PENGARUH EPINEFRIN TERHADAP STRESS PADA

PENGARUH EPINEFRIN TERHADAP STRESS PADA IKAN
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Mandiri
Mata kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu: Yuyun Maryuningsih, S. Si., M. Pd

Disusun Oleh:
Nama : Mita Yulia Hikmawati
NIM

: 14111610032

Kelas/Semester: Biologi B/VI

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2014

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Stress merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari
organisme yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur tekanan baik dari
internal maupun eksternal. Sedangkan stressor merupakan kejadian atau
situasi, yang menjadi unsur yang dapat menimbulkan stress dan menyebabkan
reaksi stress sebagai hasilnya. Stressor sangat bervariasi bentuk dan
macamnya, mulai dari sumber-sumber psikososial dan perilaku seperti
frustrasi, cemas dan kelebihan sumber-sumber bioekologi dan fisik seperti
bising, polusi, temperatur dan gizi.
Ketika dihadapkan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan,
homeostasis akan terganggu dan organisme akan menderita stress selama masa
adaptasi terhadap perubahan tersebut. Proses pemulihan homeostasis tersebut
dinamakan sebagai adaptasi.
Derajat tertentu dari perubahan tersebut diinginkan dan bahkan diperlukan.
Perubahan dapat menjadi faktor positif untuk perkembangan atau dapat
menjadi kekuatan negatif yang akan membawa ke arah deteriorasi pada mental
dan/atau fisik. Terlalu banyaknya situasi baru yang dihadapi pada satu waktu
menimbulkan keadaan stress yang berlebihan. Ketika derajat dan jumlah
perubahan tersebut melampaui kemampuan adaptasi maka yang terjadi adalah

akan adanya fase stress yang negatif, yaitu suatu keadaan dimana
keseimbangan mental dan fisik terganggu.
Tekanan emosional yang sangat berat dapat menyebabkan stress pada
manusia. Namun, selain terjadi pada manusia, hewan pun bisa demikian.
Tanda-tanda stress pada hewan memang sulit dikenali, namun jika hewan
terlihat lemah, kurang nafsu makan, gelisah, dan mengeluarkan feses yang

encer, sebaiknya berikan penanganan intensif pada hewan tersebut. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan hewan terserang stress. Salah satunya bisa
karena ketidakmampuan hewan untuk beradaptasi pada lingkungan barunya.
Stress pada hewan dikendalikan oleh mekanisme hormon adrenalin yakni
epinefrin, yang dapat mempengaruhi stress pada hewan. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai stress pada hewan (ikan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem endokrin dan bagaimana kaitannya dengan hormon pada
hewan?
2. Apa itu epinefrin dan bagaimana strukturnya serta bagaimana mekanisme
kerja epinefrin sebagai hormon?
3. Bagaimana pengaruh adanya epinefrin terhadap stress pada ikan?

4. Bagaimana cara menghindari stress dan penyakit lainnya yang terjadi pada
ikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hormon dan kaitannya dengan sistem endokrin pada
hewan.
2. Untuk mengetahui epinefrin dan strukturnya serta mengetahui mekanisme
kerja epinefrin sebagai hormon.
3. Untuk mengetahui pengaruh hormon epinefrin terhadap stress pada ikan.
4. Untuk mengetahui cara menghindari stress dan penyakit lainnya yang
terjadi pada ikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin dan Hormon
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari
kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk
mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas

pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh (Isnaeni, 2006).
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf,
namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem
saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua
perbedaan tersebut yakni; dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin
lebih nanyak bekerja melalui transmisi kimia.
Sistem endokrin memiliki waktu respons lebih lambat daripada sistem
saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam
waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan
sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit
hingga beberapa jam. Misalnya saja, Hormon adrenalin bekerja hanya dalam
waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat
lama.

Di

bawah

kendali


sistem

endokrin

(menggunakan

hormon

pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun
untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna (Latifah, 2005).
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula),
sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan
instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda

masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan
memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu (Suripto, 1994).
Berdasarkan komposisi kimianya hormon dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu (a) Kelompok yang berasal dari derivat asam amino.
dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla

suprarenal dan neurohipofise, contohnya hormon epinefrin dan norepinefrin,
(b) Kelompok yang berasal dari polipeptida (protein), dihasilkan oleh kelenjar
buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan. Contohnya hormon-hormon
pituitaria (FSH, LH, TSH, ADH, dan oksitosin), (c) Kelompok yang berasal
dari kolesterol (hormon steroid), dihasilkan oleh kelenjar buntu yang berasal
dari mesotelium. Contoh hormon dari kelompok ini adalah progesteron,
estrogen, aldosteron dan lainnya, (d) Kelompok yang berasal dari asam lemak
tak jenuh dengan atom C-20 (hormon eikosanoat). Contohnya prostaglandin.
Sedangkan berdasarkan fungsinya, hormon diklasifikasikan menjadi;
(a) Hormon perkembangan, yaitu hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad,
(b) Hormon metabolisme, proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacam-macam

hormon,

contohnya

glukokortikoid,


glukagon,

dan

katekolamin, (c) Hormon tropic, dihasilkan oleh struktur khusus dalam
pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofisis sebagai hormon
perangsang

pertumbuhan

folikel

(FSH)

pada

ovarium

dan


proses

spermatogenesis, dan (d) Hormon pengatur metabolisme air dan mineral,
kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium
dan fosfor (Sativani, 2010).

Gambar hormone
Sumber: www.sandiegohealthclinic.com

B. Struktur Epinefrin dan Mekanisme Kerja Hormon Epinefrin
Epinefrin merupakan hormone yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan
dikeluarkan dalam keadaan ekstrem atau darurat. Epinefrin merupakan
hormone adrenal yang memiliki metal terikat pada nitrogen. Epinefrin bekerja
sebagai neurontransmitter yang mengantarkan sinyal antara neuron dan sel-sel
dalam tubuh.

Gambar struktur hormone epinefrin
Sumber: www.answers.com

Epinefrin disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis.

Dapat meningkat dalan keadaan dimana individu tidak mengetahui apa yang
akan terjadi. Pengeluaran yang bertambah akan meningkatkan tekanan darah
untuk melawan shok yang disebabkan oleh situasi darurat (Bramardianto,
2013).
Sekresi hormon epinefrin pada manusia melalui peningkatan kerja sistem
pernafasan yang mengakibatkan paru-paru bekerja ekstra untuk mengambil
oksigen lebih banyak hingga meningkatkan peredaran darah di seluruh bagian
tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan peningkatan tersebut disebutkan
beberapa riset dapat mencapai 300% melebihi batas normal. Akibatnya, bukan
jantung saja yang dapat berdebar lebih kencang, namun keseluruhan sistem
tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat dengan cepat.
Aliran darah di kulit akan berkurang untuk dialihkan ke organ lain yang lebih
penting sehingga orang-orang yang menghadapi stress biasanya mudah
berkeringat, dimana dalam pengertian awam sering disebut keringat dingin.
Sekresi ini menaikkan konsentrasi gula darah dengan menaikkan kecepatan

glikogenolisis di dalam liver. Rangsangan sekresi epinefrin bisa berupa stress
fisik atau emosional yang bersifat neurogenik.
Faktor yang berfungsi mengatur sekresi epinefrin, antara lain: (a) Faktor
saraf, yang merupakan bagian medula mendapat pelayanan dari saraf otonom.

Oleh karena itu sekresinya diatur oleh saraf otonom, (b) Faktor kimia:
Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah mempengaruhi
sekresi hormon tertentu, dan (c) Komponen non hormonal.
Epinefrin segera dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut
atau waspada. Saat tubuh mengalami ketegangan yang parah, hipotalamus
mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari agar melepaskan ACTH (hormon
adrenokortikotropis).

Di sisi lain, ACTH merangsang korteks adrenal,

mendorong pembuatan kortikosteroid.

Kortikosteroid ini memastikan

produksi glukosa dari molekul-molekul seperti protein, yang tak mengandung
karbohidrat. Akibatnya, tubuh menerima tenaga tambahan dan tekanan pun
berkurang (Helyumna, 2011).
Cairan ini mengirimkan lebih banyak gula dan darah ke otak, membuat
orang lebih siaga.


Tekanan darah dan detak jantungnya meningkat,

membuatnya lebih waspada.

Ini hanyalah beberapa perubahan yang

dihasilkan epinefrin pada tubuh seseorang.
Saat ada bahaya, reseptor di dalam tubuh ditekan, dan otak mengirimkan
perintah secepat kilat ke kelenjar adrenal. Sel-sel di bagian dalam kelenjar
adrenal lalu beralih ke keadaan siaga dan melepaskan hormon epinefrin untuk
menghadapi keadaan darurat. Molekul-molekul epinefrin bercampur dengan
darah dan menyebar ke seluruh bagian tubuh sebagai bentuk respon terhadap
stress.

Gambar mekanisme kerja hormone epinefrin
Sumber: humanhormone.blogspot.com

C. Hormon Epinefrin dan Kaitannya dengan Stress Pada Ikan
Hormon epinefrin berfungsi memicu reaksi terhadap tekanan dan
kecepatan gerak tubuh. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi
terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau intensitas cahaya
yang tinggi. Reaksi yang sering dirasakan adalah frekuensi detak jantung
meningkat, keringat dingin dan keterkejutan atau shock.
Fungsi hormon ini mengatur metabolisme glukosa terutama disaat
stress. Hormon epinefrin timbul sebagai stimulasi otak, menjadi waswas dan
siaga. Dan secara tidak langsung akan membuat indra kita menjadi lebih
sensitif untuk bereaksi. Stress dapat meningkatkan produksi kelenjar atau
hormon epinefrin. Sebenarnya, jika tidak berlebihan, hormon bisa berakibat
positif, lebih terpacu untuk bekerja atau membuat lebih fokus. Tetapi, jika
hormon diproduksi berlebihan akibat stress yang berkepanjangan, akan terjadi
kondisi kelelahan bahkan menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga mudah
berdatangan, akibat dari darah yang terpompa lebih cepat, sehingga
menganggu fungsi metabolisme dan proses oksidasi di dalam tubuh.
Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan
tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek. Hormon
epinefrin menyebar di seluruh tubuh, dan menimbulkan tanggapan yang
sangat luas, misalnya laju dan kekuatan denyut jantung meningkat sehingga
tekanan darah meningkat, kadar gula darah dan laju metabolisme meningkat,
bronkus membesar sehingga memungkinkan udara masuk dan keluar paruparu lebih mudah, pupil mata membesar, kelopak mata terbuka lebar, dan
diikuti dengan rambut berdiri.
Keadaan stress akan merangsang pengeluaran hormon epinefrin secara
berlebihan sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Hormon
epinefrin diproduksi dalam jumlah banyak pada saat sedang marah. Indikasi
stress adalah sulit tidur, cepat lelah, mudah terusik, kepala pusing, dan
sebagainya. Penderita stress umumnya juga kehilangan nafsu makan.
Hormon epinefrin mempengaruhi otak akan membuat indra perasa
merasa kebal terhadap sakit, kemampuan berpikir dan ingatan meningkat,

paru-paru menyerap oksigen lebih banyak, glukogen diubah menjadi glukosa
yang bersama-sama dengan oksigen merupakan sumber energi. Detak jantung
dan tekanan darah juga meningkat sehingga metabolisme meningkat. Pada
manusia, hormon ini berfungsi untuk mencegah efek penuaan dini seperti
melindungi dari Alzheimer, penyakit jantung, kanker payudara dan ovarium
juga osteoporosis. Semakin tinggi tingkat DHEA (dehidroepiandrosteron)
dalam tubuh, maka makin padat tulang.
Molekul-molekul epinefrin memiliki fungsi khusus dalam pembuluh
vena dan arteri yang memastikan bahwa organ-organ penting menerima lebih
banyak aliran darah di saat bahaya, dan karena itu, molekul-molekul ini
melebarkan pembuluh darah menuju jantung, otak, dan otot. Sel-sel yang
mengelilingi pembuluh merespon epinefrin dan mengalirkan lebih banyak
darah yang dibutuhkan jantung. Dengan cara ini, darah tambahan yang
dibutuhkan oleh otak, otot, dan jantung dapat dipasok.
Secara garis besar, aksi yang ditimbulkan oleh epinefrin antara lain :
menambah kadar gula darah (hiperglikemik), merangsang adenohipofisis
untuk pelepasan ACTH, meningkatkan konsumsi oksigen dan laju
metabolisme basal, menaikkan frekuensi (efek kronotropik positif) dan
amplitudo kontraksi jantung, dilatasi pembuluh darah di otot rangka dan hati,
keresahan,

kecemasan,

perasaan

lelah,

mengurangi

kadar

eosinofil,

meningkatkan kecepatan tingkat metabolik yang independen terhadap hati
(Medical Study, 2011).
Secara normal, tubuh akan merespon setiap stimulan dari dalam atau
luar tubuh untuk mempertahankan homeostasisnya. Tubuh yang mengalami
stress akibat ketakutan, kerja fisik jangka pendek dan atau penurunan tekanan
darah maka hipotalamus merangsang system saraf simpatis dan medulla
adrenal untuk menstimulasi sekresi katekolamin epinefrin.
Pada mekanisme stress akan tampak perubahan pada dopamin.
Dopamin merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron dari
substansi gria mid brain. Dopamin berperanan penting untuk kesehatan
mental dan fisik. Secara normal, dopamin akan mengaktivasi protein Gi
sehingga kanal ion K+ akan terbuka dan ion K+ akan keluar, maka terjadi

hiperpolarisasi dan penghambatan transmisi potensial aksi yang menstimulasi
eksitabelitas jaringan maka hewan tampak tenang atau rileks. Dopamin pada
posisi lain mengaktivitasi protein Gi yang berikatan dengan reseptor α2,
kondisi ini akan menghambat adenil siklase sehingga cAMP menurun. Hal ini
sebagai umpan balik kanal ion K+ (Permatasari, 2012).
Hewan yang berada dalam kondisi stress akan mensekresikan dopamin
yang berlebihan sehingga aktivasi protein Gi meningkat dan aktivasi kanal ion
K+ pun meningkat. Hal ini menyebabkan ion K+ dalam jumlah berlebih akan
keluar dari kanal ion sehingga terjadi hiperpolarisasi dan penghambatan
transmisi potensial aksi yang berlebihan hingga terjadi hipereksitabelitas
jaringan dan mendepresikan susunan syaraf pusat.
Beberapa penyebab stress pada ikan antara lain; Aquarium Mates,
aquarium ukuran, aquarium air suhu, dan parameter air. Aquarium mates
adalah kompatibilitas, dimana ikan agresif mengejar ikan pemalu yang berada
di sekitarnya, dan ikan yang lebih kecil yang tidak memiliki tempat
persembunyian akan merasa stress ketika berada di sekitar ikan besar.
Aquarium ukuran, dimana tempat (lingkungan ikan seperti aquarium dan
lainnya) tidak proporsional sehingga lebih banyak ikan dibandingkan dengan
ruang geraknya. Dalam keadaan ini, sebagian ikan akan merasa stress.
Aquarium air suhu, dimana fluktuasi suhu harus moderat dan
dikendalikan setiap saat. Suhu optimum untuk ikan akan bervariasi dari
masing-masing ikan, namun, suhu yang terlalu rendah (terlalu dingin) atau
suhu tinggi (hangat atau panas) akan menyebabkan stress pada ikan.
Aquarium Air, maksudnya yakni perubahan dapat menyebabkan stress
sehingga penting untuk mengukur suhu pada saat mengganti air agar selalu
konstan untuk menghindari stress pada ikan. Air Parameter, dimaksudkan
sebagai kualitas air yang buruk atau beracun merupakan penyebab yang paling
signifikan untuk stress.
Kebanyakan ikan bisa bertahan hidup dalam kondisi sub-optimal jika
tidak terlalu jauh dari jangkauan mereka. Namun perubahan kimia mendadak
dalam air akan menyebabkan stress berat. Penyesuaian pH aquarium, salinitas,

atau kesadahan air harus dilakukan secara bertahap. Amonia dan nitrit sangat
stress dan dapat merugikan jika tingkat tinggi bertahan.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan stress pada ikan yakni dapat
juga disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen (ikan terengah-engah),
makanan ikan yang tua (tidak diganti selama lebih dari sekali dua puluh empat
jam), dan diet seimbang (Faiz, 2011).
Menurut Adam (1990 dalam Afiesh 2013), penyebab stress pada ikan
yaitu; (a) Perubahan Lingkungan (Environmental Changes). Stressor yang
disebabkan karena perubahan lingkungan contohnya suhu, kepadatan,
salinitas, perubahan tekanan air, polusi, pH, perubahan arus air, muatanmuatan sedimen (kesadahan), konsentrasi DO (dissolve oxygen atau kelarutan
oksigen dalam air) dan ketersediaan pakan. (b) Penanganan (Handling),
berkaitan dengan cara perawatan terhadap ikan, misalnya pemeliharaan di
tank, transportasi dan pemindahan ikan dengan menggunakan ember. (c)
Penangkapan (Capture), berkaitan dengan teknik yang digunakan pada saat
penangkapan, misalnya penangkapan menggunakan pukat harimau, trammel
net, gil net, set net dan hand line.
Berbeda dengan Liviawati (1992 dalam Afiesh 2013) yang
berpendapat bahwa penyebab stress menjadi tiga yakni stress kimia, stress
lingkungan dan stress biologi. Stress kimia misalnya konsentrasi oksigen
rendah, konsentrasi karbondioksida tinggi, amonia, nitrit, sublethal dari
insektisida dan pestisida maupun logam berat. Stress lingkungan misalnya
suhu ekstrim, air terlalu jenuh dengan gas atau intensitas cahaya yang
berlebihan dan stress biologi yang meliputi aktivitas parasit eksternal maupun
internal dan kondisi pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.
Hormon

katekolamin

epinefrin

(adrenalin)

dan

norepinefrin

(noradrenalin) berhubungan dengan reaksi langsung terhadap stress, dan
dilepaskan ketika situasi membutuhkan respon balik. Pelepasan hormon
katekolamin epinefrin ke dalam aliran darah menyebabkan peningkatan
denyut jantung, gula darah, pernapasan, penyerapan oksigen, dan aliran darah
ke insang. Hal ini membuat ikan lebih siap untuk lebih baik dalam mengatasi

terhadap ancaman wilayah dan keselamatan. Respon ini biasanya pendek
dalam durasi dan dianggap stress akut (Syahraini, 2012).
Jika stress telah akut, maka pelepasan corticosteriods terutama
kortisol, yang berhubungan dengan stress kronis akan dilepaskan kepada sel
target sebagai upaya ikan untuk beradaptasi. Kortisol dilepaskan sebagai
respon terhadap semua stress, namun efeknya menjadi lebih besar. Dalam
akuarium, faktor-faktor umum yang dapat menyebabkan respon stress kronis
akan mencakup hal-hal seperti kualitas air yang buruk, suhu yang tidak tepat,
ataupun racun. Ketika stress terjadi terus-menerus atau kronis dan tidak dapat
dihindari, seperti akuarium, respon hormonal dan tingkah laku akan berakhir
dan menjadi alat untuk beradaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup
ikan. Pada titik ini, respon ikan menjadi maladaptif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yazid dkk (2012), stress
pada ikan dapat menyebabkan ikan mengalami penurunan berat badan,
terserang penyakit seperti terserang infeksi dari ektoparasit, dan menurunnya
daya tahan tubuh ikan sehingga ikan lebih mudah terserang penyakit. Jika
tidak ditangani, maka akan menyebabkan penularan pada ikan yang berada di
habitat yang sama sehingga dapat terjadi adanya kematian populasi.
D. Cara Menghindari Stress dan Penyakit Lainnya pada Ikan
Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu, yang
pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan
mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara
mengurangi stress yang muncul pada diri individu.
Beberapa cara untuk mengurangi stress yang biasa dilakukan manusia
antara lain melalui pola makan yang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran
jasmani, latihan pernapasan, latihan relaksasi, melakukan aktivitas yang
menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis, menghindari
kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin, memelihara
tanaman dan binatang, meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga), dan
menghindari diri dalam kesendirian.

Pola makan yang sehat dan bergisi. Pada umumnya pola makan yang sehat
adalah minimal makan 3 kali dalam sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna.
Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis asupan makanan komposisinya
harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein. Oleh karena asupan
makanan juga dapat menyebabkan timbulnya stress pada individu, terutama
jenis makanan yang mengandung lemak. Sebagai contoh kaum wanita yang
banyak mengkonsumsi lemak cenderung akan mengalami kegemukan, dan
kegemukan adalah momok bagi kaum wantia. Selain itu, orang yang
mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak tubuh sehingga menambah
kandungan lemak dalam darah sehingga akan menyebabkan wanita tersebut
semakin gemuk (Sukadiyanto, 2010).
Selain manusia, hewan seperti ikan merespon stres pada tiga tingkatan.
Respon stres ini terintegrasi meliputi: tingkat primer, sekunder dan tersier.
Tanggapan utama adalah pelepasan hormon stres, corticosteriods dan
katekolamin, ke dalam aliran darah. Respons sekunder adalah efek dari
hormon-hormon pada tingkat sel termasuk mobilisasi dan realokasi energi,
gangguan osmotik dan peningkatan denyut jantung, pengambilan oksigen dan
transfer. Tanggapan tersier melampaui tingkat sel untuk seluruh binatang. Ini
menghambat respon kekebalan, reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan
untuk mentolerir stres tambahan. Respon hormon stres internal pada ikan
memiliki banyak kesamaan dengan yang mamalia. Indikator yang paling
banyak diterima dari stres adalah tingkat kortisol plasma darah. Dua tindakan
utama kortisol pada ikan adalah mengatur keseimbangan hydromineral atau
osmotik dan metabolisme energi. Beberapa mempertimbangkan peran
corticosteriods akan melindungi tubuh dari mekanisme pertahanan tubuh yang
berlebihan (Zaifbio, 2012).
Untuk ikan yang mengalami stress, cara menanggulanginya adalah dengan
meminimalisir faktor-faktor yang menjadi penyebab stress (stressor) seperti
perawatan yang baik, pemberian pakan yang bergizi, pengaturan oksigen di
dalam tempat yang menjadi habitat ikan tersebut (misalnya aquarium), dan
hal-hal yang lainnya.

Selain mengalami stress, ikan juga dapat mengalami penyakit selain stress
yang disebabkan oleh non parasit, makanan yang tidak baik, serta faktor gen
yang telah ada dalam ikan tersebut dan faktor kepadatan ikan dalam suatu
populasi.
Adapun untuk pengobatan penyakit yang dapat dilakukan yakni;
Lingkungan harus baik, Kepadatan ikan yang seimbang, Makanan yang
seimbang, memberikan antibiotic melalui suntikan dengan antibiotika, Melalui
makanan, penyemprotan dengan formalin 1% untuk mematikan parasit yang
ada (Tarwiyah, 2011).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem Endokrin merupakan system yang buntu karena tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin
adalah hormon.
2. Epinefrin merupakan hormone adrenal yang memiliki metal terikat pada
nitrogen. Epinefrin akan dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut
atau waspada.
3. Hormone epinefrin disekresikan ketika rangsang stress muncul, sehingga
hormone ini hanya disekresikan pada saat keadaan stress. Hormone epinefrin
juga mempengaruhi imun ikan karena jika terlalu banyak disekresikan maka
homeostatis tubuh ikan tidak seimbang.
4. Ikan yang mengalami stress, menanggulanginya adalah dengan meminimalisir
faktor-faktor yang menjadi penyebab stress (stressor) seperti perawatan yang
baik, pemberian pakan yang bergizi, pengaturan oksigen dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Latifah, Eva Hanum dkk. 2005. Biologi 2. Bandung: Rosda.
Suripto. 1994. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB.
Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menanggulanginya. Cakrawala pendidikan,
Artikel tidak diterbitkan.
Tarwiyah. 2011. Budidaya Perikanan. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Yazid dkk. 2012. Jurnal Penelitian Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dalam Karamba Jaring Apung di Waduk Cirata
Kabuparen Bandung Jawa Barat. Bandung: UNPAD.
Afish sp. 2013. Penyebab Stress Pada Ikan (online). Tersedia: http://afiesh
sp.blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.15 WIB.
Bramadianto. 2013. Efinefrin dan Non Epinefrin (online). Tersedia:
http://www.bramardianto.com diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.20 WIB.
Faiz. 2013. Mencegah Stress Ikan (online). Tersedia: http://faizblog.blogspot.com/
diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.28 WIB.
Helyumna, Maslahah. 2011. Sistem Endokrin (Hormon) online. Tersedia:
www.biologiasyik.com diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.18 WIB.
Medical, Study. 2009. Hormon Epinefrin(Adrenalin) online. Tersedia:
http://www.studimedical.wordpress.htm diunduh pada 4 April 2014 pukul
19.23 WIB.
Permatasari, Fitria Ramdhany 2013. Stress pada Ikan (online). Tersedia:
http://www.unbrawblog.blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul
19.10 WIB.
Syahraini. 2012. Sistem Endokrin pada Hewan (online). Tersedia: http://syahrainiritz blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.18 WIB.
Sativani, Riza. 2010. Struktur dan Fungsi Hormone (online). Tersedia:
http://oryza-sativa135rsh.blogspot.html diunduh pada 4 April 2014 pukul
19.25 WIB.

Zaifbio,
2012.
Stress
pada
Ikan
(online).
Tersedia:
http://www.biologionline.wordpress.com diunduh pada 4 April 2014 pukul
19.17 WIB.

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25