PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENJUAL DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DITINJAU DARI BUKU III KUH PERDATA DAN KLAUSULA BAKU.

ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENJUAL DALAM PENGIRIMAN
BARANG MELALUI JASA PENGIRIMAN BARANG DITINJAU DARI BUKU III
KUH PERDATA DAN KLAUSULA PERJANJIAN

Ribka N. M. Adelina Purba
110110080317

Perjanjian dengan menggunakan klausula baku menjadi sangat berkembang
dalam masyarakat, dan digunakan dengan alasan menghemat biaya dan waktu.
Namun demikian seringkali penggunaan klausula baku tidak memenuhi syaratsyarat sehingga ada 1 pihak yang dirugikan, dan pihak lain mendapatkan
keuntungan atau perlindungan yang lebih dari perjanjian tersebut. Seperti contoh
dalam perjanjian jasa pengiriman barang, dimana perusahaan jasa pengiriman
barang tersebut seringkali jauh lebih diuntungkan. Adapun tujuan dari penulis
melakukan penelitian ini antara lain adalah untuk memberi keterangan atau
informasi kepada pengguna jasa agar lebih berhati-hati; dan untuk memberi
pengetahuan mengenai perlindungan hukum yang dapat diperoleh para pihak, serta
sejauh mana pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait perbuatan hukum yang
dilakukan.
Untuk menjawab permasalahan di atas, maka digunakan penelitian yuridis
normatif dengan cara mengkaji dan menguji permasalahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang ada, pencarian data serta wawancara dengan beberapa
penjual yang menggunakan jasa pengiriman barang. Beberapa kasusu yang
diangkat oleh penulis adalah terjadinya wanprestasi yang dilakukan pihak PT Tiki
JNE sebagai perusahaan jasa pengiriman barang dalam hal barang terlambat, rusak
atau bahkan hilang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi wanprestasi dalam perjanjian
antara PT TIKI JNE dengan penjual. Permintaan ganti kerugian tersebut kemudian
dilaksanakan dengan klausula baku yang sudah diperjanjikan sebelumnya dan
disetujui oleh para pihak. Dalam hal ini pihak TIKI JNE harus memenuhi tanggung
jawab yang tertuang dalam perjanjian baku untuk ganti kerugian. Namun apabila ada
ketidakpuasan, maka pihak penjual dapat melakukan upaya-upaya untuk
mendapatkan haknya dengan cara-cara litigasi maupun non litigasi.

ii