DOCRPIJM 1479720045Bab 6 Kerangka Klembagaan CK RPIJM 16

  Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif serta terjamin keberlanjutannya. Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga. Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaanya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.

  Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah:

  Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa  kerangka waktu, jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek) Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholder

  • Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya
  • tidak ditentukan dari atas/luar tetapi datang dari stakeholder-nya sendiri Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional. 

6.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintahan Kabupaten Kotabaru.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur danmengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya,dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dandaya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalahadanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,

  PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: (1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

  (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi

Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, danmendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

  Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri darisembilan program, yaitu:

  a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU)

  h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan padaunit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Genderdalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yangberperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, sertakewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulaimenerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untukmemasukkan prinsip-

  PU, sedangkanBupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasarbidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar PelayananPerkotaan

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenispelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase,prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/subbidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.2. Kerangka Kelembagaan

  Arahan kebijakan kelembagaan infrastruktur Kabupaten Kotabaru mengacu pada aspek legalitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputisasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasaranapenunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  Kelembagaan di daerah untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan kinerja perangkat daerah. Dengan adanya kelembagaan ini, fungsi dan kapasitas kinerja aparat sesuai prosedur yang telah disesuaikan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan, adapun kerangka kelembagaan setiap instansi adalah sebagai berikut: Diagram. 6.1.

  

Organisasi Pemerintah Kabupaten Kotabaru

BUPATI KOTA BARU DPRD KOTA BARU SEKRETARIS DAERAH DINAS-DINAS BADAN/LEMBAGA

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan AparaturNegara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugasdan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government.

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standarkompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi danpenyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU)

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan padaunit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6.3. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

  Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru, sesuai

B. Keorganisasian Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru

  1. Susunan Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:

  a. Sekretaris Daerah

  b. Asisten Pemerintahan membawahi: 1) Bagian Tata Pemerintahan terdiri dari:

  a) Sub Bagian Pemerintahan Umum

  b) Sub Bagian Otonomi Daerah

  c) Sub Bagian Kerjasama Daerah 2) Bagian Organisasi terdiri dari :

  a) Sub Bagian Kelembagaan

  b) Sub Bagian Ketatalaksanaan; dan

  c) Sub Bagian Analisa Formasi Jabatan dan Pendayagunaan Aparatur. 3) Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari:

  a) Sub Bagian Penyusunan Produk Hukum

  b) Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum c) Sub Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

  c. Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat membawahi: 1) Bagian Perekonomian terdiri dari:

  a) Sub Bagian Bina Produksi dan Distribusi

  b) Sub Bagian Bina Potensi dan Prasarana Sarana c) Sub Bagian Pengembangan Usaha Daerah. a) Sub Bagian Rumah Tangga

  b) Sub Bagian Pengadaan c) Sub Bagian Pemeliharaan Aset. 2) Bagian Humas dan Protokol terdiri dari:

  a) Sub Bagian Pengelolaan Informasi dan Pengolahan Data Elektronik

  b) Sub Bagian Protokol dan Kehumasan c) Sub Bagian Peliputan dan Pemberitaan. 3) Bagian Keuangan terdiri dari:

  a) Sub Bagian Perenanaan dan Pelaporan

  b) Sub Bagian Penatausahaan Keuangan c) Sub Bagian Akuntansi. 4) Bagian Tata Usaha, terdiri dari:

  a) Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

  b) Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan; dan

  c) Sub Bagian Sandi dan Telekomunikasi e. Kelompok Jabatan fungsional.

  2. Susunan Organisasi Sekretariat DPRD terdiri dari:

  a. Sekretaris DPRD

  b. Bagian Tata Usaha terdiri dari: 1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2) Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan

  2) Sub Bagian Perbendaharaan. 3) Sub Bagian Pelaporan Keuangan f. Kelompok Jabatan Fungsional.

  3. Susunan Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan, terdiri dari: a. Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan

  b. Sekretariat, terdiri dari: 1) Sub Bagian Program 2) Sub Bagian Keuangan; dan 3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

  c. Bidang Cipta Karya, terdiri dari: 1) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan 2) Seksi Penataan Pengembangan Air Minum; dan 3) Seksi Jasa Konstruksi.

  d. Bidang Permukiman, terdiri dari: 1) Seksi Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun 2) Seksi Permukiman Kumuh/Nelayan; dan 3) Seksi Pembangunan Kawasan Permukiman.

  e. Bidang Perumahan, terdiri dari: 1) Seksi Perumahan Formal 2) Seksi Perumahan Swadaya; dan warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Upaya pengembangan permukiman dalam RPI2JM pada dasarnya merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni, nyaman, damai dan sejahtera dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni. Upaya ini dilakukan melalui serangkaian strategi: a.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, yang dilakukan melalui program: 1) Pembangunan Perumahan, meliputi:

  a) Pembangunan Rumah Dan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum; Dan/Atau b) Peningkatan kualitas perumahan.

  Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan. 2) Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, meliputi:

  a) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang b) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum wajib dilakukan sesuai dengan rencana, rancangan, dan perizinan. sedikit 8 meter dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan 60% (enam puluh persen) untuk bangunan perumahan dari 100% (seratus persen) luasan areal perumahan. 3) Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, meliputi:

  a) Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi

  b) Ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum

  c) Penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan d) Pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan RTRWK. Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan:

  a) Pemugaran

  b) Peremajaan; atau c) Pemukiman kembali. Strategi, program, dan kegiatan pengembangan permukiman pada dasarnya diarahkan untuk pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat

  

Tabel. 6.1.

Penanganan Upaya Pengembangan Permukiman di Kabupaten Kotabaru Tugas terkait Unit Pelaksana Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga Dasar Hukum Pengembangan Fungsi Kegiatan (Dalam Praktik) Permukiman

  Dinas Cipta Peraturan melaksanakan urusan kebijakan Bidang  perumusan  Fasilitasi penyediaan sarana dan

  Karya, Daerah No. 25 pemerintahan daerah di teknis di bidang cipta Permukiman prasarana dasar permukiman meliputi Permukiman tahun 2013 bidang Cipta Karya, karya, permukiman, sarana air bersih dan sanitasi dan Permukiman dan perumahan, pertamanan

  (pengelolaan air limbah domestic) Perumahan Perumahan dan kebersihan; dasar untuk wilayah rawan air dan berdasarkan asas  penyelenggaraan urusan masyarakat miskin, fasilitasi otonomi dan tugas pemerintahan dan penyediaan sarana drainase, sarana pembantuan. pelayanan umum di pengelolaan sampah permukiman, dan

bidang cipta karya,

penyediaan jalan lingkungan. permukiman,  Fasilitasi penyediaan rumah layak huni.

perumahan, pertamanan

dan kebersihan;

   pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang cipta karya;  pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang permukiman; dan  pembinaan

pelaksanaan tugas di

bidang perumahan;  pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang pengembangan

penyehatan lingkungan

permukiman; Unit  pembinaan

Pelaksana Teknis Dinas;

dan  pengelolaan

kesekretariatan Dinas.

  Bappeda Peraturan melaksanakan  perumusan kebijakan Sub Bidang Tata perumusan kebijakan teknis, dan

daerah penyusunan dan teknis perencanaan, Ruang Wilayah pengkoordinasian kegiatan

  Tugas terkait Unit Pelaksana Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga Dasar Hukum Pengembangan Fungsi Kegiatan (Dalam Praktik) Permukiman Kabupaten pelaksanaan kebijakan statistik, penelitian dan (Bidang Tata pengembangan permukiman yang Kotabaru No. daerah di bidang pengembangan serta Ruang dan dilakukan oleh berbagai SKPD. 26 tahun 2013 perencanaan penataan ruang; Pengembangan pembangunan daerah, Wilayah).

   pengoordinasian statistik dan penataan penyusunan ruang. perencanaan

pembangunan, statistik,

penelitian dan

pengembangan serta

penataan ruang;  pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang penyusunan

rencana pembangunan

daerah;  pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang tata ruang

pengembangan wilayah;

dan  pembinaan

pelaksanaan tugas di

bidang pengendalian dan

pembangunan daerah;

dan  pembinaan

pelaksanaan tugas di

bidang statistik,

penelitian dan

pengembangan; dan  pengelolaan

kesekretariatan badan

1. Organisasi Penyelenggaraan Urusan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Upaya penataan bangunan dan lingkungan dalam RPI2JM pada dasarnya merupakan upaya untuk mengendalikan pemanfaatan ruang terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, khususnya mewujudkan fisik bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri. Upaya ini dilakukan secara umum dengan 4 (empat) strategi besar sebagai berikut:

   Penyelenggaraan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal, dan efisien  Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.  Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial, dan ekonomi.  Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

  Keempat strategi tersebut di atas dijalankan dalam Program Bangunan Gedung, Program Bangunan Gedung dan Rumah Negara, Program Penataan Lingkungan Permukiman, dan Program Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan. Program- program tersebut dikemas dalam kelompok kegiatan sebagai berikut:

   Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Kegiatan penataan lingkungan permukiman

  

a. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah, yang dilakukan melalui

Strategi

  1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana pengolahan air limbah sistem setempat di perkotaan maupun dipedesaan melalui sistem komunal

  2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat di kawasan perkotaan.

  3. Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

  4. Mengoptimalkan media lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

  5. Mengoptimalkan media lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

  6. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah pemukiman.

b. Pengembangan sistem pengelolaan persampahan, yang dilakukan melalui strategi

  1. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan menjadi 40% di skala kabupaten melalui peningkatan kapasitas prasarana dan sarana

  1. Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/normalisasi, pengembangan dan pembangunan saluran drainase baru

  2. Penyiapan peraturan, produk hukum dalam penanganan drainase

  3. Penyusunan dokumen perencanaan drainase skala kabupaten

  4. Mengembangkan pendanaan melalui retribusi lingkungan 5. Pengembangan kampanye peningkatan peran serta masyarakat.

3. Organisasi Penyelenggaraan Pengelolaan Air Limbah Domestik

  Menurut Peraturan Daerah No. 25 tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotabaru, urusan pengelolaan air limbah domestik atau air buangan di Kabupaten Kotabaru menjadi tanggungjawab Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Operasionalisasi penyelenggaraan urusan ini dijalankan oleh Seksi Air Limbah dan Drainase (Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan). Secara diagramatis, posisi Seksi Air Limbah dan Drainase dalam struktur Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan adalah sebagai berikut:

  Diagram. 6.2. Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan DINAS CIPTA KARYA, PERMUKIMAN &

  PERUMAHAN SEKRETARIAT JABATAN FUNGSION AL SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM KEUANGAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG PERMUKIMAN PERUMAHAN PENGEMBANGAN CIPTA KARYA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN SEKSI SEKSI KAWASAN SIAP SEKSI SEKSI BANGUN DAN

  PENATAAN LINGKUNGAN SIAP PERUMAHAN PERTAMANAN& FORMAL PEMAKAMAN BANGUN BANGUNAN &

SEKSI PENATAAN SEKSI

  SEKSI SEKSI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KUMUH/ PERSAMPAHAN AIR MINUM NELAYAN

  PERUMAHAN SWADAYA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

JASA PEMBANGUNAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE KONSTRUKSI KAWASAN PENGEMBANGAN Secara diagramatis, posisi Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam struktur Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan adalah sebagai berikut:

  Diagram. 6.3. Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan DINAS CIPTA KARYA, PERMUKIMAN &

  PERUMAHAN SEKRETARIAT JABATAN FUNGSION AL SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM KEUANGAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG PERMUKIMAN PERUMAHAN PENGEMBANGAN CIPTA KARYA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN SEKSI SEKSI KAWASAN SIAP SEKSI SEKSI BANGUN DAN

  PENATAAN LINGKUNGAN SIAP PERUMAHAN PERTAMANAN& FORMAL PEMAKAMAN BANGUN BANGUNAN &

SEKSI PENATAAN SEKSI

  SEKSI SEKSI

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KUMUH/ PERSAMPAHAN

  Kotabaru menjadi tanggungjawab Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Operasionalisasi penyelenggaraan urusan ini dijalankan oleh Seksi Air Limbah dan Drainase (Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan). Secara diagramatis, posisi Seksi Air Limbah dan Drainase dalam struktur Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan adalah sebagai berikut: Diagram. 6.4.

  Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan DINAS CIPTA KARYA, PERMUKIMAN &

  PERUMAHAN SEKRETARIAT JABATAN FUNGSION AL SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM KEUANGAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG PERMUKIMAN PERUMAHAN PENGEMBANGAN CIPTA KARYA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN SEKSI SEKSI KAWASAN SIAP SEKSI SEKSI BANGUN DAN

  PENATAAN LINGKUNGAN SIAP PERUMAHAN PERTAMANAN& FORMAL PEMAKAMAN BANGUN BANGUNAN & a. Program pembangunan prasarana air minum melalui pendekatan masyarakat di desa miskin dan rawan air b. Program pengembangan air minum di Ibukota Kabupaten / Kota Pemekaran

  c. Program pengembangan air minum di Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum mempunyai sistem dan rawan air d. Program penyediaan air minum bagi kawasan RSH / Rusuna.

  e. Program penyehatan PDAM f. Program pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.

  g. Program penyediaan air baku.

  Secara operasional di Kabupaten Kotabaru upaya pengembangan air minum dilakukan oleh PDAM, Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan Bidang Cipta Karya Seksi Penataan Pengembangan Air Minum. Masing-masing unit dan SKPD dalam upaya pengembangan air minum ini memiliki area tanggung yang berbeda.

  

Diagram. 6.5.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

  DINAS CIPTA KARYA, PERMUKIMAN & PERUMAHAN SEKRETARIAT JABATAN FUNGSIO NAL SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM KEUANGAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

  Tabel. 6.2. Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan Tugas Terkait Penataan Bangunan Dan Unit Pelaksana Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga Dasar Hukum Fungsi Lingkungan

  Kegiatan (Yang Sudah Dijalankan) Dinas Cipta Peraturan melaksanakan urusan pemerintahan daerah di Seksi Penataan Fasilitasi penyediaan

   Perencanaan Karya, Bupati No. 25 bidang Cipta Karya, Permukiman dan  Pengawasan dan Pengembangan Air sarana air bersih untuk Permukiman tahun 2013 Perumahan berdasarkan asas otonomi dan pengendalian Minum (Bidang Cipta wilayah rawan air dan dan tugas pembantuan.  Fasilitasi Karya) masyarakat miskin Perumahan PDAM Mengusahakan penyediaan air minum yang Penyedia layanan PDAM

   Penyediaan sarana dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi prasarana dasar masyarakat (pasal 6) permukiman meliputi sarana air bersih dengan sistem perpipaan, dan

   Fasilitasi pembangunan air hujan (PAH) di wilayah rawan air dan permukiman masyarakat miskin

6.2.1. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkandi dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tata laksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

  Diagram. 6.6.

Tata Laksana Pengembangan Permukiman

  layaknya suatu kelembagaan atau organisasi maka akan semakin tinggi tingkat efisensi yang dihasilkan dalam menyelenggarakan dan menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. Perkembangan wilayah pada Kabupaten Kotabaru menuntut adanya perkembangan sosial yang berjalan secara sinergis dan bekelanjutan. Untuk itu, kemampuan organisasi pemerintahan selaku motor penggerak utama dalam pelaksanaan pembangunan daerah perlu mendapat perhatian lebih. Rendahnya kualitas sumber daya manusia berimplikasi pada ketidakmampuan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pembangunan oleh organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya proses-proses pembangunan bagi wilayah. Untuk itu, stimulan bagi lembaga maupun masyarakat perlu mendapat perhatian lebih, agar peningkatan kemampuan dan kinerja kelembagaan dapat terwujud.

6.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan Sub Bidang Air Limbah dan Persampahan ditangani oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan. Pelaksanaan Sub Bidang Drainase, PSD Permukiman, dan Tata Bangunan Lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan pula sedikit kewenangan dari Dinas Tata Kota dan Perumahan. Pelaksana Sub Bidang Air Minum dilaksanakan oleh PDAM. sehingga masalah yang dihadapi adalah penanganan pembangunan Kecipta Karyaan di Kabupaten Kotabaru dilakukan oleh instnasi yang berbeda-beda, tentunya akan menyulitkan dalam hal koordinasi dan integrasi dalam pembangunan. Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa keberlanjutan pola pengelolaan Kecipta Karyaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

6.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (Sdm) Bidang Cipta Karya

  Permasalahan yang sering dihadapi antara lain terbatasnya jumlah aparatur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola Bidang PU Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dan lain-lain masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat. Selain masih terbatasnya SDM Bidang Cipta Karya, prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan lain-lain sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja.

  Permasalahan yang dihadapi dalam hal kondisi SDM adalah sumber daya manusia baik pada level pemerintahan maupun masyarakat yang masih belum memadai dan kapabel dalam menangani persoalan penanganan dan pengelolaan sarana dan prasarana permukiman di daerah. Permasalahan sumber daya manusia merupakan hal cukup penting, karena sebagai pondasi dasar dalam pemahaman dan kesadaran dalam kegiatan pembangunan wilayah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada daerah Kabupaten Kotabaru akan menghambat proses percepatan pembangunan. Untuk itu program-program peningkatan kemampuan aparatur mendapat perhatian, agar peningkatan kemampuan dan kinerja dapat berjalan optimal.

6.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

  6.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana peningkatan/penguatan organisasi yaitu dengan optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi, yang meliputi optimalisasi kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana kota.

  6.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Rencana untuk meningkatkan tata laksana penyelenggaraan RPIJM adalah dengan pengusulan adanya kebutuhan akan pembentukan Peraturan Daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kabupaten Kotabaru.

  6.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (Sdm)

  Rencana peningkatan SDM adalah dengan mengusulkan adanya penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan akan training. Sedangkan dalam hal peningkatan sarana dan prasarana kerja yaitu dengan penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan dan berbagai jenis bimbingan teknis dan pelatihan, seperti:

  1. Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

   BAPPEDA

 PU

 PDAM  Distako

 KLH

BAPPEDA

   BAPPEDA

 PU

 PDAM  Distako BAPPEDA

  Peningkatan kinerja aparatur daerah

  5. Pelatihan dan pengembangan staff pelaksana fungsi pemerintahan daerah

   BAPPEDA

 PU

 PDAM  Distako BAPPEDA

  Efisiensi dan optimalisasi perangkat kerja

  4. Perkuatan Unit Pelaksana untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur

   BAPPEDA

 PU

 PDAM  Distako BAPPEDA

  3. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintahan Sistem, tata kerja, koordinasi dan pelaksanaan kegiatan pembangunan

  2. Pembentukan tim satuan kerja dan petugas pelakasana perencanaan dan pembangunan sarana prasarana daerah Konsolidasi aparatur dan system pembangunan daerah

  11. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

   BAPPEDA

 PU

 PDAM  Distako BAPPEDA

  1. Optimaliasi Pelaksanaan Fungsi Organinasi dan Kelembagaan Daerah Peningkatan kinerja aparatur daerah

  IV V

  III

  I II

  . Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana Penanggu ng Jawab Jadwal Tahunan Ket

  

Tabel. 6.3.

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

No

  13. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 14. Diklat Jabatan Fungsional.

  12. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  6. Peningkatan kemampuan Peningkatan  BAPPEDA