Strategi Pemanfaatan Bahan Baku Lokal Bambu untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Toba Samosir

  STRATEGI PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL BAMBU UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Sukarman Purba

  Dosen Unimed

  

  Erika Revida Guru Besar FISIP USU Medan

  

  ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Strategi Pemanfaatan

  Bahan Baku Lokal Bambu Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Toba Samosir. Strategi yang dimaksud dalam hal ini adalah Informasi manfat bahan baku lokal bambu, Pelatihan penggunaan bahan baku lokal bambu dan Pemberian Modal Usaha. Dengan ketiga strategi ini diharapkan Pemanfaatan bahan baku lokal bambu semakin diintensifkan sehingga diharapkan bahan baku lokal bambu yang banyak terdapat di Kabupaten Toba Samosir dapat menjadi produk unggulan dan meningkatkan perekonomian masyarakatnya.

  Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif ((dominant quntitative-less dominat qualitative) dari Creswell (1994). Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di 7 (tujuh) kecamatan yang paling banyak terdapat tanaman bambu yaitu Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Sigumpar, Porsea, Uluan, dan Siantar Narumonda, sedangkan sampel penelitian ini ditetapkan 140 orang KK dengan pertibangan keterbatasan dana, waktu dan tenaga. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi, angket dan observasi serta wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier ganda (multiple regression analysis).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang positif antara Strategi pemanfaaatan bahan baku lokal bambu yaitu Informasi manfaat bahan baku lokal bambu, Pelatihan penggunaan bahan baku lokal bambu dan Pemberian modal usaha) terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir dapat diterima dan signifikan. Oleh karena itu disarankan agar pemerintah Kabupaten Toba Samosir dapat mengintensifkan informasi manfaat bahan baku lokal bambu baik melalui radio, televisi, koran maupun buku-buku/majalah/tabloid di daerah, melakukan pelatihan penggunaan bahan baku lokal bambu, dan pemberian modal usaha yang ajek.

  

Key Words : Strategi Pemanfataan Bahan Baku Lokal Bambu, Informasi Manfaat

Bahan Baku Lokal Bambu, dan Perekonomian Masyarakat.

1. Latar Belakang Penelitian

  Otonomi daerah mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai visi dan misi yang jelas serta terukur. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011-2015 tertulis bahwa ada 7 (tujuh) misi yang akan dicapai yang menjadi acuan dalam pembangunan daerahnya yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pembangunan infrastruktur, mewujudkan pembangunan perekonomian masyarakyat, memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan dinamis serta mengoptimalkan serta memanfaatkan sumber- sumber daya yang ada. Salah satu sumber daya yang potensial di Kabupaten Toba Samosir adalah Tanaman Bambu.

  Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan dan menggiurkan. Namun hingga saat ini, pemanfaatan bahan lokal bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan, alat kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan seperti rebung dan sebagainya.

  Walaupun tanaman bambu sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku lokal di kabupaten Toba Samosir, namun dalam prakteknya masyarakat di kabupaten Toba Samosir belum banyak yang memanfatkan tanaman bambu sebagai bahan baku lokal yang walaupun tanaman bambu sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku lokal dan banyak dalam prakteknya, tanaman bambu yang sangat banyak terdapat di Kabupaten Toba Samosir belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijadikan sumber pendapatan sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat. Pengembangan dan pemanfaatan tentang bahan baku bambu masih kurang dilakukan. Bahkan dapat dikatakan belum ada produk unggulan dari Kabupaten Toba Samosir yang memanfaatkan bahan baku lokal bambu yang jika diolah dan dikonversi antara lain dapat dijadikan dalam bentuk sumpit, tudung saji, keranjang, lampu hias, kursi dan sebagainya. Hal inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang “Strategi Pemanfaatan Bahan Baku Lokal Bambu Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Kabupaten Toba Samosir”.

  Sesungguhnya ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar masyarakat dapat memanfaatkan bahan baku lokal bambu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Toba Samosir antara lain Informasi manfat bahan baku lokal bambu, Pelatihan penggunaan bahan baku lokal bambu, dan Pemberian modal usaha.

  2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a.

  Apakah Informasi manfaat bahan baku lokal bambu mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir? b. Apakah Pelatihan pemanfaatan bahan baku lokal bambu berpengaruh terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir? c.

  Apakah Pemberian modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu berpengaruh terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir? d. Apakah Informasi manfaat bahan baku lokal bambu, Pelatihan pemanfaatan bahan baku lokal bambu dan Pemberian modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu berpengaruh secara bersama-sama terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir?

  3. Tujuan Penelitian.

  Adapun tujuan daripada penelitian ini sesuai dengan judul penelitian ini adalah : a.

  Menganalisis pengaruh Informasi manfaat bahan baku lokal bambu terhadap perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir b.

  Menganalisis pengaruh Pelatihan pemanfaatan bahan baku lokal bambu terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir c.

  Menganalisis pengaruh Pemberian modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir d. Menganalisis pengaruh Informasi manfaat bahan baku lokal bambu,

  Pelatihan pemanfaatan bahan baku lokal bambu, dan Pemberian modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu secara bersama-sama terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir.

4. Metode Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan metode penelitian gabungan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif ((dominant

  quantitative-less dominat qualitatif). Metode kuantitatif dilakukan untuk

  menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis regresi ganda

  (multiple regression analysis), sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan organisasi data, reduksi data dan interpretasi data (Bungin, 2006).

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Toba Samosir, sedangkan sampel penelitian diambil 7 (tujuh) kecamatan yang paling banyak terdapat tanaman bambunya. Sedangkan sampel penelitian adalah sebahagian dari jumlah populasi yaitu sebanyak 140 KK. Pengambilan jumlah sampel ini didasarkan pertimbangan keterbatasan dana, waktu dan tenaga semata. Teknik pengambilan sampel adalah dengan acak sederhana (simple random sampling) yaitu masing- masing kecamatan diambil 20 (dua puluh orang) orang KK.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimulai dari studi pustaka (dokumentasi), angket/instrumen penelitian, observasi dan wawancara terhadap responden dan informan penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif. Pengujian hipotesis statistik dilakukan dengan Analisa Regresi Ganda (Multiple Regression Analisys) dengan alat bantuan komputer program Software SPSS. Tempat penelitian ini adalah di 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Sigumpar, Porsea, Uluan, dan Siantar Narumonda. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini disebabkan di 7 (tujuh) kecamatan inilah daerah yang paling banyak terdapat tanaman bahan baku lokal bambu. Dari ketujuh kecamatan ini kemudian akan diambil sampel secara acak sederhana.

5. Hasil Penelitian dan pembahasan

  Rangkuman dari hasil jawaban sampel penelitian masyarakat dari kuesioner yang diberikan disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Jawaban Responden tentang Informasi Manfaat Bahan Baku Lokal

  Bambu di Kabupaten Toba Samosir No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  1 Pengenalan Tanaman Bambu

  70

  50 20 - -

  2 Mendengar Informasi bahwa Kabupaten

  75

  35

  13

  12

  5 Tobasa banyak Tanaman Bambu

  3 Mendengar informasi manfaat Tanaman

  60

  30

  10

  10

  30 Bambu

  4 Mendengar informasi manfaat tanaman bambu

  40

  50

  30

  15

  5 dari televisi.

  5 Siaran televisi tersebut bermanfaat menambah

  55

  35

  20

  15

  15 pengetahuan tentang manfaat bambu.

  6 Mendengar informasi manfaat tanaman bambu

  25

  45

  30

  30

  10 dari radio.

  7 Siaran radio tersebut bermanfaat menambah

  30

  40

  40

  15

  15 pengetahuan tentang manfaat bambu.

  8 Pernah membaca tulisan tentang tanaman

  35

  35

  25

  30

  15 Bambu di Koran atau Media Massa

  9 Tulisan tersebut bermanfaat menambah

  30

  50

  20

  30

  10 pengetahuan tentang manfaat bambu. No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  10 Pernah membaca tulisan tentang tanaman

  35

  48

  16

  18

  23 Bambu di Majalah atau Brosur.

  11 Tulisan dalam Majalah atau Brosur tersebut

  40

  40

  48

  10

  12 bermanfaat menambah pengetahuan tentang manfaat bambu

  12 Pernah membaca Buku-buku tentang tanaman

  40

  45

  25

  20

  10 bambu

  13 Tulisan dalam Buku-buku tersebut bermanfaat

  35

  50

  40 15 - menambah pengetahuan tentang manfaat bambu

  14 Pernah mengunjungi Pameran yang dilakukan

  25

  45

  40

  25

  5 pemerintah tentang hasil kerajinan tangan dari bambu.

  15 Pemerintah Daerah memberikan informasi atau

  25

  35

  42

  28

  10 mensosialisasikan manfaat bahan baku bambu

  16 Melihat pemanfaatan bahan baku bambu dapat 23 58

  37

  12

  10 dijadikan berbagai macam kebutuhan masyarakat.

  17 Mengetahui manfaat penggunaan bahan baku

  27

  33

  41

  26

  13 bambu dapat meningkatkan pendapatan keluarga

  18 Pernah mendengar keberhasilan seseorang yang

  20

  38

  60 22 - membuka usaha dengan memanfaatkan bambu.

  19 Mengetahui informasi bahwa pemasaran

  15

  40

  55

  26

  4 kerajinan tangan dari bambu diminati masyarakat. Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah

  Dari tabel diatas terlihat ada sebanyak 70 orang (50%) masyarakat di tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir menyatakan sangat mengenal tanaman bambu 50 orang (35,72%) mengatakan mengenal pohok bambu, dan 20 orang (14,28%) menyatakan ragu-ragu mengenal seutuhnya tentang pohon bambu. Pada umumnya masyarakat mengetahui informasi bahwa di Kabupaten Toba Samosir banyak tanaman bambu. Dari jawaban responden ada sekitar 110 orang (78,57%) mengetahui informasi bahwa kabupaten Toba Samosir banyak tanaman bambu, 25 orang (17,85%) yang antara ragu-ragu dan belum mengetahui informasi tersebut, dan ada 5 orang (3,57%) sama sekali tidak mengetahui informasi tersebut. Bila ditelusuri lebih lanjut, ternyata 90 orang (64,28%) masyarakat Tobasa mengetahui informasi manfaat tanaman bambu, sekitar 20 orang (14,29%) menyatakan antara jarang dan belum mengetahui sepenuhnya manfaat tanaman bambu, dan 30 orang (21,43%) sama sekali tidak mengetahui informasi manfaat tanaman bambu.

  Jawaban responden mengetahui informasi manfaat tanaman bambu melalui televisi dinyatakan sebanyak 90 orang (64,28%) dan 30 orang (21,43%) menyatakan jarang, dan 20 (21,29%) menyatakan tidak pernah. Ada sebanyak 70 orang (50%) masyarakat mengatakan pernah mendengar informasi tentang manfaat bambu melalui radio, 30 orang (21,43%) menyatakan jarang, 40 orang (28,57%) mengatakan tidak pernah dan sangat tidak pernah mendengar informasi manfaat tanaman bambu melalui radio. Ada sebanyak 70 orang (50%) masyarakat menyatakan pernah membaca tulisan tentang tanaman bambu melalui Media Massa, sebanyak 25 orang (17,86%) masyarakat menyatakan jarang, dan 45 orang (32,14%) masyarakat menyatakan tidak pernah membaca tulisan tentang tanaman bambu melalui Media Massa. Selain itu, sebanyak 83 orang (59,29%) masyarakat menyatakan pernah membaca tulisan tentang tanaman bambu melalui Majallah dan Brosur, sebanyak 16 orang (11,43%) menyatakan jarang, dan 41 orang (29,28%) masyarakat menyatakan tidak pernah dan sangat tidak pernah membaca tulisan melalui Majallah dan Brosur. Namun demikian, sebanyak 85 orang (60,71%) masyarakat menyatakan pernah membaca tulisan tentang tanaman bambu pada Buku, 25 orang (17,86%) menyatakan jarang, dan 30 orang (21,43%) masyarakat menyatakan tidak pernah dan sangat tidak pernah membaca tulisan tentang tanaman bambu pada Buku.

  Bila ditelusuri lebih lanjut, masyarakat di Kabupaten Toba Samosir sangat mengakui bahwa sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan atau manfaat bambu bila disampaikan melalui melalui televisi (sebanyak 64,29%), melalui radio (sebanyak 50%), melalui media massa (sebanyak 50%), melalui majallah dan brosur (sebanyak 57,14%), dan melalui buku (sebanyak 60,71%). Gambaran ini menunjukkan bahwa masyarakat perlu diberikan informasi tentang penggunaan atau manfaat bambu bagi kehidupan dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir.

  Ketika ditanya keterlibatan pemerintah dalam melakukan pameran terhadap hasil kerajinan tangan yang terbuat dari bambu bahwa sebanyak 70 orang (50%) menyatakan pernah mengunjungi pameran tersebut, 40 orang (28,57%) masyarakat menyatakan jarang, dan sebanyak 30 orang (21,43%) masyarakat menyatakan tidak pernah mengunjungi pameran kerajinan tangan dari bahan bambu. Jawaban responden sebanyak 60 orang (42,86%) menyatakan pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir pernah mensosialisasikan kepada masyarakat tentang manfaat bambu, sebanyak 42 orang (30%) masyarakat menyatakan jarang, dan 38 orang (27,14%) masyarakat menyatakan tidak pernah mensosialisasikan tentang manfaat bambu kepada masyarakat. Ketika ditanya tentang manfaat bambu, ternyata sebanyak 81 orang (57,86%) masyarakat menyatakan pernah melihat manfaat bambu untuk berbagai kebutuhan masyarakat, 37 orang (26,43%) masyarakat menyatakan jarang, dan 22 orang masyarakat menyatakan tidak pernah.

  Berkaitan dengan peningkatan perekonomian masyarakat, ternyata sebanyak 60 orang (42,86%) masyarakat menyatakan pemanfatan bahan baku bambu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, 41 orang (29,29%) menyatakan kurang mengetahui peningkatan perekonomian masyarakat melalui pemanfatan bahan baku bambu, dan sebanyak 39 orang (27,85%) menyatakan tidak mengetahui melalui pemanfatan bahan baku bambu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketika ditanya keberhasilan seseorang yang membuka usaha dari bahan baku bambu, ada sebanyak 58 orang (41,43%) masyarakat pernah mendengar keberhasilan yang membuka usaha dari bambu, 60 orang (42,86%) menyatakan jarang, dan 22 orang 15,71%) masyarakat menyatakan tidak pernah menengar orang yang berhasil yang membuka usaha dari bahan baku bambu. Ketika ditanya tentang pemasaran kerajinan bahan baku bambu, ada sebanyak 55 orang (39,29%) menyatakan mengetahui informasi pemasaran kerajinan tangan dari bahan baku bambu diminati masyarakat, 55 orang (39,29%) menyatakan kurang mengetahui, dan sebanyak 30 orang (21,42%) masyarakat menyatakan tidak mengetahui bahwa kerajinan bahan baku dari bambu diminati masyarakat. Dari jawaban responden menunjukkan bahwa pada dasarnya masyarakat menginginkan melakukan usaha pemanfatan bahan baku bambu untuk peningkatan perekonomian masyarakat, akan tetapi keterlibatan pemerintah untuk mendukung usaha tersebut masih belum optimal sehingga masyarakat belum berkeinginan untuk membuka usaha dengan memanfaatkan bahan baku bambu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

5.1. Pelatihan Penggunaan Bahan Baku Lokal Bambu

  Setelah dilakukan tabulasi terhadap data penelitian, hasil jawaban responden yang berkaitan dengan Pelatihan penggunaan bahan baku lokal bambu dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Jawaban Responden Berkaitan Dengan Pelatihan Penggunan Bahan

  Baku Lokal Bambu No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  1 Pernah mengikuti pelatihan tentang manfaat

  15 20 20 50

  35 bambu.

  2 Pelatihan tersebut menambah pengetahuan 20 - 10 60 50 tentang tanaman bambu.

  3 Apakah diperlukan pelatihan tentang cara

  45

  60 30 -

  5 penggunaan manfaat bambo?

  4 Apakah pernah mengikuti pelatihan - -

  5 15 120 pemanfatan bambu ke daerah lain.

  5 20 40 60 10 - Pelatihan pemanfatan bambu bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan.

  6 Pelatihan yang dilaksanakan mendukung

  20 30 40 40

  10 kemauan untuk membuka usaha kerajinan dengan memanfaatkan bahan baku bambu.

  7 Pernah mengikuti kursus pemanfatan bambu 20 20 100 - - untuk meningkatkan pendapatan keluarga

  8 Apakah kursus tersebut mendukung usaha - 10 70 40

  20 membuka usaha sendiri dengan memanfaatkan bahan baku bambu.

  9 Pernah belajar dari orang lain tentang cara

  5 14 27 50

  44 pemanfaatan bambu.

  • 10 Pernah bertanya kepada Pemerintah tentang

  5 25 35 115 cara pengembangan pohon bambu.

  11 Pemerintah Daerah melakukan pelatihan - 10 20 45 105 tentang pemanfaatan bambu untuk berbagai jenis kebutuhan guna peningkatan pendapatam keluarga

  Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah

  Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa ada sebanyak 15 orang (10,71%) responden masyarakat menyatakan pernah mengikuti lebih dari 4 kali pelatihan tentang pemanfatan bahan baku bambu, sebanyak 20 orang (14,29%) menyatakan pernah mengikuti sebayak tiga kali pelatihan tentang pemanfatan bahan baku bambu, 20 orang (14,29%) mengikuti pelatihan sebanyak dua kali, 50 orang (35,71%) mengikuti pelatihan hanya sekali, dan 35 orang (25%) menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan tentang penggunaan bahan baku bambu, ternyata respon masyarakat sebanyak 105 orang (75%) masyarakat menyatakan sangat perlu dan perlu, 30 orang (21,43%) menyatakan tidak tahu, dan 5 orang (3,57%) menyatakan tidak perlu. Ketika ditanya apakah pernah mengikuti pelatihan ke daerah lain, ternyata respon masyarakat sebanyak 120 orang (85,71%) tidak pernah belajar ke daerah lain, 15 orang (10,71%) pernah belajar ke daerah lain sebanyak satu kali, dan 5 orang (3,58%) menyatakan pernah belajar ke daerah lain sebanyak dua kali. Ketika ditanya pentingnya pelatihan untuk peningkatan pengetahuan pemanfaatan bambu, jawaban responden menyatakan 60 orang (42,86%) sangat bermanfaat. Ketika ditanya apakah pelatihan yang dilaksanakan mendukung kemauan untuk membuka usaha kerajinan bambu, jawaban responden sebanyak 20 orang (14,29%) menyatakan sangat mendukung, 30 orang (21,43%) menyatakan mendukung, 40 orang (28,57%) menyatakan tidak tahu, dan 50 orang (35,71%) menyatakan kurang dan tidak mendukung. Ada sebanyak 100 orang (71,44%) masyarakat menyatakan tidak pernah mengikuti kursus pemanfatan bahan baku bambu, 20 orang (14,28%) mnyatakan pernah mengikuti kursus sekali, dan 20 orang (14,28%) mnyatakan pernah mengikuti kursus dua kali. Ketika ditanya apakah pernah belajar pada orang lain tentang cara pemanfatan bambu, jawaban responden sebanyak 5 orang (3,57%) menyatakan sangat sering, 14 orang (10%) menyatakan sering, 27 orang (19,28%) menyatakan kadang-kadang, 50 orang (35,71%) menyatakan tidak pernah, dan 44 orang (31,43%) menyatakan sangat tidak pernah. Bila ditelusuri lebih lanjut, sebanyak 115 orang (82,14) masyarakat sangat tidak pernah bertanya kepada pemerintah daerah tentang pengembangan dan pemanfaatan bahan baku bambu, 35 orang (25%) menyatakan tidak pernah, 25 orang (17,86%) menyatakan kadang-kadang, dan hanya 5 orang (3,57%) yang sering bertanya kepada pemerintah daerah. Ketika ditanya keterlibatan pemerintah daerah dalam melakukan pelatihan pemanfaatan bambu, ternyata 105 orang (75%) masyarakat menyatakan pemerintah daerah tidak pernah melakukan pelatihan pemanfaatan bambu untuk berbagai jenis kebutuhan guna peningkatan pendapatan keluarga, 45 orang (32,14%) menyatakan pemerintah daerah pernah melakukan pelatihan sekali, 20 orang (14,29) menyatakan pemerintah daerah pernah melakukan pelatihan sebanyak dua kali, dan 10 orang (7,14%) menyatakan pemerintah daerah pernah melakukan pelatihan sebanyak tiga kali.

5.2. Pemberian Modal Usaha

  Dari hasil penelitian tentang jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan pemberian modal usaha terlihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Jawaban Responden atas pertanyaan yang berkaitan dengan Pemberian

  Modal Usaha No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  1 Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi

  12

  28

  30

  42

  28 bahwa kabupaten Tobasa sebagai penghasil bahan baku yang baik

  2

  • Pemerintah Daerah memberikan bantuan

  8

  16

  48

  68 modal usaha untuk membuka usaha pemanfatan bahan baku bambu.

  3 Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Bank

  5 25 -

  70

  40 yang ada di daerah agar menawarkan kemudahan mendapatkan pinjaman untuk modal usaha pemanfatan bahan baku bambu.

  4 Koperasi memberikan pinjaman lunak untuk 20 - 80 -

  40 modal usaha bagi pengrajin bahan baku bambu.

  5 Perusahaan meubel pernah menawarkan 15 100 - -

  25 kerjasama dengan memberikan bantuan modal usaha bagi pengrajin bambu.

  6 Menurut anda modal untuk usaha merupakan -

  56

  63 21 - penentu keberhasilan dalam melakukan usaha pemanfaatan bahan baku bambu.

  7 Melakukan peminjaman untuk modal dalam

  5

  31

  48

  46

  10 berusaha pemanfaatan bahan baku bambu. Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah

  Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa ada sebanyak 12 orang (14,4%) responden yang menyatakan pemerintah daerah sangat sering melakukan sosialisasi bahwa Kabupaten Toba Samosir sebagai penghasil bahan baku bambu yang baik, sedangkan 28 orang (20%) menyatakan sering melakukan sosialisasi, 30 orang (21,43%) menyatakan kadang-kadang, dan 42 orang (30%) yang menyatakan tidak pernah melakukan sosialisasi, serta ada sebanyak 28 orang (20%) yang menyatakan sangat tidak pernah melakukan sosialisasi bahwa Kabupaten Toba Samosir sebagai penghasil bahan baku bambu yang baik.

  Berikutnya berkaitan dengan Pemerintah Daerah memberikan bantuan modal usaha untuk membuka usaha pemanfatan bahan baku bambu di Kabupaten Tobasa responden penelitian memberikan jawaban tidak ada (0%) responden yang menyatakan bahwa pemerintah daerah sangat sering memberikan bantuan modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu, sedangkan yang menjawab sering ada sebanyak 8 orang (5,7%), dan yang memberikan jawaban kadang-kadang ada sebanyak 16 orang (11,43%), yang menyatakan tidak pernah pemerintah daerah memberikan bantuan modal usaha ada sebanyak 48 orang (34,28%) sedangkan yang menyatakan sangat tidak pernah pemerintah memberikan modal usaha untuk pemanfaatan bahan baku lokal bambu ada sebanyak 68 orang (48,57%).

  Untuk jawaban responden tentang pertanyaan apakah pemerintah daerah pernah bekerja sama dengan bank yang ada di daerah, tidak ada responden (0%) yang menyatakan bahwa pemerintah daerah sangat sering bekerja sama dengan bank yang ada di daerah menawarkan kemudahan mendapatkan pinjaman untuk modal usaha bahan baku lokal bambu, sedangkan yang menjawab sering ada sebanyak 5 orang (3,57%), dan yang menjawab kadang-kadang ada sebanyak 25 orang (17,86%) serta yang menjawab tidak pernah ada sebanyak 70 orang (50%) dan yang menjawab sangat tidak pernah ada sebanyak 40 orang (28,57%).

  Berkaitan dengan kooperasi dalam memberikan pinjaman lunak untuk modal usaha, tidak ada responden yang menyatakan sangat sering dan sering, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang ada sebanyak 20 orang responden (14,26%), 80 orang (57,14%) menyatakan tidak pernah dan 40 orang (29,57%) responden penelitian menyatakan sangat tidak pernah.

  Untuk pertanyaan apakah perusahaan meubel pernah menawarkan kerja sama dengan memberikan bantuan modal usaha untuk pengrajin bambu, tidak ada responden penelitian yang menjawab sangat sering dan sering, namun yang menyatakan kadang-kadang ada sebanyak 15 orang (10,71%), 100 orang (71,43%) menyatakan tidak pernah dan , 25 orang (17,86%) menyatakan sangat tidak pernah.

  Berikutnya untuk jawaban responden tentang modal usaha merupakan penentu keberhasilan melakukan usaha pemanfaatan bahan baku lokal bambu, tidak ada responden yang menjawab sangat sering, sedangkan yang menjawab sering ada sebanyak 56 orang (40%), 63 orang (45%) menyatakan kadang- kadang sebagai penentu, dan 21 orang (15%) menyatakan tidak pernah sebagai penentu keberhasilan dalam melakukan usaha pemanfaatan bahan baku lokal bambu.

  Selanjutnya, untuk pertanyaan tentang apakah pernah melakukan pinjaman untuk modal usaha dalam pemanfaatan bahan baku lokal, ada sebanyak 5 orang (3,57%) menyatakan sangat sering, 31 orang (22,14%) menyatakan sering, dan 48 orang (34,29%) menyatakan kadang-kadang, 46 orang (32,86%) menyatakan tidak pernah, dan 10 orang (7,14%) menyatakan sangat tidak pernah melakukan pinjaman modal untuk usaha pemanfaatan bahan baku lokal bambu.

5.3. Perekonomian Masyarakat

  Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan Perekonomian Masyarakat ditampilkan pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Jawaban Terhadap Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Peningkatan Perekonomian Masyarakat

  No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  1 Jika Penanaman pohon bambu dikembangkan, 25 35 42 27

  11 maka akan bermanfaat meningkatkan perekonomian masyarakat

  2 Pemerintah Daerah perlu mensosialisasikan - - 64 56 20 bahwa Tobasa sebagai penghasil bambu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan guna peningkatan perekonomian masyarakat.

  3 Pemerintah Daerah perlu memberikan perhatian 52 58 30 - - kepada pengrajin bambu untuk melakukan promosi agar penjualan meningkat sehingga dapat meningkatkan perekoniomian masyarakat.

  4 Pemerintah Daerah perlu membentuk koperasi - - 68 39 33 yang dapat membantu pemasaran hasil kerajinan bambu agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

  • 5 Pengetahuan pemanfatan bahan bambu perlu 75 55 10 - diberikan kepada masyarakat melalui pelatihan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

  6 Membuka usaha kerajinan bambu dapat 62 48 30 - - meningkatan pendapatan tambahan keluarga No Pernyataan Jawaban dari responden

  5

  4

  3

  2

  1

  7 Pemasaran untuk pengembangan usaha - - 70 50 20 kerajinan dengan memanfaatkan bahan baku bambu perlu di dukung pemerintah daerah. agar perekonomian masyarakat semakin meningkat

  • 8
  • Keterlibatan pemerintah daerah dengan 65 50 25 memberikan kursus tentang pemanfaatan bahan baku bambu akan membantu msyarakat membuka usaha kerajinan bambu guna peningkatan pendapatan keluarga

  9 Pemerintah daerah perlu memanfaatkan hasil - 78 56 -

  6 kerajinan bahan baku bambu sebagai promosi akan cinta produk daerah sehingga penjualan meningkat yang pada akhirnya peningkatan perekonomian masyarakat. Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah Dari tabel 4 di atas terlihat 60 orang (42,85%) masyarakat mengatakan sangat setuju dan setuju bahwa bila tanaman pohon bambu dikembangkan maka akan dapat meningkatkan, perekonomian masyarakat Tobasa, 42 orang (30%) menyatakan masih ragu-ragu dan 38 orang (27,15%) menyatakan kurang setuju dan tidak setuju . Jawaban responden terhadap perlunya keterlibatan pemerintah daerah untuk mensosialisasikan bahwa Tobasa sebagai penghasil bambu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan guna peningkatan perekonomian masyarakat ternyata 120 orang (83,57%) menyatakan sangat perlu dan perlu, dan 20 orang (16,43%) menyatakan masih ragu-ragu. Selanjutnya, jawaban responden sebanyak 110 orang (78,57%) menyatakan pemerintah daerah perlu memberikan perhatian kepada pengrajin bambu untuk melakukan promosi agar penjualan meningkat sehingga dapat meningkatkan perekoniomian masyarakat, dan sebanyak 30 orang (21,43%) menyatakan ragu-ragu. Jawaban responden sebanyak 107 orang (76,43%) menyatakan Pemerintah Daerah perlu membentuk koperasi yang dapat membantu pemasaran hasil kerajinan bambu, dan 33 orang (23,57%) masyarakat menyatakan masih ragu-ragu. Jawaban responden sebanyak 130 orang (92,86%) menyatakan pemerintah daerah perlu memberikan pelatihan tentang pengetahuan pemanfatan bahan bambu kepada masyarakat, dan hanya 10 orang (7,14%) masyarakat memberikan respon masih ragu-ragu. Ketika ditanya apakah membuka usaha kerajinan bambu dapat meningkatan pendapatan tambahan keluarga, ternyata sebanyak 110 orang (78,57%) menyatakan dapat meningkatkan pendapatan keluarga, dan sebanyak 30 orang (21,43%) menyatakan masih ragu-ragu. Jawaban responden sebanyak 120 orang (85,71%) menyatakan pemasaran untuk pengembangan usaha kerajinan dengan memanfaatkan bahan baku bambu perlu didukung pemerintah daerah. agar perekonomian masyarakat semakin meningkat, dansebanyak 20 orang (14,29%) menyatakan masih ragu-ragu. Selain itu, sebanyak 115 orang (82,14%) masyarakat menginginkan keterlibatan pemerintah daerah untuk

memberikan kursus tentang pemanfaatan bahan baku bambu akan membantu msyarakat membuka usaha kerajinan bambu guna peningkatan pendapatan keluarga, dan 25 orang (17,86%) masyarakat menyatakan masih ragu- ragu.Jawaban masyarakat sebanyak 134 orang (95,71%) menginginkan pemerintah daerah perlu memanfaatkan hasil kerajinan bahan baku bambu sebagai promosi akan cinta produk daerah sehingga penjualan meningkat yang pada akhirnya peningkatan perekonomian masyarakat, dan hanya 6 orang (4,29%) masyarakat menyatakan ragu-ragu. Pada tabel berikut ini disajikan Rangkuman dari hasil perhitungan analisis deskriptif dari sub variabel penelitian.

  Tabel 5 Rangkuman Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif

  X X

  X Y

  1

  2

  3 N Valid 140 140 140 140

  Missing Mean

  79.33

  44.90

  27.24

  36.19 Median

  80.00

  45.00

  27.00

  37.00

  

a

  Mode

  77

  45

  27

  37 Std. Deviation 6.490 3.954 3.758 4.422 Variance 42.121 15.630 14.124 19.552 Range

  30

  17

  23

  24 Minimum

  62

  37

  12

  21 Maximum

  92

  54

  35

  45

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  5. 4. Pengujian Persyaratan Analisis

  Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis jalur (Path Analysis), yaitu pengujian yang dilakukan adalah Uji normalitas, Uji homogenitas varians untuk setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dan hubungan antara variabel dalam model harus linier, dan dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien regresi dan korelasi.

  Uji Normalitas.

  Untuk menguji normalitas data penelitian digunakan rumus Kolmogrov- Smirnov. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho: data berasal dari populasi berdistribusi normal Hi: data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

  Untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian, maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Simirnov dengan membandingkan perbedaan nilai terbesar absolut atau nilai tertinggi (D hitung ) dengan nilai D tabel , dan nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai

  α = 0,05, dengan ketentuan:

  D hitung ≥ D tabel Tidak berdistribusi Normal D hitung < D tabel Berdistribusi Normal

  Rangkuman hasil perhitungan uji normalitas data dari setiap variabel penelitian terlihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 6. Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Kolmogrov-Smirnov

  X X

  X Y

  1

  2

  3 N

  140 140 140 140 Normal Mean

  79.33

  44.90

  27.24

  36.19

  a,,b

  Parameters Std. Deviation 6.490 3.954 3.758 4.422

  Most Extreme Absolute .096 .105 .039 .055 Differences

  Positive .045 .105 .070 .066 Negative -.096 -.082 -.139 -.125

  Kolmogorov-Smirnov Z 1.131 1.239 1.648 1.484 Asymp. Sig. (2-tailed) .155 .093 .288 .244 a. Test distribution is Normal.

  b. Calculated from data.

   Besar nilai tabel K-S untuk n = 140 pada ∝ = 0,05 sebesar 0,102 dan

  ∝ = 0,01 sebesar 0,122. Dari tabel terlihat bahwa nilai penyimpangan tertinggi atau maksimum (Absolute) semua variabel penelitian lebih kecil dari nilai kritis pada tabel dengan ∝ = 0,05, dan semua data variabel penelitian memiliki nilai

  Asymp.Sig. > 0.05 sehingga dapat dinyatakan data Informasi tentang pemanfatan

  bambu, Pelatihan penggunaan bahan bambu, Pemberian Modal Usaha dan Peningkatan perekonomian masyarakat memiliki distribusi yang normal. sehingga uji persyaratan normalitas terpenuhi.

  Uji Linieritas

  Untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel eksogenus dengan variabel endogenus bersifat linier atau tidak digunakan uji linieritas dengan uji F. Hipotesis yang diajukan dalam uji linieritas adalah:

  Ho; regresi tidak linier Ha: regresi linier

  Kriteria pengujian: tolak Ho jika nilai signifikansi F hitung > 0,05 atau terima Ho jika signifikansi F

  hitung ≤ 0,05.

  Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas antara Pasangan Variabel Penelitian No Variabel terikat dengan Uji Linieritas

  Variabel bebas F Sig. Status

  

h

  1 Y dengan X

  1 1,415 0,110 Linier

  2 Y dengan X 1,183 0,341 Linier

  2

  3 Ydengan X

  3 1,171 0,301 Linier

  Dari table dapat dilihat bahwa untuk uji linieritas semua nilai signifikansi F > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua bentuk

  h hubungan antar variabel berbentuk linier.

  5. 5. Pengujian Hipotesis.

  Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis Korelasi ganda dan Analisis regresi ganda. Analisis regresi ganda dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Jika

  X

  1 , X 2 , … , X i adalah variabel-variabel independen dan Y adalah variabel

  dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara X dan Y, di mana variasi dari X akan diiringi pula oleh variasi dari Y. Secara matematika hubungan Variabel penelitian di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

   Y = f (X 1 , X 2 , …, X i , e)

  Dimana : Y adalah Perekonomian Masyarakat , X adalah Sektor Informal dan e adalah variabel residu (disturbance term).

  Hasil perhitungan menunjukkan dari variabel Strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu (informasi tentang pemanfatan vahan baku bambu, Pelatihan tentang bahan baku lokal bambu, dan Pemberian modal usaha terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir, ditunjukkan model regresi gandanya adalah :

  ˆ y 1 , 915 , 107 X , 165

X , 818

  X = + + +

  1

  2

  3 Hipotesis penelitian menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan

  signifikan Strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu (informasi tentang pemanfatan bahan baku bambu, Pelatihan tentang vahan bakunbambu, dan Pemberian modal usaha) terhadap Perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir.

  Tabel 8. Pehhitungan Koefesien Korelasi Ganda Std. Error of the

  Model R R Square Adjusted R Square Estimate

  a

  1 .837 .701 .694 2.445

  a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1 Berdasarkan Hasil perhitungan pada tabel 8, diperoleh besar koefisien korelasi ganda R = 0,837. Temuan ini menunjukan terdapat pengaruh yang sangat kuat antara Strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien korelasi ganda, maka dilakukan dengan uji F. Hasil perhitungan uji F diperoleh nilai F

  hitung

  = 106,103. Bila dilihat nilai signifikansi uji F menunjukkan bahwa nilai siginifikansi F hitung Tabel 9. Pehitungan Uji Signifikasi Koefisien Korelasi Ganda dengan Uji F

  < 0,05, atau 0,00 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan koefisien korelasi ganda signifikan. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, atau terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antata Strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Toba Samosir.

  

ANOVA

b

  Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

  1 Regression 1904.634 3 634.878 106.183 .000

  a

  Residual 813.159 136 5.979 Total 2717.793 139

  a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

  b. Dependent Variable: y Dari hasil pengolahan data diperoleh besar sumbagan pengaruh strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu terhadap peningkatan perekonomian masyarakat ditunjukkan dari koefisien determinasi R

  2 Pada tabel berikut ditunjukkan pengaruh Informasi Bahan Baku Bambu,

  Pelatihan penggunaan bahan baku bambu, dan Pemberian Modal Usaha secara sendiri-sendiri terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.

  = 0,701, yang artinya pengaruh Strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu (X) terhadap Perekonomian masyarakat (Y) di Kabupaten Toba Samosir. sebesar 70,1% sedangkan sisanya sebesar 29,9% lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini. Tabel 10. Pengaruh Variabel Strategi (Informasi, Pelatihan dan Modal Usaha) Terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat

  a

Coefficients

  Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig.

  1 (Constant) 1.915 2.842 .674 .502 Informasi (X

  1 ) .107 .041 .156 2.611 .010

  Pelatihan (X

  2 ) .165 .062 .147 2.671 .008

  Modal Usaha (X

  3 ) .818 .062 .695 13.215 .000

  a. Dependent Variable: Perekonomian Masyarakat (Y) Bila ditelusuri lebih jauh secara sendiri-sendiri diperoleh : 1). Informasi pemanfaatan bahan baku bambu berpengaruh positif terhadap

  Peningkatan perekonomian masyarakat, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,165. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien jalur tersebut maka dilakukan uji signifikansi dengan uji t. Hasil uji signifikasi dengan menggunakan uji t, menunjukkan ternyata nilai signifikansi uji t < 0,05, atau 0,010 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang posif dan signifikan Informasi pemanfaatan bahan baku bambu terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat. 2). Pelatihan pemanfaatan bahan baku bambu berpengaruh positif terhadap

  Peningkatan perekonomian masyarakat, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,147. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien jalur tersebut maka dilakukan uji signifikansi dengan uji t. Hasil uji signifikasi dengan menggunakan uji t, menunjukkan ternyata nilai signifikansi uji t < 0,05, atau 0,008 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang posif dan signifikan Pelatihan pemanfaatan bahan baku bambu terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat.

  3). Pemberian modal usaha berpengaruh positif terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,695. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien jalur tersebut maka dilakukan uji signifikansi dengan uji t. Hasil uji signifikasi dengan menggunakan uji t, menunjukkan ternyata nilai signifikansi uji t < 0,05, atau 0,000 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang posif dan signifikan Pemberian modal usaha terhadap Peningkatan perekonomian masyarakat.

  Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi pemanfaatan bahan baku lokal bambu berpengaruh secara signifikan dengan peningkatan perekonomian masyarakat. Ini menunjukkan bahwa sebagaian daerah yang ada Kabupaten Tobasa sebagai penghasil bambu yang baik, peerlu dikembangkan dan diberdayakan agar para masyarakat dapat mengelola dan memanfaatkan bambu untuk kebutuhan masyarakat sebagai produk unggulan daerah Kabupaten Tobasa guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat masyarakat di tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir menyatakan sangat mengenal tanaman bambu, sekitar 78,57% mengetahui informasi bahwa kabupaten Toba Samosir banyak tanaman bambu, 64,28% masyarakat Tobasa mengetahui informasi tentang manfaat tanaman bambu. Temuan ini menunjukkan belum sepenuhnya masyarakat Tobasa mengetahui cara memanfaatkan dan menggunakan bahan baku bambu. Hal ini diesebabkan kurangnya sosialasasi pemerintah daerah terhadap pendayagunaan bambu. Hal ini didukung jawaban masyarakat yang menyatakan sekitar 50% masyarakat tidak pernah melakukan sosialisasi tentang cara memanfaatkan bahan baku bambu. Hal ini sangat penting dilakukan pemerintah, karena sekitar 42,85% masyarakat mengatakan bila tanaman pohon bambu dikembangkan maka akan dapat meningkatkan, perekonomian masyarakat Tobasa, dan sekitar 83,57% masyarakat Tobasa mengharapkan perlunya keterlibatan pemerintah daerah untuk mensosialisasikan tentang pemanfaatan bahan baku bambu, sekitar 92,86%) menyatakan pemerintah daerah perlu memberikan pelatihan tentang pengetahuan pemanfatan bahan baku bambu kepada masyarakat, sebanyak 82,14% masyarakat menginginkan pemerintah daerah melakukan pembinaan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan bahan bambu untuk aneka kebutuhan masyarakat dengan memberikan kursus tentang cara-cara berusaha, sehingga membantu msyarakat membuka usaha kerajinan bambu. Harapan masyarakat yang melakukan usaha pengrajin bahan baku bambu ada sekitar 78,57% menyatakan pemerintah daerah perlu memberikan perhatian kepada pengrajin bambu membantu melakukan promosi, Jawaban tresponden sekitar 85,71% menyatakan perlunya keterlibatan pemerintah daerah dalam pemasaran usaha kerajinan bambu. Selain itu, sekitar 76,43% masyarakat menyatakan Pemerintah Daerah perlu membentuk koperasi yang dapat membantu pengrajin bambu. Harapan masyarakat ini sangat perlu diperhatikan pemerintah daerah agar masyarakat berkeinginan membuka usaha pengkrajin bahan baku bambu. Selain itu, sekitar 95,71% masyarakat menginginkan pemerintah daerah perlu memanfaatkan hasil kerajinan bahan baku bambu sebagai promosi akan cinta produk daerah sehingga penjualan meningkat yang pada akhirnya peningkatan perekonomian masyarakat.