BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM_d578896a27_BAB IV004. Bab 4 Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.pdf
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
4.1
Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya kepada
masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada
taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat
terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat
atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4.1.1
Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang
kehidupan dan pembangunan.
Kegiatan responsif gender Bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural
Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Cipta Karya.
Kegiatan responsif gender dalam Bidang Cipta Karya hendaknya dimulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: pertama,
IV - 1
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
mengenali masalah mendasar yang menyebabkan terjadinya kesenjangan infrastruktur bidang cipta
karya. Kedua, mengidentfikasi alternatif untuk memecahkan masalah, dan ketiga, menetapkan
beberapa alternatif yang dipilih dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, memperhitungkan
sumber daya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, serta posisi yang dikembangkan. Kemudian
dalam pelaksanaan bidang cipta karya ada beberapa persyaratan pokok yang perlu diperhatikan :
pertama, kegiatan yang dilakukan harus terarah atau menguntungkan masyarakat miskin, terbelakang
dan tertinggal. Kedua, pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dimulai dari pengenalan apa
yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga, mengembangkan kegiatan bersama
(kooperatif) dalam kelompok yang dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal, jenis usaha atau
kesamaan latar belakang. Keempat, menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk turut serta
membantu dalam rangka kesetiakawanan nasional. Disini termaksud keikutsertaan orang-orang
setempat yang telah maju.
Dalam pengarusutamaan gender di Kabupaten Mojokerto ternyata kaum hawa yang identik
dengan kelembutan sosialnya tidak mendominasi dalam hal pekerja sosial ini. Terbukti, jumlah kader
perempuan selalu lebih sedikit daripada kader laki-laki. Berdasarkan data Dinas Sosial pada
Kabupaten Mojokerto dalam angka tahun 2015 diketahui memiliki sebanyak 101 Kader, kemudian
turun menjadi 23 kader pada tahun 2014. Pada tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 479 kader.
Dimana kader perempuan sebesar 121 orang dan kader laki-laki sebesar 121 orang pada tahun 2015.
Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Kerja Sosial Masyarakat Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015
No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Jatirejo
17
4
21
2
Gondang
33
2
35
3
Pacet
18
2
20
4
Trawas
22
6
28
5
Ngoro
20
14
34
6
Pungging
8
-
8
7
Kutorejo
38
3
41
8
Mojosari
8
7
15
9
Bangsal
7
6
13
10
Mojoanyar
50
25
75
11
Dlanggu
24
6
30
12
Puri
23
13
36
IV - 2
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No.
Kecamatan
13
Trowulan
14
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
7
8
15
Sooko
12
4
16
15
Gedeg
31
10
41
16
Kemlagi
-
-
-
17
Jetis
17
4
21
18
Dawarblandong
23
7
30
Jumlah 2015
358
121
479
Jumlah 2014
17
6
23
74
325
Jumlah 2013
251
Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam Angka, 2016
Berikut ini merupakan tabel program nasional pemberdayaan masyarakat tahun 2015 pada 12
Kecamatan di Kabupaten Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo,
Kecamatan Trowulan, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Jetis, Kecamatan Dawarblandong dan
Kecamatan Mojoanyar. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya bagi pengarusutamaan
gender di Kabupaten Mojokerto sesuai program/kegiatan, lokasi, manfaat bagi kaum perempuan dan
rumah tangga miskin.
Tabel 4.2
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Bidang Cipta Karya
di Kecamatan Penerima PNPM Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
Kecamatan/Desa
1
a
b
c
d
e
Kecamatan Trawas
Desa Trawas
Desa Duyung
Desa Belik
Desa Sugeng
Desa Jatijejer
f
2
a
b
3
Desa Sukosari
Kecamatan Pacet
Desa Nogosari
Desa Pacet
Kecamatan
Pungging
Desa Kalipuro
Desa Sekargadung
Kecamatan
Kutorejo
a
b
4
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Rumah Tangga
Miskin
Dsn. Jara’an
Dsn. Duyung
Dsn. Belik
Dsn. Sugeng
Dsn. Urungurung
Dsn. Sukosari
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
85
740
671
313
40
87
668
874
329
50
45
358
135
225
25
Air Bersih (Pipanisasi)
157
158
125
-
Air Bersih
Saluran Drainase
464
127
476
74
573
124
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
1.490
734
1.558
726
1.561
654
IV - 3
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
Kecamatan/Desa
a
b
c
5
a
b
Desa Jiyu
Desa Kepuharum
Desa Kutorejo
Kecamatan Dlanggu
Desa Tumapel
Desa
Kedunglengkong
Kecamatan
Gondang
Desa Bening
Desa Karangkuten
Kecamatan Jatirejo
Desa Sumberagung
Desa Karangjeruk
Desa Mojogeneng
Desa Sumberjati
Desa Kumitir
Desa Bleberan
Desa Rejosari
Kecamatan
Trowulan
Desa Watesumpak
Desa Jambuwok
Desa Sentonorejo
Desa Domas
Desa Bicak
Kecamatan Kemlagi
Desa Mojodadi
Desa Mojopilang
Desa Mojosarirejo
Desa Beratkulon
Kecamatan Jetis
Desa Sawo
Desa Sidorejo
Desa Penompo
Kecamatan
Dawarblandong
Desa Jatirowo
Desa Cinandang
Desa Dawarblandong
Kecamatan
Mojoanyar
Desa Sadartengah
Desa Ngarjo
Desa Wunut
6
a
b
7
a
b
c
d
e
f
g
8
a
b
c
d
e
9
a
b
c
d
10
a
b
c
11
a
b
c
12
a
b
c
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
270
711
704
274
660
709
Rumah Tangga
Miskin
165
520
251
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
59
257
64
260
74
310
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
447
135
449
100
265
70
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Air Bersih
89
135
40
60
50
36
51
73
105
50
72
61
24
61
162
240
101
141
120
60
112
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
850
869
250
693
450
1.091
1.276
270
625
543
520
1.063
202
666
95
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
378
1.301
487
520
450
1.383
531
560
828
2.684
1.018
1.080
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
182
510
74
184
614
114
53
267
58
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
135
176
149
144
152
153
450
133
53
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
256
96
147
367
73
156
310
15
303
IV - 4
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
d
e
Kecamatan/Desa
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Desa Sumberjati
Saluran Drainase
122
Desa Gayaman
Saluran Drainase
170
Sumber : Kumpulan SPC Tahun 2015 Bapemas Kabupaten Mojokerto
117
200
Rumah Tangga
Miskin
119
130
Berikut ini merupakan tabel Data Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS II) – Tahun Anggaran 2014 pada 8 Desa di 4 Kecamatan Kabupaten
Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Gondang. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mojokerto sesuai
program/kegiatan sarana SPAM, lokasi dan penerima manfaat per jiwa.
Tabel 4.3
Data PAMSIMAS II – Tahun 2014 Kabupaten Mojokerto
Desa
No. Desa/Kecamatan
APBN/APBD
1 Ketapanrame/
Trawas
2 Pucuk/
Dawarblandong
3 Kuripansari/ Pacet
4 Ngembat/
Gondang
5 Wiyu/ Pacet
6 Jatidukuh/
Gondang
7 Selotapak/ Trawas
8 Begaganlimo/
Gondang
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd
Target
Realisasi
saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg
SR tanpa
HU / KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
391
0
1
1542
1564
APBN
Ada
APBN
Ada
44
0
1
2176
178
APBN
APBN
Ada
Ada
339
0
144
1
1
1353
866
1356
866
APBN
APBN
Ada
Ada
376
0
15
1
1
1453
3123
1504
55
APBD
APBD
Ada
Ada
0
48
286
61
1
1
1188
657
1188
657
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Tabel 4.4
Data PAMSIMAS II – Tahun 2015 Kabupaten Mojokerto
Desa
No. Desa/Kecamatan APBN/
APBD
Nama
BPSPAMS
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
1 Madureso/
Dawarblandong
APBN
Tirta Lestari
Ada
2 Suru/
Dawarblandong
APBN
Tirta Wiguna
Ada
3 Mojowiryo/
Kemlagi
APBN
Tirta Wirya
Ada
4 Jatirejo/ Jatirejo
APBD Tirta Sumberejo
Ada
Jumlah Pengguna Sarana
Target
Realisasi
SPAM sd saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg SR tanpa
HU/KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
12
1 (dg
857
47
Meter
Air)
41
1 (dg
850
253
Meter
Air)
1
19
2 (dg
854
104
Meter
Air)
10
1 (dg
1.197
44
IV - 5
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Desa
No. Desa/Kecamatan APBN/
APBD
5 Kunjorowesi/
Ngoro
6 Watesnegoro/
Ngoro
7 Kembangsri/
Ngoro
8 Lebakjabung/
Jatirejo
Jumlah Pengguna Sarana
Target
Realisasi
SPAM sd saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg SR tanpa
HU/KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
Meter
Air)
9
1
1.037
42
Nama
BPSPAMS
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
APBN
Sumber Abadi
Ada
APBN
Tirto Rojo Bali
Ada
30
850
151
APBN
Sumber Tirta
Makmur
Tirta
Panguripan
Ada
140
834
700
1.266
133
APBD
Ada
27
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Akses dan kontrol perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Akses, yaitu pengakuan, peluang, dan jaminan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan
pilihan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Partisipasi ide dan keterampilan, yaitu keterlibatan perempuan secara penuh dalam semua
tingkatan pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
c. Kontrol, yaitu kewenangan atau hak setiap perempuan untuk menggunakan dan mengawasi
pelaksanaan setiap keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
d. Kesejahteraan, yaitu hak yang sama bagi setiap perempuan untuk mendapatkan manfaat dari
setiap keputusan untuk menggunakan infrastruktur bidang cipta karya.
Manfaat partisipasi perempuan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Ikut serta dalam memanfaatkan infrastruktur seperti TPA, Sanimas, penyediaan infrastruktur
permukiman, RTH, IPLT, SPAM, dan bentuk pembangunan fisik lainnya
b. Ikut serta dalam menikmati manfaat secara pribadi seperti merasa puas terhadap hasil
pembangunan yang telah tercapai, merasa aman di dalam hidup bemasyarakat, serta memperoleh
kehidupan masa depan yang lebih baik.
Permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang terkait pengurustamaan gender dalam
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Masih rendahnya pertisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
terutama pada musyawarah desa pertanggung jawaban, musyawarah desa, serah terima, dan
pemeliharaan kegiatan
b. Masih rendahnya manfaat pembangunan infrastruktur cipta karya bagi kaum perempuan
IV - 6
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
c. Masih rendahnya terlibat di dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat
d. Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan
e. Perlunya pendekatan pada masyarakat terutama kaum perempuan dalam meningkatkan
partisipasi, sehingga masyarakat merasa dibutuhkan dan berperan dalam proses pembangunan di
wilayahnya, sehingga secara spontan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka
berusaha merealisasikan apa yang mereka upayakan bersama
4.1.2
Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara
sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh
yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
IV - 7
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Tabel 4.5
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
Program/Kegiatan
1
BANGKIM
2
PBL
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan
Agropolitan/Minapolitan
Pengembangan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan
3
PLP
Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota
Pembangunan IPLT
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
2.200 jiwa/km2
1.157 jiwa/km2
1.157 jiwa/km2
Penanganan Sosial
Pembentukan kader lingkungan untuk monitoring kegiatan
agar berkelanjutan
Pembentukan kelompok tani di kawasan Agropolitan untuk
ikut serta dalam kontrol penyediaan infrastruktur permukiman
Pembentukan kelompok pecinta wisata heritage di kawasan
wisata untuk ikut terlibat dalam pengembangan PSD dan
keberlanjutan program
50.000 jiwa/unit
Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di tiap
Kecamatan dalam pembangunan IPLT terpusat agar
pemanfaatannya berkelanjutan
Pembangunan IPAL Komunal
1.000 jiwa/unit
Pembangunan MCK++
1.000 jiwa/unit
Pembangunan Biofilter
100 jiwa/unit
Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam
pembangunan IPAL komunal agar pemanfaatannya
berkelanjutan
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan
jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah
dengan offsite system agar pemanfaatannya berkelanjutan
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan
jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah
dengan sistem biofilter agar pemanfaatannya berkelanjutan
Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Drainase Perkotaan
Pembangunan PS Drainase Perkotaan
1.157 jiwa/km2
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan serta
jajaran SKPD dalam pembangunan PS drainase perkotaan
agar pemanfaatannya berkelanjutan
IV - 8
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Sektor
Program/Kegiatan
Pembangunan Lubang Resapan Biopori
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
50 jiwa/unit
Penanganan Sosial
Melibatkan Kader lingkungan, Ibu-ibu PKK dan komunitas
pecinta lingkungan dalam pembangunan lubang resapan
biopori agar turut melestarikan serta terlibat aktif dalam
penggunaannya
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Persampahan
Pembangunan TPA Sampah Regional
10.000 jiwa/unit
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan TPA Sampah
Kabupaten/Kota
50.000 jiwa/unit
Pembangunan TPS 3R
1.000 jiwa/unit
Kerjasama Dinas Kebersihan dan Pertamanan antara
Kabupaten Kediri-Kota Kediri dalam pembangunan TPA
sampah regional agar pemanfaatannya optimal dan
berkelanjutan
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan dan SKPD
Kecamatan Badas dalam
rehabilitasi/peningkatan/pembangunan TPA agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan untuk
memonitoring kegiatan pembangunan TPST/3R agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas/SLBM)
Pembangunan Sanimas
4
Air Minum
100 jiwa/unit
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan, SKPD di setiap
kecamatan dan Ibu-ibu PKK di seluruh Kabupaten Kediri untuk
memonitoring kegiatan pembangunan Sanimas agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
5 jiwa/SR
Melibatkan kader lingkungan dan SKPD di masing-masing IKK
untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM IKK agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
Pembangunan sarana air bersih di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
Pengembangan SPAM IKK
IV - 9
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Sektor
Program/Kegiatan
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
Penanganan Sosial
Optimalisasi sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
Optimalisasi sarana air minum di IKK
100 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, masyarakat setempat dan
SKPD di masing-masing IKK untuk memonitoring kegiatan
optimalisasi sarana air minum agar pemanfaatannya optimal
dan berkelanjutan
60 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat
setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan
pembangunan SPAM Pedesaan agar pemanfaatannya
optimal dan berkelanjutan
Pembangunan SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
Pembangunan SPAM Pedesaan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih Perdesaan (HIPPAM)
Pembangunan HIPPAM
60 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat
setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan
pembangunan HIPAM agar pemanfaatannya optimal dan
berkelanjutan.
Sumber : Hasil Analisa, 2016
IV - 10
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
4.2
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan
analisis yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi
lokal masyarakat.
4.2.1
Kemiskinan
Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,
serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 mengalami peningkatan hingga
tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan . Permasalahan kemiskinan ini selalu
menjadi yang menonjol di antara permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah keluarga miskin
yang dicatat BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 untuk perempuan sebesar 8.683 jiwa dan
laki-laki sebesar 16.819 jiwa. Di tahun 2013 meningkat untuk perempuan sebesar 13.381 jiwa dan lakilaki sebesar 29.333 jiwa. Tahun 2014 meningkat untuk perempuan sebesar 16.111 jiwa dan laki-laki
sebesar 36.441 jiwa. Di tahun 2015 menurun untuk perempuan sebesar 13.954 jiwa sedangkan lakilaki sebesar 35.159.
Jumlah penduduk miskin menjadi indikator keseriusan suatu daerah dalam pembangunan
daerah. Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat menjadi preseden buruk bagi kemajuan suatu
daerah sekaligus “raport merah” para penyelenggara Pemerintahan Daerah. Berikut ini merupakan
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2015.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
No
Kecamatan
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
1
Jatirejo
1.557
894
2
Gondang
1.222
683
3
Pacet
1.205
561
4
Trawas
851
571
5
Ngoro
5.187
1.591
6
Pungging
1.142
496
7
Kutorejo
2.183
1.085
8
Mojosari
1.733
546
9
Bangsal
1.075
603
10 Mojoanyar
1.505
647
11 Dlanggu
1.930
629
12 Puri
2.742
721
13 Trowulan
917
790
IV - 11
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
14
15
16
17
18
Kecamatan
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Sooko
1.339
378
Gedeg
2.139
644
Kemlagi
2.493
784
Jetis
2.387
1.602
Dawarblandong
3.552
729
Jumlah 2015
35.159
13.954
Jumlah 2014
36.441
16.111
Jumlah 2013
29.333
13.381
Jumlah 2012
16.819
8.683
Sumber : Kabupaten Mojokerto Dalam Angka Tahun 2016
Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan
manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung
(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya
dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi
lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya
infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan
untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Mojokerto
apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.
Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi
kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,
rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan
tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang
sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan
dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:
1. Kesehatan lingkungan (environmental health) masyarakat miskin sangat menderita jika air,
udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi
2. Sumber penghidupan (livelihoods) masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung
secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air
terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan
3. Kerentanan (vulnerabiliti) masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya
lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut
IV - 12
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan adalah dengan cara:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai
2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan sanimas, dan TPST 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk
3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan
4. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta
karya yang baik dan layak
5. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan
barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi
kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri
6. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuannya
7. Upaya mengurangi volume sampah dengan cara memilah dan memanfaatkan sampah yang masih
memiliki nilai ekonomi melalui sebuah gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah.
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi
Lokal Masyarakat
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran
pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga
berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi
yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan.
Pada hakekatnya pembangunan proyek-proyek (infrastruktur) yang dilaksanakan pemerintah
dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan menurunkan biaya dalam kegiatan langsung produktif ekonomi serta dapat
IV - 13
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di
bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air
Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang
layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika
kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor
rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan output dan berdampak pada
perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.
Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun
industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun
munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan
memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu
penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.
Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan
berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat meningkatkan ekonomi lokal masyarakat
melalui kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain:
1. Kebijakan dan Program pada bidang pengembangan permukiman kepada masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Contoh programnya antara lain adalah
pengembangan permukiman, penyediaan sarana prasarana sehat perumahan dan pembangunan
infrastruktur perdesaan.
2. Kebijakan dan Program penataan bangunan dan lingkungan yang berdampak pada peningkatan
ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana-prasarana pembangunan bangunan dan
lingkungan secara teratur dilaksanakan dan berkelanjutan. Contoh programnya antara lain
IV - 14
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran,
dan revitalisasi kawasan.
3. Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat maka setiap Pemerintah Kabubaten/Kota
perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya melalui kebijakan penyehatan
lingkungan permukiman dengan infrastruktur yang memadai. Karena melalui penyediaan layanan
infrastruktur yang memadai maka akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kesejahteraan rakyat . Contoh programnya antara lain peningkatan infrastruktur
air limbah, peningkatan infrastruktur drainase, peningkatan infrastruktur persampahan, dan
peningkatan infrastruktur sanitasi.
4. Sistem penyediaan air minum (SPAM) juga termasuk kebijakan dan program yang berpengaruh
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan
agar masing-masing Pemerintah Daerah memperhatikan skala prioritas pembangunan sistem
penyediaan air minum (SPAM) yang akan mampu memberikan dampak multiplier effect yang besar
terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
5. Peningkatan infrastruktur persampahan merupakan salah satu program yang berdampak pada
aspek lingkungan dan aspek ekonomi masyarakat. Dalam melakukan pemilahan sampah guna
mengurangi volume sampah dan memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi melalui
gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah, maka dilakukan sosialisasi dan publikasi epada
pengurus lingkungan dan warga diharapkan dapat membangun motivasi dan kesadaran warga
untuk menangani sampah secara mandiri di rumah masing-masing. Dimana paya sosialisasi dan
publikasi ini harus dilakukan secara terus-menerus sebagai langkah edukasi.
4.3
Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang
Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara
lain
Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
IV - 15
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Dalam
penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau
program,
KLHS digunakan
untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Peraturan Perundangan Terkait Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu
pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
IV - 16
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam
penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau
program,
KLHS digunakan
untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Tugas
dan
wewenang
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah
Provinsi,
dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim
dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.
Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah,
dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
IV - 17
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada Kabupaten/Kota di bidang
program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Dengan kata lain, KLHS merupakan sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada
tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing hirarki rencana tata ruang.
KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa
ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat
terintegrasi secara baik dalam penyusunan tata ruang, perlu diperhatikan kaidah asas-asas hasil
penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang, yaitu keterkaitan
(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
IV - 18
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJMadalah karena RPIJM Bidang Cipta
Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsipprinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam
menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup
IV - 19
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
1.
Isu Strategis
Kebijakan penataan ruang
Kecamatan Bangsal
sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan Kabupaten
Mojokerto.
Tabel 4.7
Matrik ’Uji Cepat’ KLHS Kecamatan Prioritas di Kabupaten Mojokerto
Kecamatan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
Kecamatan
Aspek Sosial
Aspek Sosial
a. Penataan
Bangsal
sistem lalu lintas
Masyarakat
Terjadi kemacetan
dan parkir off
mendapatkan sarana
lalu lintas
street untuk
dan prasarana
Jumlah kepadatan
mengurangi
lengkap dan
penduduk bisa
kemacetan
pelayanan fasilitas
melebihi kapasitas
perkotaan.
yang memadai
daya tampung lahan
b.
Peningkatan
dengan fokus pada
Kemungkinan
fasilitas
pengarus utamaan
meningkatnya jumlah
angkutan umum
gender.
kriminalitas
untuk
Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi
mengurangi
Membuat
Penyempitan lahan
penggunaan
perekonomian
perkotaan
bahan bakar
Kecamatan Bangsal
menyebabkan harga
minyak bumi.
meningkat
cenderung
c.
Penambahan
Mengurangi jumlah
meningkat
dan perbaikan
pengangguran
Aspek lingkungan
fasilitas jalan
dengan banyak
Meningkatkan polusi
untuk
terciptanya lapangan
udara
mempermudah
pekerjaan
Meningkatnya jumlah
aksesibilitas
sampah terutama di
masyarakat
daerah perkotaan
untuk
dan padat
beraktifitas
maupun
Meningkatnya limbah
distribusi.
cair terutama dari
d.
Pembangunan
aktivitas domestik
Rekomendasi
a. Implementasi
kebijakan
Kecamatan Bangsal
sebagai kawasan
perkotaan harus
memperhatikan
keseimbangan
kepentingan
ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup.
b. Implementasi
kebijakan penataan
ruang Kecamatan
Bangsal sebagai
Kawasan perkotaan
Mojokerto harus
didasarkan pada
keterpaduan antar
wilayah (pusathinterland) sehingga
tidak terjadi
disparitas
(kesenjangan) dari
masing-masing
aspek (sosial,
ekonomi,
lingkungan)
IV - 20
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
2.
Pengembangan kawasan
rawan banjir sangat
diperlukan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem
alami kawasan dan
mencegah timbulnya
kerusakan yang tidak
diinginkan dengan
Perencanaan penambahan
dimensi saluran drainase,
Normalisasi saluran
drainase, Rencana
penambahan bangunan
pelengkap
Kecamatan
Bangsal,
Kecamatan
Mojosari,
Kecamatan Sooko
Aspek Sosial
Terciptanya
keharmonisan
didalam masyarakat
dalam hal
kebersihan
lingkungan
Aspek Lingkungan
Mengalokasikan
tempat
pembuangan akhir
dengan batas
tertentu dari
permukiman untuk
menghindari
pencemaran
lingkungan, agar
Lingkungan menjadi
Alternatif Mitigasi
Negatif
warga
Aspek Sosial
Timbulnya konflik
kepentingan
misalnya dalam hal
pembebasan tanah
untuk lokasi
pembangunan
sarana prasarana
baru seringkali
terjadi
perselisihan/konflik
(warga dengan
pemerintah/investor)
.
Aspek Ekonomi
Pembiayaan untuk
pengadaan
prasarana yang
Rekomendasi
IPAL komunal
terutama di
kawasan padat
permukiman.
e. Pengaturan
sistem
pembuangan
dan
pengangkutan
sampah.
c. Kebijakan penataan
ruang Kecamatan
Bangsal sebagai
kawasan perkotaan
harus diikuti oleh
pengembangan
fasilitas umum dan
sosial untuk
mendukung
peningkatan
kegiatan perkotaan
a. Pembersihan
a. Pembersihan dan
drainase akan
peningkatan
meningkatkan
saluran drainase
kebersihan
dilakukan untuk
lingkungan dan
mendukung
mengurangi resiko
kelestarian
pencemaran air
lingkungan
tanah.
(khususnya air)
b. Pengawasan
b. Pengoptimalan
drainase
sistem saluran
menyebabkan tidak
drainase yang
bercampurnya air
dapat dijangkau
hujan dengan
masyarakat desa.
dengan limbah
cair.
c. Merencanakan
sistem drainase
dengan tepat dan
IV - 21
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
3.
Pembuatan sistem sanitasi
dengan Pembangunan
Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) komunal
Kecamatan
Bangsal,
Kecamatan Gedeg,
Kecamatan Ngoro,
Kecamatan Jetis,
Kecamatan
Mojosari,
Kecamatan Pacet,
Kecamatan Sooko,
Kecamatan
Dawarblandong
Pengaruh
Positif
Negatif
lebih bersih dan
cukup mahal. sehat
Diperlukan anggaran
khusus untuk
Meminimalisir
operasi dan
bahaya/polusi akibat
pemeliharaan.
dari penumpukan
Aspek
Lingkungan
sampah seperti
banjir dan polusi air. Pengembangan
sarana prasarana
baru mengakibatkan
terjadinya alih fungsi
lahan misalnya
penyediaan jalur
pedestrian.
Aspek Sosial
Aspek Sosial
Peningkatan kualitas
Timbulnya konflik
hidup dengan
kepentingan
terpenuhinya
misalnya dalam hal
kebutuhan pengolahan
pembebasan tanah
air limbah
untuk lokasi
Aspek Ekonomi
pembangunan
sarana prasarana
Peningkatan nilai
baru seringkali
tambah dari usaha
terjadi
pemanfaatan limbah
perselisihan/konflik
Lingkungan yang
(warga dengan
sehat dan konsumsi
pemerintah/investor)
air bersih berdampak
.
pada sehatnya
Aspek Ekonomi
lingkungan sehingga
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
melaksanakannya
sehingga drainase
berfungsi sesuai
fungsinya.
a. Adanya sistem
a. Pengelolaan air
pengolahan air
limbah dilakukan
limbah mengurangi
untuk menjaga
resiko pencemaran
kelestarian sumber
air tanah.
daya air
b. Melakukan
b. Diikuti dengan
pemantauan
kegiatan evaluasi
secara berkala
dan monitoring.
untuk memastikan
sistem pengolahan
air limbah masih
berfungsi dengan
baik.
c. Pembangunan
IPAL komunal
IV - 22
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
4.
Isu Strategis
peningkatan pengelola
sampah di TPS untuk
melakukan pemilahan
sampah antara sampah
organik dan non organik,
hingga pengolahan sampah
organik menjadi kompos
dan daur ulang sampah.
Kecamatan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
masyarakat jarang
harus
Pembiayaan untuk
sakit (hemat biaya
memperhatikan
pengadaan
kesehatan).
jarak antara
prasarana yang
sumber air bersih
Aspek Lingkungan
cukup mahal. untuk menghindari
Mengalokasikan
Diperlukan anggaran
terjadinya
tempat pembuangan
khusus untuk
pencemaran air
akhir limbah industri
operasi dan
bersih dengan
untuk menghindari
pemeliharaan.
bakteri.
pencemaran
Aspek Lingkungan
d. Hasil pengolahan
lingkungan, agar
Pengembangan
air limbah grey
Lingkungan menjadi
sarana prasarana
water dapat
lebih bersih dan seha
baru mengakibatkan
digunakan untuk
Meminimalisir
terjadinya alih fungsi
menyiram
bahaya/polusi akibat
lahan misalnya
tanaman.
dari penumpukan
penyediaan jalur
sampah dan limbah
pedestrian.
industri
Terjadinya
pencemaran air
bersih
Kecamatan
Aspek Sosial
Bangsal,
Terciptanya
Kecamatan Gedeg,
keharmonisan didalam
Kecamatan Ngoro,
masyarakat dalam hal
Kecamatan Jetis,
kebersihan lingkungan
Kecamatan
terutama dalam
Mojosari,
penanggulangan
Kecamatan Pacet,
persampahan
Kecamatan Sooko, Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi
Pembiayaan untuk
pengadaan
prasarana yang
cukup mahal. Diperlukan anggaran
khusus untuk
operasi dan
pemeliharaan.
Rekomendasi
a. Sosialisasi dengan a. Menggalakkan
warga mengenai
kembali programpemilahan sampah
program
dan sistem
pengelolaan
pembuangan dan
sampah reduce,
pegangkutan
reuse, recycle (3R)
sampah.
baik dari segi
b. Sosialisasi dengan
kualitas dan
masyarakat untuk
kuantitas.
IV - 23
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Kecamatan
Dawarblandong,
Kecamatan
Trowulan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
Aspek Lingkungan
mengolah sampah
Lingkungan yang
organik menjadi
Pengembangan
bersih dan sehat
pupuk yang dapat
sarana prasarana
berdampak pada
digunakan untuk
baru mengakibatkan
sehatnya lingkungan
bercocok tanam
terjadinya alih fungsi
sehingga masyarakat
c.
Pengembangan
lahan. jarang sakit (hemat
konsep
Menimbulkan bau
biaya kesehatan).
pengelolaan
tidak nyaman
Aspek Lingkungan
sampah terpadu,
Mengalokasikan
yang
tempat pembuangan
mengkombinasikan
akhir dengan batas
berbagai teknik
tertentu dari
pemanfaatan dan
permukiman untuk
pemusnahan
menghindari
sampah, seperti
pencemaran
daur ulang plastik
lingkungan, agar
dan kertas,
Lingkungan menjadi
pengkomposan,
lebih bersih dan sehat
serta insinerasi.
Peningkatan nilai
tambah dari usaha
pemanfaatan limbah
sampah seperti pupuk
kompos, dan
sebagainya.
Meminimalisir
bahaya/polusi akibat
dari penumpukan
sampah seperti banjir
dan polusi udara.
Rekomendasi
b. Peningkatan
cakupan pelayanan
dan kualitas sistem
pengelolaan
persampahan.
c. Penetapan
berbagai peraturan
resmi yang
berkaitan dengan
penerapan konsep
Zero Waste
d. Pengurangan
sampah
semaksimal
mungkin dimulai
dari sumbernya
e. Sosialisasi kepada
masyarakat akan
pentingnya
pemilahan sampah
organik dan organik
f. Pemberdayaan
masyarakat tentang
daur ulang sampah
IV - 24
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
5.
Isu Strategis
Perbaikan lingkungan
perumahan kurang layak
huni dan pencegahan
bencana alam
Kecamatan
Pengaruh
Positif
Negatif
Kecamatan
Aspek Sosial
Aspek Lingkungan
Gedeg,
Bertambahnya
Menambah pilihan
Kecamatan Sooko,
limbah cair
tempat tinggal
Kecamatan
masyarakat. Kawasan Bertambahnya
Trowulan.
tempat tinggal
jumlah sampah
masyarakat lebih
domestic
tertata dengan adanya Berkurangnya
pemukiman serta
daerah resapan air.
dapat menekan angka Meningkatnya
kumuh.
jumlah kendaraan
Aspek Ekonomi
Bertambahnya
Meningkatkan
polusi udara
pendapatan
masyarakat dengan
membuka
usaha/lapangan
pekerjaan disekitar
permukiman
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
a. Untuk menangani
libah cair
sebaiknya
memfasilitasi
perumahan dengan
pembangunan
IPAL komunal.
b. Membuat sistem
pembuangan
sampah dan
pengangkutan
sampah dari
perumahan ke
TPS.
c. Membangun
biopori sebagai
daerah resapan air
tambahan.
d. Mewajibkan
adanya lahan hijau
di perumahan dan
ditanami dengan
pohon.
e. Mengatur sistem
lalu lintas dan
parkir kendaraan
untuk mengurangi
resiko kemacetan
a. Implementasi
rencana
pembangunan
perumahan
dilakukan dengan
memperhatikan
keseimbangan
kepentingan aspek
ekonomi, sosial dan
lingkungan
b. Implementasi
pembangunan
rumah dilakukan
sesuai dengan
peraturan zonasi
yang berlaku
c. Pembangunan
rumah susun
dilakukan sesuai
dengan arahan
intensitas bangunan
d. Pembangunan
rumah didukung
oleh penyediaan
fasilitas umum dan
sosial
e. Penyediaan lahan
untuk RTH
f. Pembangunan IPAL
IV - 25
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
6.
Penyediaan dan
Peningkatan Kualitas RTH
Kecamatan
Aspek Sosial
Gedeg,
Menjaga ketersediaan
Kecamatan Pacet,
lahan sebagai
Kecamatan Sooko,
kawasan resapan air;
Kecamatan
Meningkatkan kualitas
Bangsal,
lingkungan karena
Kecamatan
berkaitan dengan
Mojosari.
pemindahan ibukota
dengan pembangunan
kantor pemerintah
daerah sehingga
membutuhkan
penyediaan RTH yang
cukup.
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
Aspek Ekonomi
Perlu adanya
pembiayaan yang
besar untuk
pengadaan sarana
pengendalian air
untuk pencegahan
banjir.
a. Peningkatan
efektivitas
reboisasi dan
penghijauan
secara terpadu di
kawasan RTH
b. Perlu adanya
perlindungan
terhadap
kebersihan di
semua kawasan
RTH terutama
kawasan RTH.
dan TPS.
g. Perlu diadakan
peraturan mengenai
pengendalian
perubahan lahan
disekitar kawasan
perumahan untuk
mengurangi
dampak
peningkatan
pertumbuhan
penduduk seperti
munculnya sektor
informal yang tidak
terkendali, dsb.
a. Implementasi
rencana
penambahan RTH
dilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan RTH
sebesar 30%
b. Perlu optimalisasi
RTH privat dengan
mengadakan
kegiatan
penanaman pohon
disetiap rumah
warga
IV - 26
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
Menciptakan aspek
planologis perkotaan
melalui keseimbangan
antara lingkungan
alam dan lingkungan
binaan yang berguna
untuk kepentingan
masyarakat;
Meningkatkan
keserasian lingkungan
perkotaan sebagai
sarana pengaman
lingkungan perkotaan
yang aman, nyaman,
segar, indah, dan
bersih.
Aspek Ekonomi
Dapat menambah
pendapatan daerah
dengan menjadikan
RTH sebagai tempat
wisata
Aspek Lingkungan
Mengurangi polusi
udara
Menambah daerah
resapan air terutama
di daerah
penambahan RTH.
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
c. Optimalisasi RTH
publik diseiap
sempadan jalan
dan median jalan,
dan penambahan
jalur hijau.
d. Penggalakan RTH
secara vertical
khu
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
4.1
Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya kepada
masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada
taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat
terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat
atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4.1.1
Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang
kehidupan dan pembangunan.
Kegiatan responsif gender Bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural
Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Cipta Karya.
Kegiatan responsif gender dalam Bidang Cipta Karya hendaknya dimulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: pertama,
IV - 1
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
mengenali masalah mendasar yang menyebabkan terjadinya kesenjangan infrastruktur bidang cipta
karya. Kedua, mengidentfikasi alternatif untuk memecahkan masalah, dan ketiga, menetapkan
beberapa alternatif yang dipilih dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, memperhitungkan
sumber daya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, serta posisi yang dikembangkan. Kemudian
dalam pelaksanaan bidang cipta karya ada beberapa persyaratan pokok yang perlu diperhatikan :
pertama, kegiatan yang dilakukan harus terarah atau menguntungkan masyarakat miskin, terbelakang
dan tertinggal. Kedua, pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dimulai dari pengenalan apa
yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga, mengembangkan kegiatan bersama
(kooperatif) dalam kelompok yang dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal, jenis usaha atau
kesamaan latar belakang. Keempat, menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk turut serta
membantu dalam rangka kesetiakawanan nasional. Disini termaksud keikutsertaan orang-orang
setempat yang telah maju.
Dalam pengarusutamaan gender di Kabupaten Mojokerto ternyata kaum hawa yang identik
dengan kelembutan sosialnya tidak mendominasi dalam hal pekerja sosial ini. Terbukti, jumlah kader
perempuan selalu lebih sedikit daripada kader laki-laki. Berdasarkan data Dinas Sosial pada
Kabupaten Mojokerto dalam angka tahun 2015 diketahui memiliki sebanyak 101 Kader, kemudian
turun menjadi 23 kader pada tahun 2014. Pada tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 479 kader.
Dimana kader perempuan sebesar 121 orang dan kader laki-laki sebesar 121 orang pada tahun 2015.
Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Kerja Sosial Masyarakat Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015
No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Jatirejo
17
4
21
2
Gondang
33
2
35
3
Pacet
18
2
20
4
Trawas
22
6
28
5
Ngoro
20
14
34
6
Pungging
8
-
8
7
Kutorejo
38
3
41
8
Mojosari
8
7
15
9
Bangsal
7
6
13
10
Mojoanyar
50
25
75
11
Dlanggu
24
6
30
12
Puri
23
13
36
IV - 2
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No.
Kecamatan
13
Trowulan
14
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
7
8
15
Sooko
12
4
16
15
Gedeg
31
10
41
16
Kemlagi
-
-
-
17
Jetis
17
4
21
18
Dawarblandong
23
7
30
Jumlah 2015
358
121
479
Jumlah 2014
17
6
23
74
325
Jumlah 2013
251
Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam Angka, 2016
Berikut ini merupakan tabel program nasional pemberdayaan masyarakat tahun 2015 pada 12
Kecamatan di Kabupaten Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo,
Kecamatan Trowulan, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Jetis, Kecamatan Dawarblandong dan
Kecamatan Mojoanyar. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya bagi pengarusutamaan
gender di Kabupaten Mojokerto sesuai program/kegiatan, lokasi, manfaat bagi kaum perempuan dan
rumah tangga miskin.
Tabel 4.2
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Bidang Cipta Karya
di Kecamatan Penerima PNPM Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
Kecamatan/Desa
1
a
b
c
d
e
Kecamatan Trawas
Desa Trawas
Desa Duyung
Desa Belik
Desa Sugeng
Desa Jatijejer
f
2
a
b
3
Desa Sukosari
Kecamatan Pacet
Desa Nogosari
Desa Pacet
Kecamatan
Pungging
Desa Kalipuro
Desa Sekargadung
Kecamatan
Kutorejo
a
b
4
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Rumah Tangga
Miskin
Dsn. Jara’an
Dsn. Duyung
Dsn. Belik
Dsn. Sugeng
Dsn. Urungurung
Dsn. Sukosari
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
85
740
671
313
40
87
668
874
329
50
45
358
135
225
25
Air Bersih (Pipanisasi)
157
158
125
-
Air Bersih
Saluran Drainase
464
127
476
74
573
124
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
1.490
734
1.558
726
1.561
654
IV - 3
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
Kecamatan/Desa
a
b
c
5
a
b
Desa Jiyu
Desa Kepuharum
Desa Kutorejo
Kecamatan Dlanggu
Desa Tumapel
Desa
Kedunglengkong
Kecamatan
Gondang
Desa Bening
Desa Karangkuten
Kecamatan Jatirejo
Desa Sumberagung
Desa Karangjeruk
Desa Mojogeneng
Desa Sumberjati
Desa Kumitir
Desa Bleberan
Desa Rejosari
Kecamatan
Trowulan
Desa Watesumpak
Desa Jambuwok
Desa Sentonorejo
Desa Domas
Desa Bicak
Kecamatan Kemlagi
Desa Mojodadi
Desa Mojopilang
Desa Mojosarirejo
Desa Beratkulon
Kecamatan Jetis
Desa Sawo
Desa Sidorejo
Desa Penompo
Kecamatan
Dawarblandong
Desa Jatirowo
Desa Cinandang
Desa Dawarblandong
Kecamatan
Mojoanyar
Desa Sadartengah
Desa Ngarjo
Desa Wunut
6
a
b
7
a
b
c
d
e
f
g
8
a
b
c
d
e
9
a
b
c
d
10
a
b
c
11
a
b
c
12
a
b
c
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
270
711
704
274
660
709
Rumah Tangga
Miskin
165
520
251
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
59
257
64
260
74
310
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
447
135
449
100
265
70
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Air Bersih
89
135
40
60
50
36
51
73
105
50
72
61
24
61
162
240
101
141
120
60
112
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
850
869
250
693
450
1.091
1.276
270
625
543
520
1.063
202
666
95
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
378
1.301
487
520
450
1.383
531
560
828
2.684
1.018
1.080
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
182
510
74
184
614
114
53
267
58
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
135
176
149
144
152
153
450
133
53
-
Saluran Drainase
Saluran Drainase
Saluran Drainase
256
96
147
367
73
156
310
15
303
IV - 4
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Pemanfaatan Anggota Kelompok
No.
d
e
Kecamatan/Desa
Lokasi
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Desa Sumberjati
Saluran Drainase
122
Desa Gayaman
Saluran Drainase
170
Sumber : Kumpulan SPC Tahun 2015 Bapemas Kabupaten Mojokerto
117
200
Rumah Tangga
Miskin
119
130
Berikut ini merupakan tabel Data Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS II) – Tahun Anggaran 2014 pada 8 Desa di 4 Kecamatan Kabupaten
Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Gondang. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mojokerto sesuai
program/kegiatan sarana SPAM, lokasi dan penerima manfaat per jiwa.
Tabel 4.3
Data PAMSIMAS II – Tahun 2014 Kabupaten Mojokerto
Desa
No. Desa/Kecamatan
APBN/APBD
1 Ketapanrame/
Trawas
2 Pucuk/
Dawarblandong
3 Kuripansari/ Pacet
4 Ngembat/
Gondang
5 Wiyu/ Pacet
6 Jatidukuh/
Gondang
7 Selotapak/ Trawas
8 Begaganlimo/
Gondang
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd
Target
Realisasi
saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg
SR tanpa
HU / KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
391
0
1
1542
1564
APBN
Ada
APBN
Ada
44
0
1
2176
178
APBN
APBN
Ada
Ada
339
0
144
1
1
1353
866
1356
866
APBN
APBN
Ada
Ada
376
0
15
1
1
1453
3123
1504
55
APBD
APBD
Ada
Ada
0
48
286
61
1
1
1188
657
1188
657
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Tabel 4.4
Data PAMSIMAS II – Tahun 2015 Kabupaten Mojokerto
Desa
No. Desa/Kecamatan APBN/
APBD
Nama
BPSPAMS
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
1 Madureso/
Dawarblandong
APBN
Tirta Lestari
Ada
2 Suru/
Dawarblandong
APBN
Tirta Wiguna
Ada
3 Mojowiryo/
Kemlagi
APBN
Tirta Wirya
Ada
4 Jatirejo/ Jatirejo
APBD Tirta Sumberejo
Ada
Jumlah Pengguna Sarana
Target
Realisasi
SPAM sd saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg SR tanpa
HU/KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
12
1 (dg
857
47
Meter
Air)
41
1 (dg
850
253
Meter
Air)
1
19
2 (dg
854
104
Meter
Air)
10
1 (dg
1.197
44
IV - 5
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Desa
No. Desa/Kecamatan APBN/
APBD
5 Kunjorowesi/
Ngoro
6 Watesnegoro/
Ngoro
7 Kembangsri/
Ngoro
8 Lebakjabung/
Jatirejo
Jumlah Pengguna Sarana
Target
Realisasi
SPAM sd saat ini (KK)
Penerima
Jumlah
Manfaat sesuai Penerima
SR dg SR tanpa
HU/KU
SK-DJCK (jiwa) Manfaat (jiwa)
Meter Air Meter Air
Meter
Air)
9
1
1.037
42
Nama
BPSPAMS
SK Penetapan
BPSPAMS oleh
Kades (Ada/Tidak)
APBN
Sumber Abadi
Ada
APBN
Tirto Rojo Bali
Ada
30
850
151
APBN
Sumber Tirta
Makmur
Tirta
Panguripan
Ada
140
834
700
1.266
133
APBD
Ada
27
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Akses dan kontrol perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Akses, yaitu pengakuan, peluang, dan jaminan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan
pilihan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Partisipasi ide dan keterampilan, yaitu keterlibatan perempuan secara penuh dalam semua
tingkatan pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
c. Kontrol, yaitu kewenangan atau hak setiap perempuan untuk menggunakan dan mengawasi
pelaksanaan setiap keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
d. Kesejahteraan, yaitu hak yang sama bagi setiap perempuan untuk mendapatkan manfaat dari
setiap keputusan untuk menggunakan infrastruktur bidang cipta karya.
Manfaat partisipasi perempuan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Ikut serta dalam memanfaatkan infrastruktur seperti TPA, Sanimas, penyediaan infrastruktur
permukiman, RTH, IPLT, SPAM, dan bentuk pembangunan fisik lainnya
b. Ikut serta dalam menikmati manfaat secara pribadi seperti merasa puas terhadap hasil
pembangunan yang telah tercapai, merasa aman di dalam hidup bemasyarakat, serta memperoleh
kehidupan masa depan yang lebih baik.
Permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang terkait pengurustamaan gender dalam
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a. Masih rendahnya pertisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
terutama pada musyawarah desa pertanggung jawaban, musyawarah desa, serah terima, dan
pemeliharaan kegiatan
b. Masih rendahnya manfaat pembangunan infrastruktur cipta karya bagi kaum perempuan
IV - 6
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
c. Masih rendahnya terlibat di dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat
d. Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan
e. Perlunya pendekatan pada masyarakat terutama kaum perempuan dalam meningkatkan
partisipasi, sehingga masyarakat merasa dibutuhkan dan berperan dalam proses pembangunan di
wilayahnya, sehingga secara spontan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka
berusaha merealisasikan apa yang mereka upayakan bersama
4.1.2
Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara
sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh
yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
IV - 7
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Tabel 4.5
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
Program/Kegiatan
1
BANGKIM
2
PBL
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan
Agropolitan/Minapolitan
Pengembangan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan
3
PLP
Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota
Pembangunan IPLT
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
2.200 jiwa/km2
1.157 jiwa/km2
1.157 jiwa/km2
Penanganan Sosial
Pembentukan kader lingkungan untuk monitoring kegiatan
agar berkelanjutan
Pembentukan kelompok tani di kawasan Agropolitan untuk
ikut serta dalam kontrol penyediaan infrastruktur permukiman
Pembentukan kelompok pecinta wisata heritage di kawasan
wisata untuk ikut terlibat dalam pengembangan PSD dan
keberlanjutan program
50.000 jiwa/unit
Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di tiap
Kecamatan dalam pembangunan IPLT terpusat agar
pemanfaatannya berkelanjutan
Pembangunan IPAL Komunal
1.000 jiwa/unit
Pembangunan MCK++
1.000 jiwa/unit
Pembangunan Biofilter
100 jiwa/unit
Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam
pembangunan IPAL komunal agar pemanfaatannya
berkelanjutan
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan
jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah
dengan offsite system agar pemanfaatannya berkelanjutan
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan
jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah
dengan sistem biofilter agar pemanfaatannya berkelanjutan
Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Drainase Perkotaan
Pembangunan PS Drainase Perkotaan
1.157 jiwa/km2
Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan serta
jajaran SKPD dalam pembangunan PS drainase perkotaan
agar pemanfaatannya berkelanjutan
IV - 8
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Sektor
Program/Kegiatan
Pembangunan Lubang Resapan Biopori
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
50 jiwa/unit
Penanganan Sosial
Melibatkan Kader lingkungan, Ibu-ibu PKK dan komunitas
pecinta lingkungan dalam pembangunan lubang resapan
biopori agar turut melestarikan serta terlibat aktif dalam
penggunaannya
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Persampahan
Pembangunan TPA Sampah Regional
10.000 jiwa/unit
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan TPA Sampah
Kabupaten/Kota
50.000 jiwa/unit
Pembangunan TPS 3R
1.000 jiwa/unit
Kerjasama Dinas Kebersihan dan Pertamanan antara
Kabupaten Kediri-Kota Kediri dalam pembangunan TPA
sampah regional agar pemanfaatannya optimal dan
berkelanjutan
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan dan SKPD
Kecamatan Badas dalam
rehabilitasi/peningkatan/pembangunan TPA agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan untuk
memonitoring kegiatan pembangunan TPST/3R agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas/SLBM)
Pembangunan Sanimas
4
Air Minum
100 jiwa/unit
DKP bekerjasama dengan kader lingkungan, SKPD di setiap
kecamatan dan Ibu-ibu PKK di seluruh Kabupaten Kediri untuk
memonitoring kegiatan pembangunan Sanimas agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
5 jiwa/SR
Melibatkan kader lingkungan dan SKPD di masing-masing IKK
untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM IKK agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
Pembangunan sarana air bersih di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
Pengembangan SPAM IKK
IV - 9
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Sektor
Program/Kegiatan
Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan
Penanganan Sosial
Optimalisasi sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
Optimalisasi sarana air minum di IKK
100 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, masyarakat setempat dan
SKPD di masing-masing IKK untuk memonitoring kegiatan
optimalisasi sarana air minum agar pemanfaatannya optimal
dan berkelanjutan
60 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat
setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan
pembangunan SPAM Pedesaan agar pemanfaatannya
optimal dan berkelanjutan
Pembangunan SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
Pembangunan SPAM Pedesaan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih Perdesaan (HIPPAM)
Pembangunan HIPPAM
60 liter/jiwa/hari
Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat
setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan
pembangunan HIPAM agar pemanfaatannya optimal dan
berkelanjutan.
Sumber : Hasil Analisa, 2016
IV - 10
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
4.2
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan
analisis yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi
lokal masyarakat.
4.2.1
Kemiskinan
Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,
serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 mengalami peningkatan hingga
tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan . Permasalahan kemiskinan ini selalu
menjadi yang menonjol di antara permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah keluarga miskin
yang dicatat BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 untuk perempuan sebesar 8.683 jiwa dan
laki-laki sebesar 16.819 jiwa. Di tahun 2013 meningkat untuk perempuan sebesar 13.381 jiwa dan lakilaki sebesar 29.333 jiwa. Tahun 2014 meningkat untuk perempuan sebesar 16.111 jiwa dan laki-laki
sebesar 36.441 jiwa. Di tahun 2015 menurun untuk perempuan sebesar 13.954 jiwa sedangkan lakilaki sebesar 35.159.
Jumlah penduduk miskin menjadi indikator keseriusan suatu daerah dalam pembangunan
daerah. Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat menjadi preseden buruk bagi kemajuan suatu
daerah sekaligus “raport merah” para penyelenggara Pemerintahan Daerah. Berikut ini merupakan
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2015.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
No
Kecamatan
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
1
Jatirejo
1.557
894
2
Gondang
1.222
683
3
Pacet
1.205
561
4
Trawas
851
571
5
Ngoro
5.187
1.591
6
Pungging
1.142
496
7
Kutorejo
2.183
1.085
8
Mojosari
1.733
546
9
Bangsal
1.075
603
10 Mojoanyar
1.505
647
11 Dlanggu
1.930
629
12 Puri
2.742
721
13 Trowulan
917
790
IV - 11
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
14
15
16
17
18
Kecamatan
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Sooko
1.339
378
Gedeg
2.139
644
Kemlagi
2.493
784
Jetis
2.387
1.602
Dawarblandong
3.552
729
Jumlah 2015
35.159
13.954
Jumlah 2014
36.441
16.111
Jumlah 2013
29.333
13.381
Jumlah 2012
16.819
8.683
Sumber : Kabupaten Mojokerto Dalam Angka Tahun 2016
Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan
manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung
(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya
dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi
lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya
infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan
untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Mojokerto
apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.
Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi
kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,
rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan
tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang
sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan
dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:
1. Kesehatan lingkungan (environmental health) masyarakat miskin sangat menderita jika air,
udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi
2. Sumber penghidupan (livelihoods) masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung
secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air
terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan
3. Kerentanan (vulnerabiliti) masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya
lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut
IV - 12
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan adalah dengan cara:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai
2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan sanimas, dan TPST 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk
3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan
4. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta
karya yang baik dan layak
5. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan
barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi
kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri
6. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuannya
7. Upaya mengurangi volume sampah dengan cara memilah dan memanfaatkan sampah yang masih
memiliki nilai ekonomi melalui sebuah gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah.
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi
Lokal Masyarakat
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran
pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga
berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi
yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan.
Pada hakekatnya pembangunan proyek-proyek (infrastruktur) yang dilaksanakan pemerintah
dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan menurunkan biaya dalam kegiatan langsung produktif ekonomi serta dapat
IV - 13
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di
bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air
Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang
layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika
kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor
rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan output dan berdampak pada
perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.
Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun
industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun
munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan
memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu
penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.
Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan
berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat meningkatkan ekonomi lokal masyarakat
melalui kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain:
1. Kebijakan dan Program pada bidang pengembangan permukiman kepada masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Contoh programnya antara lain adalah
pengembangan permukiman, penyediaan sarana prasarana sehat perumahan dan pembangunan
infrastruktur perdesaan.
2. Kebijakan dan Program penataan bangunan dan lingkungan yang berdampak pada peningkatan
ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana-prasarana pembangunan bangunan dan
lingkungan secara teratur dilaksanakan dan berkelanjutan. Contoh programnya antara lain
IV - 14
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran,
dan revitalisasi kawasan.
3. Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat maka setiap Pemerintah Kabubaten/Kota
perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya melalui kebijakan penyehatan
lingkungan permukiman dengan infrastruktur yang memadai. Karena melalui penyediaan layanan
infrastruktur yang memadai maka akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kesejahteraan rakyat . Contoh programnya antara lain peningkatan infrastruktur
air limbah, peningkatan infrastruktur drainase, peningkatan infrastruktur persampahan, dan
peningkatan infrastruktur sanitasi.
4. Sistem penyediaan air minum (SPAM) juga termasuk kebijakan dan program yang berpengaruh
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan
agar masing-masing Pemerintah Daerah memperhatikan skala prioritas pembangunan sistem
penyediaan air minum (SPAM) yang akan mampu memberikan dampak multiplier effect yang besar
terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
5. Peningkatan infrastruktur persampahan merupakan salah satu program yang berdampak pada
aspek lingkungan dan aspek ekonomi masyarakat. Dalam melakukan pemilahan sampah guna
mengurangi volume sampah dan memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi melalui
gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah, maka dilakukan sosialisasi dan publikasi epada
pengurus lingkungan dan warga diharapkan dapat membangun motivasi dan kesadaran warga
untuk menangani sampah secara mandiri di rumah masing-masing. Dimana paya sosialisasi dan
publikasi ini harus dilakukan secara terus-menerus sebagai langkah edukasi.
4.3
Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang
Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara
lain
Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
IV - 15
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Dalam
penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau
program,
KLHS digunakan
untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Peraturan Perundangan Terkait Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu
pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
IV - 16
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam
penyusunan
kebijakan,
rencana
dan/atau
program,
KLHS digunakan
untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Tugas
dan
wewenang
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah
Provinsi,
dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim
dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.
Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah,
dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
IV - 17
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada Kabupaten/Kota di bidang
program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Dengan kata lain, KLHS merupakan sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada
tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing hirarki rencana tata ruang.
KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa
ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat
terintegrasi secara baik dalam penyusunan tata ruang, perlu diperhatikan kaidah asas-asas hasil
penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang, yaitu keterkaitan
(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
IV - 18
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJMadalah karena RPIJM Bidang Cipta
Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsipprinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam
menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup
IV - 19
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
1.
Isu Strategis
Kebijakan penataan ruang
Kecamatan Bangsal
sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan Kabupaten
Mojokerto.
Tabel 4.7
Matrik ’Uji Cepat’ KLHS Kecamatan Prioritas di Kabupaten Mojokerto
Kecamatan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
Kecamatan
Aspek Sosial
Aspek Sosial
a. Penataan
Bangsal
sistem lalu lintas
Masyarakat
Terjadi kemacetan
dan parkir off
mendapatkan sarana
lalu lintas
street untuk
dan prasarana
Jumlah kepadatan
mengurangi
lengkap dan
penduduk bisa
kemacetan
pelayanan fasilitas
melebihi kapasitas
perkotaan.
yang memadai
daya tampung lahan
b.
Peningkatan
dengan fokus pada
Kemungkinan
fasilitas
pengarus utamaan
meningkatnya jumlah
angkutan umum
gender.
kriminalitas
untuk
Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi
mengurangi
Membuat
Penyempitan lahan
penggunaan
perekonomian
perkotaan
bahan bakar
Kecamatan Bangsal
menyebabkan harga
minyak bumi.
meningkat
cenderung
c.
Penambahan
Mengurangi jumlah
meningkat
dan perbaikan
pengangguran
Aspek lingkungan
fasilitas jalan
dengan banyak
Meningkatkan polusi
untuk
terciptanya lapangan
udara
mempermudah
pekerjaan
Meningkatnya jumlah
aksesibilitas
sampah terutama di
masyarakat
daerah perkotaan
untuk
dan padat
beraktifitas
maupun
Meningkatnya limbah
distribusi.
cair terutama dari
d.
Pembangunan
aktivitas domestik
Rekomendasi
a. Implementasi
kebijakan
Kecamatan Bangsal
sebagai kawasan
perkotaan harus
memperhatikan
keseimbangan
kepentingan
ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup.
b. Implementasi
kebijakan penataan
ruang Kecamatan
Bangsal sebagai
Kawasan perkotaan
Mojokerto harus
didasarkan pada
keterpaduan antar
wilayah (pusathinterland) sehingga
tidak terjadi
disparitas
(kesenjangan) dari
masing-masing
aspek (sosial,
ekonomi,
lingkungan)
IV - 20
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
2.
Pengembangan kawasan
rawan banjir sangat
diperlukan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem
alami kawasan dan
mencegah timbulnya
kerusakan yang tidak
diinginkan dengan
Perencanaan penambahan
dimensi saluran drainase,
Normalisasi saluran
drainase, Rencana
penambahan bangunan
pelengkap
Kecamatan
Bangsal,
Kecamatan
Mojosari,
Kecamatan Sooko
Aspek Sosial
Terciptanya
keharmonisan
didalam masyarakat
dalam hal
kebersihan
lingkungan
Aspek Lingkungan
Mengalokasikan
tempat
pembuangan akhir
dengan batas
tertentu dari
permukiman untuk
menghindari
pencemaran
lingkungan, agar
Lingkungan menjadi
Alternatif Mitigasi
Negatif
warga
Aspek Sosial
Timbulnya konflik
kepentingan
misalnya dalam hal
pembebasan tanah
untuk lokasi
pembangunan
sarana prasarana
baru seringkali
terjadi
perselisihan/konflik
(warga dengan
pemerintah/investor)
.
Aspek Ekonomi
Pembiayaan untuk
pengadaan
prasarana yang
Rekomendasi
IPAL komunal
terutama di
kawasan padat
permukiman.
e. Pengaturan
sistem
pembuangan
dan
pengangkutan
sampah.
c. Kebijakan penataan
ruang Kecamatan
Bangsal sebagai
kawasan perkotaan
harus diikuti oleh
pengembangan
fasilitas umum dan
sosial untuk
mendukung
peningkatan
kegiatan perkotaan
a. Pembersihan
a. Pembersihan dan
drainase akan
peningkatan
meningkatkan
saluran drainase
kebersihan
dilakukan untuk
lingkungan dan
mendukung
mengurangi resiko
kelestarian
pencemaran air
lingkungan
tanah.
(khususnya air)
b. Pengawasan
b. Pengoptimalan
drainase
sistem saluran
menyebabkan tidak
drainase yang
bercampurnya air
dapat dijangkau
hujan dengan
masyarakat desa.
dengan limbah
cair.
c. Merencanakan
sistem drainase
dengan tepat dan
IV - 21
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
3.
Pembuatan sistem sanitasi
dengan Pembangunan
Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) komunal
Kecamatan
Bangsal,
Kecamatan Gedeg,
Kecamatan Ngoro,
Kecamatan Jetis,
Kecamatan
Mojosari,
Kecamatan Pacet,
Kecamatan Sooko,
Kecamatan
Dawarblandong
Pengaruh
Positif
Negatif
lebih bersih dan
cukup mahal. sehat
Diperlukan anggaran
khusus untuk
Meminimalisir
operasi dan
bahaya/polusi akibat
pemeliharaan.
dari penumpukan
Aspek
Lingkungan
sampah seperti
banjir dan polusi air. Pengembangan
sarana prasarana
baru mengakibatkan
terjadinya alih fungsi
lahan misalnya
penyediaan jalur
pedestrian.
Aspek Sosial
Aspek Sosial
Peningkatan kualitas
Timbulnya konflik
hidup dengan
kepentingan
terpenuhinya
misalnya dalam hal
kebutuhan pengolahan
pembebasan tanah
air limbah
untuk lokasi
Aspek Ekonomi
pembangunan
sarana prasarana
Peningkatan nilai
baru seringkali
tambah dari usaha
terjadi
pemanfaatan limbah
perselisihan/konflik
Lingkungan yang
(warga dengan
sehat dan konsumsi
pemerintah/investor)
air bersih berdampak
.
pada sehatnya
Aspek Ekonomi
lingkungan sehingga
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
melaksanakannya
sehingga drainase
berfungsi sesuai
fungsinya.
a. Adanya sistem
a. Pengelolaan air
pengolahan air
limbah dilakukan
limbah mengurangi
untuk menjaga
resiko pencemaran
kelestarian sumber
air tanah.
daya air
b. Melakukan
b. Diikuti dengan
pemantauan
kegiatan evaluasi
secara berkala
dan monitoring.
untuk memastikan
sistem pengolahan
air limbah masih
berfungsi dengan
baik.
c. Pembangunan
IPAL komunal
IV - 22
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
4.
Isu Strategis
peningkatan pengelola
sampah di TPS untuk
melakukan pemilahan
sampah antara sampah
organik dan non organik,
hingga pengolahan sampah
organik menjadi kompos
dan daur ulang sampah.
Kecamatan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
masyarakat jarang
harus
Pembiayaan untuk
sakit (hemat biaya
memperhatikan
pengadaan
kesehatan).
jarak antara
prasarana yang
sumber air bersih
Aspek Lingkungan
cukup mahal. untuk menghindari
Mengalokasikan
Diperlukan anggaran
terjadinya
tempat pembuangan
khusus untuk
pencemaran air
akhir limbah industri
operasi dan
bersih dengan
untuk menghindari
pemeliharaan.
bakteri.
pencemaran
Aspek Lingkungan
d. Hasil pengolahan
lingkungan, agar
Pengembangan
air limbah grey
Lingkungan menjadi
sarana prasarana
water dapat
lebih bersih dan seha
baru mengakibatkan
digunakan untuk
Meminimalisir
terjadinya alih fungsi
menyiram
bahaya/polusi akibat
lahan misalnya
tanaman.
dari penumpukan
penyediaan jalur
sampah dan limbah
pedestrian.
industri
Terjadinya
pencemaran air
bersih
Kecamatan
Aspek Sosial
Bangsal,
Terciptanya
Kecamatan Gedeg,
keharmonisan didalam
Kecamatan Ngoro,
masyarakat dalam hal
Kecamatan Jetis,
kebersihan lingkungan
Kecamatan
terutama dalam
Mojosari,
penanggulangan
Kecamatan Pacet,
persampahan
Kecamatan Sooko, Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi
Pembiayaan untuk
pengadaan
prasarana yang
cukup mahal. Diperlukan anggaran
khusus untuk
operasi dan
pemeliharaan.
Rekomendasi
a. Sosialisasi dengan a. Menggalakkan
warga mengenai
kembali programpemilahan sampah
program
dan sistem
pengelolaan
pembuangan dan
sampah reduce,
pegangkutan
reuse, recycle (3R)
sampah.
baik dari segi
b. Sosialisasi dengan
kualitas dan
masyarakat untuk
kuantitas.
IV - 23
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Kecamatan
Dawarblandong,
Kecamatan
Trowulan
Pengaruh
Alternatif Mitigasi
Positif
Negatif
Aspek Lingkungan
mengolah sampah
Lingkungan yang
organik menjadi
Pengembangan
bersih dan sehat
pupuk yang dapat
sarana prasarana
berdampak pada
digunakan untuk
baru mengakibatkan
sehatnya lingkungan
bercocok tanam
terjadinya alih fungsi
sehingga masyarakat
c.
Pengembangan
lahan. jarang sakit (hemat
konsep
Menimbulkan bau
biaya kesehatan).
pengelolaan
tidak nyaman
Aspek Lingkungan
sampah terpadu,
Mengalokasikan
yang
tempat pembuangan
mengkombinasikan
akhir dengan batas
berbagai teknik
tertentu dari
pemanfaatan dan
permukiman untuk
pemusnahan
menghindari
sampah, seperti
pencemaran
daur ulang plastik
lingkungan, agar
dan kertas,
Lingkungan menjadi
pengkomposan,
lebih bersih dan sehat
serta insinerasi.
Peningkatan nilai
tambah dari usaha
pemanfaatan limbah
sampah seperti pupuk
kompos, dan
sebagainya.
Meminimalisir
bahaya/polusi akibat
dari penumpukan
sampah seperti banjir
dan polusi udara.
Rekomendasi
b. Peningkatan
cakupan pelayanan
dan kualitas sistem
pengelolaan
persampahan.
c. Penetapan
berbagai peraturan
resmi yang
berkaitan dengan
penerapan konsep
Zero Waste
d. Pengurangan
sampah
semaksimal
mungkin dimulai
dari sumbernya
e. Sosialisasi kepada
masyarakat akan
pentingnya
pemilahan sampah
organik dan organik
f. Pemberdayaan
masyarakat tentang
daur ulang sampah
IV - 24
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
5.
Isu Strategis
Perbaikan lingkungan
perumahan kurang layak
huni dan pencegahan
bencana alam
Kecamatan
Pengaruh
Positif
Negatif
Kecamatan
Aspek Sosial
Aspek Lingkungan
Gedeg,
Bertambahnya
Menambah pilihan
Kecamatan Sooko,
limbah cair
tempat tinggal
Kecamatan
masyarakat. Kawasan Bertambahnya
Trowulan.
tempat tinggal
jumlah sampah
masyarakat lebih
domestic
tertata dengan adanya Berkurangnya
pemukiman serta
daerah resapan air.
dapat menekan angka Meningkatnya
kumuh.
jumlah kendaraan
Aspek Ekonomi
Bertambahnya
Meningkatkan
polusi udara
pendapatan
masyarakat dengan
membuka
usaha/lapangan
pekerjaan disekitar
permukiman
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
a. Untuk menangani
libah cair
sebaiknya
memfasilitasi
perumahan dengan
pembangunan
IPAL komunal.
b. Membuat sistem
pembuangan
sampah dan
pengangkutan
sampah dari
perumahan ke
TPS.
c. Membangun
biopori sebagai
daerah resapan air
tambahan.
d. Mewajibkan
adanya lahan hijau
di perumahan dan
ditanami dengan
pohon.
e. Mengatur sistem
lalu lintas dan
parkir kendaraan
untuk mengurangi
resiko kemacetan
a. Implementasi
rencana
pembangunan
perumahan
dilakukan dengan
memperhatikan
keseimbangan
kepentingan aspek
ekonomi, sosial dan
lingkungan
b. Implementasi
pembangunan
rumah dilakukan
sesuai dengan
peraturan zonasi
yang berlaku
c. Pembangunan
rumah susun
dilakukan sesuai
dengan arahan
intensitas bangunan
d. Pembangunan
rumah didukung
oleh penyediaan
fasilitas umum dan
sosial
e. Penyediaan lahan
untuk RTH
f. Pembangunan IPAL
IV - 25
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
6.
Penyediaan dan
Peningkatan Kualitas RTH
Kecamatan
Aspek Sosial
Gedeg,
Menjaga ketersediaan
Kecamatan Pacet,
lahan sebagai
Kecamatan Sooko,
kawasan resapan air;
Kecamatan
Meningkatkan kualitas
Bangsal,
lingkungan karena
Kecamatan
berkaitan dengan
Mojosari.
pemindahan ibukota
dengan pembangunan
kantor pemerintah
daerah sehingga
membutuhkan
penyediaan RTH yang
cukup.
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
Aspek Ekonomi
Perlu adanya
pembiayaan yang
besar untuk
pengadaan sarana
pengendalian air
untuk pencegahan
banjir.
a. Peningkatan
efektivitas
reboisasi dan
penghijauan
secara terpadu di
kawasan RTH
b. Perlu adanya
perlindungan
terhadap
kebersihan di
semua kawasan
RTH terutama
kawasan RTH.
dan TPS.
g. Perlu diadakan
peraturan mengenai
pengendalian
perubahan lahan
disekitar kawasan
perumahan untuk
mengurangi
dampak
peningkatan
pertumbuhan
penduduk seperti
munculnya sektor
informal yang tidak
terkendali, dsb.
a. Implementasi
rencana
penambahan RTH
dilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan RTH
sebesar 30%
b. Perlu optimalisasi
RTH privat dengan
mengadakan
kegiatan
penanaman pohon
disetiap rumah
warga
IV - 26
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Penyusunan Dokumen RPI2JM
Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020
No
Isu Strategis
Kecamatan
Pengaruh
Positif
Menciptakan aspek
planologis perkotaan
melalui keseimbangan
antara lingkungan
alam dan lingkungan
binaan yang berguna
untuk kepentingan
masyarakat;
Meningkatkan
keserasian lingkungan
perkotaan sebagai
sarana pengaman
lingkungan perkotaan
yang aman, nyaman,
segar, indah, dan
bersih.
Aspek Ekonomi
Dapat menambah
pendapatan daerah
dengan menjadikan
RTH sebagai tempat
wisata
Aspek Lingkungan
Mengurangi polusi
udara
Menambah daerah
resapan air terutama
di daerah
penambahan RTH.
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
c. Optimalisasi RTH
publik diseiap
sempadan jalan
dan median jalan,
dan penambahan
jalur hijau.
d. Penggalakan RTH
secara vertical
khu