DAMPAK STATUS SOSIAL DAN TINGKAT EKONOMI

DAMPAK STATUS SOSIAL DAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP
KEBERHASILAN PRESTASI PESERTA DIDIK

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Indra Suherjanto,S.Pd., M.Sn., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

Oleh
Muhammad Raad Assidiqy
130721616013

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
Desember 2013

DAMPAK STATUS SOSIAL DAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP
KEBERHASILAN PRESTASI PESERTA DIDIK
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah
Status Sosial dan tingkat ekonomi adalah dua hal yang tidak bisa lepas dari
kehidupan bermasyarakat. Ralph Linton (2011) Status sosial adalah sekumpulan hak
dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Sehingga orang yang
memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur
masyarakat apabila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status sosial yang
lebih rendah. Status social merupakan sebuah eksistensi didalam kehidupan
bermasyarakat, yang memiliki tiga jenis, yaitu ascribed status, achieved status, dan
assigned status. Status social sangat berkaitan erat dengan stratifikasi dan deferensiasi
social.
Sedangkan tingkat ekonomi, merupakan suatu taraf yang dinyatakan dalam
angka rupiah, sehingga terdapat suatu klasifikasi ekonomi. Noor Hudawan (2013)
tingkat ekonomi dapat diartikan sebagai income masyarakat perkapita yang
digunakan sebagai pemenuh kebutuhan, baik kebutuhan primer, sekunder maupun
tersier.
Pendidikan merupakan suatu usaha, secara sadar serta terencana untuk dapat
memajukan karakter, pikiran, serta fisik, sehingga tercapainya sebuah tujuan
keilmuan. Pendidikan merupakan aktivitas yang mengedepankan dua aspek utama,
yaitu proses dan hasil. Proses berupa sebuah cara seseorang dapat melakukan
pendidikan tersebut. Sedangkan hasil merupakan buah karya dari proses, yang

biasanya disebut sebagai nilai. Nilai dalam suatu pendidikan dapat memberikan
predikat “prestasi” terhadap seseorang yang melakukan pendidikan. Sehingga
didalam pendidikan juga terdapat tolak ukur keberhasilan prestasi.
Pendidikan yang sehat, merupakan pendidikan yang balance, yaitu pendidikan
yang tidak hanya mengutamakan hasil, namun proses yang dijalani. Sehingga dapat
dianalogikan bahwa pendidikan yang sehat tidak akan mencampurkan permasalahanpermasalahan yang menuntut adanya deferensial, seperti sosial, ekonomi, agama dan

sebagainya, tetapi akan cenderung menyikapi faktor-faktor sebagaimana diatas secara
toleran dan seimbang.
Pendidikan yang sesungguhnya, merupakan pendidikan yang mampu
membentuk suatu proses mobilisasi sosial maupun ekonomi, namun isu global
didalam dunia pendidikan adalah, banyaknya usaha pencapaian pendidikan
menggunakan status sosial dan tingkat ekonomi. Hal ini berkebalikan dengan konsep
pendidikan yang sesungguhnya.
Pada kenyataannya, didalam penyelenggaraan pendidikan masih ditemukan
adanya peran-peran sebagaimana faktor diatas. Hal ini menyinggung penerapan
pendidikan yang

mengutamakan


proses. Karena

apabila pendidikan yang

mengutamakan proses, maka tidak akan terdapat perbedaan, semua didasarkan
kepada objektivitas.
Namun, tidak secara keseluruhan bahwa faktor-faktor diatas dapat
menghambat pendidikan yang mengutamakan proses. Adakalanya faktor-faktor diatas
dapat memengaruhi keberhasilan prestasi peserta didik.
Didalam dunia pendidikan, status sosial dan tingkat ekonomi adalah dua hal
yang sangat berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan prestasi peserta didik. Hal ini
dikarenakan keduanya memiliki kekuatan masing-masing didalam memengaruhi.
Status sosial dapat menentukan keberhasilan prestasi peserta didik melalui tingkat
pendidikan yang akan dapat ditempuh serta media pembelajaran seperti sekolah, kelas
dan sebagainya, yang tentunya sangat memengaruhi keberhasilan prestasi peserta
didik. Peserta didik dengan latar belakang status sosial yang tinggi, akan cenderung
lebih mudah mendapatkan peluang didalam pemerolehan fasilitas penunjang
keberhasilan prestasi, apabila dibandingkan dengan peserta didik yang memunyai
latar belakang status sosial yang lebih rendah.
Tingkat ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi

peserta didik. System pendidikan yang diterapakan di Indonesia sejatinya merupakan
merupakan system pendidikan yang pro rakyat dalam hal administrasi pendidikan.
Namun didalam prakteknya, masih belum terealisasikan secara sempurna. Tingkat
ekonomi menjadi suatu hal yang sangat penting didalam dunia pendidikan, buku,

fasilitas penunjang, les, dan lain sebagainya, yang tentunya memerlukan biaya yang
mendukung didalam pemenuhannya. Sehingga dapat dianalogikan bahwa peserta
didik dengan tingkat ekonomi yang jauh lebih tinggi, memunyai kecenderungan
untuk dapat meningkatkan potensi keberhasilan prestasi, memilih golongan media
pembelajaran sesuai tingkat ekonominya, melalui media-media seperti diatas.
Apabila ditelaah lebih jauh lagi, maka status sosial dan tingkat ekonomi
mampu memengaruhi keberhasilan peserta didik di dunia kerjanya, sehingga bukan
hanya memngaruhi peserta didik didalam pencapaian belajar yang terdiri atas proses
maupun hasil yang berupa nilai serta penghargaan, namun juga dapat memengaruhi
lebih jauh lagi didalam kehidupan bermasyarakatnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
terdapat korelasi yang sinergis antara status sosial dan tingkat ekonomi terhadap
keberhasilan prestasi peserta didik maupun kehidupan bermasyarakatnya.
Oleh karena itu, penulis membahas permasalahan berkaitan dengan dampak
keterkaitan yang massif status sosial dan tingkat ekonomi terhadap keberhasilan
prestasi peserta didik, karena permasalahan tersebut dinilai merupakan permasalahan

global di dalam dunia pendidikan yang belum mampu terkupas secara sempurna,
serta memerlukan pembahasan yang lebih jauh agar didapatkan sebuah hipotesis yang
secara teoritis mampu memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang
mungkin muncul akibat adanya keterkaitan kedua faktor diatas terhadap prestasi
peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah korelasi antara status social dan tingkat ekonomi
terhadap keberhasilan peserta didik?
1.2.2 Bagaimanakah antara status social dan tingkat ekonomi dapat saling
memengaruhi keberhasilan prestasi peserta didik?
1.2.3 Bagaimanakah cara mengatasi persoalan yang akan timbul berkaitan
dengan status social dan tingkat ekonomi yang memengaruhi keberhasilan peserta
didik?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan korelasi antara status social dan tingkat ekonomi
terhadap keberhasilan prestasi peserta didik.
1.3.2 Mendeskripsikan status social dan tingkat ekonomi dapat memengaruhi
keberhasilan prestasi peserta didik.
1.3.3 Mendeskripsikan cara untuk mengatasi persoalan yang timbul akibat

status sosial dan tingkat ekonomi yang memngaruhi keberhasilan prestasi peserta
didik.
2. Pembahasan
2.1 Korelasi Antara Status Sosial dan Tingkat Ekonomi Terhadap Keberhasilan
Peserta Didik
Pendidikan merupakan hal yang sangat esensial didalam kehidupan manusia.
Hal ini dikarenakan pendidikan adalah suatu proses transfer ilmu, yang bertujuan
untuk mengantarkan manusia kedalam taraf yang jauh lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya yang prosesnya berlangsung seumur hidup.
Hasbullah (2012:1) Menarik kesimpulan sebagai berikut.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mental.
Sehingga didalam segala segi kehidupan manusia, konsep pendidikan akan selalu
memegang peranan penting, bahkan menjadi sebuah kebutuhan pokok yang harus
terpenuhi. Sebagaimana yang diungkapkan didalam hadist Rasulullah yang artinya,
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”. Ini jelas sekali bahwa

menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi seorang muslim, sebab menuntut ilmu
adalah sebagian dari pada iman. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Paul Langrend
didalam salah satu bukunya berjudul An Introduction to Life Long Education bahwa

pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung
sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak pernah berakhir.
Dalam konsep pendidikan yang sehat, salah satu indikatornya merupakan nilai
objektivitas. Sehingga didalam prosesnya tidak terpengaruh oleh adanya factor-faktor
subjektivitas, seperti latar belakang sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Namun
didalam realitasnya, pendidikan masih memperhitungkan adanya factor status sosial
dan tingkat ekonomi.
Status sosial merupakan sebuah “background” bagi seseorang. Hal ini
dikarenakan didalam kehidupan bermasyarakat, tidak akan pernah terlepas oleh
adanya stratifikasi sosial, atau tingkatan-tingkatan.
Agus salim (2002:10) Menarik kesimpulan sebagai berikut.
Struktur dapat digambarkan sebagai hierarchy masyarakat yang memuat
pengelompokan masyarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu (elite,
middle, dan lower class).
Semakin tinggi status sosial seseorang, maka akan semakin tinggi pula derajat
seseorang dimata masyarakat. Sedangkan semakin rendah status sosial seseorang,

maka akan semakin rendah derajat seseorang dimata masyarakat. Hal ini juga linier
dengan tingkat ekonomi. Tingkat ekonomi juga merupakan ukuran derajat seseorang
didalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan cenderung menempatkan seseorang
dengan derajat ekonomi yang tinggi berada pada tingkat yang jauh lebih terhormat.
Hal tersebut merupakan sebuah system yang secara tidak sadar disepakati dan telah
berjalan didalam kehidupan bermasyarakat.
Agus salim (2012:9) memberikan sebuah pernyataan sebagai berikut.
Bangunan structural merupakan hal-hal yang mapan, berupa struktur yang
berlaku pada suatu masa tertentu, yang bahasan utamanya mengenai
struktur sosial yang ada dimasyarakat yang melandasi dan menunjang
orde, tertib, dan kestabilan masyarakat. Statika sosial ini kemudian
disepakati oleh anggota masyarakat dan karena itu disebut ‘kemauan
umum’ atau ‘volonte general’ (K.J.Veeger, 1985:25-26).

Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka terdapat sebuah korelasi antara
status sosial dan tingkat ekonomi terhadap prestasi peserta didik. Hal ini dikarenakan
pendidikan tidaklah murni berasal dari dalam diri pederta didik, melainkan terdapat
bagian-bagian yang saling melengkapi, seperti status sosial dan tingkat ekonomi.
Dapat dianalogikan bahwa prestasi peserta didik adalah sebuah masakan. Bumbu dan
rempah-rempah adalah status sosial dan tingkat ekonomi, maka tanpa kedua factor

diatas, masakan dengan bahan dasar yang terbaik-pun tidak akan terasa enak, bahkan
terkesan sebagai masakan gagal. Begitu halnya dengan dengan peserta didik,
walaupun peserta didik tersebut memiliki dasar kecerdasan yang baik, namun tanpa
adanya dukungan status sosial dan tingkat ekonomi, maka peserta didik tersebut akan
mengalami kesulitan didalam pencapaian prestasinya. Noor Hudawan (2013)
menyimpulkan

“masyarakat

memandang

kehormatan

seseorang

berdasarkan

hartanya. Sehingga tingkat ekonomi seseorang menentukan bagaimana status
sosialnya, seperti halnya ketuntasan studi, support pemberdayaan lingkungan, bahkan
mampu mengangkat pembiayaan sosial”.

Apabila ditelaah lebih jauh, maka akan hal diatas terlihat dari begitu
banyaknya kasus yang terjadi didalam dunia pendidikan dewasa ini. Seperti pada
kasus beasiswa bidik misi. Factor status sosial, tingkat ekonomi, serta sangatlah
diperhitungkan dalam hal penentuan penjaringan beasiswa bidik misi. Peserta didik
dengan

status sosial dan tingkat ekonomi yang mapan, walaupun memunyai

kecerdasan intelektual yang bagus, tidak akan bisa mendapatkan rekomendasi
didalam pengaplikasian beasiswa tersebut. Sehingga dapat ditarik sebuah garis merah
dari kasus tersebut, bahwa terdapat korelasi antara status sosial dan tingkat ekonomi
terhadap keberhasilan prestasi peserta didik.
2.2 Pengaruh Status Sosial dan Tingkat Ekonomi Terhadap Keberhasilan
Prestasi Peserta Didik
Pendidikan merupakan suatu bentuk aktivitas yang tidak terlepas oleh adanya
biaya dan latar belakang sosial. Bahkan terdapat semboyan “Jer Basuki Mawa Beya”
bahwa jika ingin pandai harus terdapat pengorbanan berupa biaya. Hal ini

mengindikasikan bahwa didalam dunia pendidikan yang diwajibkan pun, masih
memerlukan pengorbanan biaya. Seharusnya konsep pendidikan wajib menuntut

adanya persamaan pembiayaan pendidikan, sehingga factor ekonomi akan
dikesampingkan, yang artinya factor ekonomi tidak dapat banyak berpengaruh.
Pembiayaan dalam hal ini mulai dari akomodasi, fasilitas, serta pembiayaan lainnya.
Sebagai contohnya pembiayaan kelanjutan studi, menuntut adanya latar belakang
ekonomi yang kuat, sehingga peserta didik dengan latar belakang yang kuat akan jauh
lebih mudah mengaplikasikan kelanjutan studi, apabila dibandingkan dengan peserta
didik yang tidak memiliki latar belakang ekonomi yang mendukung. Sehingga dapat
dipastikan peserta didik dengan latar belakang ekonomi yang lebih kuat dibandingkan
peserta didik pada umumnya akan memunyai peluang yang lebih besar didalam
melakukan aktivitas-aktivitas pendidikan, seperti kelanjutan studi, pembiayaan
fasilitas studi yang ekstra, hingga sampai kepada hal yang seharusnya tidak
diterapkan didalam dunia pendidikan, yaitu KKN. Keluarga juga sangat berperan
didalam hal perekonomian. Karena fungsi keluarga pada dasarnya adalah ekonomis,
yaitu suatu fungsi pembiayaan. Didalam pendidikan, keluarga sangat berperan inti
didalam bidang sosial maupun ekonomi, seperti pembekalan nilai moral dan mental
(menurut stratifikasi keluarga tersebut) yaitu fungsi afeksi, serta pembiayaan studi,
serta pelengkapan fasilitas studi sebagai fungsi ekonomisnya. Maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa peserta didik yang memunyai latar belakang ekonomi yang
jauh lebih kuat akan memunyai pelung yang jauh lebih besar pula didalam ekspektasi
proses maupun ekspektasi prestasi apabila dibandingkan dengan peserta didik yang
kurang mendukung adanya factor latar belakang ekonomi yang kuat.
Sedangkan status sosial didalam pendidikan memegang peranan penting pula.
Pendidikan juga mengenal adanya system kelas. Pengaplikasian system kelas juga
terlihat dengan adanya taraf sekolah, seperti SSN, RSBI, SBI dan taraf-taraf sekolah
lainnya. Taraf ini layaknya sebuah kelas didalam pendidikan. Dengan adanya system
tersebut, semakin memudahkan adanya intergrasi antara status sosial dengan tingkat
pendidikan yang didapatkan. Misalnya peserta didik dengan latar belakang keluarga
kepala sekolah yang mengelola suatu sekolah Internasional, akan jauh lebih mudah

mendapatkan akses daripada peserta didik dengan kecerdasan intelektual lebih tinggi
namun dengan latar belakang status sosial yang lebih rendah. Namun tidak hanyan
pada bidang tersebut, status sosial juga berpengaruh terhadap mentalitas peserta
didik, karena peserta didik yang memunyai latar belakang status sosial yang tinggi
akan cenderung memiliki mental yang jauh lebih tertata. Sehingga peserta didik
tersebut akan jauh lebih tahan mental karena memiliki reserve atas latar belakang
sosial yang dimilikinya. Sedangkan peserta didik yang memunyai latar belakang yang
jauh lebih rendah akan mengalami perasaan minder, apabila berinteraksi dengan
peserta didik yang memiliki status sosial yang jauh lebih tinggi. Secara tidak
langsung, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi [peserta
didik. Hal ini membuktikan bahwa status sosial sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan serta keberhasilan prestasi peserta didik.
2.3 Persoalan Yang Timbul Akibat Status Sosial dan Tingkat Ekonomi Yang
Memengaruhi Keberhasilan Prestasi Peserta Didik
Keberhasilan prestasi peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh adanya
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritual belaka.
Namun terdapat factor-faktor lainnya yang sedikit ataupun banyak dapat
memengaruhi dan mendukung keberhasilan peserta didik, yaitu status sosial dan
tingkat ekonomi.
Memengaruhi dan mendukung merupakan konsep positif yang dihadirkan
oleh adanya pengaruh kedua factor diatas. Namun terdapat sisi-sisi yang negative dari
proses keterkaitan keduanya dengan keberhasilan prestasi peserta didik, yang dapat
menimbulkan permasalahan yang pelik untuk dapat diselesaikan melalui media
pemerintah maupun desentralisasi.
Keterkaitan yang massif antara keduanya dengan keberhasilan prestasi peserta
didik, sering disebut dengan penyimpangan sosial. Hal ini dikarenakan status sosial
dan tingkat ekonomi merupakan kedua factor yang sangat krusial didalam kehidupan
masyarakat. Sehingga apabila terdapat suatu aktivitas yang negative, maka fenomena
tersebut dapat digolongkan kedalam fenomena penyimpangan sosial.

Keberadaan SDM yang kurang terampil, lemahnya penampungan daya serta
hasil studi, merupakan salah satu persoalan yang timbul akibat adanya integrasi yang
massif antara pendidikan dengan status sosial dan tingkat ekonomi. Hal ini
dikarenakan interaksi keduanya tidak dibarengi dengan adanya penstabilan kondisi
yang tekah berubah akibat interaksi tersebut.
Apabila ditilik lebih jauh kebelakang, system kasta dan stratifikasi didalam dunia
pendidikan juga terjadi pada zaman penjajahan serta kolonialisme belanda. Sekolah
yang menetapkan adanya standardisasi perekonomian serta status sosial didalam
pendidikan, sehingga menimbulkan adanya diskriminasi baik secara gender, ras, suku
agama, maupun golongan, yang apabila diterapkan akan menimbulkan kesenjangan
fisik maupun sosial sehingga berdampak pada melemahnya SDM masyarakat dan
peserta didik pada umumnya.
Lebih

jauh

lagi,

permasalahan

pendidikan

berkaitan

dengan

pencampuradukkan status sosial dan tingkat ekonomi, akan berujung kepada
permasalahan global berkaitan dengan uang yang berlatar belakang kepada KKN,
Korupsi, serta kasus criminal lainnya. Sehingga permasalahan berkaitan dengan
pendidikan yang mencampuradukkan dengan status sosial dan tingkat ekonomi
memerlukan penerapan gagasan yang solusioner, agar pendidikan tidak hanya sebagai
sebuah ajang untuk bersaing dalam hal moralitas dan mentalitas, namun adalah
sebagai pembenahan jati diri, sehingga dunia pendidikan mampu bertahan dari
globalisasi serta era mendunia lainnya dewasa ini.
3.Penutup
3.1 Simpulan
Pendidikan hakikatnya merupakan suatu bentuk upaya pembenahan diri yang
tidak bisa lepas dari adanya peran status sosial dan tingkat ekonomi. Keterkaitan
antara status sosial dan tingkat ekonomi didalam pendidikan, mampu menunjang
keberadaan peserta didik, baik melalui media fasilitas, maupun media proses, yang
akan meningkatkan prosentase keberhasilan prestasi peserta didik. Namun dengan
adanya keterkaitan yang massif dinatara ketiga factor utama tersebut, pendidikan

cenderung beralih menjadi sebuah upaya persaingan tanpa memerhatikan moralitas,
sehingga banyak permasalahan yang muncul berkaitan dengan pendidikan, seperti
KKN, korupsi, dan lain sebagainya, sehingga akan cenderung melemahkan peran
akademisi pendidikan, yang berujung pada turunnya kualitas SDM bangsa.
3.2 Saran
1. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat sebagai lembaga tertinggi Negara, memiliki kewenangan
didalam memberikan kebijakan serta pengambilan keputusan tertinggi. Didalam
upaya penyelenggaraan pendidikan yang sehat, yaitu pendidikan yang mengutamakan
unsur transfer ilmu sebagai upaya peningkatan mutu bangsa melalui peningkatan
mutu SDM, serta meniadakan unsur-unsur yang dapat merusak hakikat pendidikan,
maka diperlukan sebuah UU yang dapat meregulasi pendidikan secara intensif.
Setelah UU mengenai pendidikan yang sehat tercipta, diharapkan pemerintah mampu
mendukung terciptanya sebuah system pendidikan yang tidak memerhitungkan
adanya status sosial dan tingkat ekonomi, sehingga pendidikan dapat berlangsung
lancar, tanpa adanya kesenjangan sosial maupun ekonomi.
2. Departemen Pendidikan
Departemen pendidikan sebagai lembaga praktisis pendidikan tertinggi,
diharapkan dapat membantu menerapkan kebijakan menegenai pendidikan yang
sejajar, tanpa memerhitungkan status sosial dan tingkat ekonomi, sehingga akan
terselenggaranya pendidikan yang sehat bersakala nasional.
3. Praktisi Pendidikan
Praktisi pendidikan diharapkan dapat membantu didalam penerapan
pendidikan yang sehat melalui seminar seminar yang berlandaskan UU mengenai
pendidikan yang bebas status sosial dan tingkat ekonomi.
4. Masyarakat
Masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi untuk mengaplikasikan system
pendidikan yang sehat tanpa memerhatikan unsur status sosial dan tingkat ekonomi.

Sehingga pendidikan yang sehat akan tercipta dan dapat bermanfaat bagi skala yang
lebih luas.
DAFTAR RUJUKAN
Hasbullah.2012.Dasar-dasar Pendidikan:edisi revisi.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Salim,Agus.2002.Perubahan Sosial:Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia.Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya.

Penilaian Diri Sendiri
Menurut saya pribadi, maka nilai yang cocok untuk saya
adalah

B+.

Alasan saya

adalah,

karena

saya

belum

dapat

menguasai teknik penulisan karya ilmiah dengan baik, serta banyak
diantara penulisan saya yang masih mengedepankan ideliasme
saya.