Negeri 21 Bandarlampung, siswa lebih senang untuk bertanya
atau berkunjung ke kelompok lain jika ada yang kurang dimengerti daripada
bertanya dengan guru dan LKS yang diberikan hanya berupa soal-soal rutin
sehingga sebagian besar kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah
atau belum berkembang secara baik.

Dengan rendahnya kemampuan komunikasi yang terjadi maka perlu dilakukan
cara untuk meningkatkannya. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis yang diharapkan, siswa perlu diberikan soal-soal rutin dalam bentuk
masalah yang menuntun siswa mengubah soal tersebut kedalam ide-ide dan
bahasa matematika dan diberikan kesempatan aktif dalam pembelajaran serta
mengomunikasikan ide-ide mereka kepada guru dan siswa lain. Selain itu,. guru
perlu memfasilitasi siswa dalam berkomunikasi dengan siswa lainnya, siswa
berinteraksi dengan guru, dan siswa berinteraksi dengan bahan ajar.

Selain cara diatas, upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
seperti yang diharapkan yaitu guru perlu mempersiapkan suatu model
pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi
pembelajaran saat itu ataupun pada kondisi yang lain. Model pembelajaran yang
digunakan yaitu suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan pada
siswa sehingga kemampuan berpikir siswa dapat berkembang.

Selain itu,

diperlukan suatu model pembelajaran yang menyajikan tugas-tugas dalam bentuk
masalah karena dengan adanya masalah maka siswa akan berusaha untuk mencari
solusinya dengan mengubah masalah tersebut ke dalam ide-ide dan bahasa

6
matematika dan sehingga kemampuan berpikirnya berkembang secara optimal
melalui proses pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu
diterapkannya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami masalah dan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) merupakan suatu
model pembelajaran yang menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan
terampil dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya serta memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil diskusi dan informasi dengan
kelompok lain sesuai dengan konsep pembelajarannya yaitu dua tinggal dan dua
berkunjung dalam (Lie, 2008 : 61). Model pembelajaran ini diawali dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah bersama
dengan teman sekelompoknya, pada langkah ini siswa didorong untuk
memecahkan masalah tersebut dan mengubah masalah tersebut ke dalam ide-ide
dan bahasa matematika. Dengan diterapkannya model pembelajaran TSTS, siswa
dituntun untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan
aktivitas berkunjung dan tinggal menuntun siswa bertanggung jawab saat
melakukan kunjungan ke kelompok lain serta kreatif dalam menyampaikan hasil
kerja kelompoknya kepada tamu yang datang. Jadi, secara tidak langsung siswa
telah menggunakan kemampuan komunikasi matematisnya melalui ide-ide dan
bahasa matematika. Oleh karenaitu, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe TSTS”.

7
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMP Negeri
21 Bandarlampung?”.

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu yang berguna dalam menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan
suatu gejala selama proses penelitian terjadi.

2.

Secara praktis, hasil penelitian untuk membantu memecahkan masalah
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat
meningkatkan

kemampuan

komunikasi

matematis

mengantisipasi masalah yang terjadi pada objek yang diteliti.

serta

dapat

8
E.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1.

Peningkatan dalam hal ini merupakan perubahan yang ditimbulkan dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa dilihat dari gain nilainya.

2.

Kemampuan

komunikasi

matematis

merupakan

kemampuan

siswa

mengubah masalah ke dalam model matematika, mengomunikasikan ide-ide
matematika ke dalam bentuk grafik, tabel ataupun diagram serta
mengomunikasikannya kepada guru atau siswa lain.
3.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi mencari
solusi suatu masalah, membandingkan hasil diskusi dengan kelompok lain,
tanya jawab dengan kelompok lain, serta menyimak penjelasan dari
kelompok lain. Dua dari kelompoknya akan berkunjung ke kelompok lain
untuk mendapatkan informasi, sedangkan dua anggota kelompok yang
tinggal membagikan informasi kepada yang berkunjung.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi adalah istilah yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi merupakan suatu hubungan, dimana dalam berkomunikasi tersirat
adanya interaksi. Interaksi tersebut terjadi karena ada sesuatu yang dapat berupa
informasi atau pesan yang ingin disampaikan.

Komunikasi merupakan cara

berbagi gagasan dan mengklasifikasikan pemahaman. Melalui komunikasi,
gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi, dan perombakan
(Wahyudin, 2008).

Berelson dan Steiner dalam Vardiansyah (2005) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain

Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa komunikasi adalah usaha
penyampaian pesan, gagasan, atau informasi dari komunikator kepada komunikan
dan sebaliknya.

Komunikasi berperan dalam proses pembelajaran termasuk

pembelajaran matematika.

10
Turmudi (2008: 55) mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan bagian
esensial dalam matematika dan pendidikan matematis. Ini sesuai dengan hasil
survey PISA tahun 2012 (Stacey, K dan D. William, 2012) mengemukakan bahwa
komunikasi merupakan salah satu dari tujuh kemampuan yang diperlukan dalam
pembelajaran matematika. Tujuh kemampuan tersebut yaitu : a) communication;
b) mathematising; c) representation; d) reasoning and argument; e) devising
strategies; f) using symbolic, formal and technical language and operations, dan;
g) using mathematical tools. Hal ini juga sejalan dengan NCTM (2000:67),
bahwa NCTM menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus
dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),
kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),
kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).

Clarke, Waywood, dan Stephens (Schwanke dan Lincoln, 2008) mengemukakan
bahwa
Communication is at the heart of classroom experiences which stimulate
learning. Classroom environments that place particular communication
demands on the students can facilitate the construction and sharing of
mathematical meaning and promote student reflection on the nature of the
mathematical meanings they are required to communicate.

Menurut Greenes dan Schulman dalam Ansari (2003: 17) kemampuan komunikasi
matematis adalah kemampuan menyatakan ide matematis melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda,
memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau
dalam

bentuk

visual,

mengonstruksi,

menafsirkan

dan

menghubungkan

11
bermacam-macam reprentasi ide dan hubungannya. Schoen, Bean, dan Ziebarth
dalam Qohar (2009) mengemukakan bahwa
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam hal
menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah,
kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena
dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel, dan sajian
secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambargambar geometri.
Menurut Greenes dan Schulman dalam Sapa’at (2006), kemampuan komunikasi
matematis berguna sebagai: a) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan
konsep dan strategi matematis; b) modal keberhasilan bagi siswa terhadap
pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematis;
c) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh
informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan
mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.

Menurut Izzati dan Suryadi (2010: 728) bahwa komunikasi matematis dipahami
sebagai alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi
dalam membangun pengetahuan matematika. Dengan demikian, melalui
komunikasi siswa dapat lebih mengerti tentang matematika sehingga kemampuan
mengomunikasikan ide-ide secara lisan dan tulisan sangat penting untuk
ditingkatkan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan siswa untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematisnya yaitu dengan cara diberikan kesempatan
untuk mendengarkan, berbicara, menulis, membaca dan mempresentasikan,
sehingga diperlukan pembelajaran yang menunjang beberapa hal tersebut ungkap
Shadiq (2008: 33).

12
Ansari (2003) menelaah kemampuan komunikasi matematika dari dua aspek yaitu
komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing).
Komunikasi lisan diungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam
kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Kemampuan
komunikasi lisan siswa sulit diukur sehingga untuk mendapatkan
informasi tersebut dibutuhkan lembar observasi untuk mengamati kualitas
diskusi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sementara
kemampuan komunikasi tulisan adalah kemampuan dan keterampilan
siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur
matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya
dalam memecahkan masalah. Komunikasi matematika tertulis dapat
diukur melalui soal (Mufrika, 2011).

Berdasarkan hasil survey PISA tahun 2012 (Stacey, K dan D. William, 2012),
hubungan antara pembelajaran matematika dengan kemampuan komunikasi
matematis siswa sebagai berikut:
a) Merumuskan situasi matematis dengan cara membaca, memecahkan
kode, dan membuat pengertian kalimat, pertanyaan, tugas, objek,
gambar, atau animasi dalam bentuk sebuah model mental dari situasi.
b) Memanfaatkan konsep matematis, fakta, prosedur, dan alasan dengan
cara mengeluarkan sebuah solusi, menunjukkan pada saat pengerjaan
melibatkan pencapaian solusi dan atau meringkas dan menyajikan
hasilnya secara matematis.
c) Menginterpretasikan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil secara
matematis dengan cara membangun dan mengkomunikasikan penjelasan
dan pendapat-pendapat dalam kaitan dengan masalah.

Selanjutnya untuk penilaian perkembangan siswa terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa dicantumkan beberapa indikator sebagai hasil belajar
matematika. Berikut beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis
penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan Ontario tahun 2005:
1) Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri,
membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, konkrit,
grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika

13
yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang
matematika, membuat konjektur, menyusun argument dan generalisasi.
2) Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam ide-ide matematika.
3) Mathematical expressions, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Sedangkan berdasarkan NCTM (2000: 268), standar kemampuan komunikasi dari
pra-TK sampai kelas 12 adalah:
a. Mengorganisasikan dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui
komunikasi;
b. Mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka dengan jelas kepada teman
sebaya, guru, dan yang lainnya;
c. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis;
d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide matematis
dengan tepat.

Pada penelitian ini, peneliti membagi kemampuan komunikasi menjadi tiga aspek,
yaitu sebagai berikut:
a) Menyatakan, mengekspresikan, dan melukiskan ide-ide matematika ke dalam
bentuk gambar atau model matematika lain.
b) Menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, atau
model matematika.
c) Menggunakan ekspresi matematika untuk menyajikan ide dan menyelesaikan
suatu masalah matematis.

14
Berdasarkan pengertian, manfaat, aspek, dan indikator yang telah dibahas
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi merupakan
kemampuan siswa dalam menyampaikan ide/gagasan matematika baik melalui
lisan maupun tulisan dengan simbol-simbol, grafik atau diagram untuk
menjelaskan masalah dari informasi yang diperoleh. Komunikasi matematis
dalam pembelajaran dapat ditimbulkan dalam pembelajaran berkelompok seperti
pembelajaran kooperatif.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi dalam proses belajar dan mengajar
antar siswa dan guru dimana dalam proses tersebut memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan. Guru sebagai komunikator dan peserta didik sebagai
komunikan, serta materi yang disampaikan berupa pesan-pesan berupa ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, komunikasi banyak arah terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses yang sistematis karena
dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi agar tujuan-tujuan pembelajaran tercapai.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru memilih
atau mengembangkan model-model pembelajaran yang sesuai.

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan sebuah kegiatan (Suprijono, 2013). Joyce dalam Trianto (2009)
mengemukakan bahwa
Models of teaching is plan or pattern that we can use to design face to face
teaching in classrooms or tutorial settings and to shape instructional
materials. Each models guides us as we design instruction to help students
achieve various obyektives.

15
Arends dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa the terms teaching model refers
to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system.

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas guna membantu siswa mencapai berbagai tujuan. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, tahaptahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Upaya pemilihan
model pembelajaran berorientasi pada peningkatan keterlibatan siswa secara
efektif

dalam

proses

pembelajaran.

Model

pembelajaran

yang

dapat

mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah model
pembelajaran kooperatif.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Isjoni (2013 :17), pembelajaran kooperatif
merupakan penmbelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang dimiliki serta siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Seperti yang diungkapkan oleh
Suherman (2003) bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerjasama memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan memberi
kesempatan kepada siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung.

16
Sedangkan Rifaldi (2010) mengungkapkan bahwa:
Kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan atas kerja
kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan
membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh
guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama
secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang
dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok
harus saling membantu menguasai bahan ajar.

Menurut Widyantini (2006) tujuan pokok belajar kooperatif adalah hasil belajar
siswa akademik meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya serta pengembangan ketrampilan sosial. Siswa bekerja dalam satu tim
yang di dalamnya melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif tidak ada perbedaan antar siswa
tetapi siswa bekerja sama untuk tujuan bersama, sama halnya dengan kehidupan
di dunia ini tidak bisa hidup dengan sendiri tetapi membutuhkan orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa, pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk
memecahkan

masalah

yang

diberikan

oleh

guru

secara

berkelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut siswa turut serta aktif dalam pembelajaran di
kelas, selain itu mengajarkan siswa untuk menerima perbedaan yang terdapat
dalam kelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal, dua
berkunjung) dikembangkan oleh Spencer Kagan. TSTS bisa digunakan dengan

17
kepala bernomor. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membagikan hasil informasi kepada kelompok lain (Isjoni, 2013).

Menurut Daryono (2011) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki
kelebihan, diantaranya:
a. memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri
dengan cara memecahkan masalah; memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman
sekelompoknya;
b. membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman;
c. meningkatkan motivasi belajar siswa; dan
d. membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran
kooperatif mudah diterapkan di sekolah.

Suprijono (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode TSTS
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen.
2. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahanpermasalahan kepada setiap kelompok kemudian mereka mendiskusikannya.
3. Setelah diskusi kelompok selesai, dua orang masing-masing kelompok
berkunjung ke kelompok lain. Sedangkan, dua orang yang tinggal memiliki
tanggung jawab untuk menerima tamu dan membagikan hasil kerja
kelompoknya kepada yang berkunjung. Setelah selesai, dua tamu tersebut
kembali ke kelompoknya masing-masing untuk membahas dan mencocokkan
hasil kerja yang mereka dapatkan.

18
Sejalan dengan pendapat di atas, Saputra dan Marwan (2008: 75) mengungkapkan
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah sebagai
berikut:
1.

Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang

2.

Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjdi tamu kedua kelompok
yang lain

3.

Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi ke tamu mereka

4.

Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain

5.

Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

6.

Kesimpulan

Suyatno (2009) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan
kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok untuk mendiskusikan tugas yang
diberikan oleh guru, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya
tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja
kelompok antara tamu dan dua orang yang tinggal di kelompoknya, kembali ke
kelompok asal untuk mencocokkan dan membahas hasil temuan mereka dari
kelompok lain, dan laporan dari salah satu kelompok untuk memberikan
kesimpulan hasil diskusi.

19
Berikut disajikan gambar skema penerapan model pembelajaran TSTS

Kel I

Kel IV

AB

EF
GH

CD

GH

C
D

O
P

Kel II

Kel III

KL

OP
IJ

IJ

MN

Gambar 1 Skema Penerapan Model Pembelajaran TSTS (Santoso, 2011)
Keterangan:
: siswa yang bertamu ke kelompok lain
: siswa yang tinggal / tuan rumah dalam kelompok

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, pengertian model pembelajaran
TSTS adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat orang dengan
konsep dua tinggal dan dua berkunjung. Langkah-langkah model pembelajaran
TSTS meliputi pembagian kelompok secara heterogen beranggotakan empat
orang lalu guru membagikan tugas yang akan didiskusikan kepada kelompok
masing-masing.

Setelah selesai berdiskusi, dua orang dari setiap kelompok

berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang
akan dikunjungi. Sedangkan dua orang tinggal bertanggung jawab untuk

20
membagikan hasil kerja kelompoknya kepada dua tamu yang berkunjung.
Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok
masing-masing kemudian mereka membahas serta mencocokkan hasil kerja dan
informasi yang mereka dapatkan.

B.

Kerangka Pikir

Matematika sebagai ilmu yang dijarkan disetiap jenjang pendidikan. Matematika
juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika sebagai
dasar bagi ilmu yang lain. Matematika bukan hanya sebagai dasar dari ilmu tetapi
merupakan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam matematika berupa simbolsimbol. Matematika merupakan bahasa, artinya matematika juga bisa dipakai
sebagai alat komunikasi antar siswa dan alat komunikasi antara guru dengan
siswa.

Karakteristik matematika adalah memiliki kajian objek yang abstrak.

Objek

dalam matematika tidak dihadapkan secara langsung yang sebenarnya kepada
siswa seperti pada saat siswa diberikan soal.

Soal tersebut tidak langsung

dituliskan dalam bentuk model matematika seperti notasi, gambar, ataupun grafik.
Disinilah siswa dituntut untuk mengkomunikasikan soal tersebut ke dalam bahasa
matematika. Siswa diharuskan mengemukakan ide-ide matematika yang mereka
pahami. Siswa juga diharuskan dapat mengkomunikasikan ide-ide matematika
tersebut kepada siswa lain ataupun guru mereka.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan dasar yang
harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Kemampuan komunikasi

21
matematis merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang menyampaikan ide
atau gagasan matematika baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan simbolsimbol, grafik atau diagram untuk menjelaskan masalah dari informasi yang
diperoleh.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa tentunya
tidak terlepas dari proses pembelajaran.

Untuk mengoptimalkan kemampuan

komunikasi matematis siswa, sebaiknya menggunakan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berdiskusi dan berinteraksi
sehingga kemampuan komunikasi matematisnya dapat meningkat yaitu dengan
pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran
berkelompok yang terdiri dari empat orang dengan konsep dua tinggal dan dua
berkunjung. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS meliputi
pembagian kelompok secara heterogen beranggotakan empat orang lalu guru
membagikan tugas untuk didiskusikan pada kelompok masing-masing. Pada saat
diskusi, siswa saling bertukar ide dalam memecahkan masalah yang dapat
dituangkan dalam bahasa matematis seperti simbol ataupun diagram.

Dalam

tahap ini, siswa dituntun untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
matematisnya karena siswa bekerjasama mencoba menghubungkan ide-ide yang
didapat dari masing-masing siswa. Setelah selesai berdiskusi, dua orang dari
setiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari
kelompok yang akan dikunjungi.

Dalam kunjungan ke kelompok lain,

komunikasi matematis siswa juga digunakan karena siswa yang dikunjungi

22
bertanggung jawab menyampaikan hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang
berkunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali
ke kelompok masing-masing kemudian membahas serta mencocokkan hasil kerja
dan informasi yang diperoleh. Jadi, diharapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis dari penelitan ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.

III.

A.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 192 siswa
yang terdistribusi dalam delapan kelas. Distribusi kelas VIII SMP Negeri 21
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014 dan rata-rata nilai ujian semester
ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 21
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014
NO.

Kelas

Banyak Siswa

Rata-rata

1

VIII.A

24

50,2

2

VIII.B

23

47,9

3

VIII.C

24

48,8

4

VIII.D

25

47,5

5

VIII.E

22

47,1

6

VIII F

24

47,2

7

VIII G

24

47,2

8

VIII H

26

46,3

192

47,76

Populasi

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling.
Sampel yang diambil pada penelitian ini berdasarkan kemampuan yang hampir

24
sama serta diajar oleh guru yang sama. Dari delapan kelas di SMP Negeri 21
Bandar Lampung diambil tiga kelas yang memiliki kemampuan yang relatif sama.
Kelas yang diambil adalah VIII F dan VIII G sebagai sampel penelitian dan kelas
VIII B sebagai kelas uji coba untuk eksperimen. Setelah itu ditentukan secara
acak dan terpilih kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai
kelas kontrol.

B.

Desain Penelitian

Penelitian

ini

adalah

penelitian

eksperimen

semu

(quasi

experiment)

menggunakan desain the pretest-posttest control group design dengan kelompok
pengendali yang tidak diacak (dalam Ruseffendi, 2005) digambarkan sebagai
berikut.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas
E
K

O
O

Perlakuan
X1
X2

P
P

Keterangan:
E
: kelas eksperimen
K
: kelas kontrol
X1
: model kooperatif tipe TSTS
X2
: menggunakan model pembelajaran konvensional.
O
: pretest
P
: posttest

C.

Prosedur Penelitian

Dalam prosedur ini ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
sebagai berikut.
1)

Tahap Persiapan Penelitian
Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah :

25
a.

Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung (20 November
2013)

b.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian. RPP
ini dibuat sesuai dengan model yang akan digunakan selama penelitian ini, yaitu RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

c.

Memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai
keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

d.
2)

Melakukan validasi instrumen dan uji coba soal tes (8 Januari 2014)

Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah :
a.

Melaksanakan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen (17 Januari
2014).

b.

Memberikan perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen. Untuk
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS. Sedangkan, untuk kelas kontrol tidak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (22 Januari - 19 Februari 2014)

c.

Mengadakan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen (28 Februari
2014)

3)

Tahap Analisis Data
Tahap-tahap analisis data penelitian ini adalah :
a.

Menganilisis data hasil penelitian.

b.

Menyusun hasil penelitian

c.

Menyimpulkan hasil penelitian.

26
D.

Data dan Teknik Pengumpulan Data

1)

Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes
kemampuan komunikasi matematis siswa

2)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes diberikan
sebelum dan sesudah pembelajaran (pretest dan posttest) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah perlakuan
dimaksudkan untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa dan tes yang diberikan sebelum perlakuan dimaksudkan untuk melihat
nilai awal kemampuan komunikasi matematis siswa.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes berupa soal uraian yang disusun
berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis dan materi yang
diberikan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini harus valid dan
realiabel, sehingga tes tersebut perlu dilakukan analisis validitas dan reiliabilitas
berikut:

1)

Validitas Isi

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan

27
fungsi ukurnya (Azwar, 1996). Seperti yang diungkapkan oleh Wakhinuddin
(2010) bahwa validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui
pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang
dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana item-item dalam
suatu alat ukur harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat
hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Penyusunan instrumen tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian
dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan
pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Penilaian terhadap

kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa
yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan
dengan menggunakan daftar check list ( ) oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi.
Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid
(Lampiran B.4)

2) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dalam penelitian ini diukur menggunakan korelasi
product moment dengan angka kasar, yaitu:
=

(

2





)2 (

(

)
2



Keterangan:
= Koefisien validitas butir soal
= Banyaknya peserta tes
= Skor setiap butir soal
= Skor total butir soal (dalam Widoyoko, 2012: 137)

)2

28
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen dengan
koefisien validitas butir soal yang valid yaitu lebih besar atau sama dengan
0,3 (Widoyoko, 2012: 143). Setelah dilakukan perhitungan skor diperoleh
bahwa semua butir soal dinyatakan valid (Lampiran C.1)

3)

Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Tinggi rendahnya reliabilitas,
secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus

Crounbach Alpha. Adapun rumusnya yaitu sebagai berikut :
11

=

−1

1−

��2

�2

(dalam Sudijono, 2008: 208)

Keterangan :
r11
= Koefisien reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
��2
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
2
= Varians total


Menurut

Guilford

(dalam

Suherman,

2003:177)

diinterpretasikan seperti terlihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Interprestasi Koefiesien Reliabilitas
Kofisien reliabilitas

Interprestasi

r11 ≤ 0,20

Sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40

Rendah

0,60 < r11 ≤ 0,80

Tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60

Sedang

0,80 < r11 ≤ 1,00

Sangat tinggi

koefisien

reliabilitas

29
Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11 = 0,77 (Lampiran
C.2). Berdasarkan pendapat Guilford di atas, nilai r11 terse

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54