HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI

  HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ULFAH MASRUROH

  

NIM 11508005

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

  IBTIDA’IYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2014

  HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ULFAH MASRUROH

  

NIM 11508005

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

  IBTIDA’IYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2014

  

MOTTO

Sabar Ikhlas dan Tawakal Menjalani Proses

Bahagia Menikmati Sukses

  PERSEMBAHAN

  Dengan penuh Cinta skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.

  Bapak Ibu tercinta (M. Rodli dan Siti Rokhayati) yang tak putus-putusnya memberikan Cinta, Sayang, dan Doanya dengan penuh keikhlasan.

  2. Adikku tercinta Raukhana Mubarriroh yang telah memberikan Cinta dan Sayang dan semangatnya untuk penulis.

  3. Eyang uti juga kakung dan keluarga besarku tercinta yg senantiasa berdoa untuk kesuksesanku.

  4. Dia yang telah mencurahkan Cinta dan Sayangnya untuk diri ini dengan sepenuh hati.

  5. Teman- temanku seperjuangan PGMI ‘08 yang telah dahulu mengibarkan bendera PGMI.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut asma Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat.

  Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah dan selaku pembimbing skripsi.

  3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

  4. Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku pembimbing akademik.

  5. Semua Bapak Ibu dosen serta karyawan yang telah memberi bekal dan pengetahuan serta pelayanan kepada penulis.

  6. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  7. Seluruh sahabat seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2008 yang saya sayangi.

  8. Kepala Madrasah serta Bapak Ibu Guru MI Ma’arif Sraten.

  9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan.

  Salatiga, 28 April 2014 Penulis Ulfah Masruroh

  

ABSTRAK

  Masruroh, Ulfah. 2014. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru

  dengan Akhlaqul Karimah Siswa Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 . Jurusan Tarbiyah.

  Program Studi S1 PGMI. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Suwardi, M.Pd.

  Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru, Akhlaqul Karimah

   Siswa

  Penelitian ini membahas hubungan antara persepsi siswa dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten. Dengan rumusan masalah (1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?, (2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?, dan (3) Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Sampel penelitian berjumlah 29 siswa, yaitu siswa kelas IV, V dan siswa kelas VI. Instrumen penelitian berupa angket. Teknik pengumpulan data menggunakan dengan angket dan dokumentasi. Adapun analisis datanya menggunakan teknik korelasi product moment

  Temuan penelitian ini menunjukan bahwa persepsi siswa tentang kepribadian guru terdapat hubungan yang positif dengan akhlaqul karimah siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan persepsi siswa tentang kepribadian guru diperolehan jawaban angket untuk kategori tinggi adalah 13 anak (45%), kategori sedang 10 anak (34%), dan kategori rendah 6 anak (21%). Kemudian dari hasil angket akhlaqul karimah siswa diketahui bahwa untuk kategori tinggi adalah 12 anak (41%), kategori sedang adalah 9 anak (31%), dan kategori rendah adalah 8 anak (28%). Kemudian untuk mengetahui hubungan , dihitung menggunakan rumus product moment yang diketahui dengan nilai korelasi 0,491. Selanjutnya untuk membuktikan signifikan atau tidaknya antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten, maka nilai korelasi 0,491 dikonsultasikan dengan r tabel product

  

moment dengan taraf signifikasi 5% untuk N = 29 adalah 0,367 dan taraf

  signifikan 1% untuk N = 29 adalah 0,470 yang mana jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0.491 itu “Signifikan”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi siswa tentang kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa.

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL i …………………………………………......

  …………………………………………… HALAMAN JUDUL iii ……………………………………………….. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

  …………………… HALAMAN PENGESAHAN v

  ……………………………………… HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vi

  …………… HALAMAN PERSEMBAHAN vii ……………………………………. HALAMAN MOTTO viii ………………………………………………. KATA PENGANTAR x

  ……………………………………………… ABSTRAK xi ………………………………………………………….. DAFTAR ISI xii ……………………………………………………….. DAFTAR TABEL xv ………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah …………………………….

  B.

  4 Rumusan Masalah …………………………………..

  C.

  5 Tujuan Penelitian …………………………………… D.

  5 Hipotesis Penelitian………………………………….

  E.

  6 Manfaat Penelitian ……………………………….....

  F.

  6 Definisi Operasional ………………………………..

  G.

  10 Metode Penelitian …………………………………..

  H.

  14 Sistematika Penulisan ……………………………… BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  15 Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru ……… Persepsi Siswa ………….………….………… 2.

  20 Kepribadian Guru B.

  33 Akhlaqul Karimah Siswa …… ………………….

  C.

  Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Kepribadian guru dengan Akhlaqul Karimah siswa

  37 ……………………………..………….…………

  BAB III HASIL PENELITIAN A.

  39 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………..

  1.

  39 MI Ma’arif Sraten ………….………….……...

  2.

  39 Letak Geografis ………….………….………..

  3.

  40 Visi dan Misi ………….………….…………...

  4.

  40 Sarana dan Prasarana ………….………….…...

  5.

  42 Keadaan Siswa Guru dan Karyawan ………….

  B.

  44 Penyajian Data …………………………………… 1.

  44 Daftar Nama Responden ………….………….

  2.

  45 Hasil Data Mentah ………….………….……..

  BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.

  47 Analisis Deskriptif ……………………………….

1. Analisis tentang Persepsi Siswa tentang

  Kepribadian Guru

  48 ………….………….……..

  2.

  53 Analisis tentang Akhlaqul Karimah Siswa …... B.

  59 Analisis Uji Hipotesis …………………………… C.

  62 Analisis Lanjutan ……………………………......

  A.

  64 Kesimpulan ………………………………………….

  B.

  65 Saran ………………………………………………... DAFTAR PUSTAKA

  66 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL 2.

  3.2 Daftar Peralatan Penunjang Pendidikan MI Maarif Sraten 3.

  3.3 Data Jumlah Siswa MI Maarif Sraten 4.

  3.4 Daftar Guru MI Maarif Sraten 5.

  3.5 Data Nama Responden 6.

  3.6 Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru 7.

  3.7 Jawaban Responden tentang Angket Akhlaqul Karimah Siswa 8.

  4.1 Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru 9.

  4.2 Hasil Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru

  10. 4.3 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru

  11. 4.4 Prosentase mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru 12. 4.5 Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa 13. 4.6 Hasil Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa 14. 4.7 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Akhlaqul Karimah Siswa 15. 4.8 Prosentase mengenai Akhlaqul Karimah Siswa 16. 4.9 Tabel Kerja Persiapan Penghitunga Product Moment

DAFTAR LAMPIRAN A.

  Indikator Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Dengan Akhlaqul Karimah Siswa B. Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru C. Angket Akhlaqul Karimah Siswa

  Lampiran 2 A.

  Surat Keterangan Penelitian B. Surat Keterangan Pembimbing C. Surat Keterangan Lembar Konsultasi D.

  Daftar Riwayat Hidup

BAB I A. Latar Belakang Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap

  proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini, kepribadian seorang guru memiliki andil yang sangat besar, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi kepribadian guru berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3 sekurang-kurangnya meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

  Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru memiliki posisi yang sangat terhormat dengan menyebut istilah guru merupakan dengan perpaduan kata digugu dan ditiru. Kata digugu mengandung makna bahwa guru adalah sosok manusia yang dapat dipercaya. Sedangkan kata ditiru mengandung makna bahwa seorang guru adalah manusia yang harus diikuti, karena guru memiliki kepribadian yang utuh sehingga tingkah lakunya patut dijadikan panutan bagi peserta didik (Barnawi, 2012: 156). sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat al-Ahzab ayat 21:

  “Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (al-Ahzab 21).

  Sebagai teladan bagi peserta didik, seorang guru memang harus memiliki sikap dan kepribadian yang utuh sehingga dapat dijadikan tokoh panutan idola. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, maka secara perlahan akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma dari jati diri (Djamarah, 2010: 41). Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog terkemuka, Zakiah Daradjat (Syah, 2004: 226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

  Sangat jelas bahwa kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, siswa dapat melihat dan mempersepsikan kepribadian guru hanya melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian serta hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh indera, selanjutnya akan muncul tanggapan (respon), pendapat dan penilaian terhadap guru tersebut. Sebagaimana menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1998: 49-50) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian, set, sistem nilai, ciri kepribadian.

  Di sisi lain kesadaran akhlak/moral pasti ada pada setiap manusia, meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan lingkungan (Syukur, 2003: 119). ditentukan oleh usia, pengalaman dan lingkungan. Sehingga guru sebagai salah satu lingkungan dan sumber pengalaman bagi siswa harus memberikan kesan yang baik dalam segala hal agar tercapai tujuan pendidikan.

  Undang-undang R.I tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II

  Pasal 3 (2003: 20) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Masih banyak dikalangan orang islam terutama dikalangan pelajar yang sekarang ini sudah tidak mempunyai akhlak yang baik lagi, dikarenakan sebab kemajuan zaman dan era globalisasi. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas, sebagai penanggung jawab pendidikan seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik agar siswanya juga berakhlak yang baik, karena guru adalah contoh bagi anak didiknya.

  Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa salah satu tujuan pendidikan yaitu membentuk watak atau akhlak, sedangkan sumber inspirasi pengalaman. Sehingga kepribadian guru merupakan hal yang paling berperan dalam rangka pembentukan akhlak siswa.

  Setelah penulis mengadakan observasi di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Sraten, penulis menemukan perilaku pengajar disana mencerminkan pribadi yang baik dan mempunyai dedikasi tinggi. Penulis juga menemukan siswa MI Ma’arif sraten berperilaku baik, sopan santun terhadap guru, karyawan, teman dan juga masyarakat sekitar.

  Dari uraian yang dijelaskan di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA

  PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 ”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif

  Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?

2. Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang

  Kab. Semarang tahun 2014? Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa

  MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?

C. Tujuan 1.

  Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

  3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

D. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya masih di uji/dibuktikan melalui kegiatan peneliti. Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

E. Manfaat

  Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi 1.

  Manfaat praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak antara lain: a.

  Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan dalam hal pembentukan akhlaq peserta didik melalui peningkatan kompetensi kepribadian.

  b.

  Bagi peserta didik Diharapkan peserta didik dapat menjadikan skripsi ini sebagai wahana informasi dan masukan untuk dapat meneladani kepribadian guru.

  c.

  Bagi guru Dapat menjadi guru teladan melalui peningkatan kompetensi kepribadian sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

2. Manfaat teoritik

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di Madrasah Ibtidaiyyah.

F. Definisi Operasional 1.

  Persepsi siswa tentang kepribadian guru

  Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium (Slameto, 2010:102). Sedangkan siswa adalah pelajar (Poerwadarminta, 2006: 1134).

  Surya (Tohirin, 2006:169) mengatakan, secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Poerwadarminta, 2006: 393).

  Jadi persepsi siswa yang dimaksud disisni adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau ide dan kemampuan siswa dalam menilai keseluruhan kualitas perilaku seorang pengajar.

  Indikator persepsi siswa tentang kepribadian guru adalah sebagai berikut: a.

  Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal dan gender.

  b.

  Dapat memberikan penilaian terhadap sikap guru yang sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

  Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang jujur, tegas, dan manusiawi.

  d.

  Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

  e.

  Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat disekitarnya.

  f.

  Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

  g.

  Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

  h.

  Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. i.

  Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri j.

  Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bekerja mandiri secara profesional (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007).

2. Akhlaqul Karimah siswa

  Dalam agama Islam, budi pekerti manusia disebut juga dengan bahasa Arab Al-

  Akhlāq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata Al- khuluq yang berarti budi pekerti,

  tabi’at atau watak (Halim, 2000: 8). Kata karimah berasal dari fiil madhi karima. Kata karimah adalah shighot mubalaghoh dari isim fail k

  ārimun yang artinya paling mulia.

  Segala perbuatan manusia yang bernilai baik, selanjutnya dinamakan akhlak terpuji (akhlaqul karimah) (Halim, 2000: 18). Jadi, yang dimaksud akhlaqul karimah siswa adalah budi pekerti siswa yang baik atau mulia. Adapun indikator dari akhlaqul karimah siswa yaitu: a.

  Akhlaqul karimah kepada Allah 1)

  Rajin beribadah 2)

  Senantiasa memujiNya b. Akhlaqul karimah kepada sesama manusia

  1) Berbakti kepada orang tua

  2) Menghargai teman c.

  Akhlaqul karimah kepada makhluk lain 1)

  Menyayangi tumbuhan dan alam sekitar 2)

  Menyayangi binatang

G. Metode penelitian 1.

  Pendekatan dan Rancangan Penelitian pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi, karena penelitian tersebut akan menghubungkan kedua variabel yaitu persepsi siswa tentang kepribadian guru (X) dengan akhlaqul karimah siswa (Y).

  Lokasi ya ng dipilih yaitu di MI MA’ARIF SRATEN, TUNTANG, SEMARANG tahun 2014 dengan dasar bahwa di sekolah tersebut terdapat sesuatu yang menurut peneliti menarik untuk di teliti tentang hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai selesai dalam memperoleh data yang diperlukan.

2. Populasi dan Sampel a.

  Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti. Subyek penelitian dalam hal ini adalah seluruh siswa

  Mad rasah ibtidaiyyah Ma’arif Sraten Tuntang Semarang tahun 2014 yang berjumlah 65.

  b.

  Sampel Dalam penelitian penulis menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan strata, rondom, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010: 183). alasan karena siswa pada kelas tersebut sudah dapat memahami dalam pengisian angket. Apabila diambil pada kelas rendah, siswanya belum mampu memahaminya. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab.

  Semarang Tahun 2014 yang berjumlah 29 siswa.

3. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data dipilih peneliti berdasar instrumen yang dipakai peneliti, yaitu: a.

  Metode Kuesioner atau Angket Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden (Sugiyono, 2011:142) b.

  Metode Dokumentasi Dalam pelaksanaanya yaitu meneliti benda-benda tertulis seperti buku, majalah dan berbagai catatan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan keadaan umum situasi dan kondisi di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

  4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk menggali dengan mengacu pada penjelasan konsep atau definisi operasional mengenai variabel penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument penilaian berupa angket yang merupakan salah satu instrumen non tes yang terdiri dari 10 pertanyaan yang mempunyai 3 option jawaban.

  5. Analisa Data Analisa data dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur dan lebih berarti.

  Proses analisa merupakan sebuah usaha menemukan jawaban atas pertanyaan atau hal-hal yang kita peroleh dalam proses penelitian.

  Dalam analisis data kuantitatif, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu setelah data terkumpul dan di susun, dijelaskan dan kemudian dianalisis dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala yang muncul.

  a.

  Menentukan kualifikasi interval nilai x100% Keterangan : P : Proporsi individu dengan golongan

  F : Frekuensi

  N : Jumlah subyek dalam golongan 100% : Bilangan konstanta

  Digunakan untuk menjawab rumusan masalah : 1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru?. 2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa?.

  b.

  Dalam meneliti subyek penelitian, penulis membagi kedalam dua variable (Suharsimi Arikunto, 2005: 327) dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment, maka rumusnya sebagai berikut : r xy =

  2

  2

  

2

  2

  ) ( ] ) ( [ ) )( (

  Y Y N

  X X N Y

  X XY N

  Keterangan rumus : r xy = angka indeks korelasi “r” product poment N = besarnya data

  XY = jumlah hasil kali antara skor X dan skor Y X = jumlah seluruh skor X Y = jumlah seluruh skor Y

  Digunakan untuk menjawab rumusan masalah “Adakah hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa? ”.

H. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini Bagian awal yang terdiri dari: Halaman Sampul, Lembar Logo, Halaman Judul, Lembar Persetujuan, Pernyataan Keaslian Tulisan, Moto dan Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi dan Daftar Lampiran.

  Bagian inti dari skripsi terdiri dari: BAB I berisi Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian,Definisi Operasional, Metode penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian persepsi

siswa,kepribadian guru dan Akhlaqul karimah siswa.

BAB III Berisi laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran

umum lokasi penelitian dan data jawaban angket tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru dan data jawaban angket tentang akhlaqul karimah siswa.

BAB IV berisi analisis data yang mencakup analisis deskriptif, analisis uji hipotesis dan analisis lanjutan. BAB V Penutup, mencakup kesimpulan hasil penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Persepsi Siswa a.

  Pengertian Persepsi Peserta Didik Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris

  “perception” yang diambil

  dari bahasa latin

  “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam

  kamus bahasa Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan”. Penglihatan yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, dan tanggapan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Desmita, 2011: 117).

  Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

  (Slameto, 2010: 102).

  Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan. Secara singkat persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuly) (Rafy Sapuri, 2009: 294).

  Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Menurut Matlin

  

“perception is a process that uses our previous knowledge to gather and

interpret the stimuli that our sense register.” Hampir senada dengan Matlin,

“perception is the process of gathering

information about the world through our senses.” (Desmita, 2011: 117-118).

  Menurut Sarlito W. Sarwono (2010: 85-86) persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan menginterpretasikan objek-objek disekitar melalui alat-alat indera. Ahmad Fauzi (2004: 37) juga demikian, persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

  Dari beberapa pengertian diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera manusia. Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu menginderakan objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil penginderaan sehingga timbul makna tentang objek tersebut (Desmita, 2011: 118) b.

  Prinsip Dasar Persepsi

1) Persepsi itu relatif bukannya absolut.

  Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat menyebutkan secara persisi berat suatu benda yang dilihatnya atau kecepatan sebuah mobil yang sedang lewat, tetapi ia dapat secara relatif menerka berat berbagai benda atau kecepatan mobil. pertama dari suatu perubahan rangsangan yang datang kemudian. Seperti seseorang yang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam kolam renang. 2) Persepsi itu selektif.

  Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Hal ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan seseorang dalam menerima suatu rangsangan itu terbatas. 3) Persepsi itu mempunyai tatanan.

  Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok- kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

  4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan).

  Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.

  Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

  Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan- perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. (Slameto, 2010: 103-105) c. Proses Terjadinya Persepsi

  Proses terjadinya persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Meskipun antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

  Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak (proses fisiologis). Kemudian terjadi proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba (proses psikologis).

  Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indra. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. (Walgito, 2010: 102).

  Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persepsi Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Jadi, stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Selain stimulus ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu: 1)

  Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. 2)

  Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

  Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

  3) Perhatian Perhatian merupakan langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

  Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. (Walgito, 2010: 101). beberapa faktor yang menjadi syarat terjadinya persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf yang merupakan syarat fisiologis, dan perhatian yang merupakan syarat psikologis.

  e.

  Fungsi dan Peran Persepsi Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya menggunakan alat indera.

  1) Indera penglihat (mata), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.

  2) Indera pendengar (telinga), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.

  3) Akal, yaitu potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item- item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif) (Syah, 2010: 99).

2. Kepribadian Guru a.

  Pengertian Kepribadian Kepribadian berasal dari bahasa inggris

  “personality” yang berarti

  sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Dalam disiplin ilmu psikologi, istilah kepribadian mempunyai pengertian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang.

  Dalam Al- Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 dijelaskan bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian Nabi

  Muhammad saw:    

  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4) (Amzah, 2009: 564).

  Kepribadian menurut Zakiyah Darajat adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui melalui penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja (Sagala, 2009: 33).

  Surya (Tohirin, 2006: 169) mengatakan, secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya.

  Menurut Witherington (Naim, 2011: 36-37), kepribadian merupakan keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan sebagaimana yang tampak pada orang lain. Jadi kepribadian bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan yang bersifat Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar (Djamarah, 2010: 40). Dengan perbuatan yang baik dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia, begitu juga sebaliknya jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang tersebut tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia.

  b.

  Aspek-aspek Kepribadian Dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3, kompetensi kepribadian guru sekurang-kurangnya meliputi kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif dan bijaksana, kepribadian yang berwibawa, dan kepribadian yang berakhlak mulia (Barnawi & Arifin, 2012: 159).

  a) Kepribadian yang mantap dan stabil

  Kepribadian guru yang mantap dan stabil ditunjukkan dengan cara bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial (bangga sebagai guru), dan memiliki konsistensi bertindak sesuai dengan norma. Menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, agama, adat istiadat, daerah asal, dan Sikap guru yang mudah marah bukanlah sikap yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil. Tidak jarang guru dihadapkan pada situasi yang memancing dirinya untuk marah, namun apabila guru memiliki kepribadian yang mantap dan stabil maka ia tidak akan mudah marah. Tidak dibenarkan seorang guru membariskan peserta didik dan memukulinya satu persatu seperti seorang preman. Meskipun dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang tidak kondusif seperti demikian, guru harus tetap sabar dalam mendidik peserta didik.

  Guru juga terkadang tertarik kepada peserta didik yang rupawan. Guru yang kepribadiannya tidak mantap dan stabil biasanya suka tergoda, kemudian melakukan pelecehan seksual terhadap peserta didiknya. Sering sekali didengar berbagai pemberitaan di televisi bahwa seorang guru melakukan tindakan-tindakan asusila. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi secara terus menerus. Seorang guru harus memantapkan keimanannya sebagai makhluk tuhan yang harus taat, dengan cara menjaga diri dari perilaku yang keji dan meyakini bahwa akan ada pembalasan dari setiap amal perbuatan. b) Kepribadian yang dewasa

  Kepribadian guru yang dewasa ditunjukkan dengan dan memiliki etos kerja sebagai guru. Dengan demikian, akan memunculkan apresiasi dari peserta didik, bukannya apriori sehingga peserta didik menjadi yakin akan figur guru yang menjadi panutannya tersebut.

  Sebagai pribadi yang dewasa, seorang guru juga harus bersifat inklusif. Guru harus tahan terhadap kritik, yaitu bisa menerima kritik sebagai suatu ekspresi kesetiaan peserta didik terhadap dirinya. Guru juga harus terbuka dengan setiap masukan meskipun dilakukan dengan cara yang kurang santun. Guru harus bisa mengambil nilai positifnya, yaitu menerima kritikan sebagai pendorong untuk memperbaiki diri.

  c) Kepribadian yang arif dan bijaksana

  Dalam menjalankan tugasnya, kerap kali guru dihadapkan pada situasi yang menuntut ia membuat keputusan.

  Keputusan tersebut seharusnya diselesaikan dengan arif, yaitu didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Keterbukaan dalam berpikir dan bertindak ditunjukkan dengan menampung setiap masukan yang muncul. Dengan kata lain, guru harus bertindak demokratis untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana. Keputusan yang bijaksana akan dapat menjaga, bahkan meningkatkan wibawa d)

  Kepribadian yang berwibawa Bila dilihat dari sisi historis, diambil dari makna kata

  “gezag” yang berarti “bicara”. Seorang guru akan menjadi

  berwibawa dihadapan peserta didiknya apabila ia terampil dalam berbicara, yaitu sistematis, logis, dan dapat dipercaya.

  (Thoifuri, 2007: 147).

  Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan dalam Ngainun Naim (1992: 44), kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik, disiplin, dan tertib. Dengan demikian, kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.

  Zakiyah Darajat (2000: 43) mengatakan bahwa guru yang sesaat ketika ia memasuki kelas dan menghadap peserta didik yang sedang ribut, maka segera kelas akan tenang dengan sendirinya, maka itulah yang disebut guru yang berwibawa. Hal ini berarti guru dapat menguasai peserta didik seluruhnya.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XII DI MAN MALANG I

0 7 24

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SDN SRENGSENG SAWAH 07 PAGI JAKARTA

0 3 123

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG CARA MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 20132014

0 1 8

KORELASI PERSEPSI SISWA TENTANG KEWIBAWAAN GURU PAI DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI PELAJARAN PAI PADA SISWA KELAS XI 1)1 SMA 1NEGERI TUNTANG TAHUN AJARAN 2008/2009 - Test Repository

0 0 170

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V MADRASAH IBTIDAIYAH GEYONGAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI

0 0 93

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONONIIORANG TUA DENGAN PRESTASIBELAJAR SISWA SMA NEGER11PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006

0 0 66

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 111

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN MELALUIMETODE IQRO’ PADA SISWA KELAS II DI MI MA’ARIF KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

0 1 130

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA PELAJARAN FIQH MATERI SHOLAT FARDHU MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL SISWA KELAS II MI MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20082009 SKRIPSI

0 0 110

HUBUNGAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU PAI DENGAN GAYA BELAJAR SISWA DI SMP NUSANTARA TUNTANG TAHUN PELAJARAN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 100