TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PIHAK PENYIDIK KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT TERHADAP JS ATAS DUGAAN MEMBERIKAN LAPORAN ATAU KETERANGAN PALSU DALAM KASUS PEMERKOSAAN DAN PERAMPOKAN.
TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PIHAK
PENYIDIK KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT TERHADAP JS ATAS
DUGAAN MEMBERIKAN LAPORAN ATAU KETERANGAN PALSU
DALAM KASUS PEMERKOSAAN DAN PERAMPOKAN
PUTRI SARTIKA PREMATURA
110110100374
ABSTRAK
Jasveen Kaur A/P Devinder Singh alias JS (20), mahasiswi Kelas
Pararel Bahasa Inggris Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(Unpad) tingkat 1 semester 2 yang berkewarganegaraan Malaysia,
mengaku telah menjadi korban penculikan, perampokan dan pemerkosaan
oleh 4 (empat) orang pelaku yang tidak dikenal di dalam kampus Unpad
Jatinangor pada hari Jumat, tanggal 16 Mei 2014, sekitar pukul 19.00 WIB,
yang berlangsung di dalam mobil pelaku hingga dini hari dan kemudian JS
dibuang di pinggir jalan Tangkuban Parahu, Cikole, Lembang. Kepolisian
Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) membentuk Tim Gabungan Polda Jabar,
Polres Cimahi, dan Polres Sumedang, yang dibantu oleh Polsek Lembang
untuk melakukan penyelidikan. Dari hasil penyelidikan lokasi kejadian,
barang bukti, keterangan para saksi, dan hasil visum serta hasil
laboratorium terhadap JS, Kapolda Jabar, Inspektur Jenderal M. Iriawan
memastikan bahwa JS telah membuat laporan atau keterangan palsu.
Penulis mengangkat permasalahan tersebut dengan tujuan, yaitu pertama
untuk membahas bagaimana pertanggungjawaban pidana JS atas dugaan
memberikan laporan atau keterangan palsu berdasarkan Hukum Positif
Indonesia dan kedua bagaimana tindakan hukum yang dapat dilakukan
oleh Penyidik Polda Jabar atas dugaan perbuatan yang dilakukan oleh JS
tersebut
Penulisan memorandum ini dikaji dari aspek hukum pidana positif
dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan pendekatan yuridis
normatif.
Berdasarkan analisis penulis, perbuatan JS yang dilakukan di
wilayah Negara Republik Indonesia telah memenuhi semua unsur rumusan
delik yang dipersangkakan dalam KUHP, memenuhi unsur-unsur strafbaar
feit, dan dapat dijatuhi pertanggungjawaban pidana, sehingga JS dapat
dijatuhi pidana sesuai ketentuan Pasal 220 dan Pasal 216 Ayat (1) bagian
Pertama KUHP. Oleh karenanya, tindakan hukum yang dapat dilakukan
oleh Penyidik Polda Jabar adalah melakukan penyidikan berdasarkan
Pasal 7 KUHAP dan berdasarkan Pasal 16 UU No.2/2002 dengan
menerapkan Pasal 220 dan Pasal 216 Ayat (1) bagian Pertama KUHP.
v
PENYIDIK KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT TERHADAP JS ATAS
DUGAAN MEMBERIKAN LAPORAN ATAU KETERANGAN PALSU
DALAM KASUS PEMERKOSAAN DAN PERAMPOKAN
PUTRI SARTIKA PREMATURA
110110100374
ABSTRAK
Jasveen Kaur A/P Devinder Singh alias JS (20), mahasiswi Kelas
Pararel Bahasa Inggris Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(Unpad) tingkat 1 semester 2 yang berkewarganegaraan Malaysia,
mengaku telah menjadi korban penculikan, perampokan dan pemerkosaan
oleh 4 (empat) orang pelaku yang tidak dikenal di dalam kampus Unpad
Jatinangor pada hari Jumat, tanggal 16 Mei 2014, sekitar pukul 19.00 WIB,
yang berlangsung di dalam mobil pelaku hingga dini hari dan kemudian JS
dibuang di pinggir jalan Tangkuban Parahu, Cikole, Lembang. Kepolisian
Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) membentuk Tim Gabungan Polda Jabar,
Polres Cimahi, dan Polres Sumedang, yang dibantu oleh Polsek Lembang
untuk melakukan penyelidikan. Dari hasil penyelidikan lokasi kejadian,
barang bukti, keterangan para saksi, dan hasil visum serta hasil
laboratorium terhadap JS, Kapolda Jabar, Inspektur Jenderal M. Iriawan
memastikan bahwa JS telah membuat laporan atau keterangan palsu.
Penulis mengangkat permasalahan tersebut dengan tujuan, yaitu pertama
untuk membahas bagaimana pertanggungjawaban pidana JS atas dugaan
memberikan laporan atau keterangan palsu berdasarkan Hukum Positif
Indonesia dan kedua bagaimana tindakan hukum yang dapat dilakukan
oleh Penyidik Polda Jabar atas dugaan perbuatan yang dilakukan oleh JS
tersebut
Penulisan memorandum ini dikaji dari aspek hukum pidana positif
dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan pendekatan yuridis
normatif.
Berdasarkan analisis penulis, perbuatan JS yang dilakukan di
wilayah Negara Republik Indonesia telah memenuhi semua unsur rumusan
delik yang dipersangkakan dalam KUHP, memenuhi unsur-unsur strafbaar
feit, dan dapat dijatuhi pertanggungjawaban pidana, sehingga JS dapat
dijatuhi pidana sesuai ketentuan Pasal 220 dan Pasal 216 Ayat (1) bagian
Pertama KUHP. Oleh karenanya, tindakan hukum yang dapat dilakukan
oleh Penyidik Polda Jabar adalah melakukan penyidikan berdasarkan
Pasal 7 KUHAP dan berdasarkan Pasal 16 UU No.2/2002 dengan
menerapkan Pasal 220 dan Pasal 216 Ayat (1) bagian Pertama KUHP.
v