E Banking Sistem Informasi Manajemen Pos

E Banking (Sistem Informasi Manajemen)
Posted on July 11, 2009 by nugy07

Pembahasan
A. Pengertian E-Banking
Apa itu e-banking? E-banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk
bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. EBanking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis,
untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk
dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat
mengakses e-banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau
telepon.
Marilah kita telaah satu persatu saluran dari e-Banking yang telah diterapkan bank-bank di
Indonesia sebagai berikut:
1. ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri, ini adalah saluran eBanking paling populer yang kita kenal. Setiap kita pasti mempunyai kartu ATM dan
menggunakan fasilitas ATM. Fitur tradisional ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo
dan melakukan penarikan tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang
memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu
kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan yang terkini transfer ke
bank lain (dalam satu switching jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui mesin ATM,
kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai
kartu debit. Bila kita mengenal ATM sebagai mesin untuk mengambil uang, belakangan

muncul pula ATM yang dapat menerima setoran uang, yang dikenal pula sebagai Cash
Deposit Machine/CDM. Layaklah bila ATM disebut sebagai mesin sejuta umat dan segala
bisa, karena ragam fitur dan kemudahan penggunaannya.
2. Phone Banking, ini adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan
transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses melalui telepon rumah,
namun seiring dengan makin populernya telepon genggam/HP, maka tersedia pula nomor
akses khusus via HP bertarif panggilan flat dari manapun nasabah berada. Pada awalnya,
layanan Phone Banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan
informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator/CSO. Namun
profilnya kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening,
pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan
transfer ke bank lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini boleh
dibilang lebih praktis ketimbang ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup menggunakan
telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa melakukan berbagai transaksi, termasuk transfer
ke bank lain.
3. Internet Banking, ini termasuk saluran teranyar e-Banking yang memungkinkan nasabah
melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC atau PDA. Fitur
transaksi yang dapat dilakukan sama dengan Phone Banking yaitu informasi jasa/produk
bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran
(a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank

lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan

informasi secara lengkap tertampang di layar komputer/PC atau PDA.
4. SMS/m-Banking, saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari Phone Banking, yang
memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS. Fitur transaksi
yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan antar rekening,
pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), dan pembelian voucher. Untuk transaksi
lainnya pada dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat
diberikan bank. Saluran ini sebenarnya termasuk praktis namun dalam prakteknya agak
merepotkan karena nasabah harus menghapal kode-kode transaksi dalam pengetikan sms,
kecuali pada bank yang melakukan kerjasama dengan operator seluler, menyediakan akses
banking menu – Sim Tool Kit (STK) pada simcardnya.
Di balik kemudahan e-Banking tersimpan pula risiko, untuk itu diperlukan pengaman yang
baik. Lazimnya untuk ATM, nasabah diberikan kartu ATM dan kode rahasia pribadi (PIN);
sedangkan untuk Phone Banking, Internet Banking, dan SMS/m-Banking, nasabah diberikan
kode pengenal (userid) dan PIN. Sebagai pengaman tambahan untuk internet banking, pada
bank tertentu diberikan piranti tambahan untuk mengeluarkan PIN acak/random. Sedangkan
untuk SMS Banking, nasabah diminta untuk meregistrasikan nomor HP yang digunakan.
Dengan beragamnya kemudahan transaksi via e-Banking, kini pilihan ada di tangan kita
untuk memanfaatkannya atau tidak. Namun mengingat tidak semua bank menyediakan

layanan-layanan tersebut, maka seberapa pintarkah bank kita? Untuk dapat bertransaksi
pintar, kini saatnya memilih bank pintar kita, tentunya sesuai kebutuhan transaksi.
B. Jenis-Jenis Teknologi E-Banking
1) Automated Teller Machine (ATM). Terminal elektronik yang disediakan lembaga
keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan
tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan
dana.
2) Computer Banking. Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet
ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar
tagihan, dan lain-lain.
3) Debit (or check) Card. Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS)
yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari
rekening banknya.
4) Direct Deposit. Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya
pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau
pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.
5) Direct Payment (also electronic bill payment). Salah satu bentuk pembayaran yang
mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana
tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct
payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus menginisiasi setiap

transaksi direct payment.
6) Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP). Bentuk pembayaran tagihan yang
disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui
email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan
boleh membayar tagihan tersebut secara online juga. Pembayaran tersebut secara elektronik
akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.
7) Electronic Check Conversion. Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor
rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan

dana elektronik atau proses lebih lanjut.
8) Electronic Fund Transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening
ke rekening lainnya melalui media elektronik.
9) Payroll Card. Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan oelh pemberi kerja
sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada
terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai
ke kartu tersebut secara elektronik.
10) Preauthorized Debit (or automatic bill payment). Bentuk pembayaran yang mengizinkan
nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya
pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya
pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening

pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).
11) Prepaid Card. Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di
dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.
12) Smart Card. Salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih
chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau
melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi
saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka
(misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau sistem tertutup (misalnya MasterCard
atau Visa networks).
13) Stored-Value Card. Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi
melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh
pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit (issuer)
dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut
menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa tertentu (misalnya
kartu telpon). Limited-purpose card secara umum digunakan secara terbatas pada terminal
POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi tertentu (misalnya vending machines di
sekolah-sekolah). Sedangkan multi-purpose card dapat digunakan pada beberapa penyedia
jasa dengan kisaran yang lebih luas, misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo
lainnya dalam jaringan antar bank.
C. Manfaat E-Banking

Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang
menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, e-banking meliputi phone banking,
mobile banking, dan internet banking. Fungsi penggunaannya mirip dengan mesin ATM
dimana sarananya saja yang berbeda, seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan
saldo rekening, transfer dana antar rekening atau antar bank, hingga pembayaran tagihantagihan rutin bulanan seperti: listrik, telepon, kartu kredit, dll. Dengan memanfaatkan ebanking banyak keuntungan yang akan diperoleh nasabah terutama apabila dilihat dari
banyaknya waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena e-banking jelas bebas antrian dan
dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah memiliki sarana pendukung untuk
melakukan layanan e-banking tersebut.
Seorang nasabah akan dibekali dengan login dan kode akses ke situs web dimana terdapat
fasilitas e-banking milik bank bersangkutan. Selanjutnya, nasabah dapat melakukan login dan
melakukan aktifitas perbankan melalui situs web bank bersangkutan. Sebenarnya e-banking
bukan barang baru di internet, tapi di Indonesia sendiri baru beberapa tahun belakangan ini
marak diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan keamanan

nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola bank disamping masalah
infrastruktur bank bersangkutan.
Keamanan memang merupakan isu utama dalam e-banking karena sebagaimana kegiatan
lainnya di internet, transaksi perbankan di internet juga rawan terhadap pengintaian dan
penyalahgunaan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Sebuah situs e-banking diwajibkan untuk menggunakan standar keamanan yang sangat ketat

untuk menjamin bahwa setiap layanan yang mereka sediakan hanya dimanfaatkan oleh
mereka yang memang betul-betul berhak. Salah satu teknik pengamanan yang sering
dugunakan dalam e-banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun lewat
protokol HTTPS (Secure HTTP).
BCA salah satu bank pelopor e-banking di Indonesia contohnya. BCA menawarkan produk
perbankan elektronik berupa KlikBCA, yang memberikan kemudahan untuk melakukan
transaksi perbankan melalui komputer dan jaringan internet. KlikBCA dilengkapi dengan
security untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan data dan transaksi yang dilakukan oleh
nasabah. Untuk menambah keamanan pihak bank melengkapi juga dengan KeyBCA, yaitu
alat pengaman tambahan untuk lebih mengamankan transaksi finansial di KlikBCA. Alat ini
berfungsi untuk mengeluarkan password yang selalu berganti setiap kali melakukan transaksi
finansial. Dengan demikian, keamanan nasabah bertransaksi akan makin terjaga.
Dengan hadirnya e-banking tidak hanya nasabah saja yang mendapatkan manfaat melainkan
juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank, yakni meningkatkan pendapatan berbasis
komisi atau biaya (fee based income). Sebagian besar fee berasal dari layanan transaksi yang
ditawarkan e-banking, misalnya untuk pembayaran tagihan listrik dikenai biaya Rp 2.500 per
transaksi. Semakin sering nasabah bertransaksi lewat e-banking, semakin banyak pula fee
yang diperoleh bank. Belakangan ini jenis pendapatan nonbunga tumbuh lebih cepat
ketimbang pendapatan bunga. Selain itu biaya operasional juga menjadi sangat murah
dibandingkan dengan biaya transaksi melalui kantor cabang, biaya di cabang relatif lebih

besar karena untuk membayar karyawan, pengamanan, listrik, dan biaya sewa gedung.
Dengan segala manfaat yang bisa didapat melalui e-banking beberapa bank rela menanamkan
investasi yang mahal untuk mengembangkan e-banking. Akan tetapi tidak banyak bank yang
bisa mengembangkannya karena terbenturnya masalah biaya.
D. Keamanan Dalam Menggunakan Fasilitas E-Banking
Bagaimana Virus dan Phising digunakan untuk mengalahkan pengamanan Token. Bagaimana
caranya mengirimkan dokumen digital rahasia dengan cepat, aman dan praktis ke alamat
email rekan atau kolega bisnis, yang mungkin sedang berada di Yogya dan tidak memiliki
komputer dan terkoneksi ke internet hanya dari warnet ? Kalau filenya di kompres (zip) dan
diberi password atau dokumen MS office di beri password dan relatif mudah dibuka oleh
orang yang tidak berhak dengan tools pembuka password (password cracker) yang banyak
tersedia di internet (underground seperti http://www.astalavista.com). Dengan menggunakan
dictionary attack atau brute force hanya masalah waktu saja password tersebut akan dapat
ditemukan. Password Recovery Tools yang sering disalahgunakan untuk membuka file orang
lain yang dipassword
Salah satu cara yang lebih aman adalah mengenkrip file yang dikirim dan lebih afdol lagi jika
file tersebut diberikan time limit, sehingga seperti film Mission Impossible, selewat dari
waktu yang anda tentukan file tersebut akan rusak (self destruct). Tetapi, diluar itu ada satu
hal krusial yang harus anda perhatikan dan jalankan dengan baik jika ingin mendapatkan
perlindungan sekuriti yang baik, karena meskipun enkripsi sudah dilakukan, tetapi password


ekripsi juga dikirimkan ke alamat email yang sama. Ibarat kata Gito Rollies itu namanya
“Sama Juga Bohong”. Karena siapapun yang memiliki akses untuk mendapatkan file yang
anda kirim melalui email di tengah jalan sudah pasti memiliki akses untuk mendapatkan
email berikutnya yang berisi password. Lalu bagaimana cara menghadapi masalah ini ?
Jawabannya “Two Factor Authentication” / T-FA. Seperti kita ketahui, ada tiga faktor
universal (“sesuatu”) yang digunakan untuk autentifikasi individu. Pertama adalah “Sesuatu
yang kamu tahu” seperti password, PIN atau identitas yang ada didompet anda seperti nomor
KTP, SIM dan Kartu Mahasiswa. Kedua adalah “Sesuatu yang kamu miliki” seperti
Handphone, kartu kredit atau security token. Ketiga “Sesuatu yang ada di diri kamu” seperti
sidik jari, sidik retina atau biometrik lain.
Lalu bagaimana jawaban dari masalah di atas ? Mudah, setelah anda melakukan “pekerjaan
rumah” mengenkripsi file dengan baik dan aman (gunakan Norman Privacy untuk
mengenkripsi file dan membuat self extracting exe dan memberi password pada dokumen
yang ingin anda enkripsi), kirimkan password dekripsi melalui media lain, seperti telepon,
SMS atau alamat website rahasia berisi password yang hanya anda ketahui berdua.
Jika anda melakukan praktek ini, tingkat keamanan data anda menjadi selevel dengan
pengamanan yang dilakukan oleh Bank dalam melindungi nasabahnya yang melakukan
Internet Banking. Bahkan dibandingkan beberapa bank di Indonesia yang hanya
mengandalkan password dan tidak mengandalkan Two Factor Authentication (T-FA),

dokumen anda terlindung jauh lebih aman.
Seberapa mampu teknologi mengamankan transaksi internet Banking anda ? Bagaimana para
kriminal mengeksploitasi hal ini ? Lalu bagaimana sebaiknya anda bersikap ?
Seperti kita ketahui, sekuriti dengan kenyamanan berbanding terbalik. Makin aman suatu
transaksi, makin sulit di implementasikan. Makin nyaman suatu transaksi, makin mudah
ditembus. Walaupun dalam beberapa kasus, analisa dan kreativitas dari penyedia layanan
internet banking dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada tingkat yang dapat
diserap dengan baik oleh segala lapisan masyarakat sehingga dapat di implementasikan
dengan cepat dan baik. Tetapi ada satu “ground rule” yang harus disadari oleh penyedia jasa
internet banking, “Teknologi selalu berkembang dan tidak ada satupun pengamanan yang
kekal”. Dengan kata lain, kriminal akan selalu mencari cara (dan berhasil) menembus teknik
pengamanan transaksi yang ada dan para penyedia jasa layanan keamanan harus “selalu”
mengikuti perkembangan dan melakukan teknik baru dalam pengamanan transaksi.
Tools yang paling sering digunakan untuk menembus perlindungan internet banking adalah
malware. Seperti kita ketahui, ada program berbahaya yang untuk merekam semua ketukan
keyboard komputer yang anda (nasabah internet banking) lakukan pada keyboard, yaitu key
logger. Dengan key logger, semua ketukan keyboard yang anda lakukan akan direkam dan
biasanya dimasukkan pada trojan horse yang menumpang pada game, virus atau program
gratisan yang anda download dari internet. Harga yang anda bayar untuk program gratisan
jika mengandung Trojan Horse yang berhasil mengeksploitasi data rahasia anda bisa jauh

lebih mahal daripada anda membeli program original.
Lalu ada beberapa bank yang menggunakan papan keyboard virtual yang muncul di layar
komputer dengan susunan huruf dan angka yang berubah-ubah setiap kali tampil dan nasabah
memasukkan data / pin dengan mengklik huruf atau angka yang terpampang di keyboard
virtual menggunakan mouse. Dengan trojan horse yang sama, kriminal dengan mudah
melakukan screen capture (Print Screen) sehingga dapat mengetahui susunan keyboard
virtual yang muncul setiap kali dan dengan menganalisa waktu dan koordinat-koordinat

dimana mouse di klik oleh user… voila …..apapun di klik nasabah dengan mouse pada
keyboard virtual akan dapat diketahui.
Karena itu, salah satu perlengkapan yang harus dimiliki oleh nasabah internet banking (must
have) adalah program antivirus dan antispyware yang handal yang mampu mendeteksi
keylogger dan trojan horse yang berbahaya.
Lalu, bagaimana kriminal menghadapi pengamanan Two Factor Authentication seperti token
pin yang mulai populer digunakan oleh bank ? Apakah sudah aman dan tidak mungkin
ditembus ?
Apakah internet banking anda dengan Token benar-benar aman ?
Pick enemy your own size, carilah musuh yang sepadan dengan anda. Kalau Chris John yang
masih juara dunia tinju sekalipun di “adu” dengan Mike Tyson yang notabene bukan juara
dunia tinju lagi. Tentunya Chris John akan pikir-pikir melawan Mike Tyson. Mengapa ?
Karena kelasnya berbeda. Kalau Chris John juara dunia kelas bulu, sedangkan Mike
merupakan eks juara dunia kelas berat. Hal tersebut mirip jika kriminal berhadapan head to
head dengan server internet banking. Server tersebut dijaga dengan berbagai pertahanan,
firewall, team pemantau aktivitas etc. Namun, tergantung tujuannya, apakah ingin membobol
server internet banking atau “mendapatkan uang” dari nasabah internet banking. Kalau
tujuannya membobol server internet banking, hal tersebut tidak dibahas disini karena hanya
komunitas hacker tertentu dengan skill yang diatas rata-rata yang memiliki kemampuan dan
jaringan untuk melakukan hal tersebut.
Namun jika tujuannya adalah mendapatkan uang dari rekening internet banking, maka pameo
“pick enemy your own size” berlaku. Jadi, kriminal akan memilih lawan dengan pertahanan
yang lebih lemah dari server internet banking di bank. Siapa itu ? Tidak lain dan tidak bukan
adalah pengguna internet banking.
Seperti kita ketahui, dalam penerapan sekuriti, salah satu hal kunci dalam keberhasilan
penerapan sekuriti adalah partisipasi “user”. Sebagai gambaran, sekalipun sudah
menggunakan program antivirus terkenal, suatu jaringan komputer dengan mudah akan
terinfeksi virus jika usernya sering mengunjungi website porno atau crack. Sebaliknya, user
yang menggunakan antivirus gratisan sekalipun akan lebih jarang terinfeksi virus jika
menerapkan kebiasaan sekuriti yang baik seperti tidak sembarangan melakukan full sharing,
berhati-hati dalam melakukan browsing dst.
Sebenarnya hal ini disadari sekali praktisi sekuriti oleh bank penyelenggara internet
bankingpun sudah melakukan pengamanan yang memadai, salah satunya adalah dengan
mengimplementasikan token (T-FA two factor authentication). Tetapi tetap saja user
merupakan titik terlemah dalam sekuriti karena sudah menjadi hukumnya bahwa manusia itu
unik dengan 1001 kebiasaan dan latar belakang yang berbeda. Selain itu, sesuai hukum
piramida, persentase user internet banking yang tidak paham / perduli sekuriti jauh lebih
besar dari jumlah user yang paham / perduli sekuriti.
DNS cache poisoning dan website forging (Phising)
Salah satu teknik yang patut diwaspadai dalam berpotensi menembus pertahanan internet
banking dengan pengamanan Token adalah DNS cache poisoning dan website forging.
Website forging adalah pemalsuan website yang dibuat sedemikian rupa sehingga pengakses
percaya bahwa website palsu yang diaksesnya adalah benar website bank yang bersangkutan
dan aman untuk melakukan transaksi.
DNS cache poisoning (DNS poisoning) adalah teknik “meracuni” DNS Server untuk
mengelabui pengguna internet untuk percaya bahwa website “palsu” yang diaksesnya (yang

dibuat benar-benar menyerupai website asli) adalah website asli. Tetapi tentunya anda akan
langsung bertanya, lho bukankah DNS tersebut dimaintain oleh ISP dan tentunya dalam
waktu singkat aksi DNS poisoning ini terdeteksi dan dimentahkan.
Memang betul dan yang dimaksudkan disini bukan DNS poisoning pada DNS server, tetapi
DNS poisoning pada sasaran yang lebih kecil lagi, tetapi tidak kalah berbahaya ….. DNS
pada komputer user. Seperti kita ketahui, OS komputer (baik XP maupun Vista) memiliki file
“Host” yang berfungsi sebagai “DNS server” bagi komputer yang bersangkutan. Jika file host
tersebut berhasil dimanipulasi, maka dengan mudah setiap akses ke website internet banking
akan diarahkan ke website palsu yang sudah di program sedemikian rupa sehingga dapat
mengelabui pengguna internet banking ketika melakukan transaksi internet banking.
Tetapi tentunya anda bertanya, bagaimana dengan pengamanan ganda pada internet banking
yang menggunakan Token ? Bukankah angka PIN (Personal Identification Number) tersebut
merupakan one time PIN dan berubah-ubah setiap kali pengguna komputer melakukan
transaksi ?
Jika kita melihat sekilas kelihatannya pengamanan Token ini sangat aman dan PIN internet
banking yang berbeda untuk setiap pengguna, berubah setiap kali (one time Password)
sehingga sangat sulit diketahui kecuali mendapatkan rumusannya dan memang hanya pemilik
Token dan server internet banking yang mengetahui PIN sehingga “hampir” tidak mungkin
untuk mengetahui PIN tersebut. Jangankan orang lain, pemilik Token saja kalau lupa PIN
Tokennya, sudah tidak ada harapan untuk berinternet banking lagi :P.
Tetapi dengan DNS poisoning dan website forging / phising ini, kriminal tidak perlu
mengetahui PIN dan pengguna internet banking yang akan memasukkan semua data, baik
username, password, account confirmation PIN dan one time PIN.
Ambil contoh korban DNS poisoning ini melakukan logon ke rekening internetnya. Karena
sudah dialihkan, maka ia akan mengakses situs palsu internet banking yang dibuat
sedemikian rupa agar sama dengan situs internet banking. Lalu si korban memasukkan
Username dan Password yang secara otomatis akan digunakan oleh server untuk login ke
website internet banking yang sebenarnya. Disini Tahap Pertama pengaksesan rekening
sudah berhasil dijalankan.
Lalu bagaimana caranya mendapatkan uang dari korban internet banking ini ? Mudah saja,
walaupun PIN tersebut merupakan one time PIN, tetapi PIN tersebut tidak unik untuk setiap
transaksi dan berlaku universal untuk semua transaksi internet banking, baik pembayaran
rekening telepon, pembayaran asuransi, internet, listrik sampai dengan pengisian pulsa isi
ulang.
Ketika user melakukan transaksi, website palsu akan meminta one time PIN yang harus
dimasukkan dan one time PIN yang dimasukkan itu sekarang dapat dipergunakan untuk
kriminal untuk melakukan transaksi non transfer (EG. pembelian pulsa isi ulang) karena
transaksi transfer akan meminta account confirmation PIN.
Bagaimana memanipulasi Host file ?
Pertanyaan lain yang tentunya timbul adalah, bagaimana caranya memanipulasi host file dan
seberapa besar kemungkinan terjadinya manipulasi Host file tersebut ?
Secara teknis, manipulasi Host file Windows sangat mudah dan banyak dilakukan oleh virusvirus lokal yang beredar di Indonesia. Ambil contoh virus Wayang memanipulasi host file
komputer korbannya dan mengarahkannya setiap akses ke situs sekuriti
seperti http://www.vaksin.com, http://www.ansav.com,http://www.jasakom.com, http://
www.vbbego.com ke localhost (127.0.0.1) sehingga website-website sekuriti tersebut praktis

tidak bisa diakses komputer korban virus Wayang (lihat gambar). Bahayanya, kalau website
sekuriti ini dirubah menjadi website internet banking dan diarahkan bukan ke localhost, tetapi
IP website palsu (forging) di internet yang telah dipersiapkan sebelumnya, tentunya akan
banyak sekali korban internet banking yang tidak menyadari kalau website internet
bankingnya sudah diarahkan ke alamat lain dan menjadi korban.
E. Peranan Bank Indonesia Dalam Pencegahan Kejahatan Penipuan Internet di
Perbankan
Salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah
mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut Bank Indonesia
diberikan kewenangan sbb:
1. Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat
prinsip-prinsip kehati-hatian.
2. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,
memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan
persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank.
3. Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung.
4. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pelaksanaan kewenangan tugas-tugas tersebut di atas ditetapkan secara lebih rinci dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI). Terkait dengan tugas Bank Indonesia mengatur dan
mengawasi bank, salah satu upaya untuk meminimalisasi internet fraud yang dilakukan oleh
Bank Indonesia adalah melalui pendekatan aspek regulasi. Sehubungan dengan hal tersebut,
Bank Indonesia telah mengeluarkan serangkaian Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran
Bank Indonesia yang harus dipatuhi oleh dunia perbankan antara lain mengenai penerapan
manajemen risiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking dan penerapan prinsip
Know Your Customer (KYC).
Penerapan prinsip Know Your Customer (KYC)
Upaya lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka meminimalisir terjadinya
tindak kejahatan internet fraud adalah pengaturan kewajiban bagi bank untuk menerapkan
prinsip mengenal nasabah atau yang lebih dikenal dengan prinsip Know Your Customer
(KYC). Pengaturan tentang penerapan prinsip KYC terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principles) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 3/23/PBI/2001
dan Surat Edaran Bank Indonesia 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004 tentang Penilaian
dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain
Terkait dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
F. Manajemen Penyelenggaraan Kegiatan E-Banking
1. Manajemen resiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking
Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan pengelolaan atau manajemen
risiko penyelenggaraan kegiatan internet banking adalah Peraturan Bank Indonesia No.
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 6/18/DPNP, tanggal 20 April 2004 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking)
Pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb:
a. Bank yang menyelenggarakan kegiatan internet banking wajib menerapkan manajemen
risiko pada aktivitas internet banking secara efektif.

b. Penerapan manajemen risiko tersebut wajib dituangkan dalam suatu kebijakan, prosedur
dan pedoman tertulis dengan mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko pada
Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking), yang ditetapkan dalam
lampiran dalam Surat Edaran Bank Indonesia tersebut.
c. Pokok-pokok penerapan manajemen risiko bagi bank yang menyelenggarakan kegiatan
internet banking adalah:
1) Adanya pengawasan aktif komisaris dan direksi bank, yang meliputi:
a) Komisaris dan direksi harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap risiko yang
terkait dengan aktivitas internet banking, termasuk penetapan akuntabilitas, kebijakan dan
proses pengendalian untuk mengelola risiko tersebut.
b) Direksi harus menyetujui dan melakukan kaji ulang terhadap aspek utama dari prosedur
pengendalian pengamanan bank.
2) Pengendalian pengamanan (security control)
a) Bank harus melakukan langkah-langkah yang memadai untuk menguji keaslian (otentikasi)
identitas dan otorisasi terhadap nasabah yang melakukan transaksi melalui internet banking.
b) Bank harus menggunakan metode pengujian keaslian transaksi untuk menjamin bahwa
transaksi tidak dapat diingkari oleh nasabah (non repudiation) dan menetapkan tanggung
jawab dalam transaksi internet banking.
c) Bank harus memastikan adanya pemisahan tugas dalam sistem internet banking, database
dan aplikasi lainnya.
d) Bank harus memastikan adanya pengendalian terhadap otorisasi dan hak akses (privileges)
yang tepat terhadap sistem internet banking, database dan aplikasi lainnya.
e) Bank harus memastikan tersedianya prosedur yang memadai untuk melindungi integritas
data, catatan/arsip dan informasi pada transaksi internet banking.
f) Bank harus memastikan tersedianya mekanisme penelusuran (audit trail) yang jelas untuk
seluruh transaksi internet banking.
g) Bank harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kerahasiaan informasi penting
pada internet banking. Langkah tersebut harus sesuai dengan sensitivitas informasi yang
dikeluarkan dan/atau disimpan dalam database.
3) Manajemen Resiko Hukum dan Risiko Reputasi
a) Bank harus memastikan bahwa website bank menyediakan informasi yang memungkinkan
calon nasabah untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai identitas dan status hukum
bank sebelum melakukan transaksi melalui internet banking.
b) Bank harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa ketentuan kerahasiaan
nasabah diterapkan sesuai dengan yang berlaku di negara tempat kedudukan bank
menyediakan produk dan jasa internet banking.
c) Bank harus memiliki prosedur perencanaan darurat dan berkesinambungan usaha yang
efektif untuk memastikan tersedianya sistem dan jasa internet banking.
d) Bank harus mengembangkan rencana penanganan yang memadai untuk mengelola,
mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak
diperkirakan (internal dan eksternal) yang dapat menghambat penyediaan sistem dan jasa
internet banking.
e) Dalam hal sistem penyelenggaraan internet banking dilakukan oleh pihak ketiga
(outsourcing), bank harus menetapkan dan menerapkan prosedur pengawasan dan due
dilligence yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk mengelola hubungan bank dengan pihak
ketiga tersebut.

2. Pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb:
a. Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas
nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang
mencurigakan.
b. Dalam menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah, bank wajib:
1) Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah.
2) Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah.
3) Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah.
4) Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen resiko yang berkaitan dengan penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah.
c. Terkait dengan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah, maka:
1) Sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah, bank wajib meminta informasi
mengenai identitas calon nasabah, maksud dan tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan
calon nasabah dengan bank, informasi lain yang memungkinkan bank untuk dapat
mengetahui profil calon nasabah dan identitas pihak lain dalam hal calon nasabah bertindak
untuk dan atas nama pihak lain. Identitas calon nasabah tersebut harus dibuktikan dengan
dokumen-dokumen pendukung dan bank wajib meneliti kebenaran dokumen-dokumen
pendukung tersebut.
2) Bagi bank yang telah menggunakan media elektronis dalam pelayanan jasa perbankan
wajib melakukan pertemuan dengan calon nasabah sekurang-kurangnya pada saat pembukaan
rekening.
d. Dalam hal calon nasabah bertindak sebagai perantara dan atau kuasa pihak lain (beneficial
owner) untuk membuka rekening, bank wajib memperoleh dokumen-dokumen pendukung
identitas dan hubungan hukum, penugasan serta kewenangan bertindak sebagai perantara dan
atau kuasa pihak lain. Dalam hal bank meragukan atau tidak dapat meyakini identitas
beneficial owner, bank wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha dengan calon
nasabah e-banking. Bank wajib menatausahakan dokumen-dokumen pendukung nasabah
dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sejak nasabah menutup rekening
pada bank. Bank juga wajib melakukan pengkinian data dalam hal terdapat perubahan
terhadap dokumen-dokumen pendukung tersebut.
f. Bank wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisa,
memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang
dilakukan oleh nasabah bank.
g. Bank wajib memelihara profil nasabah yang sekurang-kurangnya meliputi informasi
mengenai pekerjaan atau bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening lain yang dimiliki,
aktivasi transaksi normal dan tujuan pembukaan rekening.
h.Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang sekurang-kurangnya
mencakup:
1) Pengawasan oleh pengurus bank (management oversight).
2) Pendelegasian wewenang.
3) Pemisahan tugas.
4) Sistem pengawasan intern termasuk audit intern.
5) Program pelatihan karyawan mengenai penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
3. Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Transparansi Produk Bank
Regulasi lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan upaya meminimalisir
internet fraud adalah regulasi mengenai penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu (APMK), mengingat APMK merupakan alat atau media yang sering
digunakan dalam kejahatan internet fraud. Ketentuan mengenai penyelenggaraan APMK
terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 7/60/DASP, tanggal 30 Desember 2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan
Kehati-hatian, serta Peningkatan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
Adapun pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb:
a). Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran yang
berupa kartu kredit, kartu ATM, kartu debet, kartu prabayar dan atau yang dipersamakan
dengan hal tersebut.
b). Bagi bank dan lembaga bukan bank yang merupakan penyelenggara APMK harus
menyerahkan bukti penerapan manajemen risiko.
c). Penerbit APMK wajib meningkatkan keamanan APMK untuk meminimalkan tingkat
kejahatan terkait dengan APMK dan sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap APMK.
d). Peningkatan keamanan tersebut dilakukan terhadap seluruh infrastruktur teknologi yang
terkait dengan penyelenggaraan APMK, yang meliputi pengamanan pada kartu dan
pengamanan pada seluruh sistem yang digunakan untuk memproses transaksi APMK
termasuk penggunaan chip pada kartu kredit. Selain itu, Bank Indonesia juga mengeluarkan
regulasi mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah,
sebagai upaya untuk mengedukasi nasabah terhadap produk bank dan meningkatkan
kewaspadaan nasabah terhadap berbagai risiko termasuk internet fraud. Ketentuan tersebut
terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/2005 Jo SE No. 7/25/DPNP tentang
Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
Peraturan-peraturan
Ketentuan mengenai rahasia bank diatur dalam UU Perbankan dan kemudian diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Berdasarkan ketentuan
tersebut, pada prinsipnya setiap Bank dan afiliasinya wajib merahasiakan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya (Rahasia Bank). Sedangkan keterangan
mengenai nasabah selain sebagai nasabah penyimpan, tidak wajib dirahasiakan.
Terhadap Rahasia Bank dapat disimpangi dengan izin terlebih dahulu dari pimpinan Bank
Indonesia untuk kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank oleh BUPN/PUPLN dan
kepentingan peradilan perkara pidana dimana status nasabah penyimpan yang akan dibuka
rahasia bank harus tersangka atau terdakwa. Terhadap Rahasia Bank dapat juga disimpangi
tanpa izin terlebih dahulu dari pimpinan Bank Indonesia yakni untuk kepentingan perkara
perdata antara bank dengan nasabahnya, tukar menukar informasi antar bank, atas
permintaan/persetujuan dari nasabah dan untuk kepentingan ahli waris yang sah.
Dalam hal diperlukan pemblokiran dan atau penyitaan simpanan atas nama seorang nasabah
penyimpan yang telah dinyatakan sebagai tersangka atau terdakwa oleh pihak aparat penegak
hukum, berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) PBI Rahasia Bank, dapat dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa memerlukan izin
terlebih dahulu dari pimpinan Bank Indonesia.
Namun demikian untuk memperoleh keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanan
nasabah yang diblokir dan atau disita pada bank, menurut Pasal 12 ayat (2) PBI Rahasia

Bank, tetap berlaku ketentuan mengenai pembukaan Rahasia Bank dimana memerlukan izin
terlebih dahulu dari pimpinan Bank Indonesia.
G. Urgensi Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan
Undang-Undang tentang Transfer Dana (UU Transfer Dana)
Payung hukum setingkat undang-undang yang khusus mengatur tentang kegiatan di dunia
maya hingga saat ini belum ada di Indonesia. Dalam hal terjadi tindak pidana kejahatan di
dunia maya, untuk penegakan hukumnya masih menggunakan ketentuan-ketentuan yang ada
di KUHP yakni mengenai pemalsuan surat (Pasal 263), pencurian (Pasal 362), penggelapan
(Pasal 372), penipuan (Pasal 378), penadahan (Pasal 480), serta ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-Undang tentang
Merek.
Ketentuan-ketentuan tersebut tentu saja belum bisa mengakomodir kejahatan-kejahatan di
dunia maya (cybercrime) yang modus operandinya terus berkembang. Selain itu dalam
penanganan kasusnya seringkali menghadapi kendala antara lain dalam hal pembuktian
dengan menggunakan alat bukti elektronik dan ancaman sanksi yang terdapat dalam KUHP
tidak sebanding dengan kerugian yang diderita oleh korban, misalnya pada kasus internet
fraud, salah satu pasal yang dapat digunakan adalah Pasal 378 KUHP (penipuan) yang
ancaman hukumannya maksimum 4 (empat) tahun penjara sedangkan kerugian yang
mungkin diderita dapat mencapai miliaran rupiah.
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, kehadiran Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Undang-Undang tentang Transfer Dana (UU Transfer
Dana) diharapkan dapat menjadi faktor penting dalam upaya mencegah dan memberantas
cybercrimes serta dapat memberikan deterrent effect kepada para pelaku cybercrimes
sehingga akan berfikir jauh untuk melakukan aksinya. Selain itu hal yang penting lainnya
adalah pemahaman yang sama dalam memandang cybercrimes dari aparat penegak hukum
termasuk di dalamnya law enforcement.
Adapun Rancangan Undang-Undang (RUU) ITE dan RUU Transfer Dana saat ini telah
diajukan oleh pemerintah dan sedang dilakukan pembahasan di DPR RI, dimana dalam hal
ini Bank Indonesia terlibat sebagai narasumber khususnya untuk materi yang terkait dengan
informasi dan transaksi keuangan.

Makalah Permasalahan SMS/MOBILE Banking yang Terjadi pada Perbankan di Indonesia

03DEC

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Internet Banking kini bukan lagi istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia khususnya
yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya perbankan
nasional yang menyelenggarakan layanan tersebut. Di masa mendatang, layanan ini
tampaknya sudah bukan lagi sebuah layanan yang akan memberikan competitive advantage
bagi bank yang menyelenggarakannya. Keadaannya akan sama seperti pemberian fasilitas
ATM. Semua bank akan menyediakan fasilitas tersebut.
Internet banking merupakan salah satu pelayanan perbankan tanpa cabang, yaitu berupa
fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan tanpa perlu
datang ke kantor cabang. Layanan yang diberikaninternet banking kepada nasabah berupa
transaksi pembayaran tagihan, informasi rekening, pemindahbukuan antar rekening, infomasi
terbaru mengenai suku bunga dan nilai tukar valuta asing, administrasi mengenai perubahan
Personal Identification Number (PIN), alamat rekening atau kartu, data pribadi dan lain-lain,
terkecuali pengambilan uang atau penyetoran uang. Karena untuk pengambilan uang masih
memerlukan layanan ATM dan penyetoran uang masih memerlukan bantuan bank cabang.
Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses
melalui media , melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan transaksi
perbankan. Bank indonesia mulai memasuki dunia maya yaitu internet banking atau yang
lebih dikenal E-Banking, yang merupakan bentuk layanan perbankan secara elektronik
melalui media E-Banking pada dasarnya merupakan susatu kontrak trasaksi antara pihak
bank dan nasabah yang memberikan manfaat berganda dengan menggunakan media internet.
Transaksi perbankan dapat dilakukan kapan dan dimana saja tanpa dibatasi tempat dan
waktu. Semakin relevannya teknologi internet di dunia bisnis, maka Perbankan Nasional
dapat mengadopsi dan mengeksploitasi keunggulan internet dalam menjawab tantangan yang
ada saat ini.
Praktek internet banking ini jelas akan mengubah strategi bank dalam berusaha. Setidaknya
ada faktor baru yang bisa mempengaruhi pengkajian suatu bank untuk membuka cabang baru
atau menambah ATM. Internet banking memungkinkan nasabah untuk melakukan
pembayaran-pembayaran secara online. Internet banking juga memberikan akomodasi
kegiatan perbankan melalui jaringan komputer kapan saja dan dimana saja dengan cepat,
mudah dan aman karena didukung oleh sistem pengamanan yang kuat. Hal ini berguna untuk
menjamin keamanan dan kerahasian data serta transaksi yang dilakukan oleh nasabah. Selain

itu, dengan internet banking, bank bisa meningkatkan kecepatan layanan dan jangkauan
dalam aktivitas perbankan. Dalam perkembangan teknologi perbankan seperti internet
banking, pihak bank harus memperhatikan aspek perlindungan nasabah khususnya keamanan
yang berhubungan dengan privasi nasabah.
Penyelenggaraan Internet Banking yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat jalannya transaksi perbankan semakin
mudah, akan tetapi di sisi yang lain membuatnya juga semakin berisiko. Dengan kenyataan
seperti ini, faktor keamanan harus menjadi faktor yang paling perlu diperhatikan. Bahkan
mungkin faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat ditonjolkan
oleh pihak bank. Diskusi ini mencoba mengidentifikasi berbagai permasalahan tersebut dan
alternatif pemecahannya.

1.2
1.
2.
3.

Tujuan
Apa yang dimaksud SMS/Mobile Banking
Manfaat dari SMS/Mobile Banking
Keamanan pada SMS/Mobile Banking

BAB II
PEMBAHASAN
Sms Banking dan Mobile Banking adalah bagian dari Electronic Banking. Perbankan
Elekronik (bahasa Inggris: E-banking) E-banking yang juga dikenal dengan istilah internet
banking ini adalah melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya melalui internet
dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan.
Dari waktu ke waktu, makin banyak bank yang menyediakan layanan atau jasa internet
banking yang diatur melalui Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 Tahun 2007
tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank
Umum. Penyelenggaraan internet banking merupakan penerapan atau aplikasi teknologi
informasi yang terus berkembang dan dimanfaatkan untuk menjawab keinginan nasabah
perbankan yang menginginkan servis cepat, aman, nyaman murah dan tersedia setiap saat (24
jam/hari, 7 hari/minggu) dan dapat diakses dari mana saja baik itu dari HP, Komputer, laptop/
note book, PDA, dan sebagainya.
Bank menyediakan layanan Electronic Banking atau E-Banking untuk memenuhi kebutuhan
Anda akanalternative media untuk melakukan transaksi perbankan, selain yang tersedia di
kantor cabang dan ATM. Dengan Electronic Banking, Anda tidak perlu lagi membuang
waktu untuk antri di kantor-kantor bank atau ATM, karena saat ini banyak transaksi

pebankan dapat dilakukan dimanapun, dan kapanpun dengan midah dan praktis melalui
jaringan elektronik, seperti internet, handphone, dan telepon.
Contohnya adalah transfer dana antar rekening maupun antar bank, pembayaran tagigan,
pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan mutasi dan saldo rekening.

SMS Banking
Adalah layanan informasi perbankan yang dapat diakses langsung melalui telepon
selular/handphone dengan menggunakan media SMS (short message service)
Arti istilah SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank menggunakan sarana
SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan , misalnya
cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya.
Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas M-Bankingnya baik berupa
SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms manual) atau dikenal dengan istilah
sms banking.
Jenis Transaksi :

Transfer dana

Informasi saldo, mutasi rekening – pembayaran ( kartu kredit )

Pembelian ( pulsa isi ulang )
Manfaat SMS Banking :
Memudahkan transfer antara rekening dan pembayaran tagihan dimanapun dan
kapanpu selama ada sinyal provider selulernya.

Memudahkan pembayaran jika mengadakan transaksi online di internet.

Memudahkan pengecekan saldo terakhir yang ada di rekening termasuk bisa melihat 5
list terakhir transaksi terakhir aktivitas rekening.

Memudahkan dalam pembayaran listrik, TELKOM, PAM.

Tidak perlu mengantri di mesin ATM ataupun kantor bank.
Adapun beberapa kelemahan SMS Banking :


Proses data yang terkadang lambat pada jam-jam tertentu.
Karena melibatkan dua server, yaitu server bank dan server operator seluler, maka
jika salah satu server mengalami perbaikan akan mengganggu dalam proses bertransaksi.
Mobile Banking
Adalah layanan perbankan yang dapat diakses langsung melalui telepon
selular/handphone GSM (Global for Mobile Communication) dengan menggunakan SMS
(Short Message Service).




Arti istilah Mobile Banking dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut atau disingkat
dengan M-Banking. Fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone.
Dengan penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang cash.
Arti istilah SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank menggunakan sarana
SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan , misalnya
cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya.
Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas M-Bankingnya baik berupa
SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms manual) atau dikenal dengan istilah
sms banking.Untuk operator GSM sudah support untuk transaksi via mobile banking namun
untuk operator CDMA masih ada yang belum mendukung layanan mobile banking.
Jenis Transaksi :

Transfer dana

Informasi saldo, mutasi rekening, informasi nilai tukar

Pembayaran ( kartu kredit, PLN, Telepon, Handphone, Listrik, Asuransi.

Pembelian ( pulsa isi ulang, saham )
Manfaat Mobile Banking :













Nasabah dapat membuat transaksi atau membayar tagihan kapanpun. Mobile banking
menghemat banyak waktu.
Mobile banking melalui HP sangat mudah untuk dimengerti. Tampilan dari mobile
banking juga sangat simple. Nasabah hanya perlu mengikuti instruksi untuk melakukan
transaksi. Hal ini juga menghemat pencatatan dari transaksi yang dilakukan.
Mobile banking mengefektifkan biaya. Kebanyakan bank menyediakan fasilitas
mobile banking dengan biaya yang rendah dibandingkan online banking.
Mobile banking mengurangi resiko penipuan. Nasabah akan mendapatkan SMS ketika
terdapat aktivitas pada rekening nasabah. Ini meliputi setoran, penarikan uang, transfer
antar rekening, dan lainnya. Nasabah akan menerima pemberitahuan ketika terdapat
pergerakan pada rekening nasabah.
Mobile banking juga memberikan keuntungan bagi bank. Mobile banking mengurangi
biaya dari tele-banking dan lebih ekonomis.
Mobile banking melalui HP sangat menguntungkan bagi bank karena merupakan
fasilitas tambahan yang mempermudah konsumen melakukan transaksi, sehingga bank
dapat meningkatkan kepuasan nasabah mereka.
Bank dapat menjangkau nasabah mereka dengan mobile banking.
Bank juga dapat melakukan promosi dan menjual produk mereka dan layanan seperti
kartu kredit, pinjaman, dan lainnya pada kelompok nasabah tertentu.
Berbagai layanan seperti informasi kredit/debit, informasi pembayaran rekening,
informasi jumlah tabungan, histori transaksi,