Makalah Menejemen Sistem Irigasi Irigasi
MAKALAH MENEJEMEN SISTEM IRIGASI
IRIGASI PEDESAAN
Oleh :
NaliaAnggraini
NIM. A1H008063
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah irigasi yang panjang di Indonesia telah memberikan kesempatan
bagi petani untuk menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan pengelola air irigasi
secara tradisional. Apabila sarana fisik sebuah jaringan irigasi merupakan
perangkat kerasnya, maka lembaga-lembaga tersebut, baik yang formal maupun
yang tidak formal merupakan perangkat lunaknya, yang mutlak diperlukan untuk
mengelola air irigasi sebagaimana mestinya. Lembaga-lembaga yang telah
dikembangkan oleh petani itu adalah merupakan semacam sumber daya nasional
yang sangat berharga, yang patut dipelajari agar potensi air irigasi dan
kemakmuran penghuni pedesaan dapat terus ditingkatkan (Ambler, 1992: 3).
Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menumbuhkan kerjasama antar petani
pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran. Pembagian air
antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan yang sama
membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani dijaringan
irigasi yang bersangkutan ( Siskel dan Hutapea, 1995: 20). Untuk itu para petani
ditentukan untuk membentuk suatu organisasi yang dinamakan perkumpulan
petani pemakai air (P3A) yang tahap demi tahap akan berkembang menjadi satu
unit yang yang secara organisator, teknis dan financial mampu melaksanakan
tugas dan kewajiban pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi serta
bangunan pelengkapnya (Ambler, 1992: 15).
Adapun maksud dan tujuan P3A yaitu:
1. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan
secara mantap, tertib dan teratur melalui perkumpulan dalam mengeluarkan
ketentuan-ketentuan yang mengikat dan memuaskan para anggotanya.
2. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut, yang pada dasarnya disepakati
oleh para anggotanya, perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban
para anggotanya akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan
jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab secara
mantap dan teratur dan penuh dengan tanggung jawab.
3. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat dengan
tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya, karena selain kebutuhan
air pengairan tercukupi juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu dapat
menyesuaikan dengan perkembangan tekhnologi pertanian dan pengairan
(Kartasapoetra, 1994: 26).
Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan tersier
dan pedesaan.
2. Membuat peraturan-peraturan dan ketentuan pembagian air pengairan serta
pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari si perusahaan si
pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri.
3. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi
diantara para anggota petani pemakai air pengairan didalam pengelolaan air
pengairan.
4. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi
dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani
pemakai air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara
mereka.
Keterlibatan petani dalam pembiayaan pembangunan dapat memperkuat
rasa memiliki terhadap jaringan irigasi yang dibangun. Jaringan irigasi adalah
prasarana yang sangat vital yang harus dipelihara sehingga dapat meningkatkan
produktivitas beberapa jenis tanaman yang diusahai. Tersedianya air yang cukup
akan mempertinggi tingkat produktivitas lahan usahatani karena air adalah syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman (Gustina, 2001: 17).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan kegunaan dari irigasi pedesaan
2. Untuk mengetahui peran serta masyarakat serta pemerintah dalam
pengembangan irigasi pedesaan.
II. ISI
Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia
yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Keterbatasan air bagi pertanian
bukan saja terjadi pada musim kemarau, namun di musim hujanpun bisa terjadi.
Hal ini disebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan
dan tak termanfaatkan, sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala
ruang dan waktu. Keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam, jenis
dan jumlah produksi pertanian.
Penyediaan air melalui irigasi desa merupakan solusi yang dapat mengatasi
kekurangan air untuk keperluan pertanian dan rumah tangga di pedesaan. Irigasi
pedesaan adalah jenis irigasi yang di bangun dan dikelola serta di biayai oleh
masyarakat. Namun prasarana bangunan irigasi, baik bending maupun saluran
irigasi pedesaan yang dibangun dan dikelola dengan biaya hanya dari masyarakat
ternyata masih sangat terbatas baik dalam kualitas maupun kuantitasnya dan
masih mudah rusak. Menurut data dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pada tahun 2006, luas lahan irigasi pedesaan hanya 1,7 juta ha, atau 27% dari total
luas lahan irigasi 7 juta ha. Pemerintah melalui departemen terkait (Pertanian,
Kehutanan, Pekerjaan umum) perlu memfasilitasi pembangunan irigasi pedesaan
ini melalui penyuluhan, perencanaan, penyediaan petunjuk teknis dan membantu
penyediaan dana pembangunan/perbaikan bangunan penampung air berupa
bendung/dam, parit. Sedangkan saluran distribusi irigasi dan pemeliharaan
bangunan dibebankan kepada masyarakat pengguna sebagai bentuk partisipasinya.
Maka diharapkan pembangunan sarana irigasi di pedesaan lebih maju yang dapat
meningkatkan produksi pertanian yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan
petani dapat segera terwujud.
Menurut instruksi presiden no 2 tahun 1984, Irigasi pedesaan adalah irigasi
yang pembangunan, pendayagunaan, dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan
oleh para petani di bawah pembinaan Pemerintah Desa, dengan atau tanpa
bantuan Pemerintah baik pusat maupun daerah. Undang-undang No. 7 tahun 2004
tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi
mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier
sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi
hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintahan antara Pemerintah,
A. Lokasi
Kegiatan rehabilitasi/perbaikan JIDES / JITUT dilaksanakan di jaringan
irigasi desa / jaringan irigasi tingkat usaha tani dari daerah irigasi pemerintah atau
desa yang mengalami kerusakan dan jaringan utama ( primer dan sekunder )
berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Syarat Lokasi
a. Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang
jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan.
b. Jaringan utama ( primer dan sekunder) berfungsi baik
c. Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat ditingkatkan.
d. Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap.
e. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS
– BT/BB).
2. Syarat Petani
a. Diutamakan telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar
segera membentuknya sebelum penetapan lokasi.
b. Kelompok tani/P3A terpilih belum pernah mendapatkan bantuan sejenis.
c. Diutamakan kelompok tani/P3A yang mempunyai semangat partisipatif.
d. Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES.
Sanggup menanam lahan minimal 2X tanam
B. Survei Investigasi Desain
1. Survey Investigasi
a. Survey investigasi dilakukan setelah calon lokasi dan calon petani
ditetapkan.
b. Survey investigasi dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan
penelusuran jaringan (walk through).
c. Berdasarkan survey investigasi akan didapatkan bagian-bagian dari
JIDES/JITUT yang mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, dan
sketsa bagian-bagian jaringan yang perlu direhabilitasi.
2. Desain (rancangan teknis)
a. Rancangan teknis atau desain sederhana dilaksanakan setelah Survey
Investigasi
b. Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan penggambaran rencana
kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES.
c. Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket lokasi, gambar
rancangan teknis sederhana kegiatan rehabilitasi, perkiraan kebutuhan
bahan, peralatan dan biayanya atau rencana anggaran biaya (RAB).
d. Dalam hal biaya yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, maka
dilakukan pemilihan skala prioritas, bagian yang dilakukan rehabilitasi
adalah bagian dari jaringan yang paling memberikan manfaat.
C. Partisipasi Petani
Tujuan utama dari adanya irigasi pedesaan ini adalah untuk menyediakan air
irigasi
untuk
keperluan
pertanian
di
pedesaan
sepanjang
tahun
dan
mendistribusikannya secara merata. Meningkatkan luas areal tanam dan
meningkatkan produktifitas lahan, serta mengurangi intensitas banjir akibat air
yang berlebih pada musim hujan.
Sasaran dari irigasi pedesaan adalah meningkatkan kinerja usaha pertanian
yang
berimplikasi
keanekaragaman
terhadap
komoditas,
penyediaan
kepastian
lapangan
hasil
dan
kerja,
peningkatan
produktifitasnya,
serta
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dalam pembangunan irigasi pedesaan ini, bukan hanya masyarakat yang
mempunyai peranan penting, namun pemerinytah pun juga memiliki peranan yang
tak kalah penting nya, peranan pemerintah yang diharapkan antara lain:
1. Menyusun perencanaan rehabilitasi dan peningkatan mutu bangunan dan
pembangunan irigasi pedesaan baru
2. Menginventarisir jumlah, posisi dan kualitas sarana bangunan irigasi,
3. Menyediakan teknologi yang tepat bagi pembangunan irigasi pedesaan
4. Penyuluhan
5. Regulasi aturan peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
irigasi pedesaan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat desa dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan dari mulai perencanaan sampai pengaturan distribusi air sangat
dominan. Mengingat irigasi pedesaan ini juga merupakan salah satu jenis
pelayanan publik atau melayani masyarakat sehingga diharapkan pengelolaan
irigasi pedesaan dapat dilakukan secara sinergis antara peran pemerintah dan
masyarakat, agar jumlah dan kualitas bangunan serta luasan areal irigasi dapat
ditingkatkan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan ini antara lain:
1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam)
2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian
3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk keperluan pertanian
dan non pertanian.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Pembangunan Irigasi Pedesaan
Irigasi pedesaan dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Apakah masyarakat memerlukan tambahan air irigasi. Indikatornya
adalah:
a) Adanya saluran dari bendung sederhana yang terbuat dari tumpukan
batu, dahan pisang dsb, sehingga mudah rusak bila terkena arus deras
b) Luas lahan petanian
c) Kemudian mendapatkan air (kedalaman sumur, posisi sumber air)
Hal ini penting menggalang peran serta masyarakat
b. Kemudian memperoleh bahan bangunan seperti batu, pasir berpengaruh
seperti batu pasir tersediayang berpengaruh terhadap pembangunan
c. Penyuluhan terutama dalam hal pengolahan
III. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Irigasi Desa adalah irigasi yang dibangun dan dikelola serta dibiayai oleh
masyarakat desa atau desa-desa yang bersangkutan.
Pada dasarnya pembangunan irigasi pedesaan bertujuan untuk :
1.
Menyediankan air irigasi untuk keperluan pertanian di pedesaan sepanjang
tahun dengan cara memanen hujan dan aliran permukaan dan
mendistribusikannya secara merata.
2.
Meningkatkan luas areal tanam/panen dan produksifitas lahan.
3.
Mengurangi intensitas dan volume banjir akibat air yang berlebihan pada
musim hujan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan ini antara lain :
1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam)
2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian.
3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk untuk keperluan
pertanian dan non pertanian
B.
Saran
Perlunya perkembangan irigasi pedesaan agar masyarakat lebih mengoptilkan
air secara baik dan merata.
DAFTAR PUSTAKA
Al Humani, A. 2000. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi. Kompas 27 Januari
2000.
Anonim. 2009.
Cendana Pos. http://www.cendanapos.com/2009/11/petani-
bapemas-bangun-irigasi-sawah.html. Diakses hari selasa tanggal 18 oktober
2011.
Arif, S.S. 2005. Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi Masa Depan: Sebuah
Gagasan dan Upaya Menghadapi Tantangan. Makalah diskusi dengan
Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Banyumas, Purwokerto.
Hasanuddin, A. 2003. Gelar Teknologi di Takalar Gowa Sulsel: Lahan
IrigasiTumpuan Ketahanan Pangan. Sinar Tani.
Sutiono, A dan Ambar TS. 2004. Sumberdaya Manusia (SDM) Aparatur
Pemerintah dalam Birokrasi Publik di Indonesia. Dalam Memahami Good
Governance Dalam Perspektif Sumberdaya Manusia. Editor: Ambar Teguh
Sulistiyani. Penerbit Gaya Media. Yogyakarta.
IRIGASI PEDESAAN
Oleh :
NaliaAnggraini
NIM. A1H008063
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah irigasi yang panjang di Indonesia telah memberikan kesempatan
bagi petani untuk menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan pengelola air irigasi
secara tradisional. Apabila sarana fisik sebuah jaringan irigasi merupakan
perangkat kerasnya, maka lembaga-lembaga tersebut, baik yang formal maupun
yang tidak formal merupakan perangkat lunaknya, yang mutlak diperlukan untuk
mengelola air irigasi sebagaimana mestinya. Lembaga-lembaga yang telah
dikembangkan oleh petani itu adalah merupakan semacam sumber daya nasional
yang sangat berharga, yang patut dipelajari agar potensi air irigasi dan
kemakmuran penghuni pedesaan dapat terus ditingkatkan (Ambler, 1992: 3).
Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menumbuhkan kerjasama antar petani
pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran. Pembagian air
antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan yang sama
membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani dijaringan
irigasi yang bersangkutan ( Siskel dan Hutapea, 1995: 20). Untuk itu para petani
ditentukan untuk membentuk suatu organisasi yang dinamakan perkumpulan
petani pemakai air (P3A) yang tahap demi tahap akan berkembang menjadi satu
unit yang yang secara organisator, teknis dan financial mampu melaksanakan
tugas dan kewajiban pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi serta
bangunan pelengkapnya (Ambler, 1992: 15).
Adapun maksud dan tujuan P3A yaitu:
1. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan
secara mantap, tertib dan teratur melalui perkumpulan dalam mengeluarkan
ketentuan-ketentuan yang mengikat dan memuaskan para anggotanya.
2. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut, yang pada dasarnya disepakati
oleh para anggotanya, perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban
para anggotanya akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan
jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab secara
mantap dan teratur dan penuh dengan tanggung jawab.
3. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat dengan
tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya, karena selain kebutuhan
air pengairan tercukupi juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu dapat
menyesuaikan dengan perkembangan tekhnologi pertanian dan pengairan
(Kartasapoetra, 1994: 26).
Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan tersier
dan pedesaan.
2. Membuat peraturan-peraturan dan ketentuan pembagian air pengairan serta
pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari si perusahaan si
pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri.
3. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi
diantara para anggota petani pemakai air pengairan didalam pengelolaan air
pengairan.
4. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi
dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani
pemakai air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara
mereka.
Keterlibatan petani dalam pembiayaan pembangunan dapat memperkuat
rasa memiliki terhadap jaringan irigasi yang dibangun. Jaringan irigasi adalah
prasarana yang sangat vital yang harus dipelihara sehingga dapat meningkatkan
produktivitas beberapa jenis tanaman yang diusahai. Tersedianya air yang cukup
akan mempertinggi tingkat produktivitas lahan usahatani karena air adalah syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman (Gustina, 2001: 17).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan kegunaan dari irigasi pedesaan
2. Untuk mengetahui peran serta masyarakat serta pemerintah dalam
pengembangan irigasi pedesaan.
II. ISI
Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia
yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Keterbatasan air bagi pertanian
bukan saja terjadi pada musim kemarau, namun di musim hujanpun bisa terjadi.
Hal ini disebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan
dan tak termanfaatkan, sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala
ruang dan waktu. Keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam, jenis
dan jumlah produksi pertanian.
Penyediaan air melalui irigasi desa merupakan solusi yang dapat mengatasi
kekurangan air untuk keperluan pertanian dan rumah tangga di pedesaan. Irigasi
pedesaan adalah jenis irigasi yang di bangun dan dikelola serta di biayai oleh
masyarakat. Namun prasarana bangunan irigasi, baik bending maupun saluran
irigasi pedesaan yang dibangun dan dikelola dengan biaya hanya dari masyarakat
ternyata masih sangat terbatas baik dalam kualitas maupun kuantitasnya dan
masih mudah rusak. Menurut data dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pada tahun 2006, luas lahan irigasi pedesaan hanya 1,7 juta ha, atau 27% dari total
luas lahan irigasi 7 juta ha. Pemerintah melalui departemen terkait (Pertanian,
Kehutanan, Pekerjaan umum) perlu memfasilitasi pembangunan irigasi pedesaan
ini melalui penyuluhan, perencanaan, penyediaan petunjuk teknis dan membantu
penyediaan dana pembangunan/perbaikan bangunan penampung air berupa
bendung/dam, parit. Sedangkan saluran distribusi irigasi dan pemeliharaan
bangunan dibebankan kepada masyarakat pengguna sebagai bentuk partisipasinya.
Maka diharapkan pembangunan sarana irigasi di pedesaan lebih maju yang dapat
meningkatkan produksi pertanian yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan
petani dapat segera terwujud.
Menurut instruksi presiden no 2 tahun 1984, Irigasi pedesaan adalah irigasi
yang pembangunan, pendayagunaan, dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan
oleh para petani di bawah pembinaan Pemerintah Desa, dengan atau tanpa
bantuan Pemerintah baik pusat maupun daerah. Undang-undang No. 7 tahun 2004
tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi
mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier
sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi
hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintahan antara Pemerintah,
A. Lokasi
Kegiatan rehabilitasi/perbaikan JIDES / JITUT dilaksanakan di jaringan
irigasi desa / jaringan irigasi tingkat usaha tani dari daerah irigasi pemerintah atau
desa yang mengalami kerusakan dan jaringan utama ( primer dan sekunder )
berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Syarat Lokasi
a. Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang
jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan.
b. Jaringan utama ( primer dan sekunder) berfungsi baik
c. Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat ditingkatkan.
d. Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap.
e. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS
– BT/BB).
2. Syarat Petani
a. Diutamakan telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar
segera membentuknya sebelum penetapan lokasi.
b. Kelompok tani/P3A terpilih belum pernah mendapatkan bantuan sejenis.
c. Diutamakan kelompok tani/P3A yang mempunyai semangat partisipatif.
d. Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES.
Sanggup menanam lahan minimal 2X tanam
B. Survei Investigasi Desain
1. Survey Investigasi
a. Survey investigasi dilakukan setelah calon lokasi dan calon petani
ditetapkan.
b. Survey investigasi dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan
penelusuran jaringan (walk through).
c. Berdasarkan survey investigasi akan didapatkan bagian-bagian dari
JIDES/JITUT yang mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, dan
sketsa bagian-bagian jaringan yang perlu direhabilitasi.
2. Desain (rancangan teknis)
a. Rancangan teknis atau desain sederhana dilaksanakan setelah Survey
Investigasi
b. Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan penggambaran rencana
kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES.
c. Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket lokasi, gambar
rancangan teknis sederhana kegiatan rehabilitasi, perkiraan kebutuhan
bahan, peralatan dan biayanya atau rencana anggaran biaya (RAB).
d. Dalam hal biaya yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, maka
dilakukan pemilihan skala prioritas, bagian yang dilakukan rehabilitasi
adalah bagian dari jaringan yang paling memberikan manfaat.
C. Partisipasi Petani
Tujuan utama dari adanya irigasi pedesaan ini adalah untuk menyediakan air
irigasi
untuk
keperluan
pertanian
di
pedesaan
sepanjang
tahun
dan
mendistribusikannya secara merata. Meningkatkan luas areal tanam dan
meningkatkan produktifitas lahan, serta mengurangi intensitas banjir akibat air
yang berlebih pada musim hujan.
Sasaran dari irigasi pedesaan adalah meningkatkan kinerja usaha pertanian
yang
berimplikasi
keanekaragaman
terhadap
komoditas,
penyediaan
kepastian
lapangan
hasil
dan
kerja,
peningkatan
produktifitasnya,
serta
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dalam pembangunan irigasi pedesaan ini, bukan hanya masyarakat yang
mempunyai peranan penting, namun pemerinytah pun juga memiliki peranan yang
tak kalah penting nya, peranan pemerintah yang diharapkan antara lain:
1. Menyusun perencanaan rehabilitasi dan peningkatan mutu bangunan dan
pembangunan irigasi pedesaan baru
2. Menginventarisir jumlah, posisi dan kualitas sarana bangunan irigasi,
3. Menyediakan teknologi yang tepat bagi pembangunan irigasi pedesaan
4. Penyuluhan
5. Regulasi aturan peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
irigasi pedesaan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat desa dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan dari mulai perencanaan sampai pengaturan distribusi air sangat
dominan. Mengingat irigasi pedesaan ini juga merupakan salah satu jenis
pelayanan publik atau melayani masyarakat sehingga diharapkan pengelolaan
irigasi pedesaan dapat dilakukan secara sinergis antara peran pemerintah dan
masyarakat, agar jumlah dan kualitas bangunan serta luasan areal irigasi dapat
ditingkatkan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan ini antara lain:
1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam)
2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian
3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk keperluan pertanian
dan non pertanian.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Pembangunan Irigasi Pedesaan
Irigasi pedesaan dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Apakah masyarakat memerlukan tambahan air irigasi. Indikatornya
adalah:
a) Adanya saluran dari bendung sederhana yang terbuat dari tumpukan
batu, dahan pisang dsb, sehingga mudah rusak bila terkena arus deras
b) Luas lahan petanian
c) Kemudian mendapatkan air (kedalaman sumur, posisi sumber air)
Hal ini penting menggalang peran serta masyarakat
b. Kemudian memperoleh bahan bangunan seperti batu, pasir berpengaruh
seperti batu pasir tersediayang berpengaruh terhadap pembangunan
c. Penyuluhan terutama dalam hal pengolahan
III. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Irigasi Desa adalah irigasi yang dibangun dan dikelola serta dibiayai oleh
masyarakat desa atau desa-desa yang bersangkutan.
Pada dasarnya pembangunan irigasi pedesaan bertujuan untuk :
1.
Menyediankan air irigasi untuk keperluan pertanian di pedesaan sepanjang
tahun dengan cara memanen hujan dan aliran permukaan dan
mendistribusikannya secara merata.
2.
Meningkatkan luas areal tanam/panen dan produksifitas lahan.
3.
Mengurangi intensitas dan volume banjir akibat air yang berlebihan pada
musim hujan.
Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan irigasi
pedesaan ini antara lain :
1. Pemeliharaan bangunan bendungan penampung air (dam)
2. Penyediaan dan pemeliharaan jaringan irigasi ke lahan pertanian.
3. Pengatur distribusi air dengan adil sesuai keperluan untuk untuk keperluan
pertanian dan non pertanian
B.
Saran
Perlunya perkembangan irigasi pedesaan agar masyarakat lebih mengoptilkan
air secara baik dan merata.
DAFTAR PUSTAKA
Al Humani, A. 2000. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi. Kompas 27 Januari
2000.
Anonim. 2009.
Cendana Pos. http://www.cendanapos.com/2009/11/petani-
bapemas-bangun-irigasi-sawah.html. Diakses hari selasa tanggal 18 oktober
2011.
Arif, S.S. 2005. Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi Masa Depan: Sebuah
Gagasan dan Upaya Menghadapi Tantangan. Makalah diskusi dengan
Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Banyumas, Purwokerto.
Hasanuddin, A. 2003. Gelar Teknologi di Takalar Gowa Sulsel: Lahan
IrigasiTumpuan Ketahanan Pangan. Sinar Tani.
Sutiono, A dan Ambar TS. 2004. Sumberdaya Manusia (SDM) Aparatur
Pemerintah dalam Birokrasi Publik di Indonesia. Dalam Memahami Good
Governance Dalam Perspektif Sumberdaya Manusia. Editor: Ambar Teguh
Sulistiyani. Penerbit Gaya Media. Yogyakarta.