PROFIL STRES AKADEMIK DITINJAU DARI KEYAKINAN DIRI AKADEMIK SISWA.

(1)

( Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

DERI MEIGAWATI 0901015

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Oleh

Deri Meigawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Deri Meigawati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Metode Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Struktur OrganisaSkripsi... 1 10 11 11 12 13 BAB II STRES AKADEMIK DAN KEYAKINAN DIRI AKADEMIK... 14 A.Konsep Stres Akademik ... 1. Pengertian Stres Akademik……….... 2. Sumber Stres Akademik ………... 3. Gejala Stres Akademik ………. 4. Aspek-Aspek Stres Akademik ……….. 5. Faktor Yang Mempengaruhi Stres ……… 14 14 19 20 21 23 B.Konsep Keyakinan Diri Akademik... 1. Pengertian Keyakinan Diri Akademik ……….. 2. Dimensi Keyakinan Diri Akademik ………. 3. Sumber-Sumber Keyakinan Diri Akademik ……… 25 25 26 27 C.Pengaruh Keyakinan Diri Akademik Terhadap Stres Akademik... 28

D.Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Stres Akademik... 29

E. Penelitian Terdahulu... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A.Lokasi Populasi dan Subjek Penelitian... 33

B.Metode Penelitian... 34

C.Definisi Operasional Variabel... 34

D.Instrumen Penelitian... 37

E. Teknik Pengumpulan Data... 45

F. Analisis Data... G.Prosedur Penelitian……….. 46 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52

A.Deskripsi Hasil Penelitian... 52

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 69 C.Rancangan Program Bimbingan Akademik Untuk Membantu Mengelola 77


(5)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Stres Akademik………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 91

A.Kesimpulan... 91

B.Rekomendasi... 92

DAFTAR PUSTAKA... 93 LAMPIRAN


(6)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Deri Meigawati, 0901015. (2014). Profil Stres Akademik Ditinjau Dari Keyakinan Diri Akademik (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya peserta didik terutama siswa SMA yang mengalami stres akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik pada siswa SMA serta keterkaitan antara keduanya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil Penelitian menunjukan: (1) gambaran umum gejala stres akademik siswa kelas X berada pada kategori sedang; (2) gambaran umum keyakinan diri akademik siswa kelas X berada pada kategori sedang; (3) adanya korelasi negatif antara stres akademik dengan keyakinan diri akademik siswa


(7)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Deri Meigawati, 0901015. (2014). Academic Profile of Stress Based On Student Self Confidence (Descriptive Study of Students Against Class X SMA N 19 Bandung Academic Year 2013/2014)

This research is motivated by a number of students, especially high school students who experience academic stress. The purpose of this study was to determine the general description of academic stress symptoms and academic self-confidence in high school students and the linkages between them. The study uses a quantitative approach with descriptive methods. Results showed: (1) a general overview of academic stress symptoms tenth grade students who are in the medium category, (2) a general overview of academic self-confidence tenth grade students who are in the medium category, (3) the correlation between academic stress symptoms with academic self-confidence students, (4) description of the academic guidance program to reduce academic stress symptoms and improve academic confidence class X SMA N 19 Bandung Academic Year 2013/2014.


(8)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Di lingkungan sekolah siswa rentan mengalami perubahan yang sangat signifikan, salah satu perubahan signifikan tersebut adalah mengalami masa transisi dari jenjang sekolah menengah pertama ke sekolah menengah atas. Perubahan tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh, meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, perubahan dari struktur kelas yang kecil dan akrab menjadi struktur kelas yang lebih besar dan impersonal, peningkatan jumlah guru dan teman, serta meningkatnya fokus pada prestasi dan menghadapi ekspektasi-ekspektasi akademik yang lebih tinggi (Santrock, 2007:119). Ekspektasi- ekspektasi yang muncul tersebut membuat beberapa siswa merasa rentan dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Perilaku tersebut merupakan salah satu bentuk masalah emosional dan perilaku di lingkungan sekolah yang dapat memicu terjadinya stres pada siswa (Desmita, 2010:109).

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino, 2006: 62). Maksudnya adalah bahwa ketidak sesuaian yang dihadapi oleh siswa itu berada pada tuntutan lingkungan dengan sumber daya actual yang dimiliki siswa.

Stres merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan seseorang. Stres dapat mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki (Walker, 2005:225). Remaja perempuan lebih rentan merasakan dampak negatif dari stres daripada remaja laki-laki dikarenakan remaja perempuan memiliki tingkat sensitif yang lebih besar daripada remaja laki-laki.


(9)

Selain perbedaan dampak stres pada remaja laki-laki dan remaja perempuan,dampak stres juga bisa diakibatkan oleh lingkungan yang baru, siswa remaja baru di sekolah seringkali bermasalah karena posisi mereka bergeser dari posisi atas atau sering disebut sebagai senior di sekolah menengah pertama kemudian bergeser ke posisi bawah atau junior di sekolah menengah atas yang secara otomatis akan mempengaruhi kondisi psikologis dari individu tersebut (Desmita, 2010: 195).

Menurut Goodman & Leroy (Walker 2005: 41) mengungkapkan sumber stres pada siswa dikategorikan menjadi akademik , keuangan, yang berkaitan dengan waktu serta kesehatan. Stressor akademik merupakan sumber stres yang berasal dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi tekanan untuk naik kelas, lama belajar, menyontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapat beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan ujian dan yang terakhir adalah manajemen waktu (Desmita, 2010:297). Sumber stres tersebut sering dirasakan oleh hampir sebagian siswa disekolah dan mampu membuat siswa merasakan ketidaknyamanan dan mampu menurunkan keyakinan akademik yang mereka miliki.

Stres pada setiap siswa biasanya terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan dalam bidang akademik yang sering disebut dengan stres akademik. Menurut Gusniarti pada tahun 2002 memaparkan bahwa stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki oleh siswa itu sediri. Suryani pada tahun 2012 menambahkan bahwa ketidaksesuaian kondisi psikologis individu dengan lingkungannya dapat terjadi dalam bentuk tuntutan lingkungan lebih tinggi daripada kemampuan individu ataupun sebaliknya yaitu tuntutan individu yang lebih tinggi dari kondisi lingkungan yang dihadapi. Kondisi psikologis siswa meliputi keadaan mental dari individu yang sehat. Individu yang memiliki mental yang sehat akan mampu melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam perilakunya secara efektif sehingga dapat terhindar dari gangguan stres. Para siswa mengemukakan bahwa mereka mengalami stres akademik pada setiap semester


(10)

dengan sumber stres akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, kompetensi nilai, dan dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat (Desmita, 2010:290).

Permasalahan yang cukup popular melanda remaja pada pada tahun 2007 adalah penyakit manifestasi dari stres, diantaranya depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur, penyalahgunaan obat, siklus tidur yang tidak teratur sampai penyakit yang berhubungan dengan fisik seperti pusing, serta ngilu panda sendi. Sama halnya pada orang dewasa, stres bisa berefek negatif pula pada tubuh remaja. Perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana remaja merespon penyakit tersebut (Soetjiningsih, 2010:215). Maksudnya adalah bahwa baik pada orang dewasa maupun remaja, stres dapat memunculkan suatu dampak negatif, tetapi dampak negatif tersebut akan berbeda porsinya tergantung dari sumber yang memicu terjadinya stres dan sikap individu tersebut dalam menyikapi.

Fenomena penyakit manifestasi dari stres terus berkembang setiap tahunnya, di Indonesia terdapat banyak sekali kasus yang terjadi yang diakibatkan dari ketidakmampuan dari peserta didik dalam mengelola stres yang mereka rasakan yang berbuntut pada hal-hal tragis seperti tindakan bunuh diri. Pada tahun 2010, salah satu kasus yang terjadi yaitu :

Wahyu Ningsih (19) peserta didik SMKN di Muaro Jambi yang tewas (27 april 2010) menelan racun tanaman lantaran syok, karena amplop berisi keterangan kelulusan menyebutkan ningsih harus mengulang tes matematika pada bulan mei nanti, padahal ningsihperaih nilai UN tertinggi mata pelajaran Bahasa Indonesia disekolahnya, jelas ningsih mengakhiri hidup lantaran depresi tidak lulus UN (Hendy, 2010). Selanjutnya tahun 2011, peserta didik SMK berinisial RNI (17) nekat melompat dari Flyover pasar rebo Jakarta( 14/10/2011) untuk mengakhiri hidupnya lantaran frustasi.


(11)

Pada tahun 2012 komisi nasional perlindungan anak, melaporkan menerima rata-rata 200 laporan kasus anak yang mengalami stres disetiap bulan, sepanjang tahun 2011, meningkat 98% dari tahun sebelumnya. Laporan komisi nasional perlindungan anak tersebut turut mengindikasikan terdapat peningkatan gangguan stres pada anak di Indonesia. Selasa, (20/03/2012), ketua komnas perlindungan anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan “ jangan remehkan ini, sudah tercatat sebanyak lima anak dibawah 10 tahun berusaha melakukan percobaan bunuh diri akibat stres.

Dua diantaranya telah meninggal

http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/28/196/298637/waspada-bunuh-diri-di-kalangan-remaja. Mencuatnya kasus-kasus bunuh diri atau percobaan mengakhiri hidup dikalangan para pelajar tentu sangat memprihatinkan. Menurut Ruqqoyah Waris Maksood (Setiawati, 2011:3) menyebutkan, “beberapa kasus bunuh diri pada remaja salah satunya merupakan reaksi dari stres atau kekecewaan”. Didukung oleh Seto Mulyadi (Okezone, 28 januari 2010) menyatakan “seorang pelajar nekat bunuh diri karena stres yang berlebihan bisa karena faktor keluarga, lingkungan, hingga sekolahnya karena guru mungkin membebani pekerjaan rumah yang berlebihan, atau tuntutan prestasi yang terlalu tinggi”.

Stres akademik merupakan salah satu kategori yang dikemukakan sebagai sumber stres para siswa disekolah. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukan terdapatnya beberapa masalah yang diakibatkan dari stres akademik. Desmita telah meneliti stres pada siswa disekolah unggulan. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan kurikulum yang diperkaya intensitas belajar tinggi, rentang waktu belajar formal yang lebih lama, tugas-tugas sekolah yang lebih banyak, dan keharusan menjadi pusat keunggulan, telah menimbulkan stres dikalangan para siswa (Desmita, 2010: 289).

Berdasarkan penjelasan dari berbagai penelitian (Nurdini, 2009:6) siswa yang mengalami stres akademik akan menunjukan berbagai perilaku negatif seperti membolos sekolah, cemas menghadapi ujian/ulangan, mencontek, tidak perduli


(12)

terhadap materi, tidak menguasai kompetensi, tidak betah disekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat berkonsentrasi saat berada dikelas, ingin pindah kelas, cemas terhadap materi yang sulit, merasa jenuh saat ada mata pelajaran tambahan, takut terhadap pelajaran tertentu, panik menghadapi tugas yang menumpuk, tidak percaya diri saat mengerjakan soal-soal, dan lelah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

Sedangkan Yusuf ( 2009: 159 ) menjelaskan faktor yang mempengaruhi stres akademik yaitu:

Peserta didik mengalami stres akademik adalah berasal dari dalam diri, seperti: kondisi tubuh yang kurang sehat, sakit-sakitan atau sedang ada konflik pribadi yang menyita (menggangu) pikiran, dan mengalami kegagalan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, : muncul dari keluarga, misalnya ketidakharmonisan hubungan antar anggota keluarga, orang tua yang otoriter,atau orang tua yang dicintai jatuh sakit atau meninggal;, dan dari lingkungan masyarakat sekitar, misalnya: suara-suara bising kelas lain ketika sedang ujian, atau hentakan musik yang keras yang memekakan telinga ketika sedang beristirahatdan jalan macet ketika sedang menuju kesekolah.

Kemampuan dalam mengelola stres akan membuat remaja berhasil dan merasa percaya diri. Tetapi berbeda bagi remaja yang tidak mampu mengelola stres, mereka cenderung tidak bisa mengontrol dirinya yang akhirnya menimbulkan perilaku salah suai seperti bolos, tidak mengerjakan tugas, malas belajar, dan lain-lain. Senada dengan pendapat Santrock (2007:221) yaitu sebagai berikut :

Sebagian besar usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Remaja yang tidak mampu menghadapi tuntutan pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangannya dengan menjadi orang yang berprestasi rendah, bekerja dibawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukai. Terdapat remaja yang membolos dan berusaha untuk memperoleh izin dari orang tua untuk berhenti sekolah sebelum waktunya atau berhenti sekolah ketika duduk di kelas terakhir tanpa merasa perlu untuk memperoleh ijazah.

Menurut Bandura (Schunk dan Meece,2005:189-190) untuk mengatur perilaku apakah akan dibentuk atau tidak,dalam hal ini adalah perilaku yang disebabkan oleh stres akademik yang dialami individu, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugiannya, tetapi juga


(13)

mempertimbangkan sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengatur perilaku tersebut, dan kemampuan ini disebut dengan keyakinandiri.

Keyakinan diri adalah perasaan individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas. Keyakinan diri mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan yang dibutuhkan untuk menampilkan kecakapan tertentu (Bandura, 1995: 391). Dalam hal ini individu membutuhkan keyakinan diri akademik yang kuat sehingga mereka dapat melalui masa transisi tersebut dengan sangat baik, salah satunya masa transisi dalam kategori akademik sehingga mereka dapat terhindar dari stres akademik.

Seorang individu yang tidak memiliki keyakinan diri untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang mereka alami akan rentan mengalami stres, termasuk keyakinan individu tersebut dalam masalah akademik yang bisa menyebabkan terjadinya stres akademik.

Keyakinan diri akademik didefinisikan sebagai perasaan individu akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan tugas akademik, yaitu tugas yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang harus dipelajari selama individu menempuh pendidikan formal atau informal. Siswa sekolah menengah atas dihadapkan pada tuntutan lingkungan dan tugas-tugas akademik yang baru dan lebih padat daripada siswa yang masih berada di sekolah menengah pertama. Tahun pertama sekolah menengah atas dapat dirasakan sebagai masa yang sulit, masa ketegangan karena siswa harus mempertemukan dua tuntutan lingkungan, yang pertama yaitu tuntutan akan kemandirian dan yang kedua adalah tanggung jawab, dengan mengikuti kegiatan sekolah dan mematuhi aturan sekolah yang cukup ketat, dan tuntutan akademik dengan kemampuan diri siswa. Keyakinan diri akademik siswa akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Blyth dkk pada tahun 1983 dan Eccles & Midgely pada tahun 1990 memaparkan bahwa keyakinan diri akademik diperlukan remaja dalam menjalani masa transisi kehidupan, salahsatunya adalah transisi akademik dilingkungan sekolah yang baru, tetapi hal tersebut dapat menimbulkan stres. Stres tersebut timbul karena


(14)

masa transisi berlangsung pada suatu masa ketika banyak perubahan pada individu tersebut seperti fisik, sosial dan psikologis (Santrock, 2007 : 16).

Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh peserta didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai masalah yang dirasakan kompleks. Namun pada kenyataannya ternyata hambatan, ancaman dan gangguan sering dialami oleh peserta didik, salah satunya adalah stres akademik. Stres akademik dapat dialami oleh siapa saja termasuk siswa SMA. Tantangan yang harus dihadapi oleh peserta didik dalam hal ini adalah siswa SMA selain harus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan diri mereka, peserta didik juga harus dihadapkan pada berbagai macam masalah yang muncul di sekolah. Banyaknya mata pelajaran dan beban tugas yang diberikan guru terhadap siswa, jika siswa tidak memiliki keyakinan diri akademik yang tinggi, tidak menutup kemungkinan akan timbulnya stres pada diri peserta didik. Karena keyakinan diri akademik berkaitan dengan kemampuan diri peserta didik untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi-situasi khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin menimbulkan stres seperti beban tugas yang semakin besar.

Zimmerman (Bandura,1995: 203) menjelaskan bahwa keyakinan diri akademik sebagai penilaian individu terhadap kemampuan untuk mengorganisir dan melakukan tindakan untuk mencapai performansi akademik yang diinginkan. Keyakinan diri akademik merupakan salahsatu prediktor performansi akademik peserta didik.

Studi pendahuluan mengenai stres akademik yang dilakukan di SMA N 19 Bandung Kelas X menjelaskan bahwa dari 145 sampel yang diambil terdapat 103 siswa yang menunjukan gejala stres akademik dengan kategori tinggi, 39 siswa menunjukan gejala stres dengan kategori sedang, dan 3 siswa menunjukan gejala stres dengan kategori rendah. Gejala stres akademik kemudian dibagi menjadi empat aspek yaitu aspek fisik, aspek perilaku, aspek fikiran dan aspek emosi. Pada aspek fikiran dari 145 sampel dikatehui bahwa 71% siswa mengalami stress akademik pada kategori tinggi, 26,2% berada pada kategori sedang, dan 2,75% berada pada kategori rendah. Pada aspek emosi diketahui dari 145 sampel, 45,5% siswa berada pada


(15)

kategori tinggi, 40,7% berada pada kategori sedang, dan 13,8% berada pada kategori rendah. Pada aspek perilaku dari 145 sampel terdapat 71% berada pada kategori tinggi, 25,5% berada pada kategori sedang, dan 3,4% berada pada kategori rendah. Aspek terakhir yang diteliti adalah aspek fisik, dari 145 sampel terdapat 61,4% berada pada kategori tinggi, 33,8% berada pada kategori sedang dan 4,8% berada pada kategori rendah.

Penelitian Gusniati (Desmita, 2010:290 ) terhadap siswa pada salahsatu sekolah unggulan di Jakarta menemukan bahwa adanya fenomena stres yang dialami siswa disekolah. Sekitar 40,74% siswa merasa terbebani dengan keharusan mempertahankan peringkat sekolah , 62,96% siswa merasa cemas menghadapi ujian semester, 82,72% siswa merasa takut mendapat nilai ulangan yang jelek, 80,25% merasa bingung menyelesaikan PR yang terlalu banyak,dan 50,62% siswa merasa letih mengikuti perpanjangan waktu belajar disekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdini (2009:97) mengenai tingkat stres akademik pada siswa SMK N 8 Bandung menunjukan bahwa sebanyak 25,48% siswa mengalami stres akademik pada area fisik: 19,78% siswa mengalami stres akademik pada area perilaku, 37,09% siswa mengalami stres akademik pada area fikiran, dan 17,65% siswa mengalami stres akademik pada area emosi. Stres yang berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurakhman (2009:66) di SMA Pasundan 2 Bandung menunjukan terdapat 48,3% siswa tingkat stresnya sangat tinggi, 45% siswa berada pada kategori tinggi, 6,67% siswa berada pada kategori sedang dan tidak seorangpun siswa (0%) yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Fakta empirik menunjukan stres yang dialami siswa Sekolah Menengah Atas merupakan kondisi serius yang harus segera ditangani.

Stres akademik pada peserta didik dapat memberi dampak yang luarbiasa pada diri mereka antara lain adalah motivasi belajar peserta didik menjadi rendah, tidak berhasil menguasai materi-materi pelajaran, gagal dalam mencapai standar


(16)

kelulusan yang ditetapkan, dan lebih jauh dapat membuat peserta didik terpengaruh dalam keberhasilan pengembangan diri.

Permasalahan stres akademik yang dirasakan siswa disekolah memerlukan sebuah upaya bantuan yang diberikan dengan segera. Layanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam rangka melakukan upaya kuratif terkait masalah belajar siswa. Upaya bimbingan dan konseling yang diperlukan bertujuan untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi para siswa dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dengan segala tuntutannya seperti ulangan harian, uji kompetensi, pelajaran tambahan, penguasaan materi pelajaran,dan sebagainya.

Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan akademik yang dapat menghambat perkembangan proses belajar peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling yang cocok dalam membantu peserta didik terkait permasalahan akademik adalah bimbingan akademik. Bimbingan akademik adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar atau akademik. Stres akademik merupakan salahsatu masalah belajar yang dihadapi peserta didik yang sudah banyak ditemukan di setiap sekolah. Terkait dengan pentingnya upaya menangani permasalahan stres akademik pada peserta didik, maka seorang konselor diharapkan mampu merancang sebuah layanan bimbingan belajar yang tepat untuk menangani masalah tersebut. Peserta didik yang mengalami stres akademik memerlukan layanan bimbingan yang bersifat responsif. Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti akan mengkaji lebih dalam mengenai “Profil Stres Akademik Ditinjau Dari Keyakinan Diri Akademik Siswa” (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).


(17)

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Menurut Desmita (2010:297), stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor yaitu stres yang dialami peserta didik yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik disekolah yang meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa peserta didik, keputusan menentukan jurusan atau karir serta kecemasan ujian dan manajemen stres.

Stres akademik merupakan permasalahan substansif yang dihadapi oleh peserta didik di dunia pendidikan yang bersumber dari tuntutan sekolah dan dunia pendidikan. Menurut Nasution (2008:2) “ stres pada remaja dapat juga disebakan oleh tuntutan orang tua dan masyarakat, dirumah biasanya orang tua menuntut anaknya untuk mendapatkan nilai yang bagus dan memuaskan disekolah”. Kebanyakan orang tua menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah, tanpa melihat kemampuan anaknya sendiri. Beban berat yang dialami remaja di sekolah dapat menyebabkan terjadinya stres akademik. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres akademik adalah keyakinan diri akademik yang ada pada diri remaja.

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan diatas, rumusan masalah dalam penelitian dikemas dalam pertanyaan “ Bagaimana profil stres akademik perserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa?”

Proses untuk menjawab rumusan masalah melalui tahapan-tahapan pengumpulan data yang berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19

Bandung tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana gambaran keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014


(18)

3. Bagaimana gambaran korelasi antara stres akademik dengan keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 4. Apa implikasi layanan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik

kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 dalam mengelola stres akademik?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah mengetahui gambaran umum gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang ditinjau dari keyakinan diri akademik. Tujuan khusus adalah untuk mengungkap data empiris mengenai:

a. Gambaran gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan keyakinan diri akademik.

b. Gambaran Keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

c. Gambaran korelasi antara stres akademik dengan keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

d. Merumuskan implikasi layanan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 mengelola stres akademik.

D.Pendekatan dan Metode penelitian 1. Metode Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive reaserch) adalah pendekatan penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan atau menunjukan fenomena dan kenyataan yang ada pada saat ini atau pada saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel bebas tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya secara nyata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif (Sukmadinata, 2007:54).


(19)

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

Banyak cara yang dapat ditempuh dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, masing-masing cara memiliki tujuan tertentu dan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pada kebanyakan pelaksanaan penelitian tidak hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data saja, akan tetapi mengkombinasikan beberapa teknik sesuai dengan tujuan dan informasi apa yang diharapkan dan diperlukan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan angket, studi literatur dalam mengumpulkan data yang menunjang bagi penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan setelah hasil penyebaran angket. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan memberikan bobot skor pada setiap item dari pernyataan instrumen penelitian, kemudian dijumlahkan untuk menentukan stres akademik dan keyakinan diri akademik yang berada pada kategori tinggi, sedang, dan rendah.

E.Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para praktisi untuk mengetahui peserta didik yang mengalami stres akademik dengan latar belakang keyakinan diri akademik siswa yang beragam. Secara spesifik, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi:

1. Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 19 Bandung

Gambaran umum mengenai stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 serta implikasinya dapat dijadikan bahan


(20)

rujukan untuk diaplikasikan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik yang mengalami stres akademik.

2. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian yang lebih mendalam mengenai stress akademik peserta didik serta implikasinya yang dapat diberikan. 3. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian akan menjadi salah satu contoh layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik SMA yang mengalami stres akademik.

F. Struktur organisasi skripsi

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka perlu disusun sebuah struktur organisasi skripsi. Adapun bagian struktur organisasi skripsi adalah sebagai berikut.

Bab I. Pendahuluan yang meliputi latar belakang belakang penelitian terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian dan permasalahan yang ada., identifikasi dan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian,metode penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II. Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang konsep dasar stres akademik, konsep dasar keyakinan diri akademik, dan penyusunan bimbingan akademik untuk mereduksi gejala stres akademik dan meningkatkan keyakinan diri akademik.

Bab III. Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrument serta metode analisis data yang digunakan.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari deskriptif hasil penelitian, pembahasan serta rancangan layanan dasar bimbingan dan konseling.


(21)

Bab V. Kesimpulan dan Saran, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(22)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA N 19 Bandung yang beralamat di Jl.Dago Pojok nomor 10. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pertimbangan yang mendasari peneliti melaksanakan penelitiannya di SMA N 19 Bandung adalah karena hasil dari observasi peneliti selama melaksanakan Program Pelatihan Lapangan, terindikasi jika siswa kelas X rentan mengalami gejala stres akademik yang ditandai dengan tugas yang dirasakan sulit untuk dikerjakan, jam pelajaran yang terlalu padat, tuntutan dari guru mata pelajaran yang dirasakan terlalu berat sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap siswa seperti takut masuk sekolah, dan sering membolos.

Arikunto (2010: 173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah peserta didik

1 X MIA 1 32 orang

2 X MIA 2 32 orang

3 X MIA 3 32 orang

4 X MIA 4 32 orang

5 X MIA 5 34 orang

6 X MIA 6 34 orang

7 X MIA 7 36 orang

8 X IIS 1 36 orang

9 X IIS 2 36 orang


(23)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini. Pendekatan ini digunakan peneliti untuk mengetahui gambaran stres akademik dan keyakinan diri akademik siswa kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan untuk metode penelitiannya, peneliti menggunakan metode deskriptif. Peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti bermaksud untuk menjabarkan, menganalisis dan mengambil suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Secara rinci alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Tahap pertama yang dilakukan peneliti yaitu mengidentifikasi gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan menyebarkan instrument stres akademik dan instrument keyakina diri akademik kepada semua peserta didik yang akan dijadikan populasi dalam penelitian.

2. Tahap kedua Pengolahan hasil dari penyebaran instrument gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik yang telah disebar di kelas X SMA N 19 Bandung. 3. Tahap ketiga yaitu menyusun sebuah program bimbingan akademik untuk

mereduksi gejala stres akademik. Penyusunan tersebut didasarkan pada hasil dari pengolahan instrument gejala stres akademik dan instrument keyakinan diri akademik.

C. Devinisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel pada penelitian ini yaitu gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik yang didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Menurut Lazarus dan Folkman (1984:11) stres adalah “ a particular relationship

between the person and the environment that is appraised by the person as taxingor exceeding his or her resources and angering his or her well-being”. Stres


(24)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan sebuah hubungan yang sangat spesifik antara individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu tersebut sebagai sebuah tuntutan yang melebihi kemampuannya dan sangat membahayakan kesejahteraannya. Stres yang terjadi dilingkungan sekolah dinamakan dengan stres akademik. Stres akademik merupakan sebuah respon yang dialami oleh peserta didik yang berupa reaksi dari fisik, perilaku, pikiran dan juga emosi yang dirasakan negatif yang muncul akibat dari bermunculannya tuntutan akademik disekolah.

Indikator dari setiap reaksi (safari & saputra, 2009:29) yaitu sebagai berikut: a. Reaksi fisik yaitu denyut jantung meningkat, sakit kepala, buang air kecil,

memegang benda dengan erat dan kelelahan fisik.

b. Reaksi perilaku yaitu: menggerutu, sulit tidur, suka menyendiri, berbohong dan gugup

c. Reaksi pikiran yaitu: merasa kebingungan, sulit berkonsentrasi, kehilangan harapan, sering berfikir negatif dan jenuh

d. Reaksi emosi yaitu : mudah marah, takut, cemas, tidak merasakan kepuasan, dan mudah panik.

2. Keyakinan Diri Akademik

Keyakinan Diri Akademik merujuk pada konsep self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura. Keyakinan diri akademik pada penelitian merupakan tingkat keyakinan diri peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung terhadap tugas yang peserta didik mampu menyelesaikan. Serta kuat atau lemahnya keyakinan diri akademik peserta didik terhadap potensi yang mereka miliki, dalam hal ini adalah potensi akademik.

Keyakina diri akademik merupakan suatu keadaan dimana seseorang ( peserta didik) meyakini dan percaya bahwa dirinya mampu melakukan suatu hal dalam hal ini adalah masalah akademik secara efektif. Keyakinan diri akademik dapat


(25)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempengaruhi pola fikir dan reaksi emosional dari peserta didik itu sendiri. peserta didik yang memiliki keyakina diri akademik yang rendah akan mempersepsikan suatu kondisi jauh lebih sulit daripada kenyataan yang sebenarnya sehingga peserta didik tersebut akan rentan untuk mengalami gejala stres akademik. Sedangkan jika peserta didik tersebut memiliki keyakian diri akademik yang tinggi, keyakinan tersebut akan membantu peserta didik menciptakan perasaan yang tenang dalam menghadapi tugas akademik maupun kondisi yang dirasakan sulit oleh peserta didik. Berdasarkan definisi keyakinan diri akademik diatas, maka aspek penelitiannya mencakup:

a. Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude atau level)

Aspek Magnitude merujuk pada tingkat kesulitan tugas atau masalah yang diyakini oleh peserta didik dapat terselesaikan sebagai suatu hasil dari persepsi tentang kompetensi yang ada dalam dirinya. Didalam konsep keyakinan diri akademik, aspek magnitude berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas akademik yang diyakini peserta didik mampu untuk diselesikan dengan sangat baik. Peserta didik biasanya akan mencoba tugas yang dirasa mampu untuk diselesaikan pada saat peserta didik dihadapkan pada tugas akademik yang tersusun menurut tingkat kesulitan tertentu. b. Tingkat Keluasan ( Generality)

Aspek generality berkaitan dengan tingkat keluasan penguasaan peserta didik terhadap tugas-tugas atau masalah dalam kondisi tertentu. Pada konsep keyakinan diri akademik, aspek generality berkaitan dengan kuluasan bidang ilmu pengetahuan yang diyakini dapat dikuasai oleh peserta didik dalam menyelesaikan semua tugas akademik yang dihadapinya. Peserta didik dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki keyakinan diri akademik pada berbagai bidang akademik atau hanya pada beberapa bidang akademik saja. Peserta didik dengan keyakinan diri akademik tinggi akan mampu menguasai hampir semua bidang akademik, sedangkan peserta didik yang memiliki keyakinan diri akademik rendah, hanya mampu menguasai sebagian dari bidang akademik.


(26)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Kekuatan (Strength)

Aspek strength merujuk kepada tingkat kekuatan atau kelemahan dari tingkat keyakinan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dipersepsinya. Aspek

strength merupaka aspek yang mampu mengungkap kuat atau lemahnya keyakinan

diri peserta didik terhadap kompetensi yang dipersepsikan terhadap menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dirasakan sulit oleh peserta didik. Dimensi strength berkaitan dengan keyakinan diri peserta didik bahwa dirnya akan mampu berhasil dengan baik dalam mengerjakan tugas-tugas akademik yang dicerminkan dalam semangat juang yang tinggi dan tidak putus harapan. Keyakinan diri akademik peserta didik yang kuat akan menjadi dasar yang paling utama bagi peserta didik dalam melakukan usaha-usaha yang keras.

D. Instrument Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua data yang perlu diteliti yaitu data mengenai stres akademik dan data mengenai keyakinan diri akademik. Cara yang dilakukan untuk mengungkap data stres akademik dan keyakinan diri akademik yaitu dengan menyebarkan instrument yang berbentuk kuesioner. Untuk instrument stres akademik peneliti menggunakan instrument yang telah dikembangkan oleh Rhabi Nabilah.

1. Instrument Stres Akademik Peserta Didik

a. Pengembangan Kisi-kisi instrument stres akademik peserta didik Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrument Stres Akademik Peserta Didik (sebelum judgement)

Variable Aspek Indikator

Nomor item Positif (+) Negative


(27)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variable Aspek Indikator

Nomor item Positif (+) Negative

(-) Stres Akademik Pada Peserta Didik Fisik 1. Denyut jantung meningkat 2. Sakit kepala 3. Sering buang

air kecil 4. Menggenggam

benda dengan erat

5. Kelelahan fisik

1,2,3 7,8 11,12,13 17,18,19 23,24,25 4,5,6 9,10 14,15,16 20,21,22 26,27,28 Perilaku 1. Menggerutu 2. Sulit tidur 3. Suka menyendiri 4. Berbohong 5. gugup 29,30,31 35,36,37,38 43,44,45 49,50,51 55,56,57 32,33,34 39,40,41,42 46,47,48 52,53,54 58,59,60 Pikiran 1. merasa kebingungan 2. sulit berkonsentrasi 3. kehilangan harapan 4. berfikir negative 5. jenuh ( merasa

tidak memiliki semangat hidup) 61,62 65,66 69,70,71 75,76,77 81,82,83 63,64 67,68 72,73,74 78,79,80 84,85,86

Emosi 1. takut

2. mudah marah 3. tidak

merasakan kepuasan 4. cemas 5. mudah panik

87,88,89 93,94 97,98,99 103,104,105 109,110,111 90,91,92 95,96 100,101,102 106,107,108 112,113,114


(28)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pedoman Penyekoran

Instrument yang dipergunakan oleh peneliti menggunakan skala sering (S), Kadang-kadang (K), dan Tidak pernah (TP).

1) Untuk pilihan jawaban tidak pernah ( TP) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 3 pada pernyataan negatif.

2) Untuk pilihan jawaban kadang-kadang (KK) memiliki skor 2 pada pernyataan positif dan juga negatif.

3) Untuk pilihn jawaban sering (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

Tabel 3.3

Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik ( Sebelum Judgement)

Pernyataan Skor Alternative

S KK TP

Positif (+) 3 2 1

Negative (-) 3 2 3

c. Uji Coba Alat Pengumpul Data 1) Uji kelayakan instrumen

Instrument gejala stres akademik peserta didik yang akan dipakai untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrument untuk meyakinkan bahwa instrument tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian. Uji kelayakan tersebut meliputi kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan teori, konstruk instrument, segi bahasa yang dipakai dalam penyusunan pernyataan instrument serta landasan teoritis yang menjadi acuan dalam penyusunan instrument.


(29)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrument penelitian yang akan dipergunakan ditimbang kelayakannya oleh tiga dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu: Dr. Nani M. Sugandi,M.Pd;, Dra. S. A. Liliy Nurillah,M.Pd; Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad

Tabel 3.4

Hasil Penimbangan Instrument Gejala Stres Akademik Hasil

Penimbangan Pakar

Nomor Item Jumlah

Dipakai

3,7,8,11,24,29,43,49,51,61,65,69,70,81,82,83,87,88 ,89,

103,104,105 23

Direvisi

1,2,12,13,17,18,23,25,30,31,35,36,38,44,50,55,56,5

7,62,66,71,75,76,77,93,94,97,98,109,110,111 31

Dibuang

4,5,6,9,10,14,15,16,19,20,21,22,26,27,28,32,33,34, 37,3940,41,42,46,47,48,52,53,54,58,59,60,63,64,67 ,68,72,73,

74,78,79,80,84,85,86,90,91,92,95,96,99,100,101,10 2,106107,108,112,113,114

60

Dari hasil penimbangan oleh tiga dosen menunjukan hasil sebanyak 23 pernyataan dari instrument dapat dipergunakan langsung, 31 pernyataan perlu revisi, dan sebanyak 60 pernyataan tidak layak untuk digunakan. Sehingga kriteria penyekoran berubah menjadi;

Tabel 3.5

Kriteria Penyekoran Instrument Gejala Stres Akademik ( Setelah Judgement )

Pernyataan Skor Alternatif Respon

Negative (-) S KK TP


(30)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan uji kelayakan oleh tiga dosen ahli maka didapatkan sejumlah 54 item yang layak untuk dipergunakan dalam penelitian.

b. Uji keterbacaan

Instrument gejala stres akademik peserta didik diuji keterbacaan oleh 5 orang peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung untuk mengukur keterbacaan instrument. Uji keterbacaan dilakukan aoleh peneliti dengan tujuan untuk memperbaiki kata-kata yang sulit dipahami oleh subjek peneliti. Setelah uji keterbacaan penyataan-pernyatan yang tidak dipahami kemudian direvisi sehingga mampu untuk difahami oleh peserta didik.

2. Instrument Keyakina Diri Akademik

a. Pengembangan kisi-kisi instrument Keyakina Diri Akademik

Angket untuk mengukur keyakinan diri akademik peserta didik berpedoman pada skala self-efficacy yang dikembangkan oleh Bandura dalam jurnalnya “Guide

For Constructing Self-Efficacy Scales” (Bandura, 2006:312-314). Angket keyakinan diri akademik disusun berdasarkan tiga aspek dari self efficacy yaitu aspek magnitude, aspek generality, dan aspek strength. Angket keyakinan diri akademik disusun dengan alternatif respon subjek dalam skala 11 dengan interval 0-100, dimulai dari 0 (tidak yakin melakukan), 50 (cukup yakin untuk melakukannya), 100 (sangat yakin untuk melakukannya). Sementara jarak antara satu interval dengan interval yang lain adalah 10 dan pengurutan dilakukan dari nilai yang terendah (0) sampai dengan nilai tertinggi (100). Berikut adalah format respon dari skala

self-efficacy yang dijadikan acuan oleh peneliti

Tabel 3.6


(31)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak sanggup melakukan cukup mampu melakukan sangat mampu melakukan Angka 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, berfungsi untuk mewakili 11 alternatif jawaban.

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrument Keyakinan Diri Akademik ( Sebelum Judgement)

Aspek Indikator No item Ƹ

A.Magnitude atau

Level

1. Minat pada penyelesaian tugas yang sulit

1.2.3.4

4 2. Menetapkan rencana tindakan yang

tepat dalam menghadapi tuntutan akademik sebagai peserta didik

5,6,7,8,9,

10 6

3. memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban.

11,12,13,

14 4

4. berwawasan optimis terhadap potensi yang dimiliki

15,16,17, 18,19,20, 21

7 B. Generality 1. Yakin mampu menguasai berbagai

bidang akademik dalam menyelesaikan tugas sekolah

22,23,24,

25 4

2. menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan akademik

26,27,28,

29,30 5

3. mampu menyelesaikan tugas sekolah apapun bentuk tugas yang diberikannya

31,32,33,

34,35 5

4. menampilkan sikap yang

menunjukan keyakinan diri pada seluruh proses pembelajaran

36,37,38, 39,40,41, 42,43

8 C. Strength 1. Memiliki keyakinan diri yang kuat

terhadap potensi diri dalam menyelesaikan tugas akademik

44,45,46,

47,48 5

2. memiliki semangat juang ketika mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik

49,50,51,


(32)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek Indikator No item Ƹ

3. memiliki ketekunan untuk mengerjakan tugas sekolah

53,54,55,

56,57 5

4. komitmen untuk menyelesaikan tugas akademik dengan baik

58,59,60,

61 4

b. Uji Coba Pengumpul Data 1. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum dipergunakan oleh peneliti, terlebih dahulu instrument diuji kelayakannya oleh 3 dosen PPB yaitu Dr. Hj. Anne Hafina,M.Pd; Dra. S. A. Liliy Nurillah,M.Pd; Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad. Uji kelayakan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrument dari segi bahasa yang dipergunakan, konstruk yang dipakai, dan redaksi.

Hasil penimbangan dari dosen ahli disimpulkan sebagai berikut (hasil judgement dosen terlampir).

Tabel 3.8

Hasil Penimbangan Instrument Keyakinan Diri Akademik Hasil

Penimbangan Pakar

Nomor Item Jumlah

Dipakai

1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,13,14,16,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,29,34,37,38,39,40,42,45,46,50,51, 52,53,54,55,56,57,

58,59,60,61

43

Direvisi

5,9,15,17,18,28,30,31,32,33,35,36,41,43,44,47,

48,49, 18

2. Uji Keterbacaan

Instrument keyakinan diri akademik peserta didik diuji keterbacaan oleh 5 orang peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung untuk mengukur keterbacaan


(33)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrument. Uji keterbacaan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperbaiki kata-kata yang sulit dipahami oleh subjek peneliti. Setelah uji keterbacaan penyataan-pernyatan yang tidak dipahami kemudian direvisi sehingga mampu untuk difahami oleh peserta didik.

3. Uji Validitas Dan Realibilitas a) Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian meliputi seluruh item yang terdapat dalam instrument yang digunakan untuk mengungkap gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik peserta didik kelas X. Uji validitas dilakukan oleh peneliti untuk mengukur tingkat keandalan suatu alat ukur. Instrumen yang valid menunjukkan bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Riduwan, 2006: 97).

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan SPSS 20 for windows. Validitas dilakukan dengan prosedur pengujian Spearman’s rho atau rank difference

correlation, dengan rumus sebagai berikut:

Rhoxy =1 - (Arikunto, 2003: 321)

Keterangan:

Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek) N : Banyaknya subjek

Hasil uji validitas instrument stres akademik yang terdiri dari 54 item pernyataan, menunjukkan 53 item valid dan 1 item tidak valid.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Instrumen Stres Akademik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 54


(34)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dibuang 1

Hasil uji validitas instrument keyakinan diri akademik yang terdiri dari 61 item pernyataan, didapatkan hasil 33 item valid dan 28 item tidak valid.

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen Keyakinan Diri Akademik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 61

Dipakai 33

Dibuang 28

b)Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument akan menunjukan sejauhmana instrument yang dipakai tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Instrument yang berkualitas adalah instrument yang menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil (Azwar, 2012: 111). Instrument yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi menunjukan konsistensi instrument dari waktu kewaktu, data yang diperolehpun akan tetap sama meskipun beberapa kali diambil dalam waktu yang tidak sama.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for

windows dengan metode Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

[ ] [ ] (Riduwan, 2006: 116)

Keterangan:

= Nilai reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item

Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah sebagai berikut:


(35)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah 0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah 0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang 0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutukan peneliti dalam penelitiannya yaitu data mengenai stres akademik dan data mengenai keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung. Data mengenai stres akademik peserta didik dan data mengenai keyakinan diri akademik diperoleh dari penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti.

Langkah-langkah dalam pengumpulan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan kelengkapan instrumen yang akan dibagikan kepada peserta didik serta menjelaskan petunjuk pengerjaannya

2. Mengecek kondisi kesiapan peserta didik

3. Peneliti membacakan petunjuk pengerjaan dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan

4. Peneliti mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi oleh peserta didik serta mengecek ulang kelengkapan instrument beserta lembar jawabannya.

F. Analisis data 1. Verifikasi data

Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk memilah data yang layak untuk diolah dengan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verivikasi data yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahapan verifikasi yaitu:

a. Mengecek jumlah instrument yang akan disebar serta jumlah instrument yang disebar harus sesuai dengan jumlah instrument yang dikumpulkan


(36)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Merekap data yang telah diperoleh dari hasil penelitian serta memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pengelompokan Dan Penafsiran Data Gejala Stres Akademik Dan Keyakinan Diri Akademik

Kategori jenjang pada instrument gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik akan dikelompokan oleh peneliti kedalam tiga tingkatan yaitu kategori tinggi, kategori sedang dan kategori rendah. Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrument gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik peserta didik berdasarkan Furqon (2008: 24) dilakukan sebagai berikut

1. Menghitung jumlah item stres akademik dan keyakinan diri akademik

2. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban dari butir pernyataan yang dijawab oleh responden

3. Mencari satuan deviasi standar dengan menggunakan rumus mencari standar deviasi pada micrososft excel 2010(= STDEV), hasil yang diperoleh (σ = 12,88) untuk stres akademik dan (σ = 317,5)

Setelah diketahui nilai deviasi dan nilai mean teoritis, maka dapat dilakukan penentuan kriteria kompetensi karir dengan menggunakan tabel selang interval kategori seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.11

Kategorisasi Gejala Stres Akademik Dan Keyakinan Diri Akademik SMA N 19 Bandung

Skala Skor Kategori

X > (μ - 1,0 σ) Rendah

(μ - 1,0 σ) ≤ X ≤ (μ + 1,0 σ) Sedang

X ≤ (μ + 1,0 σ) Tinggi

Hasil perhitungan sesuai dengan table 3.11 diatas dapat dilihat pada tabel berikut:


(37)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.12

Hasil Perhitungan Kategorisasi Gejala Stres Akademik SMA N 19 Bandung

Skala Skor Kategori

X≤ 93 Rendah

93< X <114 Sedang

X ≥ μ + 1.0 ơ 114 Tinggi

Tabel 3.13

Hasil Perhitungan Keyakinan Diri Akademik SMA N 19 Bandung

Skala Skor Kategori

X≤ 3216 Rendah

3216< X <3851 Sedang

X≥ 3851 Tinggi

Hasil dari pengolahan kedua instrument menjadi landasan bagi peneliti untuk membuat sebuah layanan dasar dengan mengelompokan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 3. 14

Interprestasi Skor Kategori Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kategori Gejala Stress

Akademik

Interpretasi Gejala Stres Akademik

Tinggi

(X ≥ 114)

Peserta didik yang mengalami stres akademik pada kategori tinggi diartikan bahwa peserta didik tersebut mengalami gejala stres akademik pada semua aspek dan indikator pada gejala stres akademik

Gejala Stres Akademik Sedang (93- 114)

Peserta didik yang mengalami gejala stres akademik pada kategori sedang dapat diartikan bahwa peserta didik tersebut mengalami gejala


(38)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Gejala Stress Akademik

Interpretasi

stres akademik pada sebagian aspek dan indikator dari gejala stres akademik.

Gejala Stres Akademik Rendah

(X <93)

Peserta didik yang mengalami gejala stres akademik pada kategori rendah dapat diartikan bahwa peserta didik tersebut mengalami gejala stres akademik pada sebagian kecil dari aspek dan indikator gejala stres akademik

Tabel 3. 15

Interprestasi Skor Kategori keyakinan diri Akademik Peserta Didik Kategori Gejala Stres

Akademik

Interpretasi Keyakinan Diri

Akademik Tinggi

(X ≥ 3851)

Peserta didik yang berada pada tingkat keyakinan diri akademik tinggi dapat terlihat dari aktivitas akademik mereka yang tinggi seperti mampu menguasai lebih dari 60% materi pelajaran dan memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi akademik yang dimiliki

Keyakinan Diri Akademik Sedang

(3216-3851)

Peserta didik yang berada pada tingkat keyakinan diri akademik sedang memiliki penguasaan materi dari 40%- 60% materi pelajaran dan memiliki keyakina diri yang sedang terhadap potensi akademik yang dimiliki Keyakinan Diri

Akademik Rendah (X <3216)

Peserta didik yang berada pada tingkat keyakina diri akademik rendah memiliki penguasaan materi dibawah 40% dan memiliki keyakina diri


(39)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Gejala Stres Akademik

Interpretasi

akademik yang sedang terhadap potensi akademik yang dimiliki.

3. Menganalisis Koefisien Korelasi

Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (stres akademik) dengan variabel terikat Y (keyakinan diri akademik). Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Spearman Rank dengan rumus sebagai berikut:

= 1

(Riduwan, 2006: 134)

Keterangan:

= nilai korelasi Spearman Rank = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 < n < 30)

Perhitungan koefisien korelasi pada penelitian menggunakan program SPSS 20

for windows. Hubungan antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.16

Interpretasi Koefisien Korelasi (Riduwan & Sunarto, 2006: 81) Interval Koefisien Kategori

0,80 – 1,000 Sangat kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat rendah


(40)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah ada signifikansi antara variabel X dengan variabel Y. Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus:

=

(Riduwan, 2006: 139)

Apabila > , maka ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Apabila < , maka tidak ada hubungan signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

5. Uji Determinasi

Uji Determinasi dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh variabel X (stres akademik) terhadap Y (keyakina diri akademik), dengan rumus sebagai berikut:

KP = x 100% (Riduwan & Sunarto, 2006: 83)

G.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terbagi menjadi tiga langkah, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan.

1. Persiapan

a. Studi pendahuluan di SMA N 19 Bandung yang dilaksanakan saat peneliti pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

b. Peneliti membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen pengampu mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling.

c. Peneliti mengajukan permohonan kepada tingkat fakultas untuk pengangkatan dosen pembimbing.

d. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang selanjutnya surat izin penelitian disampaikan kepada pihak SMA N 19 Bandung.


(41)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Peneliti membuat instrumen penelitian gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik berikut penimbangannya kepada tiga dosen ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan data gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik dengan menyebarkan instrumen kepada peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Mengolah data untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik

c. Mengolah dan menganalisis data dari hasil instrumen yang telah disebarkan untuk mendapatkan gambaran umum gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik peserta didik.

d. Membuat program bimbingan akademik berdasarkan hasil analisis gejala stres akademik dan keyakinan diri akademik.

3. Pelaporan

Tahapan pelaporan meliputi analisis keseluruhan dari hasil kegiatan, yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (skipsi).


(42)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 mengenai stres akademik, keyakinan diri akademik, dan hubungan antara keduanya, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum gambaran stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 sebagian besar peserta didik berada pada kategori sedang, baik dilihat berdasarkan gambaran umum, gambaran peraspek, maupun gambaran dari indikator. Artinya peserta didik yang berada pada kategori sedang diasumsikan bahwa mereka mengalami gejala stres akademik hanya pada sebagian indikator dari aspek dan indikator gejala stres akademik.

2.Secara umum, keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 peserta didik berada pada kategori sedang dari semua aspek dan indikator yang telah ditetapkan Artinya peserta didik yang berada pada kategori sedang diasumsikan bahwa mereka memiliki keyakinan diri akademik hanya pada sebagian indikator dari aspek dan indikator keyakinan diri akademik.

3.Terdapat korelasi sebesar -,397 antara stres akademik dengan keyakinan diri akademik, artinya apabila terjadi peningkatan pada stres akademik maka akan diikuti dengan penurunan pada keyakinan diri akademik peserta didik.

B. Rekomendasi


(43)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru BK dapat menjadikan program bimbingan akademik sebagai pedoman untuk membantu peserta didik dalam mengelola stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung.

b. Guru BK dapat menggunakan Teknik Stress Inoculation Training untuk Menangani Stres Akademik Siswa SMA, Teknik ini dikembangkan oleh Meichenbaum dan Cameron(1973)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Faktor lain yang mempengaruhi stres akademik pada peserta didik yang tidak diteliti dalam penelitian, dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diantaranya adalah:

a. Mengembangkan penelitian yang lebih luas mengenai stres akademik dan keyakinan diri akademik seperti dilihat dari jenis kelamin dan jenjang kelas

b. Mengembangkan penelitian pada pada berbagai jurusan di Sekolah Menengah Atas seperti jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

c. Mengembangkan penelitian bukan hanya pada jenjang Sekolah Menengah Atas saja, tetapi dilakukan pada jenjang yang setara lainnya seperti Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah/pesantren


(44)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

---. (2010). Waspada Bunuh Diri di Kalangan Remaja.[online]. Tersedia: http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/28/196/298637/waspada-bunuh-diri-di-kalangan-remaja (diakses: 6 November 2013).

Arikunto Cipta,Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar,S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in Changing Society. New York: Cambridge University Press.

Bandura,A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam Self Efficacy

Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). SK Mentri Pendidikan &

Kebudayaan No. 025/D/1995. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan

Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:

Depdikbud. (2008)

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konselingdalam jalur Pendidikan Profesional. Bandung:

Depdiknas.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hendy. (2010). Seorang Siswi Bunuh Diri karena tidak Lulus UN. [Online]. Tersedia: http://hendynoize.net/2010/04/28/hot-info-seorang-siswa-bunuh-diri-karena-tidak-lulus-un/ (diakses 6 November 2013).

Lazarus,R.S., & Folkam,S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.


(45)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matheny, B & Carty. (2001). Prescription For Stress. USA: New Harbinger Publications.

Nasution, Indri K. (2008). Stres pada Remaja. [Online]. Tersedia: http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/132316815(1).pdf ( diakses 6 November 2013).

Nabilah, Rhabi. (2013). Profil Stres Akademik Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga

Peserta Didik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. ( Tidak Diterbitkan).

Nurakhman, Arif. (2009). Program Bimbingan Untuk Mengelola Stress Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. ( Tidak diterbitkan).

Nurdini, Khamisah. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dalam Mereduksi

Stress Akademik Siswa SMK. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak

diterbitkan).

Nurihsan, A. Juntika (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Nurmalasari, Yuli. (2011). Efektivitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani

Stres Akademik Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan).

Pajares, F. (1996). “ Self Efficacy Beliefs in Academic Settings” Review of Educational Research. 66,(4),544-578.

Pujiati,I.N. (2010). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandunng: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizki Press.

Safaria, Triantoro dan Saputra, Nofrans E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Santrock, J.W. (2007). Remaja( Edisike sebelas). Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta (2007). Jakarta: Erlangga.


(46)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology:Biopsychological Interaction.New York: John Wiley & Son.

Schunk, D.H. dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences. Dalam Self- Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing. Sestia, Noni Lara. (2011). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas dengan

Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 di Kelas Internasional SMP Negeri 1 Medan: Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Sumatra Utara ( Tidak

Diterbitkan). [Online] Tersedia:

http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/2551 (diakses 6 November 2013).

Setiawati, Tia. (2011). Program Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan

Manajemen Stres Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Jurusan PPB FIP

UPI. (Tidak diterbitkan).

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta.

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek ( Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa). Bandung: Maestro.

Suryani, Yani. (2012). Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa Mengelola Stres Sekolah. Tesis Jurusan BK Pascasarjana

UPI. ( Tidak diterbitkan).

Wahyuningsih, Wulan. (2011). Stress Akademik Dan Strategi Pengelolaannya

Terhadap Siswa SMP Program Akselerasi dan Kelas Reguler. Skripsi Jurusan

PPB-FIP UPI. (Tidak Diterbitkan).

Walker, Joyce. (2005). Teens in Distres Series Adolescent Stres and Depression.

University of Minnesota. [online]. Tersedia:

http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/da3083.html (diakses: 6 Oktober 2013).


(47)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wisantya, Nurmalitasari. (2010). Stres pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari

Efikasi Diri Akademik dan Jenis Kelamin. Diambil pada tanggal 4 November

2013 dari http://eprints.undip.ac.id

Yusuf LN, Syamsu dan Juntika, Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Yusuf LN, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Maestro.

Yusuf, S. ( 2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(1)

91

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 mengenai stres akademik, keyakinan diri akademik, dan hubungan antara keduanya, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum gambaran stres akademik peserta didik kelas X SMA N

19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 sebagian besar peserta didik berada pada kategori sedang, baik dilihat berdasarkan gambaran umum, gambaran peraspek, maupun gambaran dari indikator. Artinya peserta didik yang berada pada kategori sedang diasumsikan bahwa mereka mengalami gejala stres akademik hanya pada sebagian indikator dari aspek dan indikator gejala stres akademik.

2.Secara umum, keyakinan diri akademik peserta didik kelas X SMA N

19 Bandung tahun ajaran 2013/2014 peserta didik berada pada kategori sedang dari semua aspek dan indikator yang telah ditetapkan Artinya peserta didik yang berada pada kategori sedang diasumsikan bahwa mereka memiliki keyakinan diri akademik hanya pada sebagian indikator dari aspek dan indikator keyakinan diri akademik.

3.Terdapat korelasi sebesar -,397 antara stres akademik dengan

keyakinan diri akademik, artinya apabila terjadi peningkatan pada stres akademik maka akan diikuti dengan penurunan pada keyakinan diri akademik peserta didik.

B. Rekomendasi


(2)

92

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru BK dapat menjadikan program bimbingan akademik sebagai pedoman untuk membantu peserta didik dalam mengelola stres akademik peserta didik kelas X SMA N 19 Bandung.

b. Guru BK dapat menggunakan Teknik Stress Inoculation Training untuk Menangani Stres Akademik Siswa SMA, Teknik ini dikembangkan oleh Meichenbaum dan Cameron(1973)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Faktor lain yang mempengaruhi stres akademik pada peserta didik yang tidak diteliti dalam penelitian, dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diantaranya adalah:

a. Mengembangkan penelitian yang lebih luas mengenai stres

akademik dan keyakinan diri akademik seperti dilihat dari jenis kelamin dan jenjang kelas

b. Mengembangkan penelitian pada pada berbagai jurusan di Sekolah

Menengah Atas seperti jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

c. Mengembangkan penelitian bukan hanya pada jenjang Sekolah

Menengah Atas saja, tetapi dilakukan pada jenjang yang setara lainnya seperti Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah/pesantren


(3)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

---. (2010). Waspada Bunuh Diri di Kalangan Remaja.[online]. Tersedia: http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/28/196/298637/waspada-bunuh-diri-di-kalangan-remaja (diakses: 6 November 2013).

Arikunto Cipta,Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar,S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in Changing Society. New York: Cambridge University Press.

Bandura,A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam Self Efficacy

Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). SK Mentri Pendidikan &

Kebudayaan No. 025/D/1995. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan

Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:

Depdikbud. (2008)

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konselingdalam jalur Pendidikan Profesional. Bandung:

Depdiknas.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hendy. (2010). Seorang Siswi Bunuh Diri karena tidak Lulus UN. [Online]. Tersedia: http://hendynoize.net/2010/04/28/hot-info-seorang-siswa-bunuh-diri-karena-tidak-lulus-un/ (diakses 6 November 2013).

Lazarus,R.S., & Folkam,S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.


(4)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matheny, B & Carty. (2001). Prescription For Stress. USA: New Harbinger Publications.

Nasution, Indri K. (2008). Stres pada Remaja. [Online]. Tersedia: http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/132316815(1).pdf ( diakses 6 November 2013).

Nabilah, Rhabi. (2013). Profil Stres Akademik Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga

Peserta Didik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. ( Tidak Diterbitkan).

Nurakhman, Arif. (2009). Program Bimbingan Untuk Mengelola Stress Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. ( Tidak diterbitkan).

Nurdini, Khamisah. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dalam Mereduksi

Stress Akademik Siswa SMK. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak

diterbitkan).

Nurihsan, A. Juntika (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Nurmalasari, Yuli. (2011). Efektivitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani

Stres Akademik Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. (Tidak diterbitkan).

Pajares, F. (1996). “ Self Efficacy Beliefs in Academic Settings” Review of

Educational Research. 66,(4),544-578.

Pujiati,I.N. (2010). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandunng: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizki Press.

Safaria, Triantoro dan Saputra, Nofrans E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Santrock, J.W. (2007). Remaja( Edisike sebelas). Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta (2007). Jakarta: Erlangga.


(5)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology:Biopsychological Interaction.New York: John Wiley & Son.

Schunk, D.H. dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences. Dalam Self- Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing. Sestia, Noni Lara. (2011). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas dengan

Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 di Kelas Internasional SMP Negeri 1 Medan: Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Sumatra Utara ( Tidak

Diterbitkan). [Online] Tersedia:

http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/2551 (diakses 6 November 2013).

Setiawati, Tia. (2011). Program Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan

Manajemen Stres Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Jurusan PPB FIP

UPI. (Tidak diterbitkan).

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta.

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek ( Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa). Bandung: Maestro.

Suryani, Yani. (2012). Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa Mengelola Stres Sekolah. Tesis Jurusan BK Pascasarjana

UPI. ( Tidak diterbitkan).

Wahyuningsih, Wulan. (2011). Stress Akademik Dan Strategi Pengelolaannya

Terhadap Siswa SMP Program Akselerasi dan Kelas Reguler. Skripsi Jurusan

PPB-FIP UPI. (Tidak Diterbitkan).

Walker, Joyce. (2005). Teens in Distres Series Adolescent Stres and Depression.

University of Minnesota. [online]. Tersedia:

http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/da3083.html (diakses: 6 Oktober 2013).


(6)

Deri Meigawati, 2014

Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wisantya, Nurmalitasari. (2010). Stres pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari

Efikasi Diri Akademik dan Jenis Kelamin. Diambil pada tanggal 4 November

2013 dari http://eprints.undip.ac.id

Yusuf LN, Syamsu dan Juntika, Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Yusuf LN, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Maestro.

Yusuf, S. ( 2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.