PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI.

(1)

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN

KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Biologi

Oleh:

Taurusina Indargani 1103739

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN

KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Oleh: Taurusina Indargani

1103739

Sebuah skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Taurusina Indargani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

(5)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH

TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG

HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI

DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan argumentasi ilmiah terstruktur terhadap persepsi siswa mengenai hakikat sains dan keterampilan berargumentasi dalam hubungannya dengan isu sosial ilmiah pada topik pembelajaran sistem transportasi. Hakikat sains dan keterampilan berargumentasi merupakan dua hal yang penting dimiliki siswa untuk dapat memiliki literasi ilmiah yang penting untuk dapat mengetahui dan melakukan sains. Penelitian ini dilangsungkan di sebuah sekolah menengah atas di kota Bandung, Indonesia. Partisipan dari penelitian ini adalah 65 orang siswa kelas XI MIA yang terbagi ke dalam dua kelas percobaan yang keduanya mendapatkan pembelajaran argumentasi dengan menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Comparative Experiment Design. Kelas eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran argumentasi ilmiah tidak terstruktur sementara kelas eksperimen 2 mendapatkan argumentasi ilmiah terstruktur. Data persepsi hakikat sains dijaring menggunakan kuesioner VNOS-B, sedangkan data keterampilan berargumentasi dijaring menggunakan kuesioner argumentasi adaptasi Toulmin. Analisis meliputi persepsi siswa terkait aspek-aspek dalam hakikat sains (empirik, tentatif, subjektif, hukum dan teori berbeda dalam sains, penggunaan banyak metode dalam sains, aspek sosial budaya dalam sains, dan kreativitas dalam sains) dan komponen argumentasi mereka (klaim, data, warrant, backing, rebuttal). Analisis yang telah dilakukan menunjukkan terdapatnya perbedaan pada kedua kelas eksperimen dalam hal frekuensi dan persentase pada kategori persepsi informed, intermediary dan naive dalam hal persepsi hakikat sains, dan juga dalam kategori informed, intermediary dan naïve dalam aspek-aspek keterampilan berargumentasi. Kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mengalami peningkatan dan penurunan pada masing-masing kategori persepsi dan kategori keterampilan berargumentasi. Secara keseluruhan, kelas eksperimen 2 tampak memiliki persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi yang lebih baik dbandingkan kelas eksperimen 1.

Kata kunci: Persepsi Hakikat Sains, Keterampilan Berargumentasi, Argumentasi Ilmiah Terstruktur


(6)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

THE INFLUENCE OF USING SCIENTIFIC ARGUMENTATION

STRUCTURED TO NATURE OF SIENCE PERCEPTION AND

SKILLS OF ARGUMENTATION IN THE TOPIC OF

TRANSPORTATION SYSTEM

ABSTRACT

This study aimed to investigate the effect of the application of structured scientific argumentation to students' views about the nature of science and the argumentation skills in relation to social issues scientifically in the transportation system topic. Nature of science and skills to argue both are important to student to have a scientific literacy that are important to know and doing science. This study took place at a senior high school in Bandung, Indonesia. Participants of this study were 65 students of class XI science program that devided in two class experiment that both have an argumentation instruction by applying Pretest-Posttest Comparative Experiment Design. Experimental class 1 get structured scientific argument, while the experimental class 2 get non-structured scientific argument. View of nature of science are take with VNOS-B, whereas skills argue are take with argumentation questionnaire adapted from Toulmin. The analysis includes students' views related aspects of the nature of science (empirical, tentative, subjective, different laws and theories in science, the use of many methods in science, socio-cultural aspects in science, and creativity in science) and the components of their arguments (claims data , warrant, backing, rebuttal). The analysis was performed frequency and percentage difference in the grouping category informed, intermediary and naïve of students' perception of the nature of science and also in the grouping category informed, intermediary and naïve of argumentation skills aspects. Both the experimental classes had an improvement and a reduction for the informed, intermediary, and the naïve view of nature of science and argumentation skills. Therefore, it was known that the experimental class 2 tended to have a better understanding about the views of nature of science and argumentation skills than experimental class 1.


(7)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii


(8)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………..……….……… i

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Pertanyaan Penelitian……… 5

D. Tujuan Penelitian……….. 5

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian……… 5

F. Struktur Organisasi Skripsi……… 6

BAB II PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI………. 8

A. Argumentasi Ilmiah Terstruktur……… 8

B. Pembelajaran Argumentasi Ilmiah Terstruktur……… 11

C. Hakikat Sains……… 12

D. Pembelajaran Hakikat Sains Melalui Argumentasi……….. 16


(9)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

F. Hubungan Hakikat Sains dengan Literasi Ilmiah………. 24

H. Topik Sistem Transportasidalam Kurikulum 2013………. 26

I. Penelitian Terdahulu……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN………... 30

A. Desain Penelitian……….. 30

B. Partisipan………... 31

C. Populasi dan Sampel………. 32

D. Definisi Operasional………. 32

E. Instrumen Penelitian………. 33

F. Pengembangan Instrumen Penelitian……… 35

G. Prosedur Penelitian………... 39

H. Pengumpulan Data………. 42

I. Analisis Data …….……… 43

J. Alur Penelitian……….. 47

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN……….. 48

A. Temuan dan Pembahasan Hakikat Sains……….. 48

1. Aspek Pengetahuan Ilmiah bersifat Empirik……… 55

2. Aspek Pengetahuan Ilmiah bersifat Tentatif………... 59

3. Aspek Teori dan Hukum ilmiah sebagai Pengetahuan Ilmiah yang Berbeda……… 65

4. Aspek Kemelekatan Kreativitas dan Imajinasi dalam Pengetahuan Ilmiah……… 70

5. Aspek Sosial dan Budaya yang Melekat Pada Pengetahuan Ilmiah………... 74


(10)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

7. Aspek Theory-Laden/ Subjektifitas………... 82

B. Temuan dan Pembahasan Keterampilan Berargumentasi………. 86

1. Menyusun Klaim………... 88

2. Mengajukan Data………. 90

3. Menyusun Warrant……… 94

4. Menyusun Backing……… 97

5. Menyusun Rebuttal………. 100

C. Pandangan Siswa terhadap Pembelajaran Argumentasi Ilmiah Terstruktur. 103 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI……….. 108

A. Simpulan……… 108

B. Rekomendasi……….. 109

DAFTAR PUSTAKA……….. 111

LAMPIRAN………. 115


(11)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR TABEL

2.1. Kerangka penjelasan meggunakan aspek-aspek hakikat sains secara eksplisit untuk mengukur kualitas klaim, fakta dan penalaran………..

12

3.1 Desain Penelitian comparative experiment……….. 30 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hakikat Sains Siswa untuk Menjaring Persepsi

Hakikat Sains siswa………..……… 34

3.3 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berargumentasi untuk Menjaring

Keterampilan Berargumentasi Siswa…..……… 35

3.4 Contoh Tabel Frekuensi dan Persentase Jawaban Siswa……… 43

3.5 Contoh Tabel Persentase Persepsi Siswa mengenai Hakikat Sains…… 44

3.6 Contoh Tabel Persentase Kategori Komponen Argumentasi…………. 46

4.1 Persentase Persepsi Hakikat Sains Siswa………... 49

4.2 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Pengetahuan Ilmiah Berbasis Empirik……… 56

4.3 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:


(12)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

4.4 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Teori dan Hukum adalah Hal yang Berbeda dalam Pengetahuan …….. 65

4.5 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Pengetahuan Ilmiah adalah Hasil Kreativitas dan Imajinasi Ilmiah... 70 4.6 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Aspek Sosial Budaya yang Melekat pada Pengetahuan Ilmiah ……….

74 4.7 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Mitos Metode Ilmiah ………. 78

4.8 Persentase PersepsiHakikat Sains Siswa mengenai Hakikat Sains:

Theory-Laden………. 82

4.9. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa……… 86 4.10. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa: Menyusun Klaim….. 89 4.11. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa: Mengajukan Data…. 91 4.12. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa: Menyusun Warrant... 94 4.13. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa: Menyusun Backing… 97 4.14. Persentase Keterampilan Berargumentasi Siswa: Menyusun Rebuttal… 101


(13)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Argumentasi Toulmin……… 8 2.2. Bagan Tiga Domain dalam Sains……….. 25


(14)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xii

DAFTAR LAMPIRAN

A PERANGKAT PEMBELAJARAN………...……. 115

A.1 RPP Kelas Eksperimen 1………. 116

A.2 RPP kelas Eksperimen 2………. 125

A.3 Slide Pembelajaran Stem cell sebagai Alternatif Pengobatan

Leukemia………


(15)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xiii

A.4 Artikel Sosial Ilmiah Stem Cell sebagai Alternatif Pengobatan

Leukemia……… 140

B INSTRUMEN PENELITIAN………..……… 143

B.1. Kuesioner Adaptasi VNOS-B... 144

B.2. Kuesioner Keterampilan Berargumentasi……….. 145

B.3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berargumentasi……… 146

B.4. Pedoman Wawancara………..………... 150

C HASIL ANALISIS DATA……… 151

C.1 Hasil Pengelompokan Persepsi Hakikat Sains Siswa………..… 152

C.2 Hasil Pengelompokkan Keterampilan Berargumentasi Siswa… 159 C.3 Transkrip Hasil Wawancara………. 167

D ADMINISTRASI PENELITIAN……….……… 175

D.1 Surat Izin Penelitian………. 176

D.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian……….. 177


(16)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, sains dan teknologi telah berkembang menjadi suatu ilmu yang penting dan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sains dan teknologi terus berkembang pesat, memengaruhi dan dipengaruhi oleh dinamika masyarakat yang juga semakin berkembang. Pesatnya perkembangan sains dan teknologi ini menuntut adanya suatu pembaharuan dalam bidang pendidikan. Pembaharuan yang dimaksud ditujukan agar tercipta suatu masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menyadari berbagai permasalahan sosial-ilmiah di sekitarnya serta memiliki kemampuan untuk menggunakan segenap kemampuan, pengetahuan, dan keterampilannya dalam rangka menyikapi berbagai permasalahan sosial-ilmiah tersebut.

Pembaharuan pendidikan di Indonesia terus dilakukan dengan mengusahakan pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam (dokumen kurikulum 2013). Pada bagian Rasional Kurikulum 2013, dinyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang dapat mempelajari objek dalam konteks dunia nyata yang membutuhkan stimulasi dalam berbagai konteks kehidupan, sehingga menciptakan suatu lingkungan jejaring yang juga menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok yang kooperatif. Pembelajaran yang dilaksanakan pun memiliki karakteristik tertentu. Pemerolehan ilmu pengetahuan digunakan dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar; menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning). Tuntutan pelaksanaan pembelajaran sains yang menuntut


(17)

2

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa untuk mencari tahu ini memerlukan suatu pemahaman akan sains yang lebih luas. Sains tidak hanya dipandang sebagai suatu rangkaian produk, melainkan juga sebagai proses, dan hakikat sains.

Pembaharuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum 2013 ini sesuai dengan perkembangan pendidikan sains di dunia. Bersamaan dengan pengembangan inkuiri ilmiah, pengembangan konsepsi sains yang tepat telah menjadi tujuan dari pendidikan sains di dunia internasional (American Association for the Advancement of Science, 1989). Reformasi pendidikan di seluruh dunia menyepakati, bahwa agar dapat membangun suatu generasi yang dapat mengetahui dan melakukan sains, diperlukan adanya pengembangan dalam beberapa hal penting. Agar dapat mencari dan memberi jawaban atas permasalahan di kehidupan sehari-hari, seseorang harus memiliki literasi ilmiah. DeBoer (2002) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki literasi ilmiah adalah seseorang yang dapat menawarkan atau memberikan jawaban atas pernyataan yang berasal dari pengalaman-pengalaman sehari-hari. Ia juga menambahkan bahwa seseorang yang memiliki literasi ilmiah adalah seseorang yang mampu menjelaskan, memaparkan dan memprediksi fenomena alam, serta mampu mengidentifikasi isu-isu ilmiah dengan mendasarkan pada budaya setempat dan mengekspresikan posisi dari sains dan teknologi di dalamnya. Pandangan yang lebih luas akan sains diperlukan agar dapat mengembangkan literasi ilmiah ini (Adisendjaja, 2014). Sains perlu dipandang tidak hanya sebagai produk sains, seperti konsep, prinsip, hukum, dan teori, melainkan juga meliputi metode sains (prosedur yang digunakan ilmuwan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah) atau proses sains, dan hakikat sains. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan sains, sesuai dengan beberapa dokumen reformasi pendidikan sains di dunia, adalah untuk membangun warga negara yang memiliki persepsi informed mengenai hakikat sains, sehingga dapat mengambil keputusan terhadap isu-isu sosial ilmiah (Lederman, Antink & Bartos, 2012). Hakikat sains dapat dikaitkan dengan


(18)

aspek-3

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek sejarah, sosiologi, dan epistemologi yang melekat pada perkembangan pengetahuan ilmiah. Hakikat sains menekankan pada sains sebagai cara penting untuk memahami dan menjelaskan hal-hal yang kita alami dalam dunia alamiah dan mengakui nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang melekat pada pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah.

Agar didapat suatu pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pemahaman hakikat sains di sekolah, maka diperlukan adanya pendekatan yang lebih spesifik. Pendekatan-pendekatan spesifik tersebut, pada intinya harus dapat membuat siswa terikat dalam sains dan merefleksikan apa yang telah mereka pelajari tentang kegiatan ilmiah. Penelitian-penelitian dalam bidang pendidikan sains telah banyak dilakukan untuk mempelajari bagaimana menciptakan pengajaran yang efektif untuk aspek sains ini.

Pada hubungannya dengan argumentasi, pembelajaran mengenai hakikat sains dapat dilaksanakan dengan mengaitkannya pada keterampilan berargumentasi. Beberapa penelitian terdahulu dalam pendidikan sains menunjukkan dukungannya untuk mengintegrasikan argumentasi dalam pengajaran dan pembelajaran. Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa yang mengaitkan argumentasi sebagai bagian dari inkuiri, seringkali mengubah atau mereka ulang penggambaran mereka tentang sains (Bell & Linn, 2000) atau meningkatkan pemahaman mereka terkait hakikat pengetahuan ilmiah (Yerrick, 2000). Siswa dapat belajar untuk membangun sebuah pemahaman yang lebih baik dari isi sebuah pengetahuan yang penting, melalui argumentasi (Bell & Linn, 2000). Yacoubian & Khishfe (2015) berpendapat bahwa argumentasi dapat menjadi kerangka untuk membangun persepsi informed tentang hakikat sains. Menghubungkan siswa dengan proses argumentasi juga dapat membantu siswa untuk berpartisispasi dalam debat dan membuat keputusan tentang isu-isu sosial dan global (Khishfe, 2013). Pembekalan pengetahuan dan keterampilan bagi siswa untuk menggali dan menyelesaikan masalah-masalah sosial-ilmiah tak


(19)

4

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dilepaskan dari keterampilan siswa dalam membuat argumentasi ilmiah dan pembuatan keputusan. National Research Council (dalam Gray & Kang, 2012) menggambarkan bahwa, “Ilmu sebagai seperangkat praktik dimana siswa akan memahami kedua konsep ilmiah dan pengembangan konsep-konsep. Praktik-praktik tersebut termasuk mengajukan pertanyaan, mengembangkan dan menggunakan model, membangun penjelasan, dan terlibat dalam argumentasi berlandaskan bukti”. Sehubungan dengan hal itu, pengetahuan akan pola argumentatif guru dalam menjalankan proses inkuiri di dalam pembelajaran sangat penting untuk dipenuhi.

Pembaharuan konsepsi sains di dunia pendidikan tersebut tampak kurang sejalan dengan upaya pelaksanaan pembelajaran sains yang dilakukan. Sains masih ditekankan pada produk. Proses sains masih kurang dilaksanakan, bahkan hakikat sains tampak diabaikan. Sains cenderung hanya ditampilkan sebagai produk dan proses, sehingga hakikat sains kurang dapat dipahami siswa secara jelas. Pada praktiknya, pelaksanaan pembelajaran sains di sekolah juga cenderung kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan pola argumentasi baik. Penelitian mengenai pembelajaran sains menunjukkan bahwa percakapan di dalam kelas lebih banyak didominasi oleh guru dan hal ini mengindikasikan bahwa guru memegang peranan yang penting dalam menyampaikan penggambaran dari sains itu sendiri (Gray & Kang, 2012). Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran sains di dalam kelas sangat dipengaruhi oleh pandangan guru akan sains itu sendiri, dan pendekatan-pendekatan pedagogi yang diperlukan dalam pembelajaran sains itu sendiri. Sayangnya, pemahaman akan hakikat sains masih kurang banyak diterapkan atau bahkan diabaikan. Bartholomew et al. (dalam Adisendjaja, 2014) percaya bahwa sebagian besar guru-guru terfokus pada “apa yang diketahui” (what we know) contohnya fakta-fakta ilmiah, daripada “bagaimana mengetahui” (how we know). Penelitian terkait pengembangan model pembelajaran untuk


(20)

5

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengajarkan hakikat sains telah banyak dilakukan di Eropa dan Amerika. Sayangnya, kegiatan penelitian untuk mengembangkan hakikat sains ini masih kurang banyak dilakukan di Indonesia. Hasil-hasil penelitian terkait hal tersebut pun jarang dipublikasikan ke dalam jurnal-jurnal pendidikan, sehingga guru-guru dan para pengajar sains kurang mendapatkan akses yang memadai untuk mengajarkan hakikat sains tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian yang dapat menghubungkan antara keterampilan argumentasi dan pemahaman hakikat sains serta implementasinya dalam menghadapi isu sosial ilmiah, seperti yang akan dilakukan kali ini.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Bagaimanakah pengaruh penerapan argumentasi ilmiah terstruktur terhadap persepsi siswa tentang hakikat sains dan keterampilan berargumentasi pada topik sistem transportasi?

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut,

1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang hakikat sains pada topik sistem transportasi setelah penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur?

2. Bagaimanakah keterampilan berargumentasi siswa pada topik sistem transportasi setelah penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dan argumentasi ilmiah tidak tertsruktur?


(21)

6

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menganalisis pengaruh penerapan argumentasi ilmiah terstruktur terhadap keterampilan berargumentasi dan persepsi siswa tentang hakikat sains pada topik sistem transportasi.

E. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Pelaksanaan penelitian menganai penerapan argumentasi ilmiah terstruktur ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk memperkaya pendekatan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan keterlibatannya dalam pembelajaran sains yang bermakna untuk mencapai pemahaman akan literasi ilmiah yang utuh.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini disusun oleh lima buah bab, yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V. Bab I merupakan bab yang menjadi bagian pendahuluan dari karya tulis ilmiah ini. Pada bagian ini, dijelaskan latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, yang merujuk pada perkembangan dunia pendidikan sains baik di ranah internasional maupun ranah nasional (mengindikasikan pada pencapaian literasi ilmiah sebagai tujuan penyelenggaraan pendidikan sains). Selain itu, disebutkan juga keadaan yang terjadi di lapangan dunia pendidikan Indonesia (kesenjangan antara tujuan pendidikan sains dalam kurikulum 2013 dengan keadaan penyelenggaraan pendidikan di lapangan), dan solusi yang ditawarkan melalui pembelajaran hakikat sains di dalam kelas dengan menggunakan penerapan argumentasi ilmiah terstruktur. Selain itu, pada bagian ini disebutkan pula rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Pada Bab II dipaparkan landasan-landasan teoritis yang relevan dengan penelitian. Landasan-landasan teoritis yang dimaksud adalah mengenai hakikat sains, cara membelajarkan hakikat sains, argumentasi ilmiah terstruktur, dan isu


(22)

7

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial ilmiah yang relevan dengan topik pembelajaran yang diangkat, yaitu isu mengenai stem cell dalam upaya penyembuhan leukemia. Pada bagian ini juga disebutkan beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan penelitian-penelitian yang berkenaan dengan pengembangan cara membelajarkan hakikat sains di dalam kelas, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya. Selanjutnya, disebutkan pula posisi teoritis peneliti dalam rangkaian penelitian ini.

Pada Bab III atau bab metode penelitian dipaparkan desain penelitian, partisipan yang terlibat dalam penelitian (beserta karakteristik yang dimiliki oleh setiap partisipan dan dasar pertimbangan pemilihannya) serta populasi dan sampel serta dasar penentuannya. Selain itu, dijelaskan pula instrumen/ alat pengumpul data penelitian beserta jenis, sumber, pengembangan dan cara penggunaannya (dalam hal ini dijelaskan mengenai dua jenis instrumen yang berbeda, yaitu

VNOS-B untuk mengukur pandangan hakikat sains dan kuesioner argumentasi untuk megukur keterampilan berargumentasi). Selanjutnya, dipaparkan pula prosedur penelitian yang dimulai dari tahap perencanaan penelitian hingga tahapan penyusunan laporan penelitian, serta analisis data yang didapatkan dari penjaringan data hakikat sains dengan menggunakan kuesioner hakikat sains dan data keterampilan argumentasi yang didapatkan dengan menggunakan kuesioner argumentasi adaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin.

Bab IV atau bab temuan dan bahasan menyampaikan dua hal utama, yakni temuan dan pembahasan data mengenai persepsi siswa tentang hakikat sains yang dijaring dengan menggunakan kuesioner VNOS-B serta temuan dan pembahasan dari keterampilan berargumentasi yang dijaring dengan menggunakan kuesioner argumentasi adaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin. Temuan penelitian dipaparkan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dijaring dengan menggunakan instrumen VNOS-B untuk hakikat sains dan kuesioner argumentasi adaptasi Toulmin, serta sesuai dengan urutan rumusan permasalahan


(23)

8

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Sementara itu, pembahasan temuan penelitian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Sementara itu, pada Bab V dijabarkan simpulan, dan rekomendasi dari hasil dan pembahasan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya di Bab IV. Pada bab ini, disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Penyajian simpulan dalam karya tulis ini dilakukan dengan cara menuliskannya dalam bentuk uraian padat.


(24)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam quasy experiment. Sampel yang dilakukan pada penelitian ini ditentukan tidak secara acak, namun dipilih dan variabel tidak dikontrol secara ketat. (Suryabrata, 2012)

Desain penelitian yang digunakan adalah comparative experiment, Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana terdapat satu buah kelas eksperimen yang mendapat penerapan argumentasi ilmiah terstruktur serta satu buah kelas yang mendapatkan penerapan argumentsi ilmiah tidak terstruktur. Pada desain penelitian ini kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 tidak dipilih secara random (Suryabrata, 2012)

Tabel 3.1 Bagan Desain penelitian

O1 X1 O2

O1 X2 O2

Sumber: Suryabrata (2012)

Keterangan :

O1 : Persepsi siswa tentang hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa dari kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 sebelum adanya penerapan argumentasi ilmiah terstruktur pada kelas eksperimen 2 dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur pada kelas eksperimen 1.

O2 : Persepsi siswa tentang hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa dari kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 setelah adanya penerapan argumentasi ilmiah terstruktur pada kelas eksperimen 2 dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur pada kelas eksperimen 1.

X : Penerapan argumentasi ilmiah terstruktur pada kelas eksperimen 2 dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur pada kelas eksperimen 1 dalam isu sosial ilmiah stem cells sebagai alternatif pengobatan leukemia.

Kelas yang dipakai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelas. Kelas eksperimen 2 merupakan kelas yang mendapatkan penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dengan berdasarkan kerangka argumentasi Toulmin. Pada awal


(25)

31

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran di kelas eksperimen 2 ini, siswa diberikan permasalahan berupa asal mula terbentuknya penyakit leukemia dan pengenalan tentang stem cell. Kemudian, siswa diberi suatu contoh untuk membuat argumentasi berdasarkan kerangka argumentasi Toulmin (melalui kriteria/pertanyaan epistemik seperti yang digunakan McNeill, Lizotte & Krajcik, in press). Selanjutnya, siswa diperkenalkan pada isu sosial ilmiah stem cell sebagai alternatif pengobatan leukemia serta berbagai alternatif pemilihan pengobatan untuk penyakit leukemia. Siswa diinstruksikan untuk melakukan diskusi kelas dalam rangka membangun argumen untuk memilih alternatif pengobatan untuk leukemia dengan menggunakan kerangka argumentasi Toulmin. Selain untuk membangun argumentasi, penerapan argumentasi ilmiah terstruktur (menggunakan kerangka argumentasi Toulmin) juga ditujukan untuk membangun persepsi hakikat sains siswa. Pembelajaran yang sama diterapkan pada siswa di kelas eksperimen 1, namun tanpa diperkenalkan pada kerangka argumentasi Toulmin dalam rangka membangun argumentasi dan membangun persepsi hakikat sains.

B. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas seorang guru, dengan 66 orang siswa (kelas XI) di sebuah sekolah menengah atas di kota Bandung, Indonesia dan terdiri atas 33 orang/ kelas. Sekolah ini tergolong ke dalam kelompok akademik menengah di Kota Bandung. Guru dalam penelitian ini merupakan guru sains (bidang biologi) yang telah memiliki pengalaman mengajar selama ± 15 tahun di Sekolah Menengah Atas. Ia cenderung kurang mengetahui tentang hakikat sains dan argumentasi, namun memiliki keinginan untuk mengimplementasikan hakikat sains ke dalam pembelajarannya ketika peneliti memberikan padanya sebuah rancangan pembelajaran mengenai hakikat sains ini. Partisipan dalam penelitian ini dipilih dari kelas-kelas XI Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (XI MIA) yang diajarnya. Kelas-kelas yang dipilih terdiri atas siswa-siswa dengan jenis kelamin dan kemampuan yang beraneka ragam. Dari dua buah kelas yang digunakan dari


(26)

32

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini, satu diantaranya dipilih untuk menjadi target utama untuk penerapan argumentasi ilmiah terstruktur, berdasarkan observasi kelas dan rekomendasi guru (yang menunjukkan keaktifan dalam berargumentasi). Pada penelitian kali ini, ditetapkan kelas XI MIA 5 sebagai kelas yang menerima penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dan kelas XI MIA 4 sebagai kelas yang menerima penerapan argumentasi ilmiah tidak terstruktur. Kelas XI MIA 5 terdiri atas 33 orang siswa dengan 18 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki, sedangkan kelas XI MIA 4 terdiri atas 32 orang siswa dengan 22 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa kelas XI SMAN 10 Bandung. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakter persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa kelas XI MIA 4 dan XI MIA 5 SMAN 10 Bandung.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster Sampling

(Suryabrata, 2013). Adapun pertimbangan pengambilan sampel adalah bahwa kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah kelas yang akan mempelajari materi tentang sistem transportasi.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Argumentasi Ilmiah Terstruktur yang dimaksud adalah keterampilan argumentasi yang dibangun dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan pendukung


(27)

33

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(pertanyaan epistemologis) yang dikembangkan sesuai dengan kerangka berpikir Toulmin dalam membangun argumentasi serta diukur dengan menggunakan rubrik keterampilan berargumentasi siswa. Argumentasi ilmiah tidak terstruktur yang dimaksud adalah keterampilan argumentasi yang dibangun tanpa menggunakan pertanyaan-pertanyaan pendukung yang dikembangkan sesuai dengan kerangka berpikir Toulmin dalam membangun argumentasi serta diukur dengan menggunakan rubrik keterampilan berargumentasi siswa.

2. Hakikat sains yang dimaksud adalah tujuh aspek hakikat sains menurut Lederman

et al. (2002), yang meliputi indikator-indikator berupa pengetahuan ilmiah bersifat empiris; teori dan hukum ilmiah; pengetahuan ilmiah adalah hasil kreativitas dan imajinasi; Theory-Laden; kemelekatan aspek sosial dan budaya dalam pengetahuan ilmiah; para ilmuwan mengembangkan sains dengan menggunakan berbagai metode ilmiah; dan pengetahuan ilmiah bersifat tentatif, serta dijaring dengan menggunakan kuesioner VNOS-B (View of Nature of Science-B), kemudian dianalisis menurut pandangan konstruktivisme hakikat sains yang dikembangkan oleh Lederman. Penjaringan data hakikat sains ini dilakukan sebanyak dua kali (pre-test dan post-test) baik di kelas eksperimen 1 maupun di kelas eksperimen 2.

3. Keterampilan berargumentasi yang dimaksud adalah keterampilan berargumentasi siswa dalam isu sosial-ilmiah stem cell sebagai alternatif pengobatan leukemia yang dijaring melalui soal keterampilan berargumentasi siswa yang diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin (keterampilan membuat klaim, menyebutkan data, menyusun jaminan (warrant), menyusun sokongan (backing) dan menyusun bantahan (rebuttal)). Penjaringan data keterampilan berargumentasi ini dilakukan sebanyak dua kali (pre-test dan post-test) baik di kelas eksperimen 1 maupun di kelas eksperimen 2.


(28)

34

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data utama (data primer) yang diambil dalam penelitian ini adalah data berupa persepsi hakikat sains siswa dan data mengenai keterampilan berargumentasi siswa. Penjaringan kedua data tersebut dilakukan dengan menggunakan dua buah instrumen yang berbeda. Persepsi siswa mengenai hakikat sains dijaring dengan menggunakan kuesioner yang merupakan adaptasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Lederman et al. (2002) yang berjudul View of Nature of Science-B (VNOS-B).

Sementara itu, keterampilan berargumentasi siswa dijaring dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari kerangka argumentasi Toulmin. Untuk menunjang proses pembahasan dari data yang dijaring oleh kedua instrumen tersebut, dilakukan sebuah proses wawancara yang dipandu oleh pedoman wawancara. Berikut adalah penjelasan mengenai instrumen-instrumen tersebut.

1. Kuesioner hakikat sains

Kuesioner untuk menjaring persepsi hakikat sains (lampiran B.1) terdiri atas 7 buah pertanyaan yang diadaptasi langsung dari kuesioner VNOS-B (Views of Nature of Science) yang telah dikembangkan oleh Lederman et al. (2002). Proses adaptasi yang dilakukan adalah disesuaikan dengan materi pembelajaran, yaitu tentang sistem transportasi. Pada kuesioner ini, tidak dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas karena instrumen yang digunakan merupakan adaptasi langsung dari Lederman et al.

(2002). Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji keterbacaan instrumen. Berikut kisi-kisi kuesioner hakikat sains siswa yang terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hakikat Sains Siswa untuk Menjaring Persepsi Hakikat Sains Siswa

Sumber: Lederman (2002) No. Aspek Hakikat Sains yang diukur Jumlah Butir soal

1. Sains sebagai sesuatu yang empirik 1 2

2. Sains sebagai sesuatu yang tentatif 1 1

3. Hukum dan teori sebagai hal yang berbeda dalam sains 1 3 4. Kreativitas dan imajinasi dalam Pengetahuan Ilmiah 1 4

5. Mitos metode ilmiah 1 7

6. Aspek sosial budaya dalam pengetahuan ilmiah 1 5


(29)

35

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Instrumen argumentasi

Untuk menjaring keterampilan berargumentasi siswa, digunakan sebuah kuesioner, yaitu kuesioner keterampilan berargumentasi siswa berupa lima buah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring argumentasi siswa secara tertulis. Kuesioner ini merupakan kuesioner yang diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin (1958) yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam membuat klaim, data, warrant, backing, dan rebuttal. Sebelum digunakan, instrumen ini tidak mengalami uji validitas dan reliabilitas, tetapi dilakukan uji keterbacaan. Kuesioner keterampilan berargumentasi siswa yang dimaksud terdapat pada lampiran B.2. Berikut ini disajikan kisi-kisi kuesioner keterampilan berargumentasi pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berargumentasi No Aspek Argumentasi yang

diukur

Jumlah Soal

Nomor Soal

1 Claim 1 1

2 Data 1 2

3 Pembenaran (Warrant) 1 3

4 Sokongan (Backing) 1 4

5 Bantahan (Rebuttal) 1 5

3. Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan dari partisipan dan dijadikan sebagai suatu data pendukung yang dilakukan terhadap sejumlah siswa dari kedua kelas eksperimen ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai, 1) Pelaksanaan pembelajaran, 2) Penjelasan mengenai jawaban siswa mengenai hakikat sains yang kurang jelas.

Bahasa yang digunakan dalam penyusunan pedoman wawancara ini adalah bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, sehingga mempermudah mendapatkan penjelasan atas jawaban yang diutarakan siswa. Pedoman wawancara yang dimaksud terdapat pada lampiran B.4.


(30)

36

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Pengembangan Instrumen

Penyesuaian dan pengembangan instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini dilakukan guna mendapatkan data yang dapat mewakili pandangan responden terhadap hakikat sains dan keterampilan berargumentasi yang responden miliki. Pengembangan instrumen ditujukan terhadap ketiga bentuk instrumen yang dipakai pada penelitian ini, dengan disesuaikan terhadap berbagai aspek pertimbangan, seperti bahasa, konteks materi pembelajaran yang diangkat, kondisi serta latar belakang subjek penelitian, dan lain-lain. Selain terhadap instrumen-instrumen yang digunakan untuk menjaring data, pengembangan juga dilakukan terhadap artikel sosial ilmiah stem cell yang digunakan sebagai panduan dan pertimbangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner VNOS-B adaptasi dan kuesioner argumentasi. Secara umum, upaya pengembangan terhadap instrumen-instrumen penelitian dan artikel pendukung yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi beberapa langkah, yaitu: 1) judgement instrumen oleh dosen ahli, 2) uji keterbacaan instrumen, 3) analisis hasil keterbacaan instrumen dan hasil judgement instrumen, dan 4) perbaikan instrumen. Adapun bentuk pengembangan secara lebih detail yang dilakukan terhadap instrumen-instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan Instrumen Hakikat Sains (VNOS-B)

Kuesioner VNOS-B merupakan salah satu kuesioner utama pada penelitian ini yang digunakan untuk menjaring persepsi hakikat sains siswa. Pengembangan yang dilakukan terhadap instrumen ini adalah dengan cara melakukan penerjemahan susunan kata yang terdapat pada kuesioner asli, dan disesuaikan dengan konteks isu sosial ilmiah yang diangkat (stem cell). Jumlah butir pertanyaan yang dibuat adalah sebanyak tujuh butir dengan setiap satu butir pertanyaan digunakan untuk menjaring satu aspek persepsi hakikat sains siswa. Beberapa butir pertanyaan tersebut disusun dengan cara merujuk pada jurnal asli yang memuat kuesioner VNOS-B yang dikembangkan oleh Lederman (2002) dan beberapa jurnal sejenis yang mengukur aspek-aspek hakikat sains yang disesuaikan dengan konteks materi yang diangkat.


(31)

37

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Butir-butir pertanyaan yang telah disusun kemudian didiskusikan dengan dosen pembimbing dan diteliti kembali susunan katanya.

Kuesioner adaptasi VNOS-B yang telah dibuat kemudian diserahkan ke beberapa dosen ahli untuk di-judgement. Beberapa perubahan terhadap instrumen dilakukan setelah melalui proses judgement ini. Perubahan tersebut meliputi bahasa yang digunakan dalam setiap butir pertanyaan dan susunan kata dari setiap butir pertanyaan yang harus kembali disesuaikan dengan kondisi subjek penelitian. Berdasarkan hasil judgement ini, beberapa butir pertanyaan juga harus diperhatikan kembali susunan katanya agar dapat menjaring persepsi setiap aspek hakikat sains dengan baik.

Selain melalui proses judgement oleh beberapa dosen ahli, kuesioner adaptasi

VNOS-B ini juga dikembangkan dengan melakukan uji keterbacaan instrumen terhadap sejumlah siswa yang bukan merupakan subjek dalam penelitian ini, namun memiliki karakteristik yang serupa dengan subjek penelitian tersebut. Berdasarkan hasil judgement dan uji keterbacaan terhadap kuesioner VNOS-B yang telah dibuat, beberapa perubahan dilakukan terhadap beberapa butir pertanyaan, terutama terhadap beberapa pertanyaan yang disinyalir kurang dapat menjaring jawaban siswa dengan baik saat dilaksanakannya uji keterbacaan. Susunan kata dari setiap butir pertanyaan pun diteliti kembali agar dapat menjaring persepsi hakikat sains yang dimaksud dengan baik. Penyesuaian kembali butir-butir pertanyaan yang telah dibuat pada kuesioner adaptasi dengan butir-butir pertanyaan pada kuesioner asli yang telah dikembangkan oleh Lederman et al. (2002) pun dilakukan untuk mempermudah perbaikan. Hasil perbaikan dari kuesioner adaptasi ini digunakan sebagai kuesioner yang digunakan untuk menjaring data persepsi hakikat sains saat penelitian.

2. Pengembangan Instrumen Argumentasi

Instrumen argumentasi yang dipakai untuk menjaring keterampilan berargumentasi siswa yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin (1958) yang telah disesuaikan bahasa dan konteks materi pembicaraan yang


(32)

38

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diangkat (dalam hal ini mengenai stem cell dalam penyembuhan leukemia). Butir pertanyaan yang dibuat adalah sejumlah 5 butir, dengan setiap butirnya digunakan untuk mengukur satu aspek kerangka/pola argumentasi Toulmin. Tahapan kerangka argumentasi yang dimaksud adalah claim, data, warrant, backing dan rebuttal.

Pertanyaan disusun dengan cara memahami inti dari setiap tahapan pada kerangka argumentasi Toulmin dan menyusun pertanyaan yang sesuai dengan dapat mengukur keterampilan berargumentasi siswa dalam setiap tahapan kerangka argumentasi tersebut serta disesuaikan dengan konteks isu sosial ilmiah yang diangkat (stem cell). Butir-butir pertanyaan yang telah disusun kemudian didiskusikan keefektifannya dengan dosen pembimbing, kemudian diserahkan kepada dosen-dosen yang berkompeten untuk di-judgement. Berdasarkan hasil judgement yang telah dilakukan, didapatkan bahwa susunan kata dari beberapa butir pertanyaan harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik, agar dapat menjaring data dari setiap tahapan kerangka argumentasi dengan baik.

Kuesioner argumentasi yang berisi beberapa butir pertanyaan hasil adaptasi kerangka argumentasi Toulmin tersebut kemudian diberikan kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian untuk diadakan uji keterbacaan. Hasil dari uji keterbacaan tersebut adalah butir-butir pertanyaan tersebut sudah cukup mampu menjaring keterampilan berargumentasi siswa dalam setiap tahapan argumentasi dengan cukup baik.

Tidak banyak perubahan yang dilakukan terhadap instrumen argumentasi ini. Jikapun terdapat perubahan yang dilakukan, perubahan tersebut lebih dititik beratkan pada penyesuaian bahasa yang dipakai dalam instrumen dengan kondisi subjek penelitian. Sebagian besar butir pertanyaan dalam kuesioner argumentasi adaptasi kerangka argumentasi Toulmin ini digunakan untuk menjaring data argumentasi dalam penelitian.


(33)

39

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Artikel sosial ilmiah stem cell merupakan artikel sosial ilmiah yang digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa mengenai stem cell, dan upayanya dalam menanggulangi penyakit leukemia, serta untuk membantu siswa dalam membangun sebuah argumen dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner argumentasi. Pada penelitian ini, artikel sosial ilmiah yang dipakai merupakan hasil adaptasi dari sejumlah artikel sosial ilmiah dan artikel ilmiah yang membahas mengenai stem cell dan perannya dalam penyembuhan penyakit leukemia, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kriteria pemilihan artikel yang digunakan disesuaikan dengan kepentingan untuk membantu membangun persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi. Setelah melalui diskusi dengan dosen pembimbing, artikel sosial ilmiah yang telah disusun kemudian diberikan kepada sejumlah dosen ahli untuk di-judgement, dan juga diberikan kepada sejumlah siswa non-subjek penelitian yang memiliki karakteristik serupa subjek penelitian untuk diuji keterbacaan. Berdasarkan hasil dari judgement dan uji keterbacaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak perubahan yang perlu dilakukan terhadap artikel sosial ilmiah stem cell yang telah diadaptasi.

4.

Pengembangan Pedoman wawancara.

Pedoman wawancara yang disusun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan untuk mendapatkan persepsi yang lebih jelas terkait jawaban siswa terhadap kusioner adaptasi VNOS-B dan kuesioner argumentasi yang rentan menimbulkan kesalahan interpretasi (terutama terkait jawaban dari kuesioner adaptasi VNOS-B). Pedoman wawancara yang digunakan untuk menjaring pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran (digunakan saat wawancara terstruktur) disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang diduga dapat mempengaruhi efektifitas kegiatan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat memengaruhi hasil akhir persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa dan hal-hal yang dapat menjadi perwakilan indikator keefektifan proses pembelajaran. Sebanyak 14 butir pertanyaan


(34)

40

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah dibuat untuk menjaring hal ini didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing agar dapat menghasilkan sejumlah pertanyaan yang baik untuk menjaring pendapat siswa terkait kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, jumlah pertanyaan direduksi menjadi 8 buah pertanyaan yang sudah diperbaiki susunan kalimatnya, sehingga dihasilkan sejumlah pertanyaan yang berifat

open-ended, tidak mengandung clue dan sesuai dengan kondisi subjek penelitian. Sementara itu, pedoman wawancara yang digunakan untuk mendapatkan gambaran persepsi yang lebih jelas akan jawaban siswa (digunakan alat wawancara semi-terstruktur) disesuaikan dengan jawaban siswa yang akan ditanyakan pada saat wawancara.

G. Prosedur Penelitian

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini tebagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Berikut ini mrupakan penjelasan secara mendalam dari ketiga tahapan tersebut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini:

a. Merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu tentang hubungan argumentasi ilmiah terhadap hakikat sains dan keterampilan berargumentasi.

b. Melakukan kajian pustaka tentang hakikat sains, argumentasi ilmiah terstruktur, dan keterkaitan antara argumentasi ilmiah terstruktur dengan hakikat sains.

c. Penyusunan proposal penelitian dan instrumen penelitian yang meliputi kuesioner hakikat sains yang merupakan adaptasi terhadap VNOS-B (penerjemahan seluruh aspek hakikat sains ke dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan konteks materi yang diangkat saat penelitian (stem cell)), dan kuesioner argumentasi yang diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin.


(35)

41

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Pelaksanaan kegiatan observasi dan penjajagan terhadap sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Pelaksanaan observasi dan penjajagan ini dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai jumlah kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian, karakteristik siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian, jadwal kegiatan belajar mengajar, dan perencanaan waktu pelaksanaan penelitian.

f. Pelaksanaan proses judgment terhadap instrumen yang telah disusun, oleh dosen-dosen ahli, yaitu dosen-dosen yang memiliki bidang kajian serupa (Hakikat Sains dan Argumentasi) serta dosen yang memiliki keahlian dalam mata kuliah yang sesuai dengan materi ajar yang peneliti ambil dalam penelitian (sistem transportasi) untuk melakukan judgement terhadap artikel sosial ilmiah stem cell yang dipakai untuk mengambil data hakikat sains dan keterampilan berargumentasi pada saat

pre-test dan post-test di kedua kelas eksperimen.

g. Pelaksanaan uji coba instrumen, tepatnya uji keterbacaan terhadap kuesioner VNOS-B dan kuesioner argumentasi di kelas uji coba (kelas XI MIA 6) SMAN 10 Bandung.

h. Perbaikan instrumen penelitian berdasarkan hasil judgement dan analisis uji coba instrumen.

i. Penentuan kelas yang akan menjadi subjek penelitian di SMAN 10 Bandung, yaitu kelas XI MIA 4 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas XI MIA 5 sebagai kelas eksperimen 2.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Melaksanakan kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan sebanyak dua kali

terhadap kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pelaksanaan pembiasaan dilakukan guna membiasakan siswa terhadap aspek-aspek dari hakikat sains secara implisit.


(36)

42

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melaksanakan pre-test terhadap persepsi hakikat sains siswa yang dijaring dengan menggunakan instrumen kuesioner VNOS-B dan keterampilan berargumentasi siswa yang dijaring dengan menggunakan kuesioner argumentasi yang diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin. Pelaksanaan pre-test ini dilaksanakan 1 hari sebelum pelaksanaan perlakuan di kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2.

c. Melakukan kegiatan penelitian dengan melakukan penerapan argumentasi ilmiah tidak terstruktur di kelas eksperimen 1 dan argumentasi ilmiah terstruktur di kelas eksperimen 2, yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2014.

d. Melaksanakan post-test terhadap persepsi hakikat sains siswa yang dijaring dengan menggunakan instrumen kuesioner VNOS-B dan keterampilan berargumentasi siswa yang dijaring dengan menggunakan kuesioner argumentasi yang diadaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin yang dilaksanakan 1 hari setelah perlakuan.

e. Melaksanakan wawancara terkait dengan kegiatan pembelajaran di kedua kelas eksperimen dan terhadap jawaban-jawaban siswa yang kurang jelas terutama terhadap jawaban dari kuesioner VNOS-B. Wawancara ini dilaksanakan setelah dilakukannya pengolahan terhadap data dari jawaban VNOS-B dan kuesioner argumentasi.

3. Tahap pasca pelaksanaan

Tahap pasca penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Melakukan analisis terhadap data hasil penelitian.

b. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data. c. Menyusun laporan hasil penelitian (skripsi).

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa dilakukan dalam beberapa tahap. Adapun tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut.


(37)

43

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Sebelum perlakuan, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan pretest kuesioner VNOS-B untuk menjaring persepsi hakikat sains siswa dan kuesioner argumentasi adapatasi kerangka argumentasi Toulmin untuk menjaring keterampilan berargumentasi siswa sebelum dilakukan pembelajaran. 2. Setelah perlakuan, dilakukan posttest kuesioner VNOS-B untuk menjaring

persepsi hakikat sains siswa dan kuesioner argumentasi adapatasi kerangka argumentasi Toulmin untuk menjaring keterampilan berargumentasi siswa sebelum dilakukan pembelajaran.

3. Upaya untuk memperjelas hasil kuesioner, dilakukan wawancara individual semi-struktur selama lima menit pada beberapa orang partisipan di sela-sela kegiatan pembelajaran formal di sekolah. Menurut Lederman, Abd-El-Khalick, Bell, dan Schwartz (2002) mewawancarai 15-20% dari keseluruhan partisipan dalam grup tertentu, sudah cukup untuk menentukan pola pada grup partisipan tertentu dalam konteks tertentu pula. Alasan tersebut menjadi landasan untuk peneliti memilih partisipan untuk diwawancara, karena wawancara ini memiliki tujuan untuk memperjelas jawaban siswa dalam kuesioner VNOS-B, maka objek wawancara tidak dipilih secara acak, melainkan dipilih setelah jawaban kuesioner dianalisis.

I. Analisis Data

Proses analisis data dilakukan melalui dua metode, yaitu secara kualitatif untuk data yang didapat dari kuesioner VNOS-B adaptasi, dan secara kuantitaif untuk data yang didapat dari kuesioner argumentasi adaptasi.


(38)

44

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan penjaringan data pandangan hakikat sains dengan menggunakan kuesioner VNOS-B adaptasi yang dilakukan saat pre-test dan post-test di kedua kelas eksperimen, selanjutnya data diolah dengan menggunakan beberapa tahapan. Tahapan pertama, jawaban-jawaban responden yang memiliki kesamaan inti, dimasukkan ke dalam satu kelompok pendapat tertentu yang mewakili masing-masing aspek hakikat sains yang didapatkan dari keseluruhan pendapat siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dan hakikat sains implisit pada kelas eksperimen 2 dan penerapan argumentasi ilmiah tidak terstruktur dan hakikat sains implisit pada kelas eksperimen 1. Jumlah setiap kelompok pendapat kemudian dihitung dan dipersentasekan. Berikut adalah contoh tabel yang menunjukkan pengelompokkan tersebut.

Tabel 3.4 Contoh Tabel Frekuensi dan Persentase Jawaban Siswa

Setelah didapatkan beberapa kelompok jawaban untuk setiap aspek hakikat sains, selanjutnya kelompok-kelompok jawaban tersebut akan digolongkan ke dalam beberapa kelompok jawaban sesuai dengan kategori pandangan hakikat sains yang

No. Persepsi Siswa Mengenai Aspek Pengetahuan Ilmiah Bersifat Tentatif

Eksperimen 1 Pre-Test Post-Test

f % f %

1 Menjawab dengan ada contoh Contoh tepat

Contoh kurang tepat

2 Menjawab dengan tidak ada contoh 3 Tidak Menjawab

Jumlah

A Jawaban Setuju (Teori Dapat Berubah-ubah)

1

2

Jumlah

B Jawaban Tidak Setuju (Teori tidak dapat berubah)

3

Jumlah

C Jawaban Setuju dan Tidak Setuju

4

Jumlah

D Tidak Menjawab

Jumlah Jumlah


(39)

45

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disesuaikan dengan paham konstruktivis hakikat sains yang dikembangkan oleh Lederman. Kelompok-kelompok jawaban tersebut ialah kategori jawaban informed, intermediary dan naïve. Kelompok jawaban informed adalah kelompok jawaban yang berkaitan dengan persepsi kontemporer yang berkembang dan diterima di kalangan filsuf sains, ilmuwan, dan pendidik sains untuk setiap aspek hakikat sains; kategori jawaban naïve, untuk kelompok jawaban yang menampakkan kekurang sesuaiannya dengan persepsi yang berkembang di kalangan filsuf sains, ilmuwan, dan pendidik sains untuk setiap aspek hakikat sains. Persepsi partisipan digolongkan ke dalam kategori naïve ketika ia tidak menunjukkan adanya persepsi yang memberikan informasi mengenai aspek hakikat sains yang dimaksud. Pandangan naïve tidak konsisten dengan pandangan kontemporer mengenai hakikat sains (Khishfe, 2008 dalam Khishfe 2012). Sementara itu, kategori jawaban intermediary adalah kelompok jawaban yang menunjukkan peralihan antara keduanya. Bentuk pandangan

intermediary terjadi menurut beragam kondisi (Khishfe, 2008 dalam Khishfe 2012). Kategori jawaban intermediary dapat dikenali dari terdapatnya dua atau lebih bagian pernyataan/ bagian persepsi yang seringkali bertentangan antara keduanya. Berikut adalah contoh tabel yang menunjukkan pengelompokkan tersebut.

Tabel 3.5 Contoh Tabel Persentase Persepsi Siswa mengenai Hakikat Sains Persepsi

Siswa

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Pre- Post- Pre- Post-

Informed

Intermediary

Naive

Ket: ∆ = selisih antara hasil petest dengan posttest

Selanjutnya, jumlah dan persentase pendapat-pendapat tersebut dibandingkan antara kelas eksperimen 2 dengan kelas eksperimen 1, serta antara pre-test dengan pos-test.


(40)

46

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan penjaringan data pandangan hakikat sains dengan menggunakan kuesioner argumentasi adaptasi kerangka argumentasi Toulmin (1958) yang dilakukan saat pre-test dan post-test di kedua kelas eksperimen, selanjutnya data diolah dengan menggunakan beberapa tahapan. Tahapan pertama, jawaban-jawaban siswa akan digolongkan ke dalam beberapa kelompok jawaban sesuai dengan kategori argumentasi yang disesuaikan dengan argumentasi yang baik menurut McNeill, Lizotte & Krajcik (in press) yang merupakan adaptasi dari kerangka argumentasi Toulmin (1958). Adapun kriteria yang digunakan sebagai patokan argumentsi yang baik adalah sebagai berikut. Klaim adalah simpulan yang menjawab pertanyaan. Fakta adalah data ilmiah untuk mendukung klaim. Data ini dapat dibentuk dari investigasi dari sumber lain, seperti observasi, membaca materi, atau mendapatkan data. Data yang dimaksud perlu memiliki kesesuaian dan cukup untuk mendukung klaim. Reasoning adalah sebuah justifikasi yang menunjukkan mengapa data terhitung sebagai fakta untuk mendukung klaim. Dalam komponen reasoning, siswa didorong untuk mengartikulasi logika yang melatar belakangi kepercayaan pada data yang mendukung klaim, serupa dengan warrant pada kerangka argumentasi Toulmin. Selanjutnya, siswa perlu untuk menyokong hubungan antara klaim dengan fakta dengan memasukkan prinsip-prinsip ilmiah yang sesuai, serupa dengan backing

pada kerangka argumentasi Toulmin. Sementara rebuttal adalah komponen argumentasi yang menunjukkan sanggahan atas suatu argumentasi yang didasarkan pada kelemahan dari komponen argumentasi lainnya.

Kelompok-kelompok jawaban tersebut ialah kategori jawaban informed, untuk kelompok jawaban yang menampakkan kesesuaiannya dengan kriteria argumentasi yang baik menurut Toulmin (yang telah diadaptasi oleh McNeill, Lizotte & Krajcik, in press); kategori jawaban naïve, untuk kelompok jawaban yang menampakkan kekurang sesuaiannya dengan kriteria argumentasi yang baik menurut Toulmin (yang telah diadaptasi oleh McNeill, Lizotte & Krajcik, in press); dan kategori jawaban


(41)

47

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori jawaban intermediary juga dapat dikenali dari terdapatnya dua atau lebih bagian pernyataan yang seringkali bertentangan antara keduanya. Tabel 3.6 berikut adalah contoh tabel yang menunjukkan pengelompokkan tersebut.

Tabel 3.6. Contoh Tabel Persentase Kategori Komponen Argumentasi

Kategori Komponen

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Pre- Post- Pre- Post-

Informed

Intermediary

Naive

Ket: ∆ = selisih antara hasil petest dengan posttest

Selanjutnya, jumlah dan persentase pendapat-pendapat tersebut dibandingkan antara kelas eksperimen 2 dengan kelas eksperimen 1, serta antara pre-test dengan pos-test. 3. Analisis Wawancara

Hasil dari proses wawancara (baik wawancara terstruktur dan wawancara semi-terstruktur) direkam, kemudian ditranskripsi. Hasil transkrip wawancara tersebut kemudian digunakan untuk mendukung data primer (persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi) yaitu melalui penguatan terhadap hasil interpretasi peneliti akan jawaban siswa tentang VNOS-B (wawancara semi-terstruktur), dan mendukung pembahasan mengenai interpretasi hasil persepsi hakikat sains dan keterampilan berargumentasi siswa dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.


(42)

48

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu J. Alur Penelitian

Penyusunan Proposal & Instrumen Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Judgement Instrumen

Uji Keterbacaan Instrumen

Revisi Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Pre-Test

Pemberian Perlakuan

Pelaksanaan Post-Test

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan

Penarikan Kesimpulan Perizinan

Penelitian

Tahap Akhir Tahap Pelaksanaan

Tahap Persiapan


(43)

49

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Alur Penelitian Penyusunan Laporan Penelitian (Skripsi)


(44)

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 108

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Secara umum, pembelajaran dengan menggunakan argumentasi ilmiah terstruktur dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur berpengaruh terhadap persepsi hakikat sains di kedua kelas eksperimen dalam topik sistem transportasi. Persepsi hakikat sains siswa di kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan persentase persepsi informed

pada tiga dari tujuh aspek hakikat sains, yaitu aspek empirik, tentatif, dan sosial budaya. Kekurangan dari penerapan argumentasi ilmiah tidak terstruktur ini adalah kurang dapat meningkatkan persepsi siswa tentang aspek teori dan hukum ilmiah, kreativitas dan imajinasi, mitos metode ilmiah, dan Theory-Laden yang disebabkan oleh kurang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam berargumentasi. Sementara itu, persepsi hakikat sains siswa di kelas eksperimen 2 tampak mengalami peningkatan persentase persepsi informed pada enam dari tujuh aspek hakikat sains, yaitu aspek empirik, tentatif, hukum ilmiah dan teori ilmiah, peran kreativitas dalam pengetahuan ilmiah, sosial budaya yang melekat pada pengetahuan ilmiah, dan

Theory-Layden. Kekurangan dari penerapan argumentasi ilmiah terstruktur ini adalah kurang terdapatnya penekanan untuk dapat mengubah persepsi siswa ke arah yang lebih baik pada aspek mitos metode ilmiah yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan konteks pembelajaran di dalam kelas.

Penerapan argumentasi ilmiah terstruktur dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur juga tampak memberikan pengaruh terhadap keterampilan berargumentasi siswa di kedua kelas eksperimen. Kelas eksperimen 2 yang mendapatkan penerapan argumentasi ilmiah terstruktur tampak menunjukkan hasil yang baik dalam membangun keterampilan berargumentasi siswa pada beberapa komponen argumentasi (dalam menyusun klaim, warrant dan backing). Kekurangan dari


(45)

109

Taurusina Indargani, 2015

PENGARUH PENERAPAN ARGUMENTASI ILMIAH TERSTRUKTUR TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI DALAM TOPIK SISTEM TRANSPORTASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerapan argumentasi ilmiah terstruktur adalah kurang dapat menunjang siswa untuk dapat menyusun data-data dan membuat pernyataan yang dapat menunjukkan kelemahan dari komponen-komponen argumentasi yang telah dibuat (klaim/warrant/backing) yang disebabkan oleh kurangnya pendalaman siswa tentang materi pembelajaran sehingga siswa kurang dapat mencari data yang relevan dengan konteks yang sedang dibicarakan. Sementara itu, argumentasi ilmiah tidak terstruktur pada kelas eksperimen 1 tampak memberikan kontribusi yang kurang positif terhadap keterampilan siswa dalam membangun komponen-komponen dari argumentasi (klaim, data, warrant, backing, rebuttal) karena kurangnya waktu pembiasaan dan pendalaman materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan, tampak terdapatnya beberapa kekurangan dari argumentasi ilmiah terstruktur dan argumentasi ilmiah tidak terstruktur. Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya adalah kurangnya waktu dan keefektifan dari pelaksanaan pembiasaan untuk melatihkan beberapa aspek dari argumentasi dan hakikat sains. Selain itu, pembelajaran juga kurang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbicara.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, tampak bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan tersebut ada baiknya jika dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Beberapa rekomendasi yang diajukan adalah:

1. Pembelajaran argumentasi dan hakikat sains merupakan pembelajaran dalam sains yang hasilnya tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Seluruh keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk dapat menguasai keterampilan berargumentasi dan memiliki persepsi hakikat sains yang baik tersebut perlu dilatihkan secara intensif dalam jangka waktu yang lebih panjang. Agar siswa dapat memiliki keterampilan yang baik untuk menyusun informasi secara optimal


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. (2014). Pelatihan Pengembangan Pengetahuan tentang Hakikat Sains dan Inkuiri serta Implikasinya dalam Kurikulum 2013. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

American Association for the Advancement of Science. (1989). Science for all Americans: A project 2061 report on literacy goals in science, mathematics and technology, Washington, DC: AAAS.

Bell, P., & Linn, M. C. (2000). Scientific arguments as learning artifacts: Designing for learning from the web with KIE. International Journal of Science Education, 22(8), 797–817.

Bell, R. L. (2009). Teaching the nature of science: Three critical questions. [Online]. Tersedia: http:www.ngsp.com/Teaching the nature of science [2 Desember 2013] Berland, L. K. & McNeill, K. J. (2009). Using a learing progression to inform

scientific argumentation in talk and writing. Paper presented at the Learning Progression in Science (LeaPS) Conference, Iowa City, IA.

DeBoer, G. E. (2000). Scientific Literacy: Another look at its historical and contemporary meanings. Journal of Research in Science Teaching, 37(6), 582-601.

Evolution & the Nature of Science Institutes (ENSI Lessons for Argumentation. (2013). Scientific argumentation. The Science Teacher, 80(5).

Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. (2004). Tapping into argumentation: Developments in the application of Toulmin’s argument. Pattern for studying science discourse. Science Education, 88, 915–933.

Foong, C. & Daniel, E. G. S. (2012). Students’ argumentation skills across two socio-scientific issues in a confucian classroom: Is transfer possible?.International Journal of Science Education, 35(14), 2331-2355.


(2)

Gray, R. & Kang, N.H. (2012). The structure of scientific arguments by secondary science teachers: Comparison of experimental and historical science topics. International Journal of Science Education, 36(1), 46-65.

Henderson, J. B., Osborne, J., MacPherson, A., & Szu, E. (2014). A new learning progression for student argumentation in scientific contexts. California: Stanford University.

Jimenez Aleixandre, M. P., & Erduran, S. (2007). Argumentation in Science Education. Springer

Jimenez Aleixandre, M. P., Rodriguez, A. B., & Duschl, R. A. (2000). “Doing the lesson” or doing science”: argument in high school genetics. Science Education, 84, 757-792.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Rasional Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud

Kenyon, L. & Reiser, B. J. (2006). A functional approach to nature of science: Using epistemological understandings to construct and evaluate explanations. Paper presented at the American Educational Research Association, San Fransisco, CA. Khishfe, R. (2012). Relationship between nature of science understandings and

argumentation skills: A role for counterargument and contextual factors. Journal of Research in Science teaching. 49(4), 489-514.

Khishfe, R. (2013). Explicit Nature of Science and Argumentation Instruction in the Context of Socioscientific Issues: An effect of student learning and transfer. International Journal of Science Education. 36(6), 974-1016.

Khishfe, R. & Abd-El-Khalick, F. (2002). Influence of explicit and reflective versus implicit inquiry-oriented instruction on sixth graders’ views of nature of science. Journal of Research in Science Teaching. 39(7), 551-578.


(3)

Khishfe, R & Lederman, N. (2006). Teaching nature of science within a controversial topic: Integrated versus nonintegrated. Journal of Research in Science Teaching. 43(4), 395-418.

Kuhn, L. & Reiser, B.J. (2006). Structuring activities to foster argumentative discourse. Paper presented at the American Educational Research Association. San Fransisco.

Lederman, N. G., Abd-El-Khalick, F., Bell, R. L., dan Schwartz, R. S. (2002). Views of nature of science questionnaire: toward valid and meaningful assessment of learnrs’ conceptions of nature of science. Journal of Research in Science Teaching, 39(6), 497-521.

Lederman, N. G., Antink, A., Bartos, S. (2012). Nature of science, scientific inquiry, and socio-scientific issues arising from genetics: A pathway to developing a scientifically literate citizenry. Science & Education.

Lederman, N.G., Lederman, J. S., & Antink, A. (2013). Nature of science and scientific inquiry as contexs for the learning of science and achievement of scientific literacy. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 1(3), 138-147.

McDonald, C. V. (2010). The influence of explicit nature of science and argumentation instruction on preservice primary teachers’ views of nature of science. Journal of Research in Science Teaching, 47(9), 1137–1164.

McBurney, S., & Parsons, S. (2000). Modelling scientific discourse. In Pearce, D., ed., Proceedings of the Work-shop on Scientific Reasoning in Al and Philosophy of Science, 14th European Conference on Artificial Intellegence (ECAI-2000). Berlin, Germany: ECAI.

McComas, W. F. (1998). The principal elements of the nature of science: Dispelling the myths. in W. F. McComas (ed.) The Nature of Science in Science Education, 53-70. Kluwer Academic Publishers.

McComas, W. F., & Olson, J. K. (2002). The nature of science in international science education standards documents. InW. F. McComas (Ed.), The nature of


(4)

science in science education: Rationales and strategies (pp. 41–52). Dordrecht: Kluwer (Springer) Academic Publishers.

McNeill, K. L., Lizotte, D. J., & Krajcik, J. (in press). Supporting Student’s Construction of Scientific Explanations by Fading Scaffolds in Instructional Materials. The Journal of the Learning Sciences.

Oh, S. & Jonasset, D. H. (2006). Scaffolding Online Argumentation During Problem Solving. Journal of Computer Assisted Learning, 23, 95-110.

Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2004). Enhancing the quality of argumentation in school science. Journal of Research in Science Education, 41(10), 994–1020.

Pezaro, C., Wright, T., Gillies, R. (2014). Pre-service primary teachers’

argumentation in socioscientific issues. Proceedings of the Frontiers in Mathematics and Science Eduaction Research Conference, Famagusta, North Cyprus: FMSERC.

Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada.

Toulmin, S. (1958). The Uses of Argument. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Yacoubian, H. A. & Khishfe, R. (2015). Argumentation, critical thinking, nature of science and socioscientific issues: A dialogue between two researchers. Report of IHPST Thirteenth Biennial International Conference, Rio de Janeiro: IHPST. Yerrick, R. K. (2000). Lower Track Science Students’ Argumentation and Open

Inquiry Instruction. Journal of Research in Science Teaching, 37(8),807-838. Zeidler, D. L.,Walker, K. A., Ackett,W. A., & Simmons, M. L. (2002). Tangled up in

views: Beliefs in the nature of science and responses to socioscientific dilemmas. Science Education, 86, 343–367.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Taurusina Indargani, yang lahir di Bandung tanggal 10 Mei 1993. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Suryono dan Ibu Iswati. Penulis telah menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Antapani I (1999-2005), Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandung (2005-2008) dan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung (2008-2011). Pendidikan terakhir penulis adalah pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Biologi, Departemen Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (2011-2015).


(6)

Selama duduk di bangku perkuliahan, penulis aktif dalam berorganisasi terutama di BEM HMBF FPMIPA UPI dan aktif dalam acara tahunan Bakti Formica untuk Bangsa

(BFUB) XV dan XVI. Selain itu, penulis senang mengikuti beberapa perlombaan dan olimpiade selama perkuliahan, seperti Olimpiade Sains Nasional. Motto hidupnya adalah “Do Your Best in Every Chance!”.