PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA

  

(Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga)

SKRIPSI

  

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

Oleh:

EKA JAYANTININGSIH

  

NIM 21209011

JURUSAN SYARI ’AH

  

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  MOTTO

   Tujuan agama yang benar dan ilmu yang benar hanyalah satu, yaitu menuju kebenaran yang mutlak. Ilmu untuk mengetahui dan agama untuk merasai.

  Ilmu untuk bendanya dan agama untuk jiwanya (HAMKA). 

  Sahabat itu tak hanya bersama ketika bahagia, tetapi ketika luka ia selalu bersama disisinya.  Jadilah orang baik, jangan sekedar kelihatan baik.

  PERSEMBAHAN

   Untuk Bapak dan Ibu tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, kasih sayang dan semangat

   Untuk kedua adikku AZIZ dan ANNAS, yang selama ini telah memberikan semangat

   Untuk POLRES SALATIGA yang sudah banyak membantu (Bapak

  Kapolres Salatiga, Bapak Kasat Intelkam Polres Salatiga, Pak Sugiyono, Pak Agung, Pak Soleh, Pak Ali, Pak Nurmin, dkk )

   Untuk Bapak/ Ibu Kemenag Salatiga bagian Syari’ah

   Untuk semua dosenku dan dosen pembimbing skripsi

   Untuk Bapak dan Ibu guru SD Negeri Genting 02 yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini

   Untuk Novi Dwi Astuti dan keluarga, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongannya

   Dan sahabat-sahabat seperjuanganku kelas AHS’NR angkatan 2009

  (Pak Tri, Pak Agus, Pak Pujho, Pak Kurniawan, Rechan, Samsul, Fatwa, Mbk Mul, Mbk Uswatun dan Mbk Anif ), I Love You All......

  ABSTRAKSI

  Jayantiningsih, Eka. 2014. Penerapan Syariah Islam di Indonesia (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga). Skripsi. Jurusan Syariah. Program Studi Al Ahwal Al Syakhsiyah (Peradilan Agama).

  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si.

  Kata kunci

  : Negara Islam Indonesia dan Konsep Syari’ah Negara Islam Indonesia (disingkat NII, juga dikenal dengan nama Darul

  Islam) yang artinya adalah “Rumah Islam”. Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai Negara Teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara, dan hukum yang tertinggi adalah Al-

  Qur’an dan Hadits. NII dengan tegas menyatakan penolakan terhadap ideologi selain Al- Qur’an dan hadits, yang mereka sebut dengan “hukum kafir”. Fokus penelitian ini adalah bagaimana konsep Negara

  Islam dan syari’ah Islam yang dilaksanakan NII dan bagaimana gerakan NII dalam mewujudkan syari’ah dan Negara Islam.

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun lokasi penelitian adalah Salatiga karena penulis mempunyai akses untuk mendapatkan informasi mengenai NII dari eks-anggota NII.

  Adapun ajaran syari’at NII adalah mengganti syahadad dengan baiat dan sapta subaya. Tidak menganjurkan melaksanakan sholat 5 waktu tetapi diganti menggunakan ibadah universal dengan cara merekrut anggota baru dan malliyah sebesar-besarnya. Ibadah puasa dianggap tidak wajib bagi anggota NII dan apabila tidak puasa dikenakan fidyah Rp. 15.000,- setiap hari. Pelaksanaan zakat fitrah diwajibkan membayar harakah Ramadhan sebesar Rp. 50.000,- per orang dengan batas maksimal yang tidak ditentukan. Pelaksanaan ibadah haji tidak perlu ke Mekkah-

  Arab Saudi, tetapi cukup ke Ma’had Al-Zaytun sebagai pusat NII. Jihad yang dimaksudkan di NII adalah dengan cara melakukan perekrutan anggota baru dan malliyah sebanyak-banyaknya. Proses pernikahan dilakukan mempelai 2 kali yaitu di NII dan KUA. Adapun untuk mewujudkan negara Islam, NII menggunakan cara: pertama, pemanfaatan peluang politik dilakukan dengan mengikuti pemilihan calon legislatif, perekrutan anggota yang bukan dari anggota TNI dan POLRI, dan perekrutan anggota yang jauh dari pantauan orang tua. Kedua, mobilisasi struktural (mobilisasi eksternal dan mobilisasi internal). Mobilisasi eksternal dilakukan dengan rekruitmen anggota baru dan pembangunan Ma’had Al-Zaytun. Mobilisasi internal dilakukan dengan cara tazkiyah dan malliyah. Ketiga, penyusunan proses gerakan, yakni dengan cara menggunakan media cetak meliputi penerbitan majalah bulanan. Dengan demikian, NII adalah gerakan sosial politik yang menggunakan dalil Al- Qur’an sebagai pembenaran atas setiap tindakan yang dilakukan dan NII juga

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi Akhir zaman Muhammad SAW, sahabat, dan pengikut beliau pada akhir zaman.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk sempurnanya penelitian ini. Keberhasilan penyusunan penelitian ini, selain atas ridho dari Allah SWT, juga tak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Mubasirun, M.Ag., selaku ketua jurusan STAIN Salatiga.

  3. Bapak Ilyya Muhsin,S.HI,M.Si., selaku ketua Progdi Al Ahwal Al Syakhsiyyah STAIN Salatiga dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi.

  4. Bapak dan Ibu dosen serta civitas akademika lingkungan Jurusan Syari’ah yang telah dengan sabar dan ikhlas membagi ilmunya.

  5. Para dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan jalan ilmu dan pelayanan.

  6. Teman-teman sekelasku non-reguler angkatan 2009 yang telah menjadi inspirasi, motivasi, dan penyemangat.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v ABSTRAKSI ........................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tinjauan Penelitian...................................................................... 4 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 4 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 5 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6 G. Metode Penelitian.........................................................................8 H. Sistematika Penulisan.................................................................. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Negara dan Pemerintahan ........................................................... 14 B. Syariat Islam................................................................................ 16

  BAB III PROFIL DAN KONSEP NII TENTANG NEGARA ISLAM DAN SYARIAT ISLAM A. Latar Belakang Historis Lahirnya NII......................................... 66 B. Perkembangan NII di Salatiga .................................................... 70 C. Konsep NII tentang Negara Islam ............................................... 75 D. Konsep NII tentang Syariat Islam ............................................... 83 BAB IV GERAKAN SOSIAL NII A. Pemanfaatan Peluang Politik (Political Opportunities) .............. 102 B. Mobilisasi Struktural (Mobilizing Structures) ............................ 104 C. Proses Penyusunan Gerakan (Framing Process) ........................ 144 BAB V PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................... 147 B. Rekomendasi ............................................................................... 150 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Islam Indonesia (disingkat NII, juga dikenal dengan nama Darul Islam) yang artinya adalah “Rumah Islam”. Negara Islam Indonesia

  adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada tanggal 07 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di desa Cidegalen, Kecamatan Cisampang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat (Triana, 2011:25).

  Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai Negara Teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam, dan hukum yang tertinggi adalah Al- Qur’an dan Hadits. Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat Undang-

  Undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Al- Qur’an dan hadits shahih yang mereka sebut dengan “hukum kafir”, sesuai dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

  “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) Allah bagi orang- orang yang meyakini (agamanya)”( Al-Maidah, 5 : 50)

  Akan tetapi pada pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan dalam ajaran syariah NII. Ajaran yang diajarkan kepada anggota NII tidak sesuai dengan syariat Islam yang telah ada, seperti: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan.

  Selain itu NII juga mudah mengkafirkan umat Islam di luar NII, karena mereka menganggap bahwa ajaran NII-lah yang paling benar dan juga menganggap selain golongan mereka itu masuk neraka, sedang yang masuk surga hanya kelompok NII.

  Ajaran NII yang didoktrinkan kepada jamaah (anggota) ada 2 macam, yaitu tentang akidah dan syariah. Ajaran-ajaran tentang akidah yaitu menyusun sistematika tauhid dengan membagi tiga substansi tauhid yaitu Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah, meyakini kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir dan memberikan keyakinan tentang adanya otoritas nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami dan menjelaskan serta melaksanakan Al-

  Qur’an dan sunnah hingga tegaknya syari’ah. (Ahmad Jaiz, 2002:46).

  Sedangkan ajaran syariah NII adalah menggunakan baiat dan sapta subaya sebagai syahadad, tidak mewajibkan sholat bagi pengikutnya, mewajibkan pembayaran zakat dengan tolak ukurnya adalah uang, semakin banyak uang yang dibayarkan kepada NII semakin baik amalannya. Pengikut NII diperbolehkan untuk tidak melaksanakan puasa, tetapi sebagai pengganti puasa anggota NII diwajibkan untuk membayar fidyah berupa uang.

  Sedangkan untuk ibadah haji anggota NII tidak perlu pergi ke Mekkah-Arab Saudi, tetapi cukup ke Ma’had Al-Zaytun karena dianggap sebagai pusat yang dilakukan oleh pimpinan kepada anggotanya. Dan untuk melangsungkan pernikahan di NII, anggota harus membayarkan sejumlah uang kepada negara sebagai syarat syahnya pernikahan. Pernikahan dilakukan 2 kali, yaitu di depan pejabat NII dan setelah 3-4 bulan baru dicatatatkan di KUA.

  Akhir-akhir ini eksistensi gerakan NII kembali muncul dengan data sejumlah mahasiswa dilaporkan menjadi korban cuci otak NII. Para korban banyak yang direkrut oleh orang yang belum lama atau baru dikenalnya dengan didoktrin untuk tidak percaya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaliknya digiring untuk meyakini dan percaya kepada NII (Negara Islam Indonesia). Gerakan NII mulai masuk Salatiga sekitar tahun 2010. Melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, bahwa banyak kasus remaja Salatiga yang ikut bergabung dengan NII, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai konsep Negara Islam Indonesia tentang penerapan syariah Islam di Indonesia dan tujuan untuk mewujudkannya.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka perlu dibuat rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan tema yaitu: 1.

  Bagaimana konsep negara Islam dan syariah Islam yang dilaksanakan oleh NII?

  C. Tujuan Penelitian

  Dalam mengkaji kasus ini, adapun tujuan yang ingin penulis capai diantaranya:

  1. Untuk mengetahui konsep negara Islam dan syariah Islam yang ingin dilaksanakan oleh gerakan NII

  2. Untuk mengetahui gerakan NII dalam mewujudkan syariah Negara Islam dan ajaran-ajarannya

  D. Kegunaan Penelitian

  Untuk memberikan hasil penelitian yang berguna secara keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya bermanfaat secara:

  1. Teoritis Dapat memberikan informasi tentang konsep negara Islam Indonesia dan syari’ah yang meliputi: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan.

  2. Praktis a.

  Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat mengenai gerakan NII, sehingga bisa membentengi diri terhadap gerakan-gerakan radikal, subversif dan menyimpang.

  b.

  Bagi pemerintah Dapat memberikan gambaran tentang gerakan NII yang ada di Salatiga, sehingga pemerintah khususunnya aparat keamanan baik c.

  Bagi STAIN Salatiga Dapat memberikan informasi kepada lembaga pendidikan agama, bahwa NII berkembang atas dalih agama.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata, maka perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian. Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah:

  1. Negara Islam Indonesia yang disingkat (NII) adalah organisasi yang ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia dengan membuat Undang-Undang yang berlandaskan syariat Islam dengan sumber hukum berasal dari Al- Qur’an dan Sunnah. NII ini eksis di dalam tubuh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sehingga disebut negara dalam negara yang beroperasi secara underground atau bergerak di bawah tanah (www.negaraislamindonesia.com).

2. Konsep negara Islam adalah konsep yang ingin diwujudkan oleh Negara Islam Indonesia setelah berhasil menduduki negara dari kekuasaan NKRI.

  Konsep negara Islam yang ingin diwujudkan adalah Syariah Islam yang meliputi proses pemahaman manusia dan penerapan hukum Islam terhadap manusia berdasarkan Al-

  Qur’an dan sunnah. Adapun ajarannya meliputi: baiat terhadap anggota, sapta subaya, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan menurut NII.

F. Tinjauan Pustaka

  Penerapan syari’at Islam di Indonesia (studi kasus gerakan NII di wilayah Salatiga) belum pernah diangkat menjadi skripsi. Oleh karena itu, penulis mengacu pada buku yang digunakan untuk sumber referensi diantaranya: 1.

  Idris, Muhammad. Mereka Bilang Aku Kafir (Kisah Seorang Pelarian

  NII) . 2011. Mizania: Jakarta. Buku ini berisi kisah nyata seorang lulusan

  pesantren yang bertemu dengan seseorang yang baru dikenalnya. Diawali dari pertemuan biasa, berlanjut kepada diskusi agama sampai akhirnya mengabdi total siang dan malam demi kepentingan NII. Hingga akhirnya ada keraguan terhadap apa yang diikuti selama ini dan berusaha untuk melepaskan diri dari jeratnya walaupun akan dianggap kafir oleh orang- orang NII yang masih taat.

  2. Insep, Tim Peneliti. Al Zaytun The Untold Stories. 2011. Pustaka Alvabet: Jakarta. Buku ini ditulis berdasarkan riset investigasi terhadap pesantren paling kontroversial di Indonesia. Dengan pendekatan yang jernih dan kritis, buku ini mengurai secara detail sejarah berdiri dan perkembangan Ma’had Al-Zaytun. Buku ini juga mengungkap misteri kunci yang selama ini diributkan banyak kalangan tentang tokoh, doktrin dan ajaran keagamaan, serta sumber pendanaan pesantren tersebut.

  3. Jaiz, Hartono Ahmad. Aliran dan Paham Sesat Indonesia. 2002. Pustaka Alkautsar: Jakarta. Buku ini membahas tentang kesasatan yang dilakukan oleh NII, baik penyimpangan tentang aqidah dan penyimpangan syari’ah yang dilakukan oleh NII.

  4.

  . Buku ini

  Pratama, Gilang. Cuci Otak NII. 2011. Tinta Publisher: Jakarta berisi kisah nyata pengakuan mantan korban sekaligus juru doktrin NII yang mengungkap sejarah, doktrin, metode perekrutan, cuci otak dan segala seluk-beluk NII lainnya yang selama ini samar dan buram di mata masyarakat.

5. Triana, Dewi. Mengapa Saya Memilih Negara Islam. 2011. Mizan:

  Jakarta Selatan. Buku ini membahas tentang seorang mahasiswi yang melakukan penelitian terlibat terhadap kelompok NII di Pamulang- Jakarta. Dia meneliti dan mempelajari bagaimana para komunitas tersebut beroperasi, termasuk strategi perekrutan anggota, indoktrinasi yang dilakukan, dan bagaimana mereka mencari dana demi mempertahankan kelangsungan NII. Disini Dewi Triana menunjukkan secara meyakinkan bagaimana gagasan dan aktivitas NII mampu mempengaruhi dan mengubah cara anggota-anggotanya berpikir tentang agama, negara, keluarga, bahkan diri mereka sendiri.

  Adapun perbedaan penelitian penulis dari buku referensi diatas adalah pembahasan pelaksanaan syariah Islam yang dilaksanakan NII, meliputi: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji, jihad dan pernikahan menurut aturan dan ajaran NII. Selain itu penulis juga memaparkan usaha-usaha yang dilakukan NII untuk mewujudkan Negara Islam di

G. Metode Penelitian

  Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode penelitian yang diantaranya adalah:

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a.

  PendekatanPenelitian 1)

  Pendekatan Normatif Penelitian ini digunakan untuk menganalisis konsep-konsep NII yang terkait dengan Negara Islam dan ajaran-ajaran Islam yang disebarkan dan diperjuangkannya. 2)

  Pendekatan Sosiologis Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gerakan NII dalam mewujudkan cita-cita ideolois yaitu mewujudkan Negara Islam Indonesia.

  b.

  Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitan kualitatif yang secara umum bersifat deskriptif. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti.

  Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan dengan gerakan NII di wilayah Salatiga.

  2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis di Salatiga karena wilayah Salatiga wilayah Kabupaten Semarang dan di Salatiga penulis mempunyai akses untuk mendapatkan informasi mengenai NII dari eks-anggota NII yang penulis kenal. Penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu: a.

  Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan eks anggota NII dan hasil pengamatan langsung ketika peneliti mengikuti kegiatan NII dan dokumentasi-dokumentasi yang terkait NII (Negara Islam Indonesia).

  b.

  Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bersumber dari beberapa penulis buku yang membahas tentang NII (Negara Islam Indonesia).

3. Tekhnik Pengumpulan Data

  Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah: a.

  Observasi Peneliti melakukan observasi terlibat, artinya menjadi bagian dari NII Salatiga. Peneliti terlibat mengikuti kegiatan-kegiatan NII Salatiga seperti: bai’at atau hijrah, tazkiyah dan malliyah.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara lisan terhadap informan dengan berhadapan secara langsung. Wawancara dilakukan peneliti kepada

  Berikut ini adalah data-data informan:

NO NAMA L/P USIA PENDIDIKAN KET.

  1 E-M P

  24 D-1 Kerja

  2 C-M P

  21 SMK Kerja

  3 S-A L

  22 Kuliah Kuliah

  4 U-L P

  28 SMA _

  5 A-I L

  30 SMK _ c.

  Dokumentasi Dokumentasi ialah data yang berupa catatan, transkip, surat kabar, agenda,dll. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah catatan penulis yang diberikan oleh pemateri ketika proses penelitian secara terlibat.

4. Tekhnik Analisis Data

  Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.

  Adapun metode analisa data yang dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif menurut Miles dan Huberman (Khalifah Al Amin, 2013:15) terdapat tiga komponen pokok berupa: a.

  Reduksi Data Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

  b.

  Sajian Data Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan susuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

  c.

  Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut: langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

  5. Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, keabsahan data mempunyai peranan yang sangat besar, sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu pengecekan keabsahan data. Pengecekan dilakukan penulis dengan cara perbandingan buku dengan buku, wawancara dengan wawancara, buku dengan wawancara, buku - wawancara dan observasi.

  6. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama observasi awal lapangan, kemudian peneliti menentukan topik penelitian dan mencari informasi umum mengenai adanya gerakan NII yang ada di wilayah Salatiga. Tahap selanjutnya, peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data dari informan baik pelaku NII atau eks-anggota NII. Tahap akhir yakni penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data atau temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan penelitian, maka secara garis besar dapat digunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab sebagai berikut:

  Bab pertama berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian dan lokasi penelitian) sumber data, prosedur pengumpulan data, analis data, pengecekan keabsahan data,

  Sedangkan bab kedua berisi kajian pustaka tentang negara dan pemerintahan, syari’at Islam dan gerakan sosial.

  Bab ketiga berisi paparan hasil penelitian yang peneliti lakukan meliputi: latar belakang historis lahirnya NII, perkembangan NII di Salatiga dan konsep NII te ntang negara Islam dan syari’at Islam.

  Bab keempat berisi analisis gerakan sosial NII meliputi: pemanfaatan peluang politik, mobilisasi struktural dan proses penyusunan gerakan (framing process).

  Adapun bab lima berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan penulis kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Negara Islam Negara adalah suatu wilayah yang ada di permukaan bumi, yang di

  dalamnya terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya pertahanan keamanan dan sebagainya. Unsur-unsur negara dalam suatu negara meliputi: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain (Lestari, 2010: 1).

  Setiap negara memiliki sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat. Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata, yakni sistem dan pemerintahan. Sistem berarti susunan, tatanan, jaringan atau cara. Sedangkan pemerintahan berasal dari kata pemerintah. Pemerintah berasal dari kata perintah. Perintah berarti perkataan yang bermakna untuk melakukan sesuatu. Sementara pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah atau negara. Dari usul kata dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah perbuatan, cara, hal urusan dalam memerintah. Sedangkan sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri dari berbagai komponen pemerintahan yang saling bergantung dan berpengaruh dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan

  Adapun Vaezi mendefinisikan pemerintah Islam sebagai pemerintahan yang menerima dan mengakui otoritas absolut dalam Islam. Pemerintahan Islam berupaya membentuk tertib sosial yang Islami, pelaksanaan syari’at, sembari terus menerus mengarahkan keputusan politik dan fungsi-fungsi publik sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam (Rofiq al Amin,2012:18). Munawir Sjadzali secara lengkap membagi 3 pandangan muslim tentang negara yaitu (Nashir,2007:108)

  1. Aliran tradisional atau integralistik yaitu paham yang berpendirian bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan bernegara.

  2. Aliran sekuler yaitu paham ini menyatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan, bahwa Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang Rasul biasa dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali pada kehidupan yang mulia untuk menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi tidak pernah bertujuan mengepalai sebuah negara.

  3. Aliran reformis-modernis yaitu paham ini menyatakan bahwa dalam Islam memang tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

  Pandangan Munawir Sjadzali tentang hubungan Islam dan Negara layaknya sebuah garis lurus, tidak ada ketetapan doktrinal yang mengharuskan kaum muslim untuk mendirikan Negara Islam. Bahwa di dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, melainkan Islam mengajarkan tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

  Ajaran ini percaya bahwa dalam Islam terdapat seperangkat prinsip dan tata nilai etika bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti dalam Al-

  Qur’an yang memiliki kelenturan dalam pelaksanaan dan penerapannya dengan memperhatikan perbedaan situasi dan kondisi antara satu zaman dengan zaman lainnya serta antara budaya dengan budaya lain.

B. Syariat Islam

  Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW yang terdiri atas iman dan amal. Iman menyangkut akidah sedangkan amal berkaitan dengan syari’at. Sedangkan syari’at adalah susunan, peraturan dan ketentuan yang disyari’atkan Tuhan dengan lengkap atau pokok-pokoknya saja, supaya manusia mempergunakaannya dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan saudaranya sesama manusia serta hubungannya dengan alam besar dan kehidupan. Hubungan antara akidah atau iman dengan amal atau syari’at tidak dapat dipisahkan, bahwa akidah menjadi landasan bagi syari’at dan syaria’at bertumpu pada akidah. Dengan tercakupnya aspek amal atau syari’at dan muamalah maka ajaran Islam tidak berhenti pada aspek masalah-masalah kehidupan yang bersifat duniawi, termasuk dalam wilayak kehidupan masyarakat dan negara (Nashir, 2007:88).

  Tidak banyak orang yang mengerti apakah syari’at Islam itu sesungguhnya. Kebanyakanya mengetahui bahwa syari’at itu tak lain hanyalah hukuman potong tangan bagi yang mencuri, hukuman rajam bagi yang berzinah, dan hukuman mati bagi yang membunuh apabila keluarga korban tidak memaafkan pembunuh tersebut. Sebenarnya, syari’at Islam memiliki makna yang lebih dalam daripada semua hal tersebut karena syari’at Islam bukan hanya mengatur bagaimana tata cara dan norma-norma yang harus dipatuhi dalam berhubungan dengan sesama manusia atau disebut juga

  muamallah melainkan juga mengatur mengenai hubungan manusia dengan

  Penciptanya yaitu Allah SWT. Contohnya antara lain, ibadah salat lima waktu yang kita tunaikan setiap hari. Karena luasnya bidang kehidupan yang diatur dalam Islam, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa Islam hanya sebatas agama yang diyakini pemeluknya, melainkan merupakan suatu totalitas yang memiliki cakupan universal. Luasnya cakupan itu ditunjukkan dengan adanya konsep bernegara.

1. Syahadad

  Esensi iman kepada Allah SWT adalah tauhid yaitu mengesakannya, baik dalam zat, asma’ wa shifat maupun afal (perbuatan) Nya (Abdul Wahhab,1987:1). Secara sederhana Imam Abdul Wahhab membagi tauhid dalam 3 tingkatan, yaitu: a.

  Tauhid Rububiyah ( mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb ) c.

  Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Allah).

  Kata Illah mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah, yaitu: La Ilaha Illallah. Iqrar la ilaha illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, oleh sebab itu iqrar la ilaha illallah harus diikuti oleh iqrar Muhamad Rasulullah. Dua iqrar itulah yang dikenal dengan dua kalimah syahadah (syahadatain) yang menjadi pintu gerbang seseorang memasuki dien Allah SWT. Kata asyhadu secara estimologis berakar dari kata syahada yang mempunyai tiga pengertian: musyahadah (menyaksikan), syahadah (kesaksian), dan half (sumpah). Ketiga pengertian diatas terdapat relevansi yang kuat: seseorang akan bersumpah bila dia memberi kesaksian, dan dia akan memberikan kesaksian bila dia menyaksikan (Abdul Wahhab,1987:1).

  Berdasarkan pengertian etimologis di atas maka syahadah seseorang (bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah semata, dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah) harus mencakup ketiga pengertian diatas: Musyadah (dengan hati dan pikiran), syahadah (dengan lisan), dan half (dengan menghilangkan segala keraguan).

  Kalau inti dari syahadah yang pertama adalah beribadah hanya kepada Allah SWT semata, maka inti dari syahadah kedua adalah menjadikan Rasulullah SAW sebagai titik pusat keteladanan (uswatun secara vertikal, maupun dalam hubungan dengan manusia (hablum minannas) secara horisontal.

  Iqrar la ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah bila dipahami secara benar tentu akan memberikan dampak positif yang besar kepada setiap pribadi muslim yang antara lain dapat diukur dari dua sikap yang dilahirkan yaitu cinta dan ridho kepada Allah dan Rasulnya.

  Seorang muslim yang mengikrarkan dua kalimah syahadah akan memberikan cinta yang pertama dan utama sekali kepada Allah SWT, kemudian kepada Rasulullah SAW dan jihad fisabilillah. Dia harus menempatkan cinta kepada anak-anak, suami dan istri, saudara-saudara, anak keturunan, harta benda, pangkat,dll

  Menurut Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau dia sudah mengucapkan dua kalimah syahadah, sudah memiliki nama yang Islam, maka tidak ada satupun sikap atau perbuatannya yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan 2 kalimah syahadahnya.

  Sebenarnya banyak sikap atau perbuatan seorang muslim yang bisa membatalkan kalimah syahadahnya,yaitu (Abdul Wahhab,1987: 12) a.

  Bertawakal bukan kepada Allah SWT (seorang kafir berusaha maksimal dan menggantungkan harapan sepenuhnya kepada usaha itu, sedangkan orang mukmin juga berusaha maksimal tapi hanya menggantungkan harapan sepenuhnya kepada Allah SWT. b.

  Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir maupun batin adalah karunia Allah.

  c.

  Beramal dengan tujuan selain Allah (seorang muslim tidak boleh berbuat karena seseuatu yang lain, contoh: karena nasionalisme, hidup matinya untuk nasionalisme. Yang dilarang disini adalah menjadikannya sebagai “isme”, karena bila sudah menjadi isme dia akan menomor satukannya dari segala-galanya, termasuk melebihi agamanya (Islam).

  d.

  Memberikan hak menghalalkan dan mangharamkan, hak memerintah dan melarang, atau hak menentukan syariat / hukum pada umumnya selain Allah.

  e.

  Taat secara mutlak kepada selain Allah dan Rasulnya.

  f.

  Tidak menegakkan hukum Allah SWT.

  g.

  Membenci Islam, seluruh atau sebagiannya.

  h.

  Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-galanya. i.

  Memperolok-olok Al-Qur’an dan sunnah atau orang-orang yang menegakkan keduanya, atau memperolok-olokkan hukum Allah/ syiar Islam. j.

  Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan mengharamkan apa yang dihalalkannya. k.

  Tidak beriman dengn keseluruhan nash-nash Al-Qur’an dan sunnah. l.

  Mengangkat orang0orang kafir dan munafik menjadi pemimpin dan tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam. m.

  Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah. n.

  Tidak menyenangi tauhid, malah menyenangi kemusyrikan. o.

  Menyatakan bahwa makna yang (batin) dari suatu ayat bertentangan dengan makna yang tersurat (sesuai dengan pengertian bahasa). p.

  Memungkiri salah satu asma, sifat dan af’al Allah SWT. q.

  Memungkiri salah satu sifat Rasulullah SAW yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, atau memberinya sifat yang tidak baik, tidak meyakininya sebagai contoh teladan utama bagi umat manusia. r.

  Mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan darahnya, atau tidak mengkafirkan orang kafir. s.

  Beribadah bukan kepada Allah SWT (contoh: menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada Allah, ruku’ dan sujud kepada selain Allah, tawaf tidak di Baitullah, meminta kepada selain Allah). t.

  Melakukan syirik kecil, yaitu syirik yang tidak membatalkan dua kalimah syahadah secara menyeluruh, tetapi membatalkan dua kalimah syahadah dalam amalan itu saja. Contoh: mengerjakan sholat karena ingin dipuji orang, atau berjihad ingin mencari kedudukan bukan mencari ridho Allah SWT, dll.

2. Sholat a.

  Pengertian Sholat Sholat menurut bahasa ialah do’a. Sedangkan menurut syari’at adalah ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan dengan niat sholat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Bagir al Habsyi,1999:105).

  Dalam Islam, shalat menempati bagian amat penting dalam kehidupan seorang muslim, sebagai perjalanan spiritual menuju Allah SWT yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu setiap harinya. Dalam shalat, manusia melepaskan diri dari semua kesibukan duniawi, berkonsentrasi sepenuhnya untuk memohon petunjuk serta mengharapkan pertolongan dan kekuatan dari Allah.

  Sholat memiliki kedudukan yang sangat penting, karena shalat menjadi tempat bertumpu dan bergantung bagi amalan-amalan yang lain, karena jika sholat seseorang rusak maka rusaklah seluruh amalannya dan sebaliknya jika sholatnya itu baik, maka baiklah pula seluruh amalannya.

  b.

  Hukum Sholat Sholat ada beberapa macam, diantaranya ada sholat fardu (wajib) dan sholat sunnah. Berdasarkan macam sholat tersebut, maka hukum sholat dapat dibedakan sebagai berikut: (Mahfiroh,2010:4)

  1) Sholat Fardhu (wajib)

  Sholat fardhu ialah sholat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Sholat fardhu terbagi menjadi dua, yaitu: a)

  Fardhu ‘Ain, adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan atau pun dilaksanakan oleh orang lain, seperti sholat 5 waktu, dan sholat Jum’at (fardhu ‘ain untuk pria).

  b) Fardhu Kifayah, adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Contoh sholat jenazah.

  2) Sholat Sunah

  Sholat sunah adalah sholat-sholat yang dianjurkan atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat sunah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

  a) Sunah Muakad, adalah sholat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti: sholat idul fitri, sholat idul adha, sholat sunah witir dan sholat sunah tawaf.

  b) Sunah Ghairu Muakkad, adalah sholat sunah yang dianjurkan sholat sunah yang sifatnya insidental (tergantung waktu dan keadaan, seperti: sholat kusuf atau khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana.

  Apabila ada seorang muslim yang sakit, hukumnya sholat adalah wajib selama ingatannya masih berfungsi dengan baik, namun berbeda aturannya dengan sholat yang dilakukan ketika kita sehat. Allah memberikan keringanan bagi si sakit dalam melaksanakan sholatnya, yaitu sesuai dengan hadist:

  “Sholatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlan dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka

kerjakanlah dengan tidur menyamping” (HR. Bukhari).

  Hal ini karena Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah sholat, sehingga barang siapa mendirikan sholat, maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan sholat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

  c.

  Waktu – Waktu Sholat 1)

  Subuh, waktunya sejak saat fajar menyingsing sampai saat terbit matahari. Adapun pelaksanaannya adalah segera setelah masuk waktunya. 2)

  Zhuhur, waktunya ketika matahari mulai condong dari pertengahan langit ke arah barat, dan berakhir ketika bayang- bayang segala sesuatu telah sama dengan panjang sebenarnya.

  3) Ashar, waktunya sejak berakhirnya waktu zhuhur sampai terbenamnya matahari.

  4) Maghrib, waktunya setelah terbenam matahari sampai saat terbenamnya cahaya merah yang merata di ufuk barat.

  5) Isya, waktunya sejak terbenamnya cahaya merah yang merata di ufuk barat sampai saat menyingsingnya fajar (yakni saat masuknya waktu subuh).

  d.

  Syarat-Syarat Sholat Shalat dipandang sah dan sempurna, manakala shalat itu dilaksanakan dengan memenuhi syarat yaitu: (Daradjat,1982:122)

  1) Mengetahui waktunya

  2) Suci dari hadats kecil dan hadats besar

  3) Badan, pakaian dan tempat yang digunakan suci dari najis

  4) Menutup aurat

  5) Menghadap kliblat e.

  Rukun Sholat Bacaan dan gerakan dalam shalat terdiri atas dua bagian: yang wajib dikerjakan (rukun shalat) dan yang tidak wajib dianjurkan

  (sunnah shalat). Rukun shalat adalah gerkan dan bacaan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari shalat. Meninggalkan salah satu rukun shalat mengakibatkan shalat menjadi batal atau tidak sah.

  Sedangkan sunnah shalat ialah gerakan dan bacaan yang membuat shalat menjadi lebih sempurna. Tetapi meninggalkan salah satu sunnah tidak membatalkan, walaupun mengurangi pahala yang disediakan (Bagir al Habsy, 1999:122).

  1). Rukun sholat

  a) Niat

  b) Berdiri

  c) Takbiratul ikhram

  d) Membaca Al-Fatihah

  e) Ruku’

  f) Bangun dari ruku’

  g) sujud dengan tuma’ninah h)

  Duduk diantara dua sujud i) Membaca tasyahud j) Mengucapkan salam f. Menjama’ Sholat

  Adalah mengumpulkan dua sholat fardhu dalam satu waktu, dengan mengajukan sholat yang kemudian kepada sholat waktu yang lebih dahulu atau dengan mengundurkan sholat yang lebih dahulu kepada waktu sholat yang kemudian. Shalat-shalat yang boleh dijam a’kan yaitu shalat dzuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya’. Apabila dengan mengajukan sholat yang dengan sholat ashar dikerjakan diwaktu sholat ashar, dan sholat maghrib dengan sholat isya’ dikerjakan diwaktu sholat maghrib dinamakan dengan jama’ taqdim, sedangkan apabila dengan mengundurkan sholat yang lebih dahulu kepada waktu sholat yang kemudian, yakni sholat dzuhur dengan sholat ashar dikerjakan pada waktu sh olat ashar dan sholat maghrib dengan isya’ dikerjakan pada waktu sholat isya’, dinamakan dengan jama’ takhir

  (Daradjat,1982:181). Menjama’ sholat dapat dilakukan , apabila: 1)

  Berada di Arafah dan Muzdalifah 2)

  Dalam bepergian 3)

  Dalam keadaan hujan 4)

  Dalam keadaan sakit/ karena suatu halangan 5)

  Karena ada suatu keperluan g. Mengqashar Sholat

  Mengqasharkan shalat adalah mempersingkat jumlah rakaat shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’ menjadi masing-masing dua rakaat saja. Sedangkan shalat Maghrib tetap tiga rakaat, dan shalat Subuh tetap dua rakaat (Bagir al Habsy, 1999:207). Mengqashar sholat dapat dilakukan apabila seseorang sedang bepergian, dasar firman Allah terdapat dalam QS. An-Nisa : 101, yaitu:

  “ dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah

  mengapa kamu mengqasharkan sembayangmu, jika kamu

3. Zakat

  Pengertian zakat secara bahasa (lughah) mengandung arti: keberkahan, kesuburan, kesucian dan kebaikan. Sedangkan menurut istilah zakat menurut syariat adalah sejumlah harta (berupa uang atau benda) yang wajib dikeluarkan dari milik seseorang, untuk kepentingan kaum fakir miskin serta anggota masyarakat lainnya yang memerlukan dan berhak menerimanya (Bagir al Habsy, 1999:273).

  Dengan adanya zakat diharapkan dapat memberikan sifat kebaikan yang bersemayam dalam hati nurani seseorang, sehingga dapat berempati atau merasakan penderitaan orang lain dan karenanya ia terdorong untuk membantu dengan hati yang ikhlas tanpa merasa terbebani. Zakat termasuk salah satu diantara kelima rukun Islam, sebagaimana firman Allah SWT:

  “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul agar kamu diberi rahmat” (QS. An-Nur : 56). “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah mendengar lagi Mengetahui” ( At-Taubah : 103). a.

  Macam Zakat dan Dasar Hukumnya Menurut garis besarnya, zakat dapat dibagi menjadi 2 yaitu

  (Daradjat,1982:241): 1)

  Zakat jiwa (zakat nafs) Zakat ini dikenal masyarakat dengan nama zakat fitrah, yaitu zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan menjelang sholat idul fitri sebesar 2,5 kg beras. 2)

  Zakat harta (zakat mall) Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup: zakat emas (20 misqal/ 20 dinar/ 93,2 gram), zakat perak (200 dirham), binatang ternak, hasil tumbuh-tumbuhan baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian dan harta perniagaan.