Strategi Mix dalam Digital Political Mar

Strategi Mix dalam Digital Political Marketing Partai Politik Di Indonesia
(Analisis Isi Fanpage Facebook Partai Gerindra, Partai Solidaritas Indonesia, dan
Partai Persatuan Indonesia Selama Bulan April)
Frenda Yentin Madiana
Communication Science
State Islamic University Sunan Kalijaga
yentinfrendha@gmail.com
A.

Pendahuluan
Teknologi mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat
dari tahun ketahun. Teknologi baru diciptakan untuk mempermudah
kehidupan manusia, salah satunya adalah internet. Sebuah teknologi yang
menghilangkan batas-batas yang dimiliki oleh manusia, khususnya batas
untuk

berkomunikasi.

Keberadaannya

menjadikan


manusia

bebas

berkomunikasi dengan manusia lainnya, menciptakan relasi baru, berbisnis
bersama, dan hubungan-hubungan lainnya. Tak hanya itu internet juga
mempermudah manusia dalam mendapatkan informasi dari segala penjuru
dunia. Tak ada lagi sekat yang memisahkan antara satu negara dengan negara
lainnya dalam era ini. Masalah keterbatasan ruang dan waktu sekarang tidak
lagi menjadi masalah yang besar bagi manusia, masyarakat telah hidup dalam
satu global village yang saling terhubung.
Masyarakat yang hidup dalam global village ini disebut sebagai
masyarakat global. Masyarakat ini dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya salah satunya karena faktor diciptakannya media sosial. Di Indonesia
sendiri jumlah pemakai internet telah mencapai angka 87,14 juta pengguna
dan akan terus bertambah setiap tahunnya, yang mana 91 % dari pengguna
internet

tersebut


juga

menggunakan

social

media.

http://roketkan.com di akses 19 Februari 2016, 19.00 WIB)

(sumber:

Sejak kemunculannya yang pertama kali pada tahun 1969 dan tumbuh
pesatnya pada tahun 1960 internet telah memberikan banyak manfaat dan
kemudahan, baik di bidang militer, pemerintahan, maupun industri. Internet
sendiri merupakan kepanjangan dari interconnection networking yang dapat
diartikan sebagai suatu jaringan komputer global yang terbentuk dari jaringanjaringan komputer lokal dan regional, dan memungkinkan komunikasi data
antar komputer-komputer yang terhubung ke jaringan tersebut. Internet sendiri
adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu seperti

komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006 : 135).
Keberadaan internet secara tidak langsung berpengaruh terhadap
semua kegiatan manusia, termasuk kegiatan partai politik. Hal ini dibuktikan
dengan munculnya Hasil penelitian Institute for Transformation Studies
(Intrans) yang menunjukkan adanya dua partai politik yang paling
berpengaruh di media sosial Indonesia, yaitu partai Gerindra dan PSI (Partai
Solidaritas Indonesia). Selain itu, hasil penelitian Institute for Transformation
Studies (Intrans) juga menunjukkan bahwa Perindo (partai Persatuan
Indonesia) memiliki posisi tertinggi dalam aktivitas di media sosial, yaitu
2.590 kali (kesbangpol.kemendagri.go.id diakses 4 April 2016).
Salah satu tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh partai politik
termasuk Partai Gerindra, PSI, dan Perindo dalam media sosial adalah untuk
mendapatkan

dukungan

legitimasi

dari


masyarakat

sehingga

dapat

berpartisipasi dalam pemilihan umum. Ini dikarenakan partai-partai politik
Indonesia dihadapkan dengan persoalan untuk memperkenalkan dirinya
dihadapan masyarakat sebagai partai politik dan upaya dalam mendapatkan
dukugan legitimasi politik dari masyarakat. Mengingat syarat suatu partai
lolos verifikasi sebagai sebuah partai yang layak mengikuti pemilihan umum
salah satunya adalah jumlah anggota dan wilayah penyebaran. UU No 2
Tahun 2012 menyatakan bahwa Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh
paling sedikit 30 (tiga puluh) warga negara Indonesia yang telah berusia 21

(dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi dan
didaftarkan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang
mewakili seluruh pendiri partai politik dengan akta notaris yang memuat
anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan kepengurusan pusat partai politik,
pendiri dan pengurus partai politik menyertakan 30% (tiga puluh perseratus)

keterwakilan perempuan. Kepengurusan pada setiap provinsi juga menjadi
syarat agar suatu partai politik dapat maju dalam pemilihan umum, yaitu
paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah kabupaten/kota
pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima

puluh

perseratus) dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan
yang dibuktikan dengan daftar kepengurusan partai politik.
Menjadi tugas besar dan berat bagi partai-partai politik di Indonesia
untuk mendapat tempat di masyarakat dan diterima oleh masyarakat.
Menanamkan citranya sebagai partai politik sehingga masyarakat bersedia
menjadi anggotanya. Mempublikasikan dan mensosialisasikan nilai-nilai
partai menjadi sangat penting dalam menarik perhatian masyarakat. Partai
politik baru harus memiliki ciri khas dan pembeda dengan partai politik yang
sudah ada sebagai identitas dari partai politik baru tersebut. Karasteristik ini
dapat berupa visi, misi, simbol, tagline, serta anggota atau kader.
Untuk mencapai tujuan tersebut tak jarang partai politik melakukan
kegiatan political marketing. Pada dasarnya political marketing sendiri
merupakan metode atau cara yang didasarkan pada konsep-konsep umum

pemasaran untuk diterapkan dalam dunia politik, tanpa meninggalkan
substansi dari dunia politik itu sendiri (Sugiono, 2013:72). Namun
kemunculan internet sebagai perkembangan dari teknologi yang ada pasti
berpengaruh pada kegiatan political marketing, terutama pemakaian internet
sebagai medianya. Pemakaian internet dalam kegiatan political marketing
dapat disebut sebagai digital political marketing, dimana partai politik

dianggap sebagai suatu barang yang dipromosikan melalui internet untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Digital political marketing memiliki kelebihan tersendiri yaitu, biaya
yang lebih murah dan menawarkan komunikasi dua arah antara organisasi
atau perusahaan dengan publiknya. Kelebihan komunikasi dua arah ini
mengakibatkan semua program dan kegiatan yang berhubungan dengan
publik akan dengan mudah tersampaikan karena sifat hubungannya lebih
personal. Perusahaan akan dengan mudah menjangkau publiknya dan
sebaliknya. Sebuah keuntungan yang tidak ditawarakan oleh media
konvensional.
Hasil penelitian Institute for Transformation Studies (Intrans)
menunjukkan adanya dua partai politik yang paling berpengaruh di media
sosial Indonesia, yaitu partai Gerindra dan PSI (Partai Solidaritas Indonesia)

(Kompas, 30/3/2016). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Perindo (partai Persatuan Indonesia) memiliki posisi tertinggi dalam aktivitas
di medsos, yaitu 2.590 kali (kesbangpol.kemendagri.go.id). Melihat tingkat
pengaruh dan aktivitas yang tinggi diketiga partai tersebut, lantas bagaimana
dengan tingkat digital political marketing yang dilakukan partai politik
tersebut. Berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh intrans, peneliti
ingin mengetahui apakah partai-partai politik yang paling berpengaruh dan
memiliki aktivitas tertinggi di media sosial juga melakukan kegiatan political
marketing untuk mendapatkan dukungan legitimasi masyarakat. Dalam model
proses political marketing yang dikembangkan oleh Niffenegger dalam Wring
(1996),

proses

political

marketing

terdiri


dari

4

bagian

yaitu

partai/kandidat/organisasi, lingkungan, strategi mix, dan market. Namun,
dalam penulisan kali ini penulis menekankan pada strategi mix (marketing
mix) yang digunakan partai politik Indonesia dalam digital political
marketing. Strategi mix (marketing mix) ini terdiri dari empat bagian yaitu,
product, promotion, place, dan price.

Untuk mengetahui hal tersebut, penulis menggunakan metode analisis
isi dalam menganalisis konten-konten yang terdapat dalam media sosial yang
digunakan oleh ketiga partai yang disebutkan oleh hasil penelitian Intrans
(Partai Gerindra, PSI, dan Perindo). Analisis isi sendiri merupakan metode
ilmiah untuk mempelajari dan menarik simpulan atas fenomeana dengan
menafaatkan dokumen (teks). Pengguanaan analisis isi dalam menganalisis

fanpage facebook dari ketiga partai politik ini memungkinkan penulis untuk
mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi sehingga
penulis dapat menyimpulkan apakah partai politik tersebut juga melakukan
digital political marketing, seberapa besar kegiatan tersebut dilakukan, serta
perbedaan strategi mix marketing dalam kegiatan digital political marketing.
Penelitian ini dilakukan di fanpage facebook partai Gerindra, PSI, dan
B.

Perindo, periode tahun 2015 (13 Maret-14 April).
Pembahasan
Digital political marketing terdiri dari dua kata, yaitu digital dan
political marketing. Digital biasa diartikan sebagai sistem yang digunakan
dalam komputer atau internet, sedangkan political marketing menurut
Soegiono (2013), merupakan metode atau cara yang didasarkan pada konsepkonsep umum pemasaran untuk diterapkan dalam dunia politik, tanpa
meninggalkan substansi dari dunia politik itu sendiri (Sugiono, 2013:72).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa digital political marketing adalah konsepkonsep political marketing yang menggunakan internet sebagai medianya.
Konsep-konsep dalam digital political marketing ini sama seperti konsepkonsep yang ada dalam political marketing, hal ini dikarenakan yang berbeda
hanyalah media yang digunakan untuk memasarkan.
Niffenegger dalam wring (dalam Sugiono, 2013: 72) mengembangkan
model proses political marketing yang terdiri dari empat bagian, yaitu

partai/kandidat/organisasi, lingkungan, strategi mix, dan market. Namun, pada
penelitian kali ini peneliti hanya berfokus pada strategi mix yang digunakan
oleh partai politik dalam digital political marketing. Hal ini dikarenakan

strategi yang digunakan oleh partai-partai politik memiliki perbedaan dan
keunggulan masing-masing sesuai apa yang menjadi tujuan, viisi dan misi
parrai tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Gambar 1
Conceptualising Political Marketing: A FrameWork for Election-Campaign
Analysis

Sumber: Niffenegger (1990) dalam Wring, 2002 (dalam, Sugiono,2013:80)

Strategi mix (marketing mix) terdiri dari empat konsep utama yang
biasa disebut dengan 4p (product, promotion, price, dan place). Product
dalam political marketing diartikan sebagai product yang ditawarkan oleh
partai politik dan biasanya berupa kebijakan-kebijakan partai politik.
O’saughnessy dalam Firmanzah (2007) menjelaskan beberapa karakteristik
dari produk politik yaitu, partai politik menjual produk yang tidak nyata
(intangible product), sangat terkait dengan sistem nilai (value laden), di

dalamnya melekat janji dan harapan akan masa depan, terdapat visi yang
bersifat atraktif, kepuasan yang dijanjikan tidaklah segera dicapai, tapi

hasilnya lebih bisa dinikmati dalam jangka panjang, tidak pasti dan dapat
ditafsirkan macam-macam.
Niffenegger (dalam Firmanzah, 2012: 200) membagi produk politik
dalam tiga kategori, (1) party flatform (platform partai), (2) past record
(catatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau), dan (3) personal
characteristic (ciri pribadi). Produk utama dari sebuah institusi politik adalah
platform partai yang berisikan konsep, identitas ideologi, dan program kerja
sebuah institusi. Selain itu, apa yang telah dilakukan partai politik di masa lalu
berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. Akhirnya,
karakteristik atau ciri seorang pemimpin atau kandidat memberikan citra,
simbol, dan kredibilitas sebuah produk poitik (political product).
Promotion juga merupakan hal yang penting dalam dunia political
mareketing. Banyak partai politik yang hanya terjebak pada masa-masa
menjelang kampanye. Padahal menjaga promosi secara konsisten akan
membuat masyarakat lebih awareness dengan partai tersebut. Sedangkan,
price atau harga dalam political marketing terdiri dari tiga komponen, yaitu
harga ekonomi, psikologi, dan image nasional. Harga ekonomi mengacu pada
biaya yang harus dilakukan atau dikeluarkan oleh partai politik dalam
kegiatan political marketingnya. Sedangkan, harga psikologi mengacu pada
harga presepsi psikologis, dan harga image nasional berkaitan dengan apakah
kandidat yang diusung partai dapat menjadikan citra positif suatu bangsa
negara dan bisa menjadai kebanggan nasional atau tidak.
Bagian terakhir dalam konsep marketing ini adalah Place atau tempat.
Place atau tempat berkaitan dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi
politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pemilih atau calon
pemilih. Kemampuan berkomunikasi ini sangat mempengaruhi hubungan
antara partai politik dengan masyarakat.

Analisis isi yang dilakukan oleh peneliti memperlihatkan bahwa
frekuensi pengunggahan konten yang dilakukan oleh Partai Gerindra, Partai
Solidaritas Indonesia, dan Partai Persatuan Indonesia dalam fanpage facebook
selama satu bulan (14 Maret-13 April) berbeda-beda. Adapaun tabel frekuensi
pengunggahan konten oleh Partai Gerindra, Partai Solidaritas Indonesia, dan
Partai Persatuan Indonesia dalam fanpage facebook adalah sebagai berikut :
Frekuensi unggahan konten partai politik di Facebook (14 Maret-13April 2016)
Partai Gerindra
No

Tanggal

Partai Solidaitas
Indonesia (PSI)

Partai Pertsatuan
Indonesia (Perindo)

Frekuensi

Presentase

Frekuensi

Presentase

Frekuensi

Presentase

1

Senin, 14 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

3

1,28%

2

Selasa, 15 Maret 2016

2

4,17%

4

9,52%

5

2,13%

3

Rabu, 16 Maret 2016

2

4,17%

3

7,14%

12

5,11%

4

Kamis, 17 maret 2016

2

4,17%

5

11,90%

11

4,68%

5

Jumat, 18 Maret 2016

2

4,17%

2

4,76%

5

2,13%

6

Sabtu, 19 Maret 2016

1

2,08%

0

0%

3

1,28%

7

Minggu, 20 Maret 2016

0

0%

0

0%

1

0,43%

8

Senin, 21 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

8

3,40%

9

Selasa, 22 Maret 2016

1

2,08%

2

4,76%

25

10,64%

10

Rabu, 23 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

24

10,21%

11

Kamis, 24 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

5

2,13%

12

Jumat, 25 Maret 2016

1

2,08%

2

4,76%

0

0%

13

Sabtu, 26 Maret 2016

1

2,08%

1

2,38%

1

0,43%

14

Minggu, 27 Maret 2016

1

2,08%

0

0%

0

0%

15

Senin, 28 Maret 2016

2

4,17%

0

0%

4

1,70%

16

Selasa, 29 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

9

3,83%

17

Rabu, 30 Maret 2016

2

4,17%

1

2,38%

2

0,85%

18

Kamis, 31 Maret 2016

2

4,17%

2

4,76%

4

1,70%

19

Jumat, 1 April 2016

1

2,08%

6

14,29%

16

6,81%

20

Sabtu, 2 Apri 2016

0

0%

0

0%

3

1,28%

21

Minggu, 3 April 2016

0

0%

3

7,14%

3

1,28%

22

Senin, 4 April 2016

2

4,17%

3

7,14%

2

0,85%

23

Selasa, 5 April 2016

2

4,17%

1

2,38%

5

2,13%

24

Rabu, 6 April 2016

2

4,17%

0

0%

11

4,68%

25

Kamis, 7 April 2016

2

4,17%

0

0%

4

1,70%

26

Jumat, 8 April 2016

3

6,25%

0

0%

9

3,83%

27

Sabtu, 9 April 2016

1

2,08%

0

0%

7

2,98%

28

Minggu, 10 April 2016

0

0%

0

0%

6

2,55%

29

Senin, 11 April 2016

2

4,17%

1

2,38%

16

6,81%

30

Selasa, 12 April 2016

2

4,17%

0

0%

14

5,96%

31

Rabu, 13 April 2016

2

4,17%

1

2,38%

17

7,23%

48

100

42

100

235

100

Sumber : Olahan Peneliti
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa partai persatuan Indonesia
memiliki aktivitas tertinggi dalam dunia maya khususnya fanpage facebook
selama 13 Maret-14 April 2016 dengan jumlah unggahan sebesar 235
unggahan. Sedangkan Partai Gerindra dan PSI berada di bawahnya dengan
masing-masing unggahan sebanyak 48 unggahan dan 42 unggahan. Tabel
frekuensi ini juga menunjukka bagaimana pola pengunggahan yang dilakukan
oleh ketiga partai, partai Gerindra sudah memiliki pola pengunggahan di
fanpage facebook, dengan rata-rata 2 unggahan setiap harinya dan tidak ada
unggahan pada hari sabtu mingu. Sedangkan, PSI dan Perindo belum memiliki
pola yang jelas dalam pengunggahannya, jumlah bahan yang diunggah setiap
harinya berbeda, ada yang tinggi ada yang rendah..

Sementara itu, untuk unggahan yang termasuk dalam marketing yang
memuat unsur Product, promotion, price, dan place terlihat seperti tabel
dibawah ini :

Presentase Unggahan berkontent marketing dalam fanpage facebook Partai
Gerindra, PSI dan Perindo
Bentuk
Foto
Status
Video
Tautan
Total

Partai Gerindra
45
0
0
0
45

PSI
6
2
9
16
33

Perindo
179
0
1
0
180

Sumber: Olahan Peneliti
Presentase unggahan berkonten marketing yang diunggah oleh partai
gerindra, PSI, dan Perindo ini menunjukkan bahwa pemasaran (marketing)
paling banyak dilakukan oleh Perindo dengan jumlah unggahan berkontent
marketing (product, promotion, price, dan place) sebanyak 180 kontent,
disusul Partai Gerindra 45 kontent dan PSI 33 kontent. Dari tabel di atas juga
dapat dilihat bentuk promotion yang paling banyak dilakukan oleh partai
politik adalah menggunakan foto. Partai Gerindra sebanyak 45 foto, PSI 6
foto, dan Perindo 176 foto. Namun, dalam hal ini terdapat pengecualian
dimana PSI lebih banyak menggunakan tautan dan video dibanding foto
sebagai bentuk promosinya, terdapat sebanyak 16 tautan dan 9 video. Bentuk
promotion dalam bentuk status kurang diminati dalam bentuk pemasaran
digital marketing ini, bahkan tidak digunakan sama sekali. Ini terlihat dari

jumlah status yang hanya digunakan sebanyak 2 kali oleh PSI, sementara itu
Gerindra dan Perindo tidak menggunakannya sama sekali. Pemilihan bentuk
promosi yang digunakan oleh partai politik dalam political digital marketing
ini berakaitan dengan pemilihan media yang digunakan. Bentuk status dalam
kegiatan political digital marketing dianggap tidak cocok oleh ketiga partai
ini.
Sementara itu, ketiga partai politik ini juga memiliki produk yang berbedabeda dalam pemasaran yang dilakukan. Kebanyakan menggunakan program kerja
sebagai produk yang ditawarkan kepada publik. Partai Gerindra menawarkan
produknya dalam bentuk program kerja sebanyak 97,78 %, PSI 84,85 %, dan Perindo
100%, seperti yang ditampilkan oleh tabel berikut.
Frekuesi Konten Product dalam Political Digital Marekting Partai Gerindra, Psi, dan
Perindo

Program kerja
Kebijakan
Total

Gerindra
Jumlah
Presentase
44
97,78%
1
3, 22 %
45
100%

PSI
Jumlah Presentase
28
84,85%
5
5,15%
33
100%

Perindo
Jumlah Presentase
180
100%
0
0
180
100%

Partai Gerindra menawarkan program kerja berkenaan dengan
program belajar sejarah, kritikan terhadap pemerintah, ajakan aksi nyata, kata
prabowo dan Gerindra bergerak. Sementara itu produk yang ditawarkan oleh
PSI adalah, kopdar (sebutan untuk rapat dalam PSI), keterwakilan perempuan,
perang kampanye manupulatif, Go Ahok, dan perhatian PSI terhadap
lingkungan sekitar (petisi pencabutan nobel dari Aung San Suu Kyi). Perindo
100 % produknyaberkenaan dengan program kerja meliputi Pelantikan DPC,
Kegiatan LKD dan TOT, Rapat Persiapan Muskerwil, Kata Politik, Pemuda
Perindo, Ambulance Perindo, Tanah Airku, UMKM Perindo, Sejarah Perindo,
Perindo Update, dan program kerja untuk Indonesia Sejahtera. Program-

program kerja yang ditawarkan pada produk partai politik tersebut dikemas
dengan menggunakan hastag (#).
Sementara itu, konten kebijakan tidak banyak digunakan dalam hal ini
dan memiliki presentase yang kecil. Gerindra hanya menggunakannya
sebanyak 1 kali, PSI 5 kali, dan Perindo tidak menggunakannya sama sekali.
Unsur ketiga dalam konsep pemasaran adalah price (harga), dimana
harga ini berkaitan dengan tiga komponen yaitu harga ekonomi, psikologis,
dan harga image nasional. Namun, dalam penulisan ini dibatasi pada harga
psikologis dan harga image nasional. Ini dikarenakan harga ekonomi tidak
berkaitan dengan political digital marketing di fanpage facebook, mengingat
tidak ada harga dalam bentuk rupiah dalam menawarkan produknya dan
penulis tidak mencari berapa rupiah yang harus dikeluarkan oleh pertai politik
dalam melakukan digital poltical marketing. Dalam hal ini harga psikologis
mengacu pada harga presepsi psikologis meliputi agama, pendidikan,
pekerjaan, lingkungan, sosial budaya, perekonomian, kesejahteraan, dan
kesehatan. Sedangkan, image nasional berkaitan dengan kandidat adalah halhal yang berkaitan dengan kandidat-kandidat yang diunggah oleh partai
politik.
Frekuensi Unggahan kontent berdasarkan price pikologis
Price Kontent
Price Psikologis
Agama
Lingkungan
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial Budaya
Kesejahteraan
Kesehatan
Perekonomian

Gerindra
Jumlah Presentase

Jumlah

PSI
Presentase

Perindo
Jumlah Presentase

0

0%

3

17,65%

1

1%

5

11,11%

0

0%

0

0%

4

8,89%

0

0%

33

38%

4

8,89%

0

0%

2

2%

4

8,89%

3

17,65%

6

7%

12

26,67%

0

0%

5

6%

8

17,78%

0

0%

20

23%

8

17,78%

0

0%

10

11%

Perempuan
Laki-laki
Pemuda
frekuensi
unggahan

0

0%

6

35,29%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

5

29,41%

10

11%

17

100 %

87

100%

45

Sumber: Olahan Penulis
Dari hasil analisis isi yang dilakukan peneliti terhadap fanpage
facebook dapat disimpulkan bahawa kontent yang diunggah gerindra lebih
menyangkut masalah kesejahteraan dengan presentase 26,67%, sedangkan
PSI kontentnya lebih kepada perempuan dengan presentase 15,15%, dan
Perindo lebih menyoal pada lingkungan dengan presentase 18% yang
berfokus menyoal masalah wisata di Indonesia.
Frekuensi Unggahan kontent berdasarkan price citra nasional

Price Kontent
Price Citra
Nasional
Kandidat
Total

Gerindra
Jumlah Presentase

PSI
Jumlah Presentase

Perindo
Jumlah Presentase

24

53,33%

26

78,79%

93

51,67%

45

100%

33

100%

180

100%

Sumber: Olahan Penulis
Frekuensi unggahan kontent berdasarkan price citra nasional erat
hubungannya dengan kandidat yang ada dalam suatu partai politik. Price citra
nasional sendiri bertujuan untuk menaikkan harga dari kandidat yang diusung
oleh partai politik. Dari hasil olahan peneliti dapat disimpulkan bahwa Partai
Gerindra memasarkan kandidatnya sebanyak 53,33% dengan kandidat yang
dipasarkan adalah Prabowo Sugianto sebanyak 5 kali, Gus Irawan Pararibu,
Wilgo Zainar, Hery Gunawan, Fery Djami F, Abdul Wahib, Moreno Suprapto,

Ahmad Mizam sebanyak 2 kali,, Harry Poernomo, H. Moh Nizar Z, Ir.
Bambang Haryo S, Azikin Sothan, Ipong Madill, Moekhlas Sidik sebanyak 2
kali, Robeth Row sebanyak 2 kali, Andi Nawir sebanyak 2 kali, Hashim
Djojohadikusuma. Sementara itu, PSI memasarkan kandidatnya sebanyak
78.79% dengan kandidat terbesar yang dipasarkan adalah Ahok (Basuki
Tjahyo P) dan Grace Natalie di ikuti Raja Juli Anton dan Isyana Bagoes Oka.
Perindo memasarkan kandidatnya sebanyak 51,67 % dengan kandidat
terbesar Hary Tanoe sebesar 90 unggahan, serta 3 angka selebihnya adalah
Ahmad Rofiq, Zhadinata, Daniel I. Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan
bahwa ketiga partai politik ini memasarkan kandidatnya dengan presentase di
atas 50%.
Unsur keempat dalam konsep pemasaran adalah

place, yaitu

bagimana suatu partai politik menempatkan dirinya dalam target yang
ditujunya. Dalam penelitian ini peneliti membagi target sasaran dari unggahan
partai politik menjadi tiga, yaitu pemerintah, masyarakat, dan kader. Adapun
hasilnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Frekuensi sasaran dari kontent yang diunggah

Sasaran Target
Masyarakat
Pemerintah
Kader
Total

Gerindra
Jumla
Presentase
h
22
48,89%
19
42,22%
4
8,89%
45
100%

PSI

Perindo

Jumlah

Presentase

Jumlah

Presentase

19
12
2
33

57,58%
36,36%
6,06%
100%

152
26
2
180

84,44%
14,44%
1,11%
100%

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis dapat
disimpulkan bahwa ketiga partai kebanyakan menempatkan masyarakat
sebagai sasaran dari unggahan yang diunggah olehnya.
C.

Kesimpulan
Analisis isi yang telah dilakukan oleh penulis memperlihatkan bahwa
antar satu partai dengan partai yang lain memiliki perbedaan dalam strategi

mix yang diigunakan dalam kegiatan digital political marketing. Mulai dari
produk, dimana Partai Gerindra lebih pada program kerja berkenaan dengan
program belajar sejarah, kritikan terhadap pemerintah, ajakan aksi nyata, kata
prabowo dan Gerindra bergerak. Sementara itu produk yang ditawarkan oleh
PSI adalah, kopdar (sebutan untuk rapat dalam PSI), keterwakilan perempuan,
perang kampanye manupulatif, Go Ahok, dan perhatian PSI terhadap
lingkungan sekitar (petisi pencabutan nobel dari Aung San Suu Kyi). Perindo
100 % produknyaberkenaan dengan program kerja meliputi Pelantikan DPC,
Kegiatan LKD dan TOT, Rapat Persiapan Muskerwil, Kata Politik, Pemuda
Perindo, Ambulance Perindo, Tanah Airku, UMKM Perindo, Sejarah Perindo,
Perindo Update, dan program kerja untuk Indonesia Sejahtera. Programprogram kerja yang ditawarkan pada produk partai politik tersebut dikemas
dengan menggunakan hastag (#).

Sementara itu, untuk konten yang

berhubungan dengan kebijakan kurang diminati oleh ketiga partai politik.
Kemudian, dalam pemilihan bentuk promosi yang digunakan oleh
partai politik pada kegiatan political digital marketing ini berakaitan dengan
pemilihan media yang digunakan, ketiga partai mayoritas menggunakan foto
sebagai media penyampai pesannya. Namun, disini PSI juga menggunakan
tautan sebagai media yang lainnya.
Sementara itu dalam konsep marketing mix yang keempat yaitu price
yang terdiri dari price psikologi dan price image nasional. Dari hasil analisis
isi price psikologi yang dilakukan penulis terhadap fanpage facebook dapat
disimpulkan bahawa kontent yang diunggah gerindra lebih menyangkut
masalah kesejahteraan dengan presentase 26,67%, sedangkan PSI kontennya
lebih kepada perempuan dengan presentase 15,15%, dan Perindo lebih
menyoal pada lingkungan dengan presentase 18% yang berfokus menyoal
masalah wisata di Indonesia. Sedangkan dalam price nasional ketiga partai
menaikkan image dari kandidat yang ada lebih dari 50%.
Unsur terakhir dalam konsep strategi mix adalah place, dari hasil
analisi isi penulis terhadap target sasaran yang ada ketiga partai yang diteliti

menempatkan masyarakat sebagai sasaran dari unggahan yang diunggah oleh
partai tersebut.
Daftar Pustaka
Buku
Eriyanto.2011. Analisis Isi : Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Yayasan Obor Indonesia
Sugiono, Arif. 2013. Strategic Political Markketing. Yogyakarta.: Penerbit
Ombak
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran
Penyesuaian Partai Politik Berbadan Hukum Dan Partai Politik Baru
Menjadi Badan Hukum. Jakarta
Jurnal
Wrings, D.1996. Political Marketing and Party develoment in Britain:
A”Secret” History”. Europan Journal Of Marketing. Vol 30.
No.10/11.P.100-111.
Internet
http://roketkan.com di akses 19 Februari 2016, 19.00 WIB
www.kesbangpol.kemendagri.go.id diakses 4 April 2016
www.Kompas.com/30/3/2016 diakses 1 April 2016