PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS.

(1)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi.

Oleh : Senna Ferisra

0905640

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PERSEPSI SISWA TENTANG PERSEPSI HAKIKAT

SAINS

Oleh Senna Ferisra

0905640

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

©SennaFerisra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN SENNA FERISRA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, Drs.,M.Sc NIP. 195512191980021001

Pembimbing II

Dr. Wahyu Surakusumah, S.Si., MT. NIP. 197212301999031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS

Senna Ferisra, Yusuf Hilmi Adisendjaja, Wahyu Surakusumah

Jurusan Pendidikan Biologi-FPMIPA UPI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul pengaruh pembelajaran berbasis hakikat sains terhadap penguasaan konsep dan persepsi siswa tentang hakikat sains. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran berbasis hakikat sains terhadap penguasaan konsep pada bab sistem klasifikasi makhluk hidup dan untuk mengetahui persepsi siswa tentang hakikat sains. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain Control Group

Design. Analisis hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas

kontrol yang melakukan praktikum biasa dan kelas eksperimen yang telah diberikan pembiasaan dan perlakuan pembelajaran berbasis hakikat sains. Siswa kelas eksperimen yang telah diajarkan tentang ke 7 aspek hakikat sains diharapkan untuk mengaplikasikan karakter-karakter tersebut dalam pembelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga melibatkan kemampuan mengobservasi, bereksperimen, berpikir dan memvalidasi yang mereka miliki. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran berbasis hakikat sains memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VII.

Kata kunci : hakikat sains, penguasaan konsep, Sistem klasifikasi makhluk hidup. ABSTRACT

The title of this research is the influence of nature of science based learning to mastery of concept and perception of nature of science. The aim of this research is to see the influence of nature of science based learning process to mastery of the concept of classification system and to see the perception about nature of science. The method was used in this research is Quasi Experimental with Control Group Design as the design. Analysis of the results of the study showed a significant difference between the control class which performs a regular and practical classroom experiment that has been given the conditioning and treatment of learning based nature of science. Experimental class students who have been taught about the 7 of nature of science aspects are expected to apply the aforementioned characters in learning that was designed so as to involve the ability of observing, experimenting, thinking and validating. The conclusion from this research is that the true nature of science-based learning gives significant influence towards mastery of the concept of classification system in grade VII.


(5)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Batasan Masalah ... 4

E. Asumsi ... 4

F. Hipotesis ... 4

G. Tujuan Penelitian ... 5

H. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II HAKIKAT SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP A. Hakikat Sains ... 6

B. Penguasaan Konsep ... 20

C. Hubungan Hakikat Sains, Inkuiri dan Penguasaan Konsep ... 23

D. Konsep Sistem Klasifikasi ... 24

E. Penelitian-Penelitian Relevan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35


(6)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Waktu dan Tempat ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Analisis Ujicoba Instrumen Penelitian ... 38

G. Prosedur Penelitian ... 42

H. Analisis dan Pengolahan Data ... 44

I. Alur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN... 77


(7)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1. Dimensi Kognitif ... 21

3.1. Desain Penelitian ... 35

3.2.Kuesioner Adaptasi vNOS-B ... 37

3.3.Interpretasi Daya Pembeda ... 39

3.4. Interpretasi Indeks Kesukaran ... 40

3.5. Kriteria Validitas ... 41

3.6. Kriteria Reliabilitas ... 42

4.1. Hasil Pretest dan Posttest Persepsi Hakikat Sains ... 46

4.2. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan U-Mann Whitney Pretest Kuesioner Hakikat Sains ... 48

4.3. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan U Mann Whitney Gain Persepsi Hakikat Sains ... 49

4.4. Rekapitulasi Kemunculan Hakikat Sains Tiap Indikator ... 51

4.5. Hasil Rata-Rata Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep ... 52

4.6. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji T pretest Penguasaan Konsep ... 53

4.7. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan U Mann Whitney post-test Penguasaan Konsep ... 55


(8)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1. Tiga komponen literasi sains ... 11

2.2. Miskonsepsi hubungan hierarki diantara fakta, teori dan hukum ... 13

3.1. Bagan analisis data ... 44

3.2. Bagan Alur Penelitian ... 45

4.1. Hasil Pretest dan Posttest Persepsi Hakikat Sains ... 47


(9)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

A.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 77

2. Lembar Kegiatan Siswa ... 95

B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Soal Penguasaan Konsep Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup ... 98

2. Kuesioner Persepsi Hakikat Sains ... 106

C. ANALISIS BUTIR SOAL 1. Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep ... 109

2. Analisis Statistik ... 122

3. Persentase Analisis Ujicoba Soal dan Kesuaian Soal dangan TPK ... 133

D.INSTRUMEN PENELITIAN 1. Rekapitulasi Nilai Persepsi Hakikat Sains ... 134

2. Rekapitulasi Nilai Penguasaan Konsep ... 138

3. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen ... 142

E. ADMINISTRASI PENELITIAN 1. Surat Izin Uji Instrumen ... 144

2. Berita Acara Judgement Instrumen ... 145

3. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 146

4. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian ... 147

F. DOKUMENTASI PENELITIAN Dokumentasi Penelitian ... 148


(10)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Para ilmuwan menganggap bahwa suatu hal dan kejadian di dunia ini terjadi dalam suatu pola yang konsisten, yang dapat dipahami melalui penelitian yang hati-hati dan sistematik. Ilmuwan percaya bahwa melalui orang-orang pandai dan dengan bantuan instrumen yang membantu panca indera, manusia dapat menemukan suatu pola di dunia ini (Rutherford & Ahlgren, 1990). Seiring dengan sejarah manusia, orang-orang telah mengembangkan banyak ide yang terhubung dan tervalidasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan fisika, biologi, fisiologi dan ilmu-ilmu sosial. Ide ini memungkinkan generasi berikutnya mencapai sebuah peningkatan tentang pemahaman yang menyeluruh dan dapat dipercaya mengenai manusia dan lingkungannya. Ide ini digunakan untuk mengembangkan cara tertentu yaitu mengobservasi, berpikir, bereksperimen dan memvalidasi. Cara-cara ini mempersembahkan sebuah aspek yang mendasar dari hakikat sains dan mencerminkan bagaimana sains dapat dibedakan dengan pengetahuan lain (Rutherford & Ahlgren, 1990).

Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya (Suparno, 1997). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Hal yang sangat penting dalam filsafat konstruktivisme adalah bahwa dalam proses belajar siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Merekalah yang harus lebih aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru ataupun orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa aktif ini dalam dunia pendidikan, terlebih di Indonesia, kiranya sangat penting untuk dikembangkan. Kreativitas dan keaktivan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam


(11)

2

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja (Suparno, 1997).

Siswa harus diberikan masalah pada tingkat yang sesuai dengan kedewasaan mereka, yang mengharuskan mereka untuk menentukan bukti yang sesuai dan untuk mengajukan tafsiran dari bukti yang ada. Hal ini memberikan sesuatu yang lebih dari biasanya, dari yang sains berikan, pada observasi yang hati-hati dan analisis yang kuat. Siswa membutuhkan bimbingan, dorongan, dan latihan dalam mengumpulkan, memilih, dan menganalisis bukti, dan dalam membangun pendapat berdasarkan hal tersebut. Bagaimanapun, jika jenis aktivitasnya bersifat membosankan, mereka harus dibimbing kepada beberapa hasil yang memuaskan secara intelektual yang menjadi perhatian siswa (Rutherford & Ahlgren, 1990).

Jawaban paling singkat untuk menjawab pertanyaan pentingnya memahami hakikat sains dapat dilihat dari lima segi. Pertama dari segi kebermanfaatan, yaitu untuk memahami makna dari sains dan mengelola suatu teknologi dan proses dalam kehidupan sehari-hari. Kedua dari segi demokratis, Hakikat sains penting untuk mengajarkan pembuatan keputusan dalam persoalan sains dalam masyarakat. Ketiga, kebudayaan memahami hakikat sains penting untuk menghargai nilai dari sains dalam kebudayaan saat ini. Keempat moral, memahami hakikat sains membantu dalam memahami norma pada komunitas ilmiah yang membentuk komitmen terhadap moral nilai yang umum pada masyarakat. Kelima pembelajaran sains, memahami hakikat sains memfasilitasi dalam pembelajaran sains (Lederman, 2006).

Alasan penggunaan hakikat sains dalam pembelajaran konsep klasifikasi makhluk hidup karena konsep klasifikasi makhluk hidup merupakan hal utama, jika diibaratkan susunan taksonomi itu seperti alamat yang harus ditempuh untuk mencapai suatu nama ilmiah dari suatu jenis makhluk hidup. Diharapkan melalui suatu pembelajaran berhakikat sains dapat mencapai hal tersebut, sehingga siswa tidak hanya mengingat konsep tersebut, tetapi memahaminya dengan baik. Mengklasifikasi suatu jenis merupakan suatu hal yang alamiah terjadi pada manusia, karena itulah cara manusia menstrukturisasi pandangan terhadap dunia (Campbell,


(12)

3

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2008). Persepsi siswa mengenai hakikat sains juga penting, untuk menjawab betapa pentingnya siswa memahami hakikat sains dapat dilihat dari berbagai segi. Hal yang pertama adalah melihat kebermanfaatan hakikat sains tersebut dimana pemahaman tentang hakikat sains sangat penting untuk bisa mengatur suatu hal yang berhubungan dengan teknologi dalam suatu proses kehidupan sehari-hari. Selanjutnya yaitu pemahaman hakikat sains sangat penting untuk membuat suatu keputusan dalam isu sosial, menanggapi kebudayaan yang ada saat ini, membentuk moral bangsa yang baik dan yang terakhir sebagai suatu cara untuk mengajarkan suatu ilmu pengetahuan (Lederman, 2006). Menyediakan pemahaman yang akurat mengenai hakikat sains membantu siswa untuk mengenal kekuatan dan keterbatasan dari pengetahuan ilmiah, mengembangkan pandangan akurat dari bagaimana sains dibedakan dari cara lain untuk mengetahui suatu hal, dan menggambarkan berbagai tipe pertanyaan sains yang dapat maupun yang tidak dapat dijawab. Penelitian menunjukkan bahwa instruksi hakikat sains yang efektif adalah dijelaskan dengan eksplisit, terletak di dalam konteks yang bermakna, dan terkait dengan keterampilan proses yang relevan. Selain itu, mengajarkan hakikat sains dan inkuiri secara bersama-sama dengan pengetahuan ilmiah mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi efektif dalam pengambilan keputusan luar kelas (Bell, Maeng dan Peters, 2010).

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:

“Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep sistem klasifikasi dan bagaimanakah persepsi


(13)

4

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan yang dimunculkan maka dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang hakikat sains?

2. Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains dapat meningkatkan penguasaan siswa tentang konsep sistem klasifikasi?

D. Batasan Masalah

Supaya permasalahan yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah pada:

1. Subjek yang diteliti adalah siswa SMP kelas VII.

2. Materi yang diajarkan adalah sistem klasifikasi makhluk hidup. E. Asumsi

Dalam kelas inkuri melibatkan proyek yang melibatkan peran siswa yang lebih banyak, dengan siswa yang secara aktif menggunakan proses dan menafsirkan inkuiri, dengan bimbingan guru, untuk mencapai pemahaman yang bermakana. (Krajcik et al.,1994). Menurut Lederman (1999) sebuah pemahaman tentang hakikat sains akan memungkinkan masyarakat untuk lebih mengerti dan sebagai hasilnya akan lebih bisa untuk mengambil sebuah keputusan yang berpendidikan ketika menghadapi tuntutan dan informasi yang bersifat ilmiah. Guru dapat membantu siswa untuk bepikir secara ilmiah dalam proses saat mereka berinkuiri dengan pemahaman terhadap hakikat sains sebagai pedoman mereka (Peters, 2006).

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi diatas, terdapat perbedaan rata-rata nilai antara kelas eksperimen yang melakukan proses pembelajaran berbasis hakikat sains dengan kelas konrol dengan praktikum biasa.


(14)

5

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh proses pembelajaran yang berbasis hakikat sains terhadap penguasaan konsep pada konsep sistem klasifikasi. Pembelajaran dengan menggunakan suatu metode yang berbasis hakikat sains diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa. H. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya:

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan menarik.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi siswa dalam mempelajari konsep .

3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk menerapkan variasi metode dalam mengajarkan konsep .

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(15)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasy

experimental dengan desain control group design (Sugiyono, 2010:114). Eksperimen

ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas yang dipilih secara cluster, dimana satu kelas diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis hakikat sains, dan kelas lainnya diberi perlakuan dengan praktikum biasa.

Tabel. 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 : Tes awal sebelum perlakuan O2 : Tes akhir setelah perlakuan

X : Perlakuan pembelajaran berbasis hakikat sains

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains, pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran sains sebagai suatu proses untuk membentuk suatu pengetahuan yang harus melalui cara tertentu melalui observasi, berpikir, melakukan percobaan atau validasi hasil, juga disertai dengan pemahaman aspek-aspek hakikat sains yang dikemukakan oleh Lederman.


(16)

36

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Penguasaan Konsep, penguasaan konsepsi siswa dari konsepsi-konsepsi alternatif menjadi konsepsi yang utuh dan benar sesuai hakikat sains yang diukur melalui tes dengan 30 soal pilihan ganda.

3. Persepsi Hakikat Sains, pandangan siswa terhadap hakikat sains yang dikemukakan Lederman dan diukur melalui tes dengan kuesioner berupa adaptasi dari vNOS B.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep klasifikasi dan persepsi hakikat sains dari siswa kelas VII SMP N 1 Lembang. Sampel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep klasifikasi dan persepsi siswa tentang hakikat sains dari dua kelas yang dipilih dengan cara cluster sampling, satu kelas akan menjadi kelas dengan perlakuan dan kelas lainnya akan dijadikan kelas kontrol atau tanpa perlakuan.

D. Waktu dan Tempat

Waktu

Waktu penelitian adalah Januari 2013 sampai Februari 2013 (persiapan), Februari sampai April 2011 (pelaksanaan), Mei 2013 (pasca pelaksanaan).

Tempat

Tempat penelitian adalah SMPN 1 Lembang E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah berupa soal yang disiapkan untuk menilai penguasaan konsep siswa dengan jenis tes sebagai berikut:

Untuk mengukur pemahaman konsep sains siswa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(17)

37

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Tes Penguasaan Konsep

Untuk mengukur penguasaan konsep klasifikasi, digunakan tiga puluh butir soal yang telah mengalami judgement, uji coba dan beberapa kali revisi. Ke-tiga puluh butir soal digunakan pada saat pretest dan posttest. Penyusunan instrumen melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Membuat kisi-kisi tentang materi klasifikasi. b. Membuat lima puluh soal pilihan ganda.

c. Melakukan bimbingan dengan pembimbing dan judgement dosen ahli. d. Melakukan uji coba instrumen.

e. Menganalisis data hasil uji coba.

f. Melakukan bimbingan dan judgement hasil analisis.

g. Fiksasi instrumen yang akan digunakan untuk mengukur penguasaan konsep.

2. Adaptasi Kuesioner vNOS-B

Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa tentang hakikat sains diukur dengan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya. Instrumen tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tujuh aspek hakikat sains yang dikembangkan oleh Lederman, N. G, abd-El-Khalick, Fouad, Bell, R. L, Schwartz, R. S

Tabel. 3.2. Kuesioner adaptasi vNOS-B

No vNOS-B

1. 1.

2.

2. Setelah para ilmuwan mengembangkan sebuah teori (misalnya sistem klasifikasi), apakah teori tersebut dapat berubah ? Jika Anda percaya bahwa sistem klasifikasi dapat berubah, mengapa kita harus bersusah-susah memahami/mengajarkan hal yang belum pasti tersebut. Jelaskan dengan contoh!


(18)

38

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.

4.

5.

6.

7.

klasifikasi hingga saat ini? Apa bukti spesifik ilmuwan untuk menentukan bagaimana sistem itu?

4. Apakah ada perbedaan antara teori dan hukum dalam sains? Berikan contoh untuk menggambarkan jawaban Anda.

5. Bagaimana persamaan ilmu pengetahuan dan seni? Bagaimana perbedaan keduanya? 6. Ilmuwan melakukan eksperimen/penelitian ketika mencoba untuk memecahkan masalah.

Selain perencanaan dan pendesainan dari eksperimen/penelitian, apakah para ilmuwan menggunakan kreativitas dan imajinasi mereka ketikadan setelah pengumpulan data? Tolong jelaskan jawaban Anda dan berikan contoh jika sesuai!

7. Adakah perbedaan antara pengetahuan ilmiah dan pendapat? Berikan contoh untuk menggambarkan jawaban Anda.

8. Beberapa ilmuwan percaya bahwa alam semesta berkembang sementara yang lain percaya bahwa itu menyusut; yang lain percaya bahwa alam semesta berada dalam keadaan tetap, tanpa perluasan atau penyusutan. Mengapa kesimpulan yang dihasilkan dapat berbeda padahal hal tersebut diperoleh dari percobaan dan data yang sama?

Lederman, N. G, abd-El-Khalick, Fouad, Bell, R. L, Schwartz, R. S, (2002) F. Analisis Ujicoba Instrumen Penelitian

Setelah melui tahap judgement, instrumen lalu diujicoba kan terhadap siswa yang sudah mempelajari materi klasifikasi sebelumnya. Selanjutnya hasil ujicoba tersebut dianalisis kelayakannya untuk digunakan sebagi instrumen untuk mengukur penguasaan konsep. Analisis yang dilakukan yaitu analisis daya pembeda, taraf kesukaran, validitas dan reliabilitasnya.

1. Analisis daya pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa kelas atas dan siswa kelas bawah. Siswa kelas atas adalah siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab paket soal, sedangkan siswa kelas bawah merupakan siswa yang kurang mampu dalam menjawab paket soal.


(19)

39

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap soal adalah sebagai berikut:

(Arikunto, 2007) Keterangan:

DP: Daya Pembeda

BA: Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar JA: Jumlah peserta kelompok atas

BB: Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB: Banyak peserta kelompok bawah

Koefisien yang digunakan sebagai kriteria daya pembeda yaitu: Tabel 3.3 Interpretasi daya pembeda

Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00≤D<0,20 Jelek

0,20≤D<0,40 Cukup

0,40≤D<0,70 Baik

0,70≤D<1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2007) Hasil analisis daya pembeda ujicoba instrumen dari 50 soal yang diujicobakan sebesar 14% baik sekali, 36% baik, 12%cukup, dan 38% jelek. Hasil perhitungan yang lebih detail dapat dilihat di lampiran C1.

2. Analisis Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan kadar sukar atau tidaknya suatu soal (Arikunto, 2007:209). Soal yang baik digunakam sebagai instrumen ad;alah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk dijawab. Untuk menghitung taraf kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut:


(20)

40

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2007) Keterangan :

P: Indeks kesukaran

B: Jumlah siswa yang menjawab dengan benar JS: Jumlah siswa yang mengikuti tes

Taraf kesukaran dan kemudahan suatu soal dapat diukur dalam skal 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi indeks kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Soal

0,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Mudah

(Arikunto, 2007) Hasil analisis tingkat kesukaran ujicoba instrumen dari 50 soal yang diujicobakan sebesar 26% sukar, 68% sedang, dan 6% mudah. Hasil perhitungan yang lebih detail dapat dilihat di lampiran C1.

3. Analisis Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur hal yang hendak diukur (Arikunto, 2007). Validitas tes adalah tingkat kesahihan suatu instrumen. Nilai validitas sebuah instrumen dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kesejajaran sebuah tes. Adapun rumus yang digunakan adalah:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑


(21)

41

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2007)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N: Jumlah siswa

X: Skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba Y: Skor total tiap siswa uji coba

Tabel 3.5 Kriteria validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2007) Dari hasil analisis validitas ujicoba instrumen dari 50 soal yang diujicobakan sebesar 0% sangat tinggi, 10% tinggi, 24% cukup, 26% rendah dan 40% sangat rendah. Hasil perhitungan yang lebih detail dapat dilihat di lampiran C1.

4. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketetapan hasil tes apabila diuji kepada subjek atau orang dan soal yang sama namunwaktu yang berbeda. Nilai reliabilitas ditentukan dengan menggunakan rumus K-R. 20, rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan


(22)

42

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu p : Proporsi rata-rata skor siswa menjawab benar

q : Proporsi rata-rata skor siswa menjawab salah S: Standar deviasi tes

N: Banyaknya item

Tabel 3.6 Kriteria reliabilitas

Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas

0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Cukup

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2007) Nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen adalah 0,79 dengan kategori tinggi. rekapitulasi hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran C1. Untuk mengetahui kesesuaian antara tujuan dengan soal yang dipakai dalam penelitian dapat melihat lapiran C3.

G. Prosedur Penelitian

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Berikut ini merupakan penjelasan secara mendetail dari ketiga tahapan tersebut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Merumuskan masalah yang akan diteliti.

b. Melakukan kajian pustaka.


(23)

43

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d. Perbaikan proposal setelah mendapat berbagai masukkan dari dosen. e. Seminar proposal.

f. Survey kelas untuk mengetahui keadaan umum kelas.

g. Penyusunan instrumen penelitian dan rencana pembelajaran yang kemudian melalui proses judgment oleh dosen-dosen yang berkompeten. h. Perbaikan instrumen dan rencana pembelajaran setelah mendapatkan

berbagai masukkan dari dosen.

i. Uji coba instrumen pada subjek uji coba instrumen.

j. Perbaikan instrumen penelitian berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen. 2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Penentuan kelas yang akan menjadi subjek penelitian yaitu kelas eksperimen

kelas kontrol.

b. Melakukan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol.

c. Melakukan pembiasaan pengajaran dengan memasukan aspek-aspek hakikat sains pada materi sebelum materi klasifikasi.

d. Melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan pembelajaran berbasis hakikat sains sesuai tahapan yang telah direncanakan.

e. Post-test dilaksanakan 2 minggu setelah perlakuan.

3. Tahap pasca pelaksanaan

Tahap pasca penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Melakukan pengoreksian data.

b. Melakukan uji statistik terhadap data yang telah didapatkan.

c. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data. d. Menyusun laporan hasil penelitian (Skripsi).


(24)

44

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

H. Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh diuji statistik secara kuantitatif untuk mendapatkan kesimpulan maupun generalisasi. Adapun langkah-langkah analisis dan pengolahan data yaitu sebagai berikut

Gambar 3.1. Bagan analisis data

Uji Homogenitas & Normalitas

Uji U-Mann Whitney

Pembahasan

Uji U-Mann Whitney

Hasil Hasil

Uji Homogenitas & Normalitas

Kesimpulan Analisis hasil pre-test

Analisis posttest karena pretest tidak berbeda signifikan

Uji U-Mann Whitney untuk data tidak normal atau tidak homogen

Uji T untuk data normal dan homogen

Analisis gain jika pretest

berbeda signifikan Hasil

Uji Homogenitas & Normalitas


(25)

45

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

I. Alur Penelitian

Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian

Penyusunan Laporan (Skripsi) Pembahasan dan Kesimpulan

Analisis Data Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data Uji Coba Instrumen

Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian Judgement RPP dan Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba

Judgment Hasil Uji Coba

Revisi Instrumen

Perizinan penelitian

Penentuan sampel penelitian Penyusunan Proposal

Seminar Proposal Merumuskan Masalah

Revisi Proposal Studi kepustakaan


(26)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Persepsi awal siswa kelas VII terhadap hakikat sains apabila dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh saat pretest pada kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa hakikat sains merupakan hal yang baru untuk mereka, walau begitu ada beberapa aspek hakikat sains yang sudah mereka ketahui, misalnya sains bersifat tentatif dan dipengaruhi kreativitas dan imajinasi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji U Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah siswa mendapat perlakukan dalam hal persepsi mengenai hakikat sains, yaitu karena Z hitung adalah -13,1 dan tidak berada diantara -1,96 - 1,96.

Pengaruh pembelajaran berbasis hakikat sains juga memberikan pengaruh positif terhadap penguasaan konsep pada materi klasifikasi makhluk hidup. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan setelah dilakukan pengujian yang sama dengan pengukuran persepsi hakikat sains, dari perbandingan median nilai kelas kontrol dengan kelas eksperimen yaitu Z hitung

adalah -12,16 dan tidak berada diantara -1,96 - 1,96. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan memberikan nilai-nilai/karakter dalam pencarian ilmu pengetahuan (inkuiri) dengan pedoman tujuh aspek hakikat sains memberikan penguasaan konsep yang lebih baik, jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan praktikum biasa yaitu tanpa pemberian pemahaman tentang hakikat sains.


(27)

74

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Pengajaran mengenai hakikat sains akan lebih baik apabila materi tersebut

diajarkan pada jam tertentu dan dikaitkan dengan contoh-contoh sejarah penemuan dari mata pelajaran sains yang lain.

2. Pengajaran hakikat sains ternyata tidak cukup diajarkan dalam waktu singkat, butuh waktu yang panjang agar membuat siswa mengerti betul tentang hakikat sains.

3. Penyusunan instrumen yang relevan untuk mengukur peran hakikat sains terhadap cara pandang siswa tentang isu sosial, budaya, moral dan demokratis setelah diberikan pemahaman mengenai hakikat sains akan sangat baik dan berguna untuk penelitian selanjutnya.

4. Penggunaan bahasa pada saat mengadaptasi sebuah instrument harus disesuaikan dengan tingkatan kedewasaan berpikir responden yang akan diukur, baiknya instrument tersebut diujikan dulu beberapa kali hingga mendapat instrument yang paling baik untuk mengukur persepsi responden tentang hakikat sains.


(28)

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akerson, V.L., & Hanuscin, D. (2007). Teaching the nature of science through inquiry: Results of a three-year professional development program. Journal of Research in Science Teaching 44(5), 653-680.

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D.R. (2001). Bloom’s Taxonomy Revised Cognitive Domain. [Online]. Tersedia: http//www.lbcc.edu [17 Maret 2013].

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Bell, Randy., Maeng, J. L, dan Peters, Erin. (2010). Virginia Mathematics and

Science Coalition Scientific Inquiry and the Nature of Science Task Force Report. Univesity of Virginia and George Mason University.

Campbell, N., Recce, J. B, dan Mitchel, L.G. (2004). Biologi Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga

Crowther, D. T, Lederman, N. G, Lederman, J. S. (2005). “Understanding The True Meaning Of Nature Of Science”. Science and Children.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Driver, R., Leach,J., Millar,R.,& Scott, P. (1996). Young people's images of science. Buckingham, UK:Open University Press.

Fishwild, J. E. (2005). Modeling Instruction and the Nature of Science. Tesis Master Sains pada The university of Wisconsin-Whitewater.

Hazen, R.M., dan Trefil, J. (1992). Science matters: achieving scientific literacy. New York: Random House.

Krajcik, J. S., P. C. Blumenfeld, et al. (1994). “A collaborative model for helping middlegrade science teachers learn project-based instruction”. The Elementary School Journal 94(5): 483-497.

Lederman, N. G. (1998). The State of Science Education: Subject Matter Without

Context. [online].

Tersedia:http://www.files.chem.vt.edu/confchem/1998/lederman/lederman.ht ml [23 Februari 2013] .


(29)

76

76

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lederman, N. G. (1999). “Teachers' Understanding of the Nature of Science and Classroom Practice: Faktors That Facilitate or Impede the Relationship”.

Journal of Research in Science Teaching. 36, (8), 916-929.

Lederman, N. G.(2006). Syntax of Nature of Science Within Inquiry and Science

Instruction. Spinger. Chapter 14. Netherland.

Mackean,G. D. (2002). IGCSE Biology. University of Cambrige International Examinations. London : Hodder Murray.

McComas, W. F. (1998). “The Principal Elements of The Nature of Science: Dispelling The Myths”.The Nature of Science in Science Education.53-70.

McComas, W.F., Clough, M.P., & Almazroa, H. (1998). “The Role and Character of the Nature of Science in Science Education” Science & Education. 7,(6), 511-532.

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington: National Academy Press.

Peters, Erin. (2006). Connecting Inquiry and the Nature of Science. The science

Education Review . 5, (2).

Popper, K. R. (1963). Conjectures and Refutation. London: Routledge Classic.

Postlethwait, J. H. dan Hopson, J. L.(2006). Modern Biology. A Harcourt Education Company.

Rutherford, J. F., dan Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. Scientific

Literacy. New York Oxford: Oxford University Press, Inc.

Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Kosdakarya

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Suparno . (2005). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta : Kanisius.

Schwartz, R. S., Lederman, N. G., dan Crawford, B. A. (2004). t“Developing Views of Nature of Science in an Aunthentic Context: An Explicit Approach to Bridging the Gap Between Nature of Science and Scientific Inquiry”. Science Teacher Education. 611-644.


(30)

77

77

Senna Ferisra, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Penguasaan Konsep Dan Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Weinburgh, Molly H.(2003). "Equity and science education reform".

ScienceEducation. 87, (2).


(1)

45

I. Alur Penelitian

Pembahasan dan Kesimpulan Analisis Data

Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data Uji Coba Instrumen

Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian

Judgement RPP dan Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba

Judgment Hasil Uji Coba

Revisi Instrumen

Perizinan penelitian

Penentuan sampel penelitian Penyusunan Proposal

Seminar Proposal Merumuskan Masalah

Revisi Proposal Studi kepustakaan


(2)

Senna Ferisra, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Persepsi awal siswa kelas VII terhadap hakikat sains apabila dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh saat pretest pada kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa hakikat sains merupakan hal yang baru untuk mereka, walau begitu ada beberapa aspek hakikat sains yang sudah mereka ketahui, misalnya sains bersifat tentatif dan dipengaruhi kreativitas dan imajinasi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji U Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah siswa mendapat perlakukan dalam hal persepsi mengenai hakikat sains, yaitu karena Z hitung adalah -13,1 dan tidak berada diantara -1,96 - 1,96.

Pengaruh pembelajaran berbasis hakikat sains juga memberikan pengaruh positif terhadap penguasaan konsep pada materi klasifikasi makhluk hidup. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan setelah dilakukan pengujian yang sama dengan pengukuran persepsi hakikat sains, dari perbandingan median nilai kelas kontrol dengan kelas eksperimen yaitu Z hitung adalah -12,16 dan tidak berada diantara -1,96 - 1,96. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan memberikan nilai-nilai/karakter dalam pencarian ilmu pengetahuan (inkuiri) dengan pedoman tujuh aspek hakikat sains memberikan penguasaan konsep yang lebih baik, jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan praktikum biasa yaitu tanpa pemberian pemahaman tentang hakikat sains.


(3)

74

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pengajaran mengenai hakikat sains akan lebih baik apabila materi tersebut diajarkan pada jam tertentu dan dikaitkan dengan contoh-contoh sejarah penemuan dari mata pelajaran sains yang lain.

2. Pengajaran hakikat sains ternyata tidak cukup diajarkan dalam waktu singkat, butuh waktu yang panjang agar membuat siswa mengerti betul tentang hakikat sains.

3. Penyusunan instrumen yang relevan untuk mengukur peran hakikat sains terhadap cara pandang siswa tentang isu sosial, budaya, moral dan demokratis setelah diberikan pemahaman mengenai hakikat sains akan sangat baik dan berguna untuk penelitian selanjutnya.

4. Penggunaan bahasa pada saat mengadaptasi sebuah instrument harus disesuaikan dengan tingkatan kedewasaan berpikir responden yang akan diukur, baiknya instrument tersebut diujikan dulu beberapa kali hingga mendapat instrument yang paling baik untuk mengukur persepsi responden tentang hakikat sains.


(4)

Senna Ferisra, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akerson, V.L., & Hanuscin, D. (2007). Teaching the nature of science through inquiry: Results of a three-year professional development program. Journal of Research in Science Teaching 44(5), 653-680.

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D.R. (2001). Bloom’s Taxonomy Revised Cognitive Domain. [Online]. Tersedia: http//www.lbcc.edu [17 Maret 2013].

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Bell, Randy., Maeng, J. L, dan Peters, Erin. (2010). Virginia Mathematics and

Science Coalition Scientific Inquiry and the Nature of Science Task Force Report. Univesity of Virginia and George Mason University.

Campbell, N., Recce, J. B, dan Mitchel, L.G. (2004). Biologi Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga

Crowther, D. T, Lederman, N. G, Lederman, J. S. (2005). “Understanding The True Meaning Of Nature Of Science”. Science and Children.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Driver, R., Leach,J., Millar,R.,& Scott, P. (1996). Young people's images of science. Buckingham, UK:Open University Press.

Fishwild, J. E. (2005). Modeling Instruction and the Nature of Science. Tesis Master Sains pada The university of Wisconsin-Whitewater.

Hazen, R.M., dan Trefil, J. (1992). Science matters: achieving scientific literacy. New York: Random House.

Krajcik, J. S., P. C. Blumenfeld, et al. (1994). “A collaborative model for helping middlegrade science teachers learn project-based instruction”. The Elementary School Journal 94(5): 483-497.

Lederman, N. G. (1998). The State of Science Education: Subject Matter Without

Context. [online].

Tersedia:http://www.files.chem.vt.edu/confchem/1998/lederman/lederman.ht ml [23 Februari 2013] .


(5)

76

Lederman, N. G. (1999). “Teachers' Understanding of the Nature of Science and Classroom Practice: Faktors That Facilitate or Impede the Relationship”.

Journal of Research in Science Teaching. 36, (8), 916-929.

Lederman, N. G.(2006). Syntax of Nature of Science Within Inquiry and Science

Instruction. Spinger. Chapter 14. Netherland.

Mackean,G. D. (2002). IGCSE Biology. University of Cambrige International Examinations. London : Hodder Murray.

McComas, W. F. (1998). “The Principal Elements of The Nature of Science: Dispelling The Myths”.The Nature of Science in Science Education.53-70.

McComas, W.F., Clough, M.P., & Almazroa, H. (1998). “The Role and Character of the Nature of Science in Science Education” Science & Education. 7,(6), 511-532.

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington: National Academy Press.

Peters, Erin. (2006). Connecting Inquiry and the Nature of Science. The science

Education Review . 5, (2).

Popper, K. R. (1963). Conjectures and Refutation. London: Routledge Classic.

Postlethwait, J. H. dan Hopson, J. L.(2006). Modern Biology. A Harcourt Education Company.

Rutherford, J. F., dan Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. Scientific

Literacy. New York Oxford: Oxford University Press, Inc.

Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Kosdakarya

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Suparno . (2005). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta : Kanisius.

Schwartz, R. S., Lederman, N. G., dan Crawford, B. A. (2004). t“Developing Views of Nature of Science in an Aunthentic Context: An Explicit Approach to Bridging the Gap Between Nature of Science and Scientific Inquiry”. Science Teacher Education. 611-644.


(6)

77

Senna Ferisra, 2013

Weinburgh, Molly H.(2003). "Equity and science education reform".

ScienceEducation. 87, (2).