Lap Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Mo
2012
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
DEWAN KELAUTAN INDONESIA
KEBIJAKAN EKONOMI
KELAUTAN
DENGAN MODEL EKONOMI
BIRU
2012
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL
SATUAN KERJA DEWAN KELAUTAN
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
INDONESIA TAHUN 2012
Tim Penyusun
Pengarah
: Sharif C. Sutardjo
Penanggungjawab
: Dr. Ir. Gellwyn Yusuf, M.Sc
Ketua
: Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo
Kusumastanto, MS Wakil Ketua :
Dr. Ir. Dedy H.
Sutisna, MS
Sekretaris
: Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si
Anggota
: Prof. Firmanzah,
Ph.D Dr. Sunoto,
M.E.S
Dr. Ir. Suseno, MM
Syarif Syahrial, SE,
ME
Dr. Ir. Sri Yanti Wibisana, MPM
Ir. R. Anang Noegroho S.M, SCM,
MEM Ir. R. Nilanto Perbowo, M.Sc
Dr. Ir. Syahrowi R. Nusir, MM
Dr. Agus Heri Purnomo
Dr. Ir. Arif Satria
Dr. Ir. Gabriel Anthonius Wagey, MSc
Dr. Rizal E. Halim
Nurkholis, M.Si
Drs. Tomo HS, M.Si
M. Armansyah, ST
Jatu Fajarika N, S.Kel
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
KATA
PENGANTAR
Semenjak diratifikasinya United Nation Convention on the Law of The
Sea melalui Undang-undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982,
Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut.
Padahal, dua pertiga wilayahnya berupa perairan laut dan karenanya
menjadi Negara Kepulauan. Sumberdaya alam laut yang terkandung
didalam nya demikian besar, mencakup sumberdaya alam yang dapat
diperbarui (renewable resources) maupun tidak (non renewable resources).
Selain itu juga mengandung sumber energi alternatif dan jasa kelautan.
Dengan
demikian
kebijakan
kelautan
nasional
yang
mampu
mengintegrasikan
pembangunan
ekonomi
semua
sektor
secara
berkelanjutan mutlak diperlukan agar dapat mengatur pemanfaatan potensi
kelautan yang demikian besar untuk mensejahterakan rakyat.
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi
pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia
menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan
untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan
dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.
Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang
terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean
Governance), Pertahanan, Keamanan Dan Keselamatan di Laut (Maritime
Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine
Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi
komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi
Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada
prinsip-prinsip ekosistem.
Dalam forum Konferensi Rio+20 di Brasil akhir Juni 2012, Presiden RI
dalam pidatonya tidak hanya mengajak dunia untuk bersama-sama
melaksanakan ekonomi hijau dalam pembangunan nasionalnya, tetapi juga
mengkampanyekan ekonomi biru (Blue Economy), di mana laut menjadi
bagian integral untuk tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
Development Goals). Oleh karena itu, model ekonomi biru perlu dijadikan
bagian dari grand design pembangunan kelautan nasional.
Konsep Ekonomi Biru (Blue Economy) merupakan konsep yang
menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja
sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak
mengurangi tapi justru memperkaya alam (shifting from scarcity to
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
abundance), limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi
yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang,
energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi
eksternal, bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan
nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan
kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi
semuanya. Merujuk pada konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat
mengembangkan teori tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan
dengan model ekonomi biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.
Kebijakan Kelautan, dengan Model Ekonomi Biru, melalui sektor ekonomi
kelautan, memiliki 8 (delapan) strategi pengembangan yaitu pada sektor
perhubungan laut, industri kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi
dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan, lintas sektor
bidang kelautan. Di dalam masing-masing strategi pengembangan tersebut,
terdapat upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing- masing sektor
yang bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya
yang menggunakan model ekonomi biru. Keberhasilan pembangunan
ekonomi kelautan dengan model Ekonomi Biru membutuhkan komitmen
para pemangku kepentingan khususnya terkait dengan berbagai kebijakan
baik lokal maupun nasional, SDM, teknologi, akses keuangan, industrialisasi
(hulu dan hilir), pendidikan, dan kesadaran kolektif masyarakat akan potensi
kelautan dan yang tak kalah pentingnya adalah political will dari pemerintah
dan legislatif.
Saya menyadari bahwa kebijakan kelautan dengan model ekonomi
biru ini merupakan konsep awal bagi Pengembangan Ekonomi Kelautan.
Oleh karenanya masih banyak membutuhkan masukan dan perbaikan.
Harapan saya semoga konsep Kebijakan ini dapat dijadikan bahan rumusan
bagi Bangsa Indonesia dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah 2014-2019 dan dijadikan pedoman bagi stakeholders dalam
pengelolaan potensi kelautan untuk kesejahteraan masyarakat.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan kebijakan ini, kami ucapkan terima kasih dengan apresiasi
tinggi. Semoga bermanfaat.
Jakarta, Desember
2012
Menteri Kelautan dan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
i
Perikanan selaku
Ketua Harian Dewan Kelautan
Indonesia
Sharif C.
Sutardjo
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
i
EXECUTIVE
SUMMARY
KEBIJAKAN KELAUTAN DENGAN MODEL
EKONOMI BIRU
Semenjak diratifikasinya United Nation Convention on the Law of The
Sea melalui Undang-undang No.17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi
Perserikatan
Bangsa-
Bangsa
tentang
HUKUM
LAUT
1982,
Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut.
Sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia maka wilayah pesisir,
laut dan lautan adalah tumpuan harapan yang harus dikembangkan secara
lestari dan mampu mensejahterakan segenap komponen bangsa di tanah
airnya sendiri. Dengan demikian kebijakan kelautan nasional yang mampu
mengintegrasikan
pembangunan
ekonomi
semua
sektor
secara
berkelanjutan mutlak diperlukan agar dapat mengatur pemanfaatan potensi
kelautan yang demikian besar untuk mensejahterakan rakyat.
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi
pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia
menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan
untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan
dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.
Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang
terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean
Governance), Pertahanan, Keamanan Dan Keselamatan di Laut (Maritime
Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine
Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi
komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi
Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada
prinsip-prinsip ekosistem.
Kelautan sebagai bidang yang terdiri dari multisektor memerlukan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
iii
sebuah kebijakan yang sinergis pada sektor ekonomi kelautan mengingat
keterkaitan yang erat antar aktivitas ekonomi, baik di dalam maupun di
luar sektor, sangat berperan dalam keberhasilan pembangunan ekonomi
kelautan.Dalam
rangka
menyusun
keterpaduan
dan
keharmonisan
pembangunan ekonomi kelautan sehingga berkelanjutan, maka penyusunan
kebijakan Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Ekonomi Biru dalam
pembangunan nasional menjadi suatu keharusan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
iv
Dalam forum Konferensi Rio+20 di Brasil akhir Juni 2012, Presiden RI
dalam
pidatonya
tidak
hanya
mengajak
dunia
untuk
bersama-sama
melaksanakan ekonomi hijau dalam pembangunan nasionalnya, tetapi juga
mengkampanyekan ekonomi biru (Blue Economy), di mana laut menjadi
bagian integral untuk tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development Goals). Oleh karena itu, model ekonomi biru perlu dijadikan
bagian dari grand design pembangunan kelautan nasional.
Konsep
Ekonomi
Biru
(Blue
Economy)
merupakan
konsep
yang
menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai
dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi
justru memperkaya alam (shifting from scarcity to abundance), limbah dari
yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem
kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang, energi didistribusikan secara
efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal, bekerja menuju tingkat
efisiensi
lebih
meninggalkan
tinggi
limbah
untuk
untuk
mengalirkan
nutrien
mendayagunakan
dan
energi
kemampuan
tanpa
seluruh
kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya. Merujuk pada
konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat mengembangkan teori
tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan dengan model ekonomi
biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.
Kebijakan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru melalui bidang ekonomi
kelautan,
memiliki
8
(delapan)
sektor
pengembangan
yaitu
sektor
perhubungan laut, industri kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi
dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan serta lintas
sektor bidang kelautan. Dari 8 (delapan) sektor tersebut, maka muncullah 8
(delapan) strategi pengembangan ekonomi. Sebagai tindak lanjutnya maka
dalam masing-masing strategi pengembangan ekonomi tersebut terdapat
upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing-masing sektor yang
bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya yang
menggunakan model ekonomi biru.
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dapat diringkas sebagai
Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
v
sebagai Akselerator bagi Terwujudnya Indonesia Sebagai Negara
Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan
Nasional. Kebijakan tersebut dilakukan melalui 8 (delapan) strategi antara
lain Pengembangan Ekonomi Sektor Perhubungan Laut, Sektor Industri
Kelautan, Sektor
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
vi
Perikanan, Sektor Pariwisata Bahari, Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral
Kelautan,
Sektor
Bangunan
Kelautan,
Sektor
Jasa
Kelautan
dan
Pengembangan Ekonomi Lintas Sektor Bidang Kelautan. Strategi-strategi
tersebut dapat diimplementasikan oleh setiap sektor melalui berbagai upaya
untuk melakukan kegiatan bisnis dengan menggunakan model ekonomi biru
yang dikembangkan dengan inovasi dan kreativitas dari masing- masing
sektor tersebut.
Keberhasilan
pembangunan
ekonomi
kelautan
dengan
model
Ekonomi Biru membutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan
berpihak terhadap kepentingan masyarakat serta lingkungan. Pembangunan
tersebut
harus
didasarkan
ekologis, keterpaduan antar
pada
keterpaduan
geografis,
keterpaduan
stakeholders, keterpaduan antar sektor, dan
keterpaduan antar ilmu pengetahuan.
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru
selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan serta memberikan
kontribusi yang signifikan pada pembangunan bangsa dan negara serta
kesejahteraan rakyat secara adil di segenap wilayah NKRI.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
vi
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
..........................................................................
i
EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN KELAUTAN DENGAN MODEL
EKONOMI BIRU ...
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................
vi
DAFTAR
TABEL
.............................................................................
vii
DAFTAR
GAMBAR
..........................................................................
viii
Bab 1
1
PENDAHULUAN ...............................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................
1.2 Pentingnya Laut dalam Perspektif Pembangunan
Nasional .......
1
2
Bab 2
KEBIJAKAN KELAUTAN
......................................................
7
Bab 3
EKONOMI KELAUTAN
........................................................
3.1 Ekonomi Kelautan Sebagai Arus Utama Pembangunan
Nasional Integrasi
.................................................................
3.2 Perlunya
Antar Sektor Dalam Pembangunan
1
7
Ekonomi Kelautan ......................................................
2
8
Bab 4
EKONOMI KELAUTAN DENGAN MODEL EKONOMI BIRU
.................
4.1 Ekonomi Biru ...........................................................
4.2 Pembangunan Ekonomi Kelautan dengan Model
Ekonomi Biru ...........................................................
Bab 5
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN
DENGAN MODEL EKONOMI BIRU
...........................................
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
1
3
1
3
1
4
0
vi
ii
5.1 Kebijakan Makro Pembangunan Kelautan Nasional
................
5.2 Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan
BiruPengembangan
...................................................
5.3 Model
StrategiEkonomi
dan Upaya
Ekonomi Kelautan
dengan Model Ekonomi Biru ...........................................
4
0
4
4
5
Bab 6
PENUTUP ......................................................................
64
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
ix
DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1 Daftar Beberapa Undang-Undang yang terkait dengan
Bidang Kelautan ...............................................................
Tabel 3.1 Perbandingan Kontribusi Bidang Kelautan Beberapa
Negara ............
9
19
Tabel 3.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Bidang Kelautan
periode tahun 2001 - 2005 ..................................................
20
Tabel 3.3 Nilai Koefisien ICOR Bidang Kelautan, berdasar Tabel I-O
..............
21
Tabel 3.4 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja Berkaitan Produksi Ikan
Tangkap dari Perairan Indonesia (5% Meningkat Membutuhkan
800 Kapal) .....................................................................
24
Tabel 3.5 Jumlah Tenaga Kerja yang Terlibat pada Budidaya Udang
Untuk Menghasilkan 100.000 Ton Udang ...................................
24
Tabel 3.6 Jumlah Tenaga Kerja yang Terlibat Pada Budidaya Ikan Kerapu
Untuk Menghasilkan 300 Ton Ikan Kerapu .................................25
Tabel 3.7 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Menurut UU
No. 33 Tahun 2004 ............................................................
26
Tabel 5.1 Kebijakan, Strategi dan Upaya yang diperlukan untuk
Pengembangan Ekonomi Kelautan Nasional Dengan Model
Ekonomi Biru ..................................................................
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
61
vi
i
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1 Pilar Strategi Pembangunan Nasional ...................................
13
Gambar 3.1 Sistem Pembangunan Kelautan Nasional ................................
17
Gambar 3.2. Perbandingan Kontribusi Bidang Kelautan Beberapa Negara
Eropa .....
18
Gambar 3.3 Model Pembangunan Ekonomi Kelautan Nasional dengan
Pengembangan Integrasi Antar Sektor ...................................30
Gambar 4.1 Keterkaitan World Ocean Conference (WOC) 2009 dengan
Pilar Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Lingkungan Laut
serta Ekonomi Biru .........................................................
32
Gambar 4.2 Daerah Implementasi Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle
Initiative for Coral Reef, Fisheries and Food Security) .............
33
Gambar 5.1 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perhubungan Laut
Dengan Model Ekonomi Biru (Kementerian Perhubungan)
............
46
Gambar 5.2 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Industri Maritim
Dengan Model Ekonomi Biru (Kementerian Perhubungan)
............
48
Gambar 5.3 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan Dengan Model
Ekonomi Biru untuk Produk Rumput Laut
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 50
Gambar 5.4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan dengan Model
Ekonomi Biru berupa Silvofishery
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 50
Gambar 5.5 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Wisata Bahari Dengan
Model
Ekonomi Biru (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) .......
52
Gambar 5.6 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
viii
Sumberdaya Mineral Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
(Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral) .......................
54
Gambar 5.7 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Bangunan
Kelautan dengan Model Ekonomi Biru pada untuk
Eco Fishing Port
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 56
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
ix
Gambar 5.8 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Jasa Kelautan Dengan
Model Ekonomi Biru untuk kerjasama penelitian untuk industri
garam (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
.................................
57
Gambar 5.9 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor
Bidang Kelautan dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk
Model Bisnis Terintegrasi di Lombok Timur .............................
59
Gambar 5.10 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor Bidang Kelautan
Dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model
Pengembangan Ekonomi Kawasan Terbatas di Nusa Penida
.......
59
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
x
Bab
1
PENDAHULU
AN
1.1 Latar Belakang
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta
diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah
perairan laut Indonesia sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan
daya dukung alam (natural carrying capacity) yang kuat. Selain itu, letak
Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan suhu lingkungan yang
relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati laut sehingga
Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi
geografis yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang
berpotensi besar baik dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40%
lalu lintas perdagangan barang dan jasa yang diangkut kapal melintasi
perairan Indonesia. Dengan 75% wilayah Indonesia berupa laut dan wilayah
pesisir (coastal zone) dengan kandungan sumberdaya alam yang kaya dan
beragam,
maka
sektor
kelautan
merupakan
sektor
strategis
bagi
pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi minyak
dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore).
Sumberdaya hidrokarbon, khususnya minyak dan gas yang tersedia di 60
titik cekungan masih sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi
relatif masih sedikit. Minyak, tersedia 86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan
untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan yang sudah diproduksi baru
mencapai
0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan
dicadangkan
185,8 TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah,
2012).
Posisi geografis Indonesia yang memungkinkan Indonesia untuk
mendapatkan manfaat ekonomi politik yang lebih besar tersebut hanya
dapat diraih bila Indonesia memiliki geo-politik, geo-ekonomi dan geostrategis yang jelas dan terarah. Agar peran ekonomi kelautan dapat terus
dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran bangsa dan selanjutnya
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
1
memanfaatkan posisi geografis yang strategis maka diperlukan sebuah
pergeseran paradigma pembangunan yang lebih memahami jati diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia
serta memadukan kekuatan ekonomi berbasis darat dan laut sebagai
sinergi kekuatan ekonomi nasional. Perubahan pemikiran tersebut harus
segera dilakukan mengingat perubahan lingkungan strategis antar bangsa
yang sangat cepat sehingga posisi bangsa Indonesia di percaturan regional
maupun global harus didasarkan kepada endowment yang memiliki daya
saing dinamik di masa sekarang dan mendatang.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
2
Dalam
rangka
menuju
kemajuan
perekonomian
Indonesia,
maka
diperlukan suatu formulasi kebijakan pembangunan kelautan nasional
(National Ocean Development Policy) yang integral dan komprehensif yang
nantinya menjadi payung politik bagi semua institusi negara, swasta dan
masyarakat
yang
mendukung
terwujudnya
Indonesia
menjadi
negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
Guna menjadikan kelautan sebagai leading sector dalam pembangunan
ekonomi,
maka
pendekatan
kebijakan
yang
dilakukan
harus
mempertimbangkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam lingkup bidang
kelautan maupun ekonomi berbasis daratan. Karena karakteristik daratan
yang berbeda dengan
laut, maka perlu dicari konsep yang
dapat
mengintegrasikan visi pembangunan yang sesuai dengan kondisi Indonesia
sebagai Negara Kepulauan dengan luas laut yang dominan.
Pembangunan kelautan nasional juga diarahkan untuk mendukung
pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif serta harus sinergi
dengan grand strategi pembangunan nasional yang ditetapkan dalam
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
2005-2025,
yakni:
pro-poor
(pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja) dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Selain itu,
sinergi antara eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam memberikan guideline
dalam pembangunan kelautan menjadi sangat menentukan. Dukungan
legislatif
terhadap
eksekutif
dalam
menyusun
rencana
anggaran
pembangunan yang terkait dengan bidang kelautan sangat penting untuk
meningkatkan
kapasitas
pembangunan
kelautan
nasional
secara
berkelanjutan demi kemakmuran rakyat.
1.2 Pentingnya Laut dalam Perspektif Pembangunan Nasional
Dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 di Brasil akhir Juni
2012
yang
membahas
pembangunan
berkelanjutan
dengan
mengedepankan keseimbangan antara upaya meningkatkan pertumbuhan
global dan pembangunan berwawasan lingkungan atau dikenal dengan
pendekatan ekonomi hijau (Green Economy), Presiden RI, Bapak Dr. H.
Bambang Susilo Yudhoyono, dalam pidatonya menyatakan “For Indonesia,
Blue Economy is Our Next Frontier”, yang intinya tidak hanya mengajak
dunia
untuk
bersama-
sama
melaksanakan
ekonomi
hijau
dalam
pembangunan nasionalnya, tetapi juga meng- kampanyekan ekonomi biru
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
3
(Blue Economy), di mana laut menjadi bagian integral untuk tujuan
pembangunan yang berkelanjutan tersebut (Sustainable Development
Goals). Dengan demikian, secara eksplisit Presiden RI, Bapak Dr. H.
Bambang Susilo Yudhoyono, telah mengarahkan konsep ekonomi biru
sebagai grand design pembangunan kelautan nasional di masa depan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
4
Dengan
terbatasnya
sumberdaya
daratan
maka
pengembangan
aktivitas ekonomi berbasiskan pesisir dan laut (kelautan) menjadi sangat
penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi dalam
bidang
kelautan
belum
menjadi
mainstream
pembangunan
ekonomi
Indonesia, walaupun demikian bidang kelautan yang terdiri dari tujuh sektor
ekonomi, yakni (i) perhubungan laut, (ii) industri maritim, (iii) perikanan, (iv)
wisata bahari, (v) energi dan sumberdaya mineral, (vi) bangunan kelautan
serta (vii) jasa kelautan, memiliki kontribusi sebesar 22,42% terhadap
produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2005. Nilai kontribusi
ekonomi yang cukup signifikan tersebut diikuti dengan daya serap yang
tinggi terhadap lapangan kerja seharusnya mampu mensejahterakan rakyat
dan segenap komponen bangsa di tanah air. Namun karena komitmen
pembangunan kelautan nasional yang masih terbatas mengakibatkan
potensi yang dimiliki oleh bidang kelautan (fungsi dan sumberdaya) masih
belum dikembangkan secara optimal.
Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia
memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang
sangat besar dan beragam. Potensi kelautan Indonesia didalamnya dapat
dipilah menjadi 4 kelompok sumberdaya kelautan yaitu: Pertama adalah
sumberdaya alam terbarukan (renewable resources) antara lain adalah:
perikanan, hutan bakau (mangrove), rumput laut (seaweed), padang lamun
(seagrass) dan terumbu karang (coral reefs). Kedua sumberdaya alam tak
terbarukan (non renewable resources) yakni: minyak, gas bumi, timah,
bauksit, biji besi, pasir kwarsa, bahan tambang, dan mineral lainnya. Ketiga
energi kelautan berupa: energi gelombang, OTEC (Ocean Thermal Energy
Convertion), pasang surut dan arus laut. Keempat berupa laut sebagai
environmental
service
dimana
laut
merupakan
media
transportasi,
komunikasi, rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, pertahanan dan
keamanan, pengatur iklim (climate regulator) dan sistem penunjang
kehidupan lainnya (life-supporting system). Potensi ekonomi sektor kelautan
Indonesia diperkirakan mampu mencapai US$ 1,2 triliun per tahun dengan
penyerapan tenaga kerja berpotensi mencapai
40 juta orang. Dengan modal potensi kelautan tersebut, Indonesia
memandang laut dapat menjadi tumpuan pembangunan nasional yang
berkelanjutan dan berkeadilan (Firmanzah, 2012).
Data
201
2
organisasi
PBB
untuk
program
Lingkungan
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
(UNEP,
2009)
5
menyebutkan bahwa terdapat 64 wilayah perairan yang merupakan Large
Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang disusun berdasarkan tingkat
kesuburan, produktivitas dan pengaruh perubahan iklim terhadap masingmasing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6 wilayah
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
6
LME yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan cukup besar, yakni
LME 34 – Teluk Bengala; LME 36 – Laut China Selatan; LME 37 – Sulu
Celebes; LME 38 – Laut-laut Indonesia; LME 39 – Arafura – Gulf Carpentaria;
LME 45 – Laut Australia Utara. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga sektor kelautan
dan perikanan mampu menjadi penggerak pembangunan ekonomi nasional.
Laut sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa harusnya dapat dijadikan
sebagai
salah
satu
pilar
utama
untuk
membantu
mengakselerasi
terwujudnya kemakmuran dan kejayaan bangsa Indonesia. Tambahan pula,
laut bagi NKRI juga memiliki makna dan fungsi yang sangat strategis, yaitu
laut
sebagai:
(1)
wilayah
kedaulatan
bangsa,
(2)
lingkungan
dan
sumberdaya, (3) media kontak sosial, ekonomi, dan budaya, (4) geostrategi,
geopolitik, geokultural, dan geoekonomi negara, dan (5) sumber dan media
penyebar bencana alam.
Harus diakui bahwa hingga saat ini pembangunan ekonomi kelautan
Indonesia belum memberikan kontribusi yang signifikan atau optimal bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. Hal ini dapat terlihat jelas bila
membandingkan ratio luas laut dan panjang pantai terhadap besarnya
kontribusi bidang kelautan untuk total Produk Domestik Bruto (PDB)
nasionalnya.
Sebagai
gambaran,
ekonomi
kelautan
Jepang
mampu
menyumbang hingga 48,4% bagi PDB nasionalnya (setara 17.552 miliar
dolar AS), sementara Korea Selatan sanggup menyumbang hingga 37%
bagi PDB nasionalnya, dan Vietnam bidang kelautannya memberikan
kontribusi hingga 57,6% bagi PDB nasionalnya. Padahal ketiga negara
diatas, luas lautan dan panjang pantainya relatif jauh lebih kecil dari
Indonesia.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sumberdaya kelautan yang
dimiliki bangsa ini belum menjadi penggerak ekonomi nasional. Disamping
itu, pada kenyataan di lapangan, pembangunan kelautan Indonesia masih
banyak
dilakukan
secara
sektoral,
parsial
dan
fragmented,
yang
mengakibatkan sering terjadi tumpang tindih dan konflik kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan dan pengelolaannya.
Kelautan Indonesia kedepan diharapkan dapat menjadi arus utama
mainstream (arus utama) pembangunan nasional dengan memanfaatkan
ekosistem perairan laut beserta segenap sumberdaya yang terkandung di
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
7
dalamnya secara berkelanjutan (on a sustainable basis) untuk kesatuan,
kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keinginan tersebut dijabarkan dalam
lima tujuan yang harus dicapai, yaitu: (1) Membangun jaringan sarana dan
prasarana sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia, (2)
Meningkatkan dan menguatkan sumber daya manusia di bidang kelautan
yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (3)
Menetapkan wilayah Negara
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
8
Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkait dalam
kerangka pertahanan negara, (4) Membangun ekonomi kelautan secara
terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan, dan (5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan
pencemaran laut.
Guna mencapai profil kelautan nasional seperti harapan diatas, dengan
melihat pencapaian kinerja pembangunan saat ini, maka dapat disimpulkan
bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi agar kelautan
nasional dapat berperan lebih besar dan signifikan lagi, guna mempercepat
terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur. Atas
dasar potensi sumberdaya kelautan yang dimiliki, sesungguhnya peran dan
kontribusi kelautan Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
dapat dinyatakan masih belum memadai.
Hal ini terjadi, diantaranya
disebabkan karena masih kurangnya dukungan politik yang kuat, baik dari
lembaga eksekutif (Pemerintah) dan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat).
Selain itu, dalam melaksanakan pembangunan kelautan nasional masih
terjadi mismanagement (salah urus), dilaksanakan secara parsial dan belum
dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, dan sinergis.
Oleh karena itu, perlu meluruskan kembali pandangan dan cara-cara
dalam membangun kelautan nasional melalui kebijakan dan strategi yang
tepat,
sistematik
dan
efektif,
agar
mampu
menghantarkan
bangsa
Indonesia seperti yang di cita-citakan dalam pembukaan Undang-undang
Dasar (UUD) 1945. Secara umum pembangunan kelautan nasional yang
diharapkan adalah untuk mewujudkan:
a.
Pembangunan kelautan nasional yang berpegang teguh pada prinsip
kepentingan nasional, keadilan dan manfaat sebesar-besarnya untuk
bangsa dan rakyat Indonesia.
b.
Pemanfaatan sumber daya kelautan yang seimbang, optimal, dan
berkelanjutan sesuai potensi yang tersedia, baik secara spasial maupun
temporal, serta sesuai dengan kaidah-kaidah berlaku, baik tingkat
regional maupun internasional.
c.
Tingkat pendapatan yang layak dan kualitas hidup yang baik bagi
sumberdaya manusia kelautan.
d.
Sumberdaya manusia kelautan yang optimal, baik secara kuantitas
maupun kualitas, dan bertaraf internasional.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
9
e.
Penyerapan tenaga kerja nasional yang maksimal Perundangan dan
peraturan yang kuat dibidang kelautan.
f. Industri kelautan nasional yang efisien dan berdaya
saing.
g.
Pembangunan kelautan yang sesuai dengan tata ruang dan berbasis
kelestarian lingkungan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
10
h.
Jumlah prasarana dan sarana kelautan nasional mampu mendukung
aktivitas ekonomi secara optimal dan memadai.
i.
Kontribusi yang maksimal dan signifikan terhadap produk domestik
bruto (PDB) Nasional.
j.
Koordinasi kerjasama pembangunan kelautan nasional yang efektif,
sinergis dan harmonis diantara 7 (tujuh) sektornya (perhubungan laut,
industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumberdaya
mineral, bangunan kelautan, dan jasa kelautan) dan juga dengan sektor
lainnya.
Dengan konsep pembangunan ekonomi kelautan yang tepat dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6 persen dalam beberapa tahun
terakhir, maka proyeksi McKinsey (2012) yang menyatakan Indonesia
berpeluang menjadi negara terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030 setelah
Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil dan Rusia serta mengambil alih
posisi Jerman dan Inggris, dapat segera terwujud. Optimisme tersebut tentu
perlu didukung visi ekonomi yang jelas dan implementasi pembangunan
dengan tahapan yang benar, terukur dan berkelanjutan. Selain hal tersebut
harus ada “grand strategy” yang diadopsi oleh seluruh komponen bangsa
serta manfaat pembangunan berupa kesejahteraan dinikmati segenap
lapisan masyarakat secara adil untuk generasi sekarang dan yang akan
datang.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
11
Bab
2
KEBIJAKAN
KELAUTAN
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan nilai dasar bangsa
Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pasal 25 UUD 1945 melandasi pemikiran dalam pembangunan
bidang kelautan, karena disana dinyatakan secara eksplisit bahwa Indonesia
sebagai negara kepulauan. Demikian pula dengan pasal
33 yang secara implisit mengamanatkan bahwa sumber daya alam
(termasuk sumber
daya laut) harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu, pembangunan bidang kelautan harus menjamin
bahwa rakyatlah yang akan menikmati hasilnya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perumusan kebijakan kelautan Indonesia dalam
pembangunan bidang kelautan harus menggambarkan keberpihakan
kepada masyarakat luas.
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih menggunakan beberapa
peraturan hukum yang ditinggalkan Pemerintahan Hindia Belanda, termasuk
landasan hukum bidang kelautan, yakni “Territoriale Zee en Maritime
Kringen Ordonnantie 1939” (TZMKO). Namun, penggunaan ordonansi ini
menyebabkan wilayah Indonesia menjadi tidak utuh, karena perairan
diantara kelima pulau besar Indonesia terdapat perairan bebas (high seas).
Keadaan ini dinilai dapat mengancam keutuhan NKRI. Atas dorongan
semangat
tinggi
dan
kebulatan
tekad
yang
luar
biasa
di
masa
kepemimpinan Presiden Soekarno, dengan berani dan secara sepihak
mengeluarkan suatu deklarasi keutuhan wilayah Indonesia pada tanggal 13
Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djoeanda. Pada dasarnya
konsep deklarasi ini memandang bahwa kepulauan Indonesia merupakan
wilayah pulau-pulau, wilayah perairan, dan dasar laut di dalamnya sebagai
suatu kesatuan historis, geografis, ekonomis, dan politis. Dengan adanya
konsep ini, maka wilayah perairan nusantara yang tadinya merupakan
wilayah laut lepas kini menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia yang
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
12
berada di bawah kedaulatan NKRI.
Deklarasi Djoeanda merupakan salah satu dari tiga pilar utama
bangunan kesatuan dan persatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu:
Kesatuan Kejiwaan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928;
Kesatuan
Kenegaraan
dalam
NKRI
yang
diproklamirkan
oleh
Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945; dan Kesatuan Kewilayahan (darat,
laut, dan udara) yang diumumkan H. Djoeanda, 13 Desember 1957.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
13
Selanjutnya, Deklarasi ini diperkuat secara yuridis melalui UndangUndang No. 4. Prp. Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dalam UU ini,
pokok-pokok dasar dan pertimbangan-pertimbangan mengenai pengaturan
wilayah perairan Indonesia pada hakikatnya tetap sama dengan Deklarasi
Djoeanda, walaupun segi ekonomi dan pengamanan sumberdaya alam
lebih ditonjolkan. Kemudian, dalam perkembangan sejarah selanjutnya,
telah memungkinkan Indonesia menyempurnakan luas wilayahnya melalui
Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE)
termasuk didalamnya integrasi Timor Timur, yang disempurnakan lagi
dengan Undang-undang No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dan
Undang-undang No 61 tahun 1998 tentang penutupan Kantung Natuna dan
keluarnya Timor Timur.
Pada tahun 1982, 119 negara di dunia, termasuk Indonesia, telah
menandatangani Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 atau United
Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982). Konvensi tersebut
di dalamnya memuat 9 buah pasal mengenai perihal ketentuan tentang
prinsip “Negara Kepulauan”.
Salah satu pasal dalam prinsip Negara
Kepulauan tersebut menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah,
melainkan sebagai alat yang menyatukan pulau-pulau yang satu dengan
lainnya, yang kemudian diimplementasikan oleh Indonesia dengan istilah
Wawasan Nusantara.
Pengakuan dunia internasional ini, pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto, ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor
17 tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan BangsaBangsa
tentang
HUKUM
LAUT
1982.
Ratifikasi
ini
merupakan
tindaklanjut dari gagasan negara kepulauan yang pada 25 tahun lalu
dicetuskannya Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957. Sejak
itu,
Indonesia
mempunyai
kewajiban
dan
tanggung
jawab
untuk
melaksanakan Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, dan UU No.17 tahun
1985 ini, selanjutnya harus dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana
pembangunan nasional, utamanya pembangunan di bidang kelautan.
Pekerjaan rumah dalam menyusun undang-undang tentang Kelautan yang
mengatur
secara
diselesaikan.
komprehensif
dan
integratif
terlupakan
untuk
Konsekuensinya, maka lahirlah beberapa undang-undang
bidang kelautan secara sektoral di masing-masing kementerian dan lembaga,
diantaranya seperti tertera pada Tabel 2.1.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
14
Pada REPELITA ke 5 (1993 – 1998) konsep pembangunan kelautan,
akhirnya masuk ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun,
karena makin seriusnya kasus-kasus di wilayah perbatasan laut Indonesia dan
sekaligus guna mengimplementasikan konsep pembangunan kelautan yang
tertuang di GBHN, maka Presiden Soeharto mengeluarkan perintah pada
tanggal 1 Januari 1996, yakni: “Mengembalikan Jiwa
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
15
Bahari Dengan Melalui Pembangunan Kelautan Indonesia”.
Selanjutnya, diteruskan dengan pembentukan Dewan Kelautan Nasional
(DKN) melalui Keppres No. 77 Tahun
1996, yang memiliki tugas dan fungsi:
a)
Memberikan pertimbangan, pendapat maupun saran kepada Presiden
mengenai
peraturan,
pengelolaan,
pemanfaatan,
pelestarian,
perlindungan dan keamanan kawasan laut, serta penentuan batas
wilayah Indonesia.
b) Melakukan koordinasi dengan departemen dan badan yang terkait,
dalam rangka keterpaduan perumusan dan penetapan kebijakan
mengenai masalah laut.
Tabel
2.1.
Daftar Beberapa Undang-Undang yang terkait dengan
Bidang Kelautan
1.
UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia
2.
UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
3.
UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
4. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan
Ekosistemnya
5.
UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan
6. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
7.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
8.
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu dan Teknologi
9.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional
11. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
12. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
16. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
16
Perikanan dan
Kehutanan
17. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
18. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau
Kecil
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
17
19. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
20. UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
21. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara
22. UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
23. UU No. 21 Tahun 2009 tentang Pengesahan Agreement for the
Implementation of the Provisions of the United Nations
Convention on the Law of the Sea of
10
December
1982
Relating
to
the
Conservation
and
Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory
Fish
Stocks
(Persetujuan
Pelaksanaan
Ketentuan-Ketentuan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10
Desember 1982 yang berkaitan dengan Konservasi dan Pengelolaan
Sediaan Ikan yang Beruaya Terbatas dan Sediaan Ikan yang Beruaya
Jauh)
24. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
25. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga UU No. 9 Tahun 1985
(UU No.
31 Tahun
Perikanan
2004)
tentang
Paradigma nasional selanjutnya adalah Deklarasi Bunaken yang
dicetuskan tanggal
26 September 1998 pada masa pemerintahan Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie. Deklarasi ini pada dasarnya secara tegas menyatakan dua hal
pokok yaitu kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya dan
kemauan yang besar dari bangsa Indonesia untuk membangun kelautan.
Kesadaran geografik adalah kesadaran bangsa Indonesia untuk memahami
dan menyadari akan kondisi obyektif wadah kepulauan Indonesia yang
2/3 (dua per tiga) bagian wilayahnya adalah merupakan laut. Kesadaran
bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya menjadi sangat penting bagi
keberhasilan bangsa dalam melaksanakan pembangunan kelautan yang
mempunyai arti strategis dalam mengembalikan kondisi ekonomi nasional
yang sedang menyelesaikan berbagai krisis ini.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
18
Inti dari Deklarasi Bunaken adalah laut merupakan peluang, tantangan
dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan
bangsa
Indonesia.
Deklarasi
Bunaken
merupakan
pernyataan
politis
strategis pemerintah atau sebagai komitmen bangsa yang memberikan
peluang seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pembangunan bidang
kelautan.
Melalui
Deklarasi
Bunaken,
pemerintah
juga
akan
mengorientasikan Pembangunan Nasional ke laut dengan memberikan
perhatian dan dukungan optimal terhadap pembangunan kelautan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
19
Deklarasi Bunaken dapat juga dikatakan sebagai kunci pembuka babak
baru pembangunan nasional yang berorientasi ke laut karena mengandung
komitmen bahwa: Pertama, Visi pembangunan dan persatuan nasional
Indonesia harus juga berorientasi ke laut dan kedua, semua jajaran
pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk
pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tumbuh
kesadaran bahwa potensi dan kekayaan yang ada di laut merupakan
sumber ekonomi utama negara. Laut adalah kehidupan masa depan
bangsa.
Atas
pemikiran
ini,
maka
Presiden
Abdurrahman
Wahid
membentuk kementerian baru yakni Departemen Eksplorasi Laut dengan
Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999. Dalam
perjalanannya, namanya berubah-ubah dan akhirnya saat ini menjadi
Kementerian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan Presiden No. 47
tahun 2009. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid juga
dibentuk
Dewan
Maritim
Indonesia
(DMI)
yang
bertugas
untuk
mengkoordinasikan dan mensinergikan program pembangunan kelautan di
Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 2001, tepatnya tanggal 27 Desember 2001,
bertempat di Pelabuhan Rakyat Sunda Kelapa Jakarta, Presiden RI Megawati
Sukarnoputri telah mencanang- kan “Seruan Sunda Kelapa”. Seruan
tersebut
mengajak
membangun
seluruh
kekuatan
bangsa
Indonesia
maritim/kelautan,
untuk
dengan
bersama-sama
berlandaskan
pada
kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia hidup di negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan alam laut yang kaya akan berbagai sumberdaya
alam. Pada Seruan Sunda Kelapa menyatakan meliputi 5 pilar program
pembangunan kelautan, yaitu:
1.
Membangun kembali wawasan bahari,
2.
Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut,
3.
Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari
bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat,
4.
Mengelola kawasan pesisir, laut dan pulau kecil, dan
5.
Mengembangkan hukum nasional di bidang maritim.
Dengan
lahirnya
Seruan
Sunda
Kelapa
diharapkan
menimbulkan
kesadaran dan mengarahkan kembali bangsa Indonesia ke wawasan bahari.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
20
Dengan demikian, Seruan Sunda Kelapa merupakan paradigma nasional
untuk membangkitkan ekonomi kelautan nasional untuk memberi kontribusi
nyata bagi pertumbuhan perekonomian nasional, membangkitkan kembali
kekuatan armada niaga nasional, mempercepat penggapaian masa depan
bangsa, dan sekaligus memperkuat tali kehidupan bangsa.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
21
Dan kebijakan nasional selanjutnya yang terkait dengan bidang
kelautan, yakni pada masa pemerintahan Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono, adalah mengganti nomenklatur Dewan Maritim Indonesia (DMI)
menjadi Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) melalui Keputusan Presiden
(Keppres) No. 21 Tahun 2007, ditetapkan Undang-undang No.17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun
2005–2025 yang memuat pembangunan bidang kelautan, dan
menyelenggarakan Konferensi
Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) di Manado pada bulan
Mei 2009.
Dalam
Undang-undang
No.
17
Tahun
2007
disebutkan
bahwa
berdasarkan kondisi bangsa Indonesia, tantangan yang akan dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah:
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR
Kemudian, untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut
ditempuh melalui
8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Dari 8 misi yang diemban tersebut, terdapat satu misi yang terkait
langsung dengan pembangunan kelautan nasional, yakni: “Mewujudkan
Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
22
dan berbasiskan kepentingan nasional”. Pencapaian sasaran pokok
misi ini ditandai oleh hal-hal berikut:
1) Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua
pulau dan kepulauan Indonesia.
2) Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan
yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
23
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset,
dan hal-hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.
4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
Kemudian, pilar strategi pembangunan nasional yang digunakan untuk
mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan dengan
semangat yang pro-poor, pro-growth, projob dan pro-environment (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Pilar Strategi Pembangunan Nasional
Dengan demikian, pembangunan nasional bidang kelautan pada masa
yang akan datang juga diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan
berdasarkan pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumberdaya manusia dan kelembagaan, politik,
ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan
teknologi. RPJP Nasional 2005 - 2025 juga memberikan arah pembangunan
kelautan nasional selama kurun waktu 20 tahun mendatang, yakni
sebagai berikut:
1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, antara lain, melalui
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
24
(a) pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan yang dapat
diwujudkan melalui semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (b)
melestarikan nilai-nilai budaya serta
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
25
wawasan bahari serta merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di
bidang kelautan; dan (c) melindungi dan mensosialisasikan peninggalan
budaya bawah air melalui usaha preservasi, restorasi, dan konservasi.
2) Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia
di
bidang
kelautan
y
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
DEWAN KELAUTAN INDONESIA
KEBIJAKAN EKONOMI
KELAUTAN
DENGAN MODEL EKONOMI
BIRU
2012
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL
SATUAN KERJA DEWAN KELAUTAN
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
INDONESIA TAHUN 2012
Tim Penyusun
Pengarah
: Sharif C. Sutardjo
Penanggungjawab
: Dr. Ir. Gellwyn Yusuf, M.Sc
Ketua
: Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo
Kusumastanto, MS Wakil Ketua :
Dr. Ir. Dedy H.
Sutisna, MS
Sekretaris
: Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si
Anggota
: Prof. Firmanzah,
Ph.D Dr. Sunoto,
M.E.S
Dr. Ir. Suseno, MM
Syarif Syahrial, SE,
ME
Dr. Ir. Sri Yanti Wibisana, MPM
Ir. R. Anang Noegroho S.M, SCM,
MEM Ir. R. Nilanto Perbowo, M.Sc
Dr. Ir. Syahrowi R. Nusir, MM
Dr. Agus Heri Purnomo
Dr. Ir. Arif Satria
Dr. Ir. Gabriel Anthonius Wagey, MSc
Dr. Rizal E. Halim
Nurkholis, M.Si
Drs. Tomo HS, M.Si
M. Armansyah, ST
Jatu Fajarika N, S.Kel
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
KATA
PENGANTAR
Semenjak diratifikasinya United Nation Convention on the Law of The
Sea melalui Undang-undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982,
Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut.
Padahal, dua pertiga wilayahnya berupa perairan laut dan karenanya
menjadi Negara Kepulauan. Sumberdaya alam laut yang terkandung
didalam nya demikian besar, mencakup sumberdaya alam yang dapat
diperbarui (renewable resources) maupun tidak (non renewable resources).
Selain itu juga mengandung sumber energi alternatif dan jasa kelautan.
Dengan
demikian
kebijakan
kelautan
nasional
yang
mampu
mengintegrasikan
pembangunan
ekonomi
semua
sektor
secara
berkelanjutan mutlak diperlukan agar dapat mengatur pemanfaatan potensi
kelautan yang demikian besar untuk mensejahterakan rakyat.
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi
pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia
menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan
untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan
dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.
Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang
terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean
Governance), Pertahanan, Keamanan Dan Keselamatan di Laut (Maritime
Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine
Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi
komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi
Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada
prinsip-prinsip ekosistem.
Dalam forum Konferensi Rio+20 di Brasil akhir Juni 2012, Presiden RI
dalam pidatonya tidak hanya mengajak dunia untuk bersama-sama
melaksanakan ekonomi hijau dalam pembangunan nasionalnya, tetapi juga
mengkampanyekan ekonomi biru (Blue Economy), di mana laut menjadi
bagian integral untuk tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
Development Goals). Oleh karena itu, model ekonomi biru perlu dijadikan
bagian dari grand design pembangunan kelautan nasional.
Konsep Ekonomi Biru (Blue Economy) merupakan konsep yang
menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja
sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak
mengurangi tapi justru memperkaya alam (shifting from scarcity to
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
abundance), limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi
yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang,
energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi
eksternal, bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan
nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan
kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi
semuanya. Merujuk pada konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat
mengembangkan teori tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan
dengan model ekonomi biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.
Kebijakan Kelautan, dengan Model Ekonomi Biru, melalui sektor ekonomi
kelautan, memiliki 8 (delapan) strategi pengembangan yaitu pada sektor
perhubungan laut, industri kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi
dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan, lintas sektor
bidang kelautan. Di dalam masing-masing strategi pengembangan tersebut,
terdapat upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing- masing sektor
yang bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya
yang menggunakan model ekonomi biru. Keberhasilan pembangunan
ekonomi kelautan dengan model Ekonomi Biru membutuhkan komitmen
para pemangku kepentingan khususnya terkait dengan berbagai kebijakan
baik lokal maupun nasional, SDM, teknologi, akses keuangan, industrialisasi
(hulu dan hilir), pendidikan, dan kesadaran kolektif masyarakat akan potensi
kelautan dan yang tak kalah pentingnya adalah political will dari pemerintah
dan legislatif.
Saya menyadari bahwa kebijakan kelautan dengan model ekonomi
biru ini merupakan konsep awal bagi Pengembangan Ekonomi Kelautan.
Oleh karenanya masih banyak membutuhkan masukan dan perbaikan.
Harapan saya semoga konsep Kebijakan ini dapat dijadikan bahan rumusan
bagi Bangsa Indonesia dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah 2014-2019 dan dijadikan pedoman bagi stakeholders dalam
pengelolaan potensi kelautan untuk kesejahteraan masyarakat.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan kebijakan ini, kami ucapkan terima kasih dengan apresiasi
tinggi. Semoga bermanfaat.
Jakarta, Desember
2012
Menteri Kelautan dan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
i
Perikanan selaku
Ketua Harian Dewan Kelautan
Indonesia
Sharif C.
Sutardjo
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
i
i
EXECUTIVE
SUMMARY
KEBIJAKAN KELAUTAN DENGAN MODEL
EKONOMI BIRU
Semenjak diratifikasinya United Nation Convention on the Law of The
Sea melalui Undang-undang No.17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi
Perserikatan
Bangsa-
Bangsa
tentang
HUKUM
LAUT
1982,
Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut.
Sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia maka wilayah pesisir,
laut dan lautan adalah tumpuan harapan yang harus dikembangkan secara
lestari dan mampu mensejahterakan segenap komponen bangsa di tanah
airnya sendiri. Dengan demikian kebijakan kelautan nasional yang mampu
mengintegrasikan
pembangunan
ekonomi
semua
sektor
secara
berkelanjutan mutlak diperlukan agar dapat mengatur pemanfaatan potensi
kelautan yang demikian besar untuk mensejahterakan rakyat.
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi
pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia
menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan
untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan
dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.
Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang
terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean
Governance), Pertahanan, Keamanan Dan Keselamatan di Laut (Maritime
Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine
Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi
komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi
Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada
prinsip-prinsip ekosistem.
Kelautan sebagai bidang yang terdiri dari multisektor memerlukan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
iii
sebuah kebijakan yang sinergis pada sektor ekonomi kelautan mengingat
keterkaitan yang erat antar aktivitas ekonomi, baik di dalam maupun di
luar sektor, sangat berperan dalam keberhasilan pembangunan ekonomi
kelautan.Dalam
rangka
menyusun
keterpaduan
dan
keharmonisan
pembangunan ekonomi kelautan sehingga berkelanjutan, maka penyusunan
kebijakan Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Ekonomi Biru dalam
pembangunan nasional menjadi suatu keharusan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
iv
Dalam forum Konferensi Rio+20 di Brasil akhir Juni 2012, Presiden RI
dalam
pidatonya
tidak
hanya
mengajak
dunia
untuk
bersama-sama
melaksanakan ekonomi hijau dalam pembangunan nasionalnya, tetapi juga
mengkampanyekan ekonomi biru (Blue Economy), di mana laut menjadi
bagian integral untuk tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development Goals). Oleh karena itu, model ekonomi biru perlu dijadikan
bagian dari grand design pembangunan kelautan nasional.
Konsep
Ekonomi
Biru
(Blue
Economy)
merupakan
konsep
yang
menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai
dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi
justru memperkaya alam (shifting from scarcity to abundance), limbah dari
yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem
kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang, energi didistribusikan secara
efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal, bekerja menuju tingkat
efisiensi
lebih
meninggalkan
tinggi
limbah
untuk
untuk
mengalirkan
nutrien
mendayagunakan
dan
energi
kemampuan
tanpa
seluruh
kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya. Merujuk pada
konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat mengembangkan teori
tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan dengan model ekonomi
biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.
Kebijakan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru melalui bidang ekonomi
kelautan,
memiliki
8
(delapan)
sektor
pengembangan
yaitu
sektor
perhubungan laut, industri kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi
dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan serta lintas
sektor bidang kelautan. Dari 8 (delapan) sektor tersebut, maka muncullah 8
(delapan) strategi pengembangan ekonomi. Sebagai tindak lanjutnya maka
dalam masing-masing strategi pengembangan ekonomi tersebut terdapat
upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing-masing sektor yang
bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya yang
menggunakan model ekonomi biru.
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dapat diringkas sebagai
Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
v
sebagai Akselerator bagi Terwujudnya Indonesia Sebagai Negara
Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan
Nasional. Kebijakan tersebut dilakukan melalui 8 (delapan) strategi antara
lain Pengembangan Ekonomi Sektor Perhubungan Laut, Sektor Industri
Kelautan, Sektor
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
vi
Perikanan, Sektor Pariwisata Bahari, Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral
Kelautan,
Sektor
Bangunan
Kelautan,
Sektor
Jasa
Kelautan
dan
Pengembangan Ekonomi Lintas Sektor Bidang Kelautan. Strategi-strategi
tersebut dapat diimplementasikan oleh setiap sektor melalui berbagai upaya
untuk melakukan kegiatan bisnis dengan menggunakan model ekonomi biru
yang dikembangkan dengan inovasi dan kreativitas dari masing- masing
sektor tersebut.
Keberhasilan
pembangunan
ekonomi
kelautan
dengan
model
Ekonomi Biru membutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan
berpihak terhadap kepentingan masyarakat serta lingkungan. Pembangunan
tersebut
harus
didasarkan
ekologis, keterpaduan antar
pada
keterpaduan
geografis,
keterpaduan
stakeholders, keterpaduan antar sektor, dan
keterpaduan antar ilmu pengetahuan.
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru
selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan serta memberikan
kontribusi yang signifikan pada pembangunan bangsa dan negara serta
kesejahteraan rakyat secara adil di segenap wilayah NKRI.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
vi
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
..........................................................................
i
EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN KELAUTAN DENGAN MODEL
EKONOMI BIRU ...
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................
vi
DAFTAR
TABEL
.............................................................................
vii
DAFTAR
GAMBAR
..........................................................................
viii
Bab 1
1
PENDAHULUAN ...............................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................
1.2 Pentingnya Laut dalam Perspektif Pembangunan
Nasional .......
1
2
Bab 2
KEBIJAKAN KELAUTAN
......................................................
7
Bab 3
EKONOMI KELAUTAN
........................................................
3.1 Ekonomi Kelautan Sebagai Arus Utama Pembangunan
Nasional Integrasi
.................................................................
3.2 Perlunya
Antar Sektor Dalam Pembangunan
1
7
Ekonomi Kelautan ......................................................
2
8
Bab 4
EKONOMI KELAUTAN DENGAN MODEL EKONOMI BIRU
.................
4.1 Ekonomi Biru ...........................................................
4.2 Pembangunan Ekonomi Kelautan dengan Model
Ekonomi Biru ...........................................................
Bab 5
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN
DENGAN MODEL EKONOMI BIRU
...........................................
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
1
3
1
3
1
4
0
vi
ii
5.1 Kebijakan Makro Pembangunan Kelautan Nasional
................
5.2 Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan
BiruPengembangan
...................................................
5.3 Model
StrategiEkonomi
dan Upaya
Ekonomi Kelautan
dengan Model Ekonomi Biru ...........................................
4
0
4
4
5
Bab 6
PENUTUP ......................................................................
64
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
ix
DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1 Daftar Beberapa Undang-Undang yang terkait dengan
Bidang Kelautan ...............................................................
Tabel 3.1 Perbandingan Kontribusi Bidang Kelautan Beberapa
Negara ............
9
19
Tabel 3.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Bidang Kelautan
periode tahun 2001 - 2005 ..................................................
20
Tabel 3.3 Nilai Koefisien ICOR Bidang Kelautan, berdasar Tabel I-O
..............
21
Tabel 3.4 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja Berkaitan Produksi Ikan
Tangkap dari Perairan Indonesia (5% Meningkat Membutuhkan
800 Kapal) .....................................................................
24
Tabel 3.5 Jumlah Tenaga Kerja yang Terlibat pada Budidaya Udang
Untuk Menghasilkan 100.000 Ton Udang ...................................
24
Tabel 3.6 Jumlah Tenaga Kerja yang Terlibat Pada Budidaya Ikan Kerapu
Untuk Menghasilkan 300 Ton Ikan Kerapu .................................25
Tabel 3.7 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Menurut UU
No. 33 Tahun 2004 ............................................................
26
Tabel 5.1 Kebijakan, Strategi dan Upaya yang diperlukan untuk
Pengembangan Ekonomi Kelautan Nasional Dengan Model
Ekonomi Biru ..................................................................
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
61
vi
i
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1 Pilar Strategi Pembangunan Nasional ...................................
13
Gambar 3.1 Sistem Pembangunan Kelautan Nasional ................................
17
Gambar 3.2. Perbandingan Kontribusi Bidang Kelautan Beberapa Negara
Eropa .....
18
Gambar 3.3 Model Pembangunan Ekonomi Kelautan Nasional dengan
Pengembangan Integrasi Antar Sektor ...................................30
Gambar 4.1 Keterkaitan World Ocean Conference (WOC) 2009 dengan
Pilar Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Lingkungan Laut
serta Ekonomi Biru .........................................................
32
Gambar 4.2 Daerah Implementasi Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle
Initiative for Coral Reef, Fisheries and Food Security) .............
33
Gambar 5.1 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perhubungan Laut
Dengan Model Ekonomi Biru (Kementerian Perhubungan)
............
46
Gambar 5.2 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Industri Maritim
Dengan Model Ekonomi Biru (Kementerian Perhubungan)
............
48
Gambar 5.3 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan Dengan Model
Ekonomi Biru untuk Produk Rumput Laut
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 50
Gambar 5.4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan dengan Model
Ekonomi Biru berupa Silvofishery
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 50
Gambar 5.5 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Wisata Bahari Dengan
Model
Ekonomi Biru (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) .......
52
Gambar 5.6 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
viii
Sumberdaya Mineral Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
(Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral) .......................
54
Gambar 5.7 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Bangunan
Kelautan dengan Model Ekonomi Biru pada untuk
Eco Fishing Port
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) ................................. 56
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
ix
Gambar 5.8 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Jasa Kelautan Dengan
Model Ekonomi Biru untuk kerjasama penelitian untuk industri
garam (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
.................................
57
Gambar 5.9 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor
Bidang Kelautan dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk
Model Bisnis Terintegrasi di Lombok Timur .............................
59
Gambar 5.10 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor Bidang Kelautan
Dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model
Pengembangan Ekonomi Kawasan Terbatas di Nusa Penida
.......
59
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
x
Bab
1
PENDAHULU
AN
1.1 Latar Belakang
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta
diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah
perairan laut Indonesia sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan
daya dukung alam (natural carrying capacity) yang kuat. Selain itu, letak
Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan suhu lingkungan yang
relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati laut sehingga
Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi
geografis yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang
berpotensi besar baik dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40%
lalu lintas perdagangan barang dan jasa yang diangkut kapal melintasi
perairan Indonesia. Dengan 75% wilayah Indonesia berupa laut dan wilayah
pesisir (coastal zone) dengan kandungan sumberdaya alam yang kaya dan
beragam,
maka
sektor
kelautan
merupakan
sektor
strategis
bagi
pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi minyak
dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore).
Sumberdaya hidrokarbon, khususnya minyak dan gas yang tersedia di 60
titik cekungan masih sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi
relatif masih sedikit. Minyak, tersedia 86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan
untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan yang sudah diproduksi baru
mencapai
0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan
dicadangkan
185,8 TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah,
2012).
Posisi geografis Indonesia yang memungkinkan Indonesia untuk
mendapatkan manfaat ekonomi politik yang lebih besar tersebut hanya
dapat diraih bila Indonesia memiliki geo-politik, geo-ekonomi dan geostrategis yang jelas dan terarah. Agar peran ekonomi kelautan dapat terus
dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran bangsa dan selanjutnya
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
1
memanfaatkan posisi geografis yang strategis maka diperlukan sebuah
pergeseran paradigma pembangunan yang lebih memahami jati diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia
serta memadukan kekuatan ekonomi berbasis darat dan laut sebagai
sinergi kekuatan ekonomi nasional. Perubahan pemikiran tersebut harus
segera dilakukan mengingat perubahan lingkungan strategis antar bangsa
yang sangat cepat sehingga posisi bangsa Indonesia di percaturan regional
maupun global harus didasarkan kepada endowment yang memiliki daya
saing dinamik di masa sekarang dan mendatang.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
2
Dalam
rangka
menuju
kemajuan
perekonomian
Indonesia,
maka
diperlukan suatu formulasi kebijakan pembangunan kelautan nasional
(National Ocean Development Policy) yang integral dan komprehensif yang
nantinya menjadi payung politik bagi semua institusi negara, swasta dan
masyarakat
yang
mendukung
terwujudnya
Indonesia
menjadi
negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
Guna menjadikan kelautan sebagai leading sector dalam pembangunan
ekonomi,
maka
pendekatan
kebijakan
yang
dilakukan
harus
mempertimbangkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam lingkup bidang
kelautan maupun ekonomi berbasis daratan. Karena karakteristik daratan
yang berbeda dengan
laut, maka perlu dicari konsep yang
dapat
mengintegrasikan visi pembangunan yang sesuai dengan kondisi Indonesia
sebagai Negara Kepulauan dengan luas laut yang dominan.
Pembangunan kelautan nasional juga diarahkan untuk mendukung
pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif serta harus sinergi
dengan grand strategi pembangunan nasional yang ditetapkan dalam
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
2005-2025,
yakni:
pro-poor
(pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja) dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Selain itu,
sinergi antara eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam memberikan guideline
dalam pembangunan kelautan menjadi sangat menentukan. Dukungan
legislatif
terhadap
eksekutif
dalam
menyusun
rencana
anggaran
pembangunan yang terkait dengan bidang kelautan sangat penting untuk
meningkatkan
kapasitas
pembangunan
kelautan
nasional
secara
berkelanjutan demi kemakmuran rakyat.
1.2 Pentingnya Laut dalam Perspektif Pembangunan Nasional
Dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 di Brasil akhir Juni
2012
yang
membahas
pembangunan
berkelanjutan
dengan
mengedepankan keseimbangan antara upaya meningkatkan pertumbuhan
global dan pembangunan berwawasan lingkungan atau dikenal dengan
pendekatan ekonomi hijau (Green Economy), Presiden RI, Bapak Dr. H.
Bambang Susilo Yudhoyono, dalam pidatonya menyatakan “For Indonesia,
Blue Economy is Our Next Frontier”, yang intinya tidak hanya mengajak
dunia
untuk
bersama-
sama
melaksanakan
ekonomi
hijau
dalam
pembangunan nasionalnya, tetapi juga meng- kampanyekan ekonomi biru
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
3
(Blue Economy), di mana laut menjadi bagian integral untuk tujuan
pembangunan yang berkelanjutan tersebut (Sustainable Development
Goals). Dengan demikian, secara eksplisit Presiden RI, Bapak Dr. H.
Bambang Susilo Yudhoyono, telah mengarahkan konsep ekonomi biru
sebagai grand design pembangunan kelautan nasional di masa depan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
4
Dengan
terbatasnya
sumberdaya
daratan
maka
pengembangan
aktivitas ekonomi berbasiskan pesisir dan laut (kelautan) menjadi sangat
penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi dalam
bidang
kelautan
belum
menjadi
mainstream
pembangunan
ekonomi
Indonesia, walaupun demikian bidang kelautan yang terdiri dari tujuh sektor
ekonomi, yakni (i) perhubungan laut, (ii) industri maritim, (iii) perikanan, (iv)
wisata bahari, (v) energi dan sumberdaya mineral, (vi) bangunan kelautan
serta (vii) jasa kelautan, memiliki kontribusi sebesar 22,42% terhadap
produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2005. Nilai kontribusi
ekonomi yang cukup signifikan tersebut diikuti dengan daya serap yang
tinggi terhadap lapangan kerja seharusnya mampu mensejahterakan rakyat
dan segenap komponen bangsa di tanah air. Namun karena komitmen
pembangunan kelautan nasional yang masih terbatas mengakibatkan
potensi yang dimiliki oleh bidang kelautan (fungsi dan sumberdaya) masih
belum dikembangkan secara optimal.
Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia
memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang
sangat besar dan beragam. Potensi kelautan Indonesia didalamnya dapat
dipilah menjadi 4 kelompok sumberdaya kelautan yaitu: Pertama adalah
sumberdaya alam terbarukan (renewable resources) antara lain adalah:
perikanan, hutan bakau (mangrove), rumput laut (seaweed), padang lamun
(seagrass) dan terumbu karang (coral reefs). Kedua sumberdaya alam tak
terbarukan (non renewable resources) yakni: minyak, gas bumi, timah,
bauksit, biji besi, pasir kwarsa, bahan tambang, dan mineral lainnya. Ketiga
energi kelautan berupa: energi gelombang, OTEC (Ocean Thermal Energy
Convertion), pasang surut dan arus laut. Keempat berupa laut sebagai
environmental
service
dimana
laut
merupakan
media
transportasi,
komunikasi, rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, pertahanan dan
keamanan, pengatur iklim (climate regulator) dan sistem penunjang
kehidupan lainnya (life-supporting system). Potensi ekonomi sektor kelautan
Indonesia diperkirakan mampu mencapai US$ 1,2 triliun per tahun dengan
penyerapan tenaga kerja berpotensi mencapai
40 juta orang. Dengan modal potensi kelautan tersebut, Indonesia
memandang laut dapat menjadi tumpuan pembangunan nasional yang
berkelanjutan dan berkeadilan (Firmanzah, 2012).
Data
201
2
organisasi
PBB
untuk
program
Lingkungan
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
(UNEP,
2009)
5
menyebutkan bahwa terdapat 64 wilayah perairan yang merupakan Large
Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang disusun berdasarkan tingkat
kesuburan, produktivitas dan pengaruh perubahan iklim terhadap masingmasing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6 wilayah
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
6
LME yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan cukup besar, yakni
LME 34 – Teluk Bengala; LME 36 – Laut China Selatan; LME 37 – Sulu
Celebes; LME 38 – Laut-laut Indonesia; LME 39 – Arafura – Gulf Carpentaria;
LME 45 – Laut Australia Utara. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga sektor kelautan
dan perikanan mampu menjadi penggerak pembangunan ekonomi nasional.
Laut sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa harusnya dapat dijadikan
sebagai
salah
satu
pilar
utama
untuk
membantu
mengakselerasi
terwujudnya kemakmuran dan kejayaan bangsa Indonesia. Tambahan pula,
laut bagi NKRI juga memiliki makna dan fungsi yang sangat strategis, yaitu
laut
sebagai:
(1)
wilayah
kedaulatan
bangsa,
(2)
lingkungan
dan
sumberdaya, (3) media kontak sosial, ekonomi, dan budaya, (4) geostrategi,
geopolitik, geokultural, dan geoekonomi negara, dan (5) sumber dan media
penyebar bencana alam.
Harus diakui bahwa hingga saat ini pembangunan ekonomi kelautan
Indonesia belum memberikan kontribusi yang signifikan atau optimal bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. Hal ini dapat terlihat jelas bila
membandingkan ratio luas laut dan panjang pantai terhadap besarnya
kontribusi bidang kelautan untuk total Produk Domestik Bruto (PDB)
nasionalnya.
Sebagai
gambaran,
ekonomi
kelautan
Jepang
mampu
menyumbang hingga 48,4% bagi PDB nasionalnya (setara 17.552 miliar
dolar AS), sementara Korea Selatan sanggup menyumbang hingga 37%
bagi PDB nasionalnya, dan Vietnam bidang kelautannya memberikan
kontribusi hingga 57,6% bagi PDB nasionalnya. Padahal ketiga negara
diatas, luas lautan dan panjang pantainya relatif jauh lebih kecil dari
Indonesia.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sumberdaya kelautan yang
dimiliki bangsa ini belum menjadi penggerak ekonomi nasional. Disamping
itu, pada kenyataan di lapangan, pembangunan kelautan Indonesia masih
banyak
dilakukan
secara
sektoral,
parsial
dan
fragmented,
yang
mengakibatkan sering terjadi tumpang tindih dan konflik kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan dan pengelolaannya.
Kelautan Indonesia kedepan diharapkan dapat menjadi arus utama
mainstream (arus utama) pembangunan nasional dengan memanfaatkan
ekosistem perairan laut beserta segenap sumberdaya yang terkandung di
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
7
dalamnya secara berkelanjutan (on a sustainable basis) untuk kesatuan,
kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keinginan tersebut dijabarkan dalam
lima tujuan yang harus dicapai, yaitu: (1) Membangun jaringan sarana dan
prasarana sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia, (2)
Meningkatkan dan menguatkan sumber daya manusia di bidang kelautan
yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (3)
Menetapkan wilayah Negara
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
8
Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkait dalam
kerangka pertahanan negara, (4) Membangun ekonomi kelautan secara
terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan, dan (5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan
pencemaran laut.
Guna mencapai profil kelautan nasional seperti harapan diatas, dengan
melihat pencapaian kinerja pembangunan saat ini, maka dapat disimpulkan
bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi agar kelautan
nasional dapat berperan lebih besar dan signifikan lagi, guna mempercepat
terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur. Atas
dasar potensi sumberdaya kelautan yang dimiliki, sesungguhnya peran dan
kontribusi kelautan Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
dapat dinyatakan masih belum memadai.
Hal ini terjadi, diantaranya
disebabkan karena masih kurangnya dukungan politik yang kuat, baik dari
lembaga eksekutif (Pemerintah) dan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat).
Selain itu, dalam melaksanakan pembangunan kelautan nasional masih
terjadi mismanagement (salah urus), dilaksanakan secara parsial dan belum
dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, dan sinergis.
Oleh karena itu, perlu meluruskan kembali pandangan dan cara-cara
dalam membangun kelautan nasional melalui kebijakan dan strategi yang
tepat,
sistematik
dan
efektif,
agar
mampu
menghantarkan
bangsa
Indonesia seperti yang di cita-citakan dalam pembukaan Undang-undang
Dasar (UUD) 1945. Secara umum pembangunan kelautan nasional yang
diharapkan adalah untuk mewujudkan:
a.
Pembangunan kelautan nasional yang berpegang teguh pada prinsip
kepentingan nasional, keadilan dan manfaat sebesar-besarnya untuk
bangsa dan rakyat Indonesia.
b.
Pemanfaatan sumber daya kelautan yang seimbang, optimal, dan
berkelanjutan sesuai potensi yang tersedia, baik secara spasial maupun
temporal, serta sesuai dengan kaidah-kaidah berlaku, baik tingkat
regional maupun internasional.
c.
Tingkat pendapatan yang layak dan kualitas hidup yang baik bagi
sumberdaya manusia kelautan.
d.
Sumberdaya manusia kelautan yang optimal, baik secara kuantitas
maupun kualitas, dan bertaraf internasional.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
9
e.
Penyerapan tenaga kerja nasional yang maksimal Perundangan dan
peraturan yang kuat dibidang kelautan.
f. Industri kelautan nasional yang efisien dan berdaya
saing.
g.
Pembangunan kelautan yang sesuai dengan tata ruang dan berbasis
kelestarian lingkungan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
10
h.
Jumlah prasarana dan sarana kelautan nasional mampu mendukung
aktivitas ekonomi secara optimal dan memadai.
i.
Kontribusi yang maksimal dan signifikan terhadap produk domestik
bruto (PDB) Nasional.
j.
Koordinasi kerjasama pembangunan kelautan nasional yang efektif,
sinergis dan harmonis diantara 7 (tujuh) sektornya (perhubungan laut,
industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumberdaya
mineral, bangunan kelautan, dan jasa kelautan) dan juga dengan sektor
lainnya.
Dengan konsep pembangunan ekonomi kelautan yang tepat dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6 persen dalam beberapa tahun
terakhir, maka proyeksi McKinsey (2012) yang menyatakan Indonesia
berpeluang menjadi negara terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030 setelah
Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil dan Rusia serta mengambil alih
posisi Jerman dan Inggris, dapat segera terwujud. Optimisme tersebut tentu
perlu didukung visi ekonomi yang jelas dan implementasi pembangunan
dengan tahapan yang benar, terukur dan berkelanjutan. Selain hal tersebut
harus ada “grand strategy” yang diadopsi oleh seluruh komponen bangsa
serta manfaat pembangunan berupa kesejahteraan dinikmati segenap
lapisan masyarakat secara adil untuk generasi sekarang dan yang akan
datang.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
11
Bab
2
KEBIJAKAN
KELAUTAN
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan nilai dasar bangsa
Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pasal 25 UUD 1945 melandasi pemikiran dalam pembangunan
bidang kelautan, karena disana dinyatakan secara eksplisit bahwa Indonesia
sebagai negara kepulauan. Demikian pula dengan pasal
33 yang secara implisit mengamanatkan bahwa sumber daya alam
(termasuk sumber
daya laut) harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu, pembangunan bidang kelautan harus menjamin
bahwa rakyatlah yang akan menikmati hasilnya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perumusan kebijakan kelautan Indonesia dalam
pembangunan bidang kelautan harus menggambarkan keberpihakan
kepada masyarakat luas.
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih menggunakan beberapa
peraturan hukum yang ditinggalkan Pemerintahan Hindia Belanda, termasuk
landasan hukum bidang kelautan, yakni “Territoriale Zee en Maritime
Kringen Ordonnantie 1939” (TZMKO). Namun, penggunaan ordonansi ini
menyebabkan wilayah Indonesia menjadi tidak utuh, karena perairan
diantara kelima pulau besar Indonesia terdapat perairan bebas (high seas).
Keadaan ini dinilai dapat mengancam keutuhan NKRI. Atas dorongan
semangat
tinggi
dan
kebulatan
tekad
yang
luar
biasa
di
masa
kepemimpinan Presiden Soekarno, dengan berani dan secara sepihak
mengeluarkan suatu deklarasi keutuhan wilayah Indonesia pada tanggal 13
Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djoeanda. Pada dasarnya
konsep deklarasi ini memandang bahwa kepulauan Indonesia merupakan
wilayah pulau-pulau, wilayah perairan, dan dasar laut di dalamnya sebagai
suatu kesatuan historis, geografis, ekonomis, dan politis. Dengan adanya
konsep ini, maka wilayah perairan nusantara yang tadinya merupakan
wilayah laut lepas kini menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia yang
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
12
berada di bawah kedaulatan NKRI.
Deklarasi Djoeanda merupakan salah satu dari tiga pilar utama
bangunan kesatuan dan persatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu:
Kesatuan Kejiwaan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928;
Kesatuan
Kenegaraan
dalam
NKRI
yang
diproklamirkan
oleh
Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945; dan Kesatuan Kewilayahan (darat,
laut, dan udara) yang diumumkan H. Djoeanda, 13 Desember 1957.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
13
Selanjutnya, Deklarasi ini diperkuat secara yuridis melalui UndangUndang No. 4. Prp. Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dalam UU ini,
pokok-pokok dasar dan pertimbangan-pertimbangan mengenai pengaturan
wilayah perairan Indonesia pada hakikatnya tetap sama dengan Deklarasi
Djoeanda, walaupun segi ekonomi dan pengamanan sumberdaya alam
lebih ditonjolkan. Kemudian, dalam perkembangan sejarah selanjutnya,
telah memungkinkan Indonesia menyempurnakan luas wilayahnya melalui
Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE)
termasuk didalamnya integrasi Timor Timur, yang disempurnakan lagi
dengan Undang-undang No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dan
Undang-undang No 61 tahun 1998 tentang penutupan Kantung Natuna dan
keluarnya Timor Timur.
Pada tahun 1982, 119 negara di dunia, termasuk Indonesia, telah
menandatangani Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 atau United
Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982). Konvensi tersebut
di dalamnya memuat 9 buah pasal mengenai perihal ketentuan tentang
prinsip “Negara Kepulauan”.
Salah satu pasal dalam prinsip Negara
Kepulauan tersebut menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah,
melainkan sebagai alat yang menyatukan pulau-pulau yang satu dengan
lainnya, yang kemudian diimplementasikan oleh Indonesia dengan istilah
Wawasan Nusantara.
Pengakuan dunia internasional ini, pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto, ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor
17 tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan BangsaBangsa
tentang
HUKUM
LAUT
1982.
Ratifikasi
ini
merupakan
tindaklanjut dari gagasan negara kepulauan yang pada 25 tahun lalu
dicetuskannya Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957. Sejak
itu,
Indonesia
mempunyai
kewajiban
dan
tanggung
jawab
untuk
melaksanakan Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, dan UU No.17 tahun
1985 ini, selanjutnya harus dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana
pembangunan nasional, utamanya pembangunan di bidang kelautan.
Pekerjaan rumah dalam menyusun undang-undang tentang Kelautan yang
mengatur
secara
diselesaikan.
komprehensif
dan
integratif
terlupakan
untuk
Konsekuensinya, maka lahirlah beberapa undang-undang
bidang kelautan secara sektoral di masing-masing kementerian dan lembaga,
diantaranya seperti tertera pada Tabel 2.1.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
14
Pada REPELITA ke 5 (1993 – 1998) konsep pembangunan kelautan,
akhirnya masuk ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun,
karena makin seriusnya kasus-kasus di wilayah perbatasan laut Indonesia dan
sekaligus guna mengimplementasikan konsep pembangunan kelautan yang
tertuang di GBHN, maka Presiden Soeharto mengeluarkan perintah pada
tanggal 1 Januari 1996, yakni: “Mengembalikan Jiwa
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
15
Bahari Dengan Melalui Pembangunan Kelautan Indonesia”.
Selanjutnya, diteruskan dengan pembentukan Dewan Kelautan Nasional
(DKN) melalui Keppres No. 77 Tahun
1996, yang memiliki tugas dan fungsi:
a)
Memberikan pertimbangan, pendapat maupun saran kepada Presiden
mengenai
peraturan,
pengelolaan,
pemanfaatan,
pelestarian,
perlindungan dan keamanan kawasan laut, serta penentuan batas
wilayah Indonesia.
b) Melakukan koordinasi dengan departemen dan badan yang terkait,
dalam rangka keterpaduan perumusan dan penetapan kebijakan
mengenai masalah laut.
Tabel
2.1.
Daftar Beberapa Undang-Undang yang terkait dengan
Bidang Kelautan
1.
UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia
2.
UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
3.
UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
4. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan
Ekosistemnya
5.
UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan
6. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
7.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
8.
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu dan Teknologi
9.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional
11. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
12. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
16. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
16
Perikanan dan
Kehutanan
17. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
18. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau
Kecil
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
17
19. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
20. UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
21. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara
22. UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
23. UU No. 21 Tahun 2009 tentang Pengesahan Agreement for the
Implementation of the Provisions of the United Nations
Convention on the Law of the Sea of
10
December
1982
Relating
to
the
Conservation
and
Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory
Fish
Stocks
(Persetujuan
Pelaksanaan
Ketentuan-Ketentuan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10
Desember 1982 yang berkaitan dengan Konservasi dan Pengelolaan
Sediaan Ikan yang Beruaya Terbatas dan Sediaan Ikan yang Beruaya
Jauh)
24. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
25. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga UU No. 9 Tahun 1985
(UU No.
31 Tahun
Perikanan
2004)
tentang
Paradigma nasional selanjutnya adalah Deklarasi Bunaken yang
dicetuskan tanggal
26 September 1998 pada masa pemerintahan Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie. Deklarasi ini pada dasarnya secara tegas menyatakan dua hal
pokok yaitu kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya dan
kemauan yang besar dari bangsa Indonesia untuk membangun kelautan.
Kesadaran geografik adalah kesadaran bangsa Indonesia untuk memahami
dan menyadari akan kondisi obyektif wadah kepulauan Indonesia yang
2/3 (dua per tiga) bagian wilayahnya adalah merupakan laut. Kesadaran
bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya menjadi sangat penting bagi
keberhasilan bangsa dalam melaksanakan pembangunan kelautan yang
mempunyai arti strategis dalam mengembalikan kondisi ekonomi nasional
yang sedang menyelesaikan berbagai krisis ini.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
18
Inti dari Deklarasi Bunaken adalah laut merupakan peluang, tantangan
dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan
bangsa
Indonesia.
Deklarasi
Bunaken
merupakan
pernyataan
politis
strategis pemerintah atau sebagai komitmen bangsa yang memberikan
peluang seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pembangunan bidang
kelautan.
Melalui
Deklarasi
Bunaken,
pemerintah
juga
akan
mengorientasikan Pembangunan Nasional ke laut dengan memberikan
perhatian dan dukungan optimal terhadap pembangunan kelautan.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
19
Deklarasi Bunaken dapat juga dikatakan sebagai kunci pembuka babak
baru pembangunan nasional yang berorientasi ke laut karena mengandung
komitmen bahwa: Pertama, Visi pembangunan dan persatuan nasional
Indonesia harus juga berorientasi ke laut dan kedua, semua jajaran
pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk
pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tumbuh
kesadaran bahwa potensi dan kekayaan yang ada di laut merupakan
sumber ekonomi utama negara. Laut adalah kehidupan masa depan
bangsa.
Atas
pemikiran
ini,
maka
Presiden
Abdurrahman
Wahid
membentuk kementerian baru yakni Departemen Eksplorasi Laut dengan
Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999. Dalam
perjalanannya, namanya berubah-ubah dan akhirnya saat ini menjadi
Kementerian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan Presiden No. 47
tahun 2009. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid juga
dibentuk
Dewan
Maritim
Indonesia
(DMI)
yang
bertugas
untuk
mengkoordinasikan dan mensinergikan program pembangunan kelautan di
Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 2001, tepatnya tanggal 27 Desember 2001,
bertempat di Pelabuhan Rakyat Sunda Kelapa Jakarta, Presiden RI Megawati
Sukarnoputri telah mencanang- kan “Seruan Sunda Kelapa”. Seruan
tersebut
mengajak
membangun
seluruh
kekuatan
bangsa
Indonesia
maritim/kelautan,
untuk
dengan
bersama-sama
berlandaskan
pada
kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia hidup di negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan alam laut yang kaya akan berbagai sumberdaya
alam. Pada Seruan Sunda Kelapa menyatakan meliputi 5 pilar program
pembangunan kelautan, yaitu:
1.
Membangun kembali wawasan bahari,
2.
Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut,
3.
Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari
bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat,
4.
Mengelola kawasan pesisir, laut dan pulau kecil, dan
5.
Mengembangkan hukum nasional di bidang maritim.
Dengan
lahirnya
Seruan
Sunda
Kelapa
diharapkan
menimbulkan
kesadaran dan mengarahkan kembali bangsa Indonesia ke wawasan bahari.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
20
Dengan demikian, Seruan Sunda Kelapa merupakan paradigma nasional
untuk membangkitkan ekonomi kelautan nasional untuk memberi kontribusi
nyata bagi pertumbuhan perekonomian nasional, membangkitkan kembali
kekuatan armada niaga nasional, mempercepat penggapaian masa depan
bangsa, dan sekaligus memperkuat tali kehidupan bangsa.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
21
Dan kebijakan nasional selanjutnya yang terkait dengan bidang
kelautan, yakni pada masa pemerintahan Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono, adalah mengganti nomenklatur Dewan Maritim Indonesia (DMI)
menjadi Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) melalui Keputusan Presiden
(Keppres) No. 21 Tahun 2007, ditetapkan Undang-undang No.17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun
2005–2025 yang memuat pembangunan bidang kelautan, dan
menyelenggarakan Konferensi
Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) di Manado pada bulan
Mei 2009.
Dalam
Undang-undang
No.
17
Tahun
2007
disebutkan
bahwa
berdasarkan kondisi bangsa Indonesia, tantangan yang akan dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah:
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR
Kemudian, untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut
ditempuh melalui
8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Dari 8 misi yang diemban tersebut, terdapat satu misi yang terkait
langsung dengan pembangunan kelautan nasional, yakni: “Mewujudkan
Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
22
dan berbasiskan kepentingan nasional”. Pencapaian sasaran pokok
misi ini ditandai oleh hal-hal berikut:
1) Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua
pulau dan kepulauan Indonesia.
2) Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan
yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
23
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset,
dan hal-hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.
4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
Kemudian, pilar strategi pembangunan nasional yang digunakan untuk
mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
No. 17 Tahun 2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan dengan
semangat yang pro-poor, pro-growth, projob dan pro-environment (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Pilar Strategi Pembangunan Nasional
Dengan demikian, pembangunan nasional bidang kelautan pada masa
yang akan datang juga diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan
berdasarkan pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumberdaya manusia dan kelembagaan, politik,
ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan
teknologi. RPJP Nasional 2005 - 2025 juga memberikan arah pembangunan
kelautan nasional selama kurun waktu 20 tahun mendatang, yakni
sebagai berikut:
1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, antara lain, melalui
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
24
(a) pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan yang dapat
diwujudkan melalui semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (b)
melestarikan nilai-nilai budaya serta
201
2
Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru
25
wawasan bahari serta merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di
bidang kelautan; dan (c) melindungi dan mensosialisasikan peninggalan
budaya bawah air melalui usaha preservasi, restorasi, dan konservasi.
2) Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia
di
bidang
kelautan
y