ANALISIS PENGELOAAN DAN PEMANFAATAN AIR

ANALISIS PENGELOAAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH
KARENA PENURUNAN PERMUKAAN TANAH AKIBAT EKSPOITASI
AIR BAWAH TANAH DI KOTA SEMARANG
Dwi Wisnu Kurniawan
Email: dwiwisnukurn@students.unnes.ac.id
Abstract
Permasalahan lingkungan terkait pemanfaatan sumber daya secara besar-besaran dan masif sangat
memprihatinkan pada kondisi saat ini. Gejala-gejala yang sudah nampak seharusnya menjadi rambu
peringatan terhadap semua pihak untuk lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. Gejala-gejala
lingkungan yang timbul jika diabaikan dapat berujung pada malapetaka dan mendatangkan bencana.
Permasalahan lingkungan terkait penurunan permukaan tanah akibat eksploitasi terhadap air bawah
tanah dapat menimbulkan bencana pada masa sekarang dan masa mendatang. Ekspolitasi air bawah
tanah selain berdampak pada persediaan air bersih yang berkurang, juga terjadi penurunan permukaan
tanah akibat kosongnya rongga-rongga tanah yang seharusnya terisi air, hal ini akan menjadikan
permukaan tanah-tanah turun dengan ditandai retakan-retakan atau langsung terjadi amblas yang
menimbulkan lubang dan bahkan yang membahayakan sampai terjadi bencana longsor jika terjadi di
daerah perbukitan. Zona merah di Kota Semarang tidak sepatutnya diabaikan untuk pemanfaatan air
bawah tanah, sebab zona merah merupakan area berbahaya dilakukannya pengeboran sumur untuk
pengambilan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari atau pada tingkat industri, yang
dapat sampai pada tingkat ekploitasi. Zona merah harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait
dengan pemanfaatan air bawah tanah. Perlu adanya perhatian terhadap kondisi lingkungan saat ini dari

semua pihak baik pemerintah, masyarakat, ataupun pihak swasta khususnya dalam hal pemanfaatan air
bawah tanah secara bijak. Perlu ditumbuhkan kesadaran kepada semua pihak bahwa alam yang
dititipkan oleh Tuhan kepada manusia di muka bumi ini harus dimanfaatkan dengan baik dan
diwariskan kekayaan alamnya kepada generasi mendatang.
PENDAHULUAN
Penurunan permukaan tanah ialah pemerosotan secara bertahap atau anjloknya
permukaan tanah secara tiba-tiba seiring dengan pergerakan material bumi.1 Terjadinya
penurunan tanah dalam rentang waktu yang lama dan bertahap, dampak dari penurunan
tanah tidak dirasakan secara langsung tetapi dirasakan perlahan dengan adanya
perubahan/retakan pada permukaan tanah dan jika sudah kritis dapat menimbulkan lubang
karena tanah yang anjlok.
Masalah terkait penggunaan air, di muat dalam Koran Suara Merdeka Kamis, 3
November 2016. Ditengah meningkatnya kebutuhan air, eksploitasi air bawah tanah(ABT)
sulit dicegah. Hal itu terjadi tidak hanya di Semarang, Indonesia saja, namun juga
negara-negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan India.
Pakar Hidrologi Nelwan mengatakan, langkah yang harus dilakukan saat ini yakni dengan
pengisian air bawah tanah. Pengisian ABT dapat dilakukan, misalnya dengan membuat sumur
yang dalam sampai ke tempat ABT di daerah Pudak Payung, Banyumanik. Lalu, sebagian air
sungai dialirkan ke sumur tersebut. Dengan begitu, ketersediaan air tanah akan terus terjaga.
Menurut Prof. Suripin, pakar pengelolaan sumber daya alam dari Universitas Diponegoro

(Undip) eksploitasi air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan turunnya permukaan tanah.
1

Pengertian menurut KBBI

Beberapa daerah sudah ditetapkan sebagai zona merah, karena mengalami penurunan tanah
yang tinggi.
Eksploitasi air bawah tanah sulit dikendalikan, bahkan akan terus bertambah seiring
dengan kebutuhan air yang terus menigkat. Berdasarkan data yang dimiliki Prof. Suripin
terdapat 1.500 lebih sumur bor dengan kedalaman 40-150 meter kapasitas air yang disedot 15
juta m3 pertahun. Sedangkan data dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Kota Semarang pada tahun 2015 penggunaan ABT mencapai 400 perusahaan,
berupa hotel, restoran, dan berbagai jenis usaha lain. Namun, dari jumlah itu yang aktif
melaporkan pajak atau terpantau hanya separuhnya.
Sementara Bappeda Kota Semarang menengarai terdapat lebih dari 500 titik dengan
pengambilan ABT sebesar 44.500 meter kubik perhari. Jika tidak dikendalikan, pengambilan
air yang terkesan ugal-ugalan tersebut akan semakin memperparah ketersediaan air baku
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas tentang pemanfaatan air bawah tanah, terdapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi stakeholder terkait pemanfaatan air?
2. Bagaimana kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air bawah tanah yang berkelanjutan?
PEMBAHASAN
Air adalah kebutuhan pokok mahluk hidup termasuk didalamnya manusia. Dalam
menjalankan kehidupan rumah tangga sehari-hari meupun kebutuhan proses industri sangat
memerlukan ketersediaan air bersih yang memadai.2
Air bawah tanah merupakan sumberdaya alam yang terbarukan (renewal natural resources)
danmemainkan peranan penting pada penyediaan pasokan kebutuhan air untuk berbagai
keprluan. Mengingat pernan air bawah tanah yang semakin vital, maka pemanfaatan air
bawah tanah harus berwawasan lingkungan.
Air bawah tanah sebagai salah satu sumberdaya air, sat ini telah menjadi permasalahan
nasional yang cukup kompleks sehingga mutlak dituntut perlunya la gkah-langkah nyata untuk
memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan akibat eksploitasi air bawah tanah yang tidak
terkendali
Pengelolaan air bawah tanah harus dilakukan secara bijaksana yang bertuumpu pada
aspek hukum, yakni peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang air bawah tanah,
serta aspek teknis yang menyangkut pengetahuan tentang air bawah tanah di suatu daerah.
Permintaan sumber daya air di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kebutuhan air
meningkat mengikuti jumlah pertambahan penduduk, taraf hidup dan perkembangan industri.
Peningkatan kebutuhan air bersih akan mengubah nilai dari sumber daya air tanah yang

sebelumnya barang bebas (free good) menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis (economic
good) dan diperdagangkan seperti komoditi lainnya. Peningkatan nilai sumber daya air di masa
mendatang diikuti dengan meningkatnya pembangunan pemukiman, bangunan pabrik,
perhotelan, industri makanan, minuman, dan industri lainnya yang membutuhkan air sebagai
bahan baku dan proses.
2
Deo Volentino, Kajian Pengawasan Pemanfaatan Sumberdaya Air Tanah di Kawasan Industri Kota Semarang, Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Vol 1 No. 3 Desember 2013, hlm 266

Berbicara tentang penyediaan kecukupan air bersih, pemerintah sudah memberikan
otoritas dan tanggung jawab kepada institusi PDAM, akan tetapi pada realitanya belum
mampu memenuhi secara memadai hingga saat ini. Keadaan tersebut memotivasi masyarakat
untuk mengambil air tanh dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, terutama
kebutuhan dunia indutri dalam jumlah yang besar.3
Menurut Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 disebutkan bahwa, penggunaan air
tanah untuk keperluan (termasuk keperluan industri) merupakan pilihan kedua, apabila air
permukaan sudah tidak mencukupi, dengan syarat tetap memperhatikan upaya konservasi
mencakup pencegahan kerusakan lingkungan.4
Data Bappeda Kota Semarang (2010) menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih perpipaan
bersumber dari 7 bangunan produksi dengan kapasitas total sebesar 1.853 lt/dt atau 58.436.208

m3. kebutuhan air di Kota Semarang pada tahun 1999 sebesar 48.407.307 m3, pada tahun
2005 total kebutuhan naik menjadi 68.568.239 m3. proyeksi kebutuhan air di Kota Semarang
menurut RTRW pada tahun 2030 mencapai 336 juta m3 (termasuk tingkat kebocoran PDAM
25%). jika kita lihat pada data PDAM tentang pemakaian air, maka total pemakaian yang
tercatat pada tahun 2008 adalah 34.277.257 m3, dimana 87% digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga.5
Terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan kegiatan perkotaan,
yaitu:6
a. Air hujan, yaitu air hasil kondensasi uap yang jatuh ke tanah
b. Air tanah, yaotu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil melalui sumur
buatan
c. Air permukaan, yaitu air sungai dan danau
d. Desalinasi air laut atau air payau/asin
e. Hasil pengolahan air buangan.
Dari kelima sumber air tersebut, air tanah dan air permukaan merupakan pilihan sumber
air yang utama dimanfaatkan. Hal ini disebabkan kedua sumber tersebut mudah di dapat,
jumlahnya besar dan secara kualitas relatif lebih baik.
Persepsi Stakeholder terhadap pemanfaatan air tanah
Dalam Jurnal Wilayah dan Lingkungan yang berjudul Kajian Pengawasan Pemanfaatan
Sumberdaya Air di kawasan Industri Kota Semarang, dilakukan penelitian di delapan kawasan

industri yang secara geografis terletak diatas cekungan air tanah Semarang-Demak sehingga
pemanfaatan dapat dilakukan dengan mudah. Jumlah sumur artesis di 8 kawasan industri
hanya ada 35 sumur bor yang terlaporkan dan dipergunakan oleh 139 jenis sektor usaha
dengan berbagai jenis produk. Penggunaan air tanah di Industri pada umunya adalah untuk
industri yang bergerak di sektor makanan, minuman, tekstil, laundry, bahan kimia,
pengoilahan ikan, plastik dan gudang buah. Jenis industri tersebut tergolong industri yang
memerlukan sediaan air bersih cukup banyak. Hal ini berdampak terhadap pemanfaatan air
tanah sebagai bahan baku utama atau bahan pembantu dalam proses produksi dengan
kapasistas cukup besar.7

3
4
5
6
7

Ibid
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Air Tanah
Deo Volentino, Opcit, hlm 267
Ibid,

Ibid

Sebagian besar pada 8 kawasan industri menggunakan air bawah tanah untuk bahan baku
utama atau bahan pembantu proses produksi dibandingkan menggunakan air dari PDAM.
Pihak industri menyatakan bahwa air dari PDAM tidak mencukupi dan air tanah lebih
murah/mudah didapat kemudian juga kuantitas, kualitas dan kontinuitas air tanah lebih
terjamin. Pihak industri sebagai pemakai terbesar sumber air tanah memiliki kewajiban utnuk
melakukan upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah. Tetapi hanya ada 2 kawasan dari
8 kawasan yang melakukan konservasi dan pendayagunaan air tanah dengan alasan belum ada
Peraturan Daerah yang mengaturnya.
Dinas yang melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan air tanah di Kota Semarang
adalah dinas PSDA Kota Semarang, bekerjasama dengan dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
selaku penerbit rekomendasi teknis. PSDA masih kurang aktif dakan proses monitoring upaya
konservasi dan pendayagunaan air tanah. PSDA hanya menunggu laporan penggunaan air
tanah dari pihak industri dan jarang mengecek langsung ke lokasi kawasan industri. Kondisi
tersebut menunjukkan kelemahan kontrolatau pengawasan terhadap upaya konservasi dan
pendayagunaan air tanah.8
Dinas Pengelolaan dan keuangan Pajak Daerah (DPKD) selaku penarik pajak bagi wajib
pajak pengguna air tanah berperan penting untuk menjaga peningkatan aktivitas pengambilan
air bawah tanah Kota Semarang. Kepemilikan surat izin pengeboran dan pengambilan air

tanah dapat diperoleh bilamana telah didahului oleh pembayaran pajak air tanah selama 3
bulan berturut-turut. Kepatuhan membayar pajak ini dapat dijadikan referensi dan
rekomendasi penerbitan surat izin pengambilan air tanah (SIPA). Dibandingkan dengan hasil
survei ke 8 kawasan industri di Kota Semarang, terdata sebanyak 139 unit industri yang telah
beroperasi, baik kecil maupun besar. Sedangkan toital wajib pajak bagi industri kecil dan besar
yang sudah terdaftar baru 40 unit industri. Artinya, baru sepertiga dari selurub industri yang
beroperasi yang terindikasi sudah memperoleh izin pengambilan air tanah.9
KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH YANG BERKELANJUTAN
Recharge area adalah daerah yang menyediakan sarana utama untuk pengisian air tanah,
recharger area alami yang baik adalah daerah dimana air permukaan mampu meresap menjadi
air tanah. Jika daerah resapan berhenti berfungsi dengan baik, mngkin tidak ada air tanah yang
cukup untuk disimpan dan digunakan. Perlindungan daerah resapan memerlukan sejumlah
tindakan berdasarkan pada dua tujuan utama. Tujuan tersebut adalah (1) memastikan bahwa
lahan yang sesuai untuk recharger area harus terus dipertahankan dan tidak diubah menjadi
insfrastruktur perkotaan seperti bangunan dan jalan, dan (2) mencegah polutan memasuki air
tanah.10
Stategi pengelolaan pemanfaatan air tanah dilakukan melalui beberapa tahapan yang antara
lain melalui perizinan, pengawasan, pengendalian dan konservasi air tanah.11
Perizinan
Kegiatan pengeboran mata air dan pengambilan air tanah dapat dilakukan setelah proses

izin pengeboran atau penurapan mata air (SIP) dan izin pengambilan air tanah atau izin
pengambilan mata air (SIPA) dengan ketentuan sebagai berikut:
Ibid, hlm 272
Ibid, hlm 273
10
Ibid, hlm 89
11
Popi Rejeningrum, Peluang Pemanfaatan Air Tanah untuk keberlanjutan sumberdaya air, Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 2
Desember 2009, hlm 94
8
9

(1) Peruntukan pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minumdan rumah tangga
adalah merupakan prioritas utama diatas segala keperluan lain.
(2) Pemanfaatan air tanah pada akifer bebas, diprioritaskan untuk keperluan air minum
dan rumah tangga
(3) Pengambilan air tanah untuk keperluan lain tidak menggangu keperluan untuk rumah
tangga
(4) Dalam peraturan pemanfaatan didasarkan atas urutan prioritas peruntukan serta
memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat.

Izin-izin tersebut selain sebagai perwujudan aspek legalitas juga dimaksudkan untuk
embatasi pengambilan air tanah melalui ketentuan-ketentuan teknis yang harus dipatuhi oleh
pemegang izin, agar pengambilan air tanah sesuai dengan daya dukung ketersediaannya secara
alami.
Pengawasan dan pengendalian
Keberhasilan pendayagunaan air tanah yang berwawasan lingkungan sangat tergantung
pada fungsi pengawasan dan pengendalian sehingga keberlanjutan pemanfaatn air tanah dapat
terwujud.
Pengawasan
Kegiatan pengawasan meliputi (a) pengawasan pelaksanaan persyaratan tekn ik yang
tercantum dalam SIP dan SIPA, (b) Pengawasan terhadap pelaksanaan UKL dan UPL atau
AMDAL dan (c) pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan air tanah.
Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi:
a. Kegiatan pemantauan
(1) pemantauan jumlah dan mutu air tanah
(2) Pemantauan dampak lingkungan akibat pendayagunaan air tanah
(3) Pemantauan perubahan penggunaan dan fungsi lahan
b. Pembuatan peta pengendali pengambilan air tanah yang mencakup penentuan:

(1) Zonasi air tanah (aman, rawan, kritis, dan rusak)
(2) Kedalaman akifer yang aman untuk disadap
(3) Kuota debit pengambilan air tanah berdasarkan potensi ketersediaannya
(4) Debit pengambilan air tanah berdasarkan peruntukannya
c. Melakukan pengenaan sanksi administratif dan sanksi hukum sesuai peraturan perundangan
yang berlaku terhadap pelaksana pengeboran dan/atau pengguna air tanah apabila terjadi
kerusakan lingkungan akibat pengambilan air tanah.
Konservasi air tanah
Konservasi air tanah adalah pengelolaan air tanah untuk menjamin pemanfaatnnya secara
bijaksana dam menjamin ketersediaannya tetap memelihara serta meningkatkan mutunya.
Pada dasarnya merupakan tindakan yang perlu dilakukan dalam pendayagunaan sumber daya
air tanah agar pemanfaatannya dapat optimum dan berkesinambungan tanpa menimbulkan
dampak negatif terhadap kondisi lingkungan sumberdaya air terenut. Upaya teknik yang dapat

dilakukan dalam pelaksanaan konservasi air tanah meliputi: (a) memaksimalkan pengimbuhan
air tanah, (b) pengaturan pengambilan air tanah, (c) perlindungan air tanah
Konservasi air tanah menurut Danaryanto,dkk (2005) adalah upaya untuk melindungi dan
memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian
atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai demi
kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik
waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.12
Pada dasarnya konservasi air tanah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan volume air
tanah tetapi juga meningkatkan konservasi air permukaan. Efisiensi penggunaan sekaligus
mengurangi run off air permukaan yang diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi
akuifer menjadi air tanah.13
Agar pemanfaatan dan ketersediaan air tanah dapat berlanjut, maka diperlukan upaya
pemanfaatan dan pelestarian air tanah melalui pendayagunaan air sehingga pemanfaatan air
tanah dapat dilakukan secara bijaksana sesuai dengan rencana peruntukan, prioritas
pemanfaatan dan potensi ketersediaannya.
KESIMPULAN
Hasil pengelolaan air bawah tanah di indonesia masih jauh dari sasaran yang diharapkan,
dan dengan jelas terindikasi adanya permasalahan yang kompleks, sehingga perlu untuk
mewujudkan tantangan-tantangan yang ada menjadi peluang (opportunity). dengan demikian
perlu perwujudan pranata hukum pengelolaan air bawah tanah dari rindakan yang bersifat
kebijaksanaan, pengaturan, penetapan dalam pengelolaan air bawah tanah.
Tuntutan hidup yang semakin meningkat atas pemanfaatan air akibat penambahan jumlah
penduduk, industri, pembangunan sementara disisi lain tuntutan terhadap kelestarian
lingkungan. Pola pikir terhadap pengeloaan sumberdaya air bergaung secara global sejak
International Conference on Water and Enviromental di Dubin, Irlandia tahun 1992 dan
United Nations Conference on Enviroment and Development di Rio De janeiro Brazil, serta
yang terakhir World Water Forum 2000 di The Hague, Netherland.
Pengelolaan sumberdaya air bawah tanah ahrus dilakukan secara bijaksana oleh semua
pihak dengan bertumpu pada aspek teknis dan aspek hukum dan kelembagaan yang benar.
Secara teknis penetapan konsep dasar pengelolaan air bawah tanah berbasis cekungan air
bawah tanah, yang mendasarkan pada analisis sistem aliran air tanah regional, intermediate
dan lokal, guna memecahkanpermasalahan kuantitas dan kualitas air bawah tanah terasa lebih
nyata.
Pengelolaan sumber daya air dapat dirangkum sebagai berikut:



12
13

Pengelolaan yang terpadu antar setiap jenis sumber daya air (air hujan, air permukaan dan
air bawah tanah), tidak lagi fragmentasi
Desentralisasi pengelolaan, tidak lagi sentralisasi, dimana daerah kabupaten/kota
berwenang mengelola sumber daya nasional (termasuk sumber daya air) yang tersedia di
wilayahnya
Peran pemerintah pusat dari regulator dan sekaligus operator sentralistik menjadi sebagian
regulator, pembuat kebijakan, perencanaan nasional, pembinaan, konservasi, dan
Meyra Riastika, Pengelolaan air tanah berbasisi Recharge area Boyolali, Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9 No 2 2012, hlm 87
Ibid



standarisasi nasional, dan menyerahkan pelaksanaan kebijakan dan pengambilan
keputusan pengelolaan kepada pemerintah daerah serta melibatkan para stakeholder, aktor
swasta dan masyarakat di daerah.
Pengelolaan yang tidak hanya menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya air, tetapi
juga menjamin keberlanjutan (sustanaibility) ketersediaan sumberdaya air dalam runag
dan waktu tertentu baik jumlah maupun mutunya.

Aspek Hukum dan Kelembagaan memegang peran sangat penting dalam
menyelenggarakan pengelolaan air bawah tanah. Pranata hukum dan kelembagaan yang baik
adalah yang tidak mengingkari asal-usul dan sifat alamiah air bawah tanah
Dukungan komitmen yang nyata dari semua pihak terikat, kelembagaan, aspek hukum,
pemerintahan, swasta, dan masyarakat serta dukungan teknis yang memadai menjamin
terlaksananya konsep pengelolaan air bawah tanah secara total. Siklus pengelolaan seharusnya
tetap diimplementasikan untuk evaluasi efektivitas pengelolaan air bawah tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deo Volentino, 2013, Kajian Pengawasan Pemanfaatn Sumberdaya Air Tanah di Kawasan
Industri Kota Semarang, Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 1 No 3 Desember 2013
2. Popi Rejekiningrum, 2009, Peluang Pemanfaatan Air Tanah Untuk Keberlanjutan Sumberdaya
Air, Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 3 No 2 Desember 2009
3. Meyra Riastika, 2012, Pengelolaan Air Tanah Berbasis Konservasi di Recharger Area Boyolali
(Studi Kasus Recharger Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah), Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9 No 2
20012

LAMPIRAN

Kasus Pada Koran: Sulit Dicegah, Perlu Pengisian_Suara Merdeka_Kamis 3 November_2016