PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF
PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN
SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Khoirotun Nisak
21412031
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Hasyr:18)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1.
Kedua orang tuaku tercinta Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah yang senantiasa memeberiku dukungan, semangat, dan do’a atas segalanya.
2. Pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga K.H Zoemri RWS (Alm) serta Hj. Lathifah Zoemri beserta keluarga.
3. Semua kakaku (Umi Mutmainah, Umroh, Syaiful Mujib, Farida Farichah, Irchamuddin, Ali Chamdani) yang selalu memberiku semangat dalam kuliah dan adik-adikku tercinta (Ema Nurrofiana, M. Luthfi Hakim) 4.
Sahabat-sahabatku tercinta (Masadah, Dwi Astuti, Rahmatul Ummah, Fatikatul Malikah, Fitrotul Ummah, Ani Maftuchah, Aisyatul Lailiyah, Fitriatuzahro, Titik Iva Mustakimah) yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
5. Almamater IAIN Salatiga dan Fakultas Syariah 6.
Teman-teman tercinta S1 Hukum Ekonomi Syariah 2012 7. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmatNya penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul “PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8
ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN
SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA”. Penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd 2.
Dekan fakultas syariah Dra. Siti Zumrotun,. M.Ag 3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Evi Ariyani S.H,.M.H 4. Pembimbing skripsi Luthfiana Zahriani, S.H,.M.H. yang telah memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
5. Bapak ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
6. Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah sebagai orang yang bersusah payah dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
7. Kakaku Farida Farichah M. Pd yang selalu memberi segala dukungan.
8. Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012 Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Januari 2017 Penulis
ABSTRAK
Nisak, Khoirotun. 2016. Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga . Skripsi.
Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN). Pembimbing Luthfiana Zahriani S.H. M.H.Kata Kunci : Pengelolaan Pembagian Zakat, Delapan Ashnaf Penerima Zakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, untuk mengetahui bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga dan untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi pustaka. Sifat penelitian yakni deskriptif analitik, sehingga tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa: 1)LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan hasil zakat, infak dan shadaqah dalam pengumpulan zakat tetapi dalam pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga menjadikan satu hasil zakat, infak dan shadaqah yang kemudian dana tersebut dibagi kepada empat ashnaf penerima zakat yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah. Dalam pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. 2) Proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga sudah sesuai dengan apa yang menjadi bagian dari setiap ashnaf. Dengan memberikan jatah kepada fakir miskin 60%, amil sebesar 10% dan sabilillah sebanyak 30%. 3) Dalam melakukan pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat, LAZISMU Kota Salatiga tidak bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat tetapi belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. Karna zakat di LAZISMU Kota Salatiga hanya dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat diantaranya yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................................................iv HALAMAN MOTO........................................................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................................vi KATA PENGANTAR..................................................................................................................vii ABSTRAK....................................................................................................................................ix DAFTAR ISI........................................................................................................................……..x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian........................................................................................................... 7 E. Penegasan Istilah................................................................................................................ 7 F. Tinjauan Pustaka................................................................................................................ 9 G. Metode Penelitian............................................................................................................. 13 H. Sistematika Penulisan....................................................................................................... 18
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Zakat Menurut Fiqh.......................................................................................................... 20 1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 20 2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat.................................................................................. 22 3. Dasar Hukum Zakat.................................................................................................... 26 4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 28 5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati......................................................................... 29 6. Pembagian Zakat......................................................................................................... 35 7. Hikmah dan Tujuan Zakat.......................................................................................... 42 8. Penyaluran Zakat........................................................................................................ 46 B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat……………….... 48 1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 49 2. Dasar Hukum Zakat................................................................................................... 49 3. Asas dan Tujuan Zakat................................................................................................ 49 4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 50 5. Pengelolaan Zakat....................................................................................................... 51 6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat........................................................................................................................... 52 7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat............................................................................. 55 BAB III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Zakat...................................................................................... 56
1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga .............................................................................. 56 2.
Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga..................................................................... 61 3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga................................................................................ 61 4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga............................................................ 62 5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga................................................................. 63 B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga............................................ 65 C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.................................................. 69
BAB IV : PEMBAHASAN A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.............................. 75 B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga......................................................................................................................78 C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Pengelolan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga...................................................................................................80 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................................................87 B. Saran..................................................................................................................................88 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN- LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu ibadah amaliah yang termasuk dalam
rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Secara bahasa kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan bertambah
(ziyadah) .Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang wajib
(dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhaily, 1995:82-83). Sedangkan secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWTmewajibkan kepadapemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yangtentu pula (Hafidhuddin, 2002:7).
Zakat bukanlah hanya sebatas urusan hamba dengan Allah SWT
(hablummin-Allah) , namun merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta
yang perlu diberdayakan secara optimal untuk memperbaiki ekonomi masyarakat. Oleh karena itu setiap muslim yang mempunyai harta dan memenuhi syarat-syarat tertentu diwajibkan mengeluarkan zakat untuk diberikan fakir miskin atau mereka yang berhak dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Dalam surah at-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzzaki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
(mustahik) . Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas
(‘amil) . Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut ketika menafsirkanayat tersebut (at-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para
muzzaki kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya
(Hafidhuddin,2002:120).Rasulullah saw pernah memperkerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi
‘amil zakat hingga akhirnya hal demikian telah dilakukan para khulafaurra- rasidin (Hafidhuddin,2002:120).
Di Indonesia sendiri lembaga pengelola zakat telah mulai dikenal oleh masyarakat luas dengan lahirlah dua lembaga pengelola zakat diantaranya yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah diatur pada Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Sebagai lembaga yang dibentuk untuk mengatur dan mengelola zakat sudah seharusnya dalam pelaksanaan sesuai dengan aspek syariah dan aspek manajerial. Maka dari itu Lembaga Amil Zakat harus manage segala yang akan dilakukan agar tercapainya cita cita dari lembaga tersebut.
Menurut mazhab Hanbali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula (Al-Zuhaily, 1995:84).Yang dimaksud kelompok khusus adalah delapan kelompok yang disyariatkan oleh Allah swt yang terdapat dalam Al-qur’an surah at-Taubah (10): 60:
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan
orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-
Taubah:60).Adapun dalam pembagiannya mazhab Syafi’i mengatakan, zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok mustahik tersebut dengan dasar ayat diatas yang menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh kelompok- kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing kelompok memiliki hak yang sama karena dihubungkan huruf wawu (salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al- Zuhaily, 1995:278).
Sedangkan mengenai besarnya para Fuqaha berselisih pendapat terhadap besaran yang diberikan kepada faqir dan miskin. Mazhab Syafi’i dan Hanbali mengatakan kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang memenuhi semua hajatnya, atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan oleh mereka meskipun hal ini memerlukan barang yang cukup banyak sehingga membuatnya layak untuk melakukan perdagangan. Karna bahwa sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat mengubah kondisi mereka kepada yang lebih baik. Karena tujuan dikeluarkannya zakat adalah untuk mencukupi hajat hidup orang fakir miskin (Al-Zuhaily:1995:291)
Disamping itu besaran zakat yang diberikan kepada pengurus (‘amil) zakat, menurut kesepakatan fuqaha ialah sebesar yang diberikan oleh imam berdasarkan pertimbangannya atas kerja yang telah dilakukan oleh panitia, zakat atau sebesar biaya transportasi yang diperlukan olehnya selama mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberika catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada panitia zakat hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:291) Tapi hal ini masih menjadi keraguan kepada masyarakat apakah lembaga tersebut sudah mengatur pengelolan pembagian zakat dengan baik dan bagaimana keadilan proporsi pembagian zakat terhadap delapan
ashnaf penerima zakat, dimana lembaga ‘amil zakat juga termasuk dalam mustahik zakat yaitu delapan ashnaf yang berhak menerima zakat besar
kemungkinan ‘amil zakat mendapatkan bagian lebih besar diantara tujuh
ashnaf yang berhak menerima zakat tersebut. Dan karena pada hukum Islam
juga belum terdapat dalil yang menjelaskan secara rinci akan proporsi terhadap delapan ashnaf penerima zakat.
Dengan adanya pernyataan diatas maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Pembagian Zakat
Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat apakah sudah sesuai dengan undang-undang dan hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU yang dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga? 2. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakatdi LAZISMU Kota Salatiga ? C.
Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui tinjaun hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelola Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah diatas mempunyai maksud agar berguna sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat.
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi atau landasan dalam hal yang berhubungan dengan pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat.
E. Penegasan Istilah 1.
Pengelolaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa pengelolaan mempunyai arti proses, cara, perbuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain (2007:534).
2. Pembagian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh W. J. S.
Poerwadarminto pembagian mempunyai arti cara (hal, pembuatan dsb) membagi atau membagikan, hitungan membagi dengan bilangan besar- besaran (1987:73).
3. Zakat Secara bahasa kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhayly, 1995:82-83).Sedangkan secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyartan tertentu, yang Allah swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yang tentu pula (Hafidhuddin, 2002:7).
4. Delapan Ashnaf Penerima Zakat Delapan ashnaf penerima zakat (mustahiqq al-zakat) yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Al- Zuhailyly, 1995: 280).
5. LAZISMU Lembaga Zakat Infaq dan Sadaqah Muhammadiyyah (LAZISMU) adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan dana kedermawaan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
akses pada tanggal 23 septemeber pukul 15.05) F.
Tinjauan Pustaka
Sejauh ini, telah banyak penelitian yang mengkaji pengelolaan pembagian zakat penelitian yang dilakukan oleh Ancas Sulchantifa pribadi SH yang berjudul Pelaksanaan Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan dalam penelitian ini lebih menekankan pada bagaiman pelaksanaan pengelolaan zakat dan kendala- kendala apa saja yang ditemui BAZ Kota Semarang serta bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dari hasil penelitian tersebut telah didapat kesimpulan bahwa pelaksanaan zakat di BAZ Kota Semarang dilakukan dengan cara mengumpulkan zakat yang sudah terkumpul di UPZ-UPZ yang ada ditiap-tiap instanti, kemudian disetorkan ke BAZ kota Semarang untuk di distribusikan. Pendistribusian tersebut harus memenuhi delapan ashnaf.Di BAZ Kota Semarang, pendayagunaan hasil penerimaan zakat telah sesuai dengan ketentuan agama, yaitu telah memnuhi delapan ashnaf. Kendala-kendala yang ditemui oleh BAZ kota Semarang diantarnya kurangnya sosialisai mengenai Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Kurangnya pemahaman zakat pada masyarakat, adanya pembenturan kepentingan, sikap kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZ Kota Semarang, keterbatasan dana, kurangnya keteladanan para tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat pemerintah maupun swasta dalam membayar zakat di BAZ Kota Semarang dan tidak adanya sanksi yang tegas. Untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut maka BAZ Kota Semarang telah melakukan upaya-upaya diantaranya dengan mensosialisasikan Undang- Undang Pengelolaan Zakat, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat, koordinasi dengan masjid-masjid, mengadakan sistem laporan terbuka,
mengadukan usulan kepada Bupati/Walikota untuk memesukkan masalah zakat ke APBD, kesadaran para tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat pemerintah maupun swasta untuk membayar zakat di BAZ Kota Semarang, kesadaran masyarakat dalam membayar zakat(http://www.google.com di akses pada tanggal 23 september 2016 pukul: 14.00).Penelitian yang kedua dilaksanakan oleh Faizah Rina yang berjudul Pelaksanaan dan Pengelolaan Zakat Profesi dalam tinjauan Fiqh dan Perundang-undangan di Indonesia (Studi di Lazis PT PLN (Persero) APJ Salatiga).Namun dalam penelitian ini lebih menekankan bagaimana teknik pelaksanaan zakat profesi di PT PLN (Persero) APJ Salatiga dan bagaimana pengelolaan dan pendayagunaan zakat profesi oleh Lazis PT PLN (Persero) APJ Salatiga.dari penelitian ini telah didapat kesimpulan bahwa praktik penghimpunan zakat diambil dari potongan gaji karyawan sebesar 2,5% dari gaji bersih setiap bulan yang rata-rata pegawainya telah mencapai nishab zakat. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Yusuf Al-Qardhawi yang menyatakan bahwa kadar zakat sebesar 2,5% dan diambil tiap bulan. Dalam pengelolaan zakat profesi Lazis dilakukan bekerja sama bagian sumberdaya manusia yaitu bagian perol/gaji dengan memotong zakat profesi dari penghasilannya. Kemudian dana diserahkan kepada Lazis dan ditrisbusikan sesuai dengan program-program yang sudah ada. Program pendayagunaan diantanya bantuan dana terhadap proposal-proposal masuk, program peningkatan mutu dan kualitas SDM terealisasi dengan adanya sekolah SMK Nurul Barqi khusus jurusan mekatronika, terdapat pula program pelayanan sosial dan kemanusiaan. Kinerja lazis sudah cukup profesional, zakat profesi dikelola dengan optimal dan pendistribusiannyapun tepat sasaran. (https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul: 14.00).
Penelitian yang dilakukan oleh Saifun Nicham yang berjudul Pembagian Zakat Konsumtif dan Produktif bagi Mustahiq Zakat (Studi Kasus Pembagian Zakat di Bapelurzam Daerah Kendal).Dalam penelitian ini lebih menekankan bagaiman pembagian zakat konsumtif dan zakat produktif di Bapelurzam Kabupaten Kendal dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembagian zakat di Bapelurzam Kabupaten Kendal.Dan dari penelitian yang dilaksanakan tersebut mendapat kesimpulan bahwa pembagian zakat konsumtif di Bapelurzam Kabupaten Kendal kurang memiliki kesesuaian dengan esensi dari zakat konsumtif itu sendiri, khususnya dalam aspek penentuan kelompok.Hal itu dapat terjadi karena dalam pandangan Bapelurzam Kabupaten Kendal zakat konsumtif lebih ditekankan pada aspek adanya jasa yang telah diberikan oleh orang-orang yang dimasukkan dalam mustahik zakat. Pembagian zakat produktif secara ruang lingkup telah memiliki kesesuaian kebutuhan umat islam, yakni dalam aspek penguatan ekonomi dan penguatan serta peningkatan kualitas sumber daya umat Islam. Namun dalam prakteknya, pemberian modal usaha dlam jumlah kecil akan kurang maksimal. Hal itu akan dapat diselesaikan dengan memberikan modal usaha secara kolektif. Pemberian modal usaha secara kolektif dengan mendirikan unit usaha yang dikelola secara kolektif akan lebih mudah memudahkan pengawasan, pelatihan dan juga pengelolaan keuangan sehingga akan lebih cepat menghasilkan perubahan mustahik menjadi muzzaki. Dan dalam tinjauan hukum Islam, praktek pembagian zakat yang dilakukan oleh Bapelurzam Daerah Kendal tidak terkandung pertentangan dengan nilai Islam.Bahkan sebaliknya praktek yang dilaksanakan oleh Bapelurzam Daerah Kendal terkandung nilai kritik membangun demi terciptanya pengelolaan zakat yang maksimal di Kabupaten Kendal oleh lembaga zakat lainnya.Hal ini jika disandarkan pada perintah Allah secara tidak langsung termasuk bentuk saling menasehati dalam kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Ashr ayat 3.
di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul 14.00).
Dalam penelitian ini penulis memilih obyek penelitian di Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga yang berjudul “Pengelolaan Pembagian
Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil
Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZISMU) Kota Salatiga” dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.
G. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2002:5). Peneliti akan ikut serta dalam kegiatan pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam kegiatan pengelolaan dan pembagian zakat.
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di LAZISMU Kota Salatiga.
4. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang dipakai meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2001:91). Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber informasiyang berasal dari pengurus LAZISMU Kota Salatiga. b.
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantara dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian tentang zakat.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang jelas mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan metode-metode berikut: a.
Wawancara (interview) Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan informan.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2002:119).Pada penelitian ini penulis akan mewawancarai pengurus LAZISMU Kota Salatiga.
b.
Pengamatan (Observasi) Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2002:116). Pada penelitian ini penulis akan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga. c.
Dokumentasi (library research) Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Dimana dokumen-dokumen yang dikumpulkan membantu peneliti akan memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun teori dan melakukan validasi data (Afifuddin, Saebani, 2012:141).
Dalam metode ini penulis menggunakan buku-buku, tulisan yang berkaitan tentang zakat, perundang-undangan tentang zakat, penelitian tentang zakat dan dokumen data yang ada di LAZISMU Kota Salatiga.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1989:171). Kegiatan analisis data ini dilakukan dengan menelaah data, menata, membagi menajadi satuan- satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna yang sebenarnya sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan (Saekan, 2010: 91).
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam.
Mengumpulkan informasi dari pihak LAZISMU Kota Salatiga dan pihak- pihak yang terkait kemudian akan membandingkan antara informan satu dengan informan yang lainnya mengenai kevalidan data. Dan dari data yang diperoleh akan disimpulkan bagaimana pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi
positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
pradigmanya sendiri (Moleong, 2011:321) dan untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.
Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan orang umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2011:330).
8. Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu: a.
Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.
c.
Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.
d.
Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan dianalisis serta serta dikonsultasiaka kepada pembimbing maka yang dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedeman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan Bab ini isinya meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan BAB II Tinjaun tentang Zakat Bab ini merupakan landasan teoritis yang memaparkan tentang teori-teori tentang zakat. Bab ini berisikan tentang Pengertian Zakat, Dasar Hukum Zakat, Rukun Zakat dan Syarat Zakat, Klasifikasi Zakat, dan Mustahik Zakat.
BAB III Hasil Penelitian Bab ini terdiri dari tiga sub bab yakni Gambaran Umum LAZISMU Kota Salatiga, Pengelolaan Pembagian Zakat di Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga, Proporsi Pembagian Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga. BAB IV Pembahasan Bab ini merupakan proses analisis penulis yang terdiri dari tiga sub bab, yakni Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di
LAZISMU Kota Salatiga, Analisis Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga, Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
BAB V Penutup Bab ini isinya meliputi Kesimpulan dan Saran-saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian pada bagian akhir dari skripasi adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Zakat Menurut Fiqh 1. Pengertian Zakat Secara etimologi zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, suci, subur dan baik (Inoed dkk, 2005: 8). Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.Sesuatu
ituzaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik (1988: 34).
Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat dengan tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat menurut Wahidi dan lain-lain, yang dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam Fiqh Zakat, yaitu kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zakat artinya bertamabah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka disini bersih (Qardawi, 1998:34).
Sedangkan menurut pengertian syara’ zakat mempunyai banyak pemahaman, diantaranya: a.
Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
b.
Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat- syarat tertentu pula.
c.
Muhamad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan Allah bagi orang-orang Islam mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki (Inoed, 2005: 9) Wahbah Al-Zuhayly (1995: 83) mendefinisikan zakat menurut syara’ adalah sebagai hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta.Sedangkan menurut terminologi para fuqoha zakat adalah sebagai “penunaian” hak yang wajib yang terdapat harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk memberikan kepada orang-oranag fakir.Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran (shidq) seorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketentuan kepada Allah swt (Al-Zuhayly, 1995:85).
Jadi zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh seseorang yang telah dikenakan kewajiban oleh Allah swt untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu, syarat tertentu disini dimaksudkan yaitu kepada delapan ashnaf yang berhak menerima zakat. Dengan mengeluarkan harta disini dimaksudkan untuk mendapatkan keberkahan atas harta tersebut dimana harta tersebut bertujuan untuk menutup kesenjangan sosial antara sikaya dan simiskindalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai dan penuh persaudaraan.
2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat a. Sebab Zakat
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun kemampuan produktifitas itu baru berupa perkiraan. Dengan syarat, pemilikan harta tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun
qamariyah bukan tahun syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki
utang yang berkaitan dengan hak manusia. Syarat yang lainnya, harta tersebut melebihi kebutuhan pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).
Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat bergantungnya wujud sesuatu. Hanya saja, kepada sebablah kewajiban disandarkan, lain halnya dengan syarat. Dengan demikian, barang yang siapa yang hartanya tidak mencapai nishab, dia tidak berkewajiban mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf karena wakaf tidak ada yang memiliki (Al-Zuhayly,1995: 95).
b. Syarat Zakat
Adapun syarat wajib dan syarat sah zakat diantaranya adalah: 1)
Syarat wajib zakat
a) Merdeka
Zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak memiliki hak milik. Tuannya lah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya.
b) Islam
Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukanlah orang yang suci.
c) Baligh dan berakal
Zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa.
d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati, disyaratkan produktif, yakni berkembang sebab salah satu makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif.
e) Harta yang wajib dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengnnya, maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh
syara’ sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.
f) Harta yang dizakati adalah milik penuh. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud harta yang wajib dizakati ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri yang benar-benar dimiliki atau harta milik yang hak pengeluarannya berada di tangan seseorang, atau harta yang dimiliki secara asli.
g) Kepemilikan harta telah mencapai setahun atau telah sampai pada jangka waktu yang mewajibkan seseorang mengeluarka zakat misalnya yaitu pada masa panen.
h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil hutang.
Mazhab Hanbali berpendapat bahwa utang mencegah kewajiban zakat untuk harta-harta yang tak terlihat (maksudnya emas, perak, uang, dan barang-barang dagangan).
i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.
j) Menurut mazhab Hanafi harta yang wajib dizakati terlepas dari utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuk mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak memiliki harta (Al-Zuhayly, 1995: 98-114).
2) Syarat sah zakat
a) Niat
Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi saw berikut; “Pada dasarnya, amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat”. Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia merupakan ibadah seperti halnya salat. Oleh karena itu, ia memerlukan adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardu nafilah .
b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)
Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat yakni harta
zakat diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang tidak boleh memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali dengan jalan tamlik (Al-Zuhayly, 1995:114-117).
c. Rukun Zakat
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan tehadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat (Al-Zuhayly, 1995:97-98).
3. Dasar Hukum Zakat
Di dalam al-Quran dan hadist banyak ditemukan dalil-dalil yang membahas tentang zakat. Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi) disebut tiga puluh kali di dalam al-qur’an, diantaranya dua puluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama salat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan salat tetapi tidak dalam satu ayat (Qardawi, 1988:39)
Adapun ayat yang menjelaskan tentang kewajiban berzakat, diantarannya: 1)
Surah Al-Baqarah (1): 43
Artinya:
Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’ lah beserta orang-
orang yang ruku’ (Al-Baqarah: 43) (Depertemen Agama RI, 2008: 7)
Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
Hijri . Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadhan dan
zakat fitrah (Al-Zuhayly,1995:89). Zakat adalah hukumnya wajib bagi umat muslim yang mampu. Bagi orang yang melaksanakannya akan mendapat pahala, sedangkan orang yang meninggalkannya akan mendapat dosa. Zakat juga merupakan rukun islam yang ketiga dan kedudukannya pun sama dengan rukun Islam yang lain.
2) Surah At-Taubah ayat (11):103
Artinya: