ANALISIS TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEM

PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROVINSI YOGYAKARTA
DALAM SEKTOR PARIWISATA PERIODE TAHUN 2001 - 2013

DISUSUN OLEH :
1. NISA PUTRI BAGASWATI
2. DINI SWASTIKA NINGTYAS
3. ADITYA ANGGARA

(20130430193)
(20130430255)
(20130430
)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli
daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
pariwisata daerah diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pembangunan
ekonomi.
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang paling maju dan
dikembangkan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain terkenal dengan
wisata budaya dan adat yang kental karena daerah ini masih bercorak kerajaan yaitu
kraton sebagai pusat pemerintahannya, Yogyakarta juga terkenal dengan wisata alam
yang indah dengan garis pantai selatan yang cukup luas dan beragam. Wisata belanja
dan kuliner di Yogyakarta juga tak kalah terkenalnya. Dengan potensi wisata yang
cukup banyak ini tentu dapat meningkatkan potensi ekonomi pada masyarakat dan
tentunya pendapatan asli daerah berupa pajak.
Pendapatan daerah yang bersumber pada sektor pariwisata juga terbagi
menjadi beberapa bagian yang berbeda, diantaranya pendapatan yang didapat pada
obyek wisata, pendapatan dari hotel, retribusi obyek wisata dan pajak dari

wisatawan baik domestik maupun internasional itu sendiri.
Pendapatan obyek wisata merupakan sumber penerimaan obyek pariwisata
yang berasal dari retribusi karcis masuk, retribusi parkir dan pendapatan lain-lain
yang sah. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui dampak pariwisata
terhadap perekonomian daerah dan faktor penentu tingginya tingkat perekonomian
daerah adalah melalui berkembangnya pendapatan obyek pariwisata yang diterima
masing-masing daerah tersebut. Dimana hal ini dapat menggambarkan situasi
perekonomian yang layak dan setiap perjalanan pariwisata akan menguntungkan
bagi sisi perekonomian dari suatu daerah yang dikunjungi. Dalam hal ini biasanya
kondisi perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup baik dan berimbas ke
Pendapatan yang tentunya akan meningkat.
Dengan makin menjamurnya hotel di Yogyakarta juga menandakan bahwa
sektor pariwisata di Yogyakarta memang sedang dalam masa keemasan. Banyaknya

jumlah hotel dengan jenis dan tipe yang bermacam , mulai dari tipe melati sampai
berbintang pada saat musim liburan sangat dipadati oleh wisatawan. Tentu saja hal
ini semakin menambah potensi pendapatan yang tinggi pula.
Dari uraian diatas, maka terdapat beberapa faktor yang akan kami teliti bagaimana
pengaruhnya terhadap pendapatan asli daerah propinsi Yogyakarta. Diantaranya,
besar pajak hotel, besarnya retribusi dan jumlah wisatawan yang datang tiap

tahunnya yang ada di propinsi Yogyakarta.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.2

Bagaimana pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.3

Bagaimana pengaruh Retribusi Obyek Wisata terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.4


Bagaimana pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan asli daerah DIY dalam sektor pariwisata.
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Retribusi terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.
1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.
1.3.5 Untuk mempublikasikan secara meluas kepada masyarakat dan
kalangan yang membutuhkan tentang bagaimana sektor pariwasata
berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi
Yogyakarta.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1

Landasan Teori
Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah penerimaan

yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah”.
Menurut Samsubar Saleh (2003) pendapatan daerah merupakan suatu
komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang
sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka
otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah.
Menurut Mangkosubroto (2001) menyatakan bahwa pada umumnya
penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada

umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan
bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang
berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri
maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri.
Menurut Halim (2004:67) pendapatan asli daerah merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut pasal 6
UU No. 33 Tahun 2004 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Pendapatan
Asli Daerah sendiri terdiri atas : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan
kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain PAD yang sah.
Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
terdiri dari: Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.1.1.1 Pajak Daerah

Menurut Siagian (2000), dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah Sebagai
Keuangan Daerah, pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pajak Negara yang
diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undangundang. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah didefinisikan
sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku,

yang

digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Yani (2008) pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah.
Pajak daerah, sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi
salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, daerah kabupaten/kota
diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan
menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkam, sepanjang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77)
antara lain ialah: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
Sesuai dengan semangat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan yang
antara lain berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan

dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan
otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga
menetapkan ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan
arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi, sekaligus
menetapkan pengaturan untuk menjamin penerapan prosedur umum Perpajakan
Daerah dan Retribusi Daerah.
2.1.1.2 Retribusi Daerah
Menurut Yani (2008) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi daerah, sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan
asli daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali
potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang
telah ditetapkan, sepanjang memenuhi criteria yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat.
Kemudian menurut Saragih (2003) retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah menyebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut
retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau golongan.
Dari beberapa teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah
adalah pungutan daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap setiap orang
atau badan yang memperoleh fasilitas-fasilitas atau tempat penggunaan atau mendapat
jasa yang telah disediakan oleh pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masing daerah,
terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu.

2. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh
masing-masing

daerah,


terdiri

dari:

13

jenis

retribusi

jasa

usaha

(Kadjatmiko,2002:78).
Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan
adalah : retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,
retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, retribusi jasa usaha tempat khusus
parkir, retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi jasa usaha
tempat rekreasi dan olah raga, dan lain-lain.
2.1.1.3 Jumlah Wisatawan dalam Meningkatkan Penerimaan Daerah Sektor
Pariwisata
Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang mengadakan
perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau
hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang
dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan
kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuanpertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan,
administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987, dalam
Sukarsa 1999).
Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di
suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di
daerah tujuan wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan
mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor
pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan
wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di suatu daerah juga akan semakin
meningkat.
Secara sederhana konsumsi sektor pariwisata merupakan barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs), keinginan
(wants), dan harapan (expectation) selama tinggal di Daerah Tujuan Wisata (DTW)
yang dikunjunginya mulai dari paket perjalanan, akomodasi, makanan dan minuman,
transportasi, rekreasi budaya dan olahraga,belanja, dan lain-lain.

2.1.1.4 Hubungan antara Jumlah Wisatawan terhadap Penerimaan Daerah di
Sektor Pariwisata
Pada dasarnya wisatawan ingin melihat sesuatu yang jarang, unik dan indah.
Kebutuhan inilah yang akan mendorong pengembangan kreasi, penggalian,
pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik. Dari pengembangan seni budaya inilah
yang pada mulanya menimbulkan adanya keuntungan ekonomi akan lebih menjurus
kearah perkembangan jumlah daripada mutu yang baik maka seni budaya dengan
mutu yang baik akan tetap menonjol dan tidak tenggelam.
Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan
mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Keterkaitan industri pariwisata
dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan
pajak. Menurut Tambunan yang dikutip oleh Badrudin

(2001), bahwa

industri

pariwisata yang menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata milik masyarakat
daerah (Community Tourism Development

atau CTD). Dengan mengembangkan

CTD pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam
retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral, yang
meliputi hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan wisata, profesional convention
organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi.
Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di
suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di
daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan
penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan
selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produkproduk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari
wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari
sektor pariwisata suatu daerah. Menurut Spillane (1987) belanja wisatawan di
daerah tujuan wisatanya juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak
berganda (multiplier effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah
pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel, pramuwisata
dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif
untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut. Oleh karena itu, semakin
tingginya arus kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta, maka pendapatan sektor
pariwisata seluruh Kabupaten yogyakarta juga akan semakin meningkat.

Konsumsi wisatawan di suatu daerah merupakan penggerak ekonomi
pariwisata daerah tersebut. Hotel, restoran dan rumah makan, perdagangan
cinderamata, dan kegiatan penunjang wisata lainnya akan menjadi hidup dengan
konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan terhadap produk-produk tersebut. Selalu
yang diharapkan nilai konsumsi ini terus meningkat sehingga ekonomi pariwisata
semakin berkembang. Jumlah wisatawan yang terus meningkat dibarengi dengan
peningkatan nilai konsumsi wisatawan merupakan kondisi ideal yang sangat
diharapkan. Kedua hal tersebut akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi pariwisata
di suatu daerah. Peningkatan jumlah wisatawan tanpa dibarengi dengan peningkatan
konsumsinya akan kurang bermakna, demikian juga sebaliknya.
3.1 Kerangka Pikir
Pengembangan potensi pariwisata mampu memberikan dampak positif dengan
adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi
pariwisata memberi dampak pada perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan devisa negara.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Berkaitan dengan itulah kunjungan wisatawan , mempunyai dampak
ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka
akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa
industri pariwisata, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perkapita
daerah sehingga jumlah penerimaan daerah sektor pariwisata juga akan meningkat.
Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan
meningkatkan juga di sektor-sektor lainnya.
Dalam penelitian dengan variabel dependen penerimaan daerah di Provinsi
Yogyakarta digunakan variabel independen berupa Pajak Hotel, Retribusi Obyek
Wisata dan Jumlah Wisatawan terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) di Provinsi
Yogyakarta. Dari kerangka pemikiran tersebut, selanjutnya akan diketahui bagaimana
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

PAJAK HOTEL

RETRIBUSI OBYEK WISATA

PAD YOGYAKARTA

JUMLAH WISATAWAN
3.2 Hipotesis
3.2.1 Diduga Pajak Hotel berpengaaruh positif dan signifikan terhadap
3.2.2

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.
Diduga Retribusi Obyek Wisata berpengaaruh positif dan signifikan

3.2.3

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.
Diduga Jumlah Wisatawan berpengaaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
1. Metodologi
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research). Data-data
sekunder tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata Propinsi
Yogyakarta.
Definisi Operasional
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Pajak hotel
3. Retribusi objek wisata
4. Jumlah wisatawan


Metode Analisis

Sumber data dari penelitian ini adalah dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata
Propinsi Yogyakarta. Adapun objek penelitian yang diteliti adalah pengaruh Pajak Hotel,
Retribusi Objek Wisata dan Jumlah Wisatawan terhadap Pendapat Asli Daerah (PAD)
sektor pariwisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.
Regresi berganda adalah metode analisis yang tepat ketika penelitian melibatkan satu
variabel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satuatau lebih variabel bebas.
Analisis regresi berganda adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan
hubungan matematis antaravariabel dependen (Y) dengan satu atau beberapa variabel
independen (X) . Hubungan matematis digunakan sebagai suatu model regresi yang
digunakan untuk meramalkan atau meprediksi nilai (Y) berdasarkan nilai (X) tertentu.
Dengan analisis regresi akandiketahui variabel independen yang benar- benar signifikan
mempengaruhi variabel dependen dan dengan variabel yang signifikan tadi dapat
meramalkan atau memprediksi nilai variabel independen.
Agar dapat mengetahui seberapa jauh pengaruh Pengangguran dan PDB terhadap
tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia, digunakan analisa regresi berganda. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = βo + β1 X1 + β2X2 + β3X3 εt
Pendapatan Asli Daerah = βo + β1Pajak hotel + β2 retibusi objek wisata + β3
jumlah wisatawan e

Keterangan :
Y : PAD

= Jumlah pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata (Juta)

βo

= Konstanta

X1 : Pajak Hotel

= Pajak dari hotel yang beroperasi di DIY

X2 :retribusi

= besaran tarif retibusi objek wisata

X3 ; jumlah wisarawan =

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26