Bukti Kebenaran Agama Islam dalam Al Qur

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Agama merupakan suatu keyakinan yang mendasari manusia untuk melakukan
suatu bentuk peribadatan. Agama juga merupakan salah satu bentuk norma yang
disepakati dan diyakini serta dijalankan dalam kehidupan manusia. Di dalam agama
memuat berbagai macam norma yang mengatur kehidupan para pemeluknya. Kemudian
dari setiap agama itu sendiri memiliki tujuan untuk mencari kebahagian, baik
kebahagiaan lahir dan batin, serta kebahagiaan di dunia lebih-lebih kebahagiaan di
akhirat nanti.
Ironisnya, di era globalisasi ini banyak sekali orang yang keliru di dalam memilih
agama. Banyak dari mereka yang memih agama karena hawa nafsu, bukan berdasarkan
kebenaran-kebenaran yang terkandung di dalam agama itu sendiri. sehingga yang terjadi
justru tidak bisa mencapai kebahagiaan akan tetapi sebaliknya malah terjerumus pada
jurang kenistaan.
Oleh karena itu, Islam sebagai satu-satunya agama yang paling benar tentunya
memiliki bukti-bukti kebenaran. Berikut penulis telah menyurun bukti-bukti itu yang
berdasarkan pada ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi SAW. Untuk lebih jelasnya
silahkan simak pemaparannya pada bab pembahasan pada makalah ini.


B. Rumusan Masalah

1. Menyebutkan bukti kebenaran agama Islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur‟an
2. Menyebutkan bukti kebenaran agama Islam berdasarkan Hadits Nabi SAW

1

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui bukti kebenaran agama Islam dari ayat-ayat Al-Qur‟an
2. Mengetahui bukti kebenaran agama Islam dari Hadits Nabi SAW.
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Memperkuat keyakinan terhadap agama Islam
2. Menambah pengetahuan mengenai bukti kebenaran agama Islam

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai Bukti Kebenaran Agama Islam
Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla
adalah Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah
Azza wa Jalla. Agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Chu, Hindu, Budha,
Sinto dan yang selainnya, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla, karena agamaagama tersebut telah mengalami penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri dengan
tangan-tangan kotor manusia. Setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa
sallam, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam agama
Islam, mengikuti Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫َ ْ عْد‬
ْ

ْ

ْ ‫هس‬

ۗ َْ‫د ْ ع ْد ه ْإس‬

‫ْخ ف‬


‫ْ آ‬

ْ ْ ْ

‫ه‬

ْۗ ْ

‫ْع ْ ْغ‬

‫ج ء‬

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian
di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [QS Ali „Imran: 19]
Allah Azza wa Jalla berfirman:

ْ‫طْع ك‬


ْ

ْ‫أ‬

‫ْس‬

ْ ‫غ ْ د ْ ه ْغ‬
ْ ‫ْ جع‬

3

ْ

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal
apa yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan [QS. Ali „Imran: 83]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

ْ ‫ْ س‬


‫ْخ‬
ْ

ْ ْ

ْ ْ

ْ ‫ْ ْإسَْ د‬

“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima,
dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” [QS. Ali „Imran: 85]
Pada zaman Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla telah
menjelaskan dalam Al-Qur-an bahwa Yahudi dan Nasrani selalu berusaha untuk
menyesatkan kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kekafiran, mengajak
kaum Muslimin ke-pada agama Yahudi dan Nasrani. Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ْ ع ْد‬
ۗ
ْ


‫ح د‬
‫ْ ه‬

‫ْك‬

ْ ‫ْ عْد‬

‫ح‬

ْ‫ص‬

ْ

ْ‫د‬
ْ

ْ

‫ْ ْ ْق ۖ ْع‬


ْ

ْ

‫ْ عْد‬
ْ ‫ْء د‬

ْ ‫دكث‬
ْ

ْ

‫هع ك‬

“Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat
mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki
dari dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan
berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah: 109]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

4

ْ

‫د ه‬
‫ه‬

ۙ ْ ‫ْع‬

‫ك‬

ٰ ‫ٰ ح‬
ْ

‫ج ءك‬

ْ ‫ْض ٰ ع ك‬


َ ‫د‬
‫ْ ء‬

‫عْد‬

ٰ ‫ْ د‬

‫ْع‬

َ ّ
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu
(Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, „Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).‟ Dan jika engkau mengikuti keinginan
mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu
Pelindung dan Penolong dari Allah.” [Al-Baqarah: 120]
Allah Azza wa Jalla berfirman:

ْ
‫دء‬
ْ


‫ْع‬

ٰ ‫دع‬

‫ع ج‬

‫ْ آ‬

‫ْغ‬

‫ه‬

‫طع‬
‫ه‬

ْ

‫ع س‬


‫ه ْد د‬

‫ٰ ص ط‬

ْ

‫ْع‬
‫ْك‬

ْ
ْ

‫د‬

‫آ‬
ْ ‫كف‬

‫ْ ْ ٰ ع ْ ْآ‬

ْ
ْ

‫ه ه‬

‫ع‬

ْ
‫ه غ‬
ْ

‫د ك عْد‬
‫ْع‬

‫ْ س‬

“Katakanlah (Muhammad), „Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayatayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?‟ Katakanlah
(Muhammad), „Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang
beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu
menyaksikan?‟ Dan Allah tidak lengah terhadap yang kamu kerjakan. Wahai orang-orang
yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab,
niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir setelah beriman. Dan
bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu,
dan Rasul-Nya (Mu-hammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang

5

berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia diberi petunjuk kepada jalan
yang lurus.‟” [Ali „Imran: 98-101]
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar,
adapun selain Islam tidak benar dan tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Oleh karena
itu, agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Cu, Hindu, Budha, Shinto dan
yang lainnya, tidak akan diterima oleh Allah, karena agama-agama tersebut telah
mengalami penyim-pangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan kotor
manusia. Setelah diutus Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam, maka orang
Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam Islam, mengikuti Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam.
Kemudian ayat-ayat di atas juga menjelaskan bahwa orang Yahudi dan Nasrani
tidak senang kepada Islam serta mereka tidak ridha sampai umat Islam mengikuti
mereka. Mereka berusaha untuk menyesatkan umat Islam dan me-murtadkan umat Islam
dengan berbagai cara. Saat ini gencar sekali dihembuskan propaganda penyatuan agama,
yang menyatakan konsep satu Tuhan tiga agama. Hal ini tidak bisa diterima, baik secara
nash (dalil Al-Qur-an dan As-Sunnah) maupun akal. Ini hanyalah angan-angan semu
belaka. Kesesatan ini telah dibantah oleh Allah dalam Al-Qur-an:

ْ
‫عد‬

ْ‫ج‬

‫ْك‬
ْ
ْ

ٰ
‫ه‬

ْ ‫د‬
‫ْ ْس‬

ْ‫ج‬

‫ك‬
ٰ

َ
‫ك ْ صد‬

ْ

‫ْدخ‬
ْ

ْ

‫َ خ ْف ع ْ ْ َ ْ ْز‬
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, „Tidak akan masuk Surga kecuali
orang-orang Yahudi atau Nasrani.‟ Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah,
„Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar. Tidak!
Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat baik, dia
mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati.‟” [Al-Baqarah: 111-112]

6

Allah kemudian menjelaskan bahwa orang yang ikhlas dan ittiba‟, tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan mereka akan mendapat balasan yang menggembirakan di
akhirat. Sedangkan propaganda tersebut merupakan tipuan mereka (orang Yahudi dan
Nasrani) agar kaum Muslimin keluar dari ke-Islamannya dan memeluk agama Yahudi
atau Nasrani. Bahkan mereka memberikan iming-iming bahwa dengan mengikuti agama
mereka, orang Islam akan mendapat petunjuk. Sedangkan Allah Azza wa Jalla
memerintahkan kita untuk mengikuti agama Ibrahim Alaihissallam yang lurus, agama
tauhid yang terpelihara. Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ك‬

ۖ

‫ح‬

ْ

ْ

ْ

‫ْد‬

ٰ

ْ ‫د‬

‫ك‬
‫ْ ْ ك‬

“Dan mereka berkata, „Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk.‟ Katakanlah, „(Tidak!) tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim
yang lurus. Dan dia tidak termasuk orang yang mempersekutukan Allah.” [Al-Baqarah:
135]
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ْ ْع‬

‫ْ ق‬
ْ

‫ْ ق ْ ط‬

ْ َ

“Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebathilan dan
(janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” [AlBaqarah: 42]
Dalam tafsir Ibnu Jarir berkenaan dengan ini: “Dan janganlah kalian
campuradukkan yang haq dengan yang bathil,” beliau membawakan pernyataan Imam
Mujahid rahimahullah yang mengatakan, “Janganlah kalian mencampuradukkan antara
agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam.”
Sementara dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Qatadah rahimahullah berkata,
“Janganlah kalian campuradukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam,
7

karena sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah Azza wa Jalla hanyalah Islam.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah bid‟ah bukan dari Allah Azza wa Jalla !”
Sungguh, tafsir ini merupakan khazanah fiqih yang sangat agung dalam
memahami Al-Qur-an.
Untuk itulah kewajiban kita bersikap hati-hati terhadap propaganda-propaganda
sesat, yang menyatakan bahwa, „Semua agama adalah baik‟, „kebersamaan antar agama‟,
„satu tuhan tiga agama‟, „persaudaraan antar agama‟, „persatuan agama‟, „perhimpunan
agama samawi‟, „persatuan agama Ibrahimiyyah‟, „persatuan agama Ilahi‟, „persatuan
kaum beriman‟, „pengikut millah‟, „persatuan umat manusia‟, „persatuan agama-agama
tingkat nasional‟, „persatuan agama-agama tingkat internasional‟, „persaudaraan agama‟,
„satu surga banyak jalan‟, „dialog antar umat beragama‟. Muncul juga dengan nama
„persaudaraan Islam Nasrani‟ atau „Himpunan Islam Nasrani Anti Komunisme‟ atau
„Jaringan Islam Liberal (JIL)‟.
Semua slogan dan propaganda tersebut bertujuan untuk menyesatkan umat Islam,
dengan memberikan simpati atas agama Nasrani dan Yahudi, mendangkalkan
pengetahuan umat Islam tentang Islam yang haq, untuk menghapus jihad, untuk
menghilangkan „aqidah al-wala wal bara‟ (cinta/loyal kepada kaum mukminin dan
berlepas diri dari selainnya), dan mengembangkan pemikiran anti agama Islam. Dari
semua sisi hal ini sangat merugikan Islam dan umatnya.
Semua propaganda sesat tersebut merusak „aqidah Islam. Sedangkan „aqidah
merupakan hal yang paling pokok dan asas dalam agama Islam ini, karena agama yang
mengajarkan prinsip ibadah yang benar kepada Allah Azza wa Jalla saja, hanyalah agama
Islam.
Oleh karena itu, seorang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam sebagai
Nabinya, tidak boleh ikut serta dalam seminar-seminar, perkumpulan, pertemuan,
yayasan dan organisasi mereka. Tidak boleh pula menjadi anggota mereka. Bahkan ia
wajib menjauhinya, mewaspadainya dan takut terhadap akibat buruknya. Ia harus
8

menolaknya, memusuhinya dan menampakkan penolakannya secara terang-terangan serta
mengusirnya dari negeri kaum Muslimin. Ia wajib mengikis pemikiran sesat itu dari
benak

kaum

Muslimin,

membasmi

sampai

ke

akar-akarnya,

menolaknya,

mengucilkannya dan membendungnya. Pemerintah muslim wajib menegakkan sanksi
murtad terhadap pengikut propaganda tersebut, setelah terpenuhi syarat-syaratnya dan
tidak adanya penghalang. Hal itu dilakukan demi menjaga keutuhan agama dan sebagai
peringatan terhadap orang-orang yang mempermainkan agama, dan dalam rangka
mentaati Allah dan Rasul-Nya serta demi tegaknya syari‟at Islam yang suci.
Hendaknya setiap muslim mengetahui hakikat propaganda ini. Ia tidak lain
hanyalah benih-benih filsafat yang berkembang di alam politik yang akhir kesudahannya
adalah kesesatan. Muncul dengan mengenakan baju baru untuk memangsa korban dari
kalangan kaum Muslimin. Memangsa „aqidah mereka, tanah air mereka dan merenggut
kekuasaan mereka. Target utama propaganda itu hanyalah Islam dan kaum muslimin
dalam bentuk sebagai berikut:
1. Menimbulkan kebimbangan terhadap Islam, mengacaukan pemahaman kaum
Muslimin serta menjerumuskan kaum Muslimin dengan cara menyebarluaskan
syahwat dan syubhat.
2. Mendangkalkan cakupan agama Islam dan kandungannya.
3. Memunculkan kaidah-kaidah yang bertujuan menguliti dan mematikan ajaran
Islam, melumpuhkan kaum Muslimin, mencabut dan memupus akar keimanan
dari dalam hati mereka.
4. Mengurai dan memutuskan tali persaudaraan di antara kaum Muslimin di seluruh
negeri Islam. Lalu menggantinya dengan persaudaraan baru yang terkutuk, yaitu
persaudaraan Yahudi dan Nasrani.
5. Membungkam pena dan lisan kaum Muslimin dari pengkafiran Yahudi, Nasrani
serta orang-orang yang telah dikafirkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya
Shallallahu „alaihi wa sallam.
6. Menghapus hukum-hukum Islam yang diwajibkan atas kaum Muslimin terhadap
Yahudi, Nasrani dan orang-orang kafir lainnya.

9

7. Menahan dan menghalangi kaum Muslimin dari puncak amal dalam Islam yaitu
jihad fi sabilillah. Di antaranya adalah berjihad melawan ahli Kitab, Yahudi dan
Nasrani. Memerangi mereka karena Allah, serta memaksa mereka membayar
jizyah (pajak) apabila menolak masuk Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ه‬

‫ح‬
‫ح ٰ عْط‬

َ

‫ْخ‬

ْ

ْ ْ َ ‫ه‬
‫د ْ ق‬
‫ْص‬

‫َ ْؤ‬
‫َ د‬
‫د‬

‫س‬
‫ْ ْز ع‬

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
Kemudian dan mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang
benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Al-Kitab hingga
mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk.” [At-Taubah: 29]
8. Merobohkan kaidah dasar agama Islam, yaitu kaidah al-wala‟ wal bara‟ (loyal dan
benci karena Allah Azza wa Jalla). Propaganda penyatuan agama ini berfungsi
untuk mematahkan sikap berlepas diri kaum Muslimin terhadap orang-orang
kafir.
9. Menghembuskan pemikiran dan sikap anti Islam yang bersembunyi di balik
slogan persatuan agama-agama. Memisahkan umat Islam dari agama, menjauhkan
syari‟at yang tertuang dalam al-Qur-an dan as-Sunnah dari kehidupan mereka.
Dengan hal itu, mereka lebih leluasa menggiring kaum Muslimin kepada
pemikiran Jahiliyyah dan moral yang tercela.
10. Memadamkan inti ajaran Islam yaitu tauhid, keunggulannya, kejayaannya dan
keistimewaannya.

10

11. Memperlancar progam-progam kristenisasi dengan merobohkan benteng „aqidah
kaum Muslimin serta memadamkan api perlawanan kaum Muslimin terhadap
mereka.
12. Melebarkan sayap kekuasaan orang-orang kafir, Yahudi, Nasrani dan orang-orang
komunis di seluruh dunia, khususnya terhadap negara-negara Islam, lebih khusus
lagi terhadap negara-negara Arab dan terutama sekali terhadap pusat dunia Islam
dan ibu kotanya, yaitu Jazirah Arab.
Mereka juga berusaha untuk memurtadkan umat Islam di Indonesia dan ini sudah
terbukti di beberapa daerah dan propinsi.
Itulah target dan tujuan utama propaganda keji tersebut! Dan sangat disayangkan dan
merupakan musibah yang lebih besar lagi, adanya segelintir oknum dari kalangan kaum
Muslimin dan orang yang mengaku muslim menyambut positif propaganda keji tersebut!
Bahkan mendukung terselenggaranya seminar-seminar yang mereka adakan. Sehingga
gaungnya lebih luas, berlomba-lomba menyambut seruan keji dan konspirasi jahat orangorang kafir itu!
Propaganda ini, mulai dari asal usulnya, slogannya, pada hakikatnya merupakan
musibah besar atas kaum Muslimin saat ini. Merupakan kekufuran yang sangat parah,
mencampuradukkan Islam dengan kekufuran, haq dengan bathil, petunjuk dengan
kesesatan, ma‟ruf dengan mungkar, Sunnah dengan bid‟ah serta ketaatan dengan
maksiyat!
Propaganda kepada penyatuan agama Islam dengan agama lainnya yang telah
menyimpang dan dihapus dengan syari‟at Islam, merupakan kemurtadan yang nyata dan
kekufuran yang jelas. Hal itu disebabkan karena propaganda itu secara terang-terangan
telah mencabut sendi-sendi Agama Islam, baik pada aspek „aqidah, amaliyah, dan
lainnya. Hukum ini merupakan kesepakatan yang tidak boleh diselisihi oleh kaum
Muslimin. Propaganda ini merupakan kancah peperangan baru melawan kaum salibis dan
melawan orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman,
yaitu Yahudi. Ini adalah perkara yang sangat serius, bukan main-main!

11

Mereka tidak henti-hentinya senantiasa berusaha siang dan malam memurtadkan
umat Islam, sebagaimana Allah berfirman :

‫ْس ط ع‬
ْ

‫د كْ ع د‬

ٰ ‫ْح‬

‫َ ز‬

“…Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari
agamamu, jika mereka sanggup…” [Al-Baqarah: 217]
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang
Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264
Bogor 16001, Cetakan ke 3]
B. Hadits Sebgai Bukti Kebenaran Islam

Kerap kali manusia mengulang-ulang perkataan ini (yaitu ucapan "Sesungguhnya
agama itu mudah"), akan tetapi (sebenarnya) mereka (tidak menginginkan) dengan
ucapan itu, untuk tujuan memuji Islam, atau melunakkan hati (orang yang belum
mengerti Islam) dan semisalnya. Yang diinginkan mereka adalah pembenaran terhadap
perbuatan mereka yang menyelisihi syari'at. Bagi mereka kalimat itu adalah kalimat haq,
namun yang diinginkan dengannya adalah sebuah kebatilan.
Ketika salah seorang diantara kita ingin memperbaiki perbuatan yang menyalahi
syari'at, orang-orang yang menyalahi (syari'at itu) berhujjah dengan perkataan mereka :
"Islam adalah agama yang mudah". Mereka berusaha mengambil keringanan yang sesuai
dengan hawa nafsu mereka, dengan sangkaan bahwa mereka telah menegakkan hujjah
bagi orang yang menasehati mereka agar mengikuti syariat yang sesuai dengan Al-Qur'an
dan Sunnah.
Orang-orang yang menyelisihi syariat itu hendaknya mengetahui bahwa Islam
adalah agama ang mudah. (Akan tetapi maknanya adalah) dengan mengikuti keringanankeringanan yang diberikan Allah Jalla Jalaluhu dan RasulNya kepada kita.
Allah Jalla Jalaluhu dan RasulNya telah memberi keringanan bagi kita, ketika kita
membutuhkan keringanan itu dan ketika adanya kesulitan dalam mengikuti
(melaksanakan perintah) yang sebenarnya.

12

Asal dari ungkapan " Sesungguhnya agama itu mudah" adalah penggalan kalimat
dari hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

ْ

‫دد‬

،
ْ‫د‬

َ ‫حد‬

‫د د‬

‫ْء‬

‫ْح‬

ْ

، ْ
‫ْغ ْد‬

‫د‬
‫ ْس ع‬،

"Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat
agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu
tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan
(didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian
bersemangat dan giat"
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menerangkan ungkapan "Sesungguhnya agama
itu mudah" dalam kitabnya yang tiada banding (yang bernama) :

ْ ‫ْ ح ص ْح‬

ْ ‫ْح‬

Fathul Baariy Syarh Shahih Al-Bukhari 1/116.
Beliau berkata : "Islam itu adalah agama yang mudah, atau dinamakan agama itu
mudah sebagai ungkapan lebih (mudah) dibanding dengan agama-agama sebelumnya.
Karena Allah Jalla Jalaluhu mengangkat dari umat ini beban (syariat) yang dipikulkan
kepada umat-umat sebelumnya. Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah (dalam
masalah taubat), taubatnya umat terdahulu adalah dengan membunuh diri mereka
sendiri. Sedangkan taubatnya umat ini adalah dengan meninggalkan (perbuatan dosa)
dan berazam (berkemauan kuat) untuk tidak mengulangi.

Kalau kita melihat hadits ini secara teliti, dan melihat kalimat sesudah ungkapan
"agama itu mudah", kita dapati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberi
petunjuk kepada kita bahwa seorang muslim berkewajiban untuk tidak berlebih-lebihan
dalam perkara ibadahnya, sehingga (karena berlebih-lebihan) ia akan melampui batas
dalam agama, dengan membuat perkara bid'ah yang tidak ada asalnya dalam agama.
Sebagaimana keadaan tiga orang yang ingin membuat perkara baru (dalam
agama). Salah seorang di antara mereka berkata : "Saya tidak akan menikahi perempuan",
yang lain berkata : "Saya akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka", yang ketiga
berkata : "Saya akan shalat malam semalam suntuk". Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi
13

wa sallam melarang mereka dari hal itu semua, dan memberi pengarahan kepada mereka
agar membaguskan amal mereka semampunya, dan hendaknya dalam mendekatkan diri
kepada Allah Jalla Jalaluhu, (beribadah) dengan ibadah yang telah diwajibkan Allah Jalla
Jalaluhu kepada mereka.
Dan hendaknya mereka tidak membuat-buat perkara yang tidak ada asalnya dalam
agama ini, karena mereka sekali-kali tidak akan mampu (mengamalkannya),
(sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) " Maka sekali-kali tidaklah
seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan".
Maka ungkapan "Agama itu mudah" maknanya adalah : "Bahwa agama yang
Allah Jalla Jalaluhu turunkan ini semuanya mudah dalam hukum-hukum, syariatsyariatnya". Dan kalaulah perkara (agama) diserahkan kepada manusia untuk
membuatnya, niscaya seorangpun tidak akan mampu beribadah kepada Allah Jalla
Jalaluhu.
Maka jika orang-orang yang menyelisihi syariat tidak mendapatkan "kekhususan"
(tidak mendapat celah sebagai pembenaran atas perbuatan mereka) dengan hadits diatas,
mereka akan lari kepada hadits-hadits lain, yang dengannya mereka berhujjah bagi
perbuatan mereka yang menggampang-gampangkan dalam perkara agama.
Diantara hadits-hadits yang mereka jadikan alasan dalam masalah ini, adalah
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

‫إَ ى َى ُ ِ ُ ى َإْ ى ُ ْ َ ى ُ َ ُ ُى َ َ ى َ ْ َ ُى َإْ ى ُ ْ َ ى َ ْ ِ َ ُ ُى‬
"Sesungguhnya Allah menyukai keringanan-keringanannya diambil sebagaimana
Dia membenci kemaksiatannya didatangi/dikerjakan"
Dalam riwayat lain.

‫َ َ ُ ِ ُ ى َإْ ى ُ ْ َ ى َ َ ِا ُ ُى‬
"Sebagaimana Allah menyukai kewajiban-kewajibannya didatangi"
Hadits lain adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam

‫َ ِس َ ى َ ََى ُ َ ِس َ ى َ َب ِش َ ى َ ََى ُ َن ِف َ ى َ َ َط َ َ ى َ ََى َ ْ َ لِ َف‬
"Mudahkanlah, janganlah mempersulit dan membuat manusia lari (dari
kebenaran) dan saling membantulah (dalam melaksanakan tugas) dan jangan berselisih"
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
14

Hadits yang ketiga.

ُ ‫َ ِس ُ ى َ ََى ُ َ ِس ُ ى َ َبشِ ُ ى َ ََى ُ َن ِف‬
"Mudahkanlah, janganlah mempersulit, dan berikanlah kabar gembira dan
janganlah membikin manusia lari (dari kebenaran)".
Adapun hadits yang pertama, wajib bagi kita untuk mengetahui bahwa
keringanan-keringanan dalam agama Islam banyak sekali, diantaranya : berbukanya
musafir ketika bepergian, orang yang tertinggal dalam shalat boleh mengqadha
(mengganti), orang yang tertidur atau lupa boleh mengqadha shalat, orang yang tidak
mendapatkan binatang sembelihan dalam haji tamattu boleh berpuasa, tayamum sebagai
ganti wudhu ketika tidak ada air atau ketika tidak mampu untuk berwudhu. dan lainnya
diantara keringanan yang banyak tidak diamalkan kecuali jika terdapat kesulitan dalam
melaksanakan perintah yang sebenarnya.
Dan perlu kita perhatikan, bahwa keringanan-keringanan ini adalah syari'at Allah
Jalla Jalaluhu dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dengan izin Allah
Jalla Jalaluhu). Dan tidak diperbolehkan seorang muslim manapun, untuk mendatangkan
(mengada-ada) keringanan (dalam masalah agama) tanpa dalil, karena hal ini adalah
termasuk mengadakan perkara baru dalam agama yang tidak berdasar.
Dan perhatikanlah wahai saudaraku sesama muslim (surat Al-Baqarah ayat 185),
yang menceritakan tentang puasa dan keringanan berbuka bagi orang yang sakit atau
bepergian, lalu firman Allah Jalla Jalaluhu sesudah ayat itu.

‫ىب ُ ُى ْا ُسْ َى‬
ِ ‫ىب ُ ُى ْا ُسْ َ ى َ ََى ُ ِ ُي‬
ِ ُ ‫ُ ِ ُيى‬
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu"
Makna ini menerangkan makna mudah (menurut Allah Jalla Jalaluhu), yang
maknanya adalah keringanan itu datangnya dari sisi Allah SWT. saja, tiada sekutu
bagiNya. Atau (keringanan itu) dari syariat Rasulullah Shallallahju 'alaihi wa sallam
dengan wahyu dari Allah Jalla Jalaluhu. Ayat ini juga menerangkan bahwa makna mudah
itu dengan mengikuti hukum Allah Jalla Jalaluhu (yang tiada sekutu bagi-Nya) dan
mengikuti syariat-Nya. Inilah yang bekenaan dengan hadits yang pertama tadi.

15

Adapun hadits yang kedua dan tiga, maka pengambilan dalil yang dilakukan oleh
orang-orang yang mengikuti hawa nafsu serta menyelisihi syariat (dengan kedua hadits
itu) adalah batil, dan termasuk merubah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari
makna yang sebenarnya, dan keluar dari makna yang dimaksud.
Tafsir kedua hadits yang lalu berhubungan dengan para da'i yang menyeru kepada
agama Islam. Dalam kedua hadits itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
memantapkan kaidah penting dari kaidah-kaidah dasar dakwah kepada Allah Jalla
Jalaluhu, yaitu berdakwah dengan lemah lembut dan tidak kasar. Maka dakwah para dai
yang sepatutnya disampaikan pertama kali kepada orang-orang kafir adalah Syahadat,
lalu Shalat, Puasa , Zakat. Kemudian (hendaknya) mereka menjelaskan kepada manusia
tentang sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu menerangkan amal
perbuatan yang wajib, yang sunnah dan yang makruh. Jika melihat suatu kesalahan yang
disebabkan karena kebodohan atau lupa, maka hendaklah bersabar dan mendakwahi
manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta tidak kasar. Allah Jalla
Jalaluhu berfirman.

َ ‫ىغلِ َظى ْا َق ْل‬
َ ‫َف ِب َ ى َ ْ َ ٍى َِإى ِىاِ ْن َ ىاَ ُ ْ ىۖى َ اَ ْ ى ُ ْن َ ى َف ًظ‬
‫ض ى ِ إْ ى‬
ُ ‫ِىَ ْن َف‬
‫َ ْ اِ َى‬

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu" [Ali Imran/3 : 159]
Sesudah memahami hadits-hadits itu, dan penjelasan makna keringanan dan
kemudahan. Maka saya berkata kepada orang-orang yang merubah dan mengganti
makna-makna hadits-hadits tersebut (karena ingin mengenyangkan hawa nafsu mereka
dengan perbuatan itu) :
"Bertaqwalah kepada Allah Jalla Jalaluhu dan ikutilah apa yang diperintahkan
kepada kalian, dan jauhilah laranganNya, dan tahanlah (diri kalian) dari merubah sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan takutilah suatu hari yang kalian
dikembalikan kepada Allah Jalla Jalaluhu lalu setiap jiwa akan disempurnakan dengan
apa yang ia usahakan. Dan takutlah kalian jangan sampai diharamkan dari mendatangi

16

telaga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lantaran kalian mengganti agama Allah Jalla
Jalaluhu dan merubah sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Saya mengharapkan dari Allah Jalla Jalaluhu yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
sendiri agar memberi petunjuk kepada kita dan kaum muslimin seluruhnya untuk
mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah NabiNya, dan agar Allah Jalla Jalaluhu mengajarkan
kepada kita ilmu yang bermanfaat, dan memberi manfaat dari apa yang Dia ajarkan, serta
memelihara kita dari kejahatan perbuatan bid'ah dan penyelewengan, serta kejahatan
menguba
Alhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari kini memasuki hadits ke-39.
Hadits ke-39 ini masih berada di bawah Kitab Al-Iman (
Imam Bukhari memberi judul ٌ ْ ُ‫االي ُ ي‬

‫اإي‬

‫)كت‬.

(Agama itu Mudah) untuk hadits ini.

Senada dengan itu, pembahasan hadits ke-39 ini kita beri judul: "Islam itu Mudah”
Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-39:

، ْ
‫ْغ ْد‬

‫د‬
‫ ْس ع‬،

- ‫س‬

‫هع‬

ْ

‫دد‬

‫ص‬،

‫ع‬
َ ‫حد‬
ْ‫د‬

ْ‫ع‬
ْ
ْ

‫د د‬
‫ْء‬

‫ْح‬

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu
mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama melainkan ia
akan dikalahkan. Oleh karena itu kerjakanlah dengan semestinya, atau mendekati
semestinya dan bergembiralah (dengan pahala Allah) dan mohonlah pertolongan di
waktu pagi, petang dan sebagian malam"
Penjelasan Hadits

ْ

‫د‬

Sesungguhnya agama itu mudah

Inilah karakter agama Islam sebagai agama yang telah diridhai Allah dan
diturunkan dalam kesempurnaan kepada umat terakhir.
Ada pendapat yang mengatakan Islam dikatakan mudah karena ia berbeda dengan
agama-agama sebelumnya, di mana Allah telah menghilangkan kesulitan-kesulitan yang
dibebankan kepada umat terdahulu. Dicontohkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, dalam hal
17

taubat misalnya. Untuk diterima taubatnya, umat terdahulu ada yang diharuskan bunuh
diri. Sedangkan bagi kaum muslimin cukup dengan menyesali dosanya, berjanji tidak
mengulangi dan memperbanyak kebaikan.
Pada dasarnya, Islam adalah agama yang mudah karena ia diturunkan oleh Allah
SWT yang Maha Tahu karakter dan kemampuan manusia. Manusia adalah ciptaan Allah
dan Dialah yang paling tahu apa yang tepat serta mudah bagi ciptaan-Nya itu. Dia tidak
memberikan beban atau kewajiban yang tidak sanggup ditanggung oleh hamba-Nya.

‫َ سْع‬

ْ ‫فه‬

َ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(QS.Al-Baqarah:286)
Dalam hal aqidah, aqidah Islam yang pokoknya adalah tauhid merupakan
keyakinan yang sejalan dengan fitrah, menenangkan hati dan memuaskan akal. Sehingga
sangat mudah bagi manusia yang mau berfikir untuk mengikuti aqidah ini, tanpa
kesulitan. Tidak seperti filsafat yang rumit dan juga tidak seperti politheisme yang
membingungkan.
Dalam hal ibadah, ibadah Islam adalah ibadah yang mudah. Shalatnya lima waktu
dalam sehari semalam merupakan ibadah yang pertengahan. Ia tidak seperti shalat umat
terdahulu yang sampai puluhan kali dalam sehari dengan jangka waktu lama. Tidak pula
terlalu jarang seperti peribadatan pekanan dalam agama selain Islam. Shalat bisa
dilakukan di bumi mana saja, dengan baju yang mana saja asalkan menutupi aurat dan
tidak melanggar syariah, dan dengan imam siapa saja dari kaum muslimin.
Puasa juga mudah. Ia hanya terbentang dari fajar hingga matahari terbenam. Satu
bulan dalam satu tahun. Tidak seberat puasa kaum terdahulu. Selain mendekatkan kepada
Allah, puasa juga menyehatkan pencernaan dan melatih kepekaan sosial.
Zakat dan haji juga demikian. Kedua ibadah yang sangat memerlukan harta ini
hanya diwajibkan bagi kaum muslimin yang mampu. Mampu menunaikan zakat karena
memiliki harta yang telah mencapai nishab dan haul, mampu menunaikan haji karena
memiliki biaya serta aman dan kondusif dalam melaksanakannya.
Taubat bisa dilakukan siapa saja dengan cara yang juga mudah. Ia tidak seperti
dipraktikkan agama lainnya yang mengharuskan seseorang yang berdosa untuk
mengumumkan aibnya di depan orang lain dan membayar dengan sejumlah uang. Taubat
18

dalam Islam bisa dilakukan oleh masing-masing orang hanya kepada Allah. Taubat dalam
Islam berhak didapatkan oleh siapapun tanpa membedakan ia miskin atau kaya, banyak
harta atau tidak memilikinya.
Muamalah dalam Islam juga sesuatu yang mudah. Ia sejalan dengan fitrah
manusia dan tidak pernah memberatkan. Mulai dari jual beli dan berbagai bentuk
interaksi sesama yang bertumpu pada prinsip keadilan, kasih sayang dan saling
menguntungkan. Menikah juga mudah dilakukan. Islam tidak memberatkan mahar,
namun menyerahkannya kepada kesepakatan antara kedua belah pihak calon suami dan
istri sehingga mudah dipenuhi.
Allah SWT berfirman :

‫ْ ح‬

‫د‬

ْ ْ ‫جع ع‬

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (QS.

Al-Hajj : 78)

َ ‫حد‬

‫د د‬

ْ

Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama melainkan ia
akan dikalahkan

Siapa yang menentang Islam, ia akan kalah sendiri. Karena karakter agama Islam
itu mudah, maka siapa yang menyulitkan diri sendiri ia akan kalah. Siapa yang berlebihlebihan dalam agama ini ia akan kalah. Artinya, ia takkan mampu menjalankan agama ini
dengan sempurna. Justru akan futur, jatuh dan tenggelam di tengah jalan.
Misalnya dicontohkan dalam sebuah hadits di mana ada tiga orang yang
bertanya kepada Aisyah mengenai amal Rasulullah. Lalu mereka menyimpulkan bahwa
mereka harus berusaha lebih karena Rasulullah telah diampuni dosanya. Maka orang
pertama bertekad untuk qiyamullail sepanjang malam tanpa tidur. Orang kedua bertekad
akan berpuasa setiap hari tanpa kecuali. Dan orang ketiga bertekad membujang
selamanya, tanpa menikah.

Rasulullah SAW yang kemudian mengetahui perkara ini meluruskan mereka agar
mengikuti sunnah Rasulullah. Bahwa qiyamullail dijalankan tetapi ada waktu untuk
istirahat. Puasa tidak setiap hari, tetapi maksimalnya adalah puasa Dawud (sehari puasa
sehari tidak). Dan seorang muslim hendaklah menikah, tidak membujang.
19

Apa yang diingatkan Rasulullah SAW itu tidak lain adalah mengikuti karakter
agama ini. Bahwa Islam itu mudah. Dan seorang muslim tidak boleh berlebihan,
memaksakan diri, atau memperberat yang akhirnya justru ia cepat bosan lalu berhenti,
atau terhalang dari kewajiban dan keutamaan lain dari agama ini.

‫دد‬
Oleh karena itu kerjakanlah dengan semestinya,

Yaitu amalkanlah Islam itu sebagaimana mestinya, dengan baik dan benar, tanpa
berlebihan dan tanpa menguranginya

atau mendekati semestinya

Jika tidak mampu, berusahalah mendekati mestinya. Senantiasa berusaha
mendekati kesempurnaan sebagaimana yang telah ditunjukkan Allah dan Rasul-Nya
dalam Al-Qur'an dan hadits

ْ
dan bergembiralah (dengan pahala Allah)
Bergembiralah, karena dengan mengamalkan Islam sebagaimana adanya itu
engkau akan mendapatkan pahala dari Rabbmu. Bergembiralah, sebab dengan
menjalankan Islam yang mudah itu engkau akan mendapatkan ganjaran dan kebaikan dari
Tuhanmu. Dan amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun ia
sedikit. Ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan perintah Allah tanpa
kesengajaan tidaklah mengurangi pahalanya, dan sederhana dalam sunnah itu lebih baik
daripada banyak amalan tetapi bid'ah.

ْ‫د‬

‫ْء‬

‫ْح‬

‫ْغ ْد‬

‫ْس ع‬

dan mohonlah pertolongan di waktu pagi, petang dan sebagian malam

Al-Ghadwah (ِ َ ‫ )ا ْا َ ْل‬artinya permulaan siang. Ar-Rauhah (‫ )اا َ ْ َحة‬artinya setelah
terbenamnya matahari. Ad-Duljah (‫ )اال ْا َ ِة‬artinya akhir malam.
Maksudnya adalah, mintalah pertolongan kepada Allah SWT dengan beribadah
pada waktu-waktu yang telah ditentukan, utamanya adalah permulaan siang (Dzuhur),
Maghrib dan waktu-waktu qiyamullail. Mintalah pertolongan kepada Allah dalam segala
20

hal, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, khususnya dalam bab ini adalah agar
diisitiqamahkan dalam menjalankan Islam yang mudah, yang sesuai sunnah. Tanpa
berlebih-lebihan sekaligus tanpa pengurangan.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini memiliki korelasi yang erat
dengan hadits-hadits sebelumnya. Yakni jika hadits sebelumnya menunjukkan bahwa
shalat, puasa dan jihad merupakan bagian dari iman dan memiliki keutamaan besar,
hadits ini mengingatkan agar dalam menjalankan ketiganya kita tetap berada dalam
koridor sunnah, sesuai dengan karakter Islam yang mudah. Tidak mempersulit diri dan
berlebih-lebihan.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Islam itu agama yang mudah. Ia diturunkan dengan sempurna sesuai dengan
fitrah dan kemampuan manusia;
2. Seorang muslim harus menjalankan Islam sesuai karakternya yang mudah, tidak
mempersulit diri atau berlebih-lebihan;
3. Orang yang berlebih-lebihan dan mempersulit diri dalam beragama cenderung
akan jatuh dalam kekalahan, baik itu bosan, futur atau terjebak pada ghuluw dan
bid'ah;
4. Seorang

muslim

harus

berusaha

menjalankan

Islam

sebagaimana

ia

diperintahkan, jika tidak mampu hendaklah berusaha mendekatinya;
5. Seorang muslim harus optimis dengan pahala dan kebaikan yang akan diberikan
kepadanya sebagai balasan atas komitmennya terhadap Islam dan sunnah;
6. Seorang muslim hendaklah senantiasa memohon kepada Allah dengan terus
beribadah kepada-Nya;
7. Seorang

muslim

hendaklah

memanfaatkan

waktu-waktu

utama

dan

memperhatikan kesempatannya untuk meraih momentum terbaik dalam
beribadah dan beramal.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa:


Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla
adalah Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh








Allah Azza wa Jalla;
Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam;
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam serta mereka tidak
ridha sampai umat Islam mengikuti mereka;
Islam itu agama yang mudah. Ia diturunkan dengan sempurna sesuai dengan
fitrah dan kemampuan manusia;
Seorang muslim harus menjalankan Islam sesuai karakternya yang mudah, tidak
mempersulit diri atau berlebih-lebihan;
Orang yang berlebih-lebihan dan mempersulit diri dalam beragama cenderung
akan jatuh dalam kekalahan, baik itu bosan, futur atau terjebak pada ghuluw dan






bid'ah;
Seorang

muslim

harus

berusaha

menjalankan

Islam

sebagaimana

ia

diperintahkan, jika tidak mampu hendaklah berusaha mendekatinya;
Seorang muslim harus optimis dengan pahala dan kebaikan yang akan diberikan
kepadanya sebagai balasan atas komitmennya terhadap Islam dan sunnah;
Seorang muslim hendaklah senantiasa memohon kepada Allah dengan terus
beribadah kepada-Nya;
Seorang

muslim

hendaklah

memanfaatkan

waktu-waktu

utama

dan

memperhatikan kesempatannya untuk meraih momentum terbaik dalam
beribadah dan beramal.

22

B. Saran
Dari apa yang telah dipaparkan dalam makalah ini, mudah-mudahan dapat
mendatangkan manfaat untuk kita sekalian. kita semau berharap suapaya kita bisa lebih
memahami arti penting dari kita sebagai pemeluk agama Islam, kita bisa menjalankan
tugas dan kewajiban kita dengan baik.
Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih karena makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik, kurang lebihnya saya sebagai pemakalah mohon maaf, apabila ada
kesalahan atau kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi bahasa, tulisan
ataupun penyusunan, karena kami masih dalam tahapan/proses pembelajaran, keritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan kepada bapak dosen. Terimakasih.

23