HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MI MUHAMMADIYAH NGROTO PENTUR SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20062007

  

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN

PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MI MUHAMMADIYAH

NGROTO PENTUR SIMO BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

  

S K R I P S I

Oleh

  

OOMARUDDIN

NIM. 11404020

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

S A L A T I G A

  

2007

  

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMl KELUARGA DENGAN

PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MI MUHAMMADIYAH

NGROTO PENTUR SIMO BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Oleh

OOMARUDDIN

NIM. 11404020

  

SEKOLAH TINGGIAGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

S A L A T I G A

2007

  DEPARTEM EN A G A M A Rl SEK O LA H T IN G G I A G A M A ISLA M N EG ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : QOMARUDDIN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 04 020 yang berjudul : “HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA (Studi Kasus pada Siswa MI Ngroto Kelas V dan VI Tahun Pelajaran 2007”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Sabtu, 28 FEBRUAR1 2007 M yang bertepatan dengan tanggal 10 Shafar 1428 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  28 Februari 2007 M Salatiga, ------------------------------

  10 Shafar 1428 H Panitia Ujian

  DEPARTEMAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL Stadion No. 03 Telp. (0298) Faks. 323433 Salatiga 50721

PERSETUJU AN PEMBIMBING

  Salatiga, 22 Februari 2007 Lamp : 1 (satu) naskah

  Hal : Pengaiuan Naskah Skripsi Yth. Ketua STAIN Di Salatiga A ssalam u’alaikum Wr. Wb.

  Bersama ini kami kirimkan naskah mahasiswa : Nama : Qomaruddin NIM : 11404020 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : “HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI

  KELUARGA DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA KELAS V DAN VI MI MUHAMMADIYAH NGROTO PENTUR SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007”.

  Untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi. Demikian untuk menjadikan periksa.

  W assalam u’alaikutn Wr. Wb.

  Pembimbing

  

l i

  MOTTO

A w a f if a f i p e lc e rja a n m u d e n g a n

m e m 6 a c a B a s m a fa fi d a n afcfnri d e n g a n 6 a c a J fa m d a ffa fi. B e r u s a f ia 6 e rd o a d a n 6 e r s a 6 a r.

p e n d id ilc a n a d a fa fi s a fa fi s a tu c a r a

p e m 6 u m ia n n if a i- n i f a i y a n g m u fia 6 a g i s e tia p in s a n m a n u s ia . PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

  1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang banyak pengorbanannya demi kesuksesan putranya.

  2. Kakakku dan adik-adikku tersayang yang telah memotivasi saya dalam pembuatan skripsi ini hingga selesai

  3. Sohib-sohibku semua yang selalu memberikan dorongan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini terutama : Aris Fahrudin, Khamim, (Teman Wiyata Bhakti) Bapak Amir Ma’ruf, SE (Direktur LPK Singoprono), Profit Ismanto, Irfan MS, Runi Susenowati (Karyawan LPK Singoprono) serta teman-temanku semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

  4. Istriku tercinta yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

  5. Dan Teman-temanku RT. 20 / RW. 05 Pentur Simo Boyolali atas keceriaannya selama ini

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul: “HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA KELAS V DAN VI MI MUHAMMADIYAH NGROTO PENTUR SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007”.

  Naskah skripsi ini merupakan usaha jerih payah penulis dari penelitian pada siswa MI Muhammadiyah Ngroto, yang penulis ajukan sebagai tugas untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga.

  Sebelumnya memang penulis membayangkan akan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi di dalam penyusunan skripsi ini. Namun karena tekad dan semangat yang sungguh-sungguh, maka penulis berusaha dengan semaksimal mungkin, disertai do’a kepada Allah SWT, sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

  Lain dari pada itu, tentunya tidak terlepas dari bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis haturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

  1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

  2. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

  

vi

  3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

  4. Kabag Perpustakaan STAIN Salatiga beserta staftiya yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam meminjam buku-buku referensi yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Mudjahid, A.Ma selaku Kepala MI Muhammadiyah Ngroto

  6. Bapak Ibu Guru Karyawan MI Muhammadiyah Ngroto

  7. Bapak Komite Madrasah MI Muhammadiyah Ngroto 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Dengan harapan, semoga kebaikan Bapak, Ibu dan Saudara serta handai taulan, kesemuanya akan dicatat oleh Allah SWT sebagai amalan, untuk memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

  Akhimya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi, dan kepada para pembaca yang budiman, serta dunia pendidikan pada umumnya. Dan di samping itu, kritik dan saran dari pembaca selalu penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari.

  Salatiga, 22 Februari 2007 Penulis

  Qomaruddin

  DAFTARISI

  Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   viii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  2. Metode yang digunakan dalam Menyampaikan Materi

  

   ix

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x

  

D A F T A R T A B E L

  Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi masyarakat dewasa ini memasuki masa transisi yaitu antara masyarakat berkembang dan masyarakat maju atau industri. Suasana tersebut menunjukkan situasi yang bergerak menuju kecorak masyarakat maju atau industri dari masyarakat berkembang. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi logis dari pembangunan ekonomi. “ Bagaimana melewati masa transisi khususnya dal am pola berfikir ketingkat yang sudah benar-benar siap untuk menerima produk-produk pembangunan ekonomi.”1

  Kondisi sebagaimana tersebut diatas mempengaruhi kehidupan manusia secara umum, baik kehidupan ekonomi sosial maupun keagamaan. Persaingan dunia yang semakin keras sangat mempengaruhi terhadap tingkat sosial ekonomi kehidupan manusia. Kehidupan yang semakin sulit meningkatkan tingkat pengangguran, rendahnya pendidikan dan dapat menyebabkan meningkatnya tindakan kejahatan. Berbagai berita menunjukkan bahwa banyak kejahatan yang berawal dari permasalahan sosial ekonomi yang rendah. Hal tersebut tidak hanya didaerah perkotaan saja, namun juga terjadi didaerah pedesaan, bahkan didaerah pelosok sekalipun.

  Kejadian-kejadian sebagaimana tersebut sangat dirasakan, Fungsi agama sebagai alat untuk menekan, mengurangi dan menghentikan tindakan-tindakan

1 Laporan Panel Proyek Kebudayaan Melayu, 1976. Studi Tenlang K em asyarakatan A gam a dan Struktur Sosial. Jogyakarta : LSPK UGM.

  2 yang kurang terpuji. Pemahaman agama yang baik akan dapat menekan tingkat kejahatan yang semakain berat. Pemahaman agama tersebut akan diperoleh lewat pendidikan. Sedangkan pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, dan nal itu sangat dirasakan oleh orang tua yang memiliki penghasilan rendah. Selain itu posisi orang tua di masyarakat juga mempengaruhi perasaan anak yang juga akan mempengaruhi pada tingkahlakunya. Kondisi tersebut sangat terlihat didaerah pedesaan terutana dilokasi penelitian yang sebagian besar siswanya memiliki orang tua yang berpenghasilan pas-pasan serta memiliki jenis pekerjaan petani.

  \

  Semakin terpuruknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk mencari penghasilan yang lebih.

  Bertolak dari uraian tersebut diatas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA

  DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA” (Studi Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngroto, Pentur, Simo, Boyolali Tahun 2007)

B. Rumusan Masalah

  Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana keadaan adanya Status sosial ekonomi keluarga MI Muhammadiyah Ngroto ?

  2. Bagaimana perilaku keagamaan siswa MI Muhammadiyah Ngroto ?

  3. Adakah hubungan antara setatus sosial ekonomi keluarga dengan perilaku keagamaan siswa di MI Muhammadiyah Ngroto.

  3 C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui setatus sosial ekonomi keluarga pada MI Muhammadiyah Ngroto.

  2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan siswa pada MI Muhammadiyah Ngroto.

  3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan perilaku keagamaan siswa pada MI Muhammadiyah Ngroto.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Dari aspek signifikansi penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi yang jelas ada tidaknya hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan prilaku keagamaan siswa. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat memperoleh temuan di bidang psikologi pendidikan. Sedang dari aspek sosial diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan (BP).

E. Hipotesis

  Hipotesis adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.2

2 Suharsimi Arikunto. P rosedu r P enelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta 1999 h a l: 67.

  4 Hipotesis adalah “Dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta - faktanya membenarkan”.3

  Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah. Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi keluarga dengan perilaku keagamaan siswa.

F. Metode Penelitian

  Dalam pembicaraan metodologi dibahas beberapa komponen yang meliputi : Populasi, sample dan teknik sampling, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data, sebagaimana berikut in i:

  1. Populasi dan Sampel Sebagian individu yang diselidiki disebut Sampel {sample), sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendaknya digeneralisasikan disebut populasi atau univers.4

  Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 dan 6 tahun 2006 yang sejumlah 33 siswa.

  3 Sutrisno Hadi, M etodologi R esearch I, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981 hal. 63.

  4 Sutrisno Hadi, Ibid, h a l: 31

  5

  2. Variabel Penelitian Ada dua variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu setatus sosisal ekonomi keluarga dengan perilaku keagamaan siswa.

  3. Devinisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan teijadi penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.

  Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagaimana berikut i n i :

  a. Setatus sosial ekonomi keluarga Keadaan setatus sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi terhadap perilaku keagamaan siswa. Pengalaman terdahulu memberikan kesan bahwa perbedaan yang dicapai dalam sistem pendidikan pada berbagai tingkatan sosial ekonomi dan juga menurut kelamin dan daerah asal. Kecakapan dan kemauan anak-anak untuk belajar sudah nampak jelas dan penghalanya akan nampak jelas terlihat di antara mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Pada kelas sosial bawah yang umumnya cenderung anak aituntut patuh, tidak banyak inisiatif. Namun pada kelas sosial ekonomi yang cukup cenderung diberi kesempatan lebih banyak inisiatifnya.

  Hubungan yang erat antara kecakapan yang diukur dari latar belakang status sosial ekonomi. Di tiap negeri anak-anak dari keluarga yang orang tuanya mempunyai mata pencahariannya berdasarkan keahlian atau pegawai kantor akan lebih berhasil dalam pendidikan dari pada

  6 mereka yang orang tuanya bekerja sebagai pekeija kasar. Oleh karenanya dalam kebanyakan, reformasi pendidikan sebagian besar tergantung pada pengadaan kesempatan, yang semula tersedia bagi golongan-golongan dari masyarakat yang istimewa kedudukan dan haknya, sehingga dapat digunakan oleh semua anak.

  b. Prilaku keagamaan siswa “Mempelajarai perilaku manusia dalam kehidupan beragama berarti mengkaji fenomena keagamaan, yaitu mewujudkan sikap prilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, kramat berasal dari sesuatu yang keghoiban”. Perilaku adalah tindakan manusia yang telah berpola dan telah melembagai dalam kehidupan sehari-hari untuk menanggapi sesuatu disekitamya. Dalam membahas lingkungan agama merupakan aspek keberagamaan, di samping ajar an yang memerlukan lingkungan yang lain. Ajaran itu sendiri adalah teks, lisan atau tulisan yang sakral dan menjadi sumber rujukan bagi pemeluk agama.

  4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data baik status sosial ekonomi keluarga dengan prilaku keagamaan siswa, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat pokok dan teknik bantu. Adapun teknik pokoknya adalah :

  a. Teknik Angket Teknik angket sering disebut dengan interview tak langsung karena tidak mengharuskan penelitian berhadapan langsung dengan

  7 responden. Teknik ini penulis gunakan MI Muhammadiyah Ngroto, Simo Kelas V dan VI.

  b. Teknik Observasi Sebagai teknik ilmiah, observasi sering diartikan sebagai

  “Pengamatan dan Pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”1 Teknik observasi ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang pendidikan anak. Teknik observasi in menggunakan jenis tidak langsung dengan alat Rating scaler, yaitu suatu daftar yang diisi responden siswa yang mewakili kelompoknya atau kelasnya. Dengan demikian diharapkan perolehan datanya akan lebih akurat dan valid.

  Selain teknik pokok, penulis menggunakan pula teknik bantu yang meliputi wawancara dan dokumentasi : Wawancara ini penulis gunakan sebagai cross checking terhadap data yang diperoleh dengan angket yaitu mengenai status sosial ekonomi keluarga, untuk meyakini data diperoleh sementara teknik dokumentasi lewat observasi yaitu mengenai prilaku keagamaan siswa melalui dokumentasi yang berada di Guru Wali kelas dan Guru BP.

  2. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data, penulis gunakan Analisa Deskriptif, yakni data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisis, dengan teknik prosentase untuk mengatur frekuensi gejala yang muncul. Selanjutnya pada analisa lanjut, penulis gunakan teknik statistik untuk mencari ada tidaknya hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan

5 Tim Redaksi,

  Kam us B esar B ahasa Indonesia , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1987, h a l: 137. f prilaku keagamaan siswa Untuk itu penulis gunakan teknik statistik koefisien kontingensi.

  3. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini disusun dalam lima Bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan Pada Bab Pendahuluan ini berisi Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Pokok Masalah, Hipotesis, Tujuan Penelitian, Metodologi Serta Sistematika Penulisan Skripsi BAB II Landasan Teori Pada Bab ini landasan Teori ini, diuraikan berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian. Yaitu Teori-teori mengenai hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan prilaku keagamaan siswa, selain dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga, juga dibahas pula mengenai teori-teori tentang perilaku keagamaan siswa.

  BAB III Laporan Hasil Penelitian Pada Bab ini akan dilaporkan pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu data mengenai status sosial ekonomi keluarga serta perilaku keagamaan siswa, dengan responden para siswa di MI Muhammadiyah Ngroto Simo Boyolali. Di samping laporan mengenai variabel penelitian juga dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan tempat penelitian baik yang berkaitan dengan Monografi dan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tata tertib sekolah

  8

  9 BAB IV Analisis Data Pada Bab Analisis Data, akan diadakan analisa terhadap data, yang terkumpul dengan pentahapan, Klasifikasi data, tabulasi data, perhitungan frekuensi dan prosentase, untuk menjawab masalah pertama dan kedua. Sementara untuk menjawab masalah ketiga yaitu ada tidaknya hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan prilaku keagamaan siswa, digimakan analisis statistik dengan mengajukan rumus Product Moment.

  BAB V Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab lima ini akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.

  BAB II MASALAH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA

DAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA

A. Status Sosial Ekonomi Keluarga

  1. Pengertian Istilah status ekonomi keluarga berasal dari empat kata, yaitu : status, sosial, ekonomi dan keluarga. Arti dari masing-masing kata menurut WJS

  Poerwadarminta adalah sebagai berikut: Status : Keadaan kedudukan (orang, badan, Negara) dan sebagainya.1 2

  3 Sosial : Segala sesuatu yang mengenai masyarakat: kemasyarakatan.

  Ekonomi : Pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas penghasilan, pembayaran dan penukaran barang-barang serta kekayaan,

  3

  perindustrian, perdagangan dan urusan rumah tangga Keluarga : Sanak saudara dan kerabat4

  Berdasarkan arti dari masing-masing kata tersebut, maka dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi keluarga adalah kedudukan keluarga dalam sistem kemasyarakatan. Arti tersebut barn dalam batasan harfiah. Sedangkan pengertian yang lebih jelas dikemukakan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial. Pengertian yang searah dengan penelitian yang dikemukakan oleh Dimyati Mahmud yaitu bahwa : “Lapisan sosial adalah tataran atau tingkatan

  1 Poerwadarminta, 1976. K am us Umum B ah asa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, h a l: 964

  2 Poerwadarminta, Ibid h a l: 961

  3 Poerwadarminta, Ibid h a l: 267

  4 Poerwadarminta, Ibid h a l: 471

  10

  r

  11 status dan peranan yang relatif tetap dalam suatu sistem sosial, tataran di sini menunjukkan adanya perbedaan hak, kehormatan, pengaruh dan kekuasaan5

  Menurut Bahrain Sughen berpendapat bahwa “status cenderung menuju pada kondisi ekonomi dan sosial dalam kaitannya dengan jabatan (kekuasaan) dan peranan yang dimiliki orang yang bersangkutan dan masyarakat dimana ia menjadi anggota atau partisipan.6

  Pendapat tersebut sejalan dengan Muhammad Rush Karim yaitu bahwa “status adalah kedudukan (berupa hak dan kewajiban) sosial seseorang dalam sistem sosial. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa status merupakan kedudukan dalam hal ekonomi seseorang di lingkungannya.7 8 Lebih jelasnya dikemukakan oleh Soeijono Soekanto bahwa status diartikan sama dengan kedudukan sosial. Status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan kelompok- kelompok lain. Dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok dengan kelompok lainnya yang lebih besar lagi kedudukan sosialnya, artinya tempat seseorang secara umum dalam suatu kelompok lainnya yang besar lagi kedudukan sosialnya, artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakat berbagi dengan orang lain dalam arti lingkungan, pergaulan, prestigennya dan hak-haknya serta kewajibannya”.

  5 Dimyati Mahmud M, 1989. P sik o lo g i Pendidikan. Yogyakarta : BPFE. H a l: 32.

  6 Bahrain Sugihen, 1996.

  S o sio lo g i P edesaan (Suatu P engantar).

   Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. H a l: 139 7 Muhammad Rush Karim, 1990.

  Seluk-seluk Perubahan Sosial.

   Surabaya : Usaha Nasional. H a l: 97.

  8 Soerjono Soekanto, 1982. S o sio lo g i Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali. H a l: 103.

  w

  12 Lebih lanjut lagi Ralph Linton seperti yang dikutip Muflich Nurhadi mengemukakan bahwa : “Status adalah keseluruhan posisi atau kedudukan yang dimiliki seseorang dalam pola-pola kelakuan secara timbal balik antara kedudukan yang diwariskan maupun kedudukan yang diusahakan”.9

  Berdasarkan pendapatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi keluarga : kedudukan seseorang atau keluarga dalam hubungannya dengan orang lain atau masyarakat mengenai kehidupan sehari- hari dan cara atau usaha mendapatkan serta memenuhi kebutuhan hidup secara layak.

  2. Laiar Belakang Timbulnya Status Sosial Ekonomi Sejak manusia dilahirkan mempunyai dua hasrat atau keinginan, yang meliputi: a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain yang berbeda di sekelilingnya (yaitu masyarakat).

  b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana di sekelilingnya.10 Terdapat dua hasrat di atas menimbulkan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan hubungan tersebut akan timbul reaksi dengan orang lain, reaksi-reaksi tersebut diharapkan. Untuk itu perlu norma-norma agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

  Apabila hal itu terwujud maka manusia dapat hidup dalam lingkungan sosial yang diharapkan. Dari berbagai masyarakat yang ada maka timbullah lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut. Karena masyarakat mempunyai

9 Muflich Nurhadi, 1982. R encana P enelitian dan Pengujian H ipotesa. Surakarta : FISIP UNS. H a l: 97 10 Soerjono Soekanto, 1989. S o sio lo g i Suatu Penghantar, Jakarta : CV. Rajawali. H a l: 231.

  13 sesuatu yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain, hal tersebut sejalan dengan pendapat seorang ahli yaitu :

  “Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang diharapkan mungkin berupa uang, mungkin berupa tanah. Mungkin berupa benda-benda yang bemilai ekonomis, mungkin pula berupa kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalahan dalam agama atau keturunan dal am keluarga tertentu”.11 dalam status ekonomi pada umumnya menunjukkan pada pendapat yang menentukan hasil seseorang bukan tergantung pada jenis pekeijaan yang dimilikinya namun tergantung pada jalan penghasilan rata-rata yang diperoleh, sebab dimungkinkan bahwa seseorang memiliki mata pencaharian lebih dari satu jenis. Dalam kehidupan suatu masyarakat terdapat suatu lapisan sosial tersebut teijadi dan berakar pada benih-benih tertentu. Lapisan itu muncul karena adanya aktivitas manusia dalam kehidupan masyarakat. Dari aktivitas tersebut masing-masing individu memiliki peran-peran tertentu. Dan peran-peran tersebut menimbulkan hak dan kewajiban tersendiri.

  “Di dalam masyarakat senantiasa terdapat stratifikasi yakni suatu lapisan sistem berlapis-lapis yang bertingkat artinya suatu lapisan tertentu kedudukannya lebih tinggi dari lapisan lainnya dan seterusnya”.12

  Dengan adanya lapisan-lapisan tersebut kemudian mendudukkan seseorang pada posisi tertentu yang menunjukkan posisi status seseorang di lingkungannya. Sebagaimana dikemukakan Abu Ahmadi yaitu bahwa 11 Adham Nasution, 1983. Sosiologi. Bandung : Ramadani. H a l: 127.

12 Soeijono Soekanto, 1982. S o sio lo g i Suatu P engantar. Jakarta : CV. Rajawali. H a l: 50.

  r

  “lapisan-lapisan kedudukan tersebut kemudian menimbulkan status posisi seseorang dalam masyarakat di mana ia hidup”.

  Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa status sosial dapat diperoleh warisan dan dapat pula diperoleh dari suatu usaha dengan demikian status merupakan imbalan dari peran diri seseorang dalam masyarakat di mana ia tinggal. “peranan dan status kait mengait yaitu karena status adalah kedudukan yang memberikan hak dan kewajiban sedang kedua unsur lain tidak akan ada artinya kalau tidak dipergunakan. Status adalah kedudukan obyektif yang memberikan hak dan kewajiban kepada yang menempati kedudukan tadi”.1

  3

  14 Dapat dipeijelas mtmculnya sosial ekonomi dalam masyarakat dikaitkan dengan adanya hak dan kewajiban di lingkungan masyarakat tersebut hak dan kewajiban tersebut yang membedakan status dalam masyarakat.

  “Barang siapa yang memiliki sesuatu yang dihargai itu dalam jumlah yang banyak atau sangat banyak dianggap oleh masyarakat berkedudukan lapisan atas, sedang mereka yang hanya sedikit tidak memiliki sesuatu yang dihargai dalam masyarakat memiliki kedudukan yang rendah”.15 Dengan kata lain orang yang memiliki kedudukan atau kekuasaan dalam masyarakat tersebut.

  14

  13 Abu Ahmadi, 1975. P en gan tar S osiologi. Semarang : Toha Putra. H a l: 80 14 Astri S. Susanto, 1985.

  P en gan tar S o sio lo g i dan R evolusi Sosial.

   Bandung : Bina Cipta. Hal: 87.

  15 Selo Soemajjan, 1974.

  S etangkai Bunga Sosial.

   Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. H a l: 253

  15 “Ada empat ukuran sehingga seseorang mempunyai konsekuensi di tempat dalam lapisan tertentu yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan penguasaan ilmu pengetahuan”. Ukuran kekayaan berarti berapa banyak mereka memiliki barang-barang bemilai ekonomi, sehingga banyak mereka memiliki barang-barang bemilai ekonomi, sehingga memenuhi konsekuensi kepada seseorang sehingga ia disebut kaya atau miskin. Sedangkan kehormatan, kekuasaan dan ilmu pengetahuan merupakan hal yang abstrak sehingga sulit untuk diukur.

  “Indikator status sosial dapat diukur melalui tingkat pendidikan, kepala keluarga, perbaikan lapangan keija dan tingkat penghasilan keluarga”.16 Jadi untuk melihat status sosial ekonomi keluarga perlu adanya indikator sebagaimana telah disebutkan di atas.

3. Faktor-faktor Yang Menentukan Status Sosial Ekonomi

  Pada setiap masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai lebih dari yang lain, sesuatu tersebut meliputi: a. Uang

  b. Benda-benda yang bemilai ekonomis seperti emas, rumah, mobil dan lain- lain.

  c. Tanah pekarangan atau sawah.

  d. Kekuasaan.

  e. Ilmu pengetahuan.

16 Sajogya dan Pujiwati, 1984. G aris K em iskinan dan K ebutuhan Minum. Bogor : Stensial. Hal: 9

  16 f. Ketaatan menjalankan agama.

  g. Keturunan.17 Kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dal am lapisan-lapisan masyarakat adalah (1) ukuran kekayaan, (2) ukuran kekuasaan, (3) ukuran kehormatan, (4) ukuran ilmu pengetahuan. ° Faktor yang menentukan status sosial ekonomi sebuah keluarga meliputi:

  a. Ukuran kekayaan Dapat dijadikan suatu ukuran barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, terutama dal am lapisan teratas.

  b. Ukuran kekuasaan Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan teratas.19 c. Ukuran kehormatan

  Ukuran tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat- masyarakat tradisional, biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang beijasa pada masyarakat.

  d. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran yang dipakai dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, akan tetapi ukuran tersebut kadang

  90 menyebabkan teijadinya akibat negatif.

  1‘ Dimyati Mahmud, 1989. P sikologi P endidikan. Yogyakarta : BPFE. H a l: 32.

  18 Soeijono.Soekanto, 1982. S o sio lo g i Suatu P engantar. Jakarta : CV. Rajawali. H a l: 263

  19 Ibid h a l: 264

  20 Ibid h a l: 265

  17 Berdasarkan uraian di atas mereka dapat ditemukan bahwa ada tiga faktor yang menentukan status sosial ekonomi seseorang, yaitu : a. Pendidikan

  Tingkat pendidikan orang tua, saudara kandung atau saudara lain yang serumah dengan siswa akan mempengaruhi terhadap berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan oleh siswa. Orang tua, saudara kandung atau saudara lain yang serumah tersebut adalah sebagai pemimpin pertama dal am a! am lingkungan terutama dimasuki oleh seseorang dalam sejarah hidupnya yaitu lingkungan keluarga.

  Pengklasifikasian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan Taman Kanak-kanak.

  2) Pendidikan Sekolah Dasar. 3) Pendidikan SLTP. 4) Pendidikan SLTA. 5) Pendidikan Tinggi dan Universitas.

  b. Pekeijaan atau mata pencaharian Secara etimologi pekeijaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari natkah pencaharian. Misalnya pekeijaan peladang dan ada pula yang berladang.21 Pekeijaan atau jabatan dikelompokkan menjadi dua kategori:

  1) Pekeijaan atau jabatan basah yaitu pekeijaan atau jabatan yang dianggap member! kan dana kesejahteraan kepada para karyawan.

21 Poerwadanninta, 1976. K am us Umum B ah asa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. H a l: 964.

  18 2) Pekeijaan atau jabatan kering yaitu pekeijaan atau jabatan yang dianggap kurang memberikan dana kesejahteraan pada para karyawan.

  Seluruh penerimaan baik uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun dari diri sendiri dengan nilai sejumlah uang aias harga yang berlaku pada saat itu.

  c. Pendapatan atau penghasilan Seluruh penerimaan baik dari pendapatan atau penghasilan di atas dapat dijelaskan bahwa uang atau barang tersebut diterima seseorang karena adanya suatu aktivitas yang harus dijalani yaitu melalui bekeija.

B. Perilaku Keagamaan Siswa

  1. Pengertdan Perilaku disebut juga tingkah laku. “Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengamanan yang disadari oleh pribadi”.22 Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku, artinya apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang dikeijakan.

  “Perilaku keagamaan erat hubungannya dengan stimulasi lingkungan seseorang. Jika stimulasi keagamaan dapat menimbulkan respon terhadap diri seseorang maka akan muncul dorongan untuk berperilaku agama. Sebaliknya jika stimulasi tidak ada maka tertutup kemungkinan seseorang untuk berperilaku agama”.23 22 Jalaludin, 1998. P sikologi A gam a. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. H a l: 96.

23 Ibid H a l: 47

  19 Jadi perilaku agama dapat diartikan bersifat kondisional (tergantung dari kondisi yang diciptakan oleh lingkungan).

  2. Bentuk Perilaku Keagamaan Siswa Agama Islam telah menjelaskan bagaimana hubungan antara tingkat keagamaan siswa dengan perilaku agama dan kaitannya dengan kematangan siswa. Awal pubertas sudah harus disadari serta diperhatikan oleh para orang tua. Upaya yang dilakukan orang tua menurut Nabi Muhammad SAW adalah dengan membiasakan anak-anak usia tujuh tahun untuk menegakkan sholat dan mulai diperkeras ketika menginjak usia sepuluh tahun serta memisahkan tempat tidur mereka dengan orang tuanya. Perilaku keagamaan itu sendiri adalah merupakan konsekuensi logis dari pemahaman seseorang terhadap keyakinan agamanya dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang berguna untuk mengenalkan apa saja yang menjadi ajaran agamanya.

  Seseorang menjalankan agama secara kaffah baik mengenai hubungannya dengan Allah SWT atau dengan makhluk sosial yang hubungannya dengan sesama. Bentuk perilaku keagamaan tersebut adalah : a. Menjalankan sholat.

  b. Menjalankan ibadah puasa.

  c. Saling mencintai dan suka menolong.

  d. Beramal soleh dan shodaqoh.

  e. Bersikap ramah terhadap orang lain.

  20

  3. Pembentukan Jiwa Keagamaan Siswa “Pendidikan dinilai memiliki peran penting dal am upaya menanamkan rasa keagamaan pada seorang anak. Melalui pendidikan pula dilakukan pembentukan sikap keagamaan, yang merupakan pembentukan jiwa keagamaan”24 meliputi: a. Pendidikan keluarga

  Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. “Perkembangan anak beijalan dengan unsur-unsur kejiwaan, sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas karena masalah yang menyangkut kejiwaan manusia sedemikian rumit dan kompleks”.

  Kaitannya dengan itu adalah peranan pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak, sehingga tanggung jawab itu terletak pada kedua orang tua.

  b. Pendidikan kelembagaan Sekolah sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari pada orang tua, karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Maka mereka diserahkan ke sekolah-sekolah. Sebaliknya orang tua lebih mengarahkan anak-anaknya untuk masuk ke sekolah umum untuk memasukkan anak- anak mereka ke sekolah agama. Kebanyakan dari orang tua lebih suka memasukkan ke sekolah umum karena mereka hanya sekedar melihat keduniaannya, namun orang memperhatikan tingkah laku keagamaannya.

24 Ibid h a l: 204 25 Jalaludin, 1998. P sikologi A gam a. Jakarta : Raja Grapindo Persada. H a l : 205.

  21

  c. Pendidikan di masyarakat Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketika para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak adalah masyarakat. “Asuhan pada pertumbuhan anak harus berlangsung secara teratur dan terns menerus.

  Dengan demikian fungsi dan peranan masyarakat dal am pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri”.

  4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan Sikap baik dalam moral dan tuntutan keagamaan hanya mungkin jika aspek-aspek kognitif (kesan, ingatan, fantasi dan pikiran) serta konatif

  (perasaan harga diri, perasaan sosial, perasaan ketuhanan, ketaatan dan kecemasan) senantiasa diwamai oleh pengetahuan agama yang meyakinkan.

  Berdasarkan uraian di atas ada beberapa faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang anak yaitu: a. Faktor pribadi

  Faktor pribadi tersebut misalnya anak tersebut keturunan dari siapa, usia berapa dan bagaimana kondisi kejiwaan anak tersebut. Bila anak tersebut keturunan dari orang baik-baik maka anak tersebut tidak akan minder dan akan menunjukkan perilaku yang baik sesuai ajaran agama. Anak yang kondisi jiwanya abnormal cenderung akan berperilaku yang tidak baik.

  2 6 Ibid h a l: 212.

  22 Dengan menghiasi diri dengan amal perbuatan yang baik sehingga antara seorang muslim dengan non muslim akan tampak jelas perbedaannya.

  Sehingga dengan perilaku siswa kita dapat membedakan perilaku siswa yang muslim maupun non muslim baik di sekolah maupun di masyarakat pada umumnya.

  b. Faktor keluarga Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Yang artinya terdiri dari ayah, ibu dan anak serta terbiasa tinggal di rumah itu. Keluarga adalah tempat yang pertama di mana seorang anak mendapat pendidikan. Sehingga keluarga tercipta suasana tenang dan taat agama maka lingkungan yang kondusif akan menciptakan anggota keluarga untuk taat menjalankan agama. Sebaliknya lingkungan yang kurang kondusif menciptakan anggota keluarga tidak taat menjalankan agama.

  c. Faktor masyarakat Manusia merupakan makhluk bersifat individu dan sosial.

  Sifat kodrat membawa konsekuensi kepada manusia untuk selalu berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar dan membawa pengaruhnya kepada perilaku individu. Masyarakat yang tenang dengan kehidupan jujur, ramah, adil, saling membantu dan senantiasa diliputi kehidupan rohaniah yang tinggi. Lingkungan yang mempunyai tradisi 2

  7

  2

  8 27 Abu Ahmadi, 1975. Pengantar Sosiologi. Semarang : Toha Putra. H a l: 95.

28 Jalaludin Rahmad, 1991. P sikologi Sosial. Bandung : Remaja Karya. H a l: 52.

  23 keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak maupun institusi keagamaan. Begitu juga bila kehidupan masyarakat lebih lemah bahkan cenderung sekule diperkirakan anak akan berperilaku yang menyimpang tidak sesuai dengan norma keagamaan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku menyimpang.

  5. Jenis-Jenis Perilaku Positif Siswa Barangkali banyak jenis dari perilaku positif siswa, namun dalam uraian berikut ini penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa jenis berdasarkan pada indikator-indikator sebagai berikut:

  a. Ketaatan Para siswa diharapkan selalu mengindahkan peraturan- peraturan ataupun tata tertib yang berlaku di sekolah, dengan harapan supaya kegiatan proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar.

  Begitu pula sekolah mengharapkan agar para siswa juga taat terhadap ajaran-ajaran agamanya.

  Oleh karena itu, bagi siswa yang dengan sengaja melanggar peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah, maka baginya akan mendapatkan sanksi dari pihak sekolah sebagai hukuman baginya. Lain dari pada itu, di dalam mengamalkan ajaran agamapun demikian, yaitu bagi yang tidak taat dalam arti tidak mengamalkan ajaran-ajaran agama atau perintah-perintah Allah, maka baginya akan mendapat

  24

  f

  hukuman atau siksa dari Allah, dan sebaliknya bagi yang taat dal am arti mau melaksanakan ajaran-ajaran agama (perintah-perintah Allah), maka baginya akan diberi pahala oleh Allah.

  Dengan pengertian sebagaimana tersebut di atas, maka diharapkan para siswa diharapkan senantiasa untuk aktif mengikuti kegiatan pengajian, sehingga para siswa selalu dapat menjaga ketaatannya baik terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah maupun mengamalkan ajaran- ajaran agama dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

  Dal am kamtts Islam, bahwa yang namanya taat dan atau mau melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah disebut taqwa.

  “Kata taqwa menunjukkan pada sebuah kualitas yang mutlak perlu dalam kepribadian seorang muslim yang sadar; dan ini tidak ada persamaannya dalam bahasa Inggris. Taqwa menunjukkan kepada sebuah sikap yang terdiri dari cinta dan takut kepada Tuhan. Lebih tepatnya ini menunjukkan pada kesadaran konstan bahwa seseorang selalu di hadapan Allah dan bahwa la mengetahui segala dari dalam”.29 Oleh karena itulah, siswa yang taat dan taqwa akan selalu ingat bahwa ia dan segala perbuatannya tidak pemah lepas dari pengawasan Allah SWT, sehingga ia akan senantiasa takut akan azab Allah SWT.

29 Suzanne Haneef, Islam dan M uslim , ed. Siti Zaenab Lutfiati, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993, him. 128.

  25

  Kedisiplinan Kedisiplinan siswa mcrupakan kunci utaina untuk menuju kebcrhasilan bclajarnya. Sikap disiplin dalam bcrbagai hal, perlu ditanamkan dan dibiaskan sejak dini, sehingga kehidupannya akandapat diatur.

  Kcmudian untuk dapat sclalu bcrdisiplin, makr. dapat dilatih dengan cara mclaksanakan shalat tepat waktunya, tcrlebih-lebih lagi jika hal tcrscbut dilaksanakan dengan berjama’ah, maka hal ini akan lebih utama dalam melatih diri untuk bersatu. Sebab kita ketahur bersama bahwa shalat adalah merupakan sarana komunikasi langsung antara hamba denga khaliq. Maka tepatlah, jika shalat merupakan barometer terhadap amal perbuatran scscorang; sebab bila sescorang dalam mclaksanakan shalat dengan bak, maka segala amal perbua'annya akan ikut baik. Namun jika sebaliknya, yaitu bila sescorang dalam mclaksanakan shalat jelek, maka segala amal perbuatannyapun akan ikut jelek.

  Lain dari pada itu, bahwa shalat yang dilaksanakan secara baik serta disiplin, akan dapat mencegah perbuatan yang mungkar. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

  26 Artinya : “Dan dirikanlah sholat karena sesungguhnya sholat itu adalah

  mencegah perbuatan-perbuatan keji dan mungkar”.31 Dengan demikian bagi siswa yang aktif mengikuti kegiatan baik disekolah maupun di masyarakat diharapkan dapat didcrong jiwa untuk

  . selalu disiplin dalam melaksanakan ibadah sholal. Yang selanjutnya kedisiplinan tersebut akan terwujud pula dalam prilaku keagamaan siswa dan dapat mentaati peraturan-peraturan yang berlaku disekolah.

  c. Kerapian Adapun kerapian yang dimaksud disini adalah: kerapian siswa yang meliputi kerapian fisik maupun non fisik. Aspek kerapian fisik adalah kerapian cara berpakaian dalam mengikuti pe41ajaran selama disekolah maupun diluar sekolah. Sedangkan kerapian non-fisik adalah kerapian yang meliputi sikap dan prilaku siswa, serta cara bergaul dengan guru, karyawan, teman-teman maupun dalam pergaulannya dengan masyarakat sekitamya.

  Dengan adanya aspek tersebut diharapkan siswa aktif mengikuti perat5uran dan tata tertib sekolah serta aktif mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan sekolah maupun yang ada didalam lingkungan masyarakatnya. Guna mendorong dirinya untuk konsisten dalam melaksanakan tata tertib yang ada, serta untuk mendidik siswa untuk bersikap sederhana dan tidak berlebih- lebihan.