SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

  Perpustakaan STAIN Salatiga

  IIIHBIIIIIRIIIIII

  08TD1011757.01

PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH-TENGAH

MASYARAKAT PLURAL

  

S t u d i A n a l i s i s P e m i k i r a n G u s D u r t e n t a n g

P l u r a l i s m e A g a m a

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

  

Guna Memperoleh Gelar Saijana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

  O leh:

  

ABDUL HAMID

121 03 001

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STA IN ) SA LA TIG A J l S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721

  ,, Website :

  

DEKLARASI

\

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 8 April 2008 Penulis,

  Abdul Hamid

  NIM. 121 03 001 DEPARTEM EN A G A M A RI SEK OLA H T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STA IN ) SA LA TIG A Jl. S tadion 03 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721

  , Website :

  Drs. Miftahuddin. M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara Abdul Hamid Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  A ssa la m u 'a la ik u m . Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : N aira : ABDUL HAMID NIM : 121 03 001 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH-TENGAH

  MASYARAKAT PLURAL (Studi Analisis Pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme Agama).

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  W a ssalam u 'alaiku m , Wr. Wb.

  Salatiga, Maret 2008

  / Pembimbing

  N

  Drs. Mifarlfuddin. Jp.Ag NIP. 150 268 215 DEPARTEMEN A G A M A RI SEK OLA H T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STA IN ) SA LA TIG A

  JL S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : ABDUL HAMID dengan Nomor Induk Mahasiswa : 121 03

  001

  yang berjudul : ’’PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH-TENGAH

  

MASYARAKAT PLURAL (Studi Analisis Pemikiran Gus Dur tentang

Pluralisme Agama)", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan

  Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Rabu, 2

  April 2008

  yang bertepatan dengan tanggal 25 Rabiul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  2 April 2008 M S a la tig a ,---------------------------------------

  25 Rabiul Awal 1429 H Panitia Ujian

  Sekretaris NIP. 1 5 0 2 1 6 8 1 4 NIP. 1 5 0 2 4 7 0 1 4

  Penguji I /& Penguji II

  

Fatctyurrohman, M.PdN^gCl Drs. Ahmad SultonL M.Pd

  NIP. 1 5 0 3 0 3 0 2 4 NIP. 1 5 0 2 8 4 6 0 2

  

Drs. Miftahuddin, ai.Ag

  NIP. 1 5 0 2 6 8 2 1 5

  

MOTTO

  Siapapun dan sesuatu hal apapun yang kita anggap benar bukan berarti itu menjadi hukum pembenar bagi orang lain. Karena kebenaran itu adalah sesuatu yang kita yakini dan kita lakukan sendiri, bukan untuk di persombongkan. kesatuan antara dzikir fikir dan amal shaleh menjadi cerminan seseorang untuk memberikan tanda pada dirinya sendiri

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak bu'e yang selalu menyayangi dan kusayangi.

  Beliau berdua yang telah mengorbankan banyak hal untuk kebutuhan hidupku. Baik perasaan maupun materi. Sampai berakhirnya masa study Strata satu (1) saya. Tidak pernah menghalangiku dalam menemukan hal baru yaitu melakukan proses pencarian pengetahuan di luar study kampus sampai mereka kehilangan jejak jalanku. Namun keyakinan akan bertemu pada rasa kasih sayang dan perhatian sampai kapanpun. 2. kakaku Ahmad Mundzakir yang sedang dalam masa pengabdian di MI kedawung, kedua adiku Muhtadin yang sedang menjalani studynya di UIN sunan kalijogo fakultas ushulluddin jurusan tafsir hadits semester enam (6) dan Khoirun Nisa di MTs Nurul Huda Banyu Putih kelas tiga (3). 3. mbah kiai Mahfud Ridwan, abah Mawahib yang selalu menerima pemikiran dari anak muda dan memberikan pencerahan bathin.

  4. Gus Dur sekeluarga dan sahabat serta rival politik sekaligus kader muda Nahdlatul Ulama.

  5. kaluarga oesar dan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Komisariat Joko Tingkir. Cabang Kota Salatiga dan Koordinator Cabang Jawa Tengah yang selalu menemani proses berpengetahuan dan berelasi untuk memaknai kenyataan. 6. lembaga intr? kampus; Racana Nagasandhi, Mapala Mitapasa, Dinamika,

  SSC yang pernah kusinggahi untuk menyalurkan kehausan minat berorganisasi sewaktu mahasiswa. 7. sahabat-sahabati setiaku yang tanpa perhatian dariku, tetap saja memberikan apa yang dimiliki 8. semua orang yang pen iah aku sakiti dan aku repoti perasaan dan tenaganya dalam hal apapun, baik disengaja maupun tidak. 9. khusus teruntuk sahabati mustaghfiroh yang berani menjalani pergulatan bathin dalam menemukan jalan prosesnya sendiri untuk sebuah kasih sayang. Selalu berusaha menyiapkan diri dalam memaknai proses kesendirian untuk proses jangka panjangku.

KATA PENGANTAR

  Assalamu'alaikum wr. wb Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul " PENDIDIKAN ISLAM DI

  a

  TENGAH-TENGAH MASYAR

  ICAT PLURAL Studi Analisis Pemikiran Gus

  Dur tentang Pluralisme Agama

  Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan rendah haii dan tangan terbuka menerima masukan dan saran- saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

  Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dalam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghanturkan rasa terima kasih terutama kepada yang terhorm at:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Drs. Miftahuddin, M.Ag, selaku Pembatu Ketua Bid. Kemahasiswaan

  3. Drs. Fathurrahman. M.Pd selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam.

  4. Drs. Miftahuddin, M.Ag, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  5. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  6. Bapak, Ibu terkasih yang selalu mendoakanku

  7. Sahabat-Sahabatku tersayang yang selalu menjadi inspirator dalam setiap langkahku.

  8. Kakak dan ad Jcku tercinta

  9. Keluarga besar (DCyt.COM yang telah membantu menyelesaikan tulisan skripsi saya.

  Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya. Amin.

  Wassalamu'alaikum wr. wb Salatiga, 8 April 2008

  Penulis

  Abdul Hamid

  NIM : 121 03 001

  

DAFTAR ISI

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III PENDIDIKAN ISLAM & PLURALISME

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

BA BI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Sejarah perkembangan pemikiran manusia berawal dari karakter masyarakat yang mempunyai tradisi atau susunan budaya, adat istiadat dan etika. Yang melandasi bagaimana harus berperilaku dalam kehidupan sehari- hari. Kebutuhan dasar hidup pun diatur di dalamnya, seperti kebutuhan pokok yang terdiri dari sandang, pangan dan papan. Diharapkan pada interaksi tertentu dapat diminimalisir benturan-benturan hak antar individu dalam suatu kelompok berbekal dengan sikap hormat menghormati hak individu dengan tidak merugikan individu lain sebagaimana aturan tersebut.

  Namun, tidak bisa dinafikan pula dari antar individu dalam suatu kelompok atau kelompok dalam suatu masyarakat akan mengalami gesekan nilai yang sudah disepakati. Karena adanya perbedaan kemauan antar individu dalam suatu kelompok dan perbedaan aturan, prinsip antar kelompok. Hal ini dijelaskan oleh Rosullullah merupakan rahmat bagi manusia. Dalam tanda kutip, dibutuhkan management atau pengolahan untuk mencapai kehidupan bersama dalam berbagai keberbedaan. Seperti halnya turunnya agama Islam di Makkah yang di bawa Nabi Muhammad SAW, masyarakat pada saat itu sudah terbentuk perbedaan aturan, etika yang dijalani oleh berbagai kelompok masyarakat.

  Pada itu juga dengan diturunkannya Al-Qur’an sebagai wahyuNya melalui M jham m ad sebagai pegangan dalam menjalankan kehidupan dan

  ; 2 mempersatukan umat pada masa tersebut. Di antara ideologi, kepercayaan masyarakat Makkah pada saat itu seperti Yudaisme, Zoroaster, Kristen dan agama Mekkah sendiri'.

  Hal ini menggambarkan salah satu bentuk ciri khas kehidupan yang mempunyai fitrah untuk berbeda dengan lainnya. Dijelaskan oleh Aristoteles, manusia adalah zoon politicon atau berhadap-hadapan dengan yang lain, dan mempunyai tujuan yang berbeda pula. Tergantung bagaimana pengolahan yang dimaksudkan Rosulullah uniuk menjalani kehidupan dalam suatu masyarakat heterogen (plural).

  Berangkat dari realitas tersebut, manusia memerlukan usaha yang lebih keras dalam menghadapi kenyataan saat ini dan pendidikan Islam ditantang untuk mengarah kesana. Kesadaran akan pluralisme budaya, keyakinan, ras harusnya tidak menjadi halangan dalam mencapai keharmonisan masyarakat Islami. Bukan hanya suatu prinsip ke-Ilahian tunggal untuk kebersamaan, akan tetapi solidaritas dari berbagai keyakinan dan kebiasaan serta identitas bisa berdampingan untuk melakukan sesuatu tanpa meninggalkan dari yang dimiliki.

  Wacana pluralisme diangkat dari alur fenomena agama Kristen pada zaman pencerahan ( enlighment) yang pada saat itu ingin membebaskan diri dari pengaruh gereja ortodok yang menganut segala kebijakan tentang kehidupan, baik pada bidang politik, ekonomi dan sosial. Menyakini sepenuhnya ajaran yang dianut, menjadikan testimony dalam mencapai

1 Komaruclin Hidayat, Melampaui Pluralisme, RM.Book & PSAP, Jakarta, 2007, him. 33

  3 kemaslahatan. Perbedaan identitas individu tidak untuk dibentur-benturkan, namun pencarian jalan masing-masing dalam hal ukhrowi dan berbareng dalam hal sosial.

  Sesaat, fenomena ini bisa menimbulkan konflik ideologis. Kalau pengetahuan tentang agamanya masih sempit. Intoleransi terhadap ideologi lain dalam hal apapun.

  Sedangkan Islam, hadir untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam tanpa membedakan prinsip-prinsip yang dapat menimbulkan konflik horizontal. Nabi Muhammad dalam tujuannya ke muka bumi ini hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia. Mencoba menerobos konstruk budaya Jahiliyah yang membelenggu dan diskrim inatif terhadap kaum perempuan. Jadi, semangat yang diusung dalam pluralisme adalah nilai emansipatoris, keadilan, dan keseimbangan dalam melakukan amal. Upaya Muhammad untuk mempersatukan kaum mengalami kesulitan dengan sejumlah ideologi yang dianut masyarakat, sehingga persinggungan itu terus dibahas dalam Al-Qur'an sampai masa terakhir kerasulan beliau.

  Sampai di Indonesia, penyebaran agama Islam tak luput dari usaha untuk mempertemukannya dengan budaya lokal. Sebagaimana disinggung di awal bahwa corak kehidupan masyarakat mempunyai bangunan kulturnya sendiri. Melalui perjuangan walisongo dalam melakukan syi’ar keagamaan di bumi nusantara ini juga melakukan adaptasi budaya-budaya masyarakat lokal. Sehingga timbullah istilah Islam yang bercirikan Indonesia, jelasnya adalah sub ordinasi dari budaya-budaya sebelum Islam yang sudah ditanamkan oleh

  4 Hindu Budha dengan aliran kepercayaan animisme, dinamisme dan lain-lain.

  Islam yang berkembang di Indonesia itu selanjutnya menyatu dengan istilah Islam Indonesia. Ada sejumlah karakteristik yang berbeda dengan Islam pertama kali diturunkan.

  Pluralitas Islam merupakan keniscayaan dalam menghadapi masalah umatnya. Dibuktikan dengan peran Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Samsuri yang membentuk Komite Hijaz untuk Saudi Arabia aengan menolak penyamaan paham keagamaan yang diarahkan pada wahabisme, sekitar tahun

  1924 M, sebelum lahirnya ormas keagamaan terbesar di Indonesia dilahirkan dan diberi nama dengan Nahdlatul Ulama’. Hal ini membuktikan bahwa lintasan sejarah Islam yang sampai di Indonesia mempunyai nilai trasformatif dalam penanaman nilai-nilainya.

  Tarikan sejarah ini menjadi relevan apabila disandingkan dengan relaitas kehidupan masyarakat sekarang. Dalam kenyataannya masih banyaknya konflik yang terjadi akibat gesekan nilai ideologi masing-masing individu dalam suatu kelompok. Untuk mewujudkan suatu keadilan yang secara universal, seperti juga fungsi Islam sendiri sebagai penyebar bagi seluruh alam, terdapat tantangan yang rumit untuk menjawab problematika tersebut. Kepentingan primordial sangat dominan bagi suatu aliran kepercayaan tertentu dalam suatu masyarakat yang plural. Bagaiman Islam menjawab tantangan-tantangan ini dan juga memberi solusi untuk nilai-nilai yang bisa diterima umat dan masyarakat atau aliran keercayaan lain. Melihat

  5 dari realitas masyarakat Islam di Indonesia sebagian besar dalam tataran ekonomi menengah kebawah.

  Secara sederhana, dapat penulis nyatakan bahwa melalui pendidikan Islam itu sendiri yang bisa menjawab kebutuhan jasmani dan lokhani umatnya tanpa membentur-benturkan nilai-nilai yang diyakini oleh umat lain. Bukan berarti menyisihkan problematika keagamaan secara khusus yang punya potensi konllik kekerasan. Namun lebih arif, kacamata kita diarahkan pada konteks s o c io culture masyarakat yang saling membutuhkan dan melahirkan apa yang dinamakan keadilan sosial, tenggang rasa, saling menghargai, emansipatoris tanpa adanya halangan tembok besar yang berupa keyakinan individu atau kelompok yang terkadang mengungkung umat Islam sendiri untuk berkembang karena sikap eklusifitasnya.

  Oleh sebal- itu, penulis mengambil analisis terhadap pendidikan Islam yang dipandang sebagai suatu lembaga untuk penanaman nilai ke-Islaman dan mengarahkan tetang akhlakul karimah kepada siswanya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dewasa ini, karena tantangan pendidikan Islam yang makin lama makin berat harus disiasati untuk membuka cakrawala pemikiran baru yang dapat mensusuaikan kenyataan hari ini. Di sisi lain, karakteristik masyarakat yang begitu plural menjadi sparring partner untuk mengaktualisasikan pengetahuan pandidikan itu sendiri.

  Berangkat dari keragaman masayarakat (pluralitas) tersebut, penulis berniat untuk mengambil studi tokoh pluralisme pada saat ini pada konteks lokal Indonesia. Seorang yang berkali-kali memperjuangkan keragaman

  6 identitas budaya (anti diskriminasi) dan memang lahir dari tradisi mayarakat Indonesia. K.H Abdurrahman Wahid atau sering sapa akrab dengan panggilan Gus Dur banyak sekali menuangkan pemikirannya tentang kelunakan agama dalam bersikap sosial. Walaupun terkadang juga banyak menuai kritik dari kalangan pesantren sendiri, tentang keliberalannya dalam pemikiran. Namun konteks realitas telah menyebutkan pentingnya solidaritas sosial yang digagasnya.

  Di dalam tulisan-tulisannya, Gus Dur mampu meracik hikmah yang terkandung dalam tradisionalitas dan modernitas, antara spiritualitas dan non- spiritualitas, antara rasio /penalaran dan wahyu Ilahi. Kemampuan inilah yang kemudian membawanya dikenal sebagai seorang pluralis, rasionalis, humanis dan liberalis. Dalam pandangannya, jika Islam didudukan untuk fungsi sebagaimana mestinya, akan melahirkan kekuatan dinamis dalam masyarakat yang mentransformasi menuju suatu yang lebih baik. Dinamisasi atau proses yang terus menerus bongkar pasang, menggambarkan kualitas mendasar yang memungkinkan Islam untuk diperbaharui secara berkesinambungan dan selamanya relevan, tanpa menjadi kering maupun doktriner dalam legalisme.2

  Dengan begitu, berarti Islam didudukan sebagai faktor penghubung antar berbagai budaya lokal. Dan menimbulkan penggalian, saling belajar tanpa meninggalkan budayanya sendiri. Hal ini untuk mengurangi tegangan antara norma agama dan manifestasi budaya. Islam akan menjadi lunak dipandang oleh berbagai budaya pada tingkat lokal. Bukan sebagai jalur yang

2 Abdurrahman Wahid, Gus Dur Bertutur, Harian Pro Aksi, Jakarta 2005, him xxi.

  7 harus serta merta dilalui, namun bagaimana juga budaya akan melewati Islam dalam manifestasinya. Apabila sudah tercipta kesepahaman dan keterbukaan, terciptalah suasana Islam yang rohmatal lil a ’lamin sebagaimana digambarkan oleh pendahulu Islam.

  Juga terkait dengan bagaimana model pembelajaran pendidikan Islam pada saat iri masih mengacu pada kurikulum sebelum-sebelumnya, seperti harus menghafal, menerjemahkan agar bisa menjawab soal-soal ujian. Padahal tantangan ke depan merupakan suatu tuntutan lembaga pendidikan untuk mengurai permasalahan-permasalahan dalam masyarakat dibarengi dengan penerjemahan teks yang berbasis pada realitas sosial. Dengan begitu lembaga pendidikan bisa mencetak kader-kader Islami yang tidak serta merta meninggalkan budayanya, malahan melestarikan dengan transformasi pengetahuan yang semakin lama semakin maju.

  Tidak bisa disangkal tentang ukuran kemajuan dalam masyarakat umum untuk memperoleh pendidikan bukan kepada lembaga-lembaga yang berbasis Islam. Dengan pertimbangan bagaimana tantangan ke depan dan bekal anak didik dalam menghadapinya. Lebih sebagai modal dasar adalah bagaimana menciptakan lintas interaksi untuk mendapatkan informasi dan yang dikatakan Gus Dur adalah dengan saling belajar. Tanpa meninggalkan budayanya sendiri, namun mendapatkan bahan baru yang lebih baik dan bisa ditransformsikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

  Berangkat dari latar belakang di atas, maka secara garis besar yang menjadi tujuan utama penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah: Pertama:

  8 mengeksplorasi gagasan-gagasan tokoh-tokoh Islam atau pendidikan Islam yang konsisten memperjuangkan sikap keterbukaan (inklusif) dalam menerapkan nilai-nilai sosial ajaran agama Islam, yang menciptakan kerukunan antar umat beragama. Kedua: menganalisa ide-ide dan pemikiran pluralisme, dengan mengambil tokoh lokal Gus Dur, dikaitkan dengan permasalahan pendidikan. Ketiga: mempresentasikan ide-ide dan pemikiran- pemikiran penulis dalam sebuah metodologi tertentu, yang diharapkan mampu membangkitkan pendidikan Islam untuk senantiasa siap menghadapi tantangan, dan melakukan kompetisi yang sehat di tengah-tengah masyarakat plural baik secara pemikiran maupun sikap kebersamaan sehari-hari dengan sesama pemeluk agama Islam maupun penganut aliran kepercayaan lain.

B. Penegasan Istilah

  Agar tidak terjadi salah tafsir pada judul yang penulis ajukan, maka perlu kiranya penulis jelaskan pengertian frase dalam judul di atas, sebagai bei ik u t:

  1. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah segala usaha memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya {insan kamil) sesuai dengan norma Islam.3

  3Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Jogjakarta, 1992, him. 20

  9 Jadi perspektif pendidikan Islam adalah berbagai pandangan atau pendapat yang mencerminkan suatu usaha membentuk manusia seutuhnya melalui norma-norma yang ada dalam agama Islam, atau dengan kata lain suatu lukisan atau gambaran mengenai pendidikan agama dan pendidikan umum yang merupakan tanggung jawab manusia.

  2. Masyarakat Plural

  a. Kata masyarakat berarti sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan dan budaya.4 Selain makna tersebut juga masih banyak ehli sosiolog yang mengartikan masyarakat, akan tetapi pada intinya bisa disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu individu dalam suatu kelompok yang mempunyai tata nilai yang telah disepakati, baik norma, aturan, etika, dan istiadat. Dalam hal ini terdapat proses interaksi antara suatu identitas individu yang berbeda dalam suatu kelompok tertentu.

  b. Kata plural secara bahasa mempunyai arti majemuk atau jamak. Yang secara istilah diartikan sebagai corak dari barmacam-macam identitas5.

  Dalam komposisi sosial masyarakat menunjukan identitas yang berbeda-beda. Terkait dengan persoalan kebenaran mutlak dari masing-masing individu yang lebur dalam kepentingan bersama. Menuju tata nilai yang berkeadilan sosial dengan menunjukan sikap toleransi antar umat beragama, suku, budaya dan kelas sosial.

  4 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publizer, Jakarta 1989

5 Ibid hal 209

  10

  3. Pemikiran Gus Dur Kata pemikiran berasal dari kata pikir yang berarti akal budi, ingatan, budi daya akal.6 Yang dimaksud dengan pemikiran Gus Dur atau

  K.H Abdurrahman Wahid adalah buah karya yang pernah dituangkan dalam media-media yang berkaitan tentang pluralisme atau masyarakat plural.

  4. Pluralisme Pluralisme ber.trti suatu keadaan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam-macam perbedaan, masyarakat majemuk.

  Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (ko eksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi7. Pluralisme dapat dikatakan sak .h satu ciri khas masyarakat modem dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi. Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarki, ada konsentrasi kekuasaan politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kepemilikan kekuasaan) lebih tersebar.

  Dipei'cayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar uas dan menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota

6 Drs. Sulchan Yasyin, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997, hal.

  379

  11 masyarakat, dan oleh karena itu hasilnya lebih baik. Contoh kelompok- kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme menjadi penting adalah : perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, serta perhimpunan ilmiah.

  Yang dimaksud dengan sifat pluralisme ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan yang begitu pesat. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat menjadikan kesejahteraan manusia bertambah, karena, misalnya, lebih besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiknya teknologi kedokteran. Pluralisme juga merujuk pada penghargaan terhadap hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing.

  1. Pendidikan Islam Di Tengah-Tengah Masyarakat Plural Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat plural dalam judul skripsi ini adalah telaah kritis terhadap pemikiran Gus Dur tentang pluralisme sebagai usaha untuk merumuskan pendidikan Islam yang berkeadilan sosial ( al-adalah) baik dalam pembelajarannya, pendekatannya dan dalam metodologinya. Lebih jelasnya adalah terwujudnya sikap keadilan yang tidak membeda-bedakan indentitas individu dengan mengedepankan sikap toleransi. Sehingga diharapkan akan terjadi pembiasaan dalam pengambilan keputusan yang tidak berat sebelah dikarenakan adanya perbedaan tersebut. Baik antara guru dan murid, guru dengan guru, serta murid dengan murid dalam kelompok-kelompok pembelajaran. Dengan demikian diharapkan secara umum umat Islam tidak menonjolkan perbedaan demi mencapai tujuan

  12 yang diinginkan dalam segala urusan, baik pada ranah pendidikan maupun kehidupan sosial pada umumnya.

  C. Rumusan Masalah Dalam rumusan masalah ini, penulis berusaha untuk mencari tahu dengan menganalisis bagaimana konsep yang mendasar dari pluralisme dan masyarakat plural. Disamping itu penulis juga berusaha mencari prinsip- prinsip dalam pendidikan Islam yang membahas tentang sikap toleransi, keadilan dan hormat menghormati antar umat beragama.

  Berangkat dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

  i

  permasalahan dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai b erik u t:

  1. Bagaimana gambaran masyarakat Plural di Indonesia?

  2. Bagaimana pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme dan masyarakat plural?

  3. Apa implikasi dan kontribusi pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme terhadap Pendidikan Islam dalam masyarakat plural?

D. Tujuan penulisan skripsi

  Berangkat dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan masalah. Mcika penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran masyarakt Plural di Indonesia.

  2. Mengetahui pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme dan Masyarakat Plural.

  3. Menggambarkan implikasi dan kontribusi pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme agama terhadap Pendidikan Islam dalam masyarakat plural?

  13 E. Signifikasi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Teoritik dalam arti pengetahuan sosialogis yang menggambarkan kerukunan hidup beragama dan berbudaya, dengan melihat bermacam-macam agama dan budaya di Indonesia yang mempunyai potensi konflik. Secara praktis yaitu bagaimana menanamkan menerapkan sikap dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keharmonisjin sosial dengan menjalankan agama dan kepercayaan masing- masing. Kemudian dapat diketahui beberapa konsep tentang respon pendidikan Islam terhadap keragaman agama. Hasil penelitian ini semoga dapat berrminfaat bagi elemen mahasiswa, calon pendidik atau para pemikir di masa mendatang dan menambah khasanah pemikiran mengenai pendidikan Islam.

F. Metodologi Penulisan Skripsi

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi pemikiran dengan mengambil pemikiran tokoh. Dalam penelitian ini tokoh dijadikan sentral studi adalah

  K.H Abdurahman Wahid. Jadi literatur-literatur yang di teliti digunakan untuk menggambarkan diri keseluruhan pemikiran Gus Dur (gambaran tentang pluralisme agama).

  2. Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, penulis

  library research atau metode riset kepustakaan. Metode ini

  mengunakan digunakan untuk mencari data dengan cara browsing data internet,

  14

  membaca buku, makalah, memahami tulisan yang menjadi dasar ptnulisan, sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan yang berkaitan dengan permasalahan. Tujuan praktis dari metode ini untuk memaparkan dan menganalisis data-data yang dianggap relevan sihingga menjadi acuan penulis dalam membuat kesimpulan.

  3. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

  a. Teknik Deduktif Yaitu metode berfikir berdasarkan pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus.8 Dengan metode ini penulis menguraikan data-data yang masih bersifat umum, pengertian-pengertian umum yang dikemukakan oleh para ahli, dan melihat fenomena yang berkembang saat ini, kemudian penulis mencoba untuk menarik kesimpulan.

  b. Teknik Induktif Yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa khusus, dari fakta-fakta atau peristiwa khusus tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.9

  Dengan metode ini penulis ingin mendapatkan data-data yang bersifat khusus, pengertian-pengertian khusus yang dikemukakan oleh para ahli, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

  c. Teknik Analisis

  

8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Psikologi UGM, Jogjakarta, 1981, him. 42

  9 Ibid, 42

  15 Yaitu merupakan cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru.10 1

  1 Metode ini digunakan sebagai pendekatan untuk menguraikan dan melukiskan pandangan tokoh tersebut dan untuk menjelaskan suatu fakta (pandangan) yaitu benar atau salah,

  d. Teknik Sintesis Yaitu cara penanganan objek penelitian fertentu dengan cara menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain sehingga menghasilkan pengertian yang baru.11

  Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dijadikan satu kesatuan untuk menemukan pandangan baru.

  4. Telaah Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini penulis sedikit membuat garis besar tentang karya-karya lain yang berkaitan erat dengan pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat plural, serta telaah kritis pemikiran Gus Dur tentang pluralisme. Karena penulis bukan pertama kali yang meneliti tentang pendidikan Islam ditengah-tengah masyarakat plural, maka penulis menelaah beberapa buku yang telah mengupas judul yang punya referensi dengan yang penulis angkat di atas. Buku-buku tersebut adalah:

10 Soegono Sumargono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Nur Cahaya, Jogjakarta, 1989, him.

  16 Skripsi Lukman Hakim yang berjudul “ Pendidikan Demokrasi

  Dalam Islam: Studi Atas Pemikiran Gus Dur Tentang Hubungan Islam dan Negara (1971-2001)”,12 dan penulis Jurnal Tafsirul Afkar edisi 11

  tahun 2001 yang berjudul Menuju Pendidikan Islam Pluralis13, Prisma

  pemikiran Gus Dur, LKIS Jogja Tahun 199914. Dan Achmad Mufid AR

  dalam bukunya yang berjudul: Ada Apa Dengan Gus Dur, Kutub, Yokyakarta tahun 2005]S.

  Oleh Lukman Hakim telah diungkapkan tentang hubungan pemikiran Gus Dur dengan proses demokrasi di Indonesia, serta signifikasinya pada Islam dan Negara. Dijelaskan tentang bagaimana Negara Indonesia dalam bingkai demokrasi dapat menciptakan masyarakat yang mandiri, dengan mengacu pada pemikiran c/V/7 society Gus Dur, yaitu suatu tatanan masyarakat yang mempunyai tatanan budaya dan sosio historis yang masing-masing hidup berdampingan serta melakukan hal yang menjadi kesepakatan sosial. Dalam berpolitik mengacu pada sistem bernegara di Indonesia. Nilai yang diangkat oleh Lukman adalah egalitarian (al-Musyawa), sehingga dalam perspektif Islam juga mempunyai kemerdekaan dalam hak individu dalam menciptakan kebersamaan melalui keragaman identisas. Namun kurang dijelaskan oleh Lukman yaitu tentang bagaimana konsep keharmonisan sosial dalam bingkai beberapa identitas atau perbedaan bangunan budaya dalam

  ‘2 Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan Lulus Tahun 2000. s k Lakpesdam Nu, Menuju Pendidikan Islam Pluralis, Lakpesdam dan The A : Fondation, Jakarta, 2001 t4 Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, LKIS, Jogjakarta, 1999

15 Achmad Mufid, Ada Apa Dengan Gus Dur, Kutub, Jokjakarta, 2005

  17 masyarakat. Maka penulis akan mengungkap tentang masyarkat plural yang menghasilkan konsep pendidikan Islam pluralis dengan mengambil telaah Gus Dur tentang pluralisme.

  Seorang penulis jurnal Afkar edisi 11 ini diantaranya adah M. Amin Abdullah yang mengangkat tentang pengajaran kalam dan teologi di era kemajemukan, sebuah tinjauan materi dan metode pendidikan Agama.

  Amin Abdullah menyatakan ada solusi untuk mengeratkan hubungan agama diantaranya dengan melakukan dialog lintas Agama. Di wilayah ini tak luput muncul sebuah kelemahan yaitu dalam sector pendidikan kurang dapat tersentuh. Contohnya banyaknya forum lintas agama yang tidak mengiku.kan partisipasi guru lintas agama. Juga ada penjelasan tentang potensi Agama dalam melakukan kebaikan di dunia yang dikatakannya sebagai kemas'ahatan, karena tidak ada suatu Agama yang mengajarkan tentang kerusakan di muka bumi ini, juga potensi-potensi lain yang bisa dijadikan kesamaan dalam kehiduapan.10

  Namun Amin Vbdullah tidak menjelaskan bagaimana pendidikan Islam melakukan reorientasi tentang pengajaran dalam rangkaian paradigma, tujuan pendidikan Islam dengan melihat realitas pendidikan Islam di Indosesia saat ini. Disini penulis mencoba mengangkat pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat plural, memulai dari ana1 isis sejarah singkat Pendidikan Islam, realitas pluralisme di Indonesia, tujuan, dan paradigma pendidikan Islam.

  1(5 Amin Abdullah, Pengajaran Kalam dan Teologi, Jurnal Afkar Edisi 11, Lakpesdam, Surabaya, 2001.

  18 Dalam Prisma pemikiran Gus Dur yang secara garis besar mengupas tentang hubungan agama, negara dan gerakan keagamaan, hak asasi manusia, budaya dan integrasi nasional, pesantren dan lain-lain. Kaitannya sangat dekat dengan Pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat plural yang sedang penulis kerjakan. Karena tulisan hasil pemikiran Gus Dur langsung yang menanggapi tentang Islam tradisional atau berangkat dari tradisi masyarakatnya dan bagaimana masyarakat tersebut menjalankan apa yang yakini tanpa adanya batasan keras apalagi dapat menimbulkan konflik dengan penganut aliran dan kepercayaan orang atau komunitas-komunitas lain.

  Namun tidak dijelaskan bagaimana konsep tentang pendidikan Islam pluralisme yang harus diterapkan. Prinsip-prinsip pedagogik tidak bisa hanya secara mentah diambil, harus ada kajian khusus dan simulasi bahkan praktik yang jelas tentang bagaimana realitas pendidikan Islam di Indonesia. Sehubungan dengan itu penulis mencoba untuk menulusi realitas pendidikan Islam di Indonesia yang disandingkan dengan pemikiran pluralisme dari Gus Dur.

  Achmad Mufid secara penjang lebar menuliskan tentang biografi Gus Dur dari kecil sampai sekitar tahun 2004. Watak traditional yang merupakan bekal potensial dengan kehidupan lingkungannya membuat Gus Dur menempatkan diri pada posisi tengah dalam banyak persoalan. Menurut penulis biografi Gus Dur yang ditulis Mufid tidak dibarengi dengan alur lingkungan Gus Dur yang dapat mempengaruhi pemikiran

  19

  dalam menemukan suatu pengetahuan. Setting historis menempatkan posisi Gus Dur yang berhubugan dengan dimana ia lahir, belajar dan pernyataan beliau dalam menanggapi suatu masalah Dalam hal itulah penulis mencoba untuk memahaminya.

  Dari berbagai pemaparan di atas menunjuk an tulisan awal yang pernah r.iengurai permasalahan baik berkaitan dengan pendidikan Islam plural d a i berbagai sisi yang ada pada Gus Dur. lnsiatif penulis untuk menambah pustaka kajian, maka penulis juga menggunakan alternatif penggalkin data dengan mencari tulisan dari hasil seminar, diskusi, media cetak berupa koran-koran ataupun mengakses dari internet sesuai dengan analisis dalam maksud dan tujuan penulis.

G. Sistematika Penelitian

  Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran tentang bahasan yang dilakukan dalam tulisan ini maka akan disampaikan garis-garis besar yang terdiri dari lima bab.

  BAB I : PENDAHULUAN, BERISI: Latar belakang masalah, Penegasan istilah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Metode penulisan skripsi, Sistematika penulisan skripsi

  BAB II : PEMIKIRAN G U S D U R T E N T A N G PL U R A L ISM E, pada bab ini akan dibahas mengenai setting historis pemikiran Gus Dur, pluralisme, pandangan Gus Dur tentang masyarakat plural.

  20 BAB III : PENDIDIKAN ISLAM & PLURALISME, pada bab ini akan dibahas tentang esensi dan filsafat pendidikan Islam, pluralisme menurut Islam, realitas pendidikan Islam Indonesia.

  BAB IV : PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG PENDIDIKAN PLURALIS, pada bab ini akan dibahas tentang Telaah pemikiran Gus Dur tentang pluralisme. Pendidikan Islam dalam masyarakat yang plural, yang meliputi sub pokok bahasan persyaratan pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat yang plural, rumusan pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat yang plural, prinsip- prinsip pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat yang plural.

  BAB V : Penutup, berisi tentang Relefansi Pemikiran Pluralisme Gus Dur Untuk Pendidikan Islam, kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

BAB II PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG PLURALISME A. Biografi dan Setting Historis Pemikiran Gus Dur Yang

  mempunyai panggilan Gus Dur ini bernama lengkap Abdurrahman Wahid. Bi iasal dari keturunan kiai, makanya kata depannya memakai kata "Gus". Karena kata Gus merupakan panggilan bagi seorang anak kiai. Beliau di lahirkan di Jombang pada tanggal, 4 Agustus 1940 dari hasil perkawinan KH Wakhid Hasyim dan Nyi Sholekhah. KH Wahid Hasyim adalah putra dari Khadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari, seorang pendiri organisas1 masyarakat Nahdlatul Ulama terbesar di Indonesia dan KH Wahid

  Hasyim yang juga pernah sebagai ketua umum PBNU. Ibunya adalah seorang putra dari kiai besar yang bernama KH Bisri Samsuri. Sebagai tokoh ulama dan salah satu pendiri NU.

  Di lihat dari garis keturunannya, KH Abdurrahman Wahid mempunyai darah ke-NU-an. Karena itu tidak heran kalau Gus Dur mempunyai watak dan kepribadian kiai. Dari setiap tingkat laku, pendapat juga tidak menyimpang jauh dari faktor lingkungannya yang terkadang tegas, terkesan seenaknya dan sukar untuk dimengerti oleh orang lain.

  Saat terindah yang pernah dialami seseorang pada umumnya adalah masa kanak-kanak. Tanpa ada beban yang begitu berat untuk memikirkan tanggung jawab hidup, keluarga dan kebutuhan sehari-hari. Namun berbeda dengan masa kecil Gus Dur, karena pada saat itu masa-masa penjajahan

  22 Belanda. Kebetulan juga dari kalangan umat Islam membentuk wadah organisasi untuk melawan Belanda dengan nama laskar hisbullah. Ayahnya ikut berkecimpung dalam oraganisasi tersebut. Setiap malam Gus Dur diberi tugas untuk menangkap kodok. Untuk mengobati luka-luka sang ayah. Bukan karena terkc na serangan senjata tajam, tapi karena ayahnya menderita diabetes, dalam mencari kodok tiap malam bisa sekali tangkap mendapat 10 hingga 15 ekor. Setelah itu diambil minyaknya dan di oleskan pada luka-luka sang ayah.1

  Dengan pengalaman seperti itu menumbuhkan Gus Dur dalam berfikir kedepan dalam cita-citanya ingin menjadi tentara. Seorang pejuang yang mengorbankan hidupnya untuk bangsa dan negaranya. Tapi pada Tahun usianya yang ke-14, Gus Dur sudah terkena penyakit mata dan hasil pemeriksaan dokter, dia telah minus 15 untuk ukuran kacamatanya. Semenjak umur itu Gus Dur telah melampaui pendidikan menengahnya (SMEP).

  Kemudian melanjutkan kepesantren, mula-mula di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Kemudian ke Tambak Beras Jombang. Di masa mudanya Gus Dur mempunyai keinginan kuat untuk sekolah di luar negeri. Namun karena nyonya Sholikhah tidak mempunyai biaya juga prestasi Gus Dur pada saat itu semenjak SD sampai SMEP hanya biasa-biasa saja. Keinginan Gus Dur untuk sekolah keluar negeri belum kesampaian.

  Ada suatu kejadian yang sampai hari ini tidak bisa dilupakannya yaitu tentang memori berpulangnya sang ayahanda pada waktu ia berumur 12,

  23 ayahandanya meninggal dalam suatu kecelakaan lalu lintas di Bandung yang sampai sekarang kasusnya masih misterius atau belum terungkap. Karena tidak tahu siapa yang melakukan penabrakan tersebut. Tahun 1952 ayahandanya wafat sebelum pemilu 1955, setelah mobil yang ditumpanginya di tabrak truk saat hujan deras. Waktu itu Gus Dur duduk di bangku depan, dan ayahnya duduk di bangku belakang. Begitu tertabrak ayahandanya terlempar keluar dan luka parah Sampai hari kemudian wafat. (Gamma, N o.36 tahun I, 31 Oktober 1999. Untungnya pada saat kecelakaan itu Gus Dur selamat.2

  Jenazah KU Wahid Hasyim di makamkan di Jombang Jawa Timur bersama dengan H Subhan ZE yang juga meninggal karena kecelakaan ketika sedang menunaikan ibadah haji di Mekkah. Dalam perjalanan Madinah Mekah dengan menggunakan mobil yang disediakan oleh kedutaan Indonesia di Saudi Arabia. Pada saat itu sedang konvoi dengan para pejabat Indonesia yang lain, tiba-tiba mobil yang ditumpanginya meledak.

  Dalam perjalanan membawa jenazah ke Surabaya, masyarakat banyak berdesak-desakan di pinggir jalan hanya untuk menyaksikan irobil itu lewat.

  "Begitu banyak orang yang mencintai ayah saya, adakah yang lebih mulia dari pada dicintai orang banyak"? Kata Gus Dur.3 Dalam satu keluarga, di antara saudara-saudaranya. Gus Dur dipandang paling mirip dengan ayahnya, sikap dan cara berfikirnya. Seperti cinta kepada kesenian, makanya ia banyak faham musik klasik dan karya 2 Ibid. hlm .$.......

  J Greg Berton, Biografi Gus Dur, Lkis, Yogyakarta, 2006, him 46

  24 sastra yang bagus. Apalagi kebiasaan dari ayahnya yang katanya nyonya Sholikhah sangat mirip, yaitu kebiasaan ngomong terus juga terdapat pada Gus Dur.

Dokumen yang terkait

Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

0 0 177

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 2 9

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

0 0 13

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 17

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11

TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus Pada Masyarakat Poncol Desa Klero Tahun 2005 ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 98

PEMBINAAN MORALITAS SISWA (STUDI KASUS PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008) Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 99

EFEKTIVITAS PERMAINAN KARTU GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ARAB ANAK DI RAUDHOTUL ATHFAL AL-MUTTAQIN SECANG KABUPATENG MAGELANG TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I D

0 0 93

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

PERAN WANITA KARIER DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH . (Ditinjau dari Segi Pendidikan Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 90