ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR.

(1)

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Di ajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh : AHMAD TOFAN 0611010041/ FE/ IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

ANALISISKURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

0611010041/ FE/ IE AHMAD TOFAN

Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skirpsi Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 30 April 2010

Pembimbing Utama : Tim Penguji

Ketua

Dra.Ec.Hj.Titiek Nurhadiyati

Sekretaris

Dra.Ec.Hamidah Hendrarini

Anggota

Drs.Ec.H.M.Taufik,MM

Dra.Ec.Hj.Titiek Nurhadiyati Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 202 389


(3)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Perumasan Masalah………... 5

1.3. Tujuan Penelitian………... 6

1.4. Manfaat Penelitian………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 7

2.1.1 Perbandingan Penelitian... 11

2.2. Landasan Teori………... 11

2.2.1. Kurs Valuta Asing... 11

2.2.1.1. Definisi Kurs Valuta Asing... 11

2.2.1.2. Sistem Kurs Valuta Asing……… 12


(4)

iv

2.2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Nilai Tukar Mata Uang………. 14 2.2.1.5. Faktor yang Memepengaruhi Kurs... 16 2.2.1.6. Penawaran dan Permintaan Valuta Asing……… 18 2.2.2. Penanaman Modal Asing (PMA)……… 20 2.2.2.1. Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)……. 20 2.2.2.2. Jenis-Jenis Penanaman Modal Asing (PMA)... 22 2.2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Modal Asing……….. 23 2.2.2.4. Kondisi yang Menunjang Penanaman Modal

Asing di Jawa Timur. ………... 24 2.2.2.5. Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan… 25 2.2.2.6. Dampak Negatif Penanaman Modal Asing……….. 25 2.2.3. Eksport……….. 27 2.2.3.1. Pengertian Eksport……… 27 2.2.3.2. Tujuan Eksport………. 28 2.2.3.3. Cara – cara Meningkatkan Daya Saing Eksport… 28 2.2.3.4. Aneka Cara Eksport……… 29 2.2.3.5. Masalah Yang Dihadapi Eksport……… 30 2.2.4. Pengeluaran Pembangunan……… 31

2.2.4.1. Pengeluaran Pembangunan Melalui Belanja

Daerah……….. 32 2.2.5. Kerangka Pikir……….. 35 2.2.6. Hipotesis……… 38


(5)

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional DanPengukuran Variabel... 39

3.2. Teknik Penentuan data... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 40

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 41

3.5. Uji T... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian……… 44

4.1.1. Kondisi Geografis Di Jawa Timur……… 44

4.1.2. Perkembangan Kurs Dollar di Jawa Timur……….. 45

4.2. Deskripsi Hasil Penenelitian………... 47

4.2.1. Perkembangan Kurs Valas……… 48

4.2.2. Perkembangan Penanaman Modal Asing…………. 49

4.2.3. Perkembangan Eksport……….. 50

4.2.4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan…... 51

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial……… 52

4.3.1. Pembahasan……… 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 58

5.2. Saran……… 59 DAFTAR PUSTAKA


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurs, Import, dan Eksport... 17

Gambar 2. Jumlah Permintaan Kurs... 19

Gambar 3. Jumlah Penawaran Kurs………. 20

Gambar 4. Kerangka Pikir………. 37

Gambar 5. Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis………… 43

Gambar 6. Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs (X1 Terhadap Penanaman Modal Asing (Y ) 1 Gambar 7. Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs (X )……….... 54

1 Terhadap Eksport (Y ) 2 Gambar 8. Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs (X )……….... 55

1 Terhadap Pengeluaran Pembangunan (Y ) 3)………... 56


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkembangan Kurs Valas... 48

Tabel 2. Perkembangan Penanaman Modal Asing... 49

Tabel 3. Perkembangan Eksport……….. 50

Tabel 4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan... 51

Tabel 5. Kurs Dollar (X1), terhadap Penanaman Modal Asing (Y1 Eksport (Y ), 2), Pengeluaran Pembangunan (Y3)………. 52


(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Kurs Valas (X1

(Y

), Penanaman Modal Asing

1), Eksport (Y2), Penegeluaran Pembangunan (Y3

Lampiran 2 : Uji Regresi Linier Sederhana PMA

)

Lampiran 3 : Uji Regresi Linier Sederhana Eksport


(9)

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI

PENANANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR

Oleh :

Abstraksi Ahmad Tofan

Dalam melakukan perdagangan internasional nilai suatu komoditi suatu selalu dinyatakan dalam satuan mata uang, baik mata uang domestik maupun mata uang asing. Adanya transaksi dari berbagai jenis mata uang ini menimbulkan penukaran suatu mata uang terhadap mata uang lainya yang dikenal sebagai sistem kurs. Hal ini menyebabkan valuta asing menjadi alat terpenting bagi perdagangan komoditi di pasar internasional. Namun sering kali terjadi kebingungan dalam suatu perdagangan komoditi tertentu yang berhubungan dengan valuta asing, karena nilai dari valuta asing selalu berubah – ubah sesuai dengan penawaran dan permintaan di pasar uang. Perubahan nilai valuta asing ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya perubahan tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat pendapatan, serta seberapa besar peran pemerintah dalam perekonomian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badam Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 1994 – 2008. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Sederhana dengan menggunakan alat bantu komputer program Statistic Program for Social Science (SPSS), yang menunjukkan pengaruh atau tidaknya signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi dimana variabel bebas adalah Kurs Valas (X1), dan variabel terikat Penanaman Modal Asing (Y1), Eksport (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3), maka dapat dibandingkan dan hasil uji signifikasi antara (1) Kurs Valas (X1) dengan Penanaman Modal Asing (Y1) Tidak Signifikan, (2) Kurs Valas (X1) dengan Eksport (Y2) Signifikan, (3) Kurs Valas (X1) dengan Pengeluaran Pembangunan (Y3) Signifikan. Dengan melihat hasil koefisien regresi variabel independent, maka dapat disimpulkan bahwa Eksport (Y2) merupakan variabel yang paling dominan terhadap pengaruh Kurs Valas (X1) di Jawa Timur.


(10)

Kata kunci : Kurs Valas (X1), dan variabel terikat Penanaman Modal Asing (Y1), Eksport (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3)


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pergerakan globalisasi yang semakin meluas, dalam melakukan perdagangan internasional nilai suatu komoditi suatu selalu dinyatakan dalam satuan mata uang, baik mata uang domestik maupun mata uang asing. Adanya transaksi dari berbagai jenis mata uang ini menimbulkan penukaran suatu mata uang terhadap mata uang lainya yang dikenal sebagai sistem kurs. Hal ini menyebabkan valuta asing menjadi alat terpenting bagi perdagangan komoditi di pasar internasional. Namun sering kali terjadi kebingungan dalam suatu perdagangan komoditi tertentu yang berhubungan dengan valuta asing, karena nilai dari valuta asing selalu berubah – ubah sesuai dengan penawaran dan permintaan di pasar uang. Perubahan nilai valuta asing ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya perubahan tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat pendapatan, serta seberapa besar peran pemerintah dalam perekonomian.

( Madura, 2000: 100 )

Nilai tukar ( kurs ) merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lain, dimana akan terdapat perbandingan nilai ( harga ) antara kedua mata uang tersebut. Mata uang


(12)

2

asing atau yang sering disebut dengan istilah valuta asing bukan saja berfungsi sebagai alat pembayaran, alat nilai dan alat satuan hitung sebagaimana fungsi uang pada umumnya, tapi valuta asing juga menjadi salah satu komoditi yang dapat diperjualbelikan. Di bursa valuta asing, nilai mata uang asing dinyatakan dalam dua macam harga (kurs) yaitu kurs beli (bid price ) dan kurs jual ( ask price ). Selisih yang timbul dari kedua harga ini disebut bid atau ask spread yang tidak lain merupakan keuntungan bagi pedagang valuta asing. ( Sinrem I, 2002 )

Di Indonesia sendiri dahulu pernah diterapkan sistem tukar tetap (fixed exchange rate system ), dimana dalam jangka pendek sistem ini dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah bila didukung dengan strategi inward looking yang mewarnai kebijakan ekonomi pada periode tertentu. Seiring dengan berjalanya waktu ternyata sistem nilai tukar tetap ini mengalami kelemahan, sehingga ditetapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali ( managed floating exchange rate system ) dimana nilai tukar rupiah dikendalikan oleh Bank Sentral sejak November 1978. Selanjutnya sistem ini diubah menjadi sistem nilai tukar mengambang fleksibel ( free floating exchange rate system ) sebagai akibat dari adanya inflasi yang cukup tinggi yang merupakan salah satu dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu. (Anomin, 1992 : 81)


(13)

3

Dalam keuangan internasional dikenal teori yang sangat popular sekaligus kontroversi, yaitu teori paritas daya beli (purchasing power parity), teori paritas suku bunga ( interest rate parity ), dan teori efek fisher internasional ( Interntional Fisher Effect ). Paritas daya beli merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat inflasi relatif dengan nilai tukar mata uang suatu negara. Sementara paritas suku bunga membahas hubungan antara suku bunga relatif dengan nilai tukar mata uang. Sedangkan teori efek Fisher Internasional menjelaskan hubungan antara suku bunga nominal relatif dengan nilai tukar mata uang. Paritas daya beli merupakan salah satu dari ketiga teori tersebut yang paling sering diuji kebelakuanya karena teori ini dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana kurs bereaksi terhadap perubahan tingkat inflasi pada setiap negara .(Sinrem I, 2002)

Penjelasan dari teori paritas daya beli ( purchasing power parity atau PPP ) merupakan suatu teori yang langsung menerapkan hukum satu harga (the law of one price) dimana nilai tukar antara mata uang domestik dan komoditi domestik seharusnya sama dengan nilai tukar antara mata uang domestik dengan komoditi luar negeri. Namun dalam kenyataanya ada beberapa kesulitan dalam teori PPP yang timbul karena berbagai faktor antara lain intervensi pemerintah, hambatan perdagangan, banyaknya variasi produk, perbedaan cita rasa konsumen dan informasi yang juga membutuhkan biaya. ( Salvatore, 1997 : 44 )

Pada umunya teori purchasing power parity banyak berlaku pada Negara yang menggunakan sistem devisa menggambang seperti Amerika,


(14)

4

Jepang, Inggris, Perancis. Sedangkan di Indonesia teori ini tidak berlaku karena kurs selalu dipantau oleh pemerintah melalui Bank Indonesia.

Untuk membandingkan nilai gerak kurs valas atau fluktuasi nilai tukar dilihat dari perbandingan antara tahun 2007 dengan tahun 2008 dimana, pada tahun 2007, model nilai tukar rupiah terhadap Dollar ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan uang. Berdasarkan model nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, maka nilai tukar terhadap Dollar pada tahu 2007 adalah pada kisaran Rp 9088 ( batas bawah ) sampai dengan diperkirakan pada bata atas pada kisaran Rp 9106 per Dollar AS. Kisaran prediksi nilai tukar ini diperkirakan akan berdampak positif bagi pencapaian target inflasi 2007 sebesar 6% plus minus 1%. Dismping itu level bawah Rp9.088 per USD bisa diterima eksportir dan importir.

Sedangkan pada tahun 2008 rupiah relatif stabil, namun tekanan perekonomian global dan kebijakan menaikkan BI rate di bulan Oktober nampaknya tak lagi mampu menahan rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah, pada awal tahun nilai tukar rupiah terhadap USD berada pada posisi Rp 9.153, terus menurun bahkan sempat menyentuh level Rp 11.300, ini merupakan kurs terburuk dalam tiga tahun terakhir. Pelemahan ini disinyalir karena terimbas fluktuasi mata uang dominan dunia.

Berdasarkan yield curve obligasi yang dikeluarkan Bank Indonesia, tingkat yield obligasi negara untuk tenor satu tahun per Desember 2007


(15)

5

masih 7,83% dan per 31 Oktober 2008 telah naik menjadi 13,76%, kebijakan menaikkan BI rate dianggap hanya untuk membela orang-orang berduit (investor), sementara sektor riil dibiarkan mati secara berlahan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang diharapkan mampu menganalisa apakah kurs valuta asing berpengaruh terhadap penanaman modal asing ( PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan di Jawa Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a) apakah kurs valuta asing berpengaruh terhadap penanaman modal asing (PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan di Jawa Timur ?

b) Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kurs valuta asing ?


(16)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah :

a) Untuk menganalisis pengaruh kurs valuta asing terhadap penanaman modal asing ( PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan di Jawa Timur

b) Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap valuta asing.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi peneliti sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan dalam bidang perdagangan internasional khususnya tentang pengaruh kurs valuta asing terhadap penanaman modal asing ( PMA ),eksport, dan pengeluaran pembangunan d Jawa Timur

b) Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat menambah perbendaharaan perpustakaan UPN “veteran”Jawa Timur

c) Bagi intansi yang terkait sebagai bahan pertimbangan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian yang akan datang


(17)

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI

PENANANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR

Oleh :

Abstraksi Ahmad Tofan

Dalam melakukan perdagangan internasional nilai suatu komoditi suatu selalu dinyatakan dalam satuan mata uang, baik mata uang domestik maupun mata uang asing. Adanya transaksi dari berbagai jenis mata uang ini menimbulkan penukaran suatu mata uang terhadap mata uang lainya yang dikenal sebagai sistem kurs. Hal ini menyebabkan valuta asing menjadi alat terpenting bagi perdagangan komoditi di pasar internasional. Namun sering kali terjadi kebingungan dalam suatu perdagangan komoditi tertentu yang berhubungan dengan valuta asing, karena nilai dari valuta asing selalu berubah – ubah sesuai dengan penawaran dan permintaan di pasar uang. Perubahan nilai valuta asing ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya perubahan tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat pendapatan, serta seberapa besar peran pemerintah dalam perekonomian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badam Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 1994 – 2008. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Sederhana dengan menggunakan alat bantu komputer program Statistic Program for Social Science (SPSS), yang menunjukkan pengaruh atau tidaknya signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi dimana variabel bebas adalah Kurs Valas (X1), dan variabel terikat Penanaman Modal Asing (Y1), Eksport (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3), maka dapat dibandingkan dan hasil uji signifikasi antara (1) Kurs Valas (X1) dengan Penanaman Modal Asing (Y1) Tidak Signifikan, (2) Kurs Valas (X1) dengan Eksport (Y2) Signifikan, (3) Kurs Valas (X1) dengan Pengeluaran Pembangunan (Y3) Signifikan. Dengan melihat hasil koefisien regresi variabel independent, maka dapat disimpulkan bahwa Eksport (Y2) merupakan variabel yang paling dominan terhadap pengaruh Kurs Valas (X1) di Jawa Timur.


(18)

Kata kunci : Kurs Valas (X1), dan variabel terikat Penanaman Modal Asing (Y1), Eksport (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3)


(19)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Idiapinangsih (2003)“Beberapa Komponen yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta di Indonesia”. Secara simultan F hitung sebesar 9,946 > tabel yaitu 3,59 berarti variabel bebas inflasi (X1), ekspor (X2), kurs valuta asing (X3) bersama – sama berpengaruh terhadap investasi swasta di Indonesia. Secara parsial dengan variabel inflasi (X1) diperoleh t hitung -0,840 < t tabel 2,201 berarti inflasi tidak berpengaruh terhadap investasi swasta di Indonesia (Y). Variabel ekspor (X2) diperoleh hasil t hitung 5,204 > t tabel 2,201 dan variabel kurs valuta asing (X3) diperoleh hasil t hitung –4,867 > t tabel –2,201 yang berarti bahwa variabel ekspor dan kurs valuta asing berpengaruh secara nyata terhadap investasi, hal ini disebabkan karena untuk melakukan investasi para investor tidak hanya melihat satu sisi inflasi saja melainkan banyak hal yang dapat dijadikan bahan penting untuk melakukan investasi di suatu daerah maupun di suatu negara.

b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinyaMengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung > Ftabel, yang menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi (X1), investasi dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan devisa (X4)


(20)

8

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y). dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571 yang menyatakan bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y), pada variabel (X2) berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap variabel (Y). dan variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Pada variabel (X4) secara parsial berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif ter4hadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y).

c. Nugroho (2003 ; IX). Dengan judul “ beberapa faktor nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS di Indonesia”. Hasilnya analisis diperoleh, bahwa model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model regreai linier berganda dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh simultan digunakan, uji F dan untuk mengetahui secara parsial digunakan uji t dengan ketiga variabel bebas trdiri dari tingkat suku bunga ( X1 ) eksport neto ( X2 ) pertumbuhan ekonomi ( X3)terhadap nilai kurs Rupiah terhadap Dollar ( y). berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh ada pengaruh secara serempak ketiga variabel bebas tersebut terhadap nilai kurs rupiah terhadap dollar. Secara parsial ringkat suku bunga ( X1 ) tidak berpengaruh terhadap nilai kurs rupiah dengan nilai thitung – 0,0795 < ttable – 2,3646, variabel eksport neto ( X2 ) berpengaruh terhadap nilai kurs rupiah dengan nilai thitung 6,3916 > t table


(21)

9

2,3646, variabel pertumbuhan ekonomi ( X3 ) tidak berpengaruh terhadap nilai kurs rupiah dengan nilai thitung -0,2552 < ttabel -2,3646.

=

e.

d. Koesdarno (2003, X). dengan judul “analisis beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar”. Hasilnya analisis diperoleh bahwa dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata anatara variabel bebas cadangan devisa, suku bunga. Deposito dan tingkat inflasi terhadap variabel terikat nilai tukarrupiah terhadap US dollar. Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh Fhitung = 25,771 > Ftabel = 3,86, sedangkan secara parsial, variabel cadangan devisa ( X1 ) berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar (Y) dimana thitung = -0,288 > ttabel = -2,262 dan variabel tingkat inflasi ( X3 ) berepengaruh nyata terhadap nilai tukar rupiah terhadap US dollar (Y) dimana thitung = 2,415 ttabel 2,262.

Widiastuti (2003 ; IX). “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di Indonesia”. Hasilnya diperoleh bahwa dengan pengujian secara keseluruan atau simultan ( uji F ) dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga deposito dollar SIBOR ( X1 ), inflasi dalam negri (X2 ), dan perkembangan jumlah uang uang beredar ( X3 ) mempengaruhi fluktuasi dengan menggunakan level of significant sebesar α = 0,05, dapat diketahui bahwa variabel bebas inflasi dalam negri ( X2 ) tidak berpengruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan thitung = -0,787 > - ttabel = 2,228, hal ini disebabkan karena dukunngan kebijakan deregulasi di sektor riil yang


(22)

10

rpengaruh terhadap

f.

akan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kegiatan ekonomi. Sedangkan variabel bebas tingkat suku bunga deposito dollar SIBOR ( X1 ) diperoleh thitung =-2,319 < - ttabel = -2,228 yang berarti bahwa kedua variabel ini be

fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Asmara (2004, X). “faktor – faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadapa dollar AS di Indonesia”. Hasilnya analisis diperoleh bahwa dengan uji akar – akar dengan menggunakan tingkat signifikan S%. hasil uji akar – akar unit menunjukkan variabel inflasi, suku bunga deposito, import, dan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Hasil perhitungan uji akar – akar unit diketahui nilai ttabel sebesar -292.277.022.293 dengan thitung untuk inflasi sebesar -527.719.844.747, variabel suku bunga deposito dengan thitung sebesar -631.323.897.663, untuk thitung variabel import sebear -163.577.448.056, dan untuk variabel pertumbuhan dengan thitung sebesar -547.226.283.752 dengan hasil t-hitung > t-tabel terdapat pengaruh signifikan variabel bebas secara parsial terhadap nilai tukar rupiah terhadap US dollar di Indonesia. Sedangkan untuk hubungan jangka pendek dan jangka panjang variabel inflasi mempunyai hubungan negative terhadap nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Variabel suku bunga deposito mempunyai hubungan jangka pendek dan jangka panjang yang positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap US dollar, variabel import mempunyai hubungan jangka pendek


(23)

11

dan jangka panjang yang positif pula terhadap nilai tukar rupiah terhadap

2.1.1

hadap penanaman modal asing ( PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan

n menggunakan uji hipotesis regresi linier sederhana.

2.2.1 Kurs 2.2.1.

tuk US dollar di Indonesia.

Perbandingan penleitian terdahulu dengan penelitian sekarang

Dilihat dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang tentang pengaruh kurs valuta asing adalah perbandingan penelitian terdahulu pada variabel bebas ( X ) lebih dari satu variabel bebas ( X ) sehingga pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat terdapat hubungan yang berdampak negatif, sebagai contoh pada penelitian Rakhman ( 2003 : 95 ) hubungan kurs valuta asing dengan pertumbuhan ekonomi selain berdampak nyata dan berhubungan negative dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Sedangkan pada penelitian sekarang variabel bebas hanya terdapat satu variabel bebas,sedangkan variabel terikat terdapat tiga variabel. Sehingga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kurs valas ter

dilakukan denga

2.2 Landasan Teori Valuta Asing

1 Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs Valuta Asing yaitu harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1997:450)

Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan un


(24)

12

melak

r suatu

tapi pada umumnya kurs mata uang mengalami fluktu

ya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas

ng) valuta asing.

2.2.1.2

1)

istemnya yang diperkenalkan untuk ukan untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. (Hady, 2001:15)

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa / posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tuka

mata uang dengan mata uang negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara.

Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap nilainya, dalam arti mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam periode tersebut, akan te

asi bahkan ada kalanya mengalami guncangan atau gejolak yang besar. (Boediono, 1981)

Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer da

bagi pembatasan resiko (Ledgi

Sistem Kurs Valuta Asing

Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan s


(25)

13

lingi nilai prioritas dimana

sistem kurs tetap adalah :

internasional, tingkat bunga dan

c. dipertahankan melalui intervensi pemerintah, pit dan terdefinisi dengan jelas.

2)

dan rmintaan kurs mengambang akan

3)

n dalam pasar mata berfluktuasi dalam batas sempit yang mengeli

keduanya tetap berdiri dan kekal. Karakteristik dalam

a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang jarang

b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer melalui perubahan cadangan

pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental melalui perubahan nilai paritas.

Kurs yang stabil dalam batas yang sem (Jamli, 1993:191) Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam kurs mengambang yaitu kurs berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta tahun 1973. sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar juga faktor-faktor yang mendasari pe

lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap. (Suparmoko, 2000:370) Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating System) adalah suatu sistem dimana penguasaan moneter campur tanga


(26)

14

asi jangka pendek atau tanpa mem

2.2.1.

(terhadap barang dan jasa) di masin

mi perubahan pula. Kurs (power parity) yang didasarkan pada perubahan inilah yang

2.2.1.4 Fak

-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata

um, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan ilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar imasyarakat.

uang asing untuk memerlukan fluktu

pengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.

3 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai suatu mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut

g-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori Purchasing Power Parity, yakni interpretasi absolut dan relatif.

Menurut interpretasi absolut Purchasing Power Parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain (kurs tetap) ditentukan oleh tingkat harga (the law of one price). Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs tersebut haruslah mengala

sering disebut kurs PP dalam arti relatif. (Nopirin, 1996:157).

tor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Adapun faktor

uang satu dengan mata uang lainnya atau negara lain : 1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara um

n d


(27)

15

2.

egeri, sehingga akan pemasukan modal yang cenderung menimbulkan

3.

g. Hal ini akan mengakibatkan nilai ing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam

4.

tau menjual mata uang asing dengan urunan atau peningkatan dalam

5.

konomi moneter suatu negara yang stabil cenderung mengakibatkan lebih kuat nilai mata uang negara tersebut.

(Nopirin, 1988:174) Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanaman modal, baik dari dalam maupun luar N

menyebabkan terjadinya

apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam Negeri. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam Negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asin

tukar mata uang as

Negeri akan mengalami depresiasi. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli a tujuan memperoleh keuntungan dari pen nilai tukar mata uang dalam Negeri.

Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter Keadaan politik dan e


(28)

16

2.2.1.

tu valuta

luta, disebabkan oleh beberapa

1.

corak konsumen ke

barang-2.

a akan ang impor akan menambah jumlah

3.

r pengaruhnya kepada kurs pertikaran valuta asing. enurunkan nilai

4.

pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan

5 Faktor Yang Mempengaruhi Kurs

Perubahan dalam permintaan dan penawaran sua menyebabkan perubahan dalam kurs va

faktor. Yang terpenting diantaranya akan diuraikan dibawah ini: Perubahan dalam citarasa masyarakat.

Perubahan citarasa masyarakat mengubah

barang yang diproduksi dari dalam negeri maupun dari impor. Perubahan harga barang ekspor dan impor.

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relative murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka eksporny

berkurang. Pengurangan harga bar

impor dan kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Kenaikkan harga umum ( Inflasi ).

Inflasi sangat besa

Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk m suatu valuta asing.

Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian inflasi.

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat


(29)

17

g tinggi akan menyebabkan modal Negara.

ilai mata uang negara tersebut akan

Kurs, Impor dan Ekspor

S

D

umber: Levi,D, Maurice, 2001. Keuangan Internasional, penerbit Andi, Yogyakarta,

modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yan

luar negeri masuk ke suatu 5. Pertumbuhan Ekonomi.

Efek yang diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi terhadap nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu diakibatkan oleh perkembangan ekspor maka permintaan mata uang Negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya. Oleh karena itu, n

menurun.( Sukirno, 1994 : 402 ). Gambar 1.

Nilai tukar

Permintaan dan Penawaran S

halaman 133.

Dari gambar diatas, diketahui bahwa kurs menyamakan nilai ekspor dan impor, dan karena itu yang menyamakan penawaran dan permintaan terhadap mata uang Negara dihasilkan kejadian ini. Harga ekspor Negara relative terhadap harga impornya dinamakan nilai tukar perdagangan


(30)

18

intaan mata uang dan dengan demikian dapat merubah kurs ekuilibrium.

2.2.1.6 Pen

kin melemahnya mata uang yang bersangkutan. (Kam

rsebu maka jumlah yang diminta banyak. ( sukirno, 1981 : 26 – 28 )

Negara. Nilai tukar perdagangan suatu Negara dikatakan meningkat ketika harga ekspor meningkat relatif terhadap harga impornya. Kurs ekuilibrium yaitu pada saat jumlah mata uang yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. Faktor selain kurs yang mempengaruhi ekspor dan impor menggeser penawaran dan perm

awaran dan Permintaan Valuta Asing

Pada dasarnya modal penawaran dan permintaan valuta asing sama dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valuta asing sekaligus menggambarkan kurs dimana jumlah valas yang ditawarkan modalnya di luar Negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal ke luar Negeri, akibatnya sema

aludin, 1987:105)

Dalam perekonomian pasar para produsen menciptakan barang dan jasa bukan untuk memenuhi keinginan masyarakat atau para pembeli. Besarnya permintaan masyarakat atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor, seperti jumlah penduduk, tingkat pendapatana, dan tingkat harga. Dalam teori ekonomi besarnya permintaan atas suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harga. Apabila harga suatu barang tinggi maka jumlah permintaan sedikit, dan sebaliknya apabila harga barang te t rendah


(31)

19

1

D

Sumber : sukirno sadono, 1981, pengantar teori makro, lembaga Penerbit, FE UI, Jakarta, halaman 27

ka jumla

hubungan harga dan jumlah barang yang ditawarkan penjual dipasar adalah

Gambar 2

Harga D

P A

P2 B

``O Q1 Q2 jumlah permintaan

Hubungan diantara tingkat harga dengan jumlah permintaan yang sifatnya adalah seperti pada gambar tersebut diatas, dimana sumbu tegak menggambarkan tingkat harga dan sumbu datar jumlah permintaan. Kurva DD adalah kurva permintaan, yang menggambarkan sifat hubungan tingkat harga dan jumlah permintaan yang diminta. Titik A misalnya, menggambarkan bahwa apabila harga adalah P1 maka jumlah permintaan adalah Q1 atau sebaliknya, apabila permintaan adalah Q1 maka tingkat harga adalah P1. Sedangkan titik B menerangkan bahwa apabila tingkat harga adalah P2 ma

h permintaan adalah Q2 atau sebaliknya maka tingkat harga adalah P2. Didalam pasar para penjual mempunyai sikap yang sebaliknya dan sikap para pembeli, mereka cenderung akan menawarkan lebih banyak barang, apabila harganya tinggi dan mengurangi jumlah harga yang ditawarkan harganya bertambah rendah. Secara gambar


(32)

20

S B

Sumber : sukirno sadono, 1981, pengantar teori makro, lembaga Penerbit, FE UI, Jakarta, halaman 28

pada PA jumlah barang yang ditawarkan adalah lebih rendah sedikit daripada PB.

2.2.2.1 Pen

alam bentuk investasi langsung atau Gambar 3

Harga

P

PA

S

``O QA QB jumlah penawaran

Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga dan sumbu datar menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan, kurva SS adalah kurva penawaran yang menggambarkan besarnya jumlah penawaran pada berbagai tingkat pendapatan. Misalnya pada harga PA jumlah penawaran adalah QA, dan pada harga PB jumlah penawaran adalah QB. dapat dilihat bahwa tingkat harga PA lebih rendah daripada tingkat harga PB dan

2.2.2 Penanaman Modal Asing (PMA) gertian Penanaman Modal Asing

Dalam usaha meningkatkan laju Pembangunan Nasional sumber pembiayaan dari luar Negeri harus ditingkatkan dan didukung dengan pembiayaan dari luar Negeri d


(33)

21

Penan

l asing nggung resiko dari penanaman modal tersebut.

( Ano

mendapatkan dari usaha yang

Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

dal asing

am modal asing untuk

anam modal dalam Negeri dengan menggunakan modal dalam egeri.

aman Modal Asing (PMA)

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Pasal 1 pengertian Penanaman Modal Asing (PMA) di dalam Undang-Undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing (PMA) secara langsung dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik moda

secara langsung mena nim, 1967 : 2 )

Penanaman modal asing adalah investasi yang dilaksanakan oleh pemilik modal asing didalam negeri kita untuk

dilaksanakan itu ( Suparmoko, 1992 : 294 ) Menurut

Undang-Modal Asing ( PMA ) :

1. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan mo

sepenuhnya maupun dengan penanaman modal dalam Negeri.

2. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalan Negeri maupun penan

melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.

3. Penanaman modal dalam Negeri adalah menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pen


(34)

22

t berupa penanaman modal dalam Negeri

g melakukan penanaman

dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai

donesia ang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

g lain. dan secara langsung menanggung resiko yang akan di hadapinya.

2.2.2.2 Jen

dapat mengambil bentuk investasi langsung atau investasi tidak langsung.

4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapa

dan penanaman modal asing.

5. Penanam modal asing adalah perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, dan / atau pemerintah asing yan

modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

6. Modal adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang

ekonomis.

7. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, perseorangan warga Negara asing, badan usaha, badan hukum In

y

Dari pengertian – pengertian tersebut diatas penanaman modal asing adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menanamkan modal di negeri orang lain dengan tujuan untuk mencari keuntungan di negeri orang lain atas usaha yang dijalankan seseorang di negeri oran

is – Jenis Penanaman Modal Asing

Modal asing dapat memasuki suatu Negara dalam bentuk modal swasta atau modal Negara. Modal asing swasta


(35)

23

a. Inves

ditanam di Negara pengimpor modal dengan cara

b. Inves

tau surat hutang oleh beberapa Negara lain ( Jhigan, 1994 : 608 )

2.2.2.3 Fakto

dalam dua

pengaruhi perkembangan investasi di

diambil

erti tasi Langsung

Investasi Langsung adalah perusahaan dari Penanaman Modal secara de facto ataupun de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang

investasi itu.

tasi tidak Langsung

Investasi tidak langsung lebih dikenal dengan investasi portofolio yang sebagian besar terdiri penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh Negara pengimpor modal), atas saham a

r - Faktor yang Mempengaruhi Modal Asing

Faktor yang mempengaruhi modal asing dapat dibagi bagian, yaitu faktor dalam Negeri dan faktor dari luar Negeri :

1. Faktor - faktor yang mem dalam Negeri antara lain :

a. Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang secara terus-menerus telah

pemerintah untuk menggairahkan iklim investasi.

b. Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif memberikan pengaruh terhadap minat investor pada proyek-proyek yang bersifat padat karya sep


(36)

24

Indonesia

egeri yang mempunyai perkembangan

biaya produksi luar Negeri, terutama di

tinggi yaitu Jepang, orea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.

2.2 mur

nanaman modal di daerah

ikan pelayanan sebaik-baiknya kepada penanaman

ggulan-keunggulan komperatif yang ada di daerah

i. industri tekstil, industri sepatu, dan mainan anak-anak. c. Tersedianya SDA yang berlimpah seperti minyak bumi,

gas, tambang dan hasil hutan maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam

tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. 2. Faktor-faktor luar N

investasi antara lain : a. Meningkatnya

Negara eropa.

b. Apresiasi mata uang di negara - negara yang jumlah investasinya di Indonesia yang cukup

K

.2.4 Kondisi yang Menunjang Penanaman Modal Asing di Jawa Ti

1. Kebijakan Penanaman Modal di daerah bertujuan untuk : a. Memperluas penyebaran pe

sampai tingkat daerah tinggi.

b. Memperlancar arus penanaman modal di daerah dengan member

modal. 2. Adanya keun

antara lain :

a. Sarana dan prasarana di daerah yang cukup memada b. Stabilitas politik dan keamanan di daerah terjamin.


(37)

25

up potensial.

2.2.2.5 Penanam

ian baru. Semua ini akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi.

2.2.2.6 Dam

nomian nasional dan proses margi

c. Sumber Daya Alam (SDA) yang cuk

an Modal asing dalam Pembangunan

Bagi Negara sedang berkembang seperti Indonesia, impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestic melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, sehingga dengan demikian dapat menaikkan laju tabungan dan pembentukan modal. Jhigan ( 1994 : 605 ) mengemukakan bahwa penggunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal saja tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta ketrampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, tekni-teknik produksi maju dan pembaharuan produk. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahl

pak Negatif Penanaman Modal Asing

Kehadiran penanaman modal asing di Negara kita bukan merupakan sesuatu yang baru bagi Negara dan masyarakat Indonesia. Kehadiran investasi di bumi pertiwi tak pernah surut dari pro – kontra. Bagi yang pro, kehadiran investasi asing di pandang sebagai engine of growth. Sementara bagi yang anti, kehadiran investasi asing dipandang tak lebih dari dominasi kekuatan modal asing dalam pereko

nalisasi kekuatan ekonomi domistik.


(38)

26

illiar ( 1981 ) menjadi US $ 25 milliar (1991

nengah Nasional 2004-2009. Kendala

Negara

apasitas hukum, karena berlarutnya RUU

an yang jelas untuk mendorong pengalihan

ginya kasus korupsi, Negara berkembang ( termasuk Indonesia ) cukup pesat. Sebagai catatan, investasi asing oleh perusahaan multinasional di Negara berkembang meningkat pesat dari US $ 13 m

). ( Thirlwhall, 1994 : 328 )

Kinerja penanaman modal yang kurang baik sejak tahun 1996 menyebabkan lambatnya proses pemulihan ekonomi Negara kita beberapa tahun setelah krisis. Beberapa tantangan yang dihadapi untuk memberdayakan penanaman modal telah diakui Pemerintah dalam buku Rencana Pembangunan Jangka Me

dan tantangan tersebut antara lain :

a. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan oleh pesaing seperti China, Vietnam, Thailand dan Malaysia. b. Masih rendahnya k

Penanaman Modal.

c. Lemahnya insentif investasi.

d. Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur. e. Tidak adanya kebijak

teknologi dari PMA.

f. Masih tingginya biaya ekonomi karena ting keamanan dan penyalah gunaan wewenang. g. Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah.

h. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi.

Tantangan dan kendala di atas lambat laun mulai dapat diatasi oleh Pemerintah pada beberapa tahun terakhir ini. Pemerintah bertekad dalam


(39)

27

gan dikeluarkannya berbagai paket insentif investasi pada tahun 2006 ini.

2.2.3.1Peng

ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing

alah penge

adi dalam hal ini ekspo

program pembangunan yang sedang berjalan untuk mewujudkan iklim investasi yang sehat. Restrukturisasi lembaga pemerintahan segera dilakukan dengan menuntaskan sinkronisasi peraturan antar sektor dan antar pusat daerah. Peningkatan efisieni pelayanan ekspor impor ke pelabuhan, kepabeanan dan administrasi ekspor dan import telah menjadi prioritas penanganan oleh Instansi Pemerintah terkait. Pemangkasan prosedur perijinanpun telah dilakukan sekaligus den

2.2.3.Ekspor

ertian ekspor

Menurut Amir ( 2003 : 100 ) ekspor adalah mengeluarkan barang – barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai

.

Menurut Sukirno (2002 : 380 ) mengatakan bahwa ekspor ad luaran Negara– Negara lain ke atas barang-barang dan jasa-jasa. Menurut sobri ( 2001 : 256 ) pengertian ekspor adalah suatu barang, jasa atau asset modal yang dijual keluar negeri di pasar internasional, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing, j

r merupakan bagian dari perdagangan internasional.

Dari pengertian – pengertian tersebut diatas ekspor adalah suatu negara tesebut memiliki kelebihan sumber yang dimiliki. Dengan kelebihan sumber daya yang dimilikinya, dengan menjual sumber dayanya maka


(40)

28

g diperoleh dapat digunakan untuk membiayai pembangunan negara.

r serta untuk

iluar negeri sebagai perluasan pasar domestik

dalam pasar internasional sehingga terlatih

2.2.3.

2003 : 93 ) daya saing ekspor dapat ditingkatkan dengan

cara

ologi sendiri, disamping

keunggulan nasional dengan mempergunakan tekhnologi ciptaan sendiri.

negara tersebut memperoleh pendapatan dari penjualan ekspor yang dilakukannya. Keuntungan yan

2.2.3.2Tujuan Ekspor

Menurut Amir ( 2003 : 101 ) tujuan ekspor antara lain : a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasaan pasa

memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba ). b. Membuka pasar baru d

(membuka pasar ekspor)

c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang. d. Membiasakan diri bersaing

dalam persaingan tang ketat

3 Cara – cara Meningkatkan Daya Saing Ekspor

Menurut Amir, ( cara antara lain :

1. Melakukan evaluasi dan perbaikan dari semua faktor daya saing se berkesinambungan baik faktor langsung maupun faktor tidak langsung. 2. Melakukan penelitian dan pengembanngan tekhn

identifikasi alih teknologi dan membeli teknologi. 3. Mengeksploitasi berbagai


(41)

29

2.2.3.4 Ane

elakukan ekspor dapat ditempuh ra lain sebagai berikut :

1.

nsaksi yang sebelumnya sudah diadakan importir luar negeri

2. Bart

eri untuk mendapatkan kembali pembayaran

3.

ka Cara Ekspor

Menurut Amir ( 1993 : 108 ) dalam m beberapa cara anta

Ekspor biasa

Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu tra

dengan er

Artinya adalah pengiriman barang – barang keluar negeri untuk untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti penguriman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam neg

dalam mata uang rupiah. Konsinyasi (consignment )

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang keluar negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang dikrim keluar negeri bukan ditukarkan dengan barang lain seperti dalam barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnnya sudah dilakukan seperti dalam ekspor biasa. Tegasnya di dalam hal ini


(42)

30

ng sebagai konsinyasi belum ada pembeli tertentu

4.

u sebaliknya dari negara itu akan di impor sejumlah jenis Negara tersebut dan yang kiranya kita

5.

untuk memindahkan kekayaan dari suatu Negara ke Negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang

2.2.3.

43 ) dalam melakukan kegiatan ekspor suatu permasalahan, yaitu :

Up-grading ( Sorting dan Upgrading ) 5. asalah Perdagangan dan Pengepakan ( Storage dan Packing ) 6. asalah Pemasaran

pengiriman bara diluar negeri. Package – Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi, pemerintah ada kalanya mengadakan perjanjian perdagangan dengan salah satu Negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor kenegara it

barang yang dihasilkan di butuhkan.

Penyeludupan ( Smuggling )

Setiap usaha yang bertujuan

berlaku.

5 Masalah Yang Dihadapi Ekspor

Menurut Amir, ( 1999 : Negara akan menghadapi suatu

1. Masalah pengumpulan 2. Masalah Angkutan Darat

3. Masalah Pembiayaan Rupiah ( Rupiah Financing ) 4. Masalah Sortasi dan

M M


(43)

31

2.2.4

mbangunan adalah bagian dari macam pengeluaran engeluaran pemerintah dibagi menjadi dua macam peng

uruh kekayaan negara yang berbentuk n ke ingkatan.

sifikasi pengeluaran rutin daerah antara lain :

raan dan perbaikan erjalanan dinas

Pengeluaran Pembangunan . pengeluaran pe

pemerintah,dimana p eluaran yakni : 1. Pengeluaran rutin

Yaitu pengeluaran atau belanja pemerintah untuk menunjang tugas-tugas rutin, yang bersifat habis pakai atau konsumtif, karena dari pengeluaran-pengeluaranyang telah dilakukan tidak akan mendapatkan hasil kembali. Anggaran rutin memegang peranan penting dalam tata kehidupan suatu daerah, karena melalui anggaran rutinlah roda administrasi pemerintahan dan penyediaan jasa-jasa kepada masyarakat disediakan selain untuk memelihara kelangsungan sel

modal tetap yang sudah ada. Volume anggaran belanja rutin dari tahu tahun pasti mengalami pen

Yang termasuk dalam kla 1. Belanja pegawai 2. Belanja barang 3. Belanja pemeliha 4. Belanja p

5. Belanja pensiun 6. Subsidi


(44)

32

unakan untuk membiayai proyek dimana proyek-proyek tersebut jika dilihat dari segi hasilnya berbentuk proyek-proyek fisik dan

2.2.4.

pengalokasian belanja

t dan daerah serta antar daerah;

atkan kualitas pelayanan daerah;

 Mendukung program pembangunan nasional, melalui sinkronisasi pembangunan di daerah dengan rencana pembangunan nasional

Yaitu pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang merupakan perbaikan dan pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Anggaran pembangunan digunakan untuk membiayai suatu proyek yang mempunyai batas waktu tertentu, dimana setelah proyek selesai maka pembiayaannya akan selesai pula. Pada dasarnya pembiayaan anggaran belanja pembangunan dig

proyek non fisik.

1 Pengeluaran Pembangunan melalui Belanja Daerah

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Oleh karena itu pembiayaan pembangunan melalui belanja daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembiayaan pembangunan secara nasional. Untuk tahun 2007, kebijakan dalam

daerah tetap diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, dengan tujuan:

 Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusa

 Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional;

 Meningk

 Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali pendapatan asli daerah;


(45)

33

Sesuai dengan amanat UU no. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, maka arah kebijakan dana dibagi antara Dana Alokasi Umum ( DAU ) dan Dana Alokasi Khusus ( DAK ) :

1. Dana Alokasi Umum ( DAU )

Berkaitan dengan dana alokasi umum, besaran dana alokasi umum diarahakan untuk mencapai rasio dana alokasi umum sebesar 26 persen dari penerimaan dari sedanagkan disisi perencanaan pengalokasianya upaya untuk meningkatkan akurasi data dasar perhitungan dana alokasi umum akan terus ditingkatkan.

2. Dana alokasi khusus ( DAK )

Dana alokasi khusus merupakan dana yang dialokasikankepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Dana alokasi khusus diupayakan meningkat dengan tetap disesuaikan dengan kemampuan keuangan Negara berdasarkan pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :

1. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar yang merupakan urusan daerah; 2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir


(46)

34

tertinggal/terpencil serta daerah yang termasuk kategori daerah ketahanan pangan;

3. Diarahkan untuk mendorong penyediaan lapangan kerja, meningkatkan akses penduduk miskin terhadap prasarana dasar serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan diversifikasi ekonomi terutama di perdesaan;

4. Menghindarkan tumpang tindih kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga;

5. Mengalihkan kegiatan-kegiatan yang didanai dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang telah menjadi urusan daerah secara bertahap menjadi DAK;

6. Bidang atau program yang didanai oleh DAK yaitu :

 Pendidikan, untuk menunjang pelaksanaan program wajib belajar (Wajar) 9 tahun bagi masyarakat di daerah terutama masyarakat miskin, baik di perkotaan maupun di perdesaan;

 Kesehatan, untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama masyarakat miskin baik di perkotaan maupun di perdesaan;

 Infrastruktur jalan, untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan transportasi serta membuka keterisolasian daerah;

 Infrastruktur irigasi, untuk mempertahankan tingkat pelayanan jaringan irigasi guna mendukung program ketahanan pangan;


(47)

35

 Infrastruktur air bersih, untuk meningkatkan prasarana air bersih bagi masyarakat di desa-desa rawan air bersih dan kekeringan serta daerah kumuh di perkotaan;

 Pertanian, untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian guna mendukung ketahanan pangan dan agribisnis;

 Kelautan dan perikanan, untuk meningkatkan sarana dan prasarana dasar di bidang perikanan;

 Prasarana pemerintahan di daerah pemekaran, untuk meningkatkan kinerja daerah dalam menyelenggarakan pembangunan dan pelayanan publik.

 Lingkungan hidup, untuk meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup

2.2.5 Kerangka Pikir

Setiap mata uang selalu menghadapi kemungkinan penurunan nilai tukar ( Depresiasi ) terhadap mata uang lainya atau sebaliknya mengalami kenaikan nilai tukar ( Apresiasi ), maka kalangan keuangan Internasional lebih suka menggunakan indikator kurs efektif ( effective exchange rate ) adalah rata – rata kurs antara mata uang domestik dengan mata uang dari sejumlah dari negara lain yang menjadi mitra – mitra dagang terpentingnya. Jadi faktor yang diutamakan adalah arti penting relatif hubungan dagang antar satu negara dengan sejumlah negara lain yang menjadi mitra dagang yang terbesar ( Salvatore, 1997 : 13 )

Pada tingkat kurs valuta asing, apabila kurs valuta asing mengalami penurunan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan


(48)

36

naiknya nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif sehingga Penanaman Modal Asing akan mengalami kenaikan. (Salvatore,1993:14)

Valuta asing ini dibutuhkan untuk membayar barang dan jasa yang dibeli dari dalam negeri serta asset diluar negeri yang mungkin berbentuk investasi langsung. Kurs valuta asing berfungsi untuk mempermudah perdagangan dan investasi internasional ( Nopirin, 1990 :101 )

Dalam sistematis kurs mengambang depresiasi atau apresiasi mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas eksport maupun import. Jika kurs mengalami depresiasi, maka nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang Negara lain bertambah tinggi kursnya ( harganya ) akan menyebabkan eksport meningkat dan import cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume eksport. Apabila nilai kurs Dollar meningkat maka volume eksport juga akan meningkat ( Sukirno, 2000 : 391 )

Pengaruh kurs valuta asing dirasa paling tinggi terhadap peningkatan eksport. Jika kurs valuta asing mengalami penurunan maka akan menyebabkan harag bahan baku import akan turun sehingga mengalami peningkatan produksi, karena menguatnya nilai mata uang rupiah akan menyababkan harga produk didalam negeri menjadi naik jika dijual Negara lain . ( Boediono, 1994 : 97 )

Kurs valuta asing yang menggambang tidak terkendali itu akan menyulitkan dalam perencanaan dan program pembangunan. Terutama karena agak sukar meramalkan kurs dan valuta asing yang akan diterima pada waktu periode perencanaan. Memang penerimaan Dollar yang sudah


(49)

37

tetap sesuai dengan komitmen dalam APBN, seperti penerimaan pajak, migas akan dapat meningkatkan penerimaan didalam rupiah. Akan tetapi karena komponen import dari produksi migas yang cukup tinggi, maka peningkatan nilai ekuivalen nilai rupiah yang diterima Negara tidak begitu besar, karena adanya kecenderungan peningkatan valuate asing akan memperbesar kewajiban pembayaran atau pengeluaran bagi import barang dan jasa ( Kamaluddin, 1987 : 137 )

Gambar 4

Kurs Dollar terhadap Rp

( X )

Eksport ( Y2 )

PMA ( Y1 )

Pengeluaran pembangunan

( Y3 ) Pembayaran

import barang dan jasa

Harga barang dan jasa

Haga barang baku import


(50)

38

2.2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu dugaan atau pendapat sementara yang belum tentu dapat diterima. Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori maka dapat ditarik hipotesa sebagai berikut:

a. Diduga kurs berpengaruh terhadap penanaman modal asing ( PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan.

b. Diduga kurs adalah variabel yang mempunyai pengaruh terhadap penanaman modal asing ( PMA ), eksport, dan pengeluaran pembangunan menjadi akan naik, dan pengaruh yang paling dominan terjadi pada variabel eksport.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan konsep yang akan dioperasionalkan ke dalam penelitian baik berdasarkan teori yang ada ataupun pengertian empiris. Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Kurs valuta asing (X1)

Nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang dari Negara lain. Nilai tukar US $ dollar Amerika Serikat terhadap rupiah Indonesia dinyatakan dalam satuan rupiah / US $ Dollar

2. Investasi Swasta Penanaman Modal Asing (PMA) (Y1)

Investasi yang berasal dari swasta yang berada di luar negeri tujuannya untuk memperluas usaha dan mengembangkan perekonomian negara, dinyatakan dalam ribu US $ Dollar.

3. Export (Y2)

Mengeluarkan barang – barang dalam peredaran masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri dan dinyatakan dalam satuan jutaUS $ Dollar 4. Pengeluaran pembangunan (Y3)

pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang merupakan perbaikan dan pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya pembiayaan anggaran belanja pembangunan


(52)

41

digunakan untuk membiayai proyek-proyek dimana proyek-proyek tersebut jika dilihat dari segi hasilnya berbentuk proyek fisik dan proyek non fisik dinyatakan dalam juta rupiah.

3.2 Teknik Penentuan Data

Data-data yang dibutuhkan dieroleh dari Bank Indonesia (BI) cabang Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek Surabaya (BES), dan Badan penanaman Modal (BPM) Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data berkala (time series) periode tahunan dari tahun 1994 - 2008 (15 tahun).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui buku-buku yang dipublikasikan oleh lembaga atau instansi yang terkait. Lembaga atau instansi tersebut antara lain Bank Indonesia (BI) cabang Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Bursa Efek Surabaya (BES), dan Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur.

Sedangkan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan

Mengadakan penelitian secara teoritis ke perpustakaan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

2. Dokumentasi


(53)

42

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat atau mengutip data-data yang ada pada dokumen instansi-instansi terkait dengan masalah yang dibahas.

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif (perhitungan) dan juga dengan dengan metode kualitatif (analisa berdasarkan teori), sedangkan regresi linier yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Y1 = β0 + β1 X1 Y2 = β0 + β2 X1 Y3 = β0 + β3 X1 Keterangan :

Y1 : penanaman modal asing (PMA) Y2 : Eksport

Y3 : pengeluaran pembangunan X1 : kurs valuta asing

βo = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi ei = Variabel pengganggu

Sedangkan guna mengetahui apakah model layak untuk digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui variabel bebas


(54)

43

menyebabkan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai R2 (koefisien determinan) dengan menggunakan rumus :

R2 =

total Jk

regresi Jk

. .

(Sudrajad, 1988 : 84) Dimana :

R2 = Koefisien determinasi Jk = Jumlah Kuadrat Karakteristik utama R2 adalah :

a. R2 mempunyai batas-batas nilai antara -1 dan +1 atau -1 ≤ R ≤ + 1 (tetapi pada umuny mempunyai batas-batas nilai antara -1 dan +1 atau -1 ≤ R ≤ + 1 (tetapi pada umunya antara 0 dan +1 dikarenakan sulitnya menemukan tanda), sedangkan batas koefisien determinasi antara nol dan satu atau 0 ≤ R2≤ 1 + 1

b. Fungsi R2 tidak akan menurun dengan semakin bertambahnya variabel bebas.

3.4.2 Uji t

Parsial test dengan menggunakan uji t. pengujian ini untuk menguji seberapa besar pengaruh dan variabel bebas terhadap variabel terikat, yang mempunyai kriteria, sebagai berikut :

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh/non significant) H1 : βi ≠ 0 (ada pengaruh/significant)


(55)

44

thitung =

) ( i

i

Se  

(Sudrajad, 1988 : 91) dengan derajat kebebasan = (k, n – k - 1)

keterangan :

β = koefisien regresi Se = standar error n = jumlah sampel k = parameter regresi i = variabel bebas Kaidah keputusannya :

a. thitung ≥ ttabel , maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. thitung ≤ ttabel , maka Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada pngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Gambar 5 :

Distribusi penerimaan dan penolakan hipotesis

daerah tolak Ho Daerah tolak Ho

Daerah terima Ho

-ttabel ttabel

Sumber : Sudrajad MSW, 1988, mengenal ekonometrika pemula, cetakan kedua, CV Armico, Bandung hal :94


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis di Jawa Timur

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan 17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720 jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

 Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

Bagian Selatan-Barat (Daerah Mataraman) merupakan daerah pegunungan dengan gunung-gunung berbatu dan kapur yang relatif kurang subur.


(57)

45

 Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau bali dan Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.1.2. Kondisi Perkembangan Kurs Dollar di Jawa Timur

Menigkatnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dipastikan akan tetap bertahan, setidaknya hingga dua tahun mendatang. Kini pertumbuhan ekonomi Jatim meningkat lebih tinggi dibandingkan nasional, yakni 5,01% dan nasional 4,50%. engan telah dioperasikannya jembatan Suramadu memudahkan arus transportasi ke Madura. Untuk itu para investor yang akan menamkan modal ke Jatim ditarik untuk Kurs Dollar ke Madura, pengalihan ini dikarenakan potensi Madura masih terbuka. Keoptimisan ini didukung dengan bangkitnya sejumlah industri kecil yang menjadi penggerak utama perekonomian, serta tumbuhnya Kurs Dollar di Jatim. Kurs Dollar di Jatim saat ini berada di kisaran Rp 200-225 triliun, ini masih kurang Rp 50 triliun lagi sampai akhir 2009. Pada 2010, idealnya lebih dari Rp 300 triliun. Menurutnya sejumlah investor sudah berKurs Dollar ke Jatim. Apalagi dengan dibangunnya jembatan Suramadu diyakini akan ikut menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2010 ini sudah ada investor dalam negeri yang melakukan penjajakan untuk berKurs Dollar di Bangkalan Madura.


(58)

46

Meski demikian masih ada beberapa hal yang menghambat Kurs Dollar, dan tentunya segera dibenahi, yakni memperbarui Peraturan Daerah (Perda) di kabupaten/kota. Perda kabupaten/kota dinilainya menghambat masuknya investor. Perda yang menghambat Kurs Dollar ini, di antaranya kewajiban untuk investor memperbaharui izin Kurs Dollar setiap 5 tahun sekali. ”Pemprov Jatim punya kewenangan untuk melakukan pembaruan pada Perda yang ada di Jatim. Ini karena selama tahun 2009 lalu, Kurs Dollar di Jawa Timur mengalami penurunan. Bahkan hingga akhir November, Kurs Dollar yang masuk 114 perusahaan. Sebanyak 84 perusahaan dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan 30 perusahaan dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi Kurs Dollar yang masuk Jatim di tahun 2008 sebanyak 93 PMA dengan total Kurs Dollar sebesar 2,58 miliar dollar AS dan 35 PMDN dengan total Kurs Dollar sebesar Rp 19,93 triliun. Sedangkan pada 2008 jumlah Kurs Dollar PMA mencapai 93 projek, dan PMDN mencapai 35 proyek. Data Kurs Dollar 2009 ini belum keseluruhan masuk ke BPM. Saat ini BPM masih menunggu data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pusat. Terkait perizinan, untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengurus izin hanya membutukan waktu 16 hari, namun untuk Penanaman Modal Asing (PMA) izinnya perlu waktu agak lama yaitu 78 hari karena masih terkait dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta dan instansi terkait. Untuk pelayanan perijinan Kurs Dollar,


(59)

47

Jatim saat ini berada diperingkat pertama, disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan nilai Kurs Dollar dan jumlah perusahaan berada di peringkat tiga setelah Jawa Barat dan Banten. Jumlah nilai Kurs Dollar hingga Desember 2009 untuk Penanam Modal Asing (PMA) 1,415 miliar dollar AS, sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 9,5 triliun.

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Penanaman Modal Asing, Ekspor, dan Pengeluaran Pembangunan sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Kurs Valuta Asing.


(60)

48

4.2.1. Perkembangan Kurs Valas

Perkembangan Kurs Valuta Asing dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1994 sampai 2008, Perkembangan terbesar Kurs Valuta Asing pada tahun 1997 sebesar 95,13 % dan terendah sebesar – 14,03 % terjadi pada tahun 2002, Kurs Valuta Asing terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp.11.092 dan Kurs Valuta Asing yang terendah yaitu pada tahun 1994 sebesar Rp.2200

Tabel.1. Perkembangan Kurs Valas Tahun 1994-2008

Tahun Kurs Valas ( Rupiah ) Perkembangan ( % )

1994 2200 -

1995 2308 4,90

1996 2383 3,24

1997 4650 95,13

1998 8025 72,58

1999 7100 - 11,52

2000 9595 35,14

2001 10400 8,38

2002 8940 - 14,03

2003 8465 - 5,31

2004 9260 9,39

2005 9830 6,15

2006 9020 - 8,24

2007 9419 4,42

2008 11092 17,76 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )


(61)

49

4.2.2 Perkembangan Penanaman Modal Asing

Perkembangan Penanaman Modal Asing dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.2. Perkembangan Penanaman Modal Asing Tahun 1994-2008

Tahun Penanaman Modal Asing ( Juta Rupiah )

Perkembangan ( % )

1994 6.777.345 -

1995 10.710.181 58,02 1996 2.837.947 - 73,50 1997 48.886.870 1622,61 1998 671.827 - 98,62 1999 203.981 - 69,63

2000 319.310 56,53

2001 1.595.949 399,81

2002 109.461 - 93,14

2003 456.659 317,18

2004 357.770 - 21,65

2005 554.334 54,94

2006 1.467.546 164,74

2007 855.227 - 41,72

2008 1.055.227 23,38

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Penanaman Modal Asing selama 15 tahun ( 1994-2008) cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Penanaman Modal Asing adalah pada tahun 2001 sebesar 1622,61 % dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2002 sebesar -93,14 %. Penanaman Modal Asing tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar Rp. 48.886.870 juta dan Penanaman Modal Asing terendah pada tahun 2002 sebesar Rp.109.461.


(62)

50

4.2.3. Perkembangan Ekspor

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Ekspor setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1994 sampai 2008, Perkembangan terbesar Ekspor pada tahun 2007 sebesar 31,90 % dan terendah sebesar -12,73 % terjadi pada tahun 1999, Ekspor terbanyak pada tahun 2007 sebesar 11019,38 Juta US$ dan Ekspor yang sedikit yaitu pada tahun 1994 sebanyak 3355,10 Juta US$.

Tabel.3. Perkembangan Ekspor Tahun 1994-2008

Tahun Ekspor

( Juta US$ )

Perkembangan ( % ) 1994 3355,10

1995 3677,03 9,59

1996 3979,34 8,22

1997 4236,61 6,46

1998 5335,30 25,93

1999 4655,60 - 12,73

2000 5766,24 23,85

2001 5770,57 0,07

2002 5383,20 - 6,71

2003 5668,77 5,30

2004 6363,19 12,24

2005 7432,96 16,81

2006 8353,97 12,39

2007 11019,38 31,90 2008 10514,59 - 4,58 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )


(63)

51

4.2.4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pengeluaran Pembangunan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1994 sampai 2008, Perkembangan terbesar Pengeluaran Pembangunan pada tahun 1997 sebesar 68,46 % dan terendah sebesar -9,67 % terjadi pada tahun 1998, Pengeluaran Pembangunan terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp. 1242,263 juta. dan Pengeluaran Pembangunan yang terendah yaitu pada tahun 1994 sebesar Rp. 79,216 juta.

Tabel.4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Tahun 1994-2008

Tahun Pengeluaran Pembangunan (juta Rupiah )

Perkembangan ( % )

1994 79,216

1995 98,513 24,35

1996 127,969 29,90

1997 215,586 68,46

1998 245,192 13,73

1999 221,468 - 9,67

2000 341,564 54,22

2001 322,180 - 5,67

2002 379,505 17,79

2003 435,677 14,80

2004 509,419 16,92

2005 699,099 37,23

2006 752,373 7,62

2007 1022,621 35,91 2008 1242,263 21,47 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )


(64)

52

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Kurs Dollar (X1), terhadap Penanaman Modal Asing (Y1), Ekspor (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3). Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :

Tabel 6. Kurs Dollar (X1), terhadap Penanaman Modal Asing (Y1),

Pengeluaran Pembangunan(Y2) , Ekspor (Y3).

Koefesien Regresi Variabel Independen

Variabel Y

β0 βx1

T

hitung t tabel

Penanaman Modal Asing (Y1) 18147293,5 -1733,561 -1,712 2,160

Ekspor (Y2) 1997,217 0,546 3,791 2,160

Pengeluaran Pembangunan (Y3) -144,976 0,079 3,579 2,160

Sumber pada output Coefficient

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science) maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y1 = 18147293,5 – 1733,561 Y2 = 1997,217 + 0,546 Y3 = - 144,976 + 0,079

Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta (β0) : Y1 = 18147293,5 , Y2 = 1997,217 , Y3 = - 144,976

Menunjukkan, Jika Kurs Valas (X1), konstan, maka Penanaman Modal Asing (Y1), Ekspor (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3), akan mengalami


(65)

53

peningkatan sebesar 18147293,5 ribu US$ (Y1), (Y2) sebesar 1997,217 juta US$ dan (Y3) turun sebesar Rp.144,976 juta

b. Koefisien regresi X1 (β1) : Y1 = -1733,561, Y2 = 0,546, Y3 = 0,079

Menunjukkan apabila Kurs Valas bertambah 1 rupiah maka Penanaman Modal Asing (Y1), Ekspor (Y2), dan Pengeluaran Pembangunan (Y3), Penanaman Modal Asing (Y1) akan turun sebesar 1733,561 ribu US$ (Y1) , Ekspor (Y2) akan naik sebesar 0,546 juta US$ dan Pengeluaran Pembangunan (Y3) akan naik sebesar Rp.0,079 juta.

Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Pengaruh secara parsial antara Kurs Dollar (X1) terhadap

Penanaman Modal Asing (Y1) Langkah-langkah pengujian :

i. Ho : 1 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 1  0 (ada pengaruh) ii. t hitung =

) (β Se

β 1

1 = -1,712


(66)

54

iv. pengujian Gambar 6

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Kurs Dollar (X1) terhadap Penanaman Modal Asing (Y1)

2,160 -2,160

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

-1,712

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh t hitung sebesar -1,712 < t-tabel sebesar -2,160 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Kurs Dollar (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing (Y1). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Kurs Dollar (X1) sebesar 0,111 yang lebih besar dari 0.05.

b) Pengaruh secara parsial antara Kurs Dollar (X1) terhadap Ekspor

(Y2)

Langkah-langkah pengujian :

v. Ho : 1 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 1  0 (ada pengaruh) vi. t hitung =

) (β Se

β 1

1 = 3,791


(67)

55

viii. pengujian Gambar 7

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Kurs Dollar (X1) terhadap Ekspor (Y2)

2,160 -2,160

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

3,791

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 3,791 > t-tabel sebesar 2,160 Ho di tolak, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Kurs Dollar (X1) berpengaruh secara nyata terhadap Ekspor (Y2). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Kurs Dollar (X1) sebesar 0,006 yang lebih kecil dari 0.05.

c) Pengaruh secara parsial antara Kurs Dollar (X1) terhadap

Pengeluaran Pembangunan (Y3) Langkah-langkah pengujian :

ix. Ho : 1 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 1  0 (ada pengaruh) x. t hitung =

) (β Se

β 1

1 = 3,579


(68)

56

xii. pengujian Gambar 8

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Kurs Dollar (X1) terhadap Pengeluaran Pembangunan (Y3)

2,160 -2,160

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

3,579

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 3,579 > t-tabel sebesar 2,160 Ho di tolak, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Kurs Dollar (X1) berpengaruh secara nyata terhadap Pengeluaran Pembangunan (Y3). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Kurs Dollar (X1) sebesar 0,003 yang lebih kecil dari 0.05.

4.3.1. Pembahasan

Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapt mengambil kesimpulan bahwa untuk Kurs Dollar, terhadap Penanaman Modal Asing, Ekspor, Pengeluaran Pembangunan :

Kurs Dollar tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Penanaman Modal Asing. Hal ini disebabkan karena meningkat atau turunnya


(69)

57

Penanaman Modal Asing tidak melihat dari segi faktor ekonomi melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing yakni perizinan yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum.

Kurs Dollar berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Ekspor. Hal ini disebabkan karena kurs yang mengalami depresiasi demi untuk meningkatkan ekspor tetapi pada masa yang akan datang kurs dengan sendirinya akan stabil.

Kurs Dollar berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Pengeluaran Pembangunan. Hal ini disebabkan karena kurs yang stabil dapat mempelancar atau mempermudah proyek pembangunan yang dicanangkan dan diprogramkan akan dapat terealisasi oleh Pemprov daerah Jawa Timur seperti pembangunan jalan, irigasi.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen kurs yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel kurs merupakan variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Ekspor, dimana Ekspor yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dan yang paling dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari pada Penanaman Modal Asing, Pengeluraan Pembangunan.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar, terhadap Penanaman Modal Asing (Y1), diperoleh bahwa variabel kurs Dollar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal Asing hal ini disebabkan meningkat atau turunnya Penanaman Modal Asing tidak melihat dari segi faktor ekonomi melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing yakni perizinan untuk berKurs Dollar yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum.

2. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar terhadap Ekspor (Y2), diperoleh bahwa variabel kurs Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor hal ini disebabkan karena kurs yang mengalami depresiasi maka akan meningkatkan ekspor di Jawa Timur.

3. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar, terhadap Pengeluaran Pembangunan (Y3), diperoleh bahwa variabel kurs Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap


(71)

59

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar mejaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan peraturan atau kebijakaan agar tidak mempersulit perizinan agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar, terhadap Penanaman Modal Asing (Y1), diperoleh bahwa

variabel kurs Dollar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal Asing hal ini disebabkan meningkat atau turunnya Penanaman Modal Asing tidak melihat dari segi faktor ekonomi melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing yakni perizinan untuk berKurs Dollar yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum.

2. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar terhadap Ekspor (Y2), diperoleh bahwa variabel kurs

Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor hal ini disebabkan karena kurs yang mengalami depresiasi maka akan meningkatkan ekspor di Jawa Timur.

3. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Kurs Dollar, terhadap Pengeluaran Pembangunan (Y3), diperoleh

bahwa variabel kurs Dollar berpengaruh secara signifikan terhadap


(2)

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar mejaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan peraturan atau kebijakaan agar tidak mempersulit perizinan agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.


(3)

Lampiran 2

Regression

Variables Entered/Removedb

x1=kursa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y1= PMA b.

Model Summary

.429a .184 .121 11677912.9

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), x1=kurs a.

Coefficientsa

18147293.5 8182605 2.218 .045

-1733.561 1012.557 -.429 -1.712 .111

(Constant) x1=kurs Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: y1= PMA a.


(4)

Dependent Variable: y2=Ekspor b.

Model Summary

.725a .525 .489 1661.63833

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), x1=kurs a.

Coefficientsa

1997.217 1164.295 1.715 .110

.546 .144 .725 3.791 .002

(Constant) x1=kurs Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: y2=Ekspor a.


(5)

Lampiran 4

Regression

Variables Entered/Removedb

x1=kursa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y3=Pengeluaran Pembangunan b.

Model Summary

.704a .496 .458 253.570222

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), x1=kurs a.

Coefficientsa

-144.976 177.674 -.816 .429

.079 .022 .704 3.579 .003

(Constant) x1=kurs Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: y3=Pengeluaran Pembangunan a.


(6)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.318 1.316 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.780 4.303 3.182 2.376 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 6.965 4.541 3.747 3.365 2.343 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 21 23 24 25 Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, penerbit Erlangga, Jakarta