HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN.
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI
DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Meirani Kristianti
NIM 0802728
DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI
DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Oleh
Meirani Kristianti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas IlmuPendidikan
© Meirani Kristianti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
RiskaTyasPerdani 0802720
HUBUNGAN ANTARAMOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG BEKERJA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBINGI,
Drs. MIF Baihaqi, M.Si. NIP: 19621208 198803 1 001
PEMBIMBING II,
HelliIhsan, S.Ag.,M.Si. NIP: 19750912 200604 1 002
Diketahui oleh, Ketua Departemen Psikologi
Drs. H.M Engkos Kosasih, M.Pd NIP: 19611002 198403 1 004
(4)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN PADA: Hari, tanggal :Rabu, 12 Agustus 2015
Waktu : 11.00 – 12.00
Tempat :Ruang 1.07 Lt. 1 Gedung FIP UniversitasPendidikan Indonesia
Para PengujiTerdiri Dari:
PengujiI,
Dra.SW. Indrawati,M.Pd., Psi. NIP: 19501010 198002 2 001
Penguji II,
Drs. MIF Baihaqi, M.Si. NIP: 19621208 198803 1 001
Penguji III,
Sri Maslihah, M.Psi., Psi. NIP: 19700726 200312 2 001
Tanggungjawabyuridisadapada: Peneliti
(5)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v ABSTRAK
Meirani Kristianti (0802728). Hubungan antara Perilaku Agresif dengan Coping Strategy pada Remaja yang Mengikuti Kegiatan Beladiri Ditinjau dari Frekuensi Latihan. Skripsi. Departemen Psikologi UPI Bandung (2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ditinjau dari frekuensi latihan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 60 orang anggota ekstrakurikuler beladiri di SMA Negeri 1 Cimahi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner perilaku agresif disusun berdasarkan pada teori Buss & Perry (1992) yang terdiri dari 30 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,939. Kuisioner Coping strategy disusun berdasarkan teori Lazarus & Folkman (1986) dan merupakan adaptasi dari Ways of Coping Questionnaire, serta terdiri dari 31 item dengan reliabilitas 0,894. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi spearman’s rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari sampel memiliki tingkat perilaku agresif yang tinggi, dan dipengaruhi oleh jarang atau seringnya frekuensi latihan yang dilakukan, koefisien korelasi antara problem-focused coping dengan perilaku agresif menghasilkan nilai 0,161 pada tingkat signifikasi 0,220(>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungannya sangat rendah dan tidak berarti. Sedangkan koefisien korelasi antara emotion-focused coping dengan perilaku agresif menghasilkan nilai 0,291 dengan signifikansi 0,024(<0,05) yang berarti memiliki hubungan cukup signifikan.
Kata Kunci: Perilaku Agresif, Agresi, Coping Strategy, Problem-Focused Coping, Emotion-Focused Coping, Remaja, Beladiri, Frekuensi Latihan
(6)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi ABSTRACT
Meirani Kristianti (0802728). The Relation between Aggressive Behavior with Coping Strategy on Adolescents who Attend Martial Arts Activities in terms of Practices Frequency.
Undergraduate thesis. Psychology Department. UPI Bandung (2015)
The purpose of this study is to understand the relationship between aggressive behaviors with coping strategy on adolescents who attend martial arts activities in terms of practices frequency. The samples in this study consist of 60individuals who attends the martial arts extracurricular at SMAN 1 Cimahi. The data were taken by using two questionnaires. The Aggressive Behavior questionnaire were composed using the aggression theory by Buss and Perry (1992), involving 30 items and with 0.939 points of reliability. The Coping Strategy questionnaire were composed and adapted from the Ways of Coping Questionnaire made by Lazarus and Folkman (1986), which is involving 31 items with 0,894 points of reliability. This study was using the spearman’s rank correlations analysis path. Results of this study showed that most of the adolescent from the samples have a high degree of aggressive behavior which is influenced by the low practices frequency. The correlation coefficients between the problem-focused coping with aggressive behavior was obtaining 0,161 points and which means that the relation between problem-focused coping with 0,220(>0,05) siginificancy points which is showing that there’s no relation between problem-focused coping and aggressive behavior. The emotion-focused coping and aggressive behavior showed 0,291 points with 0,024(<0,05) siginificancy points, and which means that there’s a relation between emotion-focused coping and aggressive behavior and rated low.
Keywords: aggressive behavior, coping strategy, problem-focused coping, emotion-focused coping, adolescence, martial arts
(7)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
UCAPAN TERIMA KASIH... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Sstematika Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A.Agresi ... 8
1. Pengertian Agresi ... 8
2. Teori-teori Agresi ... 8
(8)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xi
4. Tipe-tipe Agresi ... 14
5. Penanggulangan Perilaku Agresif ………..……16
B.Coping Strategy ... 17
1. Pengertian Coping Strategy ... 17
2. Jenis-jenis Coping Strategy ... 18
3. Sumber Coping Strategy ... 20
C.Remaja ... 21
1. Perkembangan Remaja ... 21
2. Ciri-ciri Masa Remaja... 21
D.Olahraga Beladiri ... 25
1. Pengertian Olahraga Beladiri ... 25
2. Jenis-Jenis Olaahraga Beladiri ... 25
E.Frekuensi Latihan ... 26
F. Kerangka Berpikir ... 26
G.Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Desain Penelitian ... 30
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel penelitian ... 30
1. Lokasi Penelitian ... 30
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
C. Variabel Penelitian ... 31
D. Definisi operasional ... 31
(9)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xii
2. Definisi Operasional Strategi Coping ... 32
E. Instrumen Penelitian ... 33
1. Instrumen Perilaku Agresif ... 34
2. Instrumen Coping Strategy ... 35
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 38
1. Validitas dan Analisis Item... 37
2. Reliabilitas Instrumen ... 39
G. Kategorisasi Skala ... 39
1. Kategorisasi skala frekuensi latihan ... 39
2. Kategorisasi skala perilaku agresif ... 40
3. Kategorisasi skala coping strategy ... 40
H. Analisis Data ... 41
I. Prosedur Penelitian ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 45
A. Hasil dan Pembahasan ... 45
1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Remaja yang Mengikuti Kegiatan Beladiri ditinjau dari Frekuensi Latihan ... 45
2. Gambaran Strategi Coping Remaja yang Mengikuti Kegiatan Beladiri ditinjau dari Frekuensi Latihan ... 49
3. Hubungan Antara Perilaku Agresif dengan Strategi Coping pada Remaja yang Mengikuti Kegiatan Beladiri ditinjau dari Frekuensi Latihan ... 55
(10)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xiii
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN 1 – ADMINISTRASI LAMPIRAN 2 – INSTRUMEN DAN DATA DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Agresif ... 34
Tabel 3.2 Pola Penilaian Instrumen Perilaku Agresif ... 35
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instumen Coping Strategy ... 36
Tabel 3.4 Pola Penilaian Instrumen Coping Strategy ... 37
Tabel 3.5 Kategorisasi Skala Frekuensi Latihan ... 40
Tabel 3.6 Kategorisasi Skala Instrumen Perilaku Agresif ... 40
Tabel 3.7 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 42
Tabel 4.1 Gambaran Perilaku Agresif ... 45
Tabel 4.2 Gambaran Remaja yang Mengikuti Beladiri ... 46
Tabel 4.3 Hubungan Frekuensi Latihan dengan Perilaku Agresif ... 47
Tabel 4.4 Perhitungan koefisien kontingensi, korelasi pearson, dan korelasi spearman antara perilaku agresif dengan frekuensi latihan ... 48
Tabel 4.5 Gambaran umum Coping Strategy ... 50
Tabel 4.6 subtipe pada Problem-focused coping ... 50
(11)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xiv
Tabel 4.8 Frekuensi Latihan dengan Jenis Coping strategy ... 52
Tabel 4.9 Perhitungan koefisien kontingensi, korelasi pearson, dan korelasi spearman antara coping strategy dengan frekuensi latihan... 53
Tabel 4.10 Jenis Coping Strategy dengan Tingkat Perilaku Agresif ... 55
Tabel 4.11 Korelasi antara Perilaku Agresif dengan Problem-focused coping 56 Tabel 4.12 Korelasi antara Perilaku Agresif dengan Emotion-Focused Coping ... 57
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 28
Gambar 4.1 Grafik Perilaku Agresif ... 45
Gambar 4.2 Grafik hubungan frekuensi latihan dengan perilaku agresif ... 47
Gambar 4.3 Grafik coping strategy ... 50
Gambar 4.4 Sub-tipe Problem focused coping ... 51
Gambar 4.5 Sub-tipe Emotion focused coping ... 52
Gambar 4.6 Grafik perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ... 56
(12)
1
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa remaja yang merupakan masa-masa dimana banyak terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan fenomena yang diberitakan melalui berbagai jenis media, kehidupan remaja jaman sekarang sulit terlepas dari kasus-kasus kekerasan. Kasus-kasus-kasus kekerasan yang terjadi dengan remaja sebagai pelakunya. Kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh para remaja tersebut adalah bentuk dari perilaku agresif pada remaja. Nicolson dan Ayers (2004) menjelaskan bahwa perilaku agresif yang ditunjukkan remaja kepada sebayanya biasanya terjadi dalam bentuk agresi fisik dan verbal seperti bullying, perkelahian, atau bersikap kejam pada orang lain, sedangkan bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan remaja kepada orang dewasa biasanya berbentuk rasa permusuhan, perlawanan dan pemberontakan terhadap orang tua atau guru, dan beberapa jenis kekerasan lainnya.
Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk kekerasan yang dilakukan remaja, di antaranya adalah kasus bullying, tawuran, geng motor, hingga pembunuhan terhadap orang lain. Salah satu kasus bullying yang terjadi adalah pada tahun 2014, seorang siswa baru di SMA 3 Jakarta tewas akibat penganiayaan yang dilakukan oleh senior-seniornya saat sedang melakukan proses inisiasi siswa baru (detik.com, Juni 2014). Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat bahwa terdapat 229 kasus tawuran pelajar sepanjang tahun 2013 hingga 2014, dan setidaknya terhitung ada 19 orang yang meninggal dunia dengan sia-sia (Beritakaltara.com, Januari 2014). Selain bullying dan tawuran tersebut, terdapat juga beberapa pembunuhan yang dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan seperti kasus dimana dua orang remaja yang membunuh temannya sendiri karena menginginkan sepeda motor yang dimiliki oleh temannya tersebut (okezone.com, November 2014), atau pembunuhan
(13)
2
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seorang kakek yang dilakukan oleh seorang remaja di Lampung, karena merasa kesal terus menerus diolok-olok oleh sang kakek (metrotv.com, Maret 2015).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Center of Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM di beberapa kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011, menjelaskan bahwa kebanyakan remaja yang terlibat kekerasan memiliki perasaan tidak puas terhadap situasi kehidupan mereka disekolah (ugm.ac.id, Mei 2011), sedangkan dalam beberapa artikel surat kabar, dinyatakan bahwa penyebab mudahnya remaja terpicu amarah dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang negatif seperti tawuran, menjadi anggota geng motor adalah kurangnya perhatian dan juga sarana untuk mengaktualisasikan diri mereka. remaja-remaja tersebut menggunakan kekerasan dalam tawuran, geng motor, dan hal-hal lainnya sebagai sarana pelampiasan dari tekanan-tekanan yang mereka dapatkan di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dari pemaparan tersebut, diketahui bahwa terdapat berbagai macam hal yang menjadi penyebab dan pemicu terjadinya kekerasan atau perilaku agresif pada remaja. Agresi didefinisikan secara umum sebagai segala bentuk tingkah laku, baik fisik maupun verbal yang ditujukan untuk menyakiti orang lain (Myers, 2010: 355). Murray (dalam Chaplin, 2006:15) juga menyatakan bahwa agresi adalah kebutuhan individu untuk menyerang, melukai, meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan atau menuduh secara jahat maupun tindakan sadis lainnya kepada orang lain.
Tetapi, ada kalanya suatu perilaku agresi dapat ditoleransi, yaitu dalam bentuk olahraga. Hal tersebut dapat kita temukan dalam pertandingan-pertandingan maupun latihan-latihan olahraga. Banyak orang meyakini bahwa berolahraga adalah sarana pelepasan agresi yang terkontrol. Penelitian Fiedl, Diego, dan Sanders tahun 2001 (Santrock, 2007:291) menemukan bahwa sekelompok remaja menengah atas di Amerika Serikat yang sering beraktifitas fisik memiliki indeks prestasi yang lebih tinggi, jarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang, kurang depresi, dan lebih rukun dengan orangtuanyanya dibandingkan dengan mereka yang jarang melakukan aktivitas fisik. Kemudian,
(14)
3
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Russel (dalam Krahe, 2005:218) menyatakan bahwa diluar peperangan olahraga mungkin satu-satunya sarana bagi tindakan agresi antar-pribadi yang bukan hanya ditoleransi, tetapi juga didukung secara antusias oleh segmen yang besar dalam masyarakat.
Salah satu jenis olahraga yang tergolong banyak memiliki bentuk tindak kekerasan adalah olahraga beladiri. Beladiri merupakan suatu bentuk olahraga yang digunakan untuk membela atau mempertahankan diri ketika diserang oleh orang lain. jenis dari olahraga beladiri pun sangat bervariasi dan berasal dari berbagai negara, diantaranya adalah Pencak Silat dari Indonesia, Karate dari Jepang, Taekwondo dari Korea, Muay Thai dari Thailand, dan masih banyak lagi yang lainnya. Perguruan atau organisasi beladiri ini pun sangat banyak dijumpai, bahkan menjadi pilihan ekstrkurikuler di sekolah.
Finkenburg (dalam Roux, 2009:22) menjelaskan bahwa pelatihan beladiri memiliki banyak manfaat biologis, seperti meningkatnya self-esteem dan konsep diri, mengurangi agresivitas, berkurangnya kecemasan, hingga berkembangnya kemandirian partisipannya. Chuck Norris (1997) seorang ahli beladiri yang juga menyatakan bahwa beladiri dapat menekan kemungkinan terjadinya perilaku agresif karena dalam seni beladiri, individu diajarkan bahwa beladiri bukan hanya digunakan sebagai sarana perlindungan diri ataupun pelatihan fisik, tetapi juga sebagai sarana pelatihan mental, seperti kepercayaan diri dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam situasi-situasi yang tidak terduga (Roux, 2009: 58).
Mendukung penjelasan tersebut, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dalam pelatihan beladiri, tidak hanya latihan fisik saja yang dilakukan, tetapi juga dengan penanaman moral dan nilai-nilai dalam filosofi beladiri itu sendiri. salah seorang pelatih mengatakan bahwa dalam berlatih beladiri, bukan hanya fisik saja yang dilatih, mental dan hati pun ikut dilatih. Dalam proses latihannya, partisipan diajarkan untuk mengendalikan diri dan berpikir tenang dalam keadaan atau situasi yang menekan. Pengendalian diri, konsentrasi dan pemikiran yang tenang diperlukan agar individu bisa mengatasi
(15)
4
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rasa panik yang mungkin timbul dan dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukan dalam situasi-situasi yang menekan tersebut.
Hasil Penelitian Roux (2009) menyatakan bahwa pelatihan beladiri pada remaja dapat mengurangi keagresifan pada partisipannya. Begitu juga Daniel dan Thornton (1990), Trulson (1986), serta Skelton, Glynn, dan Berta (1991) yang menemukan bahwa latihan beladiri sangat mengurangi agresi pada remaja (Kellogg, 2003:6). Kemudian, jika merujuk dari beberapa penelitian Edelman (1994), Zivin, dkk (2001), serta Reynes dan Lorant (2001; 2002; 2004) menyatakan bahwa tinggi atau tidaknya perilaku agresif yang dimiliki oleh remaja dipengaruhi oleh seberapa lama remaja tersebut berpatisipasi dalam kegiatan beladiri tersebut (Vertonghen dan Theeboom, 2010).
Piaget (Ali dan Asrori, 2009: 9) menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja dikenal sebagai masa dimana individu mengalami transisi dalam hidupnya, baik transisi kepribadian, fisik, akademis, hingga eksistensi sosialnya (Marcus, 2007: 36). Hal ini mengharuskan remaja untuk mampu menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Disaat yang sama, remaja juga dituntut untuk memenuhi harapan dan norma-norma sosial yang berlaku, seperti yang dinyatakan dalam tugas-tugas perkembangan Hurlock (1991) yang beberapa diantaranya adalah mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa (Ali dan Asrori, 2009:10).
Seringkali tuntutan-tuntutan sosial tersebut bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Tuntutan-tuntutan yang berbeda dari lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, hingga masyarakat membuat remaja berada dalam posisi yang
(16)
5
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sulit. Perbedaan tuntutan-tuntutan sosial tersebut dapat membuat remaja menjadi tertekan dan justru mendorong remaja untuk berperilaku bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan memunculkan kecenderungan untuk berperilaku agresi. Tetapi, pada saat yang sama keberadaan tuntutan-tuntutan tersebut juga mendorong remaja untuk berusaha memecahkan masalah dan memunculkan cara-cara yang dapat digunakan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut (Anggaraningtyas,dkk. 2013: 2). Upaya dalam penyelesaian masalah yang dilakukan individu disebut dengan koping.
Strategi koping dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dimana individu berusaha mengatasi suatu situasi yang menimbulkan tekanan, baik internal ataupun eksternal (Lazarus, 1984: 141). Snyder (1999: 5) juga menyatakan bahwa strategi koping adalah respon-respon atau usaha-usaha ditujukan untuk mengurangi beban fisik, emosional, dan psikologis yang berhubungan dengan kejadian-kejadian yang membuat stres dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) coping strategy terbagi menjadi dua, yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping. Puspita Sari (2010: 80) dalam penelitiannya terhadap remaja korban bullying di sebuah sekolah di kota Bogor menemukan bahwa 53,89% remaja menggunakan emotion focused
coping dan 46,10% menggunakan problem focused coping. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Noor (2012) membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku agresi terhadap strategi koping pada remaja jalanan di kota Malang, dengan hasil total skor tingkat perilaku agresi dengan menggunakan emotion focused coping adalah 44,72%, lebih tinggi daripada tingkat perilaku agresi dengan menggunakan problem focused coping yang hasilnya adalah 37,50%.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Anggaraningtyas, dkk (2013:1) menyatakan bahwa kontribusi dari strategi koping, terhadap kecenderungan perilaku agresi adalah sebesar 15,6%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku agresi dengan strategi koping pada remaja. Berdasarkan definisi seni beladiri yang merupakan suatu cara seseorang untuk
(17)
6
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membela/mempertahankan diri, dan juga pelatihan beladiri yang tidak hanya mengajarkan partisipannya untuk mengendalikan diri dan berpikir tenang dalam berbagai situasi, maka beladiri dapat menjadi salah satu sarana strategi koping bagi perilaku agresif remaja.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Agresi dengan Coping Strategy pada Remaja yang Mengikuti Kegiatan Beladiri Ditinjau dari Frekuensi Latihan”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran umum perilaku agresif pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri yang ditinjau dari frekuensi latihan?
2. Bagaimana gambaran umum coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri yang ditinjau dari frekuensi latihan?
3. Bagaimana hubungan perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri yang ditinjau dari frekuensi latihan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui seperti apa gambaran umum perilaku agresif pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ditinjau dari frekuensi latihan.
2. Mengetahui seperti apa gambaran umum coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ditinjau dari frekuensi latihan.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ditinjau dari frekuensi latihan.
(18)
7
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian 1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu psikologi perkembangan dan sosial berupa tambahan teori mengenai hubungan perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri ditinjau dari frekuensi latihan.
2. Secara Praktis
Kegunaan dari penelitian ini adalah jika ditemukan bahwa frekuensi latihan memiliki pengaruh pada perilaku agresif dan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi dan referensi bagi yang berkepentingan dan dapat mengatasi masalah agresi yang dihadapi oleh remaja.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang akan membahas tentang latar belakang peneltian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
BAB II merupakan kajian pustaka yang akan membahas mengenai perilaku agresif, coping strategy, remaja, olahraga beladiri, frekuensi latihan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, serta menjelaskan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan, dan analisis data.
BAB IV akan mencakup hasil dan pembahasannya dengan pemaparan data dan pembahasan data.
BAB V akan menjelaskan kesimpulan dari penelitian dan saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya serta pihak-pihak yang mungkin terlibat dalam penelitian ini.
(19)
30
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), pendekatan kuantitatif merupakan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data dari lapangan. Untuk mengumpulkan data maka digunakan instrumen penelitian. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode korelasi komparasi. Metode korelasi komparasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dengan membandingkannya melalui pembeda, kemudian, jika terdapat hubungan, maka seberapa erat dan seberapa berartinya hubungan tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode survei. Metode survei sendiri menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan berdasar pada saran dan kebutuhan serta terpenuhinya karakteristik sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Lokasi pada penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Cimahi.
(20)
31
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi sendiri menurut Sugiyono (2011) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang berarti sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan dari penelitian ini. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dan sampel pada penelitian ini terdiri dari 60 orang siswa-siswi SMA Negeri 1 Cimahi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu perilaku agresif (variabel X) sebagai variabel bebas, Coping Strategy (variabel Y) sebagai variabel terikat, dan frekuensi latihan sebagai pembeda. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas dan pembeda yang dikendalikan sehingga hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011).
D. Definisi Operasional
Definisi konseptual diperoleh dari kajian pustaka atau teori-teori yang telah dikembangkan. Sedangkan definisi operasional merupakan indikator-indikator perilaku yang bisa diukur secara empiris (Ihsan, 2009: 63).
(21)
32
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat tergambar dari hasil skor perilaku agresif yang diperoleh dari jawaban item-item dalam kuisioner yang berisi empat dimensi perilaku agresif yang diadaptasi dari kuisioner agresi yang disusun oleh Buss dan Perry (1992), yaitu:
a) Physical Aggression
Physical aggression adalah bentuk perilaku agresi menyerang yang
melibatkan kontak secara fisik, seperti menendang, memukul, merusak, dll.
b) Verbal Aggression
Verbal aggression adalah bentuk perilaku agresi menyerang yang tidak
melibatkan fisik namun dilakukan secara verbal dengan tujuan menyakiti seseorang, seperti menghina, mengancam, mengumpat, dll.
c) Anger
Anger merupakan perilaku agresi dengan kecenderungan cepat marah
yang terjadi karena sulitnya mengendalikan emosi kemarahan.
d) Hostility
Hostility adalah jenis agresi yang merupakan bentuk proyeksi dari rasa
permusuhan terhadap orang lain. Hostility terbagi kedalam dua bagian yaitu resentment yang melibatkan kecemburuan, dan rasa iri terhadap orang lain. Yang kedua adalah suspicion yang didalamnya termasuk kecurigaan, kekhawatiran, dan ketidapercayaan.
2. Definisi Operasional Coping Strategy
Berdasarkan teori Lazarus & Folkman (1984), pada penelitian ini
Coping Strategy didefinisikan sebagai cara yang dilakukan oleh remaja dalam
menyelesaikan suatu masalah. Terdiri dari dua jenis coping strategy, yaitu
problem-focused coping dan emotion-focused coping. Jenis coping mana
yang lebih sering digunakan oleh remaja diperoleh dengan cara memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuisioner. Penjelasan dari jenis-jenis coping strategy akan dibahas sebagai berikut:
(22)
33
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1 Problem-focused coping merupakan penggunaan coping dengan
strategi untuk membuat perbedaan dalam situasi stres, langsung berfokus pada masalah dan pencarian alternatif penyelesaian, untuk kemudian dilakukan. Problem-focused coping memiliki dua sub-tipe strategi, yaitu :
a) Planful problem solving adalah perencaan dalam penyelesaian
masalah dengan adanya pendekatan analisis.
b) Confrontative coping adalah berusaha untuk tidak lari dari
masalah, dan berupaya untuk menghadapinya dengan cara yang cukup agresif.
3.2 Emotion-focused coping cara individu dalam mengatur respon
emosi terhadap suatu masalah. Emotion-focused coping memiliki enam sub-dimensi, yaitu :
a) Distancing merupakan usaha individu dalam melepaskan diri dari
suatu permasalahan dengan membangun pandangan yang positif. b) Self control ialah usaha untuk meregulasi perasaan maupun
tindakan terhadap masalah.
c) Seeking social support merupakan usaha dalam mencari dukungan
dari pihak-pihak luar.
d) Accepting responsibility merupakan suatu usaha untuk menempatkan diri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan secara benar.
e) Escape avoidance merupakan reaksi menghindar dari permasalahan.
f) Positive reappraisal suatu usaha untuk membentuk pemaknaan
yang positif dan melibatkan hal-hal yang bersifat religius.
Pertanyaan yang tercantum dalam kuisioner disusun berdasarkan aspek-aspek di atas. Jawaban yang diberikan oleh responden merupakan acuan untuk memperoleh skor total. Skor total ini yang kemudian diolah untuk menentukan jenis coping strategy yang sering digunakan.
(23)
34
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner dengan pengukuran menggunakan skala likert. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan dan pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151)
1. Instrumen Perilaku Agresif
Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku agresif adalah berupa angket atau kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner milik Devi Dwiycita (2011) yang merupakan hasil adaptasi dari Buss-Perry Aggression
Questionnaire (1992). Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang
mengungkapkan perilaku agresif siswa-siswi yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi. Kuesioner ini berisi 30 pernyataan yang
favourable (positif)
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Agresif
NO DIMENSI INDIKATOR NO. ITEM
1. Physical Aggression
(Agresi Fisik)
a. Menyerang secara fisik 1, 2
b. Suka berkelahi 3, 4, 5
c. Bertindak kasar pada orang lain.
6, 7, 8 2. Verbal
Aggression
(Agresi verbal)
a. Menghina dengan kata-kata kasar
9, 10 b. Mengancam orang lain 11, 12 c. Menggunjing/ menggosipkan
orang lain
13, 14, 15 3. Anger
(Kemarahan)
a. Kecenderungan cepat marah
16, 17, 18 b. Kesulitan mengendalikan
amarah
19, 20, 21, 22, 23
4. Hostility
(permusuhan)
a. Kecemburuan dan rasa iri terhadap orang lain (resentment)
(24)
35
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Kecurigaan, rasa
tidak percaya dan kekahwatiran terhadap orang lain (Suspicion)
28, 29, 30
Untuk mengisi instrumen ini peneliti akan meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item pernyataan yang diberikan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari 5 jawaban yang tersedia dia setiap item pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda checklist () atau silang (x) sesuai dengan jawaban yg menjadi pilihan. Lima pilihan jawaban dalam setiap item tersebut adalah SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), R (Ragu-ragu), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Kemudian teknik pemberian skor dalam instrumen ini dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing item pernyataan. Terdapat satu pola penskoran item, yaitu favourable.
Tabel 3.2 Pola Penilaian Instrumen Perilaku Agresif Pilihan Jawaban Skor Item Favorable Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu-Ragu (R) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
2. Instrumen Coping Strategy
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel coping strategy ini adalah angket atau kuesioner coping strategy milik Galih Permatasari (2015) yang merupakan hasil adaptasi dari Lazarus-Folkman Ways of Coping
(25)
36
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Questionnaire (1986). Kuesioner ini kemudian diadaptasi kembali dan
disesuaikan dengan subjek yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Instrumen Coping Strategy
Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item
Problem Focused Coping
Planful problem solving
Upaya pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan analitik untuk penyelesaian masalah
39, 19, 1, 29, 38,42
Confrontative coping
Menggambarkan untuk reaksi agresif untuk mengubah masalah
36, 3, 12, 20, 25, 2
Emotion-Focused Coping
Distancing Upaya untuk melepaskan diri dan fokus untuk menciptakan pandangan yang positif
34, 8, 31, 15,10
Self control Upaya untuk mengatur perasaan dan tindakannya terhadap masalah
9, 33, 6, 26, 43, 48
Seeking social support
Upaya untuk mencari informasi dan bantuan dari orang lain
4, 23,32, 35,13, 16
Accepting responsibility
Upaya menempatkan diri dengan benar dalam suatu permasalahan
5, 21, 41, 18
Escape avoidance
Perilaku untuk melarikan diri atau menghindar dari
permasalahannya
45, 7, 46, 24, 30, 40, 37, 11
Positive reappraisal
Upaya untuk menciptakan makna yang positif dari pengalaman dengan cara memfokuskan diri pada perkembangan diri dengan suatu sifat/religius
17, 22, 27, 28, 47, 44, 14
Untuk mengisi instrumen ini peneliti akan meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item pernyataan yang diberikan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat jawaban yang tersedia dia setiap item pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda checklist ()
(26)
37
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sesuai dengan jawaban yg menjadi pilihan. Empat pilihan jawaban dalam setiap item tersebut adalah S (Sering), CS (Cukup Sering), P (Pernah), TP (Tidak Pernah).
Tabel 3.4 Pola Penilaian Instrumen Coping Strategy Pilihan Jawaban Favorable
Tidak Pernah (TP) 1
Pernah (P) 2
Cukup Sering (CS) 3
Sering (S) 4
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas dan Analisis Item
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran dari suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Pengujian validitas alat ukut dapat menunjukkan sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian dapat mengukur variabel dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168).
Validitas isi secara teknis, pengujiannya dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut, terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan menggunakan kisi-kisi instrumen tersebut, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
(27)
38
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis item dilakukan melalui proses validitas isi dan juga dengan pengujian diskriminasi item, atau daya beda. Setelah melakukan validitas isi, yang selanjutnya dilakukan adalah uji diskriminasi atau uji beda item untuk memperoleh item yang layak. Item yang layak dan valid adalah item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item yang mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur.
Pengujian uji diskriminasi item dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan korelasi akan didapatkan suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat daya beda suatu item dan untuk menentukan apakan item tersebut layak untuk digunakan atau tidak. Kemudian dengan diperolehnya indeks validitas setiap item, maka dapat diketahui item mana yang tidak memenuhi syarat, dan peneliti dapat menghapus, menggamti atau merevisi item tersebut (Sugiyono, 2013).
Item yang nantinya akan dipilih menjadi item final adalah item yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih dari 0.30. Meskipun begitu, sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item total 0,20 adalah cukup, hal tersebut tersebut terjadi jika sebuah item tidak mencapai 0,30, tetapi jika item tersebut dihapus maka akan ada indikator yang terbuang, sehingga batas kriterianya dapat diturunkan menjadi 0,20 (Ihsan, 2009:).
Berdasarkan perhitungan uji validitas yang telah dilakukan terhadap 33 item dalam instrumen perilaku agresi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS for windows versi 19.0 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa seluruh 30 item dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Dwiyacitta (2011) sebelumnya menyusun instrumen ini sebanyak 33 item, yang kemudian dilakukan validasi dengan perangkat lunak SPSS for
windows versi 17.0 dan didapatkan hasil yaitu item butir ke 9, 10, dan 33
(28)
39
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian, hasil perhitungan uji validitas yang telah dilakukan untuk 48 item dalam instrumen coping strategy, yang pada penyusun sebelumnya layak secara keseluruhan, dan kemudian divalidasi kembali dengan SPSS for
windows versi 19.0 menunjukkan bahwa hanya 31 item saja yang valid dan
layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Dari 48 item tersebut, terdapat 17 item yang harus dihapus karena dianggap tidak mampu untuk mengukur hal seharusnya diukur. Item-item tersebut antara lain adalah item butir ke -2, 3, 12, 17, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 30, 33, 37, 40, 42, 47, dan 48.
2. Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas, proses selanjutnya yang dilakukan adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan (Azwar, 2009: 4). Rentang koefisien reliabilitas berada pada angka antara 0 – 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00, maka semakin tinggi reliabilitasnya dan dapat diandalkan, begitu juga sebaliknya (Azwar, 2009: 10). Uji Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for windows versi 19.0, diperoleh hasil indeks instrumen perilaku agresif sebesar 0,939. Menurut Guillford (Sugiyono, 2011) Indeks tersebut membuktikan bahwa instrumen tersebut berada pada kategori sangat reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Sebelumnya, reliabilitas yang didapatkan oleh Dwiyacitta (2011) untuk instrumen perilaku agresif ini dalam penelitiannya adalah 0,870, dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for windows versi 17.0.
Kemudian hasil perhitungan yang telah dilakukan pada instrumen
coping strategy memperoleh indeks reliabilitas sebesar 0,894. Dalam Indeks
Reliabilitas Guilford (Sugiyono, 2011), nilai tersebut yang menunjukkan bahwa instrumen tersebut berada dalam kategori reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Sebelumnya, reliabilitas yang didapatkan oleh
(29)
40
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permatasari (2015) untuk instrumen coping strategy ini adalah 0,882 dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for windows versi 15.0.
G. Kategorisasi Skala
1. Kategorisasi Skala Frekuensi Latihan
Perhitungan frekuensi latihan ini ditentukan dengan jumlah latihan minimal 2 kali dalam satu minggu, yang kemudian dikalikan dengan berapa kali responden menghadiri latihan dalam waktu satu bulan, dan kemudian dikalikan lagi dengan berapa bulan responden menghadiri latihan. Kemudian dari jumlah keseluruhan skor, ditentukan simpangan bakunya dan dijadikan dasar untuk menentukan sering atau jarangnya responden berlatih beladiri. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat ditentukan sering atau tidaknya latihan dilakukan dengan menggunakana kategori tinggi dan rendah.
Tabel 3.5 Kategorisasi frekuensi latihan
Kategori Skor
Tinggi (Sering) X> µ Rendah (Jarang) X< µ
2. Kategorisasi Skala Instrumen Perilaku Agresif
Kategorisasi skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala berdasarkan skor ideal, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 1996). Sampel dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Kategorisasi untuk skala perilaku agresif, sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kategorisasi Skala Instrumen Perilaku Agresif
Kategori Skor
Tinggi X> µ
(30)
41
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2 Kategorisasi Skala Instrumen Coping Strategy
Kategorisasi dalam skala coping strategy dalam penelitian ini adalah dengan mengelompokkan jenis strategi yang digunakan oleh responden ke dalam tipe problem-focused coping atau emotion-focused coping. Pengelompokkan ini dilakukan dengan penghitungan skor relatif (Lazarus & Folkman, 1984). Skor relatif diperoleh dengan menghitung skor total per-dimensi lalu dibagi dengan skor maksimal dari dimensi tersebut. setelah memperoleh skor relatif, selanjutnya dilakukan perbandingan antar skor untuk menentukan jenis coping strategy apa yang digunakan oleh responden. Berikut rumusan dari skor relatif pada penelitian ini:
Dimensi Problem-Focused Coping
Dimensi Emotion-Focused Coping
Berdasarkan rumusan diatas, apabila skor relatif yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar pada problem-focused coping, maka subjek tersebut dinyatakan memiliki strategy coping yang berfokus pada masalah. Sebaliknya, apabila skor relatif yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar pada emotion-focused coping, maka subjek tersebut memiliki
strategy coping yang berfokus pada emosi.
H. Analisis Data
Teknik analisis data ditentukan berdasarkan pada bentuk data yang dihasilkan serta jenis hipotesis. Hasil dari skala perilaku agresif yang berbentuk data ordinal, dan skala coping strategy yang juga berbentuk data ordinal, yang nantinya akan
(31)
42
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diubah menjadi skor ideal dan skor relatif untuk kepentingan kategorisasi. Kemudian setelah skor didapatkan, maka selanjutnya dilakukan pengelompokkan.
Pada instrumen perilaku agresif skor tersebut dilanjutkan menjadi kelompok kategori perilaku agresif tinggi, perilaku agresif sedang, dan perilaku agresif rendah. Sedangkan pada instrumen coping strategy, proses selanjutnya adalah menentukan skor tersebut termasuk pada problem-focused coping atau emotion-focused coping.
Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan analisis data untuk memperoleh koefisien korelasi. Pada penelitian ini korelasi dilakukan terhadap perilaku agresi dengan problem-focused coping, dan juga perilaku agresif dengan
emotion-focused coping. Teknik korelasi yang akan digunakan adalah teknik korelasi
Spearman. Hipotesis dalam penelitian ini berbentuk hipotesis asosiatif.
1. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk menemukan ada atau tidaknya suatu hubungan antara variabel. Jika terdapat hubungan, seberapa eratnya hubungan, serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006: 270). Peneliti menggunakan uji korelasi spearman. Syarat untuk dapat digunakannya korelasi spearman adalah kedua data dari variabel kesatu dan variabel kedua adalah keduanya berbentuk data ordinal. Setelah mengetahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya adalah meninterpretasikan koefisien korelasi tersebut sesuai pada tabel dibawah.
Tabel 3.7 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
(32)
43
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu I. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
b. Menetapkan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan. c. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk memantapkan penelitian
berkaitan dengan variabel-variabel yang akan digunakan.
d. Menetapkan populasi dan sampel penelitian, serta teknik sampling yang akan digunakan.
e. Menyusun proposal penelitian sesuai dengan judul yang akan diteliti. f. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi
untuk mendapatkan pengesahan.
g. Pengajuan surat ijin penelitian dari Departemen Psikologi, untuk selanjutnya diberikan kepada pihak SMAN 1 Cimahi.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti mendatangi SMAN 1 Cimahi selaku pihak yang menjadi penghubung peneliti dengan responden di lapangan.
b. Peneliti menyebarkan angket kepada siswa-siswi yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi
c. Proses pengisian angket dilakukan dengan pemberian arahan mengenai cara pengisiannya,
d. Setelah proses pengisian kuisioner/angket selesai, peneliti memberikan reward berupa minuman soft drink kepada responden.
3. Tahap Pengolahan Data a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan jumlah angket beserta pengisiannya sehingga tidak terdapat kekeliruan
(33)
44
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan kekurangan data yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengolahan data.
b. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data yang diperoleh untuk kemudian dilakuakn perhitungan dengan menggunaan bantuan software SPSS versi 19.
c. Penyekoran Data
Setiap jenis data yang diperoleh dikelompokan ke dalam tiga kelompok, yaitu, frekuensi latihan, perilaku agresif dan coping
strategy.
4. Tahap Penjelasan
a. Menampilkan hasil analisis penelitian.
b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang dipergunakan.
c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian serta mengajukan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.
(34)
62
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagian besar remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi memiliki tingkat perilaku agresif yang tergolong tinggi didukung dengan jumlah frekuensi latihan yang dilakukan tergolong jarang, yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh frekuensi latihan terhadap tingkatan perilaku agresif yang terjadi pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi.
2. Sebagian besar remaja yang mengikuti kegiatan beladiri menggunakan jenis strategi problem-focused coping, dan pemilihan jenis strategi tersebut tidak berhubungan dengan jumlah frekuensi latihan yang dilakukan oleh para remaja tersebut.
3. Hubungan antara perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri memiliki korelasi yang tergolong rendah, dalam kajian lebih lanjut, jenis strategi problem-focused coping tidak memiliki hubungan yang berarti dengan tingkatan perilaku agresif pada remaja, sedangkan jenis strategi emotion-focused coping memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan perilaku agresif pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Apabila akan membuat penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang sekiranya berhubungan dengan perilaku agresif dan coping strategy seperti kontrol diri, pola asuh orang tua, kematangan emosi, dan masih banyak lagi yang lainnya, agar hasilnya dapat lebih tergali. Disarankan
(35)
63
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga untuk mencari subjek penelitian yang lebih bervariasi berdasarkan jenis beladiri, jenis coping strategy, perbedaan usia, jenis kelamin, atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi remaja, perilaku agresif, dan
coping strategy
b. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan ada sebanyak 60 orang, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan populasi yang lebih besar dan lokasi yang lebih luas untuk memperkecil tingkat kesalahan sehingga membuat hasil penelitian menjadi lebih presentatif.
2. Bagi remaja (siswa/siswi)
a. Jika mengikuti kegiatan beladiri untuk lebih rajin berlatih sehingga ajaran-ajaran moral dan tehnik yang diberikan dapat menjadi salah satu panduan agar tidak bertindak gegabah dalam menghadapi masalah. b. Disarankan untuk para remaja yang mengikuti kegiatan beladiri agar
dapat menggunakan ilmu yang sudah didapatkan untuk hal-hal yang positif, seperti agar berprestasi dalam pertandingan kejuaraan, berolahraga untuk kesehatan, membantu orang lain, serta untuk membela diri ketika berada dalam keadaan yang sangat terdesak dan bukan untuk menyerang atau melakukan tindakan kekerasan pada orang yang tidak berdaya.
(36)
64
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Anggar. (2011). Pengertian Intensitas Yang Tinggi, Volume, dan Frekuensi.
[online].Tersedia:http://mari–berkawand.blogspot.com/2011/08/
pengertian-intensitas-latihan-yang.html
Anggaraningtyas, Y. dkk. (2013). Hubungan antara Koping stress dan Persepsi Pola Asuh dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Jurnal. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Baron, R. A & Byrne. D. (2005). Psikologi sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Baron, R. A. Branscombe, N. R, & Byrne, D (2012). Social Psychology:
Thirteenth Edition. United States: Pearson Education. Inc.
Buss, A. H. Perry, M. (1992). “The Aggression Questionnaire”. Journal of Personality and Social Psychology, 1992. Vol. 63, No. 3, 452-459
Bramanta, G. A. (2012). Belajar Silat Berarti Belajar Mengendalikan Diri Sendiri. [online]. Tersedia:http://silatindonesia.com/2012/06/belajar-silat-berarti-belajar-untuk-mengendalikan-diri-sendiri/
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (trans: Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dasuqi, G. (2014). Aksi Kekerasan Dua Siswi SMA Di Situbondo Dipicu Status
Facebook.[Online].Tersedia:http://news.detik.com/surabaya/read/2014/0
4/30/172019/2570311/475/aksi-kekerasan-dua-siswi-sma-di-situbondo-dipicu-status-facebook
Dayakisni, T. H. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM press.
Diwyacitta, D (2011). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Tingkah Laku
Agresi Pada Remaja Awal. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung:
(37)
65
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Farman, A. (2010). Strategi Coping [online]. Tersedia: http://adipsi.blogspot.com/2010/06/ strategi-coping.html
Gracia. H. (2008). Perbedaan Agresivitas pada Anggota Beladiri Karate dan
Aikido dengan mengendalikan Kontrol Diri dan Usia. Skripsi. Semarang:
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata.
Hutasoit, M. (2014). Siswa SMA 3 Jakarta Meninggal Dunia, Diduga Dianiaya
Seniornya. [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/06/21/
123154/ 2615056/ 10/ siswa-sma-3-jakarta-meninggal-dunia-diduga-dianiaya-seniornya
Ihsan, H. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia: Terbit di kalangan terbatas
Indarini, N. (2014). Bermula dari Facebook, Ini Beberapa Kasus Kriminal yang
Menimpa Remaja. [Online]. Tersedia:
http://health.detik.com/read/2014/01/22/ 145746/ 2474924/ 775/ bermula-dari-facebook-ini-beberapa-kasus-kriminal-yang-menimpa-remaja
Kellogg, S. (2003). The Impact of Martial Arts Training on Adolescents. Thesis. Texas: Tech University.
Kharisma. (2011). Ratusan Pelajar dari 17 SMK Empat Kabupaten Terlibat
Tawuran. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/136310
Kharisma. (2013). Tawuran, Sepuluh Pelajar Diamankan Jajaran Polres Cianjur. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/224302
Krahe. B. (2005). Buku Panduan Psikologi Sosial: Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusuma, E. F. (2014). Tawuran Pemuda Dekat Rel Buaran Dipicu Saling Ejek
dan Lempar Petasan. [Online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/
06/ 30/ 113144/ 2622963/10/tawuran-pemuda-dekat-rel-buaran-dipicu-saling-ejek-dan-lempar-petasan
Lazarus, R. S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.
Macarie, J. Robert, R. (2010). Martial Arts and Mental Health. Journal of contemporary psychotherapy vol.2, no.1. [online]. Tersedia: www.contemporarypsychotherapy.org/vol-2-no-1/martial-arts-and-mental-health/
Marcus, R. F. (2007). Aggression and Violence in Adolescence. New York: Cambridge University Press.
(38)
66
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nicolson, D. Ayers, H. (2004). Adolescent Problems. London: David Fulton Publishers.
Nugraha, E. E. (2012). Cara Melepaskan Tekanan Mental saat Berhadapan
dengan Lawan Ketika Bertarung. [online]. Tersedia: http://karateharmony.blogspot.com/ 2012/11/cara-melepaskan-tekanan-mental-saat.html
Noor, A. Y. (2012). Perbedaan Tingkat Perilaku Agresi Berdasarkan Strategi
Koping Pada Remaja. Skripsi, Malang: Fakultas Psikologi UIN. [online].
Tersedia: http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=06410053 Rofiq, A. (2014). Survei RI-UNICEF: 1,5 Juta Remaja Alami Kekerasan Seksual
1 Tahun Terakhir. [Online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/ 2014/
05/ 16/ 204026/ 2584418/10/survei-ri-unicef-15-juta-remaja-alami-kekerasan-seksual-1-tahun-terakhir
Roux, S. (2009). Martial Arts as a coping strategy for aggressive behavior in
young adolescents. Dissertation. South Africa: University of Pretoria.
Sari, P. (2010). Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying Di Sekolah “X”.
Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 2, 75-81. Jakarta: Fakultas Psikologi,
Universitas Esa Unggul.
Savitri, A. (2014). Kemensos: Pacar Berpotensi Jadi Salah Satu Pelaku
Kekerasan Seksual. [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/ 2014/
09/ 04/ 150951/ 2681406/10/kemensos-pacar-berpotensi-jadi-salah-satu-pelaku-kekerasan-seksual
Snyder, C. R. (1999). Coping: The Psychology of What Works. New York: Oxford University Press.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sarafino, E & Timothy W. S. (2011). Health psychology :biopsychosocial
interactions, Seventh edition. United States of America: JOHN WILEY & SONS, INC.
Taufik, M. (2013). 4 Aksi Keji Geng Motor Sikat Anak TNI di Bandung. [Online].
Tersedia:
http://www.merdeka.com/peristiwa/4-aksi-keji-geng-motor-sikat-anak-tni-di-bandung/dikeroyok-12-orang-lalu-terkapar.html
Vertonghen, J. Theeboom, M. (2010). The Social Outcomes of Martial Arts Practise Among Youth: A Review. Journal of Sports Science and
Medicine (2010) vol. 9, 528-537. [online]. Tersedia:
(39)
67
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wijaya, P. (2012). 5 Penembakan Brutal di Sekolah Amerika. [online]. Tersedia:
http://www.merdeka.com/dunia/5-penembakan-brutal-di-sekolah-amerika/penembakan-di-sma-columbine-colorado.html
TN. (2014). Pelajar SMP Mabuk Lalu Tawuran, Dua Siswi Terlibat Karena Rebutan Pacar. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/274765
TN. TT. Seni Bela Diri. [online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_bela_diri
TN. (2009). Bela Diri: Arti Luas dan Arti Sempit. [online]. Tersedia: http://pengetahuanbeladiri.blogspot.com/2009/05/bela-diri-arti-luas-dan-arti-sempit.html
(1)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagian besar remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi memiliki tingkat perilaku agresif yang tergolong tinggi didukung dengan jumlah frekuensi latihan yang dilakukan tergolong jarang, yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh frekuensi latihan terhadap tingkatan perilaku agresif yang terjadi pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi.
2. Sebagian besar remaja yang mengikuti kegiatan beladiri menggunakan jenis strategi problem-focused coping, dan pemilihan jenis strategi tersebut tidak berhubungan dengan jumlah frekuensi latihan yang dilakukan oleh para remaja tersebut.
3. Hubungan antara perilaku agresif dengan coping strategy pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri memiliki korelasi yang tergolong rendah, dalam kajian lebih lanjut, jenis strategi problem-focused coping tidak memiliki hubungan yang berarti dengan tingkatan perilaku agresif pada remaja, sedangkan jenis strategi emotion-focused coping memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan perilaku agresif pada remaja yang mengikuti kegiatan beladiri di SMAN 1 Cimahi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Apabila akan membuat penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang sekiranya berhubungan dengan perilaku agresif dan coping strategy seperti kontrol diri, pola asuh orang tua, kematangan emosi, dan masih banyak lagi yang lainnya, agar hasilnya dapat lebih tergali. Disarankan
(2)
Meirani Kristianti, 2015
juga untuk mencari subjek penelitian yang lebih bervariasi berdasarkan jenis beladiri, jenis coping strategy, perbedaan usia, jenis kelamin, atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi remaja, perilaku agresif, dan coping strategy
b. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan ada sebanyak 60 orang, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan populasi yang lebih besar dan lokasi yang lebih luas untuk memperkecil tingkat kesalahan sehingga membuat hasil penelitian menjadi lebih presentatif.
2. Bagi remaja (siswa/siswi)
a. Jika mengikuti kegiatan beladiri untuk lebih rajin berlatih sehingga ajaran-ajaran moral dan tehnik yang diberikan dapat menjadi salah satu panduan agar tidak bertindak gegabah dalam menghadapi masalah. b. Disarankan untuk para remaja yang mengikuti kegiatan beladiri agar
dapat menggunakan ilmu yang sudah didapatkan untuk hal-hal yang positif, seperti agar berprestasi dalam pertandingan kejuaraan, berolahraga untuk kesehatan, membantu orang lain, serta untuk membela diri ketika berada dalam keadaan yang sangat terdesak dan bukan untuk menyerang atau melakukan tindakan kekerasan pada orang yang tidak berdaya.
(3)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Anggar. (2011). Pengertian Intensitas Yang Tinggi, Volume, dan Frekuensi. [online].Tersedia:http://mari–berkawand.blogspot.com/2011/08/
pengertian-intensitas-latihan-yang.html
Anggaraningtyas, Y. dkk. (2013). Hubungan antara Koping stress dan Persepsi
Pola Asuh dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Jurnal. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Baron, R. A & Byrne. D. (2005). Psikologi sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Baron, R. A. Branscombe, N. R, & Byrne, D (2012). Social Psychology: Thirteenth Edition. United States: Pearson Education. Inc.
Buss, A. H. Perry, M. (1992). “The Aggression Questionnaire”. Journal of Personality and Social Psychology, 1992. Vol. 63, No. 3, 452-459
Bramanta, G. A. (2012). Belajar Silat Berarti Belajar Mengendalikan Diri Sendiri. [online]. Tersedia:http://silatindonesia.com/2012/06/belajar-silat-berarti-belajar-untuk-mengendalikan-diri-sendiri/
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (trans: Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dasuqi, G. (2014). Aksi Kekerasan Dua Siswi SMA Di Situbondo Dipicu Status Facebook.[Online].Tersedia:http://news.detik.com/surabaya/read/2014/0 4/30/172019/2570311/475/aksi-kekerasan-dua-siswi-sma-di-situbondo-dipicu-status-facebook
Dayakisni, T. H. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM press.
Diwyacitta, D (2011). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Tingkah Laku Agresi Pada Remaja Awal. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(4)
Farman, A. (2010). Strategi Coping [online]. Tersedia: http://adipsi.blogspot.com/2010/06/ strategi-coping.html
Gracia. H. (2008). Perbedaan Agresivitas pada Anggota Beladiri Karate dan Aikido dengan mengendalikan Kontrol Diri dan Usia. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata.
Hutasoit, M. (2014). Siswa SMA 3 Jakarta Meninggal Dunia, Diduga Dianiaya Seniornya. [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/06/21/ 123154/ 2615056/ 10/ siswa-sma-3-jakarta-meninggal-dunia-diduga-dianiaya-seniornya
Ihsan, H. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia: Terbit di kalangan terbatas
Indarini, N. (2014). Bermula dari Facebook, Ini Beberapa Kasus Kriminal yang
Menimpa Remaja. [Online]. Tersedia:
http://health.detik.com/read/2014/01/22/ 145746/ 2474924/ 775/ bermula-dari-facebook-ini-beberapa-kasus-kriminal-yang-menimpa-remaja
Kellogg, S. (2003). The Impact of Martial Arts Training on Adolescents. Thesis. Texas: Tech University.
Kharisma. (2011). Ratusan Pelajar dari 17 SMK Empat Kabupaten Terlibat Tawuran. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/136310 Kharisma. (2013). Tawuran, Sepuluh Pelajar Diamankan Jajaran Polres Cianjur.
[Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/224302
Krahe. B. (2005). Buku Panduan Psikologi Sosial: Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusuma, E. F. (2014). Tawuran Pemuda Dekat Rel Buaran Dipicu Saling Ejek dan Lempar Petasan. [Online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/ 06/ 30/ 113144/ 2622963/10/tawuran-pemuda-dekat-rel-buaran-dipicu-saling-ejek-dan-lempar-petasan
Lazarus, R. S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.
Macarie, J. Robert, R. (2010). Martial Arts and Mental Health. Journal of contemporary psychotherapy vol.2, no.1. [online]. Tersedia: www.contemporarypsychotherapy.org/vol-2-no-1/martial-arts-and-mental-health/
Marcus, R. F. (2007). Aggression and Violence in Adolescence. New York: Cambridge University Press.
(5)
Meirani Kristianti, 2015
HUBUNGAN ANTARAPERILAKU AGRESIF DENGAN COPING STRATEGY PADA REMAJA YANG MENGIKUTI KEGIATAN BELADIRI DITINJAU DARI FREKUENSI LATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nicolson, D. Ayers, H. (2004). Adolescent Problems. London: David Fulton Publishers.
Nugraha, E. E. (2012). Cara Melepaskan Tekanan Mental saat Berhadapan
dengan Lawan Ketika Bertarung. [online]. Tersedia:
http://karateharmony.blogspot.com/ 2012/11/cara-melepaskan-tekanan-mental-saat.html
Noor, A. Y. (2012). Perbedaan Tingkat Perilaku Agresi Berdasarkan Strategi Koping Pada Remaja. Skripsi, Malang: Fakultas Psikologi UIN. [online]. Tersedia: http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=06410053 Rofiq, A. (2014). Survei RI-UNICEF: 1,5 Juta Remaja Alami Kekerasan Seksual
1 Tahun Terakhir. [Online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/ 2014/ 05/ 16/ 204026/ 2584418/10/survei-ri-unicef-15-juta-remaja-alami-kekerasan-seksual-1-tahun-terakhir
Roux, S. (2009). Martial Arts as a coping strategy for aggressive behavior in young adolescents. Dissertation. South Africa: University of Pretoria. Sari, P. (2010). Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying Di Sekolah “X”.
Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 2, 75-81. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul.
Savitri, A. (2014). Kemensos: Pacar Berpotensi Jadi Salah Satu Pelaku Kekerasan Seksual. [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/ 2014/ 09/ 04/ 150951/ 2681406/10/kemensos-pacar-berpotensi-jadi-salah-satu-pelaku-kekerasan-seksual
Snyder, C. R. (1999). Coping: The Psychology of What Works. New York: Oxford University Press.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sarafino, E & Timothy W. S. (2011). Health psychology :biopsychosocial interactions, Seventh edition. United States of America: JOHN WILEY
& SONS, INC.
Taufik, M. (2013). 4 Aksi Keji Geng Motor Sikat Anak TNI di Bandung. [Online]. Tersedia: http://www.merdeka.com/peristiwa/4-aksi-keji-geng-motor-sikat-anak-tni-di-bandung/dikeroyok-12-orang-lalu-terkapar.html
Vertonghen, J. Theeboom, M. (2010). The Social Outcomes of Martial Arts Practise Among Youth: A Review. Journal of Sports Science and Medicine (2010) vol. 9, 528-537. [online]. Tersedia: www.jssm.org/vol9/n4/v9n4-1text.php
(6)
Wijaya, P. (2012). 5 Penembakan Brutal di Sekolah Amerika. [online]. Tersedia:
http://www.merdeka.com/dunia/5-penembakan-brutal-di-sekolah-amerika/penembakan-di-sma-columbine-colorado.html
TN. (2014). Pelajar SMP Mabuk Lalu Tawuran, Dua Siswi Terlibat Karena
Rebutan Pacar. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/274765
TN. TT. Seni Bela Diri. [online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_bela_diri
TN. (2009). Bela Diri: Arti Luas dan Arti Sempit. [online]. Tersedia:
http://pengetahuanbeladiri.blogspot.com/2009/05/bela-diri-arti-luas-dan-arti-sempit.html