ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DALAM

TINJAUAN HUKUM ISLAM

(STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN

SHADAQAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh :

YAYUK KAMALIN

NIM. 22209002

  

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

سانلل مهعفنأ سانلا ريخ

  

(Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Sebaik-baik manusia diantaramu adalah

yang paling banyak memberi manfaat bagi

orang lain. (HR.Bukhari Muslim)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 

  Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Abdul Muslich dan Ibu Nanik Rahayu) yang telah merawat dan mendidik aku sejak kecil, serta tidak henti- hentinya memberikan kasih sayang dan doa dengan penuh keikhlasan

   Suamiku tercinta (drh. Anjar Prambudi) yang senantiasa mewarnai hari- hariku di sepanjang hidupku, yang dengan penuh kesabaran selalu memberikan semangat dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi dan kuliahku ini

   Putriku Maiza Farrin Hazima yang selalu memberikan cinta dan pengertiannya selama mama kuliah

   Bapak dan Ibu Mertua (Bapak Raharjo dan Ibu Sartiyatun) yang selalu memberikan doanya dengan penuh keikhlasan

   Keluarga Besar IAIN Salatiga, Bapak dan Ibu Pimpinan, teman-teman

  Karyawan, Dosen IAIN Salatiga yang selalu memberikan pengertian dan bantuannya dalam penyelesaian kuliah ini 

  Seluruh teman-teman Jurusan Ahwal Al Syakhsyiyah, angkatan 2008 dan 2009 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan untuk aku, persahabatan kita selamanya.

  Tiada kata terindah yang bisa aku ucapkan selain terima kasih yang sebesar-besarnya dan doa terbaik untuk kita semua.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrohmaanirrohiim, puji syukur penulis haturkan atas anugerah

  Allah SWT. Shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad SAW.

  Alhamdulillahi Rabbil „aalamiin, dengan kemurahan Allah SWT akhirnya

  penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah Kota Salatiga)

  Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjunga kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam dan ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup kita di dunia dan akherat. Suatu kebanggaan bagi penulis, bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi Penulis, penyusunan skripsi ini bukanlah tugas yang ringan. Penulis sadar bahwa banyak hambatan dan halangan dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, tentu karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih setulusnya kepada : 1.

  Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga periode Tahun 2010-2014, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan kuliah lagi

2. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

  

ABSTRAK

  Yayuk Kamalin. 2016. Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah Kota Salatiga) Skripsi. Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah.

  Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Kata kunci: Zakat, Beasiswa Pendidikan, Tinjauan Hukum Islam

  Penelitian ini membahas tentang Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah Kota Salatiga). Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konsep penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga

  Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai pengumpul data dari hasil observasi dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan/responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, dan tahap akhir menganalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU adalah dengan cara datang langsung ke kantor atau dengan cara jemput zakat, Sedangkan penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan menurut tinjauan hukum islam adalah ditasharufkan atas dasar penafsiran secara umum tentang arti fi sabilillah. Artinya bahwa arti jihad dewasa ini tidak lagi dalam bentuk peperangan yang menggunakan senjata, akan tetapi bahwa segala perbuatan yang bertujuan untuk mengembalikan Hukum Islam dan mengagungkan agama Allah, maka termasuk jihad, baik melalui sektor ekonomi, politik ataupun pendidikan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .............................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

  8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................

  8 E. Penegasan Istilah ..............................................................................

  9 F. Telaah Pustaka ..................................................................................

  9 G. Metode Penelitian .............................................................................

  11 1.

  11 Jenis Penelitian .............................................................................

  2.

  12 Pendekatan .......... ........................................................................

  3.

  12 Lokasi Penelitian ..........................................................................

  4.

  12 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................

  5.

  14 Metode Analisis Data ..................................................................

  6.

  15 Sistematika Penulisan ...................................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  17 Zakat Dalam Perspektif Fiqih............................................................

  1. Pengertian Zakat dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan Zakat...........................................

  17 ………………………………...

  2.

  21 Landasan hukum Zakat..................................…………………… 3.

  23 Syarat dan Rukun Zakat..............................................…………..

  4.

  27 Jenis-Jenis Zakat.........………………….………………………..

  5.

  29 Sumber-Sumber Zakat Menurut Al-Qur’an dan Hadits.…….….

  6.

  32 Sumber-sumber Zakat Dalam Perekonomian Modern........……..

  7.

  35 Golongan Yang Berhak Menerima Zakat .....…………………… 8.

  41 Golongan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat...........................

  9.

  41 Hikmah dan Manfaat Zakat...........................................................

  B.

  42 Konsep Tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan.......

  1.

  42 Filantropi Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan..............................

  2.

  44 Pengertian Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif........................

  a.

  44 Pengertian Zakat Produktif....................................................

  b.

  44 Pengertian Zakat Konsumtif...................................................

  3. Landasan Al-Qur’an dan Hadits tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan.........................................................

  45 4. Pendapat Ulama tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan....................................................................................

  47 5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia(MUI) tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan................................................

  48 BAB III GAMBARAN UMUM LAZISMU KOTA SALATIGA A.

  50 Sejarah LAZISMU Kota Salatiga.........………………….………....

  B.

  54 Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga............................................

  C.

  55 Tujuan............... …………………………...……………………......

  D.

  55 Struktur Organisasi.............................................................................

  E.

  60 Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga........................................

  F.

  Aplikasi dan Implementasi Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan oleh LAZISMU Kota Salatiga........................................

  62

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Penelitian...........................................................................

  1. Konsep Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.........................

  2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Penyaluran Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan Oleh LAZISMU Kota Salatiga.......................................................................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................. B. Saran....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  65

  65

  68

  75

  72

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam terdapat lima hal yang harus dikerjakan oleh umat Islam, yaitu yang disebut dengan Rukun Islam. Rukun Islam itu terdiri dari

  syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Syahadat merupakan pernyataan bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT dan RosulNya yaitu Muhammad SAW.

  Sedangkan Rukun Islam yang kedua dan seterusnya itu sebagai perwujudan dari kedua kalimat syahadat tersebut. Kelima hal tersebut merupakan kewajiban bagi umat Islam, demikian juga dengan zakat. Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang dikaitkan dengan harta yang dimiliki oleh seseorang dan tergolong dalam ibadah maliyah atau ibadah harta.

  Kedudukan zakat sejajar dengan kedudukan sholat. Dalam Al Quran, tidak kurang dari 28 ayat Allah SWT menyebutkan perintah sholat dengan perintah zakat dalam satu ayat sekaligus. Diantaranya dalam surat Al Baqarah ayat 43,

        

  “Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, serta rukuklah bersama orang- orang yang rukuk”

  Hal ini memberikan pengertian dan menunjukkan kepada

  2 kepentingannya. Sholat merupakan seutama-utamanya ibadah badaniyah dan zakat merupakan seutama-utamanya ibadah maliyah. Perbedaan antara keduanya adalah kewajiban sholat ditentukan kepada setiap muslim yang sudah baligh untuk melaksanakan sholat wajib 5 (lima) kali dalam sehari semalam. Sedangkan kalua kewajiban zakat hanya dibebankan kepada setiap muslim yang memiliki kemampuan harta dengan syarat-syarat tertentu.

  Makna yang terkandung dalam kewajiban zakat, menurut Al-Ghazali (1994: 66) ada tiga, yaitu: 1.

  Pengucapan dua kalimat syahadat Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang mengikatkan diri seseorang dengan tauhid disamping penyaksian diri tentang keEsaan Allah SWT. Tauhid yang hanya dalam bentuk ucapan lisan, nilainya kecil sekali. Maka untuk menguji tingkat tauhid seseorang ialah dengan memerintahkan meninggalkan sesuatu yang juga dia cintai. Untuk itulah mereka diminta untuk mengorbankan harta yang menjadi kecintaan mereka. Sebagaimana dalam firman Allah surat At-Taubah ayat 111,

            

  “Sesungguhnya Allah membeli dari kaum mukmin diri-diri dan harta- harta mereka dengan imbalan surga bagi mereka” 2.

  Mensucikan diri dari sifat kebakhilan Zakat merupakan perbuatan yang mensucikan pelakunya dari kejahatan sifat bakhil yang membinasakan. Penyucian yang timbul darinya adalah sekedar banyak atau sedikitnya uang yang telah dinafkahkan dan sekedar besar atau kecilnya kegembiraannya ketika mengeluarkannya di jalan Allah SWT.

3. Mensyukuri nikmat

  Tanpa manusia sadari sebenarnya telah banyak sekali nikmat diberikan Allah SWT kepada manusia, salah satunya adalah nikmat

  3 untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Karena tidak semua orang mendapatkan nikmat harta. Disamping mereka yang hidup dalam limpahan harta yang berlebihan, ada juga mereka yang hidup dalam kekurangan. Dari ketiga makna yang terkandung dalam kewajiban zakat tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan zakat. Melalui adanya kewajiban zakat, manusia diuji tingkat keimanannya kepada Allah SWT, dengan menyisihkan sebagian dari harta kekayaan mereka. Tingkat keikhlasan manusia dalam melaksanakan kewajiban zakat menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Selain itu, dengan kewajiban zakat manusia dilatih untuk mensyukuri nikmat yang telah diterima dari Allah SWT, sehingga manusia menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan menyadari bahwa tidak semua orang beruntung mendapatkan nikmat harta yang berlimpah.

  Zakat secara etimologi, berasal dari kata zaka yang artinya penyuci atau kesucian. Kata zakat dapat juga berarti tumbuh subur. Dalam kitab-kitab hukum Islam, kata zaka diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang dizakati akan tumbuh berkembang karena suci dan berkah. (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan si pemilik harta). Sedangkan menurut istilah, zakat adalah suatu harta yang dikeluarkan seorang muslim dari hak Allah SWT untuk yang brehak menerimanya (mustahiq). Perbedaan antara zakat dengan shadaqah maupun infaq adalah apabila dilihat dari segi hukumnya. Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang pengeluarannya dilakukan dengan cara dan syarat tertentu, baik mengenai waktu, jumlah

  4 maupun kadarnya. Sedangkan shadaqah maupun infaq bukan merupakan kewajiban melainkan ibadah ini hanya bersifat sukarela dan tidak terkait pada cara-cara serta syarat-syarat tertentu. (Daud Ali, 1988: 38).

  Syariat zakat mempunyai sasaran yang multidimensi yaitu dimensi moral, sosial dan ekonomi. Dimensi moral berfungsi untuk menghilangkan sifat rakus dan tamak dari orang yang mengeluarkan zakat (muzakki) ke arah pensucian diri dan hartanya. Dimensi sosial berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dan meletakkan tanggung jawab sosial pada muzakki. Sedangkan dimensi ekonomi berfungsi sebagai penyebaran harta kekayaan agar tidak terjadi penumpukan harta pada orang-orang kaya. Untuk itu, harta zakat harus diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq), yang pada dasarnya untuk menghilangkan kemiskinan dan penderitaan pada masyarakat, baik yang bersifat jangka pendek (pemenuhan konsumtif) maupun dalam jangka panjang (pemenuhan produktif) sehingga harta zakat akan terus berkembang. (Usman, 1998: 24).

  Kewajiban zakat merupakan salah satu jalan atau sarana untuk tercapainya keselarasan dan kemantapan hubungan antara manusia dengan Allah SWT serta hubungan manusia dengan manusia lainnya sehingga dapat mewujudkan terbentuknya masyarakat yang baldatun thayyibun warrabun

  , yaitu masyarakat yang baik dibawah nauangan keampunan dan

  ghaffur keridhoan Allah SWT.

  Dalam hal pemungutan zakat, Allah SWT berfirman dalam Surat At-

  5

  

            

    

  “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar la gi Maha mengetahui.”

  Disebutkan bahwa ayat tersebut telah memberikan legalitas dan wewenang kepada pemerintah untuk menangani, mengelola, mengatur, menata, mengorganisir dan meningkatkan daya guna zakat ini, tentu dengan memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan umat Islam sebagai mayoritas bangsa. (Hasan, 1995: 10).

  Nilai-nilai yang terkandung dalam kewajiban zakat adalah juga sama dengan salah satu tujuan nasional Negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana yang potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat Indonsia.

  Dalam Bahasa yang mudah dipahami, masalah zakat kemudian bukan hanya membahas masalah umat Islam tetapi telah menjadi masalah bersama bangsa Indonesia. Peran pemerintah dan masyarakat secara simultan merupakan akselerasi bagi perwujudan amanah untuk memberikan pendidikan yang layak bagi warga negaranya dengan jalan alternatif dari pendapatan zakat

  6 Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dengan demikian, keberadaan wadah atau badan yang mengelola zakat, baik BAZ (Badan Amil Zakat) maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) di Indonesia sangatlah penting. Karena dengan adanya BAZ atau LAZ ini, diharapkan pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan baik dan profesional serta pendistribusian zakat dapat dilakukan dengan baik dan tepat kepada para mustahiq zakat.

  Menemukan kaitan antara zakat dan pendidikan dalam teks Al Quran maupun Sunnah secara langsung memang tidak mungkin ditemukan. Namun, masih ada keterkaitan meski tidak berada dalam satu teks. Pengertian zakat sebagai sebuah kewajiban, berikut penjelasan pihak-pihak yang berkewajiban, serta kepada siapa kemudian zakat tersebut harus disalurkan adalah garis besar pembahasan dalam Al Quran dan Hadist.

  Ketika bahasan tersebut kemudian berkembang seiring kemajuan zaman, realitas dan potensi zakat saat ini kemudian membuka jalan istinbath hukum dari sumber zakat baru seperti zakat profesi, hasil peternakan, industri tanaman hias dan sebagainya. Begitu pula sektor baru dalam hal distribusi zakat saat ini. Meski pada akhirnya harus merujuk kepada delapan atsnaf yang disebut dalam Al Quran dan Hadist, muncul kemudian sector baru yaitu mendistribusikan zakat untuk beasiswa pendidikan.

  Diantara penyedia layanan pengelolaan zakat, di Kota Salatiga, terdapat salah satu LAZ yang berlokasi di Jalan Brigjend Sudiarto Nomor 39 Salatiga dan berada di bawah organisasi muhammadiyah yaitu Lembaga Amil Zakat

  7 dikumpulkan dari LAZ ini dihimpun dari dana zakat fitrah, zakat mal, infaq dan shadaqah. Semua program kerja yang dilakukan oleh LAZ ini menggunakan dana dari pengumpulan zakat fitrah, zakat mal, infaq dan

  shadaqah tersebut. Salah satu alokasi dana yang dilakukan oleh LAZ ini

  adalah untuk beasiswa pendidikan. Penyusun memilih untuk meneliti di LAZISMU Kota Salatiga karena LAZISMU Kota Salatiga merupakan salah satu LAZ yang dipercaya oleh masyarakat dalam pengelolaan zakat. Selain itu, dengan mengkaji seluk beluk serta mekanisme pengelolaan dari lembaga pengelola zakat tersebut, mampu memberikan inspirasi kepada kita semua tentang arti penting zakat khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan maupun dalam hal memperbaiki kualitas pendidikan bangsa.

  Dari penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan menulis skripsi dengan judul “Zakat untuk Beasiswa

  Pendidikan dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga).

B. Rumusan Masalah

  Berangkat dari dasar pemikiran yang dimaksudkan dalam latar belakang masalah diatas, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah konsep penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?

  2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?

  8 C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1.

  Untuk menjelaskan bagaimanakah konsep pendayagunaan untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

  Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis pribadi tetapi juga dapat berguna bagi orang lain. Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua hal, yaitu:

  1. Kegunaan Akademis Dengan penelitian ini penulis mengharapkan dapat menerapkan teori yang telah penulis dapat dalam perkuliahan serta membandingkan dengan realitas yang ada dalam masyarakat. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi seluruh civitas akademika khususnya Sarjana jurusan ahwal al-syakhsiyyah sebagai bahan informasi dan bahan penelitian terhadap permasalahan zakat.

  2. Kegunaan Praktis Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum sebagai sosialisasi undang-undang tentang

  Pengelolaan Zakat, serta diharapkan dapat berguna bagi bahan masukan

  9 sesuai dengan undang-undang serta ketentuan Allah SWT, mengingat selama ini masih banyak masyarakat yang belum begitu paham mengenai kewajiban menunaikan zakat.

  E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman serta pengertian yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini adalah: Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga) sebagai berikut: 1.

  Zakat yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah zakat maal. Meliputi tentang pengertian, pembagian, syarat dan rukun, serta peranan penting zakat dalam hubungannya dengan dunia pendidikan.

  2. Beasiswa Pendidikan: pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh.

  3. Hukum Islam: Yang dimaksud Hukum islam dalam skripsi ini adalah peraturan- peraturan yang dirumuskan secara rinci, memiliki kekuatan hukum yang tetap serta mengikat bagi siapa saja yang menganutnya, berdasarkan ketentuan Al-

  Qur’an, Al-Hadits, ijtihad Ulama’.

  F. Telaah Pustaka

  Berangkat dari beberapa telaah pustaka yang telah penyusun lakukan,

  10 Namun demikian, mengenai pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan dalam tinjauan hukum Islam, sejauh penelusuran penulis masih jarang diangkat di dataran penelitian. Beberapa skripsi terdahulu yang membahas tentang pendayagunaan zakat tersebut diantaranya adalah skripsi Binti Husna Baruya (2006) dengan judul “Aplikasi Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak dan Shadaqah” (Studi pada BAZIS Masjid Jami’ Malang). Penelitian pada skripsi tersebut menggunakan metode kualitatif. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa dalam mengumpulkan dana masih bersifat pasif, penyaluran dana masih bersifat konsumtif, dana yang terkumpul tidak diproduktifkan, minimnya SDM, kurang aktifnya pengurus zakat dan tidak ada biaya operasional.

  Penelitian yang saya temukan adalah skripsi yang disusun oleh Arif Maslah, mahasiswa jurusan Syari’ah program studi akhwal Asy Syakhsiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga angkatan tahun 2012 yang berjudul “Pengelolaan Zakat secara Produktif sebagai upaya pengentasan kemiskinan (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang”).

  Kemudian skripsi karya M. Waluyo Hadi, mahasiswa Jurusan Syariah Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan tahun 2012 yang berjudul “Sistem Pengelolaan Zakat “YAUMY” (Yayasan Amal dan Usaha Muslim Yogyakarta) sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Dalam skripsi tersebut dijelaskan tentang pendayagunaan harta zakat oleh YAUMY yang bersifat

  11 Dan juga skripsi yang disusun oleh Ulin Nuha yang berjudul “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian terhadap pasal 16 ayat (2) UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat). Dalam skripsinya, ia memfokuskan bahasannya tentang bagaimana sistem penentuan mustahiq, bagaimana pengelolaan zakat dan bagaimana pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dalam pasal 16 ayat (2) UU No. 38 tahun 1999 dalam tinjauan hukum Islam.

  Jadi jelas belum ada satupun skripsi yang menyangkut topik tentang pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan. Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian skripsi ini.

G. Metode Penelitian

  Untuk mempermudah menganalisis data-data yang diperoleh, maka disini diperlukan beberapa metode yang dipandang relevan dalam penyusunan skripsi. Adapun metode yang akan digunakan adalah: 1.

   Jenis Penelitian

  Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian yang penyusun gunakan adalah penggabungan antara penelitian lapangan (field research) sebagai sumber data primer dan penelitian kepustakaan (library research) sebagai sumber data sekunder yang bersumber dari bahan pustaka. Sumber data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama melalui wawancara di tempat penelitian.

  Sedangkan sumber data sekunder, diperoleh peneliti secara tidak langsung

  12 sekunder juga merupakan bahan pustaka yang memberikan penjelasan tafsiran mengenai sumber primer, seperti hasil penelitian sebagai literatur dan media massa, yang meliputi dokumen, literatur, buku-buku, majalah, koran dan buletin yang berhubungan dengan zakat. (Soerjono, 1981: 52).

  2. Pendekatan Dalam skripsi ini, penyusunan menggunakan pendekatan kualitatif.

  Pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006: 6).

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian dan mencari data di LAZISMU Kota Salatiga yang beralamat kantor di Jalan Brigjend Sudiarto Nomor 39 Salatiga 50714, telp. (0298) 313552.

  4. Prosedur Pengumpulan Data

  Dalam menyusun skripsi ini, data dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : a.

  Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara terhadap subyek penelitian yang disajikan dalam bentuk pertanyaan yang berkenaan dengan tema yang dimaksud. (Singarimbun, 1995: 192).

  13 Dalam metode ini, penyusun membuat sejumlah pertanyaan- petanyaan secara terstruktur yang memerlukan jawaban, baik secara lisan maupun tertulis dari seorang informan atau responden serta pengelola dan penerima zakat tersebut. Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun mengajukan pertanyaan secara lisan dan tulisan kepada pihak-pihak yang terlibat, seperti Ketua Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga periode tahun 2010-2015 dan juga kepada Bendahara I selaku Pembina Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga periode tahun 2010-2015.

  b.

  Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).

  Dalam hal ini dokumen yang diteliti adalah dokumen tentang sejarah, profil, struktur organisasi, visi misi, program kerja, data laporan keuangan, data laporan kegiatan, daftar mustahiq, daftar muzakki LAZISMU Kota Salatiga, dan sebagainya. Bentuk dokumentasi yang ada berupa buku-buku, brosur, notulen rapat kerja tahun 2012, dan lain- lain.

5. Metode Analisis Data

  Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

  14 tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2006: 280).

  Tahap analisa data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. (Koentjaraningrat, 1991: 269).

  Untuk mencapai hasil akhir penelitian, maka setelah data-data diperoleh dengan beberapa metode yaitu wawancara dan dokumentasi, maka untuk menganalisa data yang terhimpun dalam penelitian ini, penyusun menggunakan teknik analisa deskriptif dan analisa kualitatif.

  Teknik analisa deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan realita fenomena sebagaimana apa adanya terpisah dari perspektif subyektif.

  (Noeng Muhajir, 1997: 102).

  Sedangkan analisa kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248). Dari analisis tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas permasalahan.

H. Sistematika Penulisan

  15 Secara global skripsi ini terdiri dari lima bab pembahasan yang saling terkait antara satu variabel dengan variabel lainnya guna memberikan gambaran secara sistematis dan mendalam.

  Bab pertama, merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah yang dijadikan dasar dalam merumuskan pokok masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka sebagai bahan referensi serta metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

  Bab kedua merupakan kajian pustaka yang membahas tentang Pengertian zakat dalam perspektif fiqh, Landasan hukum Zakat, Syarat dan Rukun Zakat, Jenis-jenis Zakat, Sumber-sumber Zakat menurut Al Quran dan Hadits, Sumber-sumber Zakat dalam Perekonomian Modern, Golongan yang berhak menerima Zakat, Golongan yang tidak berhak menerima zakat, Hikmah dan manfaat zakat. Berikut konsep tentang penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan, Pengertian zakat produktif dan konsumtif beasiswa pendidikan secara umum ditinjau dari landasan Al Quran dan Hadist, dengan pendapat para Ulama dan juga Fatwa MUI. Serta pengertian tentang Lembaga Amil Zakat (LAZ) menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  Bab ketiga, membahas tentang gambaran umum LAZISMU Kota Salatiga, latar belakang munculnya program pemberian zakat untuk beasiswa pendidikan oleh LAZISMU Kota Salatiga, Visi dan Misi, Produk dan Layanan

  16 produk dan aplikasi pengelolaan zakat, syarat dan prosedur penerimaan dan pengelolaan zakat, prosentase alokasi dana zakat serta mekanisme penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan, cara membayar zakat di LAZISMU Kota Salatiga, serta data muzakki dan mustahiq yang dimiliki LAZISMU Kota Salatiga. Berikut prospek muzakki dan mustahiq tentang program pemberian zakat untuk beasiswa pendidikan.

  Bab keempat, merupakan analisis terhadap hasil dari penelitian tentang penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan meliputi prosedur penghimpunan, mekanisme pendistribusian dan pengawasan pendayagunaan zakat oleh LAZISMU Kota Salatiga, yang kemudian dianalisis dalam tinjauan hukum Islam.

  Bab kelima, merupakan bagian akhir sekaligus penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Zakat Dalam Perspektif Fiqh 1. Pengertian Zakat dan Hal-hal yang Berhubungan dengan Zakat Dari segi bahasa, zakat berarti

  nama‟ = kesuburan, thaharah =

  kesucian, barakah = keberkahan dan berarti juga tazkiyah, tathhier = mensucikan.

  Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu”, dengan zakat. Kedua, zakat itu merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa. (Ash-Shiddieqy, 1999: 3).

  Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada para mustahiq (kelompok yang berhak) yang disebutkan dalam Al Quran. (Munir dan Djalaluddin, 2006: 152).

  Zakat menurut M. Abdul manan (1997: 256) adalah poros dan pusat keuangan Negara Islam. Zakat meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.

  Dalam bidang moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki.

  Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan untuk para pemiliknya. Ia merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan Negara.

  Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah ditentukan oleh Allah SWT yang mempunyai hikmah seperti halnya kewajiban yang lain. Diantara hikmah tersebut tercermin dari urgensinya yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun materiil, dimana zakat dapat menyatukan anggotanya bagaikan sebuah batang tubuh, disamping juga dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir sekaligus merupakan benteng pengaman dalam ekonomi Islam yang dapat menjamin kelanjutan dan kestabilannya. (Fahruddin, 2008: 23).

  Dari berbagai sumber menyebutkan, banyak istilah-istilah lain yang disebutkan di dalam Al Quran dan memiliki kaitan yang sangat kuat dengan istilah zakat. Zakat disebut juga infak, sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 34:

         

  “…….dan tidak menafkahkannya (menginfakkan) pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih”

  Dari penggalan ayat tersebut, disebut infak karena pada hakikatnya zakat adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah SWT. Zakat disebut juga sebagai sedekah karena memang salah satu tujuan utama zakat adalah mendekatkan diti (taqarrub) kepada Allah SWT. (Syarifuddin, 2003: 38).

  Zakat disebut pula sebagai hak, sebab esensi zakat merupakan ketetapan yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). (Hafidhuddin, 2002: 9).

  Menurut Malik Ar-Rahman (2003: 2), dinamakan zakat karena dapat mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan menjauhkan dari segala kerusakan. Dari aspek ibadah adalah sebuah bentuk penghambaan manusia kepada Allah SWT. Dari aspek syara’, berarti sebuah aturan yang mengharuskan mengeluarkan sebagian harta yang telah diwajibkan Allah SWT dengan kadar tertentu, atas harta tertentu, yang diberikan kepada golongan tertentu pula.

  Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Masdar F. Mas’udi (1991: 158), dalam ajaran zakat terdapat dua komponen penting yaitu: pertama, ajaran yang berkenaan dengan pemungutan biaya publik oleh otoritas Negara yang berkemampuan, yang disebut pajak. Kedua, ajaran yang berkenaan dengan pembelanjaan (tasharruf) biaya publik untuk tujuan redistribusi kesejahteraan., khususnya bagi yang lemah dan biaya kemaslahatan umum (sabilillah) bagi semua. Semangat zakat yang ditegaskan dalam hal ini adalah beribadah untuk kemaslahatan bersama.

  Jadi zakat merupakan suatu harta yang dikeluarkan oleh seseorang yang telah dikenakan kewajiban untuk mengeluarkannya kepada orang tertentu (8 asnaf) karena perintah Allah SWT yakni sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga harta yang ia mengeluarkan zakat maka orang tersebut akan terhindar dari sifat kikir/bakhil dan andil dalam menutup kesenjangan sosial antara sikaya dansimiskin dalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai penuh persaudaraan.

  Jika dihubungkan dengan bahasan yang akan di kupas oleh penulis, maka zakat yang dimaksud adalah zakat mal. Selain kata zakat ada juga kata lain yang dipergunakan dalam Al- Qur'an, yaitu shadaqah dan infak. Zakat dan Shadaqah sebenarnya dua istilah yang saling mengisi, karena zakat itu sering disebut shadaqah dan sebaliknya kata shadaqah sering bermakna zakat. Termasuk juga istilah Infaq. Jadi istilah Zakat, Infaq dan Shadaqah memang istilah yang berbeda penyebutannya namun pada hakikatnya memiliki makna yang kurang lebih sama. Terutama yang paling sering adalah antara istilah zakat dan shadaqah.

  a.

  Makna Shadaqah Shadaqah atau sedekah adalah pemberian yang bersifat sukarela

  (berbeda dengan zakat yang bersifat wajib) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk orang orang yang membutuhkan khususnya fakir miskin. (Daud Ali, 2002: 23)

  Sedekah itu tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfat bagi orang lain.

  Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam kategori sedekah. b.

  Makna Infaq Infaq (mengeluarkan dan membelanjakan) harta dijalan Allah ialah mengeluarkan sebagian harta untuk kemaslahatan umum, baik mengenai urusan keduniaan maupun menganai urusan keakhiratan.( Ibnu Daqiq,Thalib, 2001: 125 ) Infaq ada yangwajib dan ada yang sunnah.

  Infaq wajib diantaranya adalah Zakat, Kafarat, Nadzar dan lain-lain. Infaq sunnah diantaranya, infaq kepada fakir miskinsesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan dan lain-lain.

  c.

  Beda Zakat, Infak dan Shadaqah Hal yang membedakan makna Shadaqah dengan Zakat hanyalah masalah 'Urf atau kebiasaan yang berkembang dimasyarakat. Sebenarnya ini adalah semacam penyimpangan makna dan jadilah pada hari ini kita menyebut kata shadaqah untuk yang bersifat shadaqah sunnah/tathawwu'.

  Sedangkan kata zakat untuk yang bersifat wajib. Padahal ketika al- Qur'an turun, kedua kata ini bermakna sama. Hal yang sama terjadi pad kata infaq yang juga sering disebutkan dalam Al-Qur'an, dimana secara kata infaq ini bermakna lebih luas lagi. Karena termasuk didalamnya adalah memberi nafkah anak yatim dan lainlain. Dan secara 'urf, infaq pun sering dikonotasikan dengan sumbangan sunnah.

2. Landasan Hukum Zakat

  Zakat adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan sholat. Di dalam Al Quran, seringkali ayat-ayat yang menunjukkan kewajiban berzakat dalam ajaran Islam, seorang muslim bila telah menunaikan ibadah secara vertical kepada Allah SWT (hablum minallah), maka ia juga harus memperbaiki hubungannya secara horizontal kepada sesama makhluk Allah SWT yang lainnya (hablum minannas), sehingga terciptalah sebuah keseimbangan dalam jiwa manusia maupun kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. (Ali, 1988: 29).

  Ayat yang mengenai perintah menunaikan zakat tersebut, terdapat dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) ayat 43 berbunyi :

        

  “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang- orang yang rukuk”.

  Dalam Al Quran surat Al Maidah (5) yat 55 yang berbunyi :

  

         

  

  “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah)”.

  Menurut Syekh Muhammad Abid As-Sindi (2006: 517), adapun perintah mengenai kewajiban zakat, terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Zakariya ibnu Ishaq, dari Yahya ibnu Abdullah telah berkata kepada sahabat Mu’adz, ketika beliau mengangkatnya menjadi utusan : “Jika mereka (kaum Yaman) menantimu (Mu’adz), beritahukan kepada mereka, bahwa telah diwajibkan atas mereka untuk bersedekah

  (zakat) yang diambil dari para hartawan dan diberikan kepada orang- orang miskin diantara mereka”

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90

PERILAKU SEKSUAL KAUM GAY DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus pada Komunitas Gay di Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 129

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-IHSAN JATENG CABANG SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam (S.H.I)

0 0 99

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PELAKSANAAN AKAD-AKAD BERBASIS BAI’ AL- MURABAHAH (Jual Beli) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KAB.SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 106

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91

FENOMENA MITOS LARANGAN PERNIKAHAN DI DESA JETIS DAN DESA ROGOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 2 100