Dampak Korupsi bagi Bangsa Indonesia

KELOMPOK VI
WAHYU TRI SUSANTO

151021081

BERNO ADITYA DAMANIK

151021069

BAGUS

151021063

HERIBERTUS PRANADI

151021079

SIGIT EKO PRAKOSO

151021075


NOVI YOHANA SUDIRO

151021076

AHMAD MIFTAHUR ROFFY

151021064

LATIFUDIN PRIYO

151021083

RUNTUHNYA OTORITAS
PEMERINTAH

PENGERTIAN KORUPSI
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum.
Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang

menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan
perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan
pribadi.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang
merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.

Dampak Korupsi Terhadap Otoritas Pemerintahan


Pertama, korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Pada
dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam
manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal,
melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor
bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial.
• Kedua, publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga
yang diduga terkait dengan tindak korupsi.
• Ketiga, lembaga politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai

kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga
politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit (vested interest).

Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintah, sebagai pengampu
kebijakan negara :
1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,
2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

Dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan :
1) Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-sendi kehidupan yang paling
dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan. Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi. Kejujuran
yang dihadapi dengan kekuatan politik adalah sesuatu yang tidak mendidik dan justru bertentangan
dengan etika dan moralitas. Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan politik adalah salah satu
indikasi besar runtuhnya etika sosial poltik.

2)

Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan

Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara

atau permasalahan ingin diposisikan

sebagai pihak yang benar. Oleh sebab itu banyak upaya yang

dilakukan oleh seseorang dalam

memenangkan perkaranya seperti menyuap hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi bahkan sampai
kepada ancaman nyawa.Di sisi aparat hukum, semestinya menyelesaikan masalah dengan fair dan tanpa
adanya unsur pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan menerima suap, iming-iming,

gratifikasi atau apapun untuk memberikan kemenangan.Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
menjadi mandul karena setiap perkara selalu diselesaikan dengan korupsi.

3)

Birokrasi Tidak Efisisen
Menurut Survei oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia menempati peringkat kedua dengan
birokrasi terburuk di Asia.Banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, namun

untuk mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui birokrasi yang berbelit-belit.Pada akhirnya

suap adalah jalan yang banyak ditempuh oleh para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka.Maka
sebaiknya birokrasi di Indonesia harus dibenahi.

Dampak Korupsi Teradap Birokrasi Pemerintahan
• Secara administratif, korupsi bisa dilakukan ‘sesuai dengan hukum’, yaitu
meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan,
serta korupsi yang ‘bertentangan dengan hukum’ yaitu meminta imbalan
uang untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk
dilakukan. Pada kasus Indonesia, jenis korupsi pertama terwujud antara
lain dalam bentuk uang pelicin dalam mengurus berbagai surat-surat,
seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, Akta Lahir atau
Paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal seharusnya, tanpa uang pelicin
surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat.
• Sementara jenis korupsi yang kedua, muncul antara lain dalam bentuk
‘uang damai’ dalam kasus pelanggaran lalu lintas, agar si pelanggar
terhindar dari jerat hukum. Sementara pada birokrasi militer, peluang
korupsi, baik uang maupun kekuasaan, muncul akibat tidak adanya
transparansi dalam pengambilan keputusan di tubuh angkatan bersenjata

serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan
oknum militer yang seringkali berlindung di balik institusi militer.

Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi
Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk peraturan dan
kontrol akibat kegagalan pasar. Misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan
sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost
memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen
dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan
masyarakat yang turun. Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan
program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin.
Dampak Korupsi Terhadap Sosial dan Kemiskinan
1. Membuat mereka (kaum miskin) cenderung menerima pelayanan sosial lebih sedikit.
2. Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek–proyek yang menolong kaum miskin.
3. orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum.
4. Kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian karena terhambat dengan

tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal.


Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi
Demokrasi tak tampak berkorelasi dengan berkurangnya korupsi. Di negara-negara
demokrasi baru, demokrasi juga seperti tak berpengaruh terhadap pengurangan korupsi.
Sebagai contoh, Indonesia telah menjadi negara demokrasi sejak tahun 1998. Menurut
Freedom House, lembaga pemeringkat demokrasi dunia, Indonesia sudah tergolong
negara bebas sepenuhnya (demokrasi) sejak 2004. Namun, Indeks Persepsi Korupsi 2012
menempatkan Indonesia di peringkat ke-118 dengan skor 32. Artinya, masyarakat
merasakan bahwa korupsi masih merajalela di negeri ini.

Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum
Sejak lahirnya UU No. 24/PrP/1960 berlaku sampai 1971, setelah diungkapkannya Undangundang pengganti yakni UU No. 3 pada tanggal 29 Maret 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Baik pada waktu berlakunya kedua undang-undang tersebut dinilai tidak
mampu berbuat banyak dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena undang-undang yang dibuat dianggap tidak sempurna yaitu sesuai dengan
perkembangan zaman, padahal undang-undang seharusnya dibuat dengan tingkat
prediktibilitas yang tinggi. Namun pada saat membuat peraturan perundang-undangan
ditingkat legislatif terjadi sebuah tindak pidana korupsi baik dari segi waktu maupun
keuangan. Dimana legislatif hanya memakan gaji semu yang diperoleh mereka ketika
melakukan rapat. Sehingga apa yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan itu

hanya melindungi kaum pejabat saja dan mengabaikan masyarakat.

Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan
Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang korupsi, baik uang
maupun kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam
pengambilan keputusan di tubuh angkatan bersenjata dan kepolisian
serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan
oknum TNI/Polri yang seringkali berlindung di balik institusi
Pertahanan dan Keamanan.
Dampak Korupsi Terhadap Kerusakan Lingkungan
Menurut mantan wakil ketua KPK Chandra Hamzah, perusahaan-perusahaan
yang melakukan kerusakan terhadap alam umumnya sulit ditindak karena
mereka mengantongi izin usaha yang cukup. Karena itu menurutnya, yang perlu
diwaspadai adalah proses kontrol administrasi dalam pemberian izin sebelum
perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi. Baik itu izin usaha baik dari
pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat.

Studi Kasus

Salah satu contoh kasus korupsi yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus korupsi Edi Tansil /


PT. Golden Key
Eddy Tansil adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang keberadaanya kini
tidak diketahui. Ia melarikan diri dari penjara Cipinang, Jakarta, pada tanggal 4 Mei 1996 saat
tengah menjalani hukuman 20 tahun penjara karena terbukti menggelapkan uang sebesar 565
juta dolar Amerika (sekitar 1,5 triliun rupiah dengan kurs saat itu) yang didapatnya melalui kredit
Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key Group.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

menghukum Eddy Tansil 20 tahun penjara, denda Rp 30 juta, membayar uang pengganti Rp 500
miliar, dan membayar kerugian negara Rp 1,3 triliun. Sekitar 20-an petugas penjara Cipinang
diperiksa atas dasar kecurigaan bahwa mereka membantu Eddy Tansil untuk melarikan diri.

Dari kasus diatas dapat kita lihat bagaimana hilangnya etika sosial politik
dari individu – individu bangsa Indonesia. Dengan menggelapkan uang dan
menghilangkan jejak keberadaannya, yang mana pasti membutuhkan bantuan
– bantuan orang yang memiliki kekuatan politik yang cukup berpengaruh.
Kita juga dapat melihat ketidakefektifan perundang-undangan yang berlaku
dinegara ini, dimana peraturan peundangan yang dibuat dapat dilanggar demi
membebaskan atau melepaskan seseorang yang memiliki uang atau
kedudukan politik tertentu. Eddy Tansil telah ditangkap dan dijatuhi

hukuman namun secara tiba – tiba keberadaannya tidak diketahui. Hal ini
membuktikan bahwa sistem hukum dinegara ini masih dapat dikendalikan
dengan uang dan dengan orang – orang yang memiliki kekuatan politik
tertentu. Terakhir, petugas penjara Cipinang juga menjadi cermin betapa
buruknya birokrasi dinegara ini.

Demi mendapatkan sejumlah uang beberapa orang rela untuk tidak
mematuhi peraturan yang telah ada, dan membantu orang lain dalam

menjalankan rencananya. Bahkan membantu seorang tahanan
koruptor untuk melarikan diri. Ini hanya salah satu contoh kasus
korupsi dari sekian banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia,
baik yang terliput oleh massa maupun yang tidak terliput. Dan ini
hanya dampak yang terlihat dari sisi birokrasi pemerintahan, masih

banyak dampak negative korupsi yang menyerang sisi lain Negara
Indonesia seperti ekonomi, keamanan, sosial politik, dan lainnya.

KESIMPULAN
Korupsi memberikan dampak buruk disetiap aspek kehidupan bangsa

Indonesia. Dampak buruk yang diberikan terhadap otoritas
pemerintahan adalah, terganggunya sistem kerja politik yang
mencoreng kredibilitas organisasi, masyarakat meragukan citra dan
kredibilitas suatu lembaga yang terkait dengan tindak korupsi, dan
lembaga politik diperalat untuk berbagai kepentingan kelompok dan
pribadi.
Matinya etika sosial politik dengan hilangnya sikap kejujuran dari
individu yang terkait korupsi, tidak efekifnya perundang-undangan yang
telah ditetapkan, dan tidak efisiennya birokrasi negara.

DAFTAR PUSTAKA
MM.Khan. 2000. Political And Administrative Corruption Annota Ted
Bibliography. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Yang Bersih Dan Bebas Dari Kolusi, Korupsi Dan
Nepotisme Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantas
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undaqng.no.32 tahun 2004 Pasal i butir.(5) tentang
pemerintah Daerah.
Buku.Safri Nugraha.Sh.LL.M.PHD dkk.2005 Hukum Adminitraqsi
Ne3gara,Depok Badan Pe4nerbit Fakultas Hukum UI.

TERIMA KASIH