Tinjauan Kegiatan Penyuluhan Pertanian d

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam
pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan
pembangunan.

Sejarah telah membuktikan hasil gemilang atas program dan

motivasi yang tinggi para penyuluh pertanian dalam mendukung keberhasilan
pembangunan

nasional seperti contohnya keberhasilan dalam pencapaian

swasembada beras pada tahun 1984. Namun keberhasilan pencapaian swasembada
beras tersebut tidak dapat dipertahankan seiring dengan penurunan kinerja dari
para penyuluh pertanian (Permentan, 2008).
Untuk mewujudkan kembali sejarah tersebut diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas dan handal. Maka, penyuluhan pertanian sebagai bagian
dari sistem pembangunan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam pembangunan sumber daya manusia pertanian, khususnya pemberdayaan

masyarakat tani yang berada di wilayah pedesaan. Pemberdayaan masyarakat ini
dilakukan

melalui

kegiatan

penyuluhan

yang

tujuannya

untuk

dapat

mengembangkan kemampuan dan kemandirian petani dan keluarganya agar
mampu mengelola usahataninya sehingga mempunyai daya saing tinggi yang
dicirikan dengan tingginya produktivitas, mutu, dan efisiensi usaha. Mengingat

pentingnya

peranan

penyuluh

pertanian,

implementasi

program-program

pembangunan pertanian melibatkan penyuluh pertanian yang akan bertindak
sebagai pendamping petani dan pelaku agribisnis (Madyan, 2011).
Penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pemberdayaan petani
merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang
bertujuan

membantu


petani

dalam

meningkatkan

keterampilan

teknis,

pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan
membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan
pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari
pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan

1

2

informasi teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi pasar

(Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2003).
Menurut Slamet (2003), program penyuluhan pembangunan yang efektif
dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di bidang
penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program
penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan
pelaksanaanya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang
penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian,
bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti: (1) meningkatkan efektivitas
pelatihan bagi penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui
peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh, (3)
meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan
kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran
kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan
yang berpihak petani dan (4) memotivas pribadi penyuluh untuik selalu
meningkatkan prestasi kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti perubahan
lingkungan strategis yang ada.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), peranan Penyuluh Pertanian
menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan petani dan
keluarganya. Selain itu UU ini merupakan suatu titik awal dalam pemberdayaan


para petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan para
penyuluh pertanian PNS, swasta dan penyuluh pertanian swadaya.
Dari beberapa uraian pustaka yang diambil dari beberapa sumber yang
berkenaan tentang penyuluhan pertanian, maka diperlukan pengembangan
pembangunan terhadap pertanian khususnya di Kecamatan Indralaya Selatan.
Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara penyuluh pertanian dengan
kelompok tani sehingga kegiatan dan program pertanian dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan harapan. Dalam menggerakkan kegiatan dan program
pertanian tersebut dibutuhkan sebuah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang
berada dikecamatan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan
praktek lapangan yang berkaitan dengan kegiatan Balai Penyuluhan Pertanian

3

(BPP) dalam program penyuluhan pertanian di Kecamatan Indralaya Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktek lapangan ini yaitu untuk mengetahui secara
langsung program penyuluhan apa yang sedang atau akan dilaksanakan, siapa saja

yang menjadi sasaran program tersebut, dimana dan kapan dilaksanakan program
penyuluhan pertanian tersebut, serta bangaimana pelaksanaan pada program
penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Indralaya Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir.
Kegunaan

dari praktek lapangan ini diharapkan dapat memberikan

wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan diharapkan dapat
berguna sebagai tambahan bahan pustaka bagi pembaca terutama bagi peneliti
yang sejenis.

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan Pertanian
Saat ini sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan
pertanian di negara berkembang. Pembangunan pertanian ini bertujuan untuk
memperbaiki mutu produk dan memenuhi kebutuhan pangan nasional. Salah satu

upaya dalam melaksankan pembangunan pertanian adalah dengan mengadakan
penyuluhan pertanian.
Dalam bahasa Indonesia, istilah penyuluhan berasal dari kata dasar
“suluh” yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi. Dengan demikian,
penyuluhan dalam pertanian menurut KBBI adalah usaha yang dilakukan untuk
membantu dan meningkatkan pengetahuan petani dibidang pertanian untuk
meningkatkan efisiensi usaha tani. Dalam arti umum, penyuluhan adalah ilmu
sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta
masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang
diharapkan (Setiana. L. 2005).
Pengertian penyuluhan menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi,

permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup

(dibidang pertanian, perikanan, dan kehutanan).
Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian adalah suatu
pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral
tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau
praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada
pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu

5

“Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Dalam pengertian membantu masyarakat agar dapat membantu dirinya
sendiri tersebut terdapat terdapat beberapa kokok pikiran tentang pelaksanaan
penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan
sasaran/petani yang akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti
keinginan penyuluh pertanian; penyuluhan pertanian harus mengarah pada
terciptanya kemandirian petani, tidak menciptakan ketergantungan petani
terahadap penyuluh; penyuluh pertanian harus mengacu kepada perbaikan kualitas
hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik yang tidak
banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan kualitas hidup sasaran. Dari pandangan

tersebut terkandung pengertian bahwa penyuluhan pertanian harus bekerja dengan
masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 menyatakan
bahwa penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Penyuluh Pertanian Swadaya dan/atau Penyuluh Pertanian Swasta.
Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyuluh
Pertanian PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh
swadaya, yaitu petani atau warga masyarakat yang secara sukarela melakukan
kegiatan penyuluhan di lingkungannya, termasuk dalam kelompok ini adalah
penyuluh yang diangkat dan atau memperoleh imbalan dari dan oleh masyarakat
di lingkungannya. Penyuluh Swasta, yaitu penyuluh pertanian yang berstatus
sebagai karyawan perusahaan swasta (produsen pupuk, pestisida, perusahaan
benih/alat/mesin pertanian). Termasuk kategori penyuluh swasta adalah penyuluh
dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).
2.2. Peranan Penyuluh Pertanian
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang
yang


melaksanakan

hak

dan

kewajibannya

sesuai

dengan

kedudukan

menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling

6

berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan

(Departemen Pertanian, 2009).
Sesuai dengan pengertian yang diberikan kepada istilah penyuluhan, di
dalam kegiatan penyuluhan pertanian terkandung banyak peran atau tugas yang
harus dilaksanakan oleh kegiatan penyuluhan, yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat pertanian. Tentang hal ini, secara
ringkas, Mardikanto (1998) mengemukakan beragam peran/tugas penyuluh dalam
satu kata yaitu edfikasi, yang merupakan akronim dari: edukasi, diseminasi
informasi/ inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi.
1. Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para
penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) dan atau stakeholders
pembangunan yang lain-nya. Seperti telah dikemukakan, meskipun
edukasi berarti pendidikan, tetapi proses pendidikan tidak boleh menggurui apalagi memaksakan kehendak (indoktrinasi, agitasi), melainkan
harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar bersama yang
partisipatip dan dialogis.
2. Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu penyebar-luasan informasi/inovasi
dari sumber informasi dan atau pengguna-nya.Tentang hal ini, seringkali
kegiatan

penyuluhan

hanya

terpaku

untuk

lebih

mengutamakan

penyebaran infor-masi/inovasui dari pihak-luar. Tetapi, dalam proses pembangunan, informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, terutama
yang terkait dengan kebutuhan-kebu-tuhan masyarakat, pengambilan
keputusan kebijakan dan atau pemecahan masalah yang segera
memerlukan pena-nganan.
3. Fasilitasi, atau pendampingan, yang lebih bersifat me-layani kebutuhankebutuhan yang dirasakan oleh klien-nya.Fungsi fasilitasi tidak harus
selalu dapat mengambil kepu-tusan, memecahkan masalah, dan atau
memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan klien, tetapi seringkali justru
hanya sebagai penengah/mediator.
4. Konsultasi, yang tidak jauh berbeda dengan fasilitasi, yaitu membantu
memecahkan masalah atau sekadar memberikan alternatip-alternatip

7

pemecahan masalah. Dalam melaksanakan peran konsultasi, penting untuk
memberikan rujukan kepada pihak lain yang “lebih mampu” dan atau lebih
kompeten untuk menanganinya. Dalam melaksanakan fungsi konsultasi,
penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif mendatangi
kliennya.
5. Supervisi, atau pembinaan. Dalam praktek, supervisi seringkali disalahartikan sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”. Tetapi
sebenarnya adalah, lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien
melakukan penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran
alternatip perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.
6. Pemantauan, yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan selama proses
kegiatan sedang berlangsung. Karena itu, pemantauan tidak jauh berbeda
dengan

supervisi.

Bedanya

adalah,

kegiatan

pemantauan

lebih

menonjolkan peran penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan peran
“upaya perbaikan”.
7. Evaluasi, yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan
pada sebelum (formatif), selama (on-going, pemantauan) dan setelah
kegiatan selesai dilakukan (sumatif, ex-post).
Fashihullisan

(2009)

menguraikan

peranan

penyuluhan

dalam

pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada
untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan
kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi
kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi
kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya.
Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian
dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh
pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain
itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu
penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat
menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan

8

peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (edukator),
motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik
secara internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut meliputi; tingkat
pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya
penyuluh. Adapun faktor eksternal tersebut meliputi; manajemen organisasi
penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan
tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya.
Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi
penyuluh (Departemen Pertanian, 2009).
Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya
memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus
ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan
mewujudkan pembangunan pertanian.
2.3. Program Penyuluhan Pertanian
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) juga mengamanatkan bahwa
program

penyuluhan

pertanian

terdiri

dari

atas

program

penyuluhan

desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, program penyuluhan kecamatan, program
penyuluhan kabupaten/kota, program penyuluhan propinsi dan program
penyuluhan nasional.
Program

Penyuluhan

Pertanian

disusun

dengan

memperhatikan

keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan.
keterpaduan mengandung maksud bahwa programa penyuluhan pertanian disusun
dengan memperhatikan programa pertanian penyuluhan tingkat kecamatan,
tingkat kabupaten/kota tingkat propinsi dan tingkat nasional, dengan berdasarkan
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. sedangkan yang dimaksud dengan
kesinergian yaitu bahwa program penyuluhan pertanian pada tiap tingkatan
mempunyai hubungan yang bersifat saling mendukung. Agar program penyuluhan
ini dapat merespon secara lebih baik aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha

9

diperdesaan,

penyusunan

program

penyuluhan

diawali

dari

tingkat

desa/kelurahan. Dengan demikian semua programa penyuluhan pertanian selaras
dan tidak bertentangan antara program penyuluhan pertanian dalam berbagai
tingkatan (Permentan,2009).
Programa penyuluhan pertanian disusun setiap tahun dan memuat rencana
penyuluhan pertanian tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran
pada masing-masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan pengelolaan
sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyusunan
programa

penyuluhan

pertanian

dilakukan

secara

partisipatif

untuk

mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha
(Permentan,2009).
Penyusunan programa penyuluhan dilakukan oleh penyuluh pertanian
bersama para pelaku utama dan pelaku usaha serta organisasi petani secara
partisipatif, melalui tahapan sebagai berikut:
1. Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi
di suatu wilayah pada saat program disusun yang diperoleh setelah
melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Hasil analisis data dan
informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya
PRA (Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan pelaku utama
dan pelaku usaha (RDKK) serta dari rekapitulasi programa penyuluhan
setingkat dibawahnya.
2. Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun. Penetapan tujuan tersebut dilakukan bersamasama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha, serta kelembagaan
pelaku utama dan pelaku usaha sehingga rumusan tersebut berupa
keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak.
3. Penetapan

masalah

adalah

perumusan

faktor-faktor

yang

dapat

menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama
dicari dari kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dan kelembagaan
pelaku utama dan pelaku usaha.

10

4. Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada
di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa bersama
para pelaku utama dan pelaku usaha.
5. Revisi programa penyuluhan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan/desa dilakukan karena adanya perubahan-perubahan keadaan
yang mengakibatkan berubahnya tujuan, masalah dan rencana kegiatan.
Secara skematis urutan penyusunan programa penyuluhan pertanian dapat
digambarkan seperti pada
Perumusan Keadaan
Penetapan Tujuan
Penetapan Masalah

Penetapan Rencana
Kegiatan
Penyusunan Rencana Monev

Penyempurnaan (Revisi)

Sumber : Permentan
Gambar 1. Skema Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian
2.4. Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian
informasi kepada orang lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah
perilakunya dengan mau melaksanakan informasi yang disampaikan. Seseorang
berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila
kita ingin berinteraksi dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan.
Sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka.

11

Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah
untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada
yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Konsep
pemberdayaan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut
diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan mandiri dalam
pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya
sendiri.
Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut
sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petaninelayan, dan masyarakat tani). Klasifikasi materi pokok penyuluhan pertanian
dapat terbagi menjadi teknik pertanian, ekonomi pertanian,manajemen usahatani,
dinamika kelompok, politik pertanian (Ibrahim, 2003).
Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian ada hal-hal yang
perlu diperhatikan agar penyuluhan dapat berjalan dengan baik , yaitu :
1. Apa yang harus dilakukan, apa yang akan kita lakukan pada kegiatan
penyuluhan terhadap petani misalnya, menyebarkan informasi pertanian
yang bermanfaat.
2. Di mana penyuluhan pertanian dilakukan, kegiatan penyuluhan semestinya

dilakukan

ditempat

penjualan saprodi,

keluarga
rumah PPL,

tani

itu

berada,

masjid, greja,

misalnya

balai

desa,

tempat
tempat

perkumpulan keluarga tani (PKK, kelompok tani, dll).
3. Bilamana kegiatan penyuluhan dilakukan, waktu yang dipilih untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan keperluan dan
kondisi sasaran.
4. Oleh siapa kegiatan penyuluhan dilakukan, penyuluhan dilakukan oleh

seorang penyuluh pertanian yang profesional baik PNS, swadaya, atau
sukarelawan.
5. Bagaimana kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan, agar kegiatan
penyuluhan memperoleh hasil yang maksimal maka harus memenuhi
syarat sesuai keadaan sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat

12

mengenai sasaran dan waktunya, amanat harus diterima dan dimengerti,
murah pembiayaan (Wikipedia).
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian ada beberapa hal yang dimiliki oleh
penyuluh pertanian diantaranya materi penyuluhan, media dan metode yang
digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Materi penyuluhan menurut Undang
Undang No.16 tahun 2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh
para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang
meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan
kelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan ( felt
need), terutama menyangkut : kegiatan yang sedang dan akan segera
dilakukan,masalah yang sedang dan akan dihadapi, perubahan-perubahan yang
diperlukanatau diinginkan. Karena itu, meskipun melalui kegiatan penyuluhan
diharapkanterjadi penyampaian inovasi yang berupa produk, ide, teknologi,
kebijakan, dll.Inovasi yang disampaikan harus yang terkait dengan kebutuhankebutuhan yangsedang dirasakan (Departemen Pertanian, 2010).
Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara
yang digunakan dalam proses belajar. Media berperan penting dalam memberikan
pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar. Dalam bidang pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan, kemampuan literasi visual sangat penting, khususnya
bagi para guru, dosen, penyuluh, maupun pelatih/fasilitator lainnya karena dengan
demikian mereka dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi
penyuluhan, pelajaran/pelatihannya. Berbagai media penyuluhan dapat digunakan
untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan kepada petani
sebagai pengguna teknologi seperti : media cetak, media audio, media audio
visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata. Tujuan penggunaan media
adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan
demikian Media apapun yang digunakan, pada prinsipnya harus dapat
meningkatkan efektivitas dan kelancaran proses belajar terutama dalam
memperjelas materi yang dipelajari sehingga dapat mempercepat terjadinya

13

perubahan perilaku (pengetahuan, keterampialn dan sikap) dikalangan kelompok
sasaran (Modul Media Penyuluhan Pertanian).
Metode Penyuluhan merupakan teknik komunikasi antara penyuluh dan
sasaran. Metode adalah cara-cara penyampaian materi penyuluhan secara
sistematis, sehingga materi tersebut dapat dimengerti dan diterima sasaran
(Ibrahim, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode
penyuluhan pertanian adalah bahwa tidak ada satu metode penyuluhan yang
dianggap lebih baik dibanding metode penyuluhan yang lainnya.
Wahyuti (2006) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, metode
sering diartikan sebagai “cara”, dan teknik diartikan sebagai “prosedur”, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian merupakan cara
menyampaikan penyuluhan kepada sasaran (pelaku utama dan keluarganya) agar
kegiatan penyuluhan memiliki greget dan mendorong pelaku utama dan
keluarganya untuk berubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Kusnadi (2011) menyatakan bahwa Metode Penyuluhan Pertanian adalah
cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh
pertanian kepada petani

beserta anggota keluarganya

baik secara langsung

maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi
baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang
memperoleh

perlakuan.

Bentuk

perlakuan

tersebut

memilih,

menata,

menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode
kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling
banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh
pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang
digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian

14

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Praktek lapangan ini dimulai
pada bulan Juni 2015 sampai bulan Agustus 2015.
3.2. Metode Praktek Lapangan
Metode yang digunakan dalam praktek lapangan ini adalah dengan metode
observasi yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung dan partisipasi langsung
yaitu praktikan ikut terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan
oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Indralaya Selatan melalui penyuluh.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada praktek lapangan ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui wawancara
langsung dengan Koordinator Penyuluh dan Penyuluh Lapangan mengenai
program penyuluhan apa yang sedang atau akan dilaksanakan, siapa saja yang
menjadi sasaran program tersebut, dimana dan kapan dilaksanakan program
penyuluhan pertanian tersebut, serta bangaimana pelaksanaan pada program
penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Indralaya Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir.

15

Sementara untuk data sekunder yaitu informasi pada instansi terkait serta
sumber kepustakaan sebagai data penunjang dalam penyusunan laporan praktek
lapangan ini. Kemudian dilengkapi dengan dokumentasi dari kegiatan praktek
lapangan yang akan dilaksanakan.
3.4. Jadwal Kegiatan Praktek Lapangan
Kegiatan praktek lapangan ini dimulai dari bulan Juni 2015 sampai Juli
2015. Adapun jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama praktek lapangan ini
dapat diliat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktik Lapangan
Bulan
No.

Juni

Kegiatan

I
I

1

Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal Praktek
2 Lapangan
3 Pelaksanaan Praktik Lapangan
Pengolahan data primer dan

4

data sekunder
Penyusunan Laporan dan

5 Konsultasi
Keterangan : X = Pelaksanaan Kegiatan

I

Juli

Agustus

I
III

V

I

II III IV

I

II III IV

X X

X

X

X

X X

X

X X

X

X X X

X

16

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2003. Nasional Pengembangan Penyuluh
Pertanian.. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2009. Dasar
http://www.pustaka.deptan.go.id.

Dasar

Penyuluhan

Pertanian.

Departemen Pertanian. 2010. Modul diklat tugas dan fungsi penyuluhan pertanian.
http://www.pustaka.deptan.go.id.
M.Fashihullisan. 2009. Peranan Penyuluhan Pertanian.
http://fashihullisantugaspenyuluhan.blogspot.com. Diakses pada 3 Agustus
2015.
Ibrahim, 2003. Pemilihan Materi Penyuluhan. http://www.deptan.go.id
/bpsdm/ruu _pp/ruupp_bab4.htm. Diakses pada tanggal 5 Juli 2015.
KBBI. Pengertian Penyuluhan. http://kbbi.web.id/suluh. Diakses pada 3 Agustus
2015.
Kusnadi, Dedi. 2011. Modul Metode Penyuluhan Pertanian STPP Bogor.
Murdikanto, T. 1998. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Sebelas
Maret University Press.
Modul
Media
Penyuluhan
Pertanian
STPP
Bogor.
www.stpp-bogor.ac.id/userfiles/file/Modul%2520Media%2520Penyuluhan

17

%2520Pertanian.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Agustus 2015.

Diakses

pada

3

Permentan. 2008. Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya Dan
Penuyuh Pertanian Swasta. Jakarta.
Permentan. 2009. Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Rasyid, M.A. 2001. Sangat Diperlukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Ekstensia.
Vol 13 tahun VII. September 2001.
Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat.
Ghalia Indonesia.
Slamet, Margono. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB
Press.
Wahyuti, Umi. 2006. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Universitas
Terbuka.
Wikipedia. Penyuluhan Pertanian.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyuluhan_pertanian. Diakses pada 3 Juli
2015.