PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA KONTEMPORER : PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREN DI KOTA JAMBI TAHUN 2003-2016 - Repository Unja

  

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA KONTEMPORER :

PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREN DI KOTA JAMBI TAHUN 2003-

2016

  Helik Sudiono FIB Universitas Jambi

  ABSTRACT

  Sudiono Helik, 2017. Perkembangan Pendidikan Islam Masa Kontemporer:Pondok

  Pesantren Al- Jauharein Di Kota Jambi Tahun 2003-2016 . Skripsi,

  Program Studi Ilmu Sejarah, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (1) Siti Syuhada, S.Pd., ME. (2) Benny Agusti Putra, S.Hum., MA.

  

Kata Kunci: Pendidikan, Islam, masa kontemporer Pondok Pesantren Al-Jauharen

di Kota Jambi tahun 2003-2016.

  Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis terhadap kajian pendidikan Islam yang begitu kental di daerah Jambi kususnya di wilayah Jambi Sebrang khususnya di desa Tanjung Johor. Penelitian ini bertujuan untuk membahas awal perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauharen dan Perkembangan pendidikannya pada masa kontemporer yaitu dari tahun 2003 hingga 2016. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sedangkan sumber yang digunakan adalah sumber primer dan skunder baik yang tertulis maupun lisan.

  Adapun hasil penelitian ini adalah menunjukan dimana berdirinya pondok pesantren Al-Jauharen tidak lepas dari terbentuknya perkumpulan Tsamaratul Insan pada tahun 1914, yang mempelopori berdirinya empat lembaga pendidikan Islam pertama di Jambi. Salah satunya Pondok pesantren Al-Jauharen yang awalnya merupakan lembaga pendidikan Islam yang berbentuk madrasah. Dan menggunakan sistem pendidikan Islam yang masih tradisional. Dalam perkembangannya pernah mengalami kefakuman pada tahun 1989 dan kembali bangkit pada tahun 2003.

  Perkembangan pondok pesantren Al-Jauharen sejak kebangkitannya tahun 2003 dari kefakuman menunjukan adanya modernisasi pondok. Dari segi kurikulum yang sebelumnya hanya salafiyah tetapi setelah terpilihnya KH. Sirojuddin H.M sebagai pimpinan pondok maka kurikulumnya memadukan sistem salafiyah dan kholafiyah. Selain itu dengan semakin meningkatnya jumlah santri maka pembangunan infrastruktur pondok semakin meningkat seperti asrama, masjid, ruang belajar dan fasilitas lain. Faktor penunjang perkembangan pondok salah satunya adalah berubahnya status pondok menjadi yayasan pada tahun 2007 berdasarkan akta notaris No. 26/18-06-2007.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek yang memiliki peranan strategis dalam memajukan pendidikan Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki lembaga pendidikan Islam yang bertujuan menanamkan nilai Islam dan mencerdaskan generasi Islam di Indonesia. Pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun

  

1

orang lain yang bersifat teoretis dan praktis.

  Salah satu bentuk pendidikan Islam adalah pondok pesantren, yang merupakan bentuk pendidikan Islam paling awal di Indonesia. Menurut para ulama Indonesia, kajian mengenai pesantren merupakan kajian yang menarik dimana pesantren mampu menghasilkan generasi-generasi yang Islami yang mampu menghadapi perubahan

  2

  sosial dalam masyarakat. Pondok pesantren sebagai lembaga resmi pendidikan Islam di Indonesia memiliki peranan besar untuk membangun pendidikan Indonesia secara keseluruhan.

  Di Jambi perkembangan pendidikan Islam sudah ada sejak kedatangan Islam di 1 tanah Jambi. Kedatangan Islam diawali dengan pendidikan yang dilakukan 2 Zakiah, Daradjat. Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah. (Jakarta: Ruhama. 1996), hal. 25.

  Yudhi, Eka Sutriaji.

  Upaya Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah Kresek dalam Meningkatkan Mutu perorangan atau dakwah yang terjadi di lingkungan keluarga. Dan kemudian berkembang setelah berdirinya rumah-rumah ibadah seperti Masjid atau langgar.

  Sistem tersebut masih terbilang tradisional, serta pengetahuan yang disampaikan hanya pengetahuan agama. Tetapi hal tersebut sudah berdampak positif dengan dibuktikan antusias masyarakat yang tinggi terhadap pendidikan Islam.

  Sejarah pendidikan Islam di Jambi awalnya lebih populer menggunakan sebutan madrasah dari pada pesantren. Istilah pesantren justru digunakan pada masa kontemporer atau baru-baru ini. Sistem kurikulum madrasah di Jambi, menyerupai pesantren di Jawa di mana ada kyai, santri, pemondokan, masjid dan kitab kuning.

  3 Figur kyai yang mengajar di madrasah dipanggil Tuan Guru. Inilah yang membedakan penyebutan sistem pendidikan Islam di Jambi dengan daerah lain.

  Istilah madrasah digunakan karena para ulama pendirinya mengadopsi sistem pendidikan Islam dari Arab yang menggunakan sistem madrasah.

  Wilayah Kota Jambi terbagi menjadi kampung-kampung, yaitu perkampungan sebelah kiri dan kanan sungai Batanghari. Adapun yang sebelah kiri sungai Batanghari yang merupakan pusat peradaban Islam, terbagi atas, Tanjung Johor, Tahtul Yaman, Arab Melayu, Mudung Laut, Jelmu, Kampung Tengah, Olak Kemang,

  4 Ulu Gedong, Tanjung Pasir, Tanjung Raden, dan Pasir Panjang. Wilayah tersebut

3 Dhofier, Zamakhsjari. Tradisi Pesantren: Study tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,

  4 1982) dalam Muzakir, Ali. Jurnal. Perspektif Baru Tentang Tiga Belas Abad Islam di Jambi.

  

Lindayati, Junaidi T. Noor, dan Ujang, Hariadi. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. merupakan wilayah paling awal bagi perkembangan Islam di Kota Jambi dari masa ke masa hingga sekarang.

  Menurut Martin Van Bruinessen, peningkatan jamaah haji Indonesia yang terjadi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 M, di mana sebagian jamaah menetap di Mekkah karena perjalanan yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama sehingga membuat jamaah berinisiatif untuk menuntut ilmu tentang agama Islam dan

  5

  berdagang di Mekkah. Setelah kembali ke Indonesia termasuk ke Jambi mereka mengajarkan kembali ilmu yang di dapat dari Timur Tengah. Selanjutnya para ulama tersebut membentuk lembaga pendidikan Islam di Jambi, yang disebut Perukunan

  6 Tsamaratul Insan pada tahun 1895-1912, yang dilatar belakangi oleh larangan pihak

  Belanda yang tidak mengizinkan para ulama-ulama membentuk suatu pengajian di

7 Sungai Meram. Melalui organisasi ini berdirilah empat madrasah, yaitu madrasah

  Nurul Iman, Sa’adatud Daraein, Nurul Islam dan Al-Jauharein. Yang berdiri pada

  8

  tahun 1915. Keempat madrasah inilah yang memiliki peranan penting terhadap perkembangan pendidikan Islam bahkan Islam itu sendiri di Jambi.

  5 Van Bruinessen, Martin. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat :Tradisi-tradisi Islam di 6 Indonesia. (Bandung: Mizan. 1995), hal. 3.

  

Wandi. Madrasah Al-Qhairiyah dan perkembangannya di Kota Jambi. Skripsi : Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora, IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi. Jambi. 2015,

7 hal. 71.

  

Siti, Fatimah. “ Peranan Ahmad Syakur dalam pengembangan Islam di Tahtul Yaman”, Skripsi : Ilmu

8 Sejarah Peradaban Islam IAIN Sultan Thaha Saifuddin. Jambi tahun 2010.

  

Zainuddin, R. 1991. Sejarah Pendidikan Daerah Jambi, Jambi : Departemen Pendidikan dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah. hal 87. Lihat juga Hasan Basri Agus. Pejuang Ulama Pejuang

  Al-Jauharen merupakan salah satu lembaga pendidikan dari empat lembaga pendidikan tertua di Jambi yang didirikan pada tahun 1923, dan hingga saat ini masih bertahan, meskipun pernah mengalami kefakuman dari tahun 1989 hingga

  9

  tahun 2003. Nama Al-Jauharen sendiri berarti "Dua Mutiara". Mutiara yang di maksud adalah Mutiara dunia dan mutiara akhirat.

  Awalnya Al-Jauharen merupakan madrasah, tetapi setelah adanya kebijakan dari Mudir K.H. Sirojuddin Muhammad maka madrasah Al-Jauharen berubah nama

  10

  menjadi pondok pesantren Al-Jauharen. Pondok pesantren Al-Jauharein merupakan pondok pesantren tipe D. Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI Nomor 3/1979 pondok pesantren tipe D adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem

  11

  pondok sekaligus sekolah/madrasah. Di dalam pondok pesantren tersebut terdapat jenjang Madrasah Tingkat Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Yang terdiri dari santriwan dan santriwati.

  Pondok pesantren Al-Jauharen pada awalnya lembaga ini merupakan pusat pendidikan agama Islam yang maju dan berkembang di tengah-tengah kehidupan

  12 masyarakat Seberang Kota Jambi sejak berdirinya pada tahun 1927 sampai 1981.

  Tetapi ketika memasuki dekade terakhir masa orde baru ketika dipimpin oleh Guru

  9

http://al-jauharentanjungjohor.blogspot.co.id/p/sejarah-ponpes.html. Diakses pada 21 Desember

10 2016.

  

Muhammad, Qodri. “Dinamika Pesantren: Studi Tentang Pengelolaan Pondok Pesantren

Aljauharen Kota Jambi 11 ”. Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010.

  

Ahmad Janan Asifudin. 2008, Jurnal : Pondok Pesantren Dalam Perjalanan Sejarah. /Jurnal/Al-

Jamiah/Al-Jamiah No. 55 Th. 1994/, hal. 54.

  13 Mahfudz, lembaga ini mengalami kefakuman pada tahun 1989. Tetapi pada tahun 2003 kembali diaktifkan atas inisiatif warga di Tanjung Johor.

  Perkembangan pondok pesantren Al-Jauharen saat ini dengan sistem baru yang dikembangkan oleh guru K.H. Sirojuddin Muhammad sebagai pimpinan, membuahkan hasil. Perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan dengan jumlah santri yang semakin meningkat.

  Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai perkembangan pendidikan Islam di Kota Jambi khususnya di pondok pesantren Al- Jauharen dalam sebuah karya ilmiah dengan judul “Perkembangan Pendidikan Islam Masa Kontemporer : Pondok Pesantren Al- Jauharen Di Kota Jambi Tahun 2003- 2016”.

  Permasalahan

  Penelitian ini dibatasi hanya dalam bidang pendidikan Islam dalam bentuk pondok pesantren, khususnya perkembangan di dalam internal pondok pesantren Al- Jauharen dengan batasan dari tahun 2003 hingga tahun 2016. Dari penjelasan sebelumnya maka muncul beberapa rumusan masalah diantaranya bagaimana awal perkembangan pondok pesantren Al-Jauharen? Dan bagaimana perkembangan pendidikan Pondok Pesantren Al-Jauharen masa kontemporer tahun 2003-2016?

  PENDIDIKAN ISLAM DI JAMBI Tahap Perkembangan Pendidikan Islam

  Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia terbagi atas tiga bagian besar, yang pertama, adalah sejak kedatangan para saudagar Muslim Arab, Persia, Turki dan lain- lain dan membentuk komunitas-komunitas Islam di kota-kota pelabuhan termasuk wilayah Jambi dulunya. Dalam tahap ini perkawinan antara pedagang asing dan wanita pribumi merupakan saluran awal proses penyebaran Islam Nusantara. Dengan demikian lembaga pendidikan Islam dibangun dan guru-guru agama didatangkan dari

  14 Arab dan Persia. Tahap ini berlangsung sejak abad ke-8 hingga awal abad ke-13 M.

  Tahap kedua, berlangsung setelah munculnya kerajaan Samudra Pasai dan para sufi pengembara yang juga adalah guru-guru tariqat di berbagai pelosok kepulauan

  15 Nusantara. Tahapan ini berlangsung pada abad ke-14 sampai dengan 17 M. Dan

  yang ke tiga Tahapan ke tiga, adalah perkembangan kelembagaan Islam, yang bermula pada abad ke-16 hingga 19 M. tahapan ini berlangsung setelah agama Islam tersebar luas di seluruh kepulauan Nusantara. Pelembagaan Islam dibidang keagamaan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan telah mantap. Pada masa ini pula tantangan dialami pendidikan Islam setelah masuknya kolonial Belanda dan Jepang. Tetapi dengan adanya pendidikan asing di Nusantara menjadikan pendidikan

1 Ibid, hal, 2.

  tradisional mengadopsi pendidikan asing tersebut, sehingga terjadi modernisasi pendidikan Islam.

  Pendidikan Islam di Jambi

  Tahapan peneyebaran Islam di atas juga terjadi di wilayah Jambi. Yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Penyebaran Islam yang pesat, telah membentuk komunitas Muslim, seperti yang terjadi di Sebrang Kota Jambi. Komunitas tersebut berkembang menjadi sebuah perkampungan dan terus berlanjut dari generasi kegenerasi. Hingga menjadikan Sebrang Kota Jambi menjadi pusat peradaban Islam di Jambi. Hal-hal demikian merupakan modal rohaniah yang turut menentukan perkembangan pendidikan Islam di Jambi pada awal abad ke-20 M.

  Setelah Islam masuk dan berkembang, maka lembaga pendidikan berkembang melalui langgar, kemudian berlanjut pada madrasah, pesantren dan sekolah agama.

  Masyarakat Jambi merupakan masyarakat yang agamis. Berbagai segi kehidupan masyarakat diwarnai oleh sikap-sikap, perilaku, dan pandangan keagamaan. Agama Islam di Jambi telah merasuki sikap, tingkah laku, pandangan hidup, dan budaya rakyat. Para orang tua sangat menekankan pendidikan agama kepada anak-anaknya.

  Bahkan mereka juga ikut belajar menuntut ilmu agama kepada para ulama.

  Salah satu organisasi pergerakan Nasional yang sampai ke Jambi adalah Serikat Islam. Organisasi ini didirikan di Jambi pada bulan Mei 1914 oleh Raden Gunawan yang merupakan ketua Serikat Islam di Jawa Barat. Sedangkan di Jambi dipimpin oleh H. Abdul Roni bin Akib, dan berkembang pesat sampai kedaerah ulu Jambi. Serikat Islam berkembang menjadi dua golongan, organisasi yang radikal dikenal dengan Serikat Abang, sedangkan yang lain dikenal dengan Serikat Putih atau Serikat

16 Kompeni.

  Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya Serikat Islam di Jambi maka pulang juga para ulama yang belajar di Madrasah Darul Ulum dan Madrasah Shaulatiyah Mekkah. Diantaranya adalah :

  1). H. Ibrahim bin K.A. Majid, Kampung Tengah 2). H. Ahmad bin H.Abd. Syakur, Tahtul Yaman 3). H. Usman bin H. Ali, Tanjung Johor

  17 4). Kemas H.M Shaleh bin Kemas H.M Yasin, Tanjung Johor.

  Kempat ulama tersebut merupakan murid H.A. Majid seorang ulama Jambi yang tinggal di Mekkah dan mengajar di Madrasah Darul Ulum. Untuk memisahkan para ulama dan masyarakat Islam dari Serikat Islam maka atas bantuan Sayid Ali Al- Muassawa dibentuklah Perukunan Tsamaratul Insan guna menempatkan para ulama Jambi dalam satu wadah. Dengan demikian para ulama Jambi dapat dikendalikan

18 Belanda.

  16 17 Ibid, hal. 6.

  Ibid. hal. 42. Tsamaratul Insan merupakan organisasi Islam yang berdiri pada tahun sejak tahun 1914, yang awalnya merupakan organisasi yang bergerak dibidang sosial yaitu menangani masalah kematian seperti pengurusan jenazah serta pertolongan kepada masyarakat yang tertimpa musibah. Tetapi kemudian berkembang sebagai lembaga dakwah, yang tidak hanya bergerak pada urusan agama Islam. Tetapi juga bergerak melawan kolonial Belanda melalui pendidikan. Sesuai dengan nasehat guru H.A Majid bahwa “untuk menentang Belanda tidak perlu dengan kekuatan senjata tetapi yang penting agar rakyat Jambi dicerdaskan, diberikan pendidikan, bila sudah terdidik maka mereka akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan saat itu dapatlah digunakan untuk membangkitkan semangat rakyat Jambi

  19 untuk berjuang melawan Belanda.

  Kontribusi penting dari Tsamaratul Insan dibidang pendidikan adalah didirikannya empat madrasah di Jambi mulai dari tahun 1915 sampai 1930-an, diantaranya adalah: 1. Madrasah Nurul Iman, dipimpin oleh H. Ibrahim bin H.A Majid yang terletak di desa Ulu Gedong.

  2. Madrasah Al Jauharain didirikan Al-Alimul Alamah Syeh H. Usman Bin Haji Aji, di Tanjung Johor

  3. Madrasah Sa’adatut Darain dipimpin H. Ahmad bin H. Syakur, di Tahtul Yaman 4. Madrasah Nurul Islam dipimpin H.M Saleh bin Kemas H.A Yasin, di Tanjung

20 Pasir.

  tama adalah kejayaan agama Islam. Pesatnya perkembangan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan didaerah

  Jambi disebabkan karena perbedaan agama antara rakyat Jambi dengan Belanda. Rasa keagamaan tersebut semakin mendorong kemajuan lembaga pendidikan Islam di Jambi. Selain itu adanya batasan-batasan untuk memasuki sekolah buatan Eropa turut mendorong majunya pendidikan Islam. Karena dengan hal tersebut telah member kesan bahwa madrasah adalah milik rakyat Jambi, milik Islam dan menjadi kehormatan serta kebanggaan penduduk untuk menyekolahkan anaknya pada madrasah-madrasah tersebut. Berkembangnya madrasah-madrasah di Jambi tidak lepas dari dukungan masyarakat itu sendiri, sehingga madrasah-madrasah di Jambi bisa bertahan hingga saat ini. Meskipun ada sebagian yang sudah berhenti dan mengalami kefakuman.

  PERKEMBANGAN AWAL PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREN Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Jauharen 20 R . Zainuddin. Sejarah Pendidikan Daerah Jambi. (Jambi : Departemen Pendidikan dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1991), hal 45-46.

  Pondok Pesantren Al-Jauharein merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Jambi. Berdirinya Al-Kuttab Al-Jauharen tidak lepas dari peran Tsamaratul Insan, yang merupakan awal kebangkitan pendidikan Islam di Jambi. Pada awalnya lembaga ini terletak di sungai Asam Darat yang didirikan oleh Al-Alimul Alamah H.

  Usman bin Haji Aji pada tahun 1872. Kemudian dipindahkan dari Sungai Asam Darat desa Tanjung Johor pada tahun 1877 atau 1305 H. Awalnya proses belajar mengajar dilakukan di Langgar yang masih terbuat dari bambu. Yang diikuti oleh anak-anak dan orang dewasa. Haji Usman mengajar para santri di rumahnya sendiri. Dengan semakin bertambahnya jumlah santri yang belajar dengan beliau, maka pengajian santri dipindahkan ke Masjid Guru H. Abdul Kafi Bin H. Abu Bakar

21 Tanjung Johor.

  Tetapi tahun 1872 belum bisa dikatakan sebagai tahun berdirinya pondok pesantren Al-Jauharen, karena belum memenuhi kriteria sebagai sebuah pondok pesantren. Seperti terdapatnya pondok dan masjid, dan masih sebatas adanya seorang kiai dan santri serta kitab yang diajarkan.

  Baru pada tahun 1927 berdasarkan musyawarah masyarakat di sekitar pesantren sepakat untuk membangun gedung belajar. Inilah merupakan awal berdirinya pondok pesantren Al-Jauharen, yang pada saat itu masyarakat masih menyebutnya sebagai 21 madrasah. Awalnya masyarakat berinisiatif membangun Masjid, tetapi hal ini tidak

  

K.H Sirojuddin H. Muhammad (75 tahun). Tanjung Johor. Wawancara pada 18 April 2017, 09:00

WIB. Lihat juga Dokumen Profil Pondok Pesantren Al-Jauharein, Kelurahan Tanjung Johor, Kec. Pelayangan, hal. 1 disetujui oleh para guru-guru waktu itu. Mereka berpendapat bahwa Masjid diibaratkan sebagai tempat menyimpan hasil panen sedang madrasah adalah sawahnya, sehingga sebelum membangun masjid terlebih dahulu dibangun Madrasah. Sehingga pada tahun 1346 H atau tahun 1927 M, lebih kurang 12 tahun setelah didirikan persatuan kematian Tsaamaratul Insan sepakatlah masyarakat Tanjung Johor membangun Maktab Al-Jauharein.

  Setelah didirikannya bangunan Maktab Al-Jauharen maka kepemimpinan Maktab Al-Jauharen diserahkan kepada Guru H.Abdul Majid Bin Hamzah yang

  

22

merupakan pimpinan Al-Jauharen pertama.

  Kemunduran

  Pada awalnya Al-Jauharen merupakan pusat pendidikan agama Islam yang maju dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kota Jambi sejak berdirinya pada 1927 sampai 1981. Ketika memasuki dekade terakhir Orde Baru, yang ketika itu dipimpin oleh Guru Mahfudz, Al-Jauharein mengalami kemunduran. Pondok Pesantren Al-Jauharen tidak sepenuhnya mengalami kefakuman hanya saja kegiatan belajar mengajar terbatas pada kelas Ibtidaiyah, yang dimulai sejak tahun 1989 hingga 2003. Adapun faktor-faktor penyebab kemunduran pondok pesantren Al- Jauharein antara lain sebagai berikut:

  a. Faktor Internal

22 K.H Sirojuddin H. Muhammad (75 tahun). Tanjung Johor. Wawancara pada 18 April 2017, 09:00

  Salah satu persoalan yang paling krusial dalam sebuah manajemen biasanya menyangkut dengan pola kepemimpinan yang diterapkan. Begitulah hal yang terjadi pada Pondok Pesantren Al-Jauharen ketika dipimpin oleh guru Mahfudz, yang pola

  23

  kepemimpinannya bersifat otokrasi. Al-Jauharen pada masa itu mengalami krisis kurikulum umum. Sementara tuntutan masyarakat agar memasukkan kurikulum umum sebagai pelajaran tambahan untuk bekal para santrinya, supaya mereka memiliki keilmuwan umum disamping mereka memiliki ilmu agama. Hal tersebut bertujuan agar para lulusan pondok dapat bersaing di dunia ekonomi dan pendidikan. Selanjutnya kurang transparan dalam masalah keuangan dan buruknya sistem manajemen juga menjadi penyebab kemunduran pondok. Akhirnya satu persatu guru yang mengajar di Al-Jauharen ini mengundurkan diri tidak mengajar lagi di pondok

  24 ini.

  b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang paling dominan adalah krisis moneter yang terjadi saat itu, di mana semua harga barang mahal, begitu juga harga kebutuhan pokok sehari-hari.

  Pondok Pesantren Al-Jauharein ketika itu mayoritas santrinya adalah anak-anak desa yang kurang mampu, akhirnya orang tua itu satu persatu menarik anaknya kembali ke desanya masing-masing untuk sekolah di sana karena mengingat biayanya, sementara

23 Muhammad, Qodri. Dinamika Pesantren : Studi Tentang Pengolaan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi. Artikel : Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010.

  rata-rata penghasilan orang tua yang tidak memadai untuk membiayai kehidupannya

  25 sehari-hari.

  

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREN TAHUN 2003-

2016 Bangkit Dari Kemunduran

  Meskipun kemunduran yang dialami Pondok Pesantren Al-Jauharein dari tahun 1989 hingga tahun 2003 hampir menyeluruh, hal tersebut tidak menyurutkan semangat masyarakat desa Tanjung Johor untuk kembali mendirikan lembaga pendidikan bersejarah tersebut. Seringnya bencana banjir yang menimpa masyarakat Tanjung Johor membuat arsip-arsip serta gedung pondok mengalami kerusakan

  26

  parah. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat. Berikut adalah upaya dan proses berdirinya kembali pondok pesantren Al-Jauharein pada tahun 2003.

  a. Musyawarah Awal kebangkitan pondok pesantren Al-Jauharen adalah karena adanya inisiatif para pengurus lama beserta guru-guru yang masih ada untuk membangun kembali pondok yang berada di pinggiran sungai Batanghari tersebut. Sehingga diadakan musyawarah untuk menentukan langkah-langkah pengembangan pondok. 25 Musyawarah ini bertujuan untuk mengajak warga Tanjung Johor lebih perhatian Ibid hal. 218. terhadap nasib Pondok Pesantren Al-Jauharen, yang mana sebagai pemilik maka adalah wajar kalau masyarakat ikut bersama-sama membangun kembali, mempertahankan dan memakmurkan Al-Jauharen .

  Musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat merupakan usulan dari para tenaga pengajar pondok pesantren Al-Jauharen, kemudian didukung oleh Lembaga Pemberdaya Masyarakat (LPM) Desa Tanjung Johor yang saat itu dipimpin oleh Bapak Rifa’I dan yang menjabat sebagai lurah adalah bapak Siharin. Musyawarah pada tahun 2003 tersebut dihadiri oleh ratusan orang diantaranya tokoh masyarakat, tua tengganai, guru, dan masyarakat desa Tanjung Johor yang peduli untuk

  27 membangun kembali pondok.

  b. Pemilihan Mudir Pimpinan rapat meminta pendapat kepada para pengelola pondok serta warga Tanjung Johor untuk menentukan calon pemimpin Al-Jauharein ke depan.

  Selanjutnya para peserta musyawarah, termasuk warga Tanjung Johor, secara aklamasi menunjuk Guru H. Sirojuddin H. Muhammad sebagai mudir Pondok

28 Pesantren Al-Jauharen.

  c. Melakukan pertemuan pengurus lama

  27 28 Sihabudin, Chodori (45 tahun). Tanjung Johor. Wawancara pada 20 Mei 2017. Pukul 10:00 WIB.

  

Muhammad, Qodri. Dinamika Pesantren : Studi Tentang Pengolaan Pondok Pesantren Al-Jauharen

Kota Jambi. Artikel : Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010. Dalam www.e-

journal.iainjambi.ac.id/index.php/mediaakademika/article/download/.../204. Diakses pada 2 Mei 2017.

  Langkah utama yang dilakukan oleh mudir beserta para pengelola Al-Jauharen adalah ingin melaksanakan suatu kegiatan yang menurut mereka dapat membantu membangkitkan kembali Pondok Pesantren Al-Jauharen yaitu melaksanakan reuni akbar, yang bertujuan untuk meminta sumbangsih kongkrit mereka terhadap Al- Jauharen, baik berupa pemikiran maupun sumbangan material. Serta melalui para alumni ini pihak pengelola pondok berharap lebih mudah melakukan pendekatan dengan masyarakat, sebab para alumni ini telah banyak menjadi orang-orang penting

  29 di tengah-tengah masyarakat dimana mereka tinggal.

  d. Sosialisasi Program sosialisasi telah dilakukan oleh pihak pengelola pondok yaitu dengan cara menyebarkan brosur kepada masyarakat luas. Diantara isi brosur tersebut adalah tahun ajaran 2003/2004 pondok Al-Jauharen menerima santri baru putra maupun putri, yang mana sebelumnya hanya menerima santri yang putra. Kemudian memperkenalkan sistem kurikulum baru yaitu penggabungan sistem salafiyah dengan

  30 sistem kholafiyah.

  Modernisasi

  Dilihat dari perubahan dan perkembangan kebudayaan, kelembagaan pendidikan 29 Islam tradisional sulit terlihat perannya tanpa adanya modernisasi. Modernisasi

Sihabudin Chodori (45 tahun), Tanjung Johor, Wawancara pada 20 Mei 2017, 10:00 WIB.

  

Muhammad Qodri, Dinamika Pesantren : Studi Tentang Pengolaan Pondok Pesantren Al-Jauharen

Kota Jambi. Artikel : Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010, Dalam www.e-

journal.iainjambi.ac.id/index.php/mediaakademika/article/download/.../204. Diakses pada 2 Mei 2017, Pukul 08:25 WIB. pendidikan Islam telah berlangsung sejak awal abad ke-20 dan berlangsung hingga

  31

  abad ke-21. Pondek pesantren Al-Jauharen sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tidak bisa lepas dari modernisasi agar terus survive di tengah-tengah masyarakat.

  Sebelum tahun 2003, Al-Jauharen merupakan lembaga pendidikan Islam yang masyarakat menyebutnya sebagai Madrasah. Setelah tahun 2003 baru berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Jauharen. Dengan bentuk baru, yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem madrasah yang berada di bawah Kementrian Agama. Sehingga pada tahun 2004 terbentuk Madrasah Tingkat Tsanawiyah dan pada

  32

  tahun 2006 terbentuk Madrasah Aliyah. Setelah pondok pesantren berhasil didirikan kembali, maka selanjutnya adalah melakukan upaya memajukan kembali Pondok Pesantren A-Jauharein. Adapun langkah-langkah yang di tempuh adalah sebagai berikut: a. Pengajian Rutin

  b. Membuka Program Tahfiz Al-Quran

  c. Pengembangan Potensi Santri

  Kurikulum

  Pada awal berdirinya dan masih disebut madrasah, kurikulum yang digunakan pondok pesantren Al-Jauharein masih tradisional yaitu sistem belajar melingkar atau

  31 32 Azra, Azyumardi. 2012, Opcit, hal. 39

K.H Sirojuddin H. Muhammad (75 tahun). Tanjung Johor. Wawancara pada 18 April 2017. 09:00

  

halaqah. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam Masjid atau langgar. Sedangkan

  pengetahuan yang disampaikan adalah pengetahuan agama yang berasal dari kitab kuning. Selain itu belum ada evaluasi, sistem kelas, dan kurikulum yang sistematis.

  Setelah didirikan bangunan Madrasah Al-Jauharen melalui musyawarah masyarakat Tanjung Johor, seluruh kegiatan belajar berpindah kedalam bangunan madrasah. Yang pada saat itu masih terbuat dari kayu dan hanya terdiri dari beberapa ruangan. Kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dalam ruangan, tetapi masih menggunakan sistem halaqah dan materi yang disampaikan adalah pelajaran dari

  33 kitab kuning.

  Sistem tradisional madrasah Al-Jauharen berlangsung hingga tahun 1989, dimana pada tahun tersebut pondok mengalami kemunduran. Perubahan yang terjadi hanya pada cara belajar, dimana sebelumnya santri hanya duduk dilantai berpindah menggunakan kursi. Setelah bangkitnya pondok pada tahun 2003, sistem belajar dan kurikulum mengalami perubahan. Pada masa kepemimpinan K.H Sirojuddin H. Muhammad, kurikulum pembelajarannya memadukan dua sistem sekaligus yaitu

  34

  sistem salafiah dan kholafiah. Kurikulum salafiah dikembangkan oleh para guru agama yang rata – rata lulusan dari pesantren dan langsung dibimbing oleh guru KH.

  33 K.H Sirojuddin H. Muhammad (75 tahun). Tanjung Johor, Wawancara pada 18 April 2017, 09:00 34 WIB.

  

Departeman Agama RI. Metodologi Pembelajaran di Salafiyah. (Jakarta : Departemen Agama RI, Sirojuddin H. Muhammad sedangkan kurikulum kholafiah ( umum ) merupakan ketentuan dari Departemen Agama.

  Saat ini terdapat banyak komponen di dalam kurikulum pondok pesantren Al- Jauharen. Tidak hanya pondok saja yang memiliki tujuan yang ingin dicapai secara keseluruhan atau tujuan institusional. Tetapi dalam setiap mata pelajaran atau bidang studi yang disampaikan juga memiliki tujuan. Tujuan ini biasa disebut dengan tujuan kurikuler dan intruksional.

  Adapun bidang studi yang diajarkan di bidang agama adalah kitab kuning seperti kitab Al-Ajurumiyah, kitab Amtsilah At-Tashrifiyah, kitab Mushtholah Al-hadits, k itab Ta’limul Muta’alim, ilmu ‘Arudh dan ilmu falak. Sedangkan diluar studi Agama Islam adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),Ilmu pengetahuan Alam (IPA), matematika, Pendidikan Olah Raga,bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Selain itu pondok pesantren Al-Jauharen juga menggunakan sistem kenaikan kelas baik tinggkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Sehingga setiap tahunnya pondok akan meluluskan santrinya dari setiap tingkatnya.

  Setelah lulus dari pondok pesantren Al-Jauharen para santri ada yang melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Seperti meneruskan ke tingkat perguruan tinggi seperti Universitas Jambi, IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, dan sebagainya.

  Sejak awal berdirinya pondok pesantren Al-Jauharein tahun 1927 belum mengenal sistem pencatatan jumlah santri yang belajar. Keadaan tersebut berlangsung hingga tahun 2002. Setelah kebangkitan pondok pesantren Al-Jauharein dari

  35 kefakuman pada tahun 2003 baru ada pencatatan jumlah santri yang belajar.

  Jumlah santri Al-Jauharen terus mengalami peningkatan setiap tahun ajaran baru sejak tahun ajaran 2004/2005. Pada awal bejalar tahun 2004 jumlah santri yang belajar adalah sebanyak 23 orang. Jika awal berdirinya pondok hingga tahun 1989 tidak menerima santri putri maka setelah tahun 2003 pondok membuka peluang santri putrid untuk belajar dalam pondok. Bahkan pada perkembangannya hingga saat ini jumlah santriwati lebih banyak dari pada santri putra. Berikut adalah data perkembangan santri dan santri wati pondok pesantren Al-Jauharen dari tahun 2004 hingga 2011.

  Table 2 Perkembangan jumlah santri di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tingkat Jumlah Santri

  2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 2009/10 2010/11 MTS

  18

  51 89 153 177 147 165 MAS

  5

  17

  34

  62

  70

  67

  42 Jumlah 23 68 123 215 247 214 207 Jumlah santri yang belajar di pondok hampir setiap tahun mengalami kenaikan.

  Mereka berasal dari berbagai daerah di Jambi serta Palembang dan Riau bahkan dari

  Malaysia. Hal tersebut menunjukan keberhasilan upaya yang dilakukan pondok pesantren Al-Jauharen guna menjawab tantangan zaman.

  Guru atau Kiai

  Secara khusus guru memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pendidikan dan pengajaran di lokal. Sebelum melakukan tugasnya, mereka memiliki kewajiban mempersiapkan program kerja tahunan, semester, bulanan dan mingguan. Kemudian dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya hasil pekerjaannya dilakukan evaluasi dengan penuh kemandirian dan kejujuran. Dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk program-program pada tahun dan semester selanjutnya agar lebih baik. Berikut adalah data staf pengajar di Pondok Pesantren Al-Jauharein.

  Tabel 3 Daftar Majelis Guru dan Pegawai Madrasah Aliyah Swasta Pondok Pesantren AL-Jauharen

  NAMA JABATAN Guru KH. Sirojuddin H. Muhammad Syah Albani, A.Md, S.Pd Syamsuril Firdaus, S.Pd Guru A. Rozak Thalib Guru H. A. Karimuddin H.M Syihabuddin, S.Pd.I Aziz Muslim, S.Pd.I Muhammad Amin, HM, S.Pd.I Abdul Rofur Muhamad Isa, S.Pd.I Said Muhammad Hapiz, S.Pd.I Edi Susanto, S.Pd Ahmad Mustaqim, SE Dra. Siti Raihani Ulfa, S.Ag

  Kepala MAS AL-Jauharen Wakil Kepala TU MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Guru MAS Tabel 4 Daftar Majelis Guru dan Pegawai MTs AL-Jauharen NO NAMA JABATAN

  1 Kepala MTs Al-Jauharen Drs. Muhammad Rafi’i

  2 Muhammad Sofwan, S.Pd Wakil MTs. Al-Jauharen Hermantoni, S.Pd.i TU. MTs

  3 Rahim Fadli Guru MTs

  4

  5 Muftaridi Guru MTs

  6 Ahmad Hidri Guru MTs

  7 Almufaddol Guru MTs

  8 Muslimaini, S.Pd Guru MTs Marlina, S.Pd.I Guru MTs

  9

  10 Siti Aisyah, S.Pd.I Guru MTs

  11 Siti Muthmainnah, S.Pd.I Guru MTs

  12 Nike Fitria, S.Pd.I Guru MTs

  13 Fitri Hajariah, S.Pd.I Guru MTs Nurhikmah Guru MTs

  14

  15 Guru MTs Rif’ah

  Guru MTs

  Masjid

  Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan shalat berjamaah setiap waktu shalat , juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah, baik sebelum maupun sesudahnya. Pada sebagian pondok pesantren. Masjid juga berfungsi sebagai tempat i'tikaf dan melaksanakan latihan-latihan, atau

  36 suluk dan zikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi.

36 Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren . (Jakarta: LP3ES, t. th), hal. 136.

  Saat ini pondok pesantren Al-Jauharein memiliki satu bangunan Masjid, yaitu masjid Darul Al-Jauharen yang masih dalam proses perbaikan, tetapi sudah bisa digunakan beribadah oleh para santri dan masyarakat di sekitar pondok. Masjid dibangun dari hasil pembayaran SPP santri serta infaq dari masyarakat sekitar. Masjid Darul Al-Jauharen dibangun pada tahun 2005.

  Pondok

  Pondok merupakan tempat tinggal kiai bersama santrinya. Mereka memanfaatkannya dalam rangka bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim. Di samping pondok dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, untuk mengikuti pelajaran dengan baik yang diberikan oleh kiai, tetapi juga sebagai tempat latihan bagi santri yang bersangkutan agar mampu hidup

  37 mandiri dalam masyarakat.

  Di dalam asrama sendiri para santri harus mematuhi tata tertib yang sudah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan agar para santri belajar disiplin, selain itu untuk membentuk karakter mereka sebelum menghadapi kehidupan ditengah masyarakat. Berikut adalah tata tertib Pondok Pesantren Al-Jauharen:

  1. Menjunjung tinggi nama baik pondok pesantren Al-Jauharen, taat dan patuh sepenuhnya kepada pimpinan, pengurus, KMI dan seluruh Ustaz/ustzah serta melaksanakan bimbingannya dengan sungguh-sungguh dalam segala bidang 37 tanpa membantah.

  

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Cet. I; Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 1996), hal

47.

  2. Mentaati segala disiplin yang ditetapkan pondok pesantren Al-Jauharen serta taat segala kebijakan pimpinan dan tidak akan melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan atas peraturan yang ditetapkan pondok

  3. Bersikap sopan dan berakhlakul karimah dan menjaga persaudaraan sesuai dengan syar’i, serta mengikuti semua kegiatan yang ditetapkan pondok, baik santri yang mondok maupun yang tidak mondok diwajibkan mengikutinya.

  4. Tidak membawa HP (hand phone) apabila saya kedapatan membawa HP tersebut, Maka HP saya bersedia diambil atau dijual untuk asset pondok.

  5. Tidak memakai perhiasan emas, memakai celana lepis, jilbab yang pendek, membawa senjata tajam, dan alat-alat music sejenisnya,. Apabila kedapatan saya bersedia diberi sanksi dan barang tersebut disita dan dimusnahkan oleh petugas pondok yang berwewenang.

  6. Tidak keluar dari lingkungan pondok tanpa surat izin dari bagian yang ditunjuk oleh pondok atau oleh ustaz/ustzah, apabila saya melanggar dan terjadi hal yang tidak diinginkan akibatnya saya tanggung sendiri dan saya bersedia menerima surat peringatan terakhir dari pengurus pondok pesantren Al-Jauharen.

  7. Tidak menjalin hubungan asmara, atau bergaul bukan muhrim dan membuat keonaran atau berkelahi, saya bersedia menerima sanksi diskor dan memanggil orang tua saya.

  8. Bersedia dikembalikan kepada orang tua saya apabila melanggar peraturan yang ditetapkan pondok dan mendapat surat peringatan tertulis sampai tiga kali.

  9. Apabila melanggar peraturan atau tata tertib pondok yang sangat berat atau patal saya bersedia dikeluarkan atau dikembalikan kepada kedua orang tua saya.

  10. Tidak mengambil barang yang bukan hak milik saya atau mencuri barang orang lain, apabila melanggar saya bersedia diberi sangsi dikembalikan kepada orang tua saya. 11. akan mempengaruhi atau menjadi propokator teman yang lain Tidak menjelekkan nama baik pondok dan ustaz/ustazah, apabila saya melakukan hal tersebut maka saya bersedia diberikan sanksi dan dikeluarkan dari pondok.

  Struktur Lembaga

  Tahun 2004, setelah kembali beroperasinya pondok pesantren Al-Jauharein, maka digunakan format yang baru dalam struktur pondok. Seanjutnya pada tahun 2007 pondok telah menjadi yayasan berdasarkan akta No. 26/18-06-2007 dengan notaris dan pejabat pembuat akta tanah (PPAT) bapak Suprianto Kang, S.H., M.M. penetapan dilakukan pukul 13.30 WIB dan dihadiri beberapa saksi diantaranya adalah tuan Muhammad Yahya Azed, Alwi Haji Mahfuz, Haji Fuad Azoeddin, Abdul Bari Azed, Navic Azed, Nuriah, dan Fauziah Azed. Dan yang menjadi ketua yayasan Pondok Pesantren Al-Jauharen pertama adalah Mohammad Yahya Azed, kemudian digantikan Drs. Hasif Kalimuddin Syam dan diwakili Bari Azed.

  38 PENUTUP

  Berdasarkan uraian di atas yang penyusun kemukakan pada setiap bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan dalam beberapa bagian diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan awal kedatangan Islam itu sendiri. Dalam perkembangannya dapat dibagi dalam tiga fase utama yaitu sejak awal kedatangan Islam yang berlangsung sejak abad ke-8 hingga awal abad ke-13 M. Tahap kedua adalah masa kerajaan Islam yang berlangsung sejak abad 14 sampai dengan 17 M. Tahap yang ketiga adalah masa penjajahan dimana perkembangan kelembagaan Islam bermula pada abad ke-16 hingga 19 M. tahapan ini berlangsung setelah agama Islam tersebar luas di seluruh kepulauan Nusantara, dan pada tahapan tersebut modernisasi juga terjadi dalam pendidikan Islam.

  2. Sedangkan di Jambi perkembangan pendidikan Islam terjadi secara pesat pada saat munculnya persatuan Tsamaratul Insan pada tahun 1914 M. Yang kemudian 38 Lihat Arsip Supriyanto, Kang. Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Di Jambi, Yayasan menjadi asal mula berdirinya empat lembaga pendidikan Islam di Jambi. Yaitu Madrasah Nurul Iman, Madrasah Saadatud Daraen, Madrasah Al-Jauharen dan Madrasah Nurul Islam.

  3. Pondok pesantren Al-Jauharen merupakan salah satu pondok tertua di Jambi yang berdiri pada tahun 1927. Guru H.Abdul Majid Bin Hamzah yang merupakan pimpinan Al-Jauharen pertama. Pada perkembangannya mengalami pasang surut akibat perubahan zaman serta munculnya tantangan yang berbeda disetiap zamannya. Hingga akhirnya mengalami kemunduran pada tahun 1989. Serta kembali diaktifkan pada tahun 2003 dengan format yang baru dibawah kepemimpinan H. Sirojuddin Muhammad. Sehingga sejak tahun 2003 Madrasah Al-Jauharen berubah menjadi pondok pesantren Al-Jauharen.

  4. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauharen setelah tahun 2003 hingga tahun 2016 atau masa kontemporer menunjukan bahwa dalam setiap zaman maka akan muncul tantangan serta tindakan. Tantangan yang dihadapi Al-Jauharen sebagai suatu lembaga pendidikan Islam harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat pada zamannya. Sehingga modernisasi pendidikan pada pondok pesantren Al- Jauharen merupakan salah satu tanggapan untuk menjawab kebutuhan masyarakat serta lulusan yang mampu bersaing dengan perkembangan teknologi saat ini.

  Penggabungan sistem kurikulum salafiyah dan kholafiyah akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara spiritual.

  Buku, Thesis dan Skripsi

  Hasymy, A. 1989, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia : Kumpulan Prasaran pada Seminar di Aceh . Offact. Azra, Azyumardi. 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

  Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia

  . Bandung: Mizan. Azra, Azyumardi. 2012, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III . Jakarta : Kencana.

  Abdul, Hadi W.M. 2013. Pusat Kebudayaan dan Kegiatan Intelektual Islam di Nusantara . Bahan Kuliah Universitas Paramadina. A.Mukty Nasrudin. Jambi dalam Sejarah Nusantara 692-1949. (Stensilan, t,t). Daradjat, Z. 1996. Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah. Jakarta: Ruhama. Supardan, Dadang. 2013. Pengantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural . Jakarta : Bumi Aksara. Departeman Agama RI. 2002. Metodologi Pembelajaran di Salafiyah. Departemen Agama RI. Jakarta. Respati, Djenar. 2014, Sejarah Agama-Agama di Indonesia,ungkap Proses Masuk dan Berkembangnya . Yogyakarta: Araska Publisher. Dini Kurniasih. “ Sejarah Perkembangan Pesantren Syekh Maulana Qory dari tahun

  1985- 2015 Desa Titian Teras Kabupaten Merangin” Skripsi : Jurusan Sejarah Kebudayan Islam IAIN Sultan Thaha Syaifuddin. Jambi tahun 2016

  Agus, Hasan Basri. 2012. Pejuang Ulama Pejuang Negeri Melayu Jambi. Jambi : Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi. Ziady, Ibni, dkk. 2014, Gentala Arasy. Jambi : Pusat Kajian pengembangan sejarah dan Budaya Jambi. Abdul, Hadi WM. Islam dan Kebudayaan Indonesia. Program studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina.