Mata Kuliah Eksperimen Fisika Sekolah MA

Mata Kuliah Eksperimen Fisika Sekolah

MAKALAH
Optimalisasi Percobaan-Percobaan Fisika
di Tingkat Sekolah

Dosen Pengampu :
Yeni Megalina

Oleh :
Maghfira Widyanti Nasution

415

Mega Furi Handayani

415

Mika Febriani Siahaan

4153121041


JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

1

Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penoptimalan Percobaan-percobaan
Fisika di Tingkat Sekolahl” dan dengan harapan semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengetahui tentang
materi yang kami sampaikan.
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi para mahasiswa, umum, khususnya
pada kelompok kami dan semua yang membaca makalah ini semoga bisa
dipergunakan dengan semestinya.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan

makalah ini.

Medan,21 November 2017

Kelompok 11

i

DAFTAR ISI

KATA PENGGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembelajaran Fisika di Sekolah.....................................................3
2.2 Permasalahan Percobaan Fisika di Sekolah...............................................4
2.3 Optimalisasi Percobaan Fisika di Sekolah.................................................5

2.4 Materi Pelajaran Fisika di Sekolah ...........................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................26
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dari segi materi dan

energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha,
temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat manusia.
Salah satu cara untuk mencetak dan meningkatkan kualitas pendidikan suatu
bangsa adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Lewat
pendidikan yang berkualitas akan mampu menghasilkan menusia-manusia yang

cerdas, kreatif, mandiri dan percaya diri serta siap untuk bertading dan bersaing
dengan bangsa-bangsa lain.
Pendidikan di indonesia belum bisa dikatakan berkualitas. Hal ini dapat
dilihat dari hasil survey The Political and Economy Risk Consultancy (PERC).
Rendahnya

kualitas

pendidikan

diakibatkan

oleh beberapa

permasalhan

diantaranya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Peserta didik kurang
didorong

untuk


mengembangkan

kemampuan

berpikir

dalam

proses

pembelajaran. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan
anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untyuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Disamping hal tersebut, pelajaran sains khususnya fisika sering menjadi
momok bagi peserta didik untuk mempelajarinya. Bayangan rumitnya teori dan
perhitungan yang diajarkan membuat mata pelajran ini kurang diminati oleh
peserta didik. Hanya sebagian kecil saja dari peserta didik yang menyukainya,
sebagian besarnya kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Hal ini disebabkan

oleh sikap siswa yang cenderung negatif terhadap pelajaran fisika yang membuat
mereka enggan mempelajarinya. Disamping hal tersebut, proses pembelajaran
fisika dikelas masih berpusat pada guru dibanding siswa. Akibatnya, proses
pembelajaran fisika belum optimal. Untuk mengatasi permasalah tersebut perlu
diadakan suatu tindakan yang tepat dan efektif tanpa mengabaikan dan
mengganggu proses belajar siswa.

1

1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pembelajaran Fisika di Sekolah?
2. Apa sajakah Permasalahan Percobaan Fisika di Sekolah?
3. Bagaimana cara Pengoptimalan Percobaan Fisika di Sekolah?
4. Apa sajakah Materi Pelajaran Fisika Di Sekolah?

1.3


Tujuan

1. Mengetahui Proses Pembelajaran Fisika di Sekolah.
2. Mengetahui Permasalahan Percobaan Fisika di Sekolah.
3. Mengetahui cara Pengoptimalan Percobaan Fisika di Sekolah.
4. Mengetahui Materi Pelajaran Fisika Di Sekolah.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Proses Pembelajaran Fisika di Sekolah
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda kecil di

alam, gejala atau kejadian di alam serta interaksi dari benda-benda di alam
tersebut yang berhubungan dengan materi dan energi berdasarkan hukum-hukum
yang mengatur didalamnya yang didasarkan melalaui pengamatan atau observasi.
Mata pelajaran fisika di sekolah menengah atas (SMA) merupakan mata pelajaran

yang mempelajari sifat materi dan fenomena lain yang ada hubungan dengan
energi.
Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan
syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan
penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik
permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan
fisika dalam bentuk soal-soal fisika.
Pembelajaran fisika disekolah secara umum hanya menekankan pada
pemahaman secara matematis saja, dan pembelajaran disampaikan dengan cara
ceramah. Siswa jarang diajak untuk praktikum, serta tidak semua sekolah
mempunyai peralatan yang lengkap. Padahal dengan praktikum siswa lebih
terlibat sehingga hasilnya lebih mudah diingat daripada bahasa dalam buku atau
penjelasan guru.

3

2.2

Permasalahan Percobaan Fisika Tingkat Sekolah
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan percobaan fisika ditingkat


sekolah dapat dilihat dari demografi, fasilitas laboratorium, penguasaan guru
terhadap konsep fisika yang dapat dipraktikumkan dan pengelolaan laboratorium,
sumber rancangan praktikum serta dukungan struktur organisasi laboratorium.
1. Demografi Guru Fisika

Gambar diatas menunjukkan bahwa hanya 37% guru fisika berasal dari
pendidikan fisika dan 48% berasal dari pendidikan biologi. Angka ini tidak
mengherankan karena rata-rata mata pelajaran (baik fisika maupun biologi) pada
umumnya pada sebagian besar sekolah diajarkan oleh guru yang sama. Apabila
responden ditanya, apakah bekal pengetahuan dan keterampilan tentang
pelaksanaan praktikum mereka memadai atau belum39% mengatakan bahwa
bekal pengetahuan mereka dalam hal praktikum masih kurang, sedangkan
selebihnya mengatakan cukup dan baik. Dari Gambarjuga terlihat bahwa 34%
guru tidak pernah mengikuti pelatihan mengenai penggunaan laboratorium.
Padahal, pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota selalu
melaksanakan pelatihan pengembangan keprofesionalan guru, termasuk pelatihan
penggunaan laboratorium tersebut. Banyaknya guru fisika yang tidak pernah
mengikuti pelatihan laboratorium ini menunjukkan bahwa distribusi pelatihan
guru masih belum merata dan belum terpola sampai ke tingkat kecamatan atau

gugus.
2. Fasilitas Laboratorium
Fasilitas laboratorium sangat menunjang kelancaran pelaksanaan praktikum.
Selalu menjadi alasan klasik bahwa kegiatan praktikum tidak dilakukan karena
tidak adanya laboratorium atau peralatan laboratorium tidak mencukupi.

4

Sebagian besar responden menjawab bahwa peralatan laboratorium mereka
terbatas dan hanya 18% menyatakan bahwa peralatan mereka mencukupi.
Disamping usaha oleh pihak sekolah dan instansi terkait dalam mencukupi
peralatan praktikum tersebut, guru juga dapat menemukan solusi dengan cara
membuat media pembelajaran alternatif menggunakan barang-barang sederhana.
3. Persepsi Guru Terhadap Kegiatan Praktikum Laboratorium
Praktikum di laboratorium membutuhkan persiapan sebaik mungkin, baik
dari segi fasilitas maupun dari guru itu sendiri. Oleh sebab itu, pemahaman guru
terhadap kegiatan praktikum di laboratorium menjadi faktor pendukung atau
penghambat keterlaksanaan praktikum. Persepsi guru terhadap praktikum Fisika
di Laboratorium diidentifikasi melalui dua grafik berikut :


Lebih dari separuh (56%) menganggap materi pelajaran fisika SMP sangat
padat sehingga sehingga metode ceramah menjadi pilihan utama untuk
menuntaskan materi pelajaran tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa
mengajar merupakan transfer pengetahuan masih belum dapat digantikan dengan
paradigma pembelajaran sesungguhnya yaitu, mengajar siswa untuk belajar.
Sementara itu, 52% responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
pernyataan bahwa praktikum di laboratorium sulit dilaksanakan.

5

4. Ketersediaan Waktu untuk Kegiatan Praktikum
Dalam kegiatan praktikum, guru seharusnya memiliki manajemen waktu
yang baik. Hal ini ternyata sulit dilakukan oleh guru, terbukti dari dari jawaban
terhadap pernyataan tentang ketersediaan waktu pelaksanaan praktikum fisika
dalam jam pelajaran. Jawaban didominasi oleh jawaban kurang (48%). Waktu
yang tersedia tidak mencukupi untuk menyelesaikan sebuah eksperimen, belum
lagi guru harus mempersiapkan praktikum dan mengemas kembali berbagai
peralatan setelah praktikum selesai dilaksanakan. Praktikum dilaboratorium
membutuhkan ketepatan waktu, karena dilakukan pada saat jam pelajaran yang
memiliki keterbatasan waktu tertentu. Oleh sebab itu, guru harus benar-benar
mempersiapkannya sebelum jam pelajaran tersebut berlangsung.
5. Pengetahuan dan Keterampilan Mengoperasikan Peralatan Praktikum
Berkaitan dengan keterlaksanaan praktikum, maka kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh guru adalah mengoperasikan alat praktikum. Pada pernyataan
tentang pengetahuan tentang fungsi berbagai peralatan laboratorium dan cara
menggunakan alat laboratorium, masing-masing sebanyak 70% dan 83%
responden menyatakan bahwa mereka menguasai hanya sebagian peralatan, baik
fungsi maupun cara mengoperasikan peralatan laboratorium fisika tersebut.
Disamping itu, pemahaman tentang konsep-konsep fisika yang dapat dipelajari
melalui praktikum, 48% responden menyatakan hanya sebagian yang dapat
dikuasai.
6. Sumber Rancangan Praktikum
Sumber rancangan praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Ketersediaan LKS sangat penting karena dapat
menjadi pedoman pelaksanaan praktikum bagi siswa. Sebanyak 54% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa sulit merancang LKS sendiri. Solusi
untuk mengatasi lemahnya guru dalam merancang LKS ini adalah dengan
menyusun LKS eksperimen dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Selain itu guru juga dapat mengikuti pelatihan pengembangan LKS yang diadakan
oleh instansi terkait. Solusi lain yang dapat ditempuh oleh guru yaitu dengan

6

melihat contoh LKS yang ada di website dan kemudian dimodifikasi sesuai
dengan peralatan yang ada di sekolah.
7. Ketersediaan Laboran
Praktikum sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya
adalah kepala sekolah dan tenaga laboran yang bertugas membantu guru dalam
pelaksanaan praktikum di laboratorium. Sebanyak 83% responden menyatakan
bahwa laboratrium sekolahnya tidak memiliki laboran. Sangat minimnya jumlah
laboran ini, menyebabkan praktikum relatif sulit untuk dilaksanakan.

2.3

Optimalisasi Percobaan Fisika
Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal. Jika

dihubungkan dengan aspek percobaan fisika maka pengertian dari optimalisasi
percobaan fisika yaitu pengoptimalan atau peningkatan percobaan-percobaan
maupun praktikum pelajaran fisika. Untuk dapat meningkatkan percobaan fisika,
dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung sehingga tercapailah tujuan
dalam meningkatkan percobaan fisika di tingkat sekolah. Untuk dapat
mewujudkan pengoptimalan

percobaan fisika hal-hal yang harus terpenuhi

terlebih dahulu yaitu :
a. Guru Fisika
Syarat utama berlangsungnya suatu proses belajar-mengajar yakni adanya
interaksi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa yang belajar. Dalam
pembelajaran guru berperan penting dalam mengembangkan kemampuan
siswanya. Seorang guru yang profesional adalah guru yang mengenal dirinya
sendiri yaitu sebagai pribadi yang dipanggil dalam mendampingi siswa dalam
belajar. Guru yang profesional tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugastugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Sebagai
guru fisika yang profesional yang sudah terdidik, terlatih serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya mampu untuk mendidik, mengajarkan dan
menyediakan

pengalaman

belajar

bagi

siswa

untuk

mengembangkan

kemampuannya. Dalam mendukung pengoptimalan percobaan-percobaan fisika
yaitu dibutuhkan guru yang paham dan mampu mengoperasikan alat-alat

7

praktikum fisika. Jika seorang guru lihai dalam menggunakan alat-alat praktikum,
maka siswa yang akan diajarkannya akan lebih mudah memahami hal yang
diajarkan gurunya tersebut dikarenakan guru secara langsung mempraktekan
penggunaan alat tersebut didepan para siswa.
b. Meningkatkan Kemampuan Guru Fisika
Dalam meningkatkan kemampuan guru fisika ada beberapa hal upaya yang
dapat dilakukan guru tersebut, yaitu :
- Belajar sendiri
- Belajar antara sesama guru
- Belajar melalui internet
- Mengikuti program pelatihan
- Melanjutkan pendidikan
Karena keberhasilan siswa dalam melakukan atau melaksanakan proses
pembelajaran berkaitan dengan cara dan kapasitas ilmu yang dimiliki seorang
guru. Meningkatnya kemampuan guru dapat mencari solusi dalam permasalahan
percobaan fisika, jika alat yang diperlukan dalam melakukan suatu percobaan
tidak ada maka guru dapat membantu siswa membuat alat percobaan sederhana
dari barang-barang yang ada disekitarnnya.
c. Laboratorium
Laboratorium fisika merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang proses pembelajaran fisika. Menurut ahli laboratorium adalah suatu
ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang
didalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik dari peralatan maupun bahanbahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek
pembelajaran fisika dan penemuan ilmiah melalui pengalaman langsung dalam
membentuk

keterampilan.

Sebagai

tempat

untuk

melaksanakan

proses

pembelajaran fisika, laboratorium memerlukan kelengkapan-kelengkapan alat
paraktikum.

Perlengkapan

laboratorium

yang

diperlukan

dalam

proses

pembelajaran dalam melakukan praktikum yaitu : meja, kursi, set perlengkapan
alat mekanika, lemari, ruang alat dan bahan, ruang praktikum.

8

d. Laboran
Laboran adalah petugas non guru yang membantu melaksanakan kegiatan
praktikum/peragaan ( meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan
praktikum serta mengemasi/membersihkan bahan dan alat setelah praktikum).
Laboran juga dapat dikatakan sebagai tenaga kependidikan yang bekerja di
laboratorium dan membantu proses belajar mengajar mahasiswa vokasi dan
akademik strata 1,2,3 serta penelitian dosen. Keberadaan laboran disuatu
laboratorium sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan akademik dosen
maupun mahasiswa, untuk ini laboran seharusnya mempunyai Hard Skill dan
Soft Skills

yang memadai. Inisiatif, ketekunan, kreatifitas, kecakapan dan

keterampilan serta pengetahuan yang dikuasai oleh laboran sering kali membantu
efisiensi dan efektivitas serta produktivitas dari laboratorium yang dikelola oleh
perguruan tinngi. Seorang laboran bertanggung jawab dalam menyediakan
peralatan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum dan penelitian serta
mengembalikan

peralatan

tersebut

ketempat

semula,

merapikan

dan

membersihkan area kerja setelah kegiatan selesai dilakukan. Laboran juga
mencakup :
1. Teknisi, yaitu orang yang berperan untuk beroperasinya peralatan
laboratorium, seperti listrik air, komputer dll.
2. Analisis, ayitu orang yang mempunyai keahlian untuk melakukan
analisis pada bidang tertentu.
Adapun tugas pokok laboran adalah :
1. Pengaturan jadwal praktikum dan pendaftaran praktikum
2. Bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengadaan bahan dan
peralatan termasuk merawat dan memperbaiki alat.
3. Mempersiapkan bahan dan alat praktikum sebelum praktikum dijalankan.
4. Mengawasi jalannya praktikum dan memberi layanan keperluan
praktikum
5. Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat laboratorium.
6. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.
7. Mengontrol pemakaian laboratorium secara rutin.
8. Mendata danmenyususn daftar invebtarusasi alat dan bahan laboratorium.

9

9. Mendampingi guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
praktikum.
10.

Merawat maupun memelihara alat serta merapikannya setelah

digunakan.
e. Metode Pembelajaran
Dalam melakukan proses pembelajaran praktikum guru tidak hanya
menggunakan satu metode pembelajaran tetapi, guru sebagai fasilitator harus
menggunakan cara-cara menyampaikan materi praktikum dengan berbagai variasi
metode pembelajaran. Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
kombinasi dari metode-metode pembelajaran sebagai berikut :
1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah penyampaian materi pelajaran melalui latihan
menggunakan alat ukur, bahan percobaan, dan perangkat percobaan yang
dilakukan oleh murid secara individual atau secara kelompok untuk
membuktikan atau menemukan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau
hukum-hukum fisika. Eksperimen yang digunakan untuk membuktikan konsep,
prinsip, teori, azas, atau hukum-hukum Fisika disebut eksperimen verivikasi.
Sedangkan eksperimen yang digunakan untuk menemukan konsep, prinsip,
teori, azas, atau hukum-hukum Fisika disebut sebagai eksperimen menemukan
(discovery or inquiry experiment).
Metode eksperimen pada hakikatnya adalah cara penyampaian materi
pelajaran yang meniru pekerjaan para fisikawan, yaitu: melakukan eksperimen
atau percobaan atau penelitian fisika. Dalam kegiatan rutinnya, para fisikawan
melakukan eksperimen dengan menggunakan perangkat percobaan, dengan
simulasi eksperimen yang menggunakan komputer atau alat lainnya. Dalam
pelaksanaan metode eksperimen, diperlukan petunjuk atau pedoman atau
penuntun

praktikum.

Petunjuk

praktikum

Fisika

seharusnya

berisi

langkahlangkah kerja yang melibatkan proses berfikir, prosedur kerja,
kreativitas, dan kemandirian murid untuk menemukan konsep, prinsip, azas,
aturan, atau hukum-hukum Fisika. Petunjuk yang berisi kegiatan-kegiatan
seperti ini disebut lembar kegiatan murid (LKM) atau lembar kegiatan siswa
(LKS).

10

Setelah eksperimen atau percobaan selesai, sebaiknya murid disuruh untuk
merumuskan temuan melalui diskusi kelas. Dengan cara ini murid sudah dilatih
untuk mengemukakan pendapat dan merespon pendapat orang lain dengan
santun. Dengan cara diskusi kelas murid dilatih untuk mengagumi sang
pencipta yang telah menciptakan gejala alam yang lengkap dan indah,
menyadari bahwa ada Tuhan yang mendisain semua kejadian di alam ini.
Setelah diskusi kelas selesai, sebaiknya murid diberi tugas untuk menerapkan
produk yang telah ditemukan ke dalam kehidupan sehari-hari, teknologi, dan
industri. Setelah murid dapat memberikan contoh-contoh penerapannya, murid
diberi tugas untuk membuat laporan praktikum, dengan format seperti berikut:
judul percobaan, alat dan bahan percobaan, tujuan percobaan,

rumusan

masalah, merumuskan hubungan antar ubahan, merumuskan hipotesis,
pengumpulan data (cara kerja), data dan tabulasi data, analisis data dan
pembuatan grafik hubungan antar ubahan, perumusan temuan, pembahasan
(klarifikasi temuan dengan teori yang ada atau klarifikasi temuan dengan fakta
alam), penarikan kesimpulan, penerapan hasil, daftar pustaka, serta lampiran.
Dengan demikian, metode eksperimen sebaiknya diikuti dengan metode
diskusi, dan diakhiri dengan metode tugas.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dalam pembelajaran Fisika adalah cara menyampaikan materi pelajaran melalui kegiatan guru mempersiapkan perangkat
percobaan dan memperlihatkan cara kerja suatu perangkat percobaan atau
melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini sebaiknya guru membimbing atau
melibatkan murid-muridnya dalam hal mengambil data dan tabulasi data.
Setelah selesai dalam pengambilan data, murid-murid dilibatkan dalam diskusi
kelas untuk menganalisis data, dan menginterpretasikan hasil analisis data atau
dalam menemukan temuan. Setelah temuan dirumuskan, selanjutnya muridmurid dilibatkan dalam diskusi pembahasan, yaitu: klarifikasi temuan dengan
teori yang ada atau klarifikasi temuan dengan fakta alam yang sebenarnya.
Masih dalam situasi diskusi kelas, murid-murid dilibatkan dalam merumuskan
kesimpulan dari percobaan. Setelah merumuskan kesimpulan, selanjutnya
murid-murid diberi tugas untuk menerapkan kesimpulan atau hasil percobaan

11

dalam kehidupan sehari-hari, ke dalam teknologi, dan industri. Setelah
penerapan hasil, murid-murid juga diberi tugas untuk membuat laporan
percobaan yang dikumpulkan minggu berikutnya. Dengan demikian, metode
demonstrasi sebaiknya diikuti dengan metode diskusi dan metode tugas.
3. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan suatu
informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur/rujukan yang
sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ceramah
berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan
tanya-jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan
hanyalah daftar topik yang akan diuraikan dalam media visual yang sederhana.
Dengan menggunakan metode ini guru lebih mudah menguasai kelas.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga
terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah. Atau metode diskusi
adalah proses pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para
siswa/kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan
atas sesuatu masalah. Kelebihan dari metode ini adalah menyadarkan anak
didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu
jalan (satu jawaban saja). Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi
mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya sendiri.

12

f. Model Pembelajaran
Untuk dapat mengoptimalkan percobaan fisika ditingkat sekolah, dalam
melakukan proses pembelajaran guru harus memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang dapat mengasah domain berpikir kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa tersebut. Model-model pembelajaran yang digunakan yaitu
model pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat berpikir secara kritis
dalam

memecahkan

permasalahan

praktikum

yang

dilakukan.

Model

pembelajaran yang mendukung untuk mencapai ketiga domain ranah berpikir
tersebut yaitu model pembelajaran :
1. Discovery Learning
Model discovery learning yaitu model belajar yang didefinisikan sebagai
proses

pembelajran

yang

terjadi

dimana

siswa

diharapkan

dapat

mengorganisasi sendiri pelajaran tersebut. Dalam mengaplikasikan model
pembelajaran ini guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan. Model
ini merubah kegiatan belajar yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa.
2. Pembelajaran berbasis Inquiri
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan
investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru. Ciri-ciri
pembelajaran inkuiri yaitu pembelajaran ini menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu
permasalahan

yang

dipertanyakan

secara

mandiri

sehingga

dapat

menumbuhkan sikap percaya diri. Tujuan dari model pembelajaran ini yaitu
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis dalam
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
3. Project Based Learning
Project

based

learning

adalah

model

pembelajaran

yang

mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah

13

awal

dalam

mengumpulkan

dan mengintegrasikan

pengetahuan

baru

berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL,
proses

inquiry

dimulai

dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a

guiding question) dan membimbing siswadalam sebuah proyek kolaboratif
yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
4. Problem Based Learning
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari dari istilah
Bahasa Inggris Problem Based Instruction (PBI). Pengajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan tujuan untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini
mengacu kepada model pembelajaran lain, seperti “pembelajaran berdasarkan
proyek (project-based instruction), “ pembelajaran berdasarkan pengalaman
(experience-based instruction)”, dan belajar autentik (authentic learning)” dan
“pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored
instruction)”
g. Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran fisika strategi yang digunakan yaitu dimana dalam
semua proses pembelajaran tersebut berpusat pada guru tersebut atau Teacher
Center Learning. Hal ini menyebabkan kebanyakan dari siswa menjadi siswa
yang pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, dikarenakan segala sesuatunya
disediakan oleh guru, siawa hanya duduk dan menerima hal yang akan
disampaikan oleh guru. Untuk mengoptimalkan percobaan fisika strategi
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran berpusat pada siswa atau
Student Center Learning , dengan menerapkan hal ini siswa dituntut untuk terlibat
aktif dalam melakukan proses pembelajaran karena guru hanya sebagai fasilitator.
Dalam melakukan praktikum siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah
terkait materi yang akan dibahas, sebelumsiswa melakukan proses percobaan
siswa akan terlebih dahulu belajar agar dapat berhasil dalam melakukan
praktikumnya tersebut.

14

h. Pembuatan alat percobaan sederhana
Dalam memudahkan pembelajrn fisika di sekolah guru dituntut untuk dapat
melakukan percobaan mengenai materi yang akan diajarkan, tetapi dalam dunia
pendidikan tidak jarang ada sekolah yang tidak memiliki fasilitas laboratorium
bahkan gedung laboratoriumnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru
dituntut untuk dapat berpikir secara kreatif dalam menanggulangi permasalahan
tersebut dengan cara membuat alat percobaan sederhana. Alat percobaan yang
dapat dikembangkan oleh guru dapat berupa :
a. Prototipe, yaitu alat yang sebelumnya tidak ada, atau dapat juga merupakan
pengembangan dari alat yang sudah ada.
b. Tiruan, yaitu alat yang dibuat mirip dengan aslinya
c. Model, yaitu alat yang dibuat merupakan bentuk model misalnya model
atom dengan menggunakan LED
d. KIT, yaitu alat yang dibuat merupkan komponenen-komponen yang harus
dirakit dan alat ini dapat digunakan untuk beberapa percobaan.
Selain dari keempat alat percobaan yang dapat dikembangkan, guru dapat
membuat alat sederhana dengan cara mendaur ulang bahan-bahan bekas yang
ada

disekitar

lingkungan,

seperti

memanfaatkan botol bekas.

15

percobaan

fluida

dinamis

dengn

2.4

Materi Pokok Pelajaran Fisika di Sekolah
Berikut ini tabel tentang materi poko bahasan mata pelajaran fisika di

sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.
No
.
1.

Kelas

Materi Pokok

VII

Perkembangan sains dan kerja ilmiah, besaran dan
pengukuran, zat dan wujudnya, gerak lurus, gaya dan

2.

VIII

percepatan, tekanan, energi dan usaha, serta tata surya
Perkembangan sains dan kerja ilmiah, suhu, kalor, getaran
dan gelombang, bunyi, optika geometrik, serta alat-alat

3.

IX

optic
Perkembangan sains dan kerja ilmiah, listrik statis, sumber
arus listrik, listrik

4.

X

dinamis, energi dan daya listrik,

kemagnetan, serta induksi elektromagnetik
Kerja ilmiah, besaran dan pengukuran, vector, karakteristik
gerak, penerapan hukum Newton. Tata surya, suhu dan
kalor, cahaya, hakikat gelombang elektromagnetik, serta

5.

XI

listrik dinamis
Kerja ilmiah, gerak dengan analisis vector, usaha, energi,
dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan
rotasi benda tegar, fluida, teori kinetic gas, serta

6.

XII

termodinamika
Kerja ilmiah, gaya listrik dan medan listrik, medan magnet,
gaya lorentz dan induksi elektromagnetik, gelombang dan
bunyi, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, zat padat
dan semikonduktor, radio aktivitas, serta jagad raya

16

Berikut contoh percobaan fisika sederhana disekolah :
Hari/tanggal :
Tempat
:
Kegiatan
:
M.K
:
Pembimbing :

Praktikum Hukum Archimedes
-------------

Alat Dan Bahan
Tabel 1. Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan Pada Praktikum
No

Alat

Bahan

Jumlah

1

Botol Bekas

Air

3

250
ml

2

Sendok Makan

Telur Ayam

2

2

3

Tisu/Kain Lap

Garam Dapur

1

1 bks

4

Batang Pengaduk

Gula Pasir

2

½

5

Backer Glass

-

1

KET

kg
- 

Metode Kerja
Percobaan Dengan Menggunakan Air Biasa
1. Menyiapkan wadah,di isi air 200 mL ke dalam wadah.
2. Masukkan telur ke dalam wadah yang di isi air.
3. Di aduk secara perlahan serta mengamati perubahan yang terjadi pada
telur.
Percobaan Dengan Menggunakan Garam Dapur Dalam Air
1. Menyiapkan wadah,di isi air 200 mL ke dalam wadah.
2. Kemudian masukkan telur ke dalamnya.

17

3. Menambahkan garam dapur sedikit demi sedikit.
4. Di aduk secara perlahan sambil mengamati reaksi pada telur.
Percobaan Dengan Menggunakan Gula Pasir
1. Menyiapkan wadah,di isi air 200 mL ke dalam wadah.
2. Kemudian masukkan telur ke dalamnya.
3. Tambahkan gula pasir ke dalam air sedikit demi sedikit.
4. Di aduk secara perlahan dan mengamati perubahan yang terjadi.
Hasil
Tabel 2. Hasil Pengamatan Praktikum Yang di Lakukan
No

Bahan

Jmlh/Sendok

Hasil

Keterangan

1.

Air

200 mL

Tenggelam



2.

Garam

1

Tenggelam



-

-

3

Melayang



-

-

6

Mengapung



-

-

8

Mengapung

3.

Gula

1

Tenggelam

-

-

3

Tenggelam

-

-

6

Melayang



-

-

8

Mengapung



Terapung Tinggi

Tidak
Sepenuhnya

Pembahasan
Dari tabel hasil pengamatan atau percobaan di atas dapat diproleh
beberapa penjelasan antara lain :

BAB III
PENUTUP
18

3.1

Kesimpulan

1. Pembelajaran fisika disekolah secara umum hanya menekankan pada
pemahaman secara matematis saja, dan pembelajaran disampaikan dengan
cara ceramah. Siswa jarang diajak untuk praktikum, serta tidak semua
sekolah mempunyai peralatan yang lengkap. Padahal dengan praktikum
siswa lebih terlibat sehingga hasilnya lebih mudah diingat daripada bahasa
dalam buku atau penjelasan guru.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan percobaan fisika ditingkat
sekolah dapat dilihat dari demografi, fasilitas laboratorium, penguasaan
guru terhadap konsep fisika yang dapat dipraktikumkan dan pengelolaan
laboratorium, sumber rancangan praktikum serta dukungan struktur
organisasi laboratorium.
3. Untuk dapat mewujudkan pengoptimalan percobaan fisika hal-hal yang
harus terpenuhi terlebih dahulu yaitu adanya guru fisika, meningkatkan
kemampuan guru fisika, adanya laboratorium dan laboran penyesuaian
metode pembelajaran, model pembelajaran serta strategi pembelajaran dan
pembuatan alat percobaan sederhana jika sekolah tidak memiliki
laboratorium.
4. Materi pelajaran fisika di tingkat sekolah yaitu : Kerja ilmiah, besaran dan
pengukuran, vector, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton. Tata
surya, suhu dan kalor, cahaya, hakikat gelombang elektromagnetik, serta
listrik dinamis, gerak dengan analisis vector, usaha dan energi, daya, impuls
dan momentum, rotasi benda tegar, fluida, teori kinetic gas, serta
termodinamika, gaya listrik dan medan listrik, medan magnet, gaya lorentz
dan induksi elektromagnetik, gelombang dan bunyi, radiasi benda hitam,
teori atom, relativitas, zat padat dan semikonduktor, radio aktif.

DAFTAR PUSTAKA

19

Arends. R. I, 2008, Learning To Teach Edisi Ketujuh, Yogyakarta; Pustaka
Pelajar
Purnawan, E.B. “Analisis Kualitas Pelayanan Pendidikan di SMA PORI
Jepara”. Tesis, UNNES, Semarang, 2009.
Rahayuningsih, E,et.al (2005). Pembelajaran di Laboratorium Pusat
Pengembangan Pendidikan UGM, Yogyakarta.
Sumintono,B., Mohd Ali Ibrahim, dan Fatin Aliah Phang. (2010).
Pengajaransainsdenganpraktikumlaboratorium

:Perspektifdariguru-

guru sains SMPN di kotaCimahi.Jurnal Pengajaran MIPA 15(2), 120127
Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013
tahun ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudarmadi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru Fisika SMA/SMK
Binaan dalam Membuat Alat PraktikumFisika Sederhana Melalui
Pendampingan di Kabupaten Kulonprogo. Vol (1) No. 1. 0853-0823
Widowati. 2012. Evaluasi Proses Pembelajaran Fisika Di Kelas X RSBI SMA
N 3 Surakarta. Vol (3) No. 3.
Hamid, Abu Ahmad. 2011. Pembelajaran Fisika Di Sekolah. Yogyakarta : ebook

20