Implementasi Konsep Manajemen Proyek Pad (1)
Pekerjaan Network dan Security Enhancement Jaringan e-Government
Studi Kasus Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo
Marion Renaldo Rotinsulu (1606844795)
Network and Information Security, Electrical Engineering Department Faculty of Engineering, University Indonesia Jakarta, Indonesia [email protected] Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Abstract —Provinsi Gorontalo saat ini belum memiliki pusat data tersentralisasi, gangguan layanan akibat belum tersedianya sumber energi listrik cadangan, gangguan keamanan informasi ( hacking, DDoS, virus, malware ), dan Adanya isu kapasitas yang dikaitkan dengan tidak seimbangnya bandwidth yang tersedia dan jumlah pengguna. Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo khususnya infrastruktur jaringan dan keamanan informasi, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo mengadakan kegiatan proyek network dan security enhancement pada jaringan e-Government guna menanggulangi masalah yang ada saat ini. Untuk memaksimalkannya, perlu disusun sebuah kerangka manajemen proyek yang baik berdasarkan project management body of knowledge (PMBOK) dimana menjadi fokus peneliti dalam tulisan ini. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, faktor penentu kesuksesan proyek dipemerintah terletak pada bagian inisiasi dan perencanaannya terlebih cara mengkomunikasikan pekerjaan secara internal dan eksternal serta mengantisipasi resiko yang diperkirakan akan timbul.
Keywords — Manajemen Proyek, Project Management Body of Knowledge, e-Government, Network and Security Enhancement, Keamanan Jaringan e-Government, Provinsi Gorontalo
1 PENDAHULUAN aspek/dimensi penilaian yakni Kebijakan, Kelembagaan,
1.1 Latar Belakang Infrastruktur [1]. Dari kelima dimensi penilaian tersebut, Provinsi Gorontalo memiliki nilai terendah pada Infrastruktur.
Saat ini, infrastruktur TIK yang telah ada pada lingkungan pemerintah
Provinsi Gorontalo dibangun berdasarkan Beberapa isu terkini terkait yang menjadi penyebab atas pelaksanaan masterplan e-Government Provinsi Gorontalo
rendahnya nilai Infrastruktur pada penilaian PeGI tahun 2015 2014-2019 yang telah dijabarkan dalam dokumen Detail
dikarenakan beberapa hal berikut:
Engineering Design (DED) Pengembangan TIK di Provinsi Gorontalo 2014-2019 dan diperkuat oleh landasan hukum
Seringnya dilakukan pemadaman listrik pada kompleks Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo No. 3 Tahun 2016
perkantoran Gubernur yang mengakibatkan ruang tentang Penyelenggaraan Pemerintahan berbasis Teknologi
server dimana terdapat Infrastruktur TIK e-Government Informasi dan Komunikasi [2,3,4]. Pembangunan dan
Provinsi Gorontalo mengalami kerusakan. pengembangan TIK di Provinsi Gorontalo diprioritaskan pada
Tidak tersedianya Catu Daya cadangan (seperti beberapa hal utama sebagai berikut [3]:
yang dikhususkan untuk menangani peralatan infrastruktur TIK e-Government Provinsi
GENSET)
1) Peningkatan Pelayanan Publik sebagai fungsi birokrasi
Gorontalo.
harus ditunjang oleh infrastruktur, aplikasi, dan sumber Adanya isu kapasitas yang dikaitkan dengan tidak daya manusia. seimbangnya bandwidth yang tersedia dan jumlah
2) Penyediaan informasi yang cepat, akurat, handal, dan
pengguna.
aman serta terintegrasi sehingga tidak ada data yang tumpang tindih.
Setiap instansi memiliki ruang server masing-masing sehingga masih menyebabkan pemborosan di sisi
3) Diperlukan pembangunan pusat data dan infrastruktur infrastruktur karena harus membiayai hal yang sama jaringan komunikasi data.
untuk fungsi pemerintahan yang sentral. Tersedianya acuan, panduan dan landasan hukum
Seringnya terjadi gangguan keamanan informasi pada memberikan implikasi yang baik bagi Pembangunan TIK di
layanan yang disediakan dan digunakan dalam Provinsi Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian
keseharian berupa kehilangan data, hacking, DDoS, pada tahun 2015 yang dilakukan oleh Direktorat e-
dan
Government, Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika Problematika yang telah diuraikan di atas dapat Kementerian
disolusikan program perbaikan secara menyeluruh pada sistem Indonesia, Provinsi Gorontalo ditetapkan berada pada jaringan dan keamanan informasi pada Pemerintah Provinsi peringkat 4 (Empat) nasional dalam rangka pemeringkatan e-
Government Indonesia (PeGI) tingkat Provinsi atas 5 Gorontalo melalui beberapa kegiatan seperti data center Government Indonesia (PeGI) tingkat Provinsi atas 5 Gorontalo melalui beberapa kegiatan seperti data center
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
jaringan yang telah ada. Tujuan dari penelitian menyusun sebuah dokumen yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan network dan
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah security enhancement di Provinsi Gorontalo berdasarkan Sebagaimana uraian pada bagian latar belakang atas
PMBOK yang meliputi tahapan Initiating, Planning, lemahnya infrastruktur TIK di Provinsi Gorontalo, tentu perlu
Executing, Monitoring & Controlling , dan Closing. disusun dan di tata rapi hal-hal yang berkaitan dengan strategi pengembangan dan pembangunan infrastruktur TIK, batasan
Manfaat dari penelitian ini adalah jurnal atau tulisan ini dalam pekerjaan, resiko-resiko yang harus diminimalisir,
dapat dijadikan pedoman dan panduan pelaksanaan proyek strategi komunikasi untuk menyelesaikan pekerjaan, biaya,
oleh Pemerintah Provnisi Gorontalo dalam melaksanakan dan waktu yang dibutuhkan. Untuk menyelesaikan masalah-
kegiatan network dan security enhancement Provinsi masalah yang telah diuraikan dan menjawab hal-hal di atas,
Gorontalo sehingga dalam pelaksanaannya proyek ini maka rumusan masalah dari jurnal ini adalah bagaimanakah
terhindar dari kegagalan atau berbagai kendala. cara yang tepat dan hal-hal yang harus diperhatikan untuk melaksanakan kegiatan network dan security enhancement di
2 KAJIAN PUSTAKA
Provinsi Gorontalo menggunakan kerangka manajemen
2.1 Manajemen Proyek
proyek yang baik berdasarkan Project Management Body of Definisi Manajemen Proyek menurut Project Manajement Knowledge (PMBOK) ? Institute (PMI) adalah penerapan pengetahuan (knowledges),
Di dalam jurnal ini, penulis akan memfokuskan dan keterampilan (skills), peralatan (tools), dan teknik (technique) membatasi permasalahan pada tahapan project initiation dan
ke dalam kegiatan proyek untuk memenuhi tuntutan proyek project
[5]. PMI mendefinisikan terdapat 47 proses dalam manajemen menyebabkan penulis fokus pada pembahasan kedua tahapan
planning . Terdapat
proyek yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok besar yang tersebut. Pertama, mekanisme project control dan monitoring
biasa disebut Project Management Process Groups dan pada pemerintah sudah memiliki standar acuan yang jelas
tersebar ke dalam 10 kelompok knowledge area seperti yang mulai dari Peraturan Presiden sampai dengan Peraturan
ditunjukkan oleh Tabel 2-1.
Gubernur. Kedua, umumnya pekerjaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah menjadi berantakan karena buruknya
2.1.1 Project Management Process Groups perencanaan awal dari pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini
juga merupakan pengamatan langsung penulis selama berkecimpung dan menjadi pelaksana pekerjaan di dalam proyek pemerintah.
Di dalam tahapan project planning, penulis tidak akan membahas masalah project time management, project cost management, project quality management, project human resource management, dan project procurement management. Pemerintah telah memiliki standar aturan baku yang jelas tentang bagaimana penentuan standar biaya sebuah proyek, hal itu dimulai dengan adanya angka dasar yang telah ditetapkan oleh Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo yang mengacu pada aturan menteri keuangan. Kedua, pemerintah telah memiliki mekanisme penyerahan dan
pemeriksaan pekerjaan yang di atur oleh Undang-undang, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden sampai dengan
Gambar 2-1. Project Management Process Groups
Peraturan Gubernur.
Gambar 2-1 menunjukkan keterkaitan kelima process procurement management , pemerintah telah memiliki sebuah
Ketiga,
terkait dengan
project
group dalam sebuah proyek. Penjelasan lebih rinci terkait mekanisme tersendiri untuk pengadaan barang dan jasa yakni
kelima kelompok project management process groups sebagai di atur langsung oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
berikut:
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia. Dimana sudah ada mekanisme melalui lpse atau e-catalog. Project
Inisiation: Tahapan awal dari dimulainya sebuah Human Resource Management tidak akan penulis uraikan
proyek. Pada tahap ini akan memberikan gambaran pembahasan rinci di dalam jurnal ini, karena pembahasan
suatu proyek secara keseluruhan. Pada tahap ini akan terkait pembentukan sebuah tim yang lengkap dan proyeksi
didefinisikan apa saja yang menjadi kriteria sukses, serta
hambatan utama, dan mengidentifikasi stakeholder dari membutuhkan analisa yang komprehensif, sehingga daripada
pemilihan anggota
harus ditulis dan tidak begitu lengkap dalam paper ini maka penulis memilih
didokumentasikan dalam sebuat Project Initiation untuk tidak membahasnya detil.
Document.
Planning: Tujuan dari tahap ini mendefinisikan scope, menulis daftar pekerjaan, mengestimasi waktu dan biaya, critical path, estimasi risiko, menghitung Planning: Tujuan dari tahap ini mendefinisikan scope, menulis daftar pekerjaan, mengestimasi waktu dan biaya, critical path, estimasi risiko, menghitung
nya dimasa mendatang.
hal teknis dan keluaran dari tahap ini adalah Project
2.1.2 Knowledges Area
Plan Document . Ini adalah tahapan yang paling penting dalam mengerjakan suatu proyek. Knowledge Area merupakan pengelompokan area project management atau area tertentu yang didasarkan atas kesamaan
Tabel 2-1. Matriks Knowledge Area dan Process Groups
Action: Dalam tahapan ini menindaklanjuti hal-hal konsep, istilah, dan aktivitas. Kesepuluh knowledge area yang telah dituangkan dalam tahapan planning. Tujuan
tersebut yakni:
dari tahap ini adalah bagaimana proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan hasil yang diharapkan dan
2.1.2.1 Project Integration Management biaya dan waktu yang telah direncanakan. Agar
Kumpulan aktivitas dan proses yang diperlukan untuk tercapai tujuan tersebut maka pada tahap ini perlu
mengidentifikasi, mendefinisi, mengkombinasi, menyatukan dilakukan kegiatan monitoring progress dengan
dan mengkoordinasi berbagai proses dan aktivitas manajemen membuat Gantt Chart, pemantauan biaya, dan
proyek dalam suatu proses yang berkesinambungan. Project mengkomunikasikan perkembangan proyek tersebut
Integration Management terdiri dari 5 proses, yaitu: seta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya (jika ada). Develop Project Charter: Proses membuat sebuah
Monitoring: Tahapan ini merupakan proses dokumen yang menyatakan secara formal keberadaan pemantauan terhadap aktivitas – aktivitas dalam
suatu proyek dan menyediakan otoritas kepada project proyek, terhadap kesesuaian dengan perencanaan yang
untukmengaplikasikan sumber daya telah dibuat. Selain itu, dalam tahapan ini dipantau
manager
organisasi pada aktivitas proyek. masalah estimasi waktu dan biaya yang telah
Direct and Manage Project Execution: Proses untuk direncakan pada tahap perencanaan. Bila terdapat
memimpin dan melakukan pekerjaan yang telah ketidaksesuaian antara actual and planning, maka akan
dijelaskan dalam project management plan dan ditentukan tindakan apa yang akan diambil agar actual
menerapkan perubahan yang telah disetujui untuk proyek tersebut kembali sesuai dengan planning. menjapai tujuan dari suatu proyek.
Project Closing: proses ini merupakan tahap akhir dari Monitor and Control Project Work: Proses melacak, suatu proyek yaitu dimana pengerjaan proyek selesai
meninjau dan melaporkan perkembangan untuk dan diterima oleh client. Pada tahap ini juga akan
objektif dalam project dilakukan serah terima proyek, hasil apa saja yang telah
menyesuaikan
dengan
management plan. Tujuan utama dari proses ini untuk dicapai, dan yang paling penting adalah hal – hal apa
melaporkan pada para stakeholder kondisi proyek, saja yang bisa dipelajari dari proyek tersebut agar bisa
evaluasi, dan perencanaan proyek kedepannya
Project Integrated Change Control: Proses meninjau Plan Risk Management: proses untuk menentukan ulang semua permintaan perubahan; Menyetujui
bagaimana mengatur risiko dari suatu project secara perubahan dan
mengelola segala
aspek yang
bersama – sama.
dibutuhkan. Tujuan utama proses ini untuk mengatur Identify Risk: Menentukan kemungkinan risiko yang perubahan agar terintegrasi dengan risiko pekerjaan
akan muncul pada suatu proyek dan mendokumentasi minimal. Inputs Tools & Techniques Outputs karakteristik dari risiko tersebut.
Perform Qualitative Risk Analysis: Mengidentifikasi Close Project or Phase: Tujuannya adalah untuk secara risiko dengan menggunakan peluang terjadinya dan formal menutup proyek dan membuat lesson learned
dampaknya terhadap tujuan proyek bila risiko itu yang kelak dapat dipelajari. terjadi.
2.1.2.2 Project Scope Management Perform Quantitative Risk Analysis: Proses Kegiatan yang dilakukan telah mencakupi semua
menganalisa (secara numerik/kuantitas) dari risiko kebutuhan yang telah didefinisikan, dan tidak terdapat
yang telah teridetifikasi dan pengeruhnya terhadap kegiatan tambahan
yang tidak
berhubungan dengan
proyek secara keseluruhan.
requirement . Project Scope Management memiliki 6 proses, Plan Risk Response: Proses mengembangkan pilihan yaitu:
dan menentukan tindakan untuk meningkatkan peluang dan mengurangi ancaman terhadap tercapainya tujuan
Plan Scope Management
proyek.
Collect Requirements: kegiatan untuk mengumpulkan Monitoring and Controlling Risk: Tujuan utama dari kebutuhan dari Stakeholder.
proses ini adalah mengidentifikasi, menganalisis, dan Define Scope: Pada tahap ini, dilakukan pemilihan
merencanakan risiko-risiko yang baru muncul, melacak requirement berdasarkan requirement yang telah
risiko teridentifikasi, menganalisis ulang risiko dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini,
kondisi pemicu rencana dibuat deskripsi lengkap tentang proyek dan produk,
sekarang,
memonitor
kontingensi, memonitor sisa risiko, dan mereview atau layanan. pelaksanaan
risiko saat mengevaluasi Create Work Breakdown Structure (WBS): Pada tahap
respon
keefektivannya.
ini, dilakukan pemecahan pekerjaan menjadi lebih rinci
2.1.2.5 Project Stakeholder Management dan lengkap agar lebih mudah dilakukan.
Validate Scope: Proses validasi ini dilakukan Merupakan proses yang diperlukan untuk mengidentifikasi
atau organisasi yang dapat berdasarkan quality control yang ditinjau oleh mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek. Terdapat empat customer atau sponsor. proses yang termasuk dalam knowledge area ini, yaitu:
orang-orang, kelompok,
Control Scope: Proses untuk memantau status dari suatu proyek dan scope produk serta mengelola
Identify Stakeholder: Mengidentifikasi orang, perubahan pada scope. kelompok, atau organisasi yang dapat mempengaruhi
2.1.2.3 Project Communications Management atau dipengaruhi oleh suatu keputusan, aktivitas, atau pendapatan dari suatu proyek
Proses ini dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi terkait kebijakan-kebijakan proyek, hasil-hasil kerja proyek,
Plan Stakeholder Management: Mengembangkan dan cara melakukan komunikasi terkait rencana proyek
manajemen strategis untuk keterlibatan secara efektif selanjutnya. Terdapat 3 proses dalam knowledge area ini,
dari stakeholder melalui siklus hidup proyek, berdasarkan pada analisa kebutuhan, kepentingan dan
yaitu: efek potensial pada kesuksesan proyek.
Plan Communication Management: Dilakukan Control Stakeholder Engagement: Memonitor pendekatan
keseluruhan hubungan dan penyesuaian strategi dan mengkomunikasikan
perencanaan untuk keterlibatan stakeholder. berdasarkan
perkembangan
proyek
Manage Stakeholder Engagement: Mengkomunikasi- requirement. kan dan bekerja dengan stakeholder untuk mewujudkan Manage Communication: Membuat, pengumpulkan,
mereka, isu-isu, dan mendistribusikan, menyimpan, semua dokumen yang
terhadap keterlibatan berhubungan dengan informasi proyek. stakeholder pada proses aktivitas proyek.
Control Communication: proses untuk memonitor dan
2.2 IT Infrastructure Capacity Planning mengontrol komunikasi melalui project life cycle untuk
Capacity Planning dibutuhkan untuk memastikan bahwa memastikan informasi yang disampaikan sesuai dengan
kapasitas infrastruktur TI dapat memenuhi kebutuhan bisnis kebutuhan stakeholder.
(yang selalu berubah) secara tepat waktu dan tepat
2.1.2.4 Project Risk Management anggaran. Bebrapa faktor yang dijadikan pertimbangan dalam Proses dan pendekatan untuk mengidentifikasi dan
capacity planning adalah Cost, Capacity, Demand dan Supply. menetukan risiko dan kemudia membuat rencana bagaimana
Ada dua jenis pendekatan manajemen untuk melakukan merespons risiko tersebut. Terdapat 6 proses dalam knowledge
area ini, yaitu: capacity planning dengan tepat yakni: Proactive Capacity
Plannng dan Reactive Capacity Planning.
Untuk menjalankan skenario proactive capacity planning, dalam menggunakan aplikasi dan memaksa kita justru perlu dipahami lebih jauh tingkat penggunaan komponen-
menambah biaya pembelian bandwidth yang relative lebih komponen
mahal. Untuk menjadikan DCC menjadi efektif maka yang menentukan: komponen yang harus di upgrade, kapan waktu
perlu dilakukan adalah:
yang tepat untuk melakukan upgrade, berapa biaya yang dibutuhkan untuk upgrade. Manfaat yang diberikan dengan
Memastikan pengguna layanan tidak mengalami proactive capacity planning adalah proses pengadaan menjadi
permasalahan pada user experience maupun latency terencana, sehingga memungkinkan pembelian dalam skala
Melakukan mitigasi risiko dari mengkonsolidasikan besar dengan harga khusus dari vendor dan mencegah sebelum
beberapa data center ke dalam sebuah data center terjadi gangguan atau pelanggaran Service Level Agreement.
Tidak menyebabkan peningkatan pengeluaran pada
pembelian bandwidth
Reactvie Capacity Planning lebih kepada mencari solusi permasalahan yang disebabkan karena keterbatasan kapasitas
Sehingga yang menjadi tujuan akhir dengan dilakukannya infrastruktur dan peningkatan beban penggunaan yang tidak
konsolidasi server adalah:
diantisipasi. Mengurangi jumlah server fisik Untuk mendapatkan perencanaan kapasitas yang tepat,
memaksimalkan investasi IT yang sudah dilakukan perlu dilakukan capacity alignment yakni penjabaran strategi
Mengatur dan meningkatkan performansi dari aplikasi bisnis ke dalam rencana pengembangan kapasitas teknologi
Mengurang biaya pemeliharaan dan investasi pada informasi untuk mendapatkan kebutuhan riil dari kapasitas
cabang
yang dibutuhkan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-2. Teknik untuk melakukan DCC diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yakni: (1) Time of applying the technique; (2)
Tujuan akhir dari dilakukannya capacity planning adalah Constraints and Requirements considered during the Memahami (memodelkan) dan memonitor tingkat penggunaan
optimization process ; (3) Optimization method used. setiap komponen infrastruktur TI seperti (CPU, memory,
network bandwidth , disk, dan lainnya) dan Mengalokasikan
2.4 Jaringan Komputer
sumber daya TI yang dimiliki berdasarkan distribusi beban Jaringan komputer merupakan cara untuk menghubungkan kerja sehingga sistem yang berjalan tidak rentan terhadap dua atau lebih perangkat untuk dapat saling berkomunikasi gangguan. baik itu mempertukarkan data, video atau suara. Berdasarkan
2.3 Data Center Consolidation jenisnya, terdapat tiga kategori jaringan komputer yakni: Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN),
Saat ini Data Center dan aplikasi yang berjalan di dan Wide Area Network (WAN). Umumnya ketiga jenis dalamnya
jaringan ini memiliki pola dan perilaku yang sama, yang perusahaan raksasa seperti Amazon, Microsoft, IBM, Google,
tumbuh secara
eksponensial.
Perusahaan-
membedakannya adalah area.
dan Facebook telah memberikan sajian baru terkait penggunaan data center dengan layanan berbasis cloud dengan
Berdasarkan cara mengirimkan data di dalam jaringan harga yang relative murah. Hal ini memberikan sebuah ilusi
komputer, dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni: baru bahwa data center merupakan pusat data yang
unicast , multicast, atau broadcast. Unicast umumnya menyediakan resource tanpa batas kepada pengguna melalui
digunakan untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke media internet. Akibatnya, konsumsi energi dan dampak
satu tujuan. Multicast digunakan untuk mengirimkan paket lingkungan (e-waste) menjadi semakin penting. Data dari
data dari satu sumber ke beberapa tujuan. Sedangkan untuk USEPA (United States Environmental Protection Agency)
Broadcast digunakan untuk mengirimkan data dari satu menyebutkan bahwa pada tahun 2011 total energi yang
sumber ke seluruh host yang terhubung dalam jaringan dikonsumsi oleh berbagai layanan data center yang ada di
komputer.
Amerika Serikat mencapai 100 Milyar KWh dan diprediksikan akan mengalami kenaikan sebesar 66% dalam kurun waktu
Berdasarkan jenis dari topologinya, jaringan komputer antara 2011-2035 [11].
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni Topologi Star, Topologi Bus, Topologi Ring, dan Topologi Mesh.
Data Center Consolidation (DCC) merupakan pendekatan yang efektif dan banyak digunakan untuk mengurangi
2.5 Keamanan Jaringan Informasi
konsumsi energi total dalam data center. Banyak instansi di Tujuan dari mengamankan jaringan adalah untuk dunia yang sedang mengimplementasikan strategi ini untuk
memberikan pengguna kebebasan untuk menikmati jaringan mengurangi jumlah aset IT dengan cara memanfaatkan dan
komputer tanpa adanya rasa takut dimana hal itu menggunakan teknologi virtualisasi yang memungkinkan
mengorbankan hak-hak dan kepentingan mereka [10]. Untuk beberapa mesin virtual (VM) dapat dikemas pada Mesin Fisik
itu sebuah sistem keamanan jaringan yang ideal adalah sistem (PM) tunggal.
yang menjaga dan melindungi data elektronik baik disimpan dalam jaringan komputer atau ditransmisikan dalam jaringan.
Menggabungkan beberapa data center ke dalam sebuah data center biasanya bertujuan untuk menyederhanakan
Umumnya pendekatan arsitektur keamanan jaringan infrastruktur dan pemeliharaan, menghemat uang, dan
informasi yang digunakan untuk big enterprise mengacu meningkatkan keamanan dan kepatuhan. Namun akan menjadi
kepada standar yang dikeluarkan oleh ITU-T yakni ITU-T kurang efektif jika pengguna mengalami permasalahan latency
X.805. Pendekatan konspetual pada ITU-T perlu melibatkan daerah. Konsep ideal pengembangan e-government komponen keamanan berikut:
diperoleh melalui:
a. Evaluasi Infrastruktur TIK yang telah dibangun dan Perimeter keamanan (perimeter defense)
terkait dengan e-government di Provinsi Gorontalo. Virtual Private Network (VPN) Dengan melakukan evaluasi infrastruktur TIK yang
Sistem Monitoring Keamanan Akses Kontrol Jaringan telah dibangun dan terkait dengan pengembangan e- (Network Access Control)
government kita dapat menemukan faktor-faktor Redundancy & High Availability
keberhasilan dan kegagalan dalam pengembangan Pengaturan Kualitas Layanan (QoS)
e-government di daerah sehingga dapat dirumuskan Parameter Keamanan Lain (Server, Aplikasi, dan pengembangan e-government kedepannya yang
Layanan) berkesesuaian dengan permasalahan di daerah;
b. hasil koordinasi dan sinkronisasi dengan lembaga
3 METODOLOGI PENELITIAN terkait seperti BAPPEDA, DKAD, dan DPRD. Metodologi adalah dengan cara apa dan bagaimana data
Banyaknya sektor dan pelaku yang terlibat dalam yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir
pengembangan e-government membutuhkan adanya mampu menyajikan informasi yang valid dan dapat
penyamaan persepsi dan cara pandang terhadap e- dipertanggungjawabkan (Bungin (ed), 2006). Penerapan
dapat diperoleh konsep manajemen proyek pada pekerjaan network dan
government
sehingga
pengembangan e-government yang ideal di daerah dalam jaringan e-government studi
sesuai dengan peran, tugas dan keterlibatan masing- security enhancement
kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo ini dapat dicapai apabila
masing lembaga.
diketahui hal-hal sebagai berikut:
3. Kebutuhan pelaksanaan pengembangan infrastruktur TIK e-Government di Provinsi Gorontalo perlu
Potret eksisting pengembangan infrastruktur TIK e- diketahui karena pencapaian target dapat dilakukan government di Provinsi Gorontalo;
apabila telah teridentifikasi regulasi, kebijakan, Konsep ideal pengembangan infrastruktur TIK e- perangkat, sumber daya yang diperlukan untuk
government di Provinsi Gorontalo; mencapai target. Rumusan kebutuhan ini diperoleh Kebutuhan pelaksanaan pengembangan infrastruktur dari:
a. Hasil analisis terhadap gap antara kondisi dan TIK e-government di Provinsi Gorontalo;
dengan kondisi ideal Ketiga hal tersebut di atas dapat dihasilkan dengan
potensi
eksisting
pengembangan e-government. Kondisi dan potensi pendekatan metodologi sebagai berikut:
eksisting dan kondisi ideal pengembangan e- government adalah hasil dari output sebelumnya.
1. Potret eksisting pengembangan e-government di Rumusan kebutuhan dihasilkan melalui kajian desk Provinsi Gorontalo perlu diketahui untuk dapat
study.
mengetahui ketersediaan
b. Hasil sinkronisasi dan koordinasi dengan lembaga kebijakan, program, perangkat, serta sumber daya
dan potensi
regulasi,
terkait seperti BAPPEDA, DKAD dan DPRD. manusia dalam menangani kebutuhan e-government.
Sebagai tindak lanjut dari penyamaan persepsi Untuk itu, hal ini dapat diperoleh melalui kajian
antarpelaku pada tahap persiapan, maka rumusan terhadap:
kebutuhan ini untuk mendapatkan masukan
a. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kebutuhan dalam menyusun Konsep Manajemen e-government;
Proyek dalam rangka network dan security
b. Kebijakan pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD enhancement untuk jaringan e-government Provinsi Provinsi Gorontalo);
Gorontalo.
c. Renstra Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo;
3.1.1 Metode Pengkajian
d. Perangkat dan sumberdaya lainnya yang sudah Metode yang digunakan dalam mengkaji Penerapan tersedia dalam pengembangan infrastruktur TIK e-
government, seperti sistem informasi, SDM, konsep manajemen proyek pada pekerjaan network dan kelembagaan, pendanaan.
security enhancement dalam jaringan e-government studi kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo pada prinsipnya
Data dan informasi yang diperlukan untuk menggunakan 3 (tiga) metode yang dilakukan secara simultan, melakukan kajian akan diperoleh dalam dokumen-
yaitu Desk Study, Survei Lapangan, dan Diskusi. dokumen yang didapatkan melalui kegiatan survei dan
laporan studi, artikel, dan sumber literatur lainnya yang
1. Desk Study: Ditujukan untuk melakukan kajian didapatkan melalui survei kepustakaan dari sumber-
terhadap data-data sekunder, hasil wawancara, dan sumber terpercaya seperti Perpustakaan Kementerian/
hasil diskusi tentang permasalahan yang dirasakan Lembaga maupun Perguruan Tinggi.
terkait dengan jaringan e-government milik Pemerintah Provinsi Gorontalo.
2. Survei Lapangan: Ditujukan untuk mengumpulkan government di Provinsi Gorontalo perlu diketahui
2. Konsep ideal pengembangan infrastruktur TIK e-
mengenai pengembangan karena perlu pengembangan e-government yang
infrastruktur TIK e-government yang telah dilakukan di berkesesuaian dengan permasalahan yang dihadapi oleh
Provinsi Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan Provinsi Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan
Survei/Observasi Lapangan
digunakan, survei data center, kelistrikan dan Observasi lapangan adalah suatu metode untuk wawancara kepada pihak terkait di daerah. Sehingga melakukan kajian langsung pada lokasi kasus studi, yang menemukenali faktor-faktor keberhasilan maupun dalam hal ini terdiri atas 5 (lima) lokasi, yaitu Data Center, kegagalan pelaksanaan penanganan. Network Operation Center, dan Wireless Radio yang telah
pekerjaan Penyusunan cara pandang dengan pelaku pengembang dan Manajemen Proyek Network dan Security enhancement pengguna fasilitas infrastruktur TIK e-government di infrastruktur TIK e-Government Provinsi Gorontalo, Provinsi Gorontalo guna memperoleh masukan observasi lapangan ini digunakan untuk mengamati secara terhadap substansi atas permasalahan yang dialami. langsung lokasi di daerah studi. Metode ini digunakan Diskusi yang dilakukan dalam kegiatan ini lebih untuk melengkapi pemahaman program implementasi e- kepada Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh government yang telah dilakukan serta hasil pelaksanaan stakeholder yang ada di Provinsi Gorontalo:
3. Diskusi: Ditujukan untuk menyamakan persepsi dan
program yang bersumber dari data-data sekunder.
3.1.2 Metode Pengumpulan Data
Wawancara Semi-Terstruktur
Pada kajian yang memiliki sifat kualitatif terdapat tiga
terstruktur terkait dengan metode yang lazim dilakukan untuk mengumpulkan data, pengumpulan data yang bersumber langsung dari sumber yaitu survei sekunder; observasi; dan wawancara. Dalam data dengan menggunakan teknik wawancara untuk pekerjaan Penerapan konsep manajemen proyek pada menggali informasi yang akurat dan mendalam dari para pekerjaan network dan security enhancement dalam jaringan pelaku, dimana informasinya seringkali tidak tercatat di e-government studi kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo akan dalam suatu dokumen dan berdasarkan pada pengalaman digunakan seluruh metode dalam rangka mengumpulkan data yang terjadi di lapangan. Teknik wawancara semi- dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin. Berikut ini terstruktur dimana pewawancara menggunakan daftar akan dijelaskan pemanfaatan metode-metode tersebut. pertanyaan untuk memandu jalannya wawancara. Daftar
Wawancara
semi
Survei Sekunder pertanyaan tersebut tidak mengikat tetapi fleksibel karena informasi yang disampaikan oleh responden dapat
Survei sekunder yang dilakukan berupa survei menimbulkan pertanyaan lainnya yang mungkin belum instansional dan survei kepustakaan. Survei instansional
disiapkan. Dengan teknik ini maka dapat digali informasi adalah tipikal pengumpulan data sekunder yang berbentuk
lebih mendalam dan lebih luas dari responden. produk-produk pendataan informatif (dokumen) maupun beberapa masukan yang terkait dengan materi pekerjaan
Wawancara semi-terstruktur dilakukan terhadap pelaku yang berasal dari pelaku terkait guna eksplorasi informasi
penanganan e-government di daerah, baik pemerintah lebih lanjut. Dalam pekerjaan ini data yang dikumpulkan
daerah sebagai pengguna dari jaringan e-government bersumber dari:
maupun pelaku di lapangan. Informasi yang akan digali dari responden terutama adalah terkait dengan praktik
a. Laporan Bulanan, 3 Bulanan, Tahunan terkait penanganan e-government sebagai berikut: penggunaan bandwidth
a. Program e-government yang telah dilaksanakan; bulanan, dan tahunan.
b. Laporan pemeliharaan perangkat bulanan, 3
b. Proses pelaksanaan e-government beserta hasil
c. Laporan kerusakan perangkat bulanan, 3 bulanan,
pelaksanaannya;
dan tahunan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
d. Laporan pemeliharaan terhadap wireless radio maupun kegagalan pelaksanaan program; bulanan, 3 bulanan dan tahunan.
d. Potensi
dan
persoalan pengembangan e-
e. Laporan gangguan availability perangkat
government.
f. Laporan gangguan keamanan jaringan
g. Laporan gangguan interkoneksi
4 PEMBAHASAN
h. Laporan harian pengamatan keadaan jaringan pada Untuk melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan kerangka NOC
mencoba membagi dan
i. Laporan penarikan jaringan atau sambungan baru mengelompokkan guna menyelesaikan pekerjaan menjadi 5 yang akan melakukan interkoneksi dengan network
tahapan, yakni Project Pre-initiation Phase, Project Initiaton e-government
Phase, Project Planning Planning, Project Execution Phase, j. Kontrak kerjasama dengan penyedia bandwidth
Project Monitoring and Controlling Phase, dan Project k. Kontrak kerjasama pemeliharaan dengan pihak
Closing .
ketiga Sementara survei kepustakaan merupakan survei yang
4.1 Project Pre-initiation Phase
dilakukan terhadap data dan informasi yang telah tersedia. Berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan Melalui survei kepustakaan ini akan digali konsep-konsep,
sebagaimana metodologi pengumpulan data yang telah teori-teori, serta hasil studi dan kajian mengenai
dijelaskan pada bagian sebelumnya, penulis merangkum pengembangan e-government. Data serta informasi yang
permasalahan yang ada, keadaan yang ingin di capai dan diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan-
informasi lainnya yang telah diberikan pada bagian ini. laporan studi, makalah, jurnal dan buletin.
4.1.1 Kondisi Saat Ini belum sesuai. Hal ini yang menjadi titik berat ari penelitian ini
Tabel 4-1. Item yang akan dinilai berdasarkan COBIT 5
Kode Proses
Keterangan
EDM03 Memastikan optimasi Memastikan besarnya risiko dan toleransi risiko yang dapat diterima organisasi dimengerti,
diartikulasi serta dikomunikasikan dan dilakukan kegiatan identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap risiko.
yang berhubungan dengan nilai infrastruktur jaringan.
Memastikan Memastikan bahwa sumber daya (SDM, teknologi dan proses) terkait dengan infrastruktur EDM04
pengoptimalan sumber jaringan memadai untuk mendukung tujuan organisasi dan berfokus pada penggunaan biaya daya.
secara optimal.
APO01 Manajemen kerangka Menjaga tatakelola TI organisasi, mekanisme dan otoritas dalam mengelola informasi dan manajemen TI
penggunaan TI dalam organisasi agar sejalan dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku. APO03
Manajemen Enterprise Membuat kerangka kerja umum (Renstra TI) yang mencakup proses bisnis, informasi, data, Architecture
aplikasi dan arsitektur teknologi untuk mewujudkan strategi organisasi dan strategi TI. APO04
Manajemen inovasi Menyadari dan menganalisis tren TI dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesempatan dalam berinovasi dan membuat perencanaan untuk mendapatkan keuntungan dari inovasi tersebut.
Manajemen sumber daya Menyediakan pendekatan terstruktur untuk mendapatkan struktur, penempatan, hak dan APO07
manusia kemampuan yang optimal dari sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya mengkomunikasikan peran dan tanggung jawab, rencana perkembangan karir dan ekspektasi kinerja.
APO12 Manajemen risiko Mengidentifikasi, menilai dan mengurangi risiko terkait dengan infrastruktur jaringan agar tetap di dalam batasan toleransi yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi.
APO13 Manajemen keamanan. Mendefinisikan, mengoperasikan dan memantau sistem manajemen keamanan informasi. Menyeimbangkan keadaan saat ini dengan kebutuhan di masa depan terkait dengan ketersediaan,
kinerja dan kapasitas serta penggunaan biaya yang efektif. Termasuk penilaian dan kemampuan BAI04
Manajemen ketersediaan dan kapasitas
saat ini, perkiraan kebutuhan masa depan berdasarkan kebutuhan bisnis, analisis dampaknya bagi bisnis dan penilaian risiko serta tindakan implementasi untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Mengelola semua perubahan dengan terkendali, termasuk perubahan biasa dan darurat terkait
BAI06 Manajemen perubahan dengan proses pelayanan, aplikasi dan infrastruktur. Termasuk standar prosedur, peniliaian dampak, pengaturan prioritas, perubahan darurat, pelacakan, pelaporan dan dokumentasi. Mengelola aset infrastruktur jaringan untuk memastikan dapat memberikan manfaat dengan biaya
BAI09 Manajemen aset yang optimal, beroperasi dengan baik dan dilindungi secara fisik. Mengelola lisensi perangkat lunak untuk memastikan jumlah yang dimiliki sesuai kebutuhan dan digunakan dengan tepat. Mendefinisikan dan menjaga deskripsi dan hubungan antara sumber daya kunci dan kemampuan
BAI10 Manajemen konfigurasi yang dibutuhkan untuk menjalankan layanan TI, termasuk mengumpulkan informasi konfigurasi, menetapkan acuan dasar konfigurasi, memverifikasi dan mengaudit konfigurasi serta memperbarui penyimpanan konfigurasi.
DSS01 Manajemen operasional. Mengkoordinasikan dan melaksanakan aktivitas dan prosedur operasional yang dibutuhkan untuk memberikan layanan TI, termasuk pelaksanaan SOP dan aktivitas pemantauan.
DSS03 Manajemen Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah dan penyebabnya serta menyediakan Permasalahan
pemecahan masalah untuk menghindari terulangnya kejadian yang sama
DSS05 Manajemen keamanan Melindungi informasi organisasi untuk menjaga tingkat risiko keamanan agar tetap bisa diterima layanan
sesuai dengan kebijakan keamanan. Menetapkan peran, hak dan melakukan pemantauan kemanan. Memantau,
Mengumpulkan, memvalidasi dan mengevaluasi tujuan dan metrik proses bisnis dan proses TI. MEA01
mengevaluasi, menilai Memastikan bahwa proses-proses berjalan sesuai harapan, tujuan dan metrik sehingga mampu kinerja dan kesesuaian
menyediakan pelaporan yang sistematis dan tepat waktu.
Beberapa informasi yang berhasil dirangkum terkait
di tulis
kondisi saat ini terkait infrastruktur TIK dan Keamanan Jaringan
4.1.1.1 Hasil Audit Infrastruktur Jaringan dan Keamanan disampaikan dengan menggunakan beberapa data sejak tahun
e-Government di
Provinsi Gorontalo
akan
Informasi berdasarkan COBIT 5 pada tahun 2014 2014-2016 diantaranya hasil audit Infrastruktur Jaringan dan
Hasil audit yang dilakukan pada tahun 2014 difokuskan Keamanan Informasi berdasarkan COBIT 5 pada tahun 2014,
pada dua IT Related Goal yakni Keamanan Jaringan dan Hasil Pengukuran Signal dan Kualitas Link saat survey
Infrastruktur Jaringan. Dari Kedua IT Related Goal yang ada, lapangan, Hasil Pengamatan Pemanfaatan Bandwidth Jaringan
terdapat 16 IT Processes yang akan di ukur seperti yang e-Government, dan Topologi jaringan saat ini.
ditunjukkan pada tabel 4-1.
Informasi tambahan dari project sponsor mereka sudah Gambar 4-2 menunjukkan persentase dan tingkat beberapa kali menggunakan tenaga ahli untuk mengurusi ini
kapabilitas proses yang diukur. Saat ini terdapat 11 (sebelas) pada tahun 2008 dan 2012 dan belum mendapatkan hasil
proses yang masih berada pada kapabilitas tingkat 0 signifikan seperti yang diinginkan. Kendalanya ada pada
(incomplete process), 4 (empat) proses pada kapabilitas komunikasi dan banyak risiko yang tidak tidak terduga tiba-
tingkat 1 (performed process) dan 1 (satu) proses pada tiba menjadi muncul saat pekerjaan dilakukan. Sehingga
kapabilitas tingkat 2 (managed process). pekerjaan tercapai 100% namun output yang diharapkan
2 Berdasarkan hasil observasi, dan hasil pengukuran COBIT,
2 posisi e-government di Provinsi Gorontalo saat ini masih berada pada tahap pertama yakni tahap pengembangan.
1 1 Penyelenggaran e-Government di Provinsi Gorontalo masih
1 fokus pada pengembangan pelayanan informasi, hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya aplikasi yang dikembangkan 0,5
untuk kebutuhan pelayanan informasi untuk transparansi
pembangunan, monitoring, dan pengendalian.
4.1.1.2 Hasil Pengukuran Signal dan Kualitas Link Radio antar SKPD di Provinsi Gorontalo
Review konfigurasi jaringan wireless dilakukan sebagai salah satu bentuk mengenali kendala atau masalah lambatnya
akses internet yang dikeluhkan oleh seluruh SKPD. Guna Target tingkat kapabilitas untuk seluruh proses yang
Gambar 4-1. Grafik Pencapaian Tingkat Kapabilitas
menemukenali masalah yang dialami, dirancang sebuah dievaluasi adalah 3,00. Target ini ditetapkan berdasarkan hasil metode survey yang telah didiskusikan dan menimbang diskusi dengan tim teknis selaku penanggung jawab saaat masukan Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan penilaian berdasarkan kerangka COBIT 5 dilakukan. Informatika Provinsi Gorontalo dan juga tetap menjadikan
Gambar 4-2 menunjukkan kesenjangan yang terjadi antara dokumen Kerangka Acuan Kerja sebagai acuan, dipilihlah target tingkat kapabilitas proses yang diharapkan dengan
beberapa titik untuk dilakukan survey yakni BAPPEDA, tingkat kapabilitas proses saat ini.
DINKES, DIKPORA, PU, BPMPTSP, BPKB.
Tingkat Kapabilitas saat ini DSS01
0 APO04
Target Kapasitas
BAI04 Gambar 4-2. GAP Tingkat Kapabilitas Proses Saat ini dan Target yang akan dicapai.
Klasifikasi besarnya SNR yang dihasilkan menunjukkan kualitas link yang ada saat ini. Tabel berikut ini akan menjelaskan angka yang diperoleh dari pengukuran besarnya SNR yang telah dilakukan sebelumnya:
Tabel 4-2. Konversi nilai Signal to Noise ratio 15,000
No Nilai SNR
Keterangan
29,0 dbm ~ ke
1 atas Outstanding (bagus sekali)
20,0 dbm ~ 28,9 Excellent (bagus) pada nilai ini koneksi dalam
dbm keadaan stabil 3 11,0 dbm ~ 19,9
Good (baik) pada nilai ini koneksi tidak stabil dbm
namun transmisi data lancar 4 7,0 dbm ~ 10,9
dbm mempengaruhi kualitas koneksi dan link radio
SENIN, 18/08/2014
SELASA, 19/08/2014
5 0 dbm ~ 6,9 dbm Bad (buruk) Sinyal dan koneksi jelek.
RABU, 20/08/2014
KAMIS, 21/08/2014
Jika dipetakan berdasarkan tabel di atas informasi SNR yang terdapat pada tabel 2-25 maka link milik BPKB dan
Gambar 4-4. Grafik aktivitas transmisi data selama periode
BPMPTSP sangat baik atau kategori OUTSTANDING,
survey 18-24 Agustus 2014
kemuian link BAPPEDA dan DIKPORA berada pada kategori Grafik di atas menunjukkan bahwa aktivitas penggunaan EXCELLENT, dan link milik PU dan DINKES berada pada
internet tidak pernah berhenti selama 7x24 jam. Periode kategori Good (Baik). Artinya semua link yang dilakukan
tersibuk dari pemanfaatan internet setiap harinya terjadi pada survey kali ini berada pada level minimal yakni Baik, sehingga
selang waktu pukul 08.00-18.00 WITA. Pada periode waktu faktor cuaca tidak akan akan menjadi penyebab utama
18.01 – 24.00 WITA penggunaan internet masih tetap ramai terjadinya gangguan konektivitas.
namun tidak sebesar pada saat aktivitas kerja. Data ini merupakan peta terkait jumlah data yang dikonsumsi oleh
4.1.1.3 Hasil Pengamatan Pemanfaatan Bandwidth Jaringan jaringan e-government selama periode pengamatan dilakukan. e-Government
Gambar 4-3. Topologi Jaringan Pemerintah Provinsi Gorontalo
Akses terkait pengamatan Bandwidth internet yang Pengaturan bandwidth management saat ini hampir pasti digunakan dilakukan pengumpulan pada tanggal 25 Agustus
tidak ada, seluruh user tidak ada yang dibatasi dalam 2014 sejak pukul 08.00 WITA – pukul 17.00 WITA. Saat itu
memanfaatkan bandwidth. Gambar berikut ini menujukkan data yang tersedia sejak tanggal 17-24 Agustus 2014, oleh
keadaan pengaturan bandwidth saat ini yang tersimpan pada karenanya pengamatan terkait pemanfaatan internet tetap
router.
dilakukan dengan cara mengamati pemakaian selama periode yang diberikan yakni sejak tanggal 18 Agustus 2014 hingga
4.1.1.4 Topologi Jaringan di Provinsi Gorontalo tanggal 24 Agustus 2014 selama 24 jam. Data ini diperoleh
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari pengelola dengan melakukan pemetaan data yang kami amati dan ambil
jaringan e-Government Provinsi Gorontalo, topologi jaringan dari system proxy dan calamaris yang terdapat pada firewall.
yang terbaru tidak dimiliki oleh Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarenakan rusaknya harddisk notebook milik pengelola jaringan yang menyebabkan hilangnya data. Untuk itu paparan
review topologi jaringan dilakukan berdasarkan data topologi yang ditemukan dari salah satu materi bacaan yang diberikan oleh tim teknis dan ditambah dengan topologi yang baru diberikan oleh Dinas tanggal 18 Agustus 2014.
terkait
Jika dilihat dari topologi di atas, jenis topologi yang ada banyak keluhan akses yang lambat ketika melakukan akses hanyalah topologi High Level Design(HLD), atau gambaran
internet. Jika problemnya adalah akses menuju aplikasi besar dari infrastruktur yang dibangun. Hasil observasi dan
intranet, maka beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah analisa awal ini menunjukkan bahwa selama ini tidak pernah
Kondisi Signal to Noise Ratio (SNR) Wireless radio dari ada dokumen lebih detil atau Low Level Design(LLD).
Pemprov ke SKPD. Variabel yang mempengaruhi seperti Seharusnya pembangunan sebuah jaringan harus memiliki
(1)Interference, (2) Arah antenna yang tidak pas, (3) Obstacle, rencana detail yang tergambarkan melalui low level design.
yang menyebabkan tidak Line of Sight(LoS), dan (4) Jarak antara satu titik ke titik yang lain.
Dari topologi yang ada belum tergambarkan secara lebih terperinci bahwa ada sekat pemisah yang jelas antara akses
Selain itu, Interkoneksi antara perangkat server dengan internet dan akses intranet. Perlu dibedakan antara
switch dan router di data center. Misalkan penggunaan permasalahan lambatnya akses internet dengan akses intranet.
Gigabit Ethernet , tidak terjadi collision paket, atau kondisi Akses Intranet adalah akses menuju aplikasi-aplikasi internal
patchcord kabel UTP yang digunakan, sumber daya server yang digunakan khusus untuk lingkungan pemprov. Aplikasi
dimana aplikasi tersebut diletakkan. Semakin banyak aplikasi tersebut diletakkan pada datacenter Pemprov Gorontalo dan
sebuah servermaka akan diakses oleh SKPD-SKPD menggunakan jaringan wireless
mempengaruhi performa.
intranet. Sedangkan akses Internet adalah akses menuju internet seperti membuka situs2 internet, youtube, facebook,
Jika problemnya adalah akses menuju internet, maka download file dan lainnya.
beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah (1)Pengaturan bandwidth tiap-tiap user, (2) Bagaimana mekanisme
Seperti beberapa masalah yang disampaikan di bagian pengaturan bandwidth tiap user saat ini, (3) Apakah tiap user
2.5.1.2 kunjungan ke beberapa SKPD, ada banyak temuan layak mendapatkan bandwidth yang sudah dialokasikan, yang tidak sesuai dari sisi jaringan yang telah ada, yakni
(4)Apakah ada sistem prioritas dalam penggunaan bandwidth
Tabel 4-3. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur TIK Pemerintah Provinsi Gorontalo. NO
KATEGORI
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
1 Sumber Tenaga Listrik
Perlu diadakannya generator set pada data center Penggantian UPS dengan UPS standar data center . Seluruh server yang saat ini tersebar perlu disatukan secara terpusat Perlu dilakukan studi khusus terkait pengembangan data center terpusat yang baru dengan melakukan komparasi antara pembangunan sendiri atau menggunakan sistem sewa ke pihak penyedia data center .
2 Pusat Data Center Perlu dilakukan audit yang lebih mendalam terkait pemanfaaatan seluruh fasilitas pemerintah, baik fasilitas hardware maupun software untuk kepentingan non- pemerintah (pribadi maupun perusahaan). Data center harus mampu menjamin tingkat availibiltas minimal. Perlu dipasang Raised Floor. Perlu dilakukan studi khusus terkait optimasi penggunaan bandwidth yang telah tersedia saat ini.
Dilakukan implementasi hasil studi untuk mengoptimalkan penggunaan Bandwidth
3 Optimalisasi
Penggunaan