PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWI MINORITAS DAN MAYORITAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI : Studi ex post facto di SMKN 11 Bandung dan SMKN 12 Bandung.

(1)

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWI MINORITAS DAN MAYORITAS DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi ex post facto di SMKN 11 Bandung dan SMKN 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

RAY HAJAH NURANTI 0907059

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

RAY HAJAH NURANTI 0907059

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWI MINORITAS DAN MAYORITAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra. Lilis Komariyah, M.Pd NIP. 195906281989012001

Pembimbing II

Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd NIP. 196005181987032003

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(3)

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWI MINORITAS DAN MAYORITAS DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi ex post facto di SMKN 11 Bandung dan SMKN 12 Bandung)

Oleh

Ray Hajah Nuranti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan

© Ray Hajah Nuranti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWI MINORITAS DAN MAYORITAS DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh :

Ray Hajah Nuranti 0907059

Penelitian ini memaparkan mengenai motivasi belajar siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi lingkungan belajar pada siswi minoritas dan mayoritas. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto. Instrumen yang digunakan adalah angket motivasi belajar berdasarkan teori motivasi self-determination. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X SMKN 11 Bandung dan siswi kelas X SMKN 12 Bandung. Sampel yang diambil adalah 10-15% atau lebih dari populasi, maka sampel pada penelitian ini adalah 30 orang siswi kelas X SMKN 11 Bandung dan 30 orang siswi kelas X SMKN 12 Bandung. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Dalam pengolahan datanya penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis uji t (uji hipotesis). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dalam pengujian hipotesis didapat hasil t hitung (0,68) < (2,00) t tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat motivasi belajar siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(5)

Abstract

Learning Motivation Comparance beetwen Minority and Majority Female Students in

Physcal Education Lesson

(Ex Post Facto Research in SMKN 11 Bandung and SMKN 12 Bandung)

This research was descibed the motivation to learn between the minority and the majority female student of physical education lesson. This study was motivated by the differences of environmental learning conditions of the minority and the majority female students. The purpose of this research was to determine wether there are any differences for the level of motivation to learn between the minority and the majority female students in physical education lesson. The method that used was the ex post facto method. The instrument that used is the motivation questionnaire based on self-determination theory of motivation. As for the population in this research were X grade female students of SMKN 11 Bandung and X grade female students of SMKN 12 Bandung. The samples taken was 10-15% or more of the population, than the samples of this research were 30 female students of SMKN 11 Bandung and 30 female students of SMKN 12 Bandung. The sampling technique that used was simple random sampling. This study used statistical analisys is T test analisys (hypothesis testing). While as the results of the data analisys in the hypothesis testing we can see from the calculation of T count (0,68) < T table (2,00), so the conclusin is no significant difference the level of motivation to learn between the minority and the majority female students at physical education lesson.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

UCAPA TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Istilah ... 7

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 9

A. Kajian Teoretis ... 9

1. Hakikat Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9


(7)

vii

c. Prinsip-prinsip Belajar ... 11

d. Faktor-faktor yang Memepengaruhi belajar ... 14

2. Hakikat Motivasi ... 16

a. Pengertian Motivasi ... 16

b. Pengertian Motivasi Belajar ... 17

c. Peranan Motivasi dalam Pembelajaran ... 18

d. Komponen Motivasi Belajar ... 19

e. Pengukuran Motivasi Belajar ... 21

3. Hakikat peserta Didik atau Siswa ... 23

a. Pengertian Peserta Didik tau Siswa ... 23

b. Sekolah Menengah Kejuruan ... 24

c. Siswi Minoritas dan Mayoritas ... 24

4. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 25

a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 25

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 26

B. Kerangka Berpikir ... 28

C. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian ... 34

C. Desain dan Langkah-langkah Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Proses Pengembangan ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

H. Analisis Data ... 46

BAB IV. HASIL PENGOLAHAN DAN ANLISIS DATA ... 50

A. Deskripsi Data ... 51


(8)

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 51

2. Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 53

3. Hasil Perhitungan Persentase ... 54

4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 56

5. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 57

6. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 58

C. Diskusi Penemuan ... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk membuat manusia menjadi lebih mengerti, paham, dewasa dan mampu berpikir kritis sebagai suatu usaha untuk menyiapkan dirinya dalam menghadapi kehidupan. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, dikatakan sebagai kebutuhan karena melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Sehingga mampu memenuhi segala kebutuhannya pada segala aspek kehidupan yang senantiasa berubah dan berkembang pesat.

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas fisik atau jasmani. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Barrow (Abduljabar, 2011:4) adalah bahwa „pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga, permaianan senam, dan latihan jasmani.‟

Selain itu hal ini juga diperjelas oleh Agus Mahendra (Gio, 2009) yang

mendefinisikan „pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan

pendidikan.‟ Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa pendidikan

jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, hal ini karena pendidikan jasmani dilakukan juga untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan secara keseluruhan tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Eka, 2013) yang menyatakan bahwa:

Pendidikan dalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.


(10)

Di Indonesia sendiri pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan secara utuh. Oleh karena itu pendidikan jasmani menjadi salah satu pelajaran wajib di setiap jenjang dan tingkat pendidikan.

Berbicara mengenai pendidikan tentu erat kaitannya dengan istilah belajar. Menurut pandangan Good dan Brophy (Uno, 2010:15) mengungkapkan bahwa „belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperolah sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.‟ Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan Driscoll (Uno, 2010:15) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar, yaitu: „1. Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang; dan 2. Hasil belajar yang muncul dari dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari inetraksi siswa dengan lingkungan.‟ Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang telah mengalami proses belajar dapat dilihat dari perubahan perilakunya berupa keterampilan melakukan sesuatu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

Lebih lanjut Uno (2010:22) menjelaskan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Dari beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman atau praktik tertentu berupa interaksi dengan lingkungannya.

Dalam pelaksanaan proses pendidikan jasmani banyak yang dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Dalam suatu proses pembelajaran yang menjadi inputnya adalah siswa itu sendiri, setiap siswa memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan pembelajaran. Oleh karena itu penulis ingin menelusuri sejauhmana perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran.

Dalam melakukan hal apapun manusia didasari oleh suatu dorongan atau yang sering kita sebut sebagai motif, begitu pula hanya dengan belajar. Motif


(11)

3

adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Atkinson (Hidayat, 2008:53) „motivasi adalah sebuah kondisi yang menggerakkan perilaku dan mengarahkan aktivitas terhadap pencapaian tujuan.‟

Menurut sumber yang menimbulkannya motif dibagi menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah motif yang telah ada dalam individu itu sendiri atau dengan kata lain tidak memerlukan rangsangan dari luar. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat dari adanya rangsangan dari luar individu itu. Menurut beberapa ahli motif initrinsik dipandang lebih efektif, walaupun begitu pada kenyataanya kedua macam motif ini saling mempengaruhi dan bahkan menguatkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan seseorang pada awalnya berasal dari kemauan sendiri atau motivasinya berasal dari diri sendiri. Tetapi pada saat sedang berlangsungnya kegiatan tersebut akan timbul pengaruh dari luar dirinya yaitu, lingkungan yang tentunya berdampak pada keberlangsungan kegiatan itu, ataupun sebaliknya kondisi eksternal mempengaruhi motivasi intrinsik.

Dalam proses belajar motivasi intrinsik bisa berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan motivasi ekstrinsiknya berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan yang menarik. Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa motivasi penting bagi proses belajar. Seperti yang dikatakan oleh Alderman (Hidayat: 51) bahwa „dalam pendidikan jasmani dan olahraga tidak ada prestasi tanpa motivasi.‟ Hal ini menunjukkan betapa pentingnya motivasi dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu juga Good dan Brophy (Hidayat 2010:53) mengungkapkan mengenai 3 alasan pentingnya motivasi dalam proses belajar, yaitu:

1. Motivasi merupakan generator penggerak internal di dalam diri individu untuk menimbulkan aktivitas;


(12)

3. Motivasi berperan dalam menentukan arah aktivitas yang dilakukan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk lebih jelasnya lagi mengenai betapa pentingnya motivasi dalam belajar Schunk (Schunk, Pintrich dan Meece, 2012:7) mengemukakan bahwa

„motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita belajar, dan

bagaimana cara kita belajar.‟ Dengan beberapa pernyataan tersebut tidak perlu diragukan lagi mengapa motivasi penting dalam belajar. Selain itu dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa motivasi itu penting dalam melakukan suatu kegiatan untuk pencapaian tujuan secara maksimal baik itu dalam belajar, berolahraga dan berprestasi.

Siswa adalah sekelompok orang pada rentang usia tertentu yang belajar baik secara perorangan maupun kelompok. Istilah siswa erat kaitannya dengan lingkungan sekolah, baik itu sekolah dasar maupun sekolah menengah. Sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu tingkat dimana siswa mulai diarahkan sesuai kompetensi dan minatnya. Di Bandung sendiri ada banyak sekolah menengah kejuruan dengan program keahlian yang berbeda, seperti SMK Negeri 11 Bandung dengan program keahlian akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, rekayasa perangkat lunak, multi media dan teknik komputer jaringan dan SMK Negeri 12 Bandung dengan program keahlian teknologi pesawat udara. Dengan bidang yang berbeda tersebut, maka kedua sekolah tersebut memiliki peminat yang berbeda pula sehingga populasi di dalam sekolah itu pun berbeda. Ada yang memiliki siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan siswi perempuannya dan sebaliknya. Karena motivasi belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan, dalam hal ini populasi yang berbeda maka proses pembelajarannya pun akan berbeda.

Secara umum siswa-siswi sekolah menengah atas/kejuruan berkisar antara usia 15-18 tahun, rentang usia ini diklasifikasikan sebagai masa remaja pertengahan atau sedang berada pada tahapan perkembangan adolescence. Pada dasarnya istilah adolescence adalah pertumbuhan ke arah pematangan. Masa ini adalah masa pubertas awal. Menurut Hurlock (Hartinah, 2008:58) „masa remaja memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik.‟ Pada masa


(13)

5

remaja sebetulnya mereka tidak memiliki tempat yang jelas, maksudnya mereka tidak biasa dikategorikan sebagai anak-anak lagi tapi mereka belum biasa disebut dewasa juga. Oleh karena itu pada masa ini sering sekali disebut sebagai masa mencari jati diri. Monks (Hartinah, 2008:58) mengatakan bahwa „pada masa ini seseorang masih belum bisa menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.‟

Menurut Hurlock (Hartinah, 2008:60) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja yang diantaranya adalah:

1. Menerima keadaan fisiknya;

2. Mampu menerima dan memahami peran seks seusianya;

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

Dari tugas-tugas perkembangan di atas dapat kita lihat bahwa pada masa remaja, individu diharapkan dapat memposisikan dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing. Oleh karena itu pada masa ini juga remaja dapat berada pada kelompok yang anggota mencakup dari dua jenis kelamin yang berbeda. Namun pertumbuhan fisik pada masa ini terjadi cukup pesat sehingga menimbulkan berbagai macam akibat psikologis yang sering termanifestasi pada perilakunya. Pada remaja putri biasanya akan lebih pemalu jika harus berdekatan dengan remaja pria, begitu juga sebaliknya. Pada pelaksanaan pendidikan jasmani tentu para siswa akan sering sekali berkomunikasi dengan siswa lainya baik itu laki-laki ataupun perempuan. Dengan begitu tidak jarang ada beberapa siswa yang menarik diri dari kondisi seperti itu dan memilih untuk diam, sehingga tidak mengikuti pelajaran dengan baik.

Dengan memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor –faktor tersebut, khususnya dalam pendidikan jasmani. Pendidikan di Indonesia dilakukan secara klasikal pada umumnya. Hal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan kepada semua remaja yang tergabung di dalam kelas, sekalipun masing-masing diantara mereka sangat


(14)

berbeda. Hal ini menyebabkan pengakuan terhadap masing-masing mereka sedikit kurang.

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah tidak dapat memenuhi semua tuntutan dari masing-masing siswa-siswinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa yang akan berdampak pula pada kualitas pembelajaran yang dilakukan. Dengan adanya permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “perbandingan motivasi belajar antara siswi minoritas dan mayoritas di

dalam pembelajaran pendidikan jasmani” di SMK Negeri 11 Bandung dan SMK Negeri 12 Bandung.”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sebagaimana telah dibahas dalam latar belakang masalah di atas, bahwa proses belajar dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki siswanya. Mengingat bahwa pendidikan jasmani merupakan pelajaran wajib di sekolah, maka setiap siswa harus mengikuti pelajaran ini dengan baik. Seperti yang kita ketahui selain motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik juga berpengaruh pada proses pembelajarannya itu sendiri. Motivasi ekstrinsik bisa berupa lingkungan belajar itu sendiri. Beberapa sekolah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda-beda, seperti karakteristik dan komposisi siswa-siswinya. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada siswa-siswi di sekolah-sekolah tersebut, hal ini membuat peneliti ingin mengetahui tingkat motivasi siswa-siswi yang berada pada lingkungan yang berbeda tersebut.

Sesuai dengan penjelasan di atas, peneliti mengajukan rumusan perumusan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana motivasi belajar pendidikan jasmani siswi minoritas? 2. Bagaimana motivasi belajar pendidikan jasmani siswi mayoritas?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar antara siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani?


(15)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui motivasi belajar pendidikan jasmani siswi minoritas. 2. Untuk mengetahui motivasi belajar pendidikan jasmani siswi mayoritas. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswi

minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lainnya. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan pihak sekolah untuk memperhatikan kebutuhan para siswanya agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

2. Sebagai pengetahuan bagi para siswa agar lebih mengenal diri dan lingkungannya sehingga dapat beradaptasi dengan baik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan sehingga dapat memberikan perhatian maksimal bagi setiap siswanya agar proses pembelajaran yang dilakukan semakin baik.

4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis tentang perbandingan motivasi belajar pendidikan jasmani antara siswi minoritas dan mayoritas.

E. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian ini menjadi terarah pada tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini hanya terbatas pada:

1. Perbandingan motivasi siswi minoritas di SMKN 12 Bandung dengan siswi mayoritas di SMKN 11 Bandung dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(16)

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi minoritas kelas X di SMKN 12 Bandung dam siswi mayoritas kelas X di SMKN 11 Bandung.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswi kelas X dari masing-masing sekolah.

4. Penelitian ini mengarah pada perbandingan motivasi siswi minoritas di SMKN 12 Bandung dengan siswi mayoritas di SMKN 11 Bandung dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

5. Lokasi penelitian:

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKN 12 Bandung: Jln. Padjadjaran No 92 Kota Bandung dan SMKN 11 Bandung: Jln. Budhi – Cilember Kota Bandung.

6. Metode yang digunakan adalah metode ex post facto.

7. Instrumen penelitian menggunakan angket motivasi belajar berdasarkan teori self-determination.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan menjadi tempat peneliti melakukan penelitian adalah di SMK Negeri 11 Bandung (Jl. Budhi-Cilember Kota Bandung) dan di SMK Negeri 12 Bandung (Jl. Padjadjaran No.92 Kota Bandung). Pemillihan lokasi penelitian ini berdasarkan karakteristik yang sesuai dengan judul penelitian ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan peneliti yaitu siswi SMK Negeri 11 Bandung dan siswi SMK Negeri 12 Bandung. Hal ini karena kedua sekolah tersebut memiliki populasi yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. a. Populasi

Populasi dan sampel keberadaannya adalah hal yang penting untuk menunjang keberhasilan proses penelitian. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2012:117) yang tertulis dalm bukunya menyebutkan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempuanyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi yang digunakan adalah siswi SMK Negeri 11 Bandung dan siswi SMK Negeri 12 Bandung yang termasuk ke dalam karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti. Penentuan populasi yang digunakan berdasarkan kesesuaian karakteristik siswi di kedua sekolah tersebut dengan kebutuhan penelitian ini.

b. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:118) adalah “bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam menentukan


(18)

waktu dan dana yang tersedia. Meskipun demikian sampel yang digunakan merupakan sampel yang benar-benar representatif dari populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, peneliti menggunakan teknik sampling ini karena populasi penelitian ini cukup homogen sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Jadi dalam penelitian jumlah sampel yang digunakan adalah60, dengan 30 siswi kelas X di SMK Negeri 11 Bandung dan 30 siswi kelas X di SMK Negeri 12 Bandung.

B.Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan suatu metode. Pemilihan metode yang akan digunakan dalam sebuah penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan metode tertentu untuk dapat memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, jika dilihat dari metode yang digunakan maka penelitian ini merupakan penelitian ex post facto.

Menurut Sukardi (2007:15) “penelitian ex post facto adalah hubungan peneliti dengan variabel yang terjadi dan mereka tidak perlu memberikan perlakuan

terhadap variabel yang yang diteliti.” Penelitian jenis ini tidak dalam pelaksanaannya tidak memberikan perlakuan apapun terhadap variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini tidak diberi perlakuan sama sekali, namun variabel ini memiliki karakteristik yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. Seperti yang dikatakan oleh Sukardi (2007:15)

bahwa “dalam penelitian ex post facto terdapat variabel bebas dan variabel terikat yang dinyatakan secara eksplisit, untuk kemudian dihubungkan sebagai penelitian korelasi atau diprediksi jika variabel bebas mempuanyai pengaruh tertentu pada


(19)

35

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini menentukan apakah terdapat perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen. Hanya saja dalam penelitian ex post facto tidak ada manipulasi kondisi karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum penelitian mulai dilaksanakan. Karena penelitian ini memerlukan waktu yang relatif singkat.

C.Desain Penelitian dan Langkah-Langkah Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rancangan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan desain penelitian non-eksperimental. Pemilihan desain penelitian ini disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, seperti yang telah dijelaskan di poin sebelumnya bahwa adalah metode penelitian dalam penelitian ini adalah ex post facto. Dalam penelitian ex post facto peneliti tidak memberikan perlakuan apapun terhadap variabel bebas. Dalam penelitian ini ada 2 variabel bebas, oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental komparatif.

Gambar 3.1 Desain penelitian Keterangan :

X1 : siswi minoritas X2 : siswi mayoritas

Y : motivasi belajar dalam pendidikan jasmani

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

X

1

X

2


(20)

Bagan 3.1

Langkah-Langkah Penelitian

D.Definisi Operasional

Berikut merupakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Motivasi menurut Atkinson (Hidayat, 2008:53) adalah „sebuah perilaku yang menggerakkan perilaku dan mengarahkan aktivitas terhadap pencapaian

tujuan.‟

Rumusan Masalah

Populasi

Sampel

Siswi Mayoritas Siswi Minoritas

Kesimpulan Analisis dan Pengolahan

Data Angket Motivasi


(21)

37

2. Belajar menurut Good dan Brophy (Uno, 2010:15) merupakan „suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru

dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.‟

3. Siswa menurut Amminudin Rasyad (Adnan, 2004), mengemukakan bahwa

„...peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak

sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan,‟ siswi adalah siswa atau peserta didik yang berjenis kelamin perempuan.

4. Minoritas adalah golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan orang lain itu. (dalam http://kbbi.web.id/) 5. Mayoritas adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu

menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu. (dalam http://kbbi.web.id/)

E.Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya akan dilakukan suatu proses pengukuran untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban dari penelitian tersebut. Untuk dapat mengukur sesuatu maka diperlukan sebuah alat ukur, alat ukur tersebut dinamakan dengan instrumen penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:148) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati.”

Sehubungan dengan variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah motivasi, maka instrumen yang akan digunakan untuk mengukur motivasi adalah berupa angket atau kuesioner. Menurut Sugiyono (2012:199) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya.” Untuk mempermudah penyusunan angket yang akan digunakan, berikut adalah langkah-langkah penyusunan angket yang dilakukan oleh peneliti.


(22)

1. Membuat kisi-kisi angket dengan cara menjabarkan variabel yang akan diteliti menjadi beberapa sub-variabel. Lalu setiap sub-variabel dijabarkan lagi ke dalam beberapa indikator yang menggambarkan sub-variabel tersebut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Perbandingan Motivasi belajar Pendidikan Jasmani siswi Minoritas dan Mayoritas

Variabel Sub

variabel Indikator

Nomor soal/pernyataan Positif (+) Negatif (-)

Motivasi belajar pendidikan jasmani Motivasi intrinsik

IM to know 1,8,15,22,29, 36,43,50 IM to

accomplishment 2,9,30,37,44 16,23,51 IM t0

stimulation experience

3,10,17,24.31,52

,60 38,45, 57

Motivasi ekstrinsik

EM external

regulation 32,46,53 4,11,18,25, 39, EM Introjection

regulation 12,19,26,58 5,33,40,47,54, EM

Identificatin regulation

13,20,27,41,48 6,34,55

Tidak

termotivasi Amotivation 7,14,21, 28,35,42,49,56,59

2. Membuat dan menyusun butir-butir pernyataan berdasarkan indikator yang sebelumnya telah dijelaskan, dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Untuk penyusunan angket ini peneliti menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert (Sugiyono, 2012:135) “alternatif jawaban yang digunakan mempunyai gradai dari sangat positif hingga sangat negatif.” Alternatif jawaban tersebut berupa kata-kata sebagai berikut:


(23)

39

a. SS = Sangat Setuju b. S = Setuju

c. RG = Ragu-ragu d. TS = Tidak Setuju

e. STS = Sangat Tidak Setuju

Tabel 3.2

Daftar Pernyataan Instrumen Perbandingan Motivasi belajar Pendidikan Jasmani siswi Minoritas dan Mayoritas

Variabel

Sub-Variabel Indikator Pernyataan

Motivasi Belajar Motivasi Intrinsik Motivation to know

1. Saya sangat senang pada pelajaran pendidikan jasmani sehingga saya ingin mempelajari materi-materinya lebih lanjut

2. Saya senang dapat melakukan permainan yang baru dalam pelajaran pendidikan jasmani 3. Saya selalu menanyakan kembali

kepada guru jika ada yang tidak saya mengerti

4. Saya senang mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena banyak menambah pengetahuan baru 5. Saya senang mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani karena materinya berbeda-beda

6. Saya tidak senang membaca, menonton atau mendengar sesuatu/berita yang berhubungan dengan pelajaran pendidikan jasmani

7. Saya tidak senang ketika mempelajari materi yang baru 8. Saya tidak suka membaca kembali

atau mengulang kembali materi yang telah diajarkan di rumah To

accomplishment

1. Saya senang dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik 2. Saya senang jika mendapat nilai


(24)

jasmani merupakan pelajaran favorit saya

3. Saya tidak akan terus mencoba walaupun saya belum berhasil menguasai/menyelesaikan suatu tugas

4. Saya akan membiarkan kesalahan yang saya lakukan

5. Saya merasa gembira apabila saya dapat melakukan/menyelesaikan tugas yang saya anggap lebih sulit 6. Saya bangga apabila saya dapat

memenangkan permainan/menjadi yang terbaik dalam melakukan tugas

7. Saya merasa kesal atau cemas jika mendapat nilai yang jelek

8. Saya jarang mengerjakan tugas pendidikan jasmani

To experience stimulation

1. Suasana pelajaran pendidikan jasmani menyenangkan/nyaman 2. Pelajaran pendidikan jasmani di

sekolah sangat menarik untuk dilakukan

3. Walaupun melelahkan, tapi pelajaran pendidikan jasmani tidak membuat jenuh

4. Saya merasa senang terlibat dalam pelajaran pendidikan jasmani 5. Mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani membuat saya lebih bersemangat

6. Mengikuti pelajaran pendidikan jasmani merupakan sesuatu yang membosankan bagi saya

7. Saya malas melakukan tugas-tugas latihan dalam pelajaran pendidikan jasmani

8. Menurut saya waktu pelajaran pendidikan jasmani di sekolah kurang, sehingga sering kali saya kurang puas

9. Saya sering acuh saat guru sedang menjelaskan


(25)

41

diberikan dari guru sampai saya benar-benar mengerti

Motivasi ekstrinsik

External regulation

1. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena merupakan pelajaran wajib di sekolah

2. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani agar tidak dihukum/ditegur oleh guru

3. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani hanya untuk mendapatkan nilai

4. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani agar tidak dimarahi oleh orang tua saya 5. Saya mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani bukan untuk dikenal oleh guru pendidikan jasmani

6. Saya ingin mendapatkan nilai yang bagus dari pelajaran pendidikan jasmani agar dapat membanggakan orang tua

7. Saya mengikuti pelajaran ini dengan baik bukan untuk mendapat pujian dari guru

8. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani sebaik mungkin bukan untuk dapat mempertahankan gengsi saya di depan siswa lain

Introjected regulation

1. Jika gurunya tidak hadir saya lebih suka diam di kelas / tidak melakukan aktivitas pendidikan jasmani

2. Saya mengikuti pelajaran ini dengan sungguh-sungguh walapun tidak diperhatikan/diawasi oleh guru

3. Saya bersemangat mengikuti pelajaran pendidiakan jasmani walaupun teman-teman yang lain tidak bersemangat mengikutinya 4. Saya mengikuti pelajaran


(26)

menujukkan bahwa saya mampu mengikuti pelajaran ini dengan baik

5. Saya akan melakukan tugas dengan baik agar kemapuan saya dapat terlihat oleh guru dan teman

6. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena saya merupakan siswi yang baik

7. Saya belajar pendidikan jasmani hanya pada jadwalnya saja

8. Saya belajar pendidikan jasmani ketika ada gurunya saja

9. Saat belajar penjas di rumah walaupun tidak ada tugas tambahan saja

Identification

1. Saya tidak selalu mengerjakan tugas dari pelajaran ini walaupun saya akan mendapat nilai yang kurang bagus

2. Saya ingin mendapatkan nilai bagus dari pelajaran pendidikan jasmani agar dapat membantu nilai rapor saya

3. Nilai bagus yang saya dapatkan dari pelajaran ini juga berguna untuk mempertahankan peringkat saya di kelas

4. Dengan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani saya merasa lebih dekat dengan teman-teman karena sering bekerja sama

5. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan acuh walaupun dapat mengurangi kompetensi saya di setiap pelajaran 6. Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena dapat membantu menjaga kesehatan 7. Mengikuti pelajaran ini dengan

baik bermanfaat bagi saya, walaupun saya kurang menyukai pelajarana pendidikan jasmani 8. Saya tetap malas belajar

pendidikan jasmani walaupun menjelang tes


(27)

43

Amotivation

1. Menurut saya pelajaran pendidikan jasmani penting

2. Saya tidak pernah berpura-pura sakit agar tidak perlu mengikuti pelajaran pendidikan jasmani 3. Saya berminat pada pelajaran

pendidikan jasmani

4. Pelajaran pendidikan jasmani tidak menarik bagi saya

5. Saya tidak suka pelajaran pendidikan jasmani kareana membuat capek/lelah

6. Pelajaran pendidikan jasmani menurut saya membosankan

7. Saya merasa tidak dapat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan baik

8. Saya tetap tidak bersemangat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani walaupun guru menjajikan memberi nilai tambahan

9. Saya sering mencari alasan untuk tidak mengerjakan tugas

F. Proses Pengembangan

Proses pengembangan instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen tersebut. Oleh karena itu instrumen tersebut harus diuji terlebih dahulu agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada siswi SMKN 11 Bandung yang tidak dijadikan sampel penelitian ini sebanyak 30 orang. Data yang didapat dari uji coba instrumen ini akan digunakan untuk mengukur validitas dan reabilitas instrumen tersebut dengan cara sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang dibuat dapat mengukur apa yang hendak diukur, dalam hal ini motivasi. Seperti yang dikatakan oleh Arikunto (1998:160) mengemukakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu


(28)

penulis mengkorelasikan antara skor variabel dengan total skornya. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diujicobakan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan

b. Menhitung r hitung dari masing-masing pernyataan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment.

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ ) ∑ ∑

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi yang dicari x : skor tiap butir pernyataan y : skor total

xy : Jumlah perkalian skor x dan skor y

Σx : jumah skor x Σy : jumlah skor y

n : Jumlah banyaknya soal

c. Membandingkan ninalai r hitung yang didapat dengan r tabel yang terdapat

pada tabel nilai r Pearson Product Moment dengan n = 30 dan α = 0,05.

d. Menyimpulkan validitas dari masing-masing pernyataan dengan kriteria: jika r hitung > r tabel maka butir pernyataan tersebut valid

Dalam hal lain maka butir pernyataan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Dalam pengujian tingkat reliabilitas terhadap item tes yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode tes belah dua yaitu metode yang dibagi dua bagian antara butir pernyataan yang bernomor genap menjadi X dan yang bernomor ganjil menjadi Y. Menurut Arikunto (1998:173) “untuk dapat menentukan reliabilitas suatu instrumen setelah data dibagi dua maka langkah selanjutnya adalah mengkoreasikan kedua belahan data tersebut.” Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: dalam pengujian tingkat reliabilitas untuk


(29)

45

mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

a. Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor ganjil dan bernomor genap.

b. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Person Produt Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ ) ∑ ∑

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi yang dicari x : skor tiap butir pernyataan y : skor total

xy : Jumlah perkalian skor x dan skor y

Σx : jumah skor x

Σy : jumlah skor y

n : Jumlah banyaknya soal

d. Setelah koefisien korelasinya didapat maka, untuk mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut : :

Keterangan :

rii :Koefisien / r hitung yang dicari 2.r : dua kali koefisien korelasi 1+r : satu tambah koefisien korelasi


(30)

Jika r hitung > dari r tabel maka instrumen tersebut reliabel, dalam hal lain maka instrumen tidak reliabel. Nilai r tabel dilihat di tabel distribusi nilai r korelasi Spearman Brown dengan tingkat kepercayaan 95% dan n = 30.

G.Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data mempengaruhi kualitas penelitian yang dilakukan, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012:10) menyatakan bahwa

“dua hal yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpulan data.” Hal ini berarti selain instrumen yang

valid dan realiabel, maka teknik pengumpulan data pun harus sesuai dengan yang

dibutuhkan. Menurut Sugiyono (2012:193) “bila dilihat dari segi cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan

gabungan ketiganya.” Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner atau angket sebagai pengumpul datanya.

Penelitian mengenai perbandingan motivasi belajar antara siswi minoritas dan mayoritas dalam pendidikan jasmani dilaksanakan pada :

1. Tempat : SMKN 11 Bandung dan SMKN 12 Bandung 2. Waktu : Februari 2014

H.Analisis Data

Dalam melakukan penelitian setelah data didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Menurut Sugiyono (2012:207)

Kegiatan analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Dalam penelitian kuantitatif maka analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Penggunaan statistik ini ditujukan agar kesimpulan yang


(31)

47

didapat dapat dipertanggungjawabkan kebenarannnya. Berikut adalah rumus-rumus statistik yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel dengan rumus : ̅ ∑ Keterangan :

x : nilai rata-rata

Σxi : jumlah skor n : jumlah responden

2. Mencari simpangan baku masing-masing variabel sebagai berikut :

√∑ ̅̅̅

Keterangan :

S : Simpangan baku kelompok atas atau dan kelompok bawah Xi : jumlah skor

x : skor rata-rata n : jumlah sampel

3. Menghitung Presentase

Adapun rumus dapat digunakan untuk menghitung jumlah faktual setiap indikator, sebagai berikut:

Keterangan :

P :jumlah presntase yang dicari

Σx1 : banyaknya skor (berdasarkan banyaknya frekuensi seluruh jawaban responden)


(32)

4. Menguji Normalitas

Tujuan menguji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dari data hasil penelitian tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menguji normalitas data dari setiap komponen dengan uji normalitas Liliefors, menurut Abdurahman dan Sudrajat (2010:256) langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data dari yang terkecil samapi yang terbesar, lalu hitung rata-rata dan simpangan bakunya.

b. Mecari z skor dari setiap data dan luas Zi pada tabel distribusi nilai Z. c. Mencari nilai F(Zi) dengan ketentuan sebagai berikut: jika luas daerah

bertanda negatif maka 0,5-luas daerah, sedangkan jika luas daerah bertanda positif makan 0,5+luas daerah.

d. Mencari nilai S(Zi) dengan cara membagi nomor urut data dengan jumlah data.

e. Mencari nilai dari F(Zi)-S(Zi), lalu tentukan nilai tertingginya tanpa melihat (-) atau (+) yang akan kita ambil sebagai nilai Lo.

f. Menyimpulkan dengan kriteria sebagai berikut:

Jika Lo < Lt maka data berdistribusi normal, dalam hal lain maka data berdistribusi tidak normal. Nilai Lt dilihat dari tabel distribusi nilai Liliefors.

5. Menguji Homogenitas Variansi

Menguji homogenitas variasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian ini homogen atau tidak. Abdurahman dan Sudrajat (2010:300) Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kriteria pengujian adalah hipotesis ditolak jika Fhitung ≤ Ftabel, dimana Ftabel didapat dari distribusi F dengan taraf nyata 0,05 dan derajat kebebasan


(33)

49

dk=V1 dan V2, nilai V1 =n-1 dan V2=n-2, jadi data setiap butir tes adalah homogenitas bila Fhitung ≤ Ftabel., dalam hal lain maka data tidak homogen.

6. Menguji Hipotesis

Maksudnya untuk menguji kesamaan dua rata-rata antara faktor internal dan faktor eksternal. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh pengujian normalitas terlebih dahulu. Jika setelah uji normalitas ternyata terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji t untuk menguji kesamaan dua rata-rata. Abdurahman dan Sudrajat (2010:278) prosedur untuk uji t adalah sebagai berikut :

a. Menghitung simpangan baku gabungan dengan rumus :

Keterangan :

S2 : variasi gabungan

n1 : banyaknya responden kelompok atas n2 : banyaknya responden kelompok bawah S1 : simpangan baku kelompok atas

S2 : simpangan baku kelompok bawah 1 : angka tetap

b. Mencari t hitung dengan rumus :

̅ ̅ √

Keterangan :

t : nilai thitung setiap butir

x 1 : nilai rata-rata kelompok


(34)

S : simpangan baku gabungan n1 : jumlah responden kelompok n2 : jumlah responden kelompok

c. Membadingkan nilai thitung yang telah dicari dengan nilai ttabel dengan derajat kebebasan 4 dan taraf signifikansi 0,05 jika nilai thitung ≤ ttabel maka data tersebut signifikansi atau Ho diterima, maka dalam hal lain Ho ditolak.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penulis menarik kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:

1. Motivasi belajar siswi minoritas dalam pembelejaran pendidikan jasmani berada pada kriteria kuat.

2. Motivasi belajar siswi mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani berada pada kriteria kuat.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkan motivasi belajar siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

B.Saran

Pada dasarnya siswi minoritas dan mayoritas memiliki tingkat motivasi intrinsik yang baik, selain itu juga kondisi ini didukung dengan tingkat motivasi ekstrinsik yang baik. sehingga siswi minoritas pun dapat mengikuti pembelajaran dengan baik walaupun harus beraktivitas dengan banyak siswa laki-laki. Kondisi ini tentu baik adanya, oleh karena itu diharapkan kondisi bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan agar semua siswa-siswi dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Adapun asarn-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah walaupun tingkat motivasi siswi-siswinya sudah baik, hendaknya kondisi dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

2. Bagi pihak pendidik agar dapat terus memotivasi dan memfasilitasi siswi-siswinya agar tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

3. Bagi orang tua umumnya agar lebih mendukung dan memotivasi putra-putrinya untuk mengikuti pemebelajaran dengan baik.

4. Bagi rekan mahasiswa lainnya penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi


(36)

pembelajaran lainnya sehingga permasalahan yang dihadapi peserta didik, pendidik, penyelengara pendidikan dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rizqi Press

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : PT Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. (2005) Belajar dan Pembelejaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djaali. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Dimyati & Mudjiono (2006) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Dalyono, M.. (2009) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Elliot, Stephen N. dkk. (2000) Educational Psichology. USA : Pearson

Gio. (2009). Bagaimana Cara Mengajar di Sekolah Dasar. Tersedia: pgsd1c2009.blogspot.com/2009/11/bagaimana-mengajar-di-sekolah-dasar-html?m=1 [diakses: 13-12-2013]

Hartinah, Sitti. (2008) Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Refika Aditama

Hidayat, Yusuf. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung : CV. Bintang Warli Artika

Jariono, Gatot. (2012). Konsep Dasar Manajemen Pendidikan jasmani dan


(38)

http://pnjasorgatharppsunj.blogspot.com/2012/12/manajemen-pendidikan-jasmani-dan.html [diakses: 13-12-2013]

Meliyakin, Eka. (2013). Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan. Tersedia:

ekameliyakin.wordpress.com/2013/06/26/jalur-jenjang-dan-jenis-pendidikan/html.m=1 [diakses: 13-12-2013]

Ormrod, J. E.. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Erlangga

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ryan, R. M. & Deci, E. L.. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions Tersedia: http//www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2000_RyanDec_IntExtD efs.pdf [diakses: 22-01-2014]

Sardiman, A. M.. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece J. L.. (2012) Motivasi dalam Pendidikan (Teori, Penelitian & Aplikasi). Jakarta : PT Indeks

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Slavin, Robert E. (2011) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Indeks


(39)

65

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung : CV. Alfabeta

t.n. (2012). Pengertian Pendidikan Jasmani. Tersedia: http://bedande.blogspot.com/2012/01/pengertian-pendidikan-jasmani.html [diakses: 13-12-2013]

Uno, H. B.. (2010) Teori Motivasi & Pengukurannya (Analisi di Bidang Pendidikan). Jakarta : PT. Bumi Aksara

Vallerand, R. J. et al (1992) The Academic Motivation Scale : A Measure Of Intrinsic, Extrinsic and Amotivation in Education. Tersedia http//www.er.uqam.ca/nobel.r26710/LRCS/articles/AMS1992.pdf


(1)

50

S : simpangan baku gabungan n1 : jumlah responden kelompok

n2 : jumlah responden kelompok

c. Membadingkan nilai thitung yang telah dicari dengan nilai ttabel dengan

derajat kebebasan 4 dan taraf signifikansi 0,05 jika nilai thitung ≤ ttabel maka

data tersebut signifikansi atau Ho diterima, maka dalam hal lain Ho ditolak.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penulis menarik kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:

1. Motivasi belajar siswi minoritas dalam pembelejaran pendidikan jasmani berada pada kriteria kuat.

2. Motivasi belajar siswi mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani berada pada kriteria kuat.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkan motivasi belajar siswi minoritas dan mayoritas dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

B.Saran

Pada dasarnya siswi minoritas dan mayoritas memiliki tingkat motivasi intrinsik yang baik, selain itu juga kondisi ini didukung dengan tingkat motivasi ekstrinsik yang baik. sehingga siswi minoritas pun dapat mengikuti pembelajaran dengan baik walaupun harus beraktivitas dengan banyak siswa laki-laki. Kondisi ini tentu baik adanya, oleh karena itu diharapkan kondisi bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan agar semua siswa-siswi dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Adapun asarn-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah walaupun tingkat motivasi siswi-siswinya sudah baik, hendaknya kondisi dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

2. Bagi pihak pendidik agar dapat terus memotivasi dan memfasilitasi siswi-siswinya agar tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

3. Bagi orang tua umumnya agar lebih mendukung dan memotivasi putra-putrinya untuk mengikuti pemebelajaran dengan baik.

4. Bagi rekan mahasiswa lainnya penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi


(3)

62

pembelajaran lainnya sehingga permasalahan yang dihadapi peserta didik, pendidik, penyelengara pendidikan dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rizqi Press

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : PT Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. (2005) Belajar dan Pembelejaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djaali. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Dimyati & Mudjiono (2006) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Dalyono, M.. (2009) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Elliot, Stephen N. dkk. (2000) Educational Psichology. USA : Pearson

Gio. (2009). Bagaimana Cara Mengajar di Sekolah Dasar. Tersedia: pgsd1c2009.blogspot.com/2009/11/bagaimana-mengajar-di-sekolah-dasar-html?m=1 [diakses: 13-12-2013]

Hartinah, Sitti. (2008) Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Refika Aditama

Hidayat, Yusuf. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung : CV. Bintang Warli Artika

Jariono, Gatot. (2012). Konsep Dasar Manajemen Pendidikan jasmani dan


(5)

64

http://pnjasorgatharppsunj.blogspot.com/2012/12/manajemen-pendidikan-jasmani-dan.html [diakses: 13-12-2013]

Meliyakin, Eka. (2013). Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan. Tersedia:

ekameliyakin.wordpress.com/2013/06/26/jalur-jenjang-dan-jenis-pendidikan/html.m=1 [diakses: 13-12-2013]

Ormrod, J. E.. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Erlangga

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ryan, R. M. & Deci, E. L.. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Directions Tersedia:

http//www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2000_RyanDec_IntExtD efs.pdf [diakses: 22-01-2014]

Sardiman, A. M.. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece J. L.. (2012) Motivasi dalam Pendidikan (Teori, Penelitian & Aplikasi). Jakarta : PT Indeks

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Slavin, Robert E. (2011) Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Indeks


(6)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung : CV. Alfabeta

t.n. (2012). Pengertian Pendidikan Jasmani. Tersedia: http://bedande.blogspot.com/2012/01/pengertian-pendidikan-jasmani.html [diakses: 13-12-2013]

Uno, H. B.. (2010) Teori Motivasi & Pengukurannya (Analisi di Bidang Pendidikan). Jakarta : PT. Bumi Aksara

Vallerand, R. J. et al (1992) The Academic Motivation Scale : A Measure Of

Intrinsic, Extrinsic and Amotivation in Education. Tersedia

http//www.er.uqam.ca/nobel.r26710/LRCS/articles/AMS1992.pdf [diakses: 22-01-2014]