Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L]O.K] basis carbopol ® 940 dengan aplikasi simplex lattice design - USD Repository

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI

  ®

TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh:

  Fransiska Rosari Dewi NIM : 048114104

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI

  ®

TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh:

  Fransiska Rosari Dewi NIM : 048114104

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  KUPERSEMBAHKAN KARYA KECILKU UNTUK YANG KUKASIHI : MY HERO””JESUS CHRIST”” PAPA, MAMA, MONIC

  HELPIAN MADIANTARI atas semua duk unganny a TEMAN-TEMAN dan ALMAMATERKU

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Fransiska Rosari Dewi Nomor Mahasiswa : 048114104

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI

  ®

TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ujin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 18 Agustus 2008 Yang Menyatakan (Fransiska Rosari Dewi)

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat dan anugerah-Nya yang melimpah penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

  Skripsi di bidang teknologi farmasi dengan judul: “Optimasi Komposisi Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulsifying Agent Dalam Emulgel Anti-aging

  ®

  Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis (L)O.K) Basis Carbopol 940 Dengan Aplikasi Simplex Lattice Design”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, berbagai pihak telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat besar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih ya ng tidak terhingga kepada

  Bapak Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang

  telah banyak meluangkan perhatian dan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  Penulis banyak mengalami kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. My Lord JESUS CHRIST & MOTHER MARY who loves me.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak T.N Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan atas segala bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Ibu Sri Hartati Yuliani., Apt., selaku Dosen Penguji atas segala kritik dan sarannya.

  5. Ibu Agatha Busi Susiana, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas segala kritik dan sarannya.

  6. Pak Musrifin, Agung, Iswandi, Ottok, Parlan, Sarwanto, Kunto serta laboran- laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir.

  7. Papa, mama, dan Monic atas segala dukungan dan doa selama penyusunan skripsi ini.

  8. Maria, Finza, DK, Ineke, Ayu atas kerjasama, canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini dan semua teman-teman angkatan 2004, terima kasih atas segala semangat dan kebersamaan kita yang indah.

  9. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

  Penulis juga menyadari sepenuhnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 14 Juli 2008 Penulis

  

INTISARI

  Gejala penuaan dini sering kali ditakuti oleh kaum wanita. Banyak upaya dilakukan untuk mencegah penuaan dini pada kulit yang disebabkan oleh radikal bebas, diantaranya dengan menggunakan teh hijau. Teh hijau mengandung antioksidan yaitu polifenol dan derivat flavan atau secara umum juga disebut derivat katekin. Berbagai macam bentuk sediaan dibuat untuk memudahkan aplikasi pada kulit, salah satunya adalah emulgel. Pada sediaan emulgel terdapat sistem emulsi dan gel, sehingga emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya.

  Penelitian ini merupakan optimasi formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K) tinjauan terhadap emulsifying agent tween 80 dan span 80. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh range komposisi optimum dari emulsifying agent sehingga dapat diperoleh emulgel yang mempunyai sifat fisik dan stabilitas yang baik. Optimasi tersebut dilakukan terhadap parameter sifat fisik sediaan emulgel (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas sediaan emulgel dalam penyimpanan selama 1 bulan. Uji mikromeritik juga dilakukan untuk memberikan informasi tentang ukuran partikel sehingga dapat memberikan nilai estetika yang tinggi. Data hasil uji sifat fisik dianalisis secara statistik menggunakan analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95%.

  Dari penelitian ini dilakukan optimasi emulsifying agent pada emulgel ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K) dengan sifat fisik meliputi

  anti-aging

  daya sebar 3-5 cm, viskositas 190-250 d.Pas dan stabilitas emulgel yang ditunjukkan dengan % pergeseran viskositas = 5%. Range komposisi optimum tween 80 dan span 80 yang diperoleh dari contour plot

  emulsifying agent

superimposed berdasarkan sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh

  hijau adalah 80% tween 80 : 20% span 80 sampai dengan 100% span 80. Kata kunci : ekstrak teh hijau, emulgel anti-aging, Tween 80, Span 80, Simplex

  Lattice Design

  

ABSTRACT

  Women are often afraid of of premature aging symptoms . Green tea is one of many ways to prevent the skin from premature aging symptoms caused by free radical. Green tea have antioxidant compound which can inhibit the process of premature aging. The antioxidant compound are polyphenols and flavan derivate as generally called catekin derivate. There are many kinds of product has been made to achieve of application on skin, one of them is emulgel. There are two system of emulgel product i.e emulsion system and gelling system. Emulsion system that have been used in emulgel can be influence physical character and stability of emulgel.

  This research was about optimization formula of antiaging of green tea extract (Camellia sinensis (L)O.K) emulgel review to tween 80 and span 80 as emulsifying agent. The aiming of this research was to obtain optimum composition range from tween 80 and span 80 as emulsifying agent to achieve a emulgel which had a good physical character and stability. This optimization was included of characteristic of semisolid (spreadability and viscosity) and the stability during storing for a month. Micromeritic test also done to give information about particle size so it could achieve a high aesthetics value. The physical characteristic parameter and stability of emulgel preparation was analyzed with F-test statistic using a 95%.

  From this research was done optimization of emulsifying egent of the formulation of green tea extract antiaging emulgel with physical character such as spreadability 3 cm to 5 cm, viscosity 190 d.Pa.S to 250 d.Pa.S and stability which was shown with alteration of viscosity = 5%. The optimum range area exhibited by contour plot superimposes was 80% tween 80 : 20% span 80 until 100% span 80.

  Key word : green tea extract, antiaging emulgel, Tween 80, Span 80, Simplex Lattice Design.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. iii HALAMAN PEN GESAHAN......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR...................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... ix

  INTISARI ....................................................................................................... x

  

ABSTRACT .................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix

  BAB I. PENGANTAR ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 3 C. Keaslian Karya ........................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 6 A. Teh Hijau...................................................................................... 6

  1. Klasifikasi tanaman................................................................. 6

  2. Kandungan kimia ................................................................... 8

  3. Khasiat dan Kegunaan ........................................................... 10

  B. Kulit ............................................................................................. 10

  C. Penuaan Kulit ............................................................................... 15

  D. Antioksidan.................................................................................. 20

  E. Emulgel........................................................................................ 23

  F. Emulsifying Agent ........................................................................ 23

  1. Polysorbate 80......................................................................... 25

  2. Span 80.................................................................................... 26

  G. Carbopol....................................................................................... 26

  H. Mikromeritik ................................................................................ 21

  I. Metode Simplex Lattice Design ...................................................... 28 J. Keterangan Empiris......................................................................... 29

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 33 A. Jenis Rancangan Penelitian............................................................. 33 B. Variabel dalam Penelitian............................................................... 33

  C. Definisi Operasional ....................................................................... 33

  D. Alat dan Bahan................................................................................ 35

  E. Tata Cara Penelitian........................................................................ 36

  1. Pengumpulan bahan penelitian ................................................. 36

  2. Pemeriksaan daun teh hijau....................................................... 36

  3. Pemeriksaan Katekin................................................................. 37

  4. Uji aktivitas antioksidan............................................................ 37

  5. Optimasi proses pembuatan sediaan emulgel ........................... 39

  6. Pembuatan sediaan emulgel...................................................... 40

  7. Evaluasi sediaan emulgel.......................................................... 41

  8. Pengujian mikromeritik............................................................ 43

  9. Uji iritasi primer....................................................................... 43

  10. Subjective assesment................................................................. 43

  11. Analisis Data............................................................................. 44

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 45 A. Identifikasi teh hijau..................................................................... 45 B. Pembuatan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau......................... 53 C. Penentuan tipe emulsi .................................................................. 56 D. Sifat fisik dan stabilitas emulgel.................................................. 59 E. Pemisahan fase emulgel............................................................... 71 F. Mikromeritik ................................................................................ 72

  G. Uji iritasi...................................................................................... 74

  H. Optimasi Formula........................................................................ 75

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 80 A. Kesimpulan................................................................................... 80 B. Saran............................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82 LAMPIRAN .................................................................................................... 86 BIOGRAFI PENULIS...................................................................................... 129

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula modifikasi untuk emulsifying agent ...............................

  38 Tabel II. Formula emulgel ekstrak teh hijau...............................................

  39 Tabel III. Nilai hRx teh hijau pada MMI dan penelitian...............................

  46 Tabel IV. Hasil pemeriksaan identifikasi reaksi warna teh hijau...................

  47 Tabel V. Aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau dan vitamin C menggunakan metode DPPH ................................................................................

  50 Tabel VI. Nilai HLB formula… ....................................................................

  56 Tabel VII. Hasil pengukuran sifat fisik emulgel.............................................

  60 Tabel VIII. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar emulgel anti-aging........

  63 Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada viskositas emulgel anti-aging..........

  67 Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada pergeseran viskositas emulgel anti-aging . ......................................................................................

  70 Tabel XI. Hasil uji pH emulgel anti-aging ......................................................

  70 Tabel XII. Hasil pengukuran tetesan minyak dalam emulgel..........................

  73 Tabel XII.Hasil pengukuran indeks iritasi primer emulgel dan sifat iritannya…........................................................................................

  74

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur penampang kulit ..............................................................

  11 Gambar 2. Mekanisme reaksi antara DPPH dengan antioksidan....................

  22 Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80 ...................................................

  25 Gambar 4. Struktur molekul carbopol.............................................................

  27 Gambar 5. Lempeng KLT diamati dengan sinar biasa dan UV.......................

  45 Gambar 6. Spektrum perbandingan panjang gelombang antara ekstrak teh hijau dengan katekin hidrat........................................................... .

  48 Gambar 7. Reaksi antara katekin dengan DPPH..............................................

  49 Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi (µ g/ml) dengan peredaman radikal bebas (%) pada vitamin C dan pada ekstrak teh hijau sebagai larutan pembanding ........................................................... 50 Gambar 9. Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau..................................

  52 Gambar 10. Pengenceran emulgel dengan akuadest .......................................

  57 Gambar 11. Pewarnaan emulgel dengan methylen blue...................................

  59 Gambar 12. Grafik hubungan tween 80 dan span 80 dengan respon daya sebar emulgel anti-aging ekstrak teh hijau ..................................

  62 Gambar 13. Grafik hubungan tween 80 dan span 80 dengan respon viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau............................................

  66 Gambar 14. Grafik hubungan tween 80 dan span 80 dengan respon pergeseran viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau...........................

  68

  Gambar 15. Grafik distribusi ukuran partikel droplet emulsi dalam emulgel anti- aging ekstrak teh hijau...................................................................

  73 Gambar 16. Uji iritasi pada kulit kelinci..........................................................

  75 Gambar 17. Contour Plot daya sebar emulgel anti-aging ekstrak teh hijau....

  77 Gambar 18. Contour Plot viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.....

  78 Gambar 19. Contour Plot pergeseran viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh Hijau............................................................................................. 79 Gambar 20. Contour Plot Superimposed emulgel anti-aging ekstrak teh hijau..............................................................................................

  82

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Daya Antioksidan..................................................................

  86 Lampiran 2. Data Sifat Fisis dan Stabilitas Emulgel .......................................

  88 Lampiran 3. Data pH Emulgel .........................................................................

  90 Lampiran 4. Persamaan Simplex Lattice Design.............................................

  91 Lampiran 5. uji F ..............................................................................................

  98 Lampiran 6. Data uji mikromeritik emulgel..................................................... 107 Lampiran 7. Data uji Iritasi Primer .................................................................. 112 Lampiran 8. Perbandingan Komposisi Basis pada Kriteria Penerimaan Masing- Masing Sifat Fisis Gel.................................................................. 114 Lampiran 9. Kuisioner subjective assessment.................................................. 117 Lampiran 10. Foto emulgel anti-aging ekstrak teh hijau................................. 124 Lampiran 11. Hasil pemeriksaan ekstrak teh hijau.......................................... 125 Lampiran 12. Dokumentasi.............................................................................. 125

BAB I A. LATAR BELAKANG Penuaan merupakan suatu proses alamiah yang secara normal terjadi di dalam

  tubuh dan merupakan suatu episode kehidupan yang tak terelakkan. Seperti halnya gigi dan mata, kulit merupakan organ yang bisa berubah karena usia dan karena faktor lain, dan hal itu mudah diamati. Tingkat perubahannya bervariasi pada perorangan maupun pada bagian tubuh yang bersangkutan. Dahulu proses menua dianggap wajar dan tidak mungkin dihindarkan karena berlangsung alami. Namun, seiring dengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, saat ini proses menua telah diketahui bukan hanya sebagai akibat usia atau pengaruh genetik melainkan oleh faktor serangan beberapa radikal bebas. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan jaringan itu (Mitsui, 1997).

  Proses penuaan kulit disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Penuaan kulit karena faktor intrinsik dilatarbelakangi faktor genetik dari individu dan diakibatkan oleh usia yang tidak dapat dihindari. Penuaan kulit karena faktor ekstrinsik terjadi akibat adanya faktor luar seperti sinar matahari, merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan kekurangan nutrisi. Proses penuaan kulit yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik dapat menyebabkan penuaan dini.

  Kelainan yang tejadi pada penuaan dini berupa kulit kering dan kasar, kulit berkerut,

  

1 muncul noda- noda hitam pada kulit, kulit kusam, dan tidak bercahaya. Hal ini terjadi karena adanya radikal bebas (Baumann, 2002).

  Banyak upaya dilakukan untuk mencegah penuaan dini pada kulit yang disebabkan oleh radikal bebas, diantaranya dengan menggunakan teh hijau. Teh hijau mengandung antioksidan yaitu polifenol dan derivat flavan atau secara umum juga disebut derivat katekin. EGCG (epigalokatekin galat) dan quercetin merupakan antioksidan kuat dengan kekuatan 100 kali lebih, tinggi dari vitamin C dan 25 kali vitamin E yang juga merupakan antioksidan potensial, sebagai penyegar kulit dan mengatur keseimbangan radikal bebas. Adanya kandungan senyawa polifenol berupa katekin ini yang memberikan aktivitas antioksidan sehingga dapat mengurangi kerusakan sel dan proses penuaan dini menjadi lebih lambat (Fulder, 2004).

  Ekstrak teh hijau juga dapat digunakan sebagai antipenuaan dini dengan konsentrasi 5-10% (Anonim, 2002). Secara empiris untuk menghambat penuaan dini dapat digunakan 3 gram daun teh hijau yang diseduh dengan 150 ml air mendidih, didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah (Mursito, 2000). Cara-cara tersebut dirasakan kurang praktis, khususnya bagi masyarakat yang memiliki aktifitas cukup padat, karena itu dibuat suatu sediaan topikal yang didesain untuk penggunaan lokal pada kulit secara lebih praktis dan lebih efektif. Ada berbagai macam bentuk sediaan topikal, antara lain

  

lotion, cream , gel dan emulgel. Kelebihan gel yaitu dapat memberikan rasa dingin di

  kulit dengan adanya kandungan air yang cukup tinggi sehingga nyaman digunakan

  (Mitsui, 1997). Adanya sistem emulsi dalam bentuk sediaan emulgel, maka akan memberikan penetrasi tinggi di kulit. Atas dasar kelebihan dari emulsi dan gel tersebut maka dibuat sediaan emulgel.

  Pada sediaan emulgel terdapat sistem emulsi dan gel. Pada sistem emulsi terdapat dua fase yang tidak saling campur sehingga emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya.

  

Dalam penelitian ini digunakan tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent .

Penggunaan tween 80 dan span 80 secara bersamaan akan meningkatkan sifat fisik dan

stabilitas emulgel yang dihasilkan. Kombinasi emulsifying agent dapat dilakukan untuk

  mencapai HLB yang diinginkan. Kombinasi emulsifying agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulsi.

  Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi emulsifiying agent pada sediaan emulgel yang menggunakan tween 80 dan span 80, menggunakan basis gel carbopol, yang berasal dari polimer sintesis dengan berat molekul yang tinggi dari ikatan silang asam akrilat dengan alil eter (Stephenson, 2000). Sebagai bahan utama digunakan ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 5 %.

B. PERUMUSAN MASALAH

  1. Apakah ekstrak teh hijau dapat dibuat menjadi sediaan emulgel yang stabil secara fisik dan tidak memberikan efek iritasi primer ?

  2. Bagaimana profil sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.)O.K.) dengan berbagai variasi komposisi

  emulsifying agent tween 80 dan span 80 ?

  3. Pada range komposisi optimum berapakah span 80 dan tween 80 menghasilkan sediaan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis .) yang dikehendaki?

  (L.)O.K

KEASLIAN PENELITIAN C.

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi sediaan emulgel ekstrak teh hijau yang digunakan sebagai emulgel anti-

  

aging dengan emulsifying agent Polysorbate 80 dan Span 80 belum pernah dilakukan.

D. TUJUAN PENELITIAN

  a. Tujuan umum Memproduksi sediaan emulgel ekstrak teh hijau yang stabil secara fisik.

  b. Tujuan khusus § Mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat dibuat menjadi sediaan emulgel yang stabil secara fisik dan tidak memberikan efek iritasi primer.

  § Untuk mengetahui profil sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.)O.K.) dengan berbagai variasi komposisi emulsifying agent tween 80 dan span 80. § Mengetahui range optimum emulsifying agent pada counter plot dengan metode Simplex Lattice Design terhadap sifat fisik emulgel.

E. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan tentang bentuk sediaan emulgel yang berasal dari bahan alam.

  2. Manfaat metodologis Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode Simplex Lattice Design dalam formulasi emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.

  3. Manfaat praktis Mengetahui range komposisi formula optimum dari profil respon sifat fisik emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K.) dengan tween 80 dan span 80.

  emulsifying agent

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh Klasifikasi Devisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Sub devisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Sub kelas : Guttiferales (Clusiales) Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga) : Camellia Spesies (jenis) : Camellia sinensis Varietas : Assamica Sinonim : Camellia bohea Griff, C. sinensis (L) O.K., C. theifera Dyer., Thea sinen sis L,. T. asamica Mast, T. cochinchinensis Lour., T. cantoniensis Lour., T. chinensis Sims., T. viridis L.

  (Tuminah, 2004)

1. Klasifikasi teh

  Teh dapat dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan pengolahannya, yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong (semifermentasi), dan teh hitam (fermentasi penuh) (Syah, 2006).

  Teh hijau dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidasenya di dalam daun teh segar. Metode inaktivasi enzim polifenol oksidase teh hijau dapat dilakukan melalui pemanasan (udara panas) yaitu memanaskan daun yang sudah kering dan penguapan (steam /uap air) dimana daun teh segar yang masih baru dipetik diuapkan sebentar kemudian dikeringkan. Kedua metode ini berguna untuk mencegah tejadinya oksidasi enzimatis katekin (Fulder, 2004).

  Teh hitam dibuat dengan cara memfermentasikan daun teh, yang sebelumnya sedikit dikeringkan dengan udara hangat, dilayukan dan digiling di bawah pengaruh panas yaitu melalui oksidase katekin dalam daun segar dengan katalis polifenol oksidase atau yang disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, ya itu katekin teh diubah menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat sehingga memberi ciri khas teh hitam, yaitu berwarna kuat dan tajam (Syah, 2006).

  Teh oolong diproses melalui pemanasan daun dalam waktu singkat setelah penggulungan, oksidasi terhenti dalam proses pemanasan, sehingga teh oolong disebut dengan teh semifermentasi. Karakteristik teh oolong berada diantara teh hitam dan teh hijau (Syah, 2006).

   Kandungan kimia (Syah, 2006) 2.

  Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan manjadi empat kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim.

  a. Substansi fenol 1) Katekin (polifenol)

  Katekin merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang merupakan senyawa larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit, tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan, katekin teh bersifat antimikroba (bakteri, virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat penbuluh darah, melancarkan sekresi air seni dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Katekin dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu proantocyanidin dan polyester. Katekin teh hijau tersusun sebagian besar atas senyawa-senyawa katekin, epikatekin, galokatekin, epigalokatekin, galokatekin ga lat dan epigalokatekin galat. Kandungan teh hijau bervariasi menurut cara pengolahannya. Kandungan katekin tertinggi ada pada teh hijau, disusul teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau mengandung 16-30 % senyawa katekin, meskipun jumlah ini masih dipengaruhi oleh cuaca (iklim), varietas jenis tanah, dan tingkat kematangan daun.

  2) Flavanol Flavanol dalam teh meliputi quersetin, kaemferol, dan mirisetin.

  Flavanol merupakan antioksidan alami yang mampu mengikat logam.

  b. Substansi bukan fenol Substansi bukan fenol terdiri dari: 4 % karbohidrat, 6 % substansi pektin, 3-4 % alkaloid seperti teofilin (1,3-dimetil xantin), teobromin (3,7-dimetil xantin) dan kafein (1,3,7-trimetil xantin). Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan pada sistem CNS (Central Nervous System) dalam sistem respiratori dan jantung. Kandungan teh hijau lainnya adalah klorofil dan zat warna lain, protein dan asam-asam amino, asam organik substansi resin, vitamin, substansi mineral (magnesium, kalium, flour, natrium kalsium seng, mangan, tembaga, selenium).

  c. Substansi penyebab aroma Beberapa pendapat menyatakan bahwa aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa beraroma. Pendapat lain mengatakan aroma berasal dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa mudah menguap (aldehid dan keton tidak jenuh).

  d. Enzim Invertase, amilase, -glukosidase, oximetilase, protease dan

  β peroksidase.

3. Khasiat dan guna

  Teh hijau mempunyai berbagai macam khasiat antara lain sebagai anti kanker (mencegah terjadinya kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat, kanker rongga mulut, antimikroba dan antibakteri), mencegah karies gigi, antidiabetes, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah penuaan dini (anti-aging), mengobati diare dan mencegah osteoporosis.

  Penelitian ini menitik beratkan pada fungsi teh hijau sebagai pencegah penuaan dini (anti-aging) yang telah lama dibuktikan oleh masyarakat secara empiris yaitu dengan menggunakan 3 gram daun teh hijau yang diseduh dengan 150 ml air mendidih, didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah (Mursito, 2000)

B. Kulit

  1. Struktur kulit Kulit merupakan organ terluas yang menutupi seluruh permukaan tubuh.

  Kulit memiliki kekakuan yang bervariasi di setiap bagian yang berbeda. Daerah yang paling kaku dan tebal adalah telapak kaki dan telapak tangan serta sela- sela jari. Kulit menjadi lebih tipis dan berkeriput pada usia tua dan kelihatan kekuningan bahkan keabu-abuan, sering disebut penuaan kulit. Pada kulit wajah, sel-selnya sangat tipis, sehingga memungkinkan sediaan kosmetik dapat berpenetrasi (Young, 1972).

  Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh luar baik secara fisik maupun imunologik. Kulit juga berperan penting dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, karena merupakan indera yang sensitif terhadap sentuhan yang kadang membuat perasaan emosional (Rawling, 2002).

  Kecantikan kulit dipengaruhi oleh keadaan keratinisasi (pigmentasi lebih gelap) pada permukaan sel, aktivitas kelenjar sekresi, dan keadaan jaringan lemak. Kelembaban kulit yang rendah menyebabkan kulit kering, kasar, dan tidak menarik. Pada tingkatan yang lebih buruk menyebabkan kulit pecah- pecah dan mudah teriritasi (Rawling, 2002).

  Gambar 1. Penampang kulit manusia (Anonim, 2007a)

  2. Fungsi umum kulit

  a. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) Sebagai respon dari suhu lingkungan yang tinggi atau latihan yang sangat berat, produksi dari kelenjar lemak akan membantu untuk menurunkan suhu tubuh kembali ke normal. Perubahan aliran darah ke kulit juga merubah sifat jaringan dan membantu mengatur suhu tubuh.

  b. Proteksi Kulit menutupi tubuh dan merupakan barier atau rintangan fisik yang melindungi jaringan di bawahnya dari abrasi fisik, invasi bakteri, dehid rasi dan radiasi ultraviolet.

  c. Pengindera (sensori) Kulit terdiri dari berbagai ujung saraf dan reseptor yang menerima rangsang suhu, sentuhan, tekanan dan sakit.

  d. Ekskresi Kulit mengatur suhu tubuh tidak hanya dengan mengeluarkan keringat, tetapi juga dengan ekskresi sisa-sisa metabolisme tubuh, misalnya air, garam dan beberapa senyawa organik. e. Pembentukkan vitamin D Kulit dapat membentuk vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh, maka diperlukan vitamin D dari luar melalui makanan.

  f. Imunitas Beberapa sel tertentu dari epidermis merupakan komponen yang penting untuk imunitas, mempunyai kemampuan untuk memerangi penyakit dengan membentuk antibodi.

  g. Pembentukkan pigmen Sel pembentuk pigmen kulit terletak di lapisan basal epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besar melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Paparan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin, jika paparan sinar matahari bertambah maka produksi melanin akan meningkat.

  h. Keratinisasi Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit, melanosit, dan sel langerhans. Proses keratinisasi dimulai dari sel basal menjadi sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus dan berguna untuk rehabilitasi kulit agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. i. Absorpsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat.

  Tetapi cairan yang mudah menguap mungkin lebih diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme, dan jenis pembawa zat yang menempel pada kulit.

  Bermacam- macam senyawa dapat diabsorbsi melalui kulit. Ada 2 macam jalur absorpsi, yang pertama melalui epidermis dan yang kedua melalui kelenjar sebaseus dari folikel rambut. Steroid seperti hormon wanita, hormon pria, dan adrenokortikosteroid dan senyawa-senyawa yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, K diabsorbsi melalui kulit. Tetapi senyawa-senyawa yang larut dalam air tidak mudah diabsorbsi karena adanya barier untuk air dan zat- zat yang larut dalam air, barier ini dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan suatu senyawa dalam lemak, umur seseorang, suplai darah ke kulit, komposisi air pada lapisan tanduk, derajat kerusakan lapisan tanduk dan kelembaban merupakan hal- hal yang mempengaruhi absorpsi transdermal. j. Ekspresi emosi

  Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia (Tortora dan Angnostakos, 1990).

C. Penuaan kulit

  Sebagai selubung tubuh, kulit merupakan tameng utama menghadapi ancaman kondisi luar tubuh, sinar ultraviolet salah satunya. Sinar ultravio let (UV) dan radikal bebas ini memang sering dianggap menjadi faktor utama penuaan dini alias premature aging. Tak heran kulit yang menua secara dini banyak dijumpai pada bagian tubuh yang terbuka, seperti wajah, lengan dan kaki.

  Kulit berubah mengikuti usia seseorang. Walaupun proses penuaan tidak dapat dielakkan, pemahaman tentang proses penuaan yang terjadi di kulit sangat penting. Paparan sinar matahari dipercaya akan mempercepat proses perubahan kulit. Penuaan akan dapat dipercepat lagi oleh radikal bebas yang berada di sekitar kita. Diantara tanda-tanda penuan kulit yang dapat terlihat , yaitu kulit terlihat kering, kasar, kendur dan kehilangan elastisitasnya, terdapat bercak atau noda coklat kehitaman, keriput, adanya regangan kulit, timbul lipatan pada leher, dan garis-garis ketuaan di wajah (Baumann, 2002). Kelainan yang terjadi pada penuaan dini berupa kulit kering, kulit berkerut, muncul noda- noda hitam pada kulit karena kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin, dilanjutkan dengan kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan pigmentasi kulit, kulit kusam, dan tidak bercahaya. Hal ini terjadi karena adanya radikal bebas (Hermani, 2005).

  Dari penelitian Jae Kyung No, dkk. diketahui teh hijau mempunyai daya hambat tirosinase yang kuat. Telah dikatakan salah satu ciri kulit aging adalah adanya noda hitam (pigmentasi), tirosinase merupakan enzim utama dalam pembentukan melanin (Avanti, 2002).

  Tirosinase berperan dalam mengkatalisis tiga reaksi yang berbeda dalam pembentukan melanin (melanogenesis), yaitu hidroksilasi tirosin menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA), oksidasi DOPA menjadi dopakuinon dan oksidasi dihidroksiindol (DHI) menjadi indolkuinon. Hambatan pada pembentukan ataupun aktivitas enzim ini akan me nyebabkan pigmen melanin berkurang atau tidak terbentuk, sehingga noda hitam tidak terbentuk.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan kulit adalah (Tortora, 1990):

  1. Faktor eksternal

  a. Sinar matahari Pajanan sinar matahari dapat menimbulkan berbagai derajat kerusakan pada kulit dan akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penuaan kulit. Derajat kerusakan tergantung dari lamanya paparan serta dosis penyinaran yang diterima.

  b. Kelembaban udara Kelembaban udara yang rendah akan mempercepat penguapan air dari kulit dan menyebabkan kulit menjadi kering sehingga proses menua dipercepat. c. Radikal bebas Radikal bebas yaitu suatu molekul oksigen dengan atom yang ada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan. Akibat dari kehilangan pasangannya itu, elektron menjadi tidak stabil, liar dan radikal. Akibatnya selalu berusaha mencari pasangan elektron, tetapi dengan cara yang radikal, yaitu merebut elektron dari molekul lain. Radikal bebas ini berakibat destruktif bagi melekul sel lain yang elektronnya dirampas. Aksi perampasan elektron itu menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas terakhir semakin banyak. Radikal bebas merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat (polisakarida), lemak, dan

  deoxyribo nucleic acid (DNA). Akibatnya, sel menjadi rusak, mati, atau

  bermutasi. Peristiwa itu menjadi salah satu penyakit degeneratif seperti kanker dan penuaan sel. Pada sel kulit, misalnya radikal bebas akan merusak senyawa lemak dan membran sel. Lalu, kulit kehilangan ketegangannya (turgor), dan muncullah keriput.

  Selain lahir dari proses metabolisme, radikal bebas juga muncul pada setiap kejadian pembakaran, misalnya merokok, memasak, juga aktivitas pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan bermotor. Ketika sinar ultraviolet mengenai suatu benda terus menerus, elektron atom benda tersebut akan meloncat dari orbitnya, dan terciptalah radikal bebas.

  2. Faktor internal.

  a. Faktor hormonal Proses menua fisiologik lebih jelas terlihat pada wanita yang memasuki klimakterium atau menopause. Pada masa itu fungsi ovarium menurun, menyebabkan estrogen berkurang. Akibatnya akan terjadi atrofi sel epitel vagina, kekeringan dan penurunan elastisitas kulit.

  b. Faktor keturunan (genetik) Di mana kondisi kulit orang-orang tertentu mempunyai kecenderungan untuk mengalami penuaan lebih awal, seperti kerut dan uban.

  c. Rasial Ras terbagi menjadi beberapa macam. Masing- masing mempunyai struktur kulit yang berbeda, terutama struktur kulit yang berperan di dalam sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan, misalnya pigmen melanin. Pada ras kaukasia lebih mudah terjadi gejala kulit menua dini dan lebih mudah timbul lesi prakanker atau kanker kulit dibandingkan ras kulit berwarna.

  d. Psikis Timbulnya stres psikis yang terus menerus dapat menyebabkan kulit tampak lebih tua.

  Kelainan yang terjadi pada proses penuaan:

  1. Kulit kering dan kasar (xerosis cutis) Kulit kering ditandai dengan adanya kemerahan, sisik-sisik dan retak- retak yang halus. Kulit kering terjadi karena kekurangan lemak kulit atau kandungan air. Di dalam lapisan tanduk terdapat faktor pelembab alami yang dapat mengatur kadar air dalam kulit. Kulit normal bila lapisan atas kulit ari

  • mengandung air 13%. Bila kadar air tersebut kurang dari 10 %, maka kulit akan terasa kering.

  2. Kulit berkerut dan longgar (Wrinkle, laxity) Kulit berkerut dan longgar/kendur serta garis kulit menjadi lebih jelas adalah merupakan proses penuaan. Keadaan ini disebabkan karena perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit berubah menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya.

  3. Bercak ketuaan/pigmentasi (mottled pigmentation) Bercak tersebut dapat berupa noda yang merata (melasma) atau noda setempat yang dikenal sebagai frekle.

  4. Tumor kulit Tumor kulit jinak tetapi mengganggu penampilan antara lain keratosis seboroik, xanthelasma, keratosis aktinik dan lesi- lesi prakanker (Baumann,

  2002).

D. Antioksidan

  Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya secara cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat merusak reaksi berantai dari radikal bebas (Hudson, 1990).

  Antioksidan berdasarkan fungsinya dibedakan atas:

  1. Antioksidan primer yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Sebagian besar zat fenolik, tiokoferol, alkil galat, BHA, BHT dan glutation peroksidase.

  2. Antioksidan sekunder yang berfungsi untuk mena ngkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai, misalnya vitamin C, Vitamin E, beta karoten.

  3. Antioksidan tersier yang bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.

  4. Oxygen scavenger, antioksidan yang dapat mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C, askorbil palmitat.

  5. Chelators, kerjanya mengikat logam yang mampu mengkatalisis rekasi oksidasi, misalnya asam sitrat asam amino, ethylendiamin (Hudson, 1990).

  Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dengan kemampuan meredam radikal bebas. Dalam penelitian ini radikal bebas yang digunakan adalah DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil atau , -difenil- -pikrilhidrazil). DPPH adalah

  α α β

Dokumen yang terkait

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi polysorbate 80 dan sorbitan monooleat 80 sebagai emulsifying agent formula moisturizing lotion Virgin Coconut Oil (VCO) aplikasi desain faktorial

0 1 130

Pengaruh span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji

0 2 98

Optimasi komposisi polysorbate 80 & cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 95

Optimasi komposisi polysorbate 80 dan gliserin emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 106

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Optimasi formula span 80 dan tween 80 dalam cold cream obat luka ekstrak daun binahong [Anredera cordifolia [Ten.] Steenis.] dengan metode simplex lattice design - USD Repository

0 0 111